Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun Oleh
Alfiatus Mutmainnah (1440120004)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Kehamilan Ektropik
Terganggu”. Dimana Askep ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
program DIII keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Maulida Nurfajriah O, S. Kep, Ns., MPH selaku Dosen Pembimbing

2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walupun kami menyedari masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran
ataupun kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini kami
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Krikilan, 17 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Batasan Masalah ...............................................................................................................1
C. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
D. Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
A. KONSEP TEORI ............................................................................................................3
1. Definisi Kehamilan Ektropik Terganggu .......................................................................3
2. Etiologi kehamilan Ektropik Terganggu ........................................................................3
3. Tanda dan Gejala ..........................................................................................................7
4. Patofisiologi Kehamilan Ektropik Terganggu ................................................................ 8
5. Pathway ........................................................................................................................ 8
6. Klasifikasi Kehamilan Ektropik Terganggu ................................................................. 10
7. Komplikasi Kehamilan Ektropik Terganggu ................................................................ 10
8. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 10
9. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................... 11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................... 12
1. Pengkajian .................................................................................................................. 12
2. Diagnose Keperawatan ................................................................................................ 15
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi
berimplementasi dan tubuh diluar endometrium kavum uteri (Rukiyah, 2011).
Sebagian besar Wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada
Wanita 20-30 tahun dengan sosioekonomi rendah dan tinggal di daerah dengan prevalensi
gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotic pada penyakit radang
panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-
kehamilan ektopik terganggua yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (Rukiyah, 2011).
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut
dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan
kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu
jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat (Puwaningsih, 2010).
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan
pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda (Puwaningsih, 2010).

B. Batasan Masalah
Pada masalah keperawatan ini dibatasi dengan konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan kehamilan ektropik terganggu.

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kehamilan ektropik terganggu?
2. Apa etiologi kehamilan ektropik terganggu?

1
3. apa saja tanda dan gejala kehamilan ektropik terganggu?
4. Bagaimana patofisiologi kehamilan ektropik terganggu?
5. Apa saja klasifikasi kehamilan ektropik terganggu?
6. Apa komplikasi kehamilan ektropik terganggu?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kehamilan ektropik terganggu?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasikan mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan kehamilan ektropik terganggu.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa definisi dari kehamilan
ektropik terganggu,
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa etiologi dari kehamilan
ektropik terganggu,
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana tanda dan gejala dari
kehamilan ektropik terganggu,
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana patofisiologi dari
kehamilan ektropik terganggu,
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa klasifikasi dari kehamilan
ektropik terganggu,
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa komplikasi dari kehamilan
ektropik terganggu,
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana konsep asuhan
keperawatan dari kehamilan ektropik terganggu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Definisi Kehamilan Ektropik Terganggu
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat

mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai

kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya

dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim

misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.

Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di

ampula dan isthmus (Dewi, 2016).

Terjadinya Kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi secara tiba-tiba pada seluruh

kasus kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu

kegawatdaruratan dalam obstetri yang perlu penanganan segera. Perlunya diagnosis

dini maupun observasi klinis sangat diperlukan mengingat pentingnya kelangsungan

hidup ibu maupun prognosis reproduksi selanjutnya (Dewi dan Risilwa, 2017).

2. Etiologi kehamilan Ektropik Terganggu


Etiologi kehamilan ektropik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi Sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan perubahan telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba
dipermudah (Rukiyah, 2011).

3
a. Factor uterus
1) Tumor Rahim yang menekan tuba
2) Uterus hypoplasia.
b. Factor tuba
1) Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
2) Tuba sempit, Panjang dan berlekuk-lekuk
3) Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
4) Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
5) Endometriosis tuba
6) Struktur tuba
7) Divertikel tuba dan kelainan kongenital lainnya
8) Perletakkan peritubal dan lekukan tuba
9) Tumor lain menekan tuba
10) Lumen kembar dan sempit
c. Factor ovum
1) Migrasi eksterna dari ovum
2) Perlekatan membrana granulosa
3) Rapid cell devision
4) Migrasi internal ovum
d. Kehamilan tuba
Kehamilan tuba merupakan lapisan luar dan kapsularis yang merupakan
lapisan dalam dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan merupakan
tempat normal bagi kehamilan maka Sebagian besar kehamilan tuba akan
terganggu pada umur 6-10 minggu kehamilan. Dan nasib dari hasil konsepsi
bisa:
1) Mati kemudian direbsobsi
2) Terjadi aborois tuba (65%), ibu mengalami keguguran dan hasil konsepsi
terlepas dan dinding tuba kemudian terjadi perdarahan yang bisa sedik atau
banyak.
3) Terjadi rupture tuba (35%)

4
5
e. Factor ovum
1) Migrasi eksterna dari ovum
2) Perlekatan membrana granulosa
3) Rapid cell devision
4) Migrasi internal ovum
f. Kehamilan tuba
Kehamilan tuba merupakan lapisan luar dan kapsularis yang merupakan
lapisan dalam dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan merupakan
tempat normal bagi kehamilan maka Sebagian besar kehamilan tuba akan
terganggu pada umur 6-10 minggu kehamilan. Dan nasib dari hasil konsepsi
bisa:
1) Mati kemudian direbsobsi
2) Terjadi aborois tuba (65%), ibu mengalami keguguran dan hasil konsepsi
terlepas dan dinding tuba kemudian terjadi perdarahan yang bisa sedik atau
banyak.
3) Terjadi rupture tuba (35%)
g. Kehamilan intramurain (interstisial)
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4 bulan atau
lebih, kadang kala sampai a terme. Kalau pecah dapat menyebabkan perdarah
yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
h. Kehamilan isthmus
Dinding tuba di sini lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2-3 bulan sudah
pecah.

6
i. Kehamilan ampuia dan fimbria
Dapat terjadi abortus atau rupture pada kehamilan 1-2 bulan dan nasib hasil
konsepsi sama seperti yang dibicarakan di atas (Pudiastuti, 2012).

3. Tanda dan Gejala


Gejala yang timbul pada kehamilan ektopik adalah Sebagai berikut.
a. Kehamilan ektopik yang belum terganggu
Sama seperti hamil muda, namun disertai perdarahan bercak berulang. Tanda tidak
umum adanya massa lunak di adneksa dan nyeri goyang pada porsio (Fadlun,
2011).
b. Kehamilan ektropik terganggu (KET)
Ditemui kondisigawat darurat dan abnormal akut seperti pucat atau anemis,
kesadaran menurun, syok, perut kembung, nyeri perut bagian bawah dan nyeri
goyang pada porsio (Fadlun, 2011).
c. Amenorea
Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil muda yaitu morning sickness,
mual-muntah, dan terjadi perasaan ngidam (Solikhah, 2011).
d. Terjadinya nyeri abdomen
1) Nyeri abdomen disebabkan oleh kehamilan tuba yang pecah
2) Rasa nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen tergantung dari perdarahan
didalamnya
3) Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri
didaerah bahu
4) Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan didaerah kafum douglas
akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat BAB (Solikhah, 2011).
e. Perdarahan
1) Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan kedalam
kafum abdomen dalam jumlah yang bervariasi
2) Darah yang tertimbun dalam kafum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi
Gangguan dalam sirkulasiumum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan
darah menurun sampai atuh dalam keadaan syok

7
3) Hilangnya darah dalam peredaran darah umu yang mengakibatkan penderita
tampak anemis, daerah ujung ektremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran
menurun, dan pada abdomen terhadap timbunan darah
4) Setelah kehamilan mati, desidua dalam kafum uteri dikeluarkan dalam bentuk
deciduas spuria, seluruhnya dikeluarkan Bersama dalam bentuk perdarahan
hitam seperti menstruasi (Solikhah, 2011).

4. Patofisiologi Kehamilan Ektropik Terganggu


Proses implantasi ovum terjadi dituba pada dasarnyasama hanya hanya dicavum
uteri. Telur bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Secara kolumner telur
berimplantasi di ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya
dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian
diresorbsi. Pada nidasi interkomlumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.
Setelah tempat tertutup maka telur dipisahkan dan lumen tuba oleh lapisan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseuodokapsularis, karena pembentukan desidua
tidak sempurna maka dengan mudah vili korealis menembus endosalping dan masuk
lapisan otot dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin
selajutnya bergantung pada tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas (Puwaningsih, 2010).
Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum
gravidarum dan trofoblas uterus menjadi besar dan lembek endometrium dapat berubah
menjadi desidua. Sel epitel membesar dengan intinya hipertropik, hiperkromatik,
lobuler dan membentuk tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang- lubang atau
berbusa kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya ditemukan pada sebagian
kehamilan ektopik, setelah janin mati desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan
kemudian di keluarkan berkeping-keping tetapi kadang- kadang dilepaskan secara
utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus
dan di sebabkan oleh desidua yang degenerative (Puwaningsih, 2010)

8
5. Pathway
Fertilisasi di ampula tuba

Tuba bermasalah (berkas radabg tuba, diverlitikum, perekatan perituba, tumor,


abortus, operasi plastik tuba)

Menghalangi jalannya hasil fertilisasi untuk implantasi di endometrium


implantasi di endosalping

Ovum manti Menembus lapisan muskularis Trofoblas dan filus


peritonemum pada dinding tuba korialis menembus
lapisan
pseudokapau laris
direabsorbsi

Perdarahan lumen tuba

perdarahan Perdarahan rongga peritoneum


Perbesaran tuba

Cavum douglasi

Hematokele retrouterine
Syaraf disekitar tuba
tertekan

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Kurang pengetahuan

hipotensi hipovolemia

cemas Perdarahan vaskuler


darah Gangguan kesimbangan
cairan dan elektrolit

Gangguan rasa nyaman

(Puwaningsih, 2010)
9
6. Klasifikasi Kehamilan Ektropik Terganggu
Menurut titus klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan ektropik
adalah;
a. Kehamilan tuba terdiri dari
1) Interstiial 2%
2) Ishmus 25%
3) Ampula 55%
4) Fimbrial 17%
b. Kehamilan ovarial 0,5%
c. Kehamilan abdom mar 0,1%
d. Kehamilan tubo-ovarial
e. Kehamilan intraligamenter
f. Kehamilan servikal
g. Kehamilan tanduk Rahim rudimenter (Pudiastuti, 2012).

7. Komplikasi Kehamilan Ektropik Terganggu


a. Haemorargie
b. Syok
c. Infeksi
d. Sub ileus
e. Sterilitas

8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan mencakup pengangkatan kehamilan ektropik secara bedah karena
kondisi mengancam jiwa
b. Penggunaan metotekstrat tanpa pembedahan, tetapi menimbulkan efek samping
diantaranya: stomatis, diare,supresi sumsum tulang, kerusakan fungsi hati,
dermatitis, pleuritis (Puwaningsih, 2010).

10
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan hemoglobin seri setiap 1 jam untuk menunjukanpeningkatan atau
penurunan Hb;
2) Adanya lekositosis
b. Kuldosentesis douglas pungsi)
1) Untuk mengetahui adakah darah dalam vakum douglasi
2) Bila keluar darah berwarna coklat atau hitam dan tidak membeku atau hanya
berupa bekua-bekuan kecil diatas kain kasa maka hal ini dikatakan positif
fribrinasi dan menunjukkan adanya hematoma retrouterina
3) Dengan cara diagnostic laparoskopik
4) Dengan cara ultrasonograf (Pudiastuti, 2012).

11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama, sebagai identitas bagi pelayanan Kesehatan/ Rumah Sakit/ Klinik atau
catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
2) Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dan
tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit atau kelainan tersebut
terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun
3) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah
dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan
kehamilan.
4) Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akan
memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentang gejala atau
keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
5) Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien
mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak
ada hubungannya dengan kehamilan.
6) Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
b. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama
Nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan sedikit (flek) pada celana
(Puwaningsih, 2010).
Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa
bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan
hamil muda dan gejala hamil lainnya (Pudiastuti, 2012).
2) Riwaya penyakit sekarang
Bila terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET) pada abortus tuba keluhan dan
gejala kemungkinan tidak begitu berat, hanya rasa sakit di perut dan perdarahan
pervaginaan. Hal ini dapat dikacaukan dengan abortus biasa, bila terjadi truptur
tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan jiwa ibu. Perasaan

12
nyeri dan sakit yang tiba-tiba diperilaku seperti diiris dengan pisau disertai
muntah dan bisa jatuh pingsan (Pudiastuti, 2012).
3) Riwayat penyakit terdahulu
Terjadinya Gangguan pada lumen tuba, terjadi karena adanya infeksi yang
menimbulkan perekatan endosalping sehingga menghasilkan lumen, terjadinya
hypoplasia tuba, operasi plastic pada tuba atau melepaskan perekatan sehingga
menyebabkan penyempitan tuba. Bisa terjadinya Gangguan diluar tuba, adanya
endometrios sehingga menyebabkan kemungkinan implantasi, adanya
difertikel pada lumen tuba. Terdapat perlekatan disekitar tuba, adanya
kemungkinan migrasi external sehingga hasil konsepsi mencapai tuba dalam
keadaan blastia (Solikhah, 2011).
c. Status obstetric ginekologi
1) Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatan atau di dukun
3) Grade multi
4) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat.
Kemungkinan adanya infeksi
6) Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris
kanan dan kiri (Fadlun, 2011).
d. Riwayat Kesehatan keluarga
1) Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
2) Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan dapat
mengakibatkan infeksi pada celvix (Fadlun, 2011).
e. Riwayat psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami Gangguan konsep diri,
selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan (Fadlun, 2011).
f. Pola aktivitas sehari – hari
1) Pola nutrisi

13
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan
vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
2) Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya
intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun <
1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3) Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan
aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal
hygiene tergantung pada orang lain.
4) Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat hematikei
retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi (Fadlun, 2011).
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang
lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi. Kesadaran bervariasi
dari baik sampai koma tidak sadar
2) Tanda tanda vital : Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai
syok (Prawirohardjo, 2006).
3) Pemeriksaan kepala
Wajah pucat, conjungtiva anemis (Pudiastuti, 2012).
4) Pemeriksaan thorak dan leher
Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapat diidentifikasikan melalui
leher dan thorax, Payudara pada pasien yang mengalami kehamilan ektropik
terganggu, biasanya mengalami perubahan (Prawirohardjo, 2006).
5) Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan
pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak

14
begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping
uterus. Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba
perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas
dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang
berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun padarupture tuba
gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawirohardjo, 2006).
6) Pemeriksaan genetalia
Dilakukan pemeriksaan genetalia eksterna menggunakan speculum terlihat
adanya darah di kavum douglas dan terdapat sedikit pengeluaran darah atau
flek-flek hitam ke coklatan (Pudiastuti, 2012).
7) Pemeriksaan ekstermitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat
syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki (Prawirohardjo,
2006).

2. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan saraf disekitar tuba tertekan
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan inset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (misalnya, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, dan latihan fisik berlebihan).

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Mengeluh nyeri

Objektif

15
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misalnya, waspada, dan posisi menghidari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1) Tekanan darah meningkat


2) Polanafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis

Kondisi klinis terkait

1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom coroner akut
5) Glaucoma (PPNI, 2017).
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif dan individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab

16
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Factor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalah gunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi

Objektif

1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya

Objektif

1) Frekuensi nafas meningkat


2) Frekuensi nadi meningkat

17
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait
1) Penyakit kronis progesif (mis, kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang (PPNI, 2017).
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan perdarahan vaskuler darah
Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual,
lingkungan dan social.
Penyebab
1) Gejala penyakit
2) Kekurangan pengendalian situasional atau lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial, social dan
pengetahuan)
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)
7) Gangguan adaptasi kehamilan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif

18
1) Mengeluh tidak nyaman

Objektif

1) Gelisah
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Mengeluh sulit tidur
2) Tidak mampu rileks
3) Mengeluh kedinginan atau kepanasan
4) Merasa gatal
5) Mengeluh mual
6) Mengeluh Lelah

Objektif

1) Menunjukkan gejala distress


2) Tampak merintih atau menangis
3) Pola eliminasi berubah
4) Postur tubuh berubah
5) iritabilitas
Kondisi klisnis terkait
1) penyakit kronis
2) keganasan
3) distress psikologis
4) kehamilan (PPNI, 2017).

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut
Tujuan
1) Memperlihatkan pengendali nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu):
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan

19
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
2) Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (
sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada)
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah
Kriteria hasil
1) Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan nyeri berkurang
2) Mempertahankan tingkat nyeri, atau kurang (dengan skala 0-10)
3) Memperlihatkan kesejahteraan fisik dan psikologis
4) Mengenali factor penyebab dan menggunakan Tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut
5) Melaporkan nyeri pada penyedia pelayanan kesehatan
6) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan non-analgesik,
tidak mengalami gangguan dalam tanda-tanda vital dan melaporkan pola tidur
yang baik
7) Tidak mengalami Gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau
tekanan darah
8) Mempertahankan selera makan yang baik
9) Melaporkan pola tidur yang baik
10) Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan
interpersonal
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0-10 (0=
tidak ada nyeri atau ketidak nyamanan, 10= nyeri hebat)

20
3) Manajemen Nyeri (NIC): lakukan pengkajian nyeri yang koprehensif meliputi
lokasi, karakeristik, frekuensi.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1) Memberitahukan pada pasien untuk lapor kepada perawat jika peredaan nyeri
tidak tercapai
2) Memberikan informasi kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri
3) Manajemen Nyeri (NIC): ajarkan teknik nonfarmakologi (misalnya: relaksasi,
terapi musik, distraksi, kompes hangat atau dingin) sebelum, setelah dan
kemungkinan selama aktivitas menimbulkan nyeri.
Aktivitas kolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian obat analgetik dan antipiretik
yang terjadwal sesuai advis dokter seperti aspirin 2400-3600 mg, dan asam
mefenamat 1500 mg yang diberikan secara oral, ketorolac 50 mg, ketorolac 30
mg yang diberikan secara intra vena
2) Manajemen Nyeri (NIC): laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil
3) Pantau tanda-tanda vital
Aktivitas lain
1) Bantu pasien mengidentivikasi tindakan kenyamanan yang efektif seperti
distraksi, relaksasi, atau kompres hangat dingin
2) Hadir didekat pasien untuk emenuhi kebutuhan rasa nyaman dan ktivitaslain
untuk membantu relaksasi
3) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi dan interaksi
dengan pengunjung
4) Manajemen Nyeri (NIC): kendalikan faktor lingkungan yang dapat
memengaruhi respon pasien terhadap kenyamanan (misalnya: suhu ruangan,
pencahayaan dan kegaduhan) (Wilkinson, 2016).
b. Ansietas
Tujuan

21
1) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat anisetas hanya ringan sampai
sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas,
konsentrasi, koping dan tingkat hiperaktivitas
2) Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
Kriteria hasil
1) Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami kecemasan
2) Menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada perngetahuan dan keterampilan
yang baru
3) Mengidentifikasi gejala yang merupakan indicator ansietas pasien pasien
sendiri
4) Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negative secara tepat
5) Memiliki tanda-tanda vital dalam bats normal
Aktivitas keperawata
Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat ansietas pasien, termasuk reaksi fisik,
2) Kaji untuk faktor budaya yang menjadi penyebab ansietas
3) Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas di masa lalu
4) Reduksi ansietas (NIC) menentukan kemampuan pengambilan keputusan
pasien

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1) Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis, termasuk kebutuhan


untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
2) Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat
rekreasi
3) Informasikan tentang gejala ansietas
4) Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik dan
gejala fisik

22
Aktivitas kolaboratif
Penurunnan ansietas (NIC) berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
1) Pada saat ansietas berat, didampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman
2) Beri dorongan pasien untuk mengaungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalkan ansietas
3) Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini,sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
4) Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas focus
5) Coba teknik seperti imajinasi bimbing dan relaksasi progresif
6) Berikan penguatan positif ketika pasien melalui sentuhan dan sikap empatik
secara verbal dan nonverbal secara bergantian
7) Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi serta izinkan
pasien untuk menangis (Wilkinson, 2016).
c. Gangguan rasa nyaman
Tujuan
1) Menunjukkan atau memperlihatkan status kenyamanan, lingkungan, fisik,
psikospiritual, sosiokultural
2) Memperlihatkan tingkat agitasi yang ringan atau tidak mengalami gelisa,
iritabilitas, menarik siang atau restrain, kelabilan emosi, melangkah, Gangguan
tidur.
Kriteria hasil
1) Melaporkan status rkepuasan dengan suhu ruangan
2) Melaporkan kepuasan dengan lingkungan fisik
3) Mengindikasikan bahwa perawatan konsisten dengan budayanya dan
kebutuhan lain
4) Menerima dukungan social yang adekuat dari keluarga dan teman
5) Mengindikasikan kepuasan dengan hubungan social

23
6) Melaporkan kebutuhan terhadap dengan hubungan social
7) Memantau gejala sendiri
8) Mengikuti saran untuk Tindakan perbedaan gejalan
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1) Kaji sumber ketidaknyamanan
2) Pantau lingkungan untuk bahaya keamanan
3) Kaji ketersediaan dan keadekuatan system pendukung pasien
4) Gali kemampuan menilai pasien

Penyuluhan pasien atau keluarga

1) Dukung kepercayaan pasien pada kemampuannya untuk melakukan perilaku


Kesehatan
2) Sarankan pasien untyk tidak menggaruk
3) Sarankan untuk mencuci pakaian dengan detergen ringan dan letakkan melalui
dua siklus bilasan; jangan menggunakan pembalut lain
Aktivitas kolaboratif
1) Berikan medikasi antiansietas jika perlu
2) Lakukan rujukan ke kelompok swabantu jika diperukan
Aktivitas lain
1) Untuk pasien yang tirah baring, ubah posisi minimal setiap 2 jam
2) Tawarkan menggosok punggun, kecuali dikontraindikasikan
3) Hangantakan atau dinginkan suhu ruangan, sesuai keinginan pasien
4) Kurangi bising lingkungan sebisa mungkin
5) Redupkan cahaya untuk menyesuaikan kesukaan pasien
6) Sediakan bantal dan selimut untuk memindahkan pasien yang imobilitas secara
nyaman
7) Jawab panggal bel atau lampu secara cepat
8) Jag ruangan bersih (Wilkinson, 2016).

24
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat. Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Usaha.

Pudiastuti, R. D. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal Dan Patologi.
Yogyakarta:Nuha Medika.

Puwaningsih, W. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.


Rukiyah, A. Y. (2011). Asuhan Kenidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans
Info Media.

Solikhah, U. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan, Nifas.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai