BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh kemampuan membuat dan menyajikan laporan dan asuhan
keperawatan serta pangalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien Ny. R dengan diagnosa medis P2A0 PostLaparatomi H1Indikasi Kehamilan
Ektopik Terganggudi Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Kusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Ny. R dengan di Ruang
Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.2 Menganalisa data yang telah diperoleh dari masalah kesehatan Ny. R di
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.3 Merumuskan diagnose keperawatan pada klien Ny. Rdi Ruang Cempaka
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.4 Memprioritaskan diagnosa keperawatan Ny. Rdi Ruang Cempaka RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.5 Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan
pada klien Ny. Rdi Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
1.3.2.6 Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien Ny. Rdi
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
2.2 Etiologi
1. Faktor mekanis
5
6
5) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia.
6) Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
1) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal.
2) Refluks menstruasi.
3) Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
4) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
5) Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
2.3 Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada
nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah
tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jaringan yang menyerupai dsidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak
tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam
lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.
Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba atau
terjadi rupture tuba. Mungkin dijumpai rasa nyeri dan gejala hamil muda. Pada
pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan tua
kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba, karena tuba dalam
keadaan lembek. Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada
tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang
terdapat dalam rongga abdomen, dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan
terjadi. Dengan demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai
berikut :
1. Amenorea
1) Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan
2) Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda kehamilan muda, yaitu morning
sickness, mual-mual, terjadi perasaan ngidam.
2. Terjadi nyeri abdomen
1) Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah
2) Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen tergantung dari perdarah di
dalamnya
3) Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi
nyeri di daerah bahu
4) Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum
Douglas akan terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat buang air besar
3. Perdarahan
1) Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam
kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi
2) Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi
gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan
darah menurun sampai jatuh dalam keadaan syok
10
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar
daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi
laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
2.7 Komplikasi
Asuhan Keperawatan
2.8 Pengkajian
1. Identitas Pasien : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
dan penanggungjawabnya.
2. Keluhan utama : mual, muntah, nyeri abdomen
3. Riwayat penyakit
a. Menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
b. Menanyakan penyakit yang sedang dialami sekarang
c. Menanyakan apakah pasien pernah menjalani operasi
4. Riwayat keluarga
a. Menanyakan apakah di keluarga pasien ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular kronis
b. Menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya ada yang memiliki
penyakit keturunan
c. Menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah melahirkan
atau hamil anak kembar dengan komplikasi
5. Riwayat obstetrik:
a. Menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
b. Menanyakan berapa kali ibu itu hamil
c. Menanyakan berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan berapa
banyak pengeluaran lochea
d. Menanyakan jika datang menstruasi terasa sakit
e. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami abortus
f. Menanyakan apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami kelainan
g. Menanyakan apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
h. Menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus).
a. Makan minum tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah, mukosa
bibir kering, pucat.
b. Eliminasi tanda :
BAB : konstipasi, nyeri saat BAB
14
Untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban bisa terlihat
dengan jelas dalam kavum uteri maka kemungkinan kehamilan ektopik terjadi.
2.9 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan
intraperitonial.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak
pada uterus.
3. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi
implantasi, perdarahan.
4. Intoleransi aktivitaas berhubungan dengan kelemahan dan banyaknya darah
yang keluar saat perdarahan
5. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan.
2.10 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan
intraperitonial
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi,
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal,
Tidak meringis
Intervensi Rasional
Tentukan sifat, lokasi, dan dirasi Membantu dalam mendiagnosis dan
nyeri. Kaji kontraksi uterus, menentukan tindakan yang akan
perdarahan, atau nyeri tekan abdomen dilakukan. Ketidaknyamanan
dihubungkan dengan aborsi spontan
dan molahidatidosa karena
kontraksi uterus yang mungkin
diperberat oleh infuse oksitosin.
Ruptur kehamilan ektopik
mengakibatkan nyeri hebat karena
hemoragi yang tersembunyi saat
tuba fallopii rupture ke dalam
abdomen.
Kaji stress psikologi ibu atau pasangan Ansietas sebagai respon terhadap
dan respon emosional terhadap kejadian situasi darurat dapat memperberat
ketidaknyamanan karena sindrom
ketegangan, ketakutan dan nyeri.
Berikan lingkungan yang tenang dan Dapat membantu dalam
aktifitas untuk menurunkan rasa menurunkan tigkat nyeri dan
16
Intervensi Rasional
- Awasi tanda vital, kaji pengisisn - Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit atau membran derajat/keadekuatan perfusi jaringan
mukosa dan dasar kuku dan membantu menentukan
kebutuhan intervensi
3. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi
, perdarahan
Tujuan : Diharapkan pasien menunjukkan volume cairan yang adekuat
Kriteria hasil :
- Tanda vital stabil
- Nadi teraba
- Haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal
Intervensi Rasional
- Awasi tekanan darah dan frekuensi Perubahan dapat menunjukkan efek
jantung hipovolemik (perdarahan/dehidrasi)
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan pasien untuk Mempengaruhi pemilihan
melakukan tugas, catat laporan intervensi/ bantuan
kelelahan, keletihan, dan kesulitan
dalam menyelesaikan tugas
Awasi tekanan darah, pernapasan dan Manifestasi kardio pulmonal dari
nadi selama dan sesudah aktivitas. upaya jantung dan paru untuk
Catat respon terhadap aktivitas (misal membawa jumlah oksigen adekuat
peningkatan denyut jantung atau ke jaringan.
tekanan darah, disritmia, pusing,
dipsnea, takipnea, dan sebagainya)
Berikan lingkungan tenang, Meningkatkan istirahat untuk
pertahankan tirah baring bila menurunkan kebutuhan oksigen
diindikasikan. Pantau dan batasi tubuh dan menurunkan regangan
pengunjung, telepon, dan gangguan jantunga dan paru.
berulang tindakan yang tak
direncanankan.
Ubah posisi pasien dengan perlahan Hipotensi postural atau hipoksia
dan pantau terhadap pusing serebral dapat menyebabkan
pusing, berdenyut, dan peningkatan
risiko cedera
Rencanakan kemajuan aktivitas dengan Meningkatkan secara bertahap
pasien termasuk aktivitas yang pasien tingkat aktivitas sampai normal dan
pandang perlu. Tingkatkan tingkat memperbaiki tonus otot / stamina
aktivitas sesuai toleransi tanpa kelemahan Meningkatkan
secara bertahap tingkat aktivitas
sampai normal dan memperbaiki
tonus otot / stamina tanpa
kelemahan
2.11 Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2010).
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi. (Lakaman 2011).
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses
pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter
(2010) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu
periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif.
2.12 Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
2.14Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan.
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi.
6. Mual dan muntah, anoreksia
2.15Komplikasi
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini
post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus
aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
4. Ventilasi paru tidak adekuat.
22
Asuhan Keperawatan
2.18Pengkajian
Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh
seseorang pasien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa bimbingan,
pengawasan, perlindungan. (Brunner & suddarth, 2009).
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data
tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus
menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan utama dari pada pengkajian
adalah memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan pasien
yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaaq
2013).
Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penyakit psikososial.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
nyeri pada abdomen.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil
sebelum akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan secara medis.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
24
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus vagus
adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
1) Inspeksi : Kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih
dada.
2) Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan dan massa.
3) Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi.
4) Auskultasi : Mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.
f. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk, ada tidaknya pembesaran.
2) Auskultasi : Mendengar bising usus.
3) Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi.
4) Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.
g. Ekstremitas
Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)
1) Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
4) Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
6) Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh.
2.19Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular,
ketidakseimbangan perseptual atau kognitif, peningkatan ekspansi paru,
energi, obstruksi trakeobronkial.
2. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.
26
Kriteria Evaluasi :
2. Tampak santai, dapat beristirahat / tidur dan ikut serta dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
No Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri atau Analisa secara seksama
ketidaknyamanan dengan skala 0 karekteristik nyeri membatu
– 10. diffirensial diagnosis nyeri.
Standarisasi skala nyeri
menunjang keakuratan
2. Ajarkan teknik manajemen nyeri Manajemen pengalihan fokus
: nafas dalam, guide imagery, perhatian nyeri. Pendidikan pada
relaksasi, visualisasi dan aktivitas pasien untuk mengurangi nyeri,
terapeutik. setiap orang memiliki perbedaan
derajat nyeri yang dirasakan
3. Kaji secara komprehensif kondisi Laporan pasien merupakan
nyeri termasuk lokasi, indikator terpercaya mengenai
karakteristik, onset, durasi, eksistensi dan intensitas nyeri
frekuensi, kuantitas atau kualitas pada pasien dewasa. Baru atau
nyeri, dan faktor peningkatan nyeri memerlukan
presipitasi/pencetus. medikal evaluasi segera.
4. Observasi secara verbal atau Respon verbal dapat menjadi
nonverbal ketidaknyamanan indikasi adanya dan derajat nyeri
yang dirasakan. Respon non
verbal menampilkan kondisi
nyeri.
5. Informasikan pasien prosedur Tindakan persiapan kondisi
yang dapat meningkatkan nyeri pasien sebelum prosedur dan
dan tawarkan koping adaptif. membantu mpasien menetapkan
koping sehubungan dengan
kebutuhan penanganan stres
akibat nyeri.
6. Berikan analgesic, narkotika, Menurunkan laju metabolic dan
sesuai indikasi. iritasi usus karena oksin
sirkulasi/local, yang membantu
menghilangkan nyeri dan
meningkatkan penyembuhan.
mengontrol atau mengurangi
nyeri untuk meningkatkan
istirahat dan meningkatkan kerja
sama dengan aturan terapeutik.
perubahan sensasi.
Kriteria hasil:
a) Pasien akan menunjukan perwatan optimal kulit dan luka secara rutin
pemasukan cairan secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal
Kriteria hasil:
nadi dengan kualitas yang baik, turgor kulit normal, membran mukosa
No Intervensi Rasional
Ukur dan catat pemasukan dan
Kaji pengeluaran urinarius,
pengeluaran (termasuk
1. terutama untuk tipe prosedur
pengeluaran cairan
operasi yang dilakukan.
gastrointestinal).
Tanda-tanda haemoragik usus
dan/atau pembentukan hematoma,
2. Pantau tanda-tanda vital.
yang dapat menyebabkan syok
hipovalemik.
Hasil laboratorium menambah
Monitor hasil laboratorium
keadaan objektif dari
sesuai indikasi (osmolalitas
ketidakseimbangan. Penurunan
urine <200mOsm/kg,
osmolalitas urine berhubungan
3. osmolalitas serum >300
dengan diuresis, peningkatan serum
mOsm/kg, serum sodium >145
osmolalitas, serum sodium dan
mEq/L, peningkatan level BUN
hematokrit menunjukan
dan hematokrit)
hemokonsentrasi
Edema dapat terjadi karena
perpindahan cairan berkenaan
4. Perhatikan adanya edema
dengan penurunan kadar albumin
serum/protein.
Meningkatkan dekompresi usus
untuk menurunkan distensi atau
kekuatan pada garis jahitan dan
Pertahankan patensi
5. menurunkan mual atau muntah ,
penghisapan NGT.
yang dapat menyrtai anastesi,
manipulasi usus, atau kondisi yang
sebelumnya ada, missal kanker.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
31
32
Alamat : Katingan
3.1.3Status Kesehatan
3.1.3.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan “ Nyeriperutbekasoperasi ”.P: nyerisaatbergerak, Q:
nyeriterasanyut-nyutan, R: lokasinyeri post operasi laparatomi, S:
skalanyeri 1-10 (5 nyeri sedang), T: dengandurasi 1-2 menit.
3.1.3.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan “Pada saat dirumah selama 10 hari mengeluh nyeri
perut dan keluar darah dari jalan lahir. Pada tanggal 8 April 2018 klien
di bawa ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Klien tiba di IGD
pukul 19.00 WIB dilakukan tindakan pemasangan infus ditangan kiri
RL 20 tpm,diberikanterapiobatinjeksi perIV cefotaxime2x1 gr, dan
kalnex 3x500mg. Klien pro laparatomi CITO sedia PRC 2 kolf. Operasi
dilakukan pada tanggal 9 April 2018. Klien setelah operasi lalu
dipindahkan ke ruang HCU di cempaka untuk mendapatkan terapi lebih
lanjut”. Setelahdilakukantindakan laparatomi
klienmengeluhnyerisaaatbergerak, denganP: nyerisaatbergerak, Q:
nyeriterasanyut-nyutan, R: lokasinyeri post operasi laparatomi, S:
skalanyeri 1-10 (5 nyeri sedang), T: dengandurasi 1-2
menit.Keadaanumumklientampaknyeridan tampak lemah.
3.1.3.3 Riwayat Kesehatan yang lalu (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan “Belum Pernah dirawat di Rumah Sakit dan belum
pernah melakukan tindakan operasi”.
3.1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan “Di dalam anggota keluarga
tidakadapenyakitketurunanseperti DM, hipertensi, stroke, jantung. Serta
tidakadapenyakitmenularseperti hepatitis, TB Paru, dll”.
33
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Hubungan keluarga
: Tinggal satu rumah
: Klien
2) Riwayat Obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: P2A0
No. Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis BB Masalah Keadaan
Partus Hamil Partus Penolong Kelamin Anak
Hml Lhr Nifas By
3) Daerah dada
Suara napas vesikuler, bunyi jantung S1 S2 (lup, dup), tidak ada
retraksi dada, tidak ada hiperpigmentasi aerola, keadaan puting susu
bersih, dan tidak ada nyeri pada payudara.
4) Abdomen
Belum teraba tinggi fundus, tidak ada kontraksi uterus,tidakada asites,
dan bising usus 10 x/menit. Adanya luka Post Op laparatomi kurang
lebih 15 cm, perban sedikit basah, luka Post Op H1.
5) Genitalia eksterna
Tidak ada edema,dan tidak ada pengeluaran lochea.
6) Anus
Tidak terdapat haemoroid
7) Ekstermitas atas dan bawah
Refleks pattela positif kanan dan kiri, ekstermitas simetris, dan tidak
ada edema.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Frekuensi makan 3x/hari, jenis makanan nasi, sayur, buah dan lauk-pauk
dengan porsi makan1 piring, makanan yang disukai soup, tidak ada alergi
terhadap makanan, dan jenis minuman seperti susu, air putih dan teh.
b) Eliminasi
1) Buang air besar (BAB)
BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan, bau khas dengan konsistensi
lunak, dan tidak ada keluhan BAB.
2) Buang air kecil (BAK)
Frekuensi 4-5 kali/sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak dan
tidak ada keluhan BAK.
c) Pola tidur dan istirahat
Tidur saat siang ± 2 jam dan malam ± 7-8 jam, tidak ada masalah dalam
istirahat dan tidur
36
6) Pemeriksaan Penunjang
Hari/Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Senin, 9 April 2018 Pemeriksaan
darah:
WBC 6,79 x 10^3/uL 4.00-10.00
RBC 3,83 x 10^6/uL 3,50-5,50
HGB 10,7 g/dL 11,0-15,0
PLT 232 x 10^3/uL 100-300
Tabel 3.1.Data penunjang Ny. R di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
7) Pengobatan
No. Jenis Obat Indikasi Kontra Indikasi
1. Infus RL 20 tpm Mengembalikan Kelainan ginjal,
keseimbangan elektrolit kerusakan sel hati,
Tabel 3.2 Penatalaksanaan medis pada Ny. R pada tanggal 10 April 2018 di
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
TD = 120/80 mmHg
N = 60-100x/mnt
S = 36,5-37,5oC
RR = 16-20x/mnt
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan luka klien 1. Mengetahui keadaan luka dan dapat
berhubungan tindakan keperawatan 2. Anjurkan menjaga kebersihan area menentukan tindakan selanjutnya
dengan luka kurang lebih 3 × 24 jam luka post operasi 2. Mengatasi kemungkinan terjadinya infeksi
Post Op diharapkan masalah 3. Anjurkan untuk tidak membasahi 3. Membasahi area luka dapat mengakibatkan
laparatomi. resiko infeksi dapat area luka infeksi pada luka
teratasi dengan kriteria 4. Lakukan perawatan luka (GV) 4. Membersihkan luka jahitan dan melihat
hasil: 5. Kolaborasi dengan dokter dalam keadaan luka
- Klien mengatakan pemberian obat antibiotic 5. Obat antibiotic digunakan untuk mencegah
“perban sudah Cefotaxime 2x1gr terjadinya infeksi bakteri.
diganti”
- Perban tampak bersih
- Luka tampak kering
Tabel 3.4 Intervensi keperawatan Ny. R pada tanggal 10 April 2018 di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
42
O:
- Klien masih tampaknyeri
- Klien
mengikuticarateknikrelaksasidandistraksiseperti
yang sudahdiajarkan.
- TTV klien :
TD = 110/70 mmHg
43
N = 112x/mnt
S = 36,3oC
RR = 24x/mnt
A:Masalah nyeriakutteratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3 &5.
44
Selasa, 10 April 1. Mengoservasi keadaan luka klien S: Klien mengatakan “perban saya belum diganti”
2018 2. Menganjurkan menjaga kebersihan area luka O:
Pukul 07.00- post operasi - Luka post operasi masih diperban
14.00WIB 3. Mengajurkan untuk tidak membasahi area - Perban bagian pinggir basah
luka - Tidaktampakresikotanda-tandainfeksipada area
4. Berkolaborasidengandokterdalampemberian luka bagian luar.
obat antibiotic A: Masalah resikoinfeksi belum teratasi Fitria
Cefotaxime 2x1gr P: Lanjutkan intervensi: 1, 2, 3,&4.
Tabel 3.5 Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Ny. Rdi Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
45
Daftar Pustaka