Anda di halaman 1dari 45

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah suatu proses yang akan dialami oleh semua wanita
yang ada di dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) hal ini dapat di hitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulanyaitu triwulan pertama yang
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulankedua dari bulan keempat
sampai bulan keenam, triwulan ketiga daribulan ketujuh sampai 9 bulan
(Saifuddin, 2008).
Kehamilan dan persalinan setiap ibu akan mengalami resiko
kematian, kesakitan ketidakpuasan baik pada bayi maupun pada ibu
(Saifuddin, 2008). Data dari Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization) menunjukan bahwa pada tahun 2003 terdapat kasus
kehamilan ektopik sebesar 0,04% kelahiran didunia ini menderita
kehamilan ektopik. Jenis kehamilan ektopik sebagian besar (80%)
dialami oleh wanita yang berusia diatas 35tahun, serta dialami wanita
dengan paritas pertama atau kedua (60%).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dalam
Profil Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 214 per
100.000 kelahiran hidup. pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI)
pada tahun 2010 sudah jauh menurun dibandingkan dengan Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007, yaitu 228 per 100.000 kelahiran
hidup. AKI disebabkan oleh perdarahan (53,23%), eklamsi (27,42%),
infeksi (11,29%), dan lain-lain (8,06%).
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih banyak dipakai.Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang

1
2

terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus.Pada kasus


yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur
dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa medis P2A0 PostLaparatomi H1 Indikasi Kehamilan Ektopik
Terganggudi Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh kemampuan membuat dan menyajikan laporan dan asuhan
keperawatan serta pangalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien Ny. R dengan diagnosa medis P2A0 PostLaparatomi H1Indikasi Kehamilan
Ektopik Terganggudi Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Kusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Ny. R dengan di Ruang
Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.2 Menganalisa data yang telah diperoleh dari masalah kesehatan Ny. R di
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.3 Merumuskan diagnose keperawatan pada klien Ny. Rdi Ruang Cempaka
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.4 Memprioritaskan diagnosa keperawatan Ny. Rdi Ruang Cempaka RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.5 Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan
pada klien Ny. Rdi Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
1.3.2.6 Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien Ny. Rdi
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini diharapkan memberikan
sumbangan ilmu bagi keperawatan untuk menambah pengetahuan untuk
menambah pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa medis P2A0 PostLaparatomi H1Indikasi Kehamilan Ektopik Terganggudi
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya serta memperkuat
teori yang sudah ada.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Penulis
1) Sebagai suatu syarat kelulusan praktik klinik
2) Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada klien denganP2A0 PostLaparatomi H1Indikasi
Kehamilan Ektopik Terganggu, serta aplikasinya.
3) Memperoleh pengalaman dalam membuat Laporan dan asuhan
keperawatan dibidang keperawatan dan memberikan informasi sebagai
bahan masukan Laporan dan asuhan keperawatan yang akan datang.

1.4.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan


Manfaat Laporan Studi Kasus bagi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya khusunya perawat di Ruang Cempaka adalah sebagi bahan masukan dalam
pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelaksanaan serta bahan evaluasi
dan perbaikan asuhan keperawatan.
1.4.2.3 Bagi Institusi
Diharapkan menjadi sumber informasi, bacaan, dan bahan masukan untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya yang terkait dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien denganP2A0 PostLaparatomi H1Indikasi
Kehamilan Ektopik Terganggu.
1.4.2.4 Bagi Mahasiswa
Diharapkan menjadi sumber informasi, bacaan, dan bahan masukan untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa STIKes Eka Harap Palangka Raya
khususnya yang terkait dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien P2A0
PostLaparatomi H1Indikasi Kehamilan Ektopik Terganggu.
4

1.4.2.5 Bagi Masyarakat

Diharapkan menjadi sumber informasi, bacaan, dan bahan masukan untuk


menambah wawasan bagi masyarakat Palangka Raya khususnya yang terkait
dengan P2A0 PostLaparatomi H1Indikasi Kehamilan Ektopik Terganggu.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat


yang terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan
perkembangan kehidupan janin.

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.

2.2 Etiologi

Kehamilan ektopik terganggu sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.


Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang
berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:

1. Faktor mekanis

Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke


dalam kavum uteri, antara lain:

1) Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan


mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
2) Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan
lumen.
3) Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
4) Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.

5
6

5) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia.
6) Penggunaan IUD

2. Faktor Fungsional
1) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal.
2) Refluks menstruasi.
3) Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
4) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
5) Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

2.3 Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada
nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah
tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jaringan yang menyerupai dsidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak
tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam
lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.

Di bawah pengaruh hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum


graviditatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat
berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada
endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan
7

intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma


sel dapat berlubang-lubang atau berbusa dan kadang-kadang ditemukan mitosis.
Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan ektopik.Setelah
janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan
berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh, perdarahan yang
dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan
oleh pelepasan desidua yang degeneratif.Mengenai nasib kehamilan dalam tuba
terdapat beberapa kemungkinan. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan
hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam
uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu.
8
9

2.4 Manifestasi Klinis

Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba atau
terjadi rupture tuba. Mungkin dijumpai rasa nyeri dan gejala hamil muda. Pada
pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan tua
kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba, karena tuba dalam
keadaan lembek. Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada
tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang
terdapat dalam rongga abdomen, dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan
terjadi. Dengan demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai
berikut :
1. Amenorea
1) Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan
2) Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda kehamilan muda, yaitu morning
sickness, mual-mual, terjadi perasaan ngidam.
2. Terjadi nyeri abdomen
1) Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah
2) Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen tergantung dari perdarah di
dalamnya
3) Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi
nyeri di daerah bahu
4) Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum
Douglas akan terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat buang air besar
3. Perdarahan
1) Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam
kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi
2) Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi
gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan
darah menurun sampai jatuh dalam keadaan syok
10

3) Hilangnya darah dari peredaran darah umum yang mengakibatkan


penderita tampak anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat
dingin, kesadaran menurun, dan pada abdomen terdapat timbunan darah
4) Setelah kehamilannya mati, desidua dalam kavum uteri dikeluarkan dalam
bentuk desidua spuria, seluruhnya dikeluarkan bersama dan dalam bentuk
perdarahan hitam seperti menstruasi.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan
dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak
mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan
2. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.
Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka
akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping
uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol
dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-
kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah
merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu,
terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus
jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Penghitungan leukosit
secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat.
Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik,
dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000
biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna
apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan
menyebabkan tes negative.
4. Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
11

5. Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti


ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya
tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus
kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi
bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus
bikornis.
6. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk
kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain
meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam
dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum
Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin
mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
melakukan laparotomi.
2.6 Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.

1. Kondisi ibu pada saat itu.


2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi


pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum
pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari
tindakan pembedahan.Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka
deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan.
Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
12

1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar
daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi
laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

2.7 Komplikasi

Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan


diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, dan kematian.Komplikasi yang timbul
akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ
sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada
juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
13

Asuhan Keperawatan

2.8 Pengkajian

1. Identitas Pasien : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
dan penanggungjawabnya.
2. Keluhan utama : mual, muntah, nyeri abdomen
3. Riwayat penyakit
a. Menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
b. Menanyakan penyakit yang sedang dialami sekarang
c. Menanyakan apakah pasien pernah menjalani operasi
4. Riwayat keluarga
a. Menanyakan apakah di keluarga pasien ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular kronis
b. Menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya ada yang memiliki
penyakit keturunan
c. Menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah melahirkan
atau hamil anak kembar dengan komplikasi
5. Riwayat obstetrik:
a. Menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
b. Menanyakan berapa kali ibu itu hamil
c. Menanyakan berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan berapa
banyak pengeluaran lochea
d. Menanyakan jika datang menstruasi terasa sakit
e. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami abortus
f. Menanyakan apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami kelainan
g. Menanyakan apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
h. Menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus).
a. Makan minum tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah, mukosa
bibir kering, pucat.
b. Eliminasi tanda :
BAB : konstipasi, nyeri saat BAB
14

BAK : Sering kencing


c. Aktivitas tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat oedema pada
ekstremitas bawah (tungkai kaki)
7. Pemeriksaan Umum
a. Inspeksi
- Terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan biru, hitam dan
lebam
- Terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
b. Pada palpasi perut dan perkusi
- Terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness)
- Nyeri tekan hebat pada abdomen
- Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
- Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
- Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
c. Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
d. Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat sakit
8. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
- Timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
- Leukositosis ringan ( < 15000)
b. Pemeriksaan tes kehamilan
Tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif pada kadar
HCG yang lebih rendah
c. Pemeriksaan kuldosintesis
- Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
- Untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat memberikan hasil negative
palsu atau positif palsu
d. Diagnostic laparoskopi
Untuk mendiagnosis penyakit pada organ pelvis termasuk kehamilan ektopik
e. Ultra sonografi (USG)
15

Untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban bisa terlihat
dengan jelas dalam kavum uteri maka kemungkinan kehamilan ektopik terjadi.
2.9 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan
intraperitonial.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak
pada uterus.
3. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi
implantasi, perdarahan.
4. Intoleransi aktivitaas berhubungan dengan kelemahan dan banyaknya darah
yang keluar saat perdarahan
5. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan.
2.10 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan
intraperitonial
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi,
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal,
Tidak meringis
Intervensi Rasional
Tentukan sifat, lokasi, dan dirasi Membantu dalam mendiagnosis dan
nyeri. Kaji kontraksi uterus, menentukan tindakan yang akan
perdarahan, atau nyeri tekan abdomen dilakukan. Ketidaknyamanan
dihubungkan dengan aborsi spontan
dan molahidatidosa karena
kontraksi uterus yang mungkin
diperberat oleh infuse oksitosin.
Ruptur kehamilan ektopik
mengakibatkan nyeri hebat karena
hemoragi yang tersembunyi saat
tuba fallopii rupture ke dalam
abdomen.
Kaji stress psikologi ibu atau pasangan Ansietas sebagai respon terhadap
dan respon emosional terhadap kejadian situasi darurat dapat memperberat
ketidaknyamanan karena sindrom
ketegangan, ketakutan dan nyeri.
Berikan lingkungan yang tenang dan Dapat membantu dalam
aktifitas untuk menurunkan rasa menurunkan tigkat nyeri dan
16

nyeri.Instruksikan klien untuk karenanya mereduksi


menggunakan metode relaksasi ketidaknyamanan
misalnya nafas dalam, visualisasi
distraksi dan jelaskan prosedur.
Kolaborasi : Meningkatkan kenyamanan,
- Berikan narkotik atau sedative berikut menurunkan risiko komplikasi
obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan.
pembedahan diindikasikan

Siapkan untuk prosedur bedah bila Tindakan terhadap penyimpangan


terdapat indikasi dasar akan menghilangkan nyeri

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak


pada uterus
Tujuan : pasien mampu mendemonstrasikan perfusi yang adekuat
secara individual
Kriteria hasil :
- Kulit hangat dan kering
- Ada nadi perifer / kuat
- Tanda vital dalam batas normal
- Pasien sadar/berorientasi
- Keseimbangan pemasukan/pengeluaran
- Tak ada edema

Intervensi Rasional
- Awasi tanda vital, kaji pengisisn - Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit atau membran derajat/keadekuatan perfusi jaringan
mukosa dan dasar kuku dan membantu menentukan
kebutuhan intervensi

Kaji respon verbal melambat, mudah Dapat mengindikasikan gangguan


terangsang, agitasi, gangguan memori, funsi serebral karena hipoksia atau
bingung defisiensi vitamin B12

Catan keluhan rasa dingin. Pertahankan - Fase konstriksi (organ vital)


suhu lingkungan dan tubuh hangat menurunkan sirkulasi perifer.
sesuai indikasi Kenyamanan pasien atau kebutuhan
rasa hangat harus seimbang dengan
kebutuhan untuk menghindari panas
17

berlebihan pencetus fasodilatasi


(penurunan perfusi organ)

Kolaborasi : Meningkatkan jumlah sel pembawa


- Berikan SDM yang lengkap/packed, oksigen ; memperbaiki defisiensi
produk darah sesuai indikasi. Awasi untuk menurunkan risiko
ketat untuk komplikasi tranfusi perdarahan.

Berikan oksigen tambahan sesuai Memaksimalkan transfer oksigen ke


indikasi jaringan.

3. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi
, perdarahan
Tujuan : Diharapkan pasien menunjukkan volume cairan yang adekuat
Kriteria hasil :
- Tanda vital stabil
- Nadi teraba
- Haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal
Intervensi Rasional
- Awasi tekanan darah dan frekuensi Perubahan dapat menunjukkan efek
jantung hipovolemik (perdarahan/dehidrasi)

Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler Indicator langsung status


dan kondisi umum membran mukosa cairan/hidrasi
Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna dalam
pasien terhadap perdarahan misalnya : mengukur berat/ lamanya episode
perubahan mental, kelemahan, gelisa, perdarahan. Memburuknya gejala
ansietas, pucat, berkeringat, tacipnea, dapat menujukkan berlanjutnya
peningkatan suhu. perdarahan atau tidak adekuatnya
penggantian cairan.

Pertahankan pencatatan akurat sub total Potensial kelebihan tranfusi cairan


cairan / darah selama terapi khususnya bila volume tambahan
penggantian diberikan sebelum tranfusi darah.

Kolaborasi : Mempertahankan keseimbangan


- Berikan cairan Iv sesuai indikasi
cairan/elektrolit pada tak adanya
pemasukan melalui oral;
menurunkan risiko komplikasi
ginjal.
- Memberikan SDM, trombosit, dan Memperbaiki/ menormalkan jumlah
factor pembekuan SDM dan kapasitas pembawa
oksigen untuk memperbaiki anemi,
18

berguna untuk mencegah/


mengobati perdarahan

4. Intoleransi aktivitaas berhubungan dengan kelemahan dan banyaknya darah


yang keluar saat perdarahan
Tujuan : Diharapkan pasien mampu melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas dan menunjukkan penurunan tanda fisisologis intoleransi
Kriteria hasil :
Tanda vital masih dalam rentang normal

Intervensi Rasional
Kaji kemampuan pasien untuk Mempengaruhi pemilihan
melakukan tugas, catat laporan intervensi/ bantuan
kelelahan, keletihan, dan kesulitan
dalam menyelesaikan tugas
Awasi tekanan darah, pernapasan dan Manifestasi kardio pulmonal dari
nadi selama dan sesudah aktivitas. upaya jantung dan paru untuk
Catat respon terhadap aktivitas (misal membawa jumlah oksigen adekuat
peningkatan denyut jantung atau ke jaringan.
tekanan darah, disritmia, pusing,
dipsnea, takipnea, dan sebagainya)
Berikan lingkungan tenang, Meningkatkan istirahat untuk
pertahankan tirah baring bila menurunkan kebutuhan oksigen
diindikasikan. Pantau dan batasi tubuh dan menurunkan regangan
pengunjung, telepon, dan gangguan jantunga dan paru.
berulang tindakan yang tak
direncanankan.
Ubah posisi pasien dengan perlahan Hipotensi postural atau hipoksia
dan pantau terhadap pusing serebral dapat menyebabkan
pusing, berdenyut, dan peningkatan
risiko cedera
Rencanakan kemajuan aktivitas dengan Meningkatkan secara bertahap
pasien termasuk aktivitas yang pasien tingkat aktivitas sampai normal dan
pandang perlu. Tingkatkan tingkat memperbaiki tonus otot / stamina
aktivitas sesuai toleransi tanpa kelemahan Meningkatkan
secara bertahap tingkat aktivitas
sampai normal dan memperbaiki
tonus otot / stamina tanpa
kelemahan

Gunakan teknik penghematan energy Mendorong pasien untuk


misal mandi dengan duduk, duduk melakukan banyak dengan
untuk melakukan tugas-tugas. membatasi penyimpangan energy
19

dan mencegah kelemahan

5. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan


Tujuan : Diharapkan cemas pasien berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien tampak tenang
- Pasien tidak gelisah
- Menunjukkan kemampuan untuk menghadapi masalah
Intervensi Rasional
Pertahankan hubungan yang sering Menjamin bahwa pasien tidak
denngan pasien. Berbicara dan akan sendiri atau ditelantarkan:
berhubungan dengan pasien menunjukkan rasa menghargai,
dan menerima orang tersebut,
membantu meningkatkan rasa
percaya.
Berikan informasi akurat dan konsisten Dapat mengurangi ansietas dan
mengenai prognosis.hindari argumentasi ketidakmampuan pasien untuk
mengenai persepsi pasien terhadap membuat keputusan/pilhan
situasi tersebut berdasarkan realita
Wapada terhadap tanda-tanda Pasien mungkin akan
penolakan/depresi,mis:menarik diri, menggunakan mekanisme
marah, ucap-ucapan yang tidak tepat. bertahan dengan penolakan dan
Tentukan timbulnya ide bunuh diri dan terus berharap bahwa diagnosanya
kaji potensialnya pada skala 1-10 tidak akurat.rasa bersalah dan
tekanan spiritual mungkin akan
menyebabkanpasien menarik diri
dan percaya bahwa bunuh diri
adalah suatu alternatif

Berikan lingkungan terbuka dimana Membantu pasien untuk merasa


pasien akan merasa aman untuk diterima pada kondisi sekarang
mendiskusikan perasaan atau menahan tanpa persaan dihakimi dan
diri untuk berbicara meningkatkan persaan harg diri
dan kontrol

Izinkan pasien untuk merefleksikan rasa Penerimaan perasaan akan


marah,takut, putus asa tanpa konfrontasi. membuat pasien dapat menerima
Berikan informasi bahwa perasaannya situasi
adalah normal dan perlu diekspresikan
20

2.11 Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2010).
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi. (Lakaman 2011).
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses
pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter
(2010) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu
periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif.
2.12 Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).


2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Massa pada abdomen
2.13 Patofisiologi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat
berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.
Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
21

pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga


harus di lakukan laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan
darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan
usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan
darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi
organ dan respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko
tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013).

2.14Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan.
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi.
6. Mual dan muntah, anoreksia
2.15Komplikasi
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini
post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus
aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
4. Ventilasi paru tidak adekuat.
22

5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.


6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).
2.16 Jenis-jenis laparatomi
1. Mid-line incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
bawah 4cm diatas anterior spinaliliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy. Latihan - latihan fisik seperti latihan napas dalam, latihan
batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong,
Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari
ke 2 post operasi.(Smeltzer, 2012).
2.17Indikasi
Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan
apendiksitis, pangkreatitis, hernia, kista ovarium, kangker serviks, kangker
ovarium, kangker tuba falopi, kangker hati, kangker lambung, kangker kolon,
kangker kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis, trauma
abdomen, pendarahan abdomen, massa abdomen.
23

Asuhan Keperawatan

2.18Pengkajian
Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh
seseorang pasien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa bimbingan,
pengawasan, perlindungan. (Brunner & suddarth, 2009).
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data
tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus
menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan utama dari pada pengkajian
adalah memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan pasien
yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaaq
2013).
Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penyakit psikososial.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
nyeri pada abdomen.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil
sebelum akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan secara medis.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
24

Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes


melitus,atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga status emosional meningkat, interaksi
meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,
hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan
apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
4. Aktivitas sehari-hari (sebelum dan selama sakit)
a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
c. Pola Personal Hygiene
d. Pola Istirahat dan Tidur
e. Pola Aktivitas dan Latihan
f. Seksualitas atau reproduksi
5. Peran
a. Persepsi diri/konsep diri
b. Kognitif diri/konsep diri
c. Kognitif perseptual
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat
operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),
gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam
menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus
olfatorius (nervus I).
25

d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus vagus
adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
1) Inspeksi : Kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih
dada.
2) Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan dan massa.
3) Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi.
4) Auskultasi : Mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.
f. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk, ada tidaknya pembesaran.
2) Auskultasi : Mendengar bising usus.
3) Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi.
4) Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.
g. Ekstremitas
Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)
1) Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
4) Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
6) Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh.
2.19Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular,
ketidakseimbangan perseptual atau kognitif, peningkatan ekspansi paru,
energi, obstruksi trakeobronkial.
2. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.
26

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan,


perubahan sensasi.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan secara oral, hilangnya cairan tubuh
secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur normal seperti
muntah.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan atau luka operasi
laparatomi.
2.20Intervensi Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular,
ketidakseimbangan perseptual / kognitif, peningkatan ekspansi paru,
energi, obstruksi trakeobronkial.
Tujuan: Pola nafas efektif.
Kriteria hasil: Menetapkan pola nafas yang normal / efektif dan bebas dari
sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
No. Intervensi Rasional
1. Observasi frekuensi dan Mencegah obstruksi jalan nafas.
kedalaman pernafasan, perluasan
rongga dada, retraksi atau
pernafasan cuping hidung.
2. Ventilasi dalam yang aktif Dilakukan untuk meningkatkan
membuka alveolus, atau memaksimalkan
mengeluarkan sekresi, mening- pengambilan oksigen.
katkan pengangkutan oksigen,
membuang gas anestesi, batuk
membantu pengeluaran sekresi
dari sistem pernafasan.
3. Auskultasi suara nafas. Dengarkan adanya kumur-
kumur, mengi, crow dan atau
keheningan setelah ekstubasi.

2. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.

Tujuan: Nyeri teratasi.

Kriteria Evaluasi :

1. Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / dihilangkan.


27

2. Tampak santai, dapat beristirahat / tidur dan ikut serta dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

No Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri atau Analisa secara seksama
ketidaknyamanan dengan skala 0 karekteristik nyeri membatu
– 10. diffirensial diagnosis nyeri.
Standarisasi skala nyeri
menunjang keakuratan
2. Ajarkan teknik manajemen nyeri Manajemen pengalihan fokus
: nafas dalam, guide imagery, perhatian nyeri. Pendidikan pada
relaksasi, visualisasi dan aktivitas pasien untuk mengurangi nyeri,
terapeutik. setiap orang memiliki perbedaan
derajat nyeri yang dirasakan
3. Kaji secara komprehensif kondisi Laporan pasien merupakan
nyeri termasuk lokasi, indikator terpercaya mengenai
karakteristik, onset, durasi, eksistensi dan intensitas nyeri
frekuensi, kuantitas atau kualitas pada pasien dewasa. Baru atau
nyeri, dan faktor peningkatan nyeri memerlukan
presipitasi/pencetus. medikal evaluasi segera.
4. Observasi secara verbal atau Respon verbal dapat menjadi
nonverbal ketidaknyamanan indikasi adanya dan derajat nyeri
yang dirasakan. Respon non
verbal menampilkan kondisi
nyeri.
5. Informasikan pasien prosedur Tindakan persiapan kondisi
yang dapat meningkatkan nyeri pasien sebelum prosedur dan
dan tawarkan koping adaptif. membantu mpasien menetapkan
koping sehubungan dengan
kebutuhan penanganan stres
akibat nyeri.
6. Berikan analgesic, narkotika, Menurunkan laju metabolic dan
sesuai indikasi. iritasi usus karena oksin
sirkulasi/local, yang membantu
menghilangkan nyeri dan
meningkatkan penyembuhan.
mengontrol atau mengurangi
nyeri untuk meningkatkan
istirahat dan meningkatkan kerja
sama dengan aturan terapeutik.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan,

perubahan sensasi.

Tujuan: Integritas kulit kembali normal


28

Kriteria hasil:

a) Pasien akan menunjukan perwatan optimal kulit dan luka secara rutin

b) Menunjukan intgritas kulit dan membrane mukosa adekuat

(temperature jaringan, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna)

c) Mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa ada komplikasi.

No. Intervensi Rasional


Monitor karakteristik luka Permulaan pengkajian yang
meliputi lokasi, ada/tidaknya merupakan langkah awal utnuk
dan karakter eksudat, memberikan perawatan individual.
ada/tidaknya jaringan nekrotik, Penemuan abnormal dapat menjadi
1.
ada/tidaknya tanda-tanda infeksi data untuk masalah dan dapat
(nyeri, bengkak, kemerahan, digunakan untuk pedoman
peningkatan sushu, penurunan perencanaan perawatan
fungsi).
Bersihkan dan ganti balutan Pencegahan komplikasi luka
2. (wound care) luka dengan teknik terhadap kontaminasi silang dan
steril. membantu penyembuhan luka.
Pencegahan kerusakan kulit
Minimalisir penekanan pada merupakan salah satu penanganan
3.
bagian luka. mudah masalah sebelum kerusakan
kulit berkembang
Pantau tanda-tanda vital dengan Pasien dengan kondisi post
sering, perhatikan demam, pembedahan beresiko tinggi
takipneu, takikardi dan gemetar. mengalami komplikasi. Evaluasi
4.
Periksa luka dengan sering segera dapat menjadi ukuran
terhadap bengkak insisi pencegahan dan penanganan dini.
berlebihan, inlamasi drainage.
Menurunkan imunokompentesi, ini
mempengaruhi pemulihan luka
Berikan antibiotic sesuai pada infeksi. Meningkatkan
5.
indikasi vaskulitis dan fibrosis pada
jaringan penyambung,
mempengaruhi

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan

pemasukan cairan secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal

seperti melalui kateter, selang, jalur normal seperti muntah.

Tujuan: Kekurangan volume cairan tidak terjadi


29

Kriteria hasil:

Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, sebagaimana

ditunjukan dengan adanya tanda-tanda vital yang stabil, palpasi denyut

nadi dengan kualitas yang baik, turgor kulit normal, membran mukosa

lembab dan pengeluaran urine individu yang sesuai.

No Intervensi Rasional
Ukur dan catat pemasukan dan
Kaji pengeluaran urinarius,
pengeluaran (termasuk
1. terutama untuk tipe prosedur
pengeluaran cairan
operasi yang dilakukan.
gastrointestinal).
Tanda-tanda haemoragik usus
dan/atau pembentukan hematoma,
2. Pantau tanda-tanda vital.
yang dapat menyebabkan syok
hipovalemik.
Hasil laboratorium menambah
Monitor hasil laboratorium
keadaan objektif dari
sesuai indikasi (osmolalitas
ketidakseimbangan. Penurunan
urine <200mOsm/kg,
osmolalitas urine berhubungan
3. osmolalitas serum >300
dengan diuresis, peningkatan serum
mOsm/kg, serum sodium >145
osmolalitas, serum sodium dan
mEq/L, peningkatan level BUN
hematokrit menunjukan
dan hematokrit)
hemokonsentrasi
Edema dapat terjadi karena
perpindahan cairan berkenaan
4. Perhatikan adanya edema
dengan penurunan kadar albumin
serum/protein.
Meningkatkan dekompresi usus
untuk menurunkan distensi atau
kekuatan pada garis jahitan dan
Pertahankan patensi
5. menurunkan mual atau muntah ,
penghisapan NGT.
yang dapat menyrtai anastesi,
manipulasi usus, atau kondisi yang
sebelumnya ada, missal kanker.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka operasi


laparatomi.
Tujuan:
Kriteria hasil:
1. Klien tidak mengakami infeksi
30

2. Luka cepat sembuh tanpa komplikasi

No. Intervensi Rasional


Mengetahui tanda awal terjadinya
1. Monitor tanda-tanda vital
infeksi
perawatan luka dengan tekhnik
Lakukan tehnik perawatan luka aseptic dapat mencegah
2.
dengan tehnik septik dan aseptik berkembangbiaknya
mikroorganisme penyebab infeksi
Observasi penyatuan luka, mengetahui secara dini tanda
3. karakter drainage, adanya infeksi atau memperburuknya
inflmasi kondisi luka.
dengan nutrisi yang baik dapat
4. Berikan nutrisi yang adekuat
meningkatkan daya tahan tubuh
antibiotika menurunkan jumlah
mikroorganisme dan juga dapat
Kolaborasi dalam pemberian
5. membunuh mikroorganisme
antibiotika
dengan penggunaan secara
teratur.
31

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Fitria Indah Permata


NIM : 2013.C.05a.0487
Ruang Praktik : Cempaka
Tanggal Praktik : 9 April – 21 April 2018
Tanggal dan Jam Pengkajian :10 April 2018, pukul 13.00 WIB

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien


Nama : Ny. R
Tempat/Tgl Lahir : Katingan, 01 Januari 1989
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : IbuRumahTangga
Gol. Darah :B
Alamat : Katingan
Diagnosa Medis : Post Laparatomi H1 Indikasi Kehamilan
Ektopik Terganggu
Penghasilan Perbulan :-
Tanggal MRS : 8 April 2018
Tanggal Pengkajian : 10 April 2018
3.1.2 Identitas Suami
Nama : Tn. W
Umur : 38 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah :-

31
32

Alamat : Katingan
3.1.3Status Kesehatan
3.1.3.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan “ Nyeriperutbekasoperasi ”.P: nyerisaatbergerak, Q:
nyeriterasanyut-nyutan, R: lokasinyeri post operasi laparatomi, S:
skalanyeri 1-10 (5 nyeri sedang), T: dengandurasi 1-2 menit.
3.1.3.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan “Pada saat dirumah selama 10 hari mengeluh nyeri
perut dan keluar darah dari jalan lahir. Pada tanggal 8 April 2018 klien
di bawa ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Klien tiba di IGD
pukul 19.00 WIB dilakukan tindakan pemasangan infus ditangan kiri
RL 20 tpm,diberikanterapiobatinjeksi perIV cefotaxime2x1 gr, dan
kalnex 3x500mg. Klien pro laparatomi CITO sedia PRC 2 kolf. Operasi
dilakukan pada tanggal 9 April 2018. Klien setelah operasi lalu
dipindahkan ke ruang HCU di cempaka untuk mendapatkan terapi lebih
lanjut”. Setelahdilakukantindakan laparatomi
klienmengeluhnyerisaaatbergerak, denganP: nyerisaatbergerak, Q:
nyeriterasanyut-nyutan, R: lokasinyeri post operasi laparatomi, S:
skalanyeri 1-10 (5 nyeri sedang), T: dengandurasi 1-2
menit.Keadaanumumklientampaknyeridan tampak lemah.
3.1.3.3 Riwayat Kesehatan yang lalu (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan “Belum Pernah dirawat di Rumah Sakit dan belum
pernah melakukan tindakan operasi”.
3.1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan “Di dalam anggota keluarga
tidakadapenyakitketurunanseperti DM, hipertensi, stroke, jantung. Serta
tidakadapenyakitmenularseperti hepatitis, TB Paru, dll”.
33

GENOGRAM KELUARGA

Bagan 3.1 Genogram keluarga klien Ny. R

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Hubungan keluarga
: Tinggal satu rumah
: Klien

3.1.3.5 Riwayat Ginekologi dan Obstetric


1) Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi
Menarce pada usia 13 tahun dengan lamanya haid 4-5 hari, siklus 28 hari,
banyaknya ± 50cc/hari, dengan sifat darah cair dan merah, HPHT 20
Januari 2018, dan taksiran persalinan 27 November 2018.
2) Riwayat perkawinan
Lamanya pernikahan sudah 10 tahun dengan pernikahan yang ke 1.
3) Riwayat keluarga berencana
Klien menggunakan alat kontrasepsi yang digunakan KB suntik 3
bulan,waktudan lama penggunaan 6 bulan, alatkotrasepsi yang
direncanakan setelah dilakukan tindakan laparatomiadalahmelanjutkan
KB suntik 3 bulandan anak yang direncanakan keluarga adalah 3 anak.
34

2) Riwayat Obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: P2A0
No. Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis BB Masalah Keadaan
Partus Hamil Partus Penolong Kelamin Anak
Hml Lhr Nifas By

1. 15-1- 38 Normal Bidan Laki-laki 2,7 mual - - - Hidup


2008 mgg Kg
2. 2-3-2012 38 Normal Bidan Laki-laki 2,9 - - - - Hidup
mgg Kg
b. Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan klien waktu hamil mual,muntah,
dantidaknafsumakanpadatrisemester I, imunisasi TT dilakukan tiga kali,
penambahan berat badan selama hamil 5 kg, pemeriksaan kehamilan
teratur dilakukan di Puskesmas Katingan.
c. Riwayat persalinan sekarang
P2A0, tanggal melahirkan 2 Maret 2012, jenis persalinan normal, jenis
kelamin bayi laki-laki, berat badan bayi 2,9 kg.
3) Pemeriksaan Fisik
a. Ibu
1) Keadaan umum
Kesadaran compos menthis, klien tampak meringis, klien tampak
lemah,berat badan sebelum hamil 60 kg, suhu 36,3OC, nadi 112
x/menit, pernapasan 24x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, berat
badan saat hamil 50 kg, tinggi badan 153 cm.
2) Kepala
Warna rambut hitam dan merata, keadaan rambut bersih, tidak edema
pada muka, mukosa mulut dan bibir lembab, keadaan gigi bersih dan
tidak ada karies, fungsi pengecapan dapat merasakan asam asin dan
manis, keadaan mulut bersih, fungsi menelan baik, konjunctiva merah
muda, sclera tidak ikterik berwarna putih, fungsi penglihatan baik
klien dapat membaca buku yang diberikan oleh perawat dengan benar,
tidak ada peradangan/perdarahan pada hidung dan keadaan hidung
bersih, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
35

3) Daerah dada
Suara napas vesikuler, bunyi jantung S1 S2 (lup, dup), tidak ada
retraksi dada, tidak ada hiperpigmentasi aerola, keadaan puting susu
bersih, dan tidak ada nyeri pada payudara.
4) Abdomen
Belum teraba tinggi fundus, tidak ada kontraksi uterus,tidakada asites,
dan bising usus 10 x/menit. Adanya luka Post Op laparatomi kurang
lebih 15 cm, perban sedikit basah, luka Post Op H1.
5) Genitalia eksterna
Tidak ada edema,dan tidak ada pengeluaran lochea.
6) Anus
Tidak terdapat haemoroid
7) Ekstermitas atas dan bawah
Refleks pattela positif kanan dan kiri, ekstermitas simetris, dan tidak
ada edema.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Frekuensi makan 3x/hari, jenis makanan nasi, sayur, buah dan lauk-pauk
dengan porsi makan1 piring, makanan yang disukai soup, tidak ada alergi
terhadap makanan, dan jenis minuman seperti susu, air putih dan teh.
b) Eliminasi
1) Buang air besar (BAB)
BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan, bau khas dengan konsistensi
lunak, dan tidak ada keluhan BAB.
2) Buang air kecil (BAK)
Frekuensi 4-5 kali/sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak dan
tidak ada keluhan BAK.
c) Pola tidur dan istirahat
Tidur saat siang ± 2 jam dan malam ± 7-8 jam, tidak ada masalah dalam
istirahat dan tidur
36

d) Pola aktivitas dan latihan


Mengurus anak, bersih-bersih rumah. Selama hamil klien beraktivitas
seperti biasa saja. Saat masuk rumah sakit klien hanya mampu terbaring
ditempat tidur. Kegiatan diwaktu luang klien beristirahat. Latihan yang
dilakukan klien seperti miring dan setengah duduk.
e) Personal hygiene
Kulit berwarna kuning langsat dan tampak bersih, rambut rapi, mulut dan
gigi lembab tidak ada karies gigi, dan cara berpakaian rapi.
f) Ketergantungan fisik
Tidak ada merokok, minum minuman keras, obat-obatan
5) Aspek Psikososial dan Spiritual
a) Pola pikir dan presepsi
Klien bingung kenapa klien bisa hamil diluar kandungan.
b) Persepsi diri
Klien berharap ingin cepat sembuh dan dapat beraktifitas seperti
biasanya.
c) Konsep diri
Klien adalah seorang wanita, klien sebagai ibu rumah tangga, klien ingin
cepat sembuh, Ny. R adalah seorang klien yang berusia 28 tahun, klien
tidak malu dengan keadaannya sekarang.
d) Hubungan/komunikasi
Klien berkomunikasi dengan jelas dan relevan, bahasa utama yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa daerah yaitu bahasa Dayak, suami klien mempunyai
peranan penting dalam rumah tangganya, dan suami klien tidak merokok.
e) Kebiasaan seksual
Tidak ada masalah dalam hubungan seksual
f) Sistem nilai-kepercayaan
Sumber kekuatan adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan klien beragama
Kristen Protestan dan taatberibadah digereja.
37

6) Pemeriksaan Penunjang
Hari/Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Senin, 9 April 2018 Pemeriksaan
darah:
WBC 6,79 x 10^3/uL 4.00-10.00
RBC 3,83 x 10^6/uL 3,50-5,50
HGB 10,7 g/dL 11,0-15,0
PLT 232 x 10^3/uL 100-300

Tabel 3.1.Data penunjang Ny. R di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

7) Pengobatan
No. Jenis Obat Indikasi Kontra Indikasi
1. Infus RL 20 tpm Mengembalikan Kelainan ginjal,
keseimbangan elektrolit kerusakan sel hati,

2. Obat injeksi : Infeksisaluranpernapasan, Hipersensitifterhadap


Cefotaxime 2x1 gr infeksisalurankemih, antibiotic cephalosporin
infeksitulangdanjaringan,
infeksikulit, dll.

3. Obat Suppositoria : Mengurangi rasa nyeri. Hipersensitifterhadap


Pronalges 1x100 mg aspirin atau NSAID
lainnya dan penderita
asma.

Tabel 3.2 Penatalaksanaan medis pada Ny. R pada tanggal 10 April 2018 di
Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Palangka Raya, 10 April 2018


Mahasiswa,

Fitria Indah Permata


38

3.2 Analisa data

Data subjektif dan data objektif Kemungkinan Masalah


penyebab
DS: Klienmengatakan Tindakan Laparatomi NyeriAkut
“nyeriperutbekasoperasi”.
Dengan : Insisi
P: Nyerisaatbergerak
Q: Nyeriterasanyut-nyutan. Terputusnyakontunui
R: Lokasi nyeri Post Op. tasjaringan
laparatomi
S: Skalanyeri 1-10 (5 nyerisedang) Nyeriakut
T: Dengandurasi 1-2 menit
DO:
- Klientampaknyeri
- Klientampaklemah
- TTV
TD = 110/70 mmHg
N = 112x/mnt
S = 36,3oC
RR = 24x/mnt
DS: Klien mengatakan “ Perban Tindakan laparatomi ResikoInfeksi
sayabelum ada diganti”
DO:
- Tampak luka post operasi ± 15 Insisi
cm danmasih diperban
- Perban tampak sedikit basah
- Luka post operasi H1 Terputusnya
- Tampak luka jahitan vertikal di kontinuitas jaringan
abdomen
- WBC : 6,79 x 10^3/uL
Luka postlaparatomi
39

3.3 Prioritas Masalah

1. Nyeriakutberhubungan dengan tindakan Post Op laparatomi.


2. Resikoinfeksi berhubungan dengan luka Post Op laparatomi.
40

3.4 Intervensi Keperawatan

Nama Pasien: Ny. R

Ruang Rawat: Cempaka

Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeriakut Setelah dilakukan 1. Ukur tanda-tanda vital klien 1. Vital Sign dapat mempengaruhi saat nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 2. Kaji skala nyeri klien timbul
dengan kurang lebih 3 × 24 jam 3. Ajarkan Teknik relaksasi dan 2. Mengetahui keadaannyeriklien
tindakan Post diharapkan masalah distraksi pada klien. 3. Untuk mengalihkan perhatian klien dan
Op laparatomi. klien nyeri 4. Berikan lingkungan yang nyaman mengurangi rasa nyeri
hilang/berkurang 5. Kolaborasi dalam pemberian 4. Membuat klien lebih nyaman
dengan kriteria hasil: analgetik 5. Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
- Klien mengatakan dilakukan dengan pemberiana nalgetik.
“nyeri saya hilang” Untuk peatalaksaan jangka pendek terhadap
- Klien tampak rileks nyeri akut sedang sampai berat setelah
- Klien tidak tampak prosedur bedah.
nyeri
- TTV normal
41

TD = 120/80 mmHg
N = 60-100x/mnt
S = 36,5-37,5oC
RR = 16-20x/mnt
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan luka klien 1. Mengetahui keadaan luka dan dapat
berhubungan tindakan keperawatan 2. Anjurkan menjaga kebersihan area menentukan tindakan selanjutnya
dengan luka kurang lebih 3 × 24 jam luka post operasi 2. Mengatasi kemungkinan terjadinya infeksi
Post Op diharapkan masalah 3. Anjurkan untuk tidak membasahi 3. Membasahi area luka dapat mengakibatkan
laparatomi. resiko infeksi dapat area luka infeksi pada luka
teratasi dengan kriteria 4. Lakukan perawatan luka (GV) 4. Membersihkan luka jahitan dan melihat
hasil: 5. Kolaborasi dengan dokter dalam keadaan luka
- Klien mengatakan pemberian obat antibiotic 5. Obat antibiotic digunakan untuk mencegah
“perban sudah  Cefotaxime 2x1gr terjadinya infeksi bakteri.
diganti”
- Perban tampak bersih
- Luka tampak kering

Tabel 3.4 Intervensi keperawatan Ny. R pada tanggal 10 April 2018 di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
42

3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda


Jam Tangan dan
Nama
Perawat
Selasa, 10 April 1. Mengukurtanda-tanda vital klien S: Klien mengatakan “ nyeri perut saya berkurang “
2018 2. Mengkajiskalanyeriklien Dengan:
Pukul 07.00-14.00 3. MengajarkanTeknikrelaksasidandistraksipad P: Nyerisaatbergerak
WIB aklien. Q: Nyeriterasanyut-nyutan.
4. Memberikan lingkungan yang nyaman R: Lokasinyeribagianperut Post Op laparatomi Fitria
5. Mengkolaborasidalampemberiananalgetik S: Skalanyeri 1-10 (4 nyerisedang)
- Ketorolac 3x30 mg T: Dengandurasi 1-2 menit

O:
- Klien masih tampaknyeri
- Klien
mengikuticarateknikrelaksasidandistraksiseperti
yang sudahdiajarkan.
- TTV klien :
TD = 110/70 mmHg
43

N = 112x/mnt
S = 36,3oC
RR = 24x/mnt
A:Masalah nyeriakutteratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3 &5.
44

Selasa, 10 April 1. Mengoservasi keadaan luka klien S: Klien mengatakan “perban saya belum diganti”
2018 2. Menganjurkan menjaga kebersihan area luka O:
Pukul 07.00- post operasi - Luka post operasi masih diperban
14.00WIB 3. Mengajurkan untuk tidak membasahi area - Perban bagian pinggir basah
luka - Tidaktampakresikotanda-tandainfeksipada area
4. Berkolaborasidengandokterdalampemberian luka bagian luar.
obat antibiotic A: Masalah resikoinfeksi belum teratasi Fitria
 Cefotaxime 2x1gr P: Lanjutkan intervensi: 1, 2, 3,&4.

Tabel 3.5 Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Ny. Rdi Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
45

Daftar Pustaka

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan


Kesembilan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
SuddarthEd.8 Vol.3. EGC : Jakarta.
Judith M. Wilkinson. 2009. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC. EGC:
jakarta

Anda mungkin juga menyukai