Anda di halaman 1dari 57

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN


PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUMAH SAKIT JIWA DR. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

OLEH:
REKA LAURA
NIM: 2019.NS.A.07.062

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2020
2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang” yang susun penulis untuk memenuhi tugas
Stase Keperawaatan Jiwa program studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners.
3. Kedua Orang Tua yang selama ini telah memberikan dukungan, kasih sayang
dan bantuan moril maupun materil serta doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini.
Penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak demi lebih di waktu yang akan datang, semoga Asuhan Keperawatan ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi perawat dan instansi lainnya khususnya bagi
mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.

Palangka Raya, 4 Mei 2020

Penulis
3

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Halusinasi ..................................................................... 7

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian ............................................................................................ 20
3.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 37
3.3 Intervensi .............................................................................................. 38

BAB 4 LAPORAN KEGIATAN ................................................................... 51

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 53
5.2 Saran ................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54


4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan


jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain. (Menkes, 2015). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus
yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015).Gangguan jiwa adalah penyebab
utama angka kejadian tertinggi di seluruh dunia dan tersebar luas di berbagi
negara mulai 4,3-26,4 % mengalami gangguan jiwa pertahun (Fleury, et al. 2012).

Menurut World Health Organitation (WHO) memperkirakan sebanyak 450


juta orang mengalami gangguan jiwa. Terdapat sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa
yang mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% ditahun 2030. Data Binsos Jatim penderita gangguan
jiwa di jatim pada tahun 2016 mencapai 2369 orang,5 January 2017,www.
relita.com. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang di laksanakan di RSJ.
Radjiman Wediodiningrat Lawang di dapatkan data penderita skizofrenia
sebanyak 2766 penderita.

Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-


negara berkembang, sekitar 76 – 85 % kasus gangguan jiwa parah tidak dapat
pengobatan apapun pada tahun utama (Hardian, 2018). 
5

Sehubungan dengan hal tersebut diatas peran dan fungsi perawat sangatlah
penting dalam hal memperbaiki derajat kesehatan khususnya mengatasi masalah
penyakit Halusinasi Pendengaran. Dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan
meliputi aspek promotif (memberikan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan
status kesehatan ), preventif ( untuk mencegah atau mengontrol halusinasi antara
lain menutup kedua mata dan mengatakan pergi...., pergi.....,) kuratif
( memperhatikan dan mengatur klien untuk minum obat), dan rehabilitatif
( Dokter, Perawat dan peran serta keluarga agar lebih memperhatikan dalam
perbaikan fisik dan perawatan diri yang optimal).Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk mengangkat studi kasus tentang bagaimana pelaksanaan “Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan “Bagaimana
pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Perubahan persepsi sensori
: Halusinasi Penglihatan Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang?”
1.2.1 Tujuan Umum
untuk memperoleh kemampuan dalam menyusun, dan menyajikan laporan
studi. Serta pengalaman nyata dalam menyusun asuhan keperawatan pada pasien
dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan menggunakan
proses keperawatan dimulai dari melakukan pengkajian keperawatan, menetapkan
diagnosa, melakukan tindakan sesuai dengan intervensi dan implementasi
keperawatan, mengevaluasi hasil yang dapat dicapai pasien serta malakukan
pendokumentasian.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. Z
dengan gangguan Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
1.2.2.2 Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien Tn. Z
dengan gangguan Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
6

1.2.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn. Z


dengan gangguan Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
1.2.2.4 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn. Z
dengan gangguan Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Teoritis
Dengan adanya penulisan studi kasus ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memperkuat teori tentang bagaimana proses keperawatan dan
asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan gangguan Perubahan persepsi sensori:
Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
1.3.2 Praktis
1.3.2.1 Bagi Institusi
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan, proses keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan
sehingga dapat memberikan umpan balik terhadap efektivitas pengajaran dan
bimbingan yang telah diberikan dan diterapkan untuk kemajuan dimasa
mendatang.
1.3.2.2 Bagi Rumah Sakit
Menyediakan kerangka berfikir secara ilmiah yang bermanfaat bagi rumah
sakit dalam meningkatkan mutupelayanan kesehatan dan penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendegaran. Serta menyediakan referensi bagi perawat Di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang dalam melakukan asuhan keperawatan secara
komprehensif.
1.3.2.3 Bagi Penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapatkan serta
sebagai acuan dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik.
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Halusinasi


2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,
( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui
panca indera tanpa ada stimulus eksternal.Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana
klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada
halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
8

2.1.2 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Regimen Harga Diri Rendah Isolasi Sosial

Koping Individu inefektif

(Sumber :Yusuf dkk 2015)


9

2.1.3 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom
tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia
sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika
dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi
35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya
dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidak
seimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang
dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara
ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
10

2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi: nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

2.1.4 Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini
merupakan persepsi maladaptif.
Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasikan dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus
tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan
11

stimulus yang diterimanya, yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika
interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai
stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut :

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi terganggu (distorsi  Sulit berespons
konsisten pikiran  Perilaku
dengan  Ilusi disorganisasi
pengalaman  Menarik diri  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Reaksi emosi >/<
 Hubungan  Perilaku tidak biasa
sosial harmonis

2.1.5 Jenis Halusinasi


Menurut  Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70%
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20%
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
12

4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.1.6 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata
cepat, diam, asyik dengan pengalaman sensori,kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya
beberapa detik atau menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak
mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998)
dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
13

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidak


nyamanan tanpa stimulus yang jelas
rasa tersetrum listrik yang datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


Sinestetik darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak

2.1.7 Fase Halusinasi


14

Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya
Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus (2014), membagi fase halusinasi dalam 4
fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien semakin berat
mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien

1 2 3

Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau


ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi (Non psikotik).

Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem


Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan)
kemampuan
membedakan antara
15

halusinasi dengan
realita.

Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti


Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
tanda fisik ansietas
(Psikotik)
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.

Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-


mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
Panik, umumnya
jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi menjadi
perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
lebih rumit, melebur
berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
dalam halusinasinya
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
(Psikotik Berat)
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
16

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan
untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina
hubungan saling percaya dengan klien.Hubungan saling percaya sangat penting
dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut.Pertama-tama klien harus
difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya
agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara
konprehensif.Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak
asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk
membantu klien.Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang
tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan
halusinasinya.Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun
pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi
perawat.Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien
menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi,
maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa dilakukan dan
terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji
pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien
lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara
tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang
dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang
bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal.Untuk mengatasinya, klien harus
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien
dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini
17

dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien
mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien
mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).Untuk itu, klien perlu diberi
penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana
mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara
optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar
dalam pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara
tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien
yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini
penting dilakukan dengan dua alasan.Pertama keluarga adalah sistem di mana
klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa
klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak
didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa
kambuh lagi.Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa
berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih
mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke
rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala – gejala lain yang
biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik depresi, gangguan
personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler.
Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga
18

mencapai 300 mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu.


Pemberian dapat dilakukan satu kali pada malam hari atau dapat diberikan
tiga kali sehari.Bila gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan
secara perlahan – lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan
alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap
derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik,
mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita,
hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk
penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala
penurunan kesadaran karena depresi susunan syaraf pusat,
hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan gambaran irama
EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette
pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat
pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15 mg
untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler
setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson.Efek samping yang jarang adalah
nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan
19

otonomik.Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi


hematologis.Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi
dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau kekakuan, tremor,
hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5 mg )
diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25
mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan,
tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali
suntikan sebaiknya peningkatan perlahan – lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.Intoksikasi
biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek samping yang hebat.
Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan terapi simtomatis dan
suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari menggunakan
ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan
meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi
persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus
eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi
fokus perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber
halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain:
Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.Kebanyakan
halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh klien.Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya.Untuk itu,
klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi
20

sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat.Perawat


harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-
betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal.
2.1.9 Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
1. Data Subyektif:
a. Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
b. Melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
c. Mencium bau tanpa stimulus.
d. Merasa makan sesuatu.
e. Merasa ada sesuatu pada kulitnya.
f. Takut pada suara/bunyi/gambaran yang didengar.
g. Ingin memukul/melempar barang-barang.
2. Data Obyektif:
a. Berbicara dan tertawa sendiri.
b. Bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
c. Berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
d. Disorientasi.
2.1.10 Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi.
2. Menarik diri.
2.1.11 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
21

1) Salam terapeutik- perkenalkan diri- jelaskan tujuan -


ciptakan lingkungan yang tenang - buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat,        topik).
2) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
3) Empati
4) Ajak membicarakan hal-hal nyata yang ada di lingkungan.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
Tindakan:
1) Kontak sering dan singkat.
2) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi, (verbal dan
nonverbal).
3) Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara
yang didengar -apa yang dikatakan oleh suara itu. Katakan bahwa
perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat tidak
mendengarnya. Katakan bahwa perawat akan membantu.
4) Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi teriadinya halusinasi serta apa yang dirasakan jika teriadi
halusinasi.
5) Dorong untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan:
1) Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi: bicara dengan
orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan
pada suara tersebut “saya tidak mau dengar!”
2) Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.
3) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian
jika berhasil.
d. Klien dapat dukungan dari keluarga.
Tindakan:
22

1) Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala,


cara memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up
atau kapan perlu mendapat bantuan.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Tindakan:
1) Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4) Beri reinforcement positif bila klien minum obat yang benar.
20

BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 2 Maret 2020


Tanggal Dirawat di Ruangan : 3 Maret 2020
Tanggal Pengkajian : 4 Mei 2020 Pukul 16:00 Wib
RuangRawat : Kenari

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Z (L/P)
Umur : 36 Tahun
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SDN
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Jenis Kel. : Laki-laki
No CM : 120306
II. ALASAN MASUK
a. Data Primer
Pasien mengatakan dibawa kerumah sakit jiwa karena saya mendengar
suara-suara dan saya melempar barang dirumah.
b. Data Sekunder
Pasien masuk karena marah-marah bicara sendiri 2 hari yang lalu dan
memecahkan barang-barang karena tersinggung dengan omongan
tetangga perilah rumahnya yang kurang layak bicara ngelantur.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan hari ini saya masih mendengar suara-suara yang
memerintahkan saya untuk sholat

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Klien kambuh 2 bulan yang lalu dengan gejala bicara dan senyum sendiri,
marah-marah dan membanting barang-barang dirumah.
Pasien dirumah berhenti minum obat dan tidak pernah kontrol oleh keluarga
pasien pada tanggal 2 Maret 2020 masuk rumah sakit jiwa lawang ruang
observasi dan tanggal 3 Maret 2020 masuk ruang kenari .
21

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya
 Tidak
JikaYa,Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :

Dari data primer yang didapatkan pasien pernah mengalami gangguan


jiwa 3 tahun yang lalu dan pernah dirawat diruang kaka tua dengan
perilaku kekerasan.

Pengobatan dirumah tidak rutin dan berhenti minum obat.

2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi

1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga 17 Tahun √
5. Tindakan kriminal
Jelaskan:

Pada usia 17 thn pasien dipukul oleh keluarga (Ayah)

Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan


b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuhdiri
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak pernah ingin melakukan percobaan bunuh diri.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.


c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan)
Jika ada jelaskan : -

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
 Ya
 Tidak
Jika ya Jelaskan
22

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik maupun


gangguan tumbuh kembang.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien tidak pernah menggunakan NAFZA dan mengkonsumsi
alcohol.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.


3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan:

Pasien pernah dirawat di RSJ lawang sebelumnya, Karena putus obat dan
tidak kontrol

Diagnosa Keperawatan : Penatalaksanaan regimen pengobatan tidak


efektif
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?

 Ada
 Tidak
Jika ada:

Hubungan keluarga:

Tidak ada

Gejala:

Tidak ada

Riwayat pengobatan:

Tidak ada

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

IV. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


23

GENOGRAM KELUARGA

Keterangan

= Meninggal

= Laki-laki = Pasien
= Perempuan
------ = Tinggal serumah

= Hubungan Keluarga

Jelaskan:

Sejak kecil pasien di asuh oleh orang tuanya (Ibu) pola komunikasi antara
keluarga baik, pasien mampu mengambil keputusan secara sederhana tapi bila
ada masalah dalam keluarga ayah dominan sebagai pengambil keputusan.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada

1. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.

b. Identitas:
Pasien mengatakan nama saya Z umur saya 36 thn, agama saya islam
dan saya bangga sebagai seorang laki-laki karena kuat

c. Peran:
Pasien merupakan anak ketiga dari 7 bersaudara, dirumah sakit pasien
sebagai pasien yang mengikuti kegiatan dan aturan

d. Ideal diri:
24

- Dirumah sakit pasien menginginkan cepat sembuh dan pulang


kerumah dan berharap diterima kembali oleh keluarga dan lingkungan

- Pasien mengatakan ingin melakukan aktivitas seperti dulu lagi seperti


bekerja sebagai buruh bangunan

e. Harga diri:
Pasien mengatakan dirinya merasa tidak diperhatikan oleh keluarganya
sehingga dirinya malu untuk keluar rumah klien selalu menghindar bila
bertemu orang lain karena malu oleh kondisinya sekarang

DiagnosaKeperawatan: Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah


(HDR)

2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Klien mengatakan orang terdekat adalah ibunya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan hubungan


sosial
Pasien mengatakan selama dirumah pasien bekerja sebagai buruh,
pasien tidak aktif dalam masyarakat.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Pasien mengatakan malu berhubungan dengan orang lain
Pasien lebih senang sendiri
Pasien malas berkativitas
DiagnosaKeperawatan : Isolasi sosial

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasein mengatakan dirinya beragama islam dan mengatakan bahwa
penyakit yang dialami sekarang adalah cobaan dari Allah dan pasien
meyakini pasien sembuh.

b. Kegiatan ibadah
Selama dirumah selalu melakukan ibadah sholat
Selama di RSJ pasien selalu melakukan ibadah sholat
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

V. PEMERIKSAAAN FISIK
25

1. Keadaan umum
- Pasien tampak rapi menggunakan pakaian RSJ, rambut klien diikat rapi,
klien tidak berbau tidak sedap, klien memakai sandal, kuku klien tampak
bersih dan tidak panjang.

- Pasien tenang kooperatif dan mau diajak untuk berkomunikasi

2. Kesadaran (Kuantitas)
Klien sadar penuh dengan nilai GCS 15 (E=4, V=5, M=6)

3. Tanda vital:
TD : 120/70 mm/Hg
N : 82 x/menit
S : 36 CO
RR : 22 x/menit
4. Ukur:
BB : 53 Kg
TB : 156 Cm
5. Keluhanfisik:
Jelaskan :
Klien tidak ada mengeluh sakit pada fisiknya.

Diagnosa Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penampilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:

Rambut pasien rapi, menggunakan pakaian RSJ, pasien tidak berbau


pasien memakai sendal jika keluar ruangan, kuku pasien tampak bersih
mandi 3 kali sehari.

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :


Jelaskan:
Pasien berbicara lambat dan kurang jelas
-Prekuensi : bertemu 3 sampai 4 kali
- Volume : Suara pelan
- Karakter : Kaku tapi lembut
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
26

3. Aktifitasmotorik / Psikomotor
Kelambatan :

 Hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Pasien suka duduk menyendiri tidak mau mengikuti kegiatan tampa
diperintah
Pasien malas berkativitas dan berinteraksi

Peningkatan :
 Hiperkinesia,hiperaktifitas  Grimace
 Stereotipi  Otomatisma
 GaduhGelisahKatatonik  Negativisme
 Mannarism  Reaksikonversi
 Katapleksi  Tremor
 Tik  Verbigerasi
 Ekhopraxia  Berjalankaku/rigid
 Command automatism  Kompulsif :sebutkan tidak ada

Jelaskan:

Diagnosa Keperawatan: -

4. Mood dan Afek


a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain lain
Jelaskan
Pasien merasa kesepian dikarenakan jauh dari keluarga,pasien ingin
cepat pulang

b. Afek
 Sesuai  Tidaksesuai
 Tumpul/dangkal/datar  Labil
Jelaskan:
27

Afek dan ekspresi sesuai dengan stimulus yang diterima seperti wajah
pasien sedih, menunduk

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. InteraksiSelamaWawancara
Bermusuhan  Kontak mata kurang
Tidak kooperatif  Defensif
Mudah tersinggung  Curiga
Jelaskan:
- Kontak mata pasien baik
- Pasien kooperatif saat berkomunikasi
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

6. PersepsiSensorik
a. Halusinasi
√ Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan:
Isi dari halusinasi
Pasien mengatakan mendengar bisikan yang memerintahnya untuk
melempar barang-barang dan juga menyuruhnya untuk sholat, frekwensi
4-5 kali sehari pada waktu sore dan malam pada saat pasien menyendiri,
saat mendengar suara tersebut pasien langsung mengamuk dan melempar
barang.
Diagnosa Keperawatan: gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
√ Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiasilonggar
 tangensial  Flight of Idea
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
28

 Clang Association  Main kata kata


 Afasia  Lain lain…
Jelaskan:
Pasien diajak berkomunikasi pasien menjawab sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan.
b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia,sebutkan tidak ada
 Ekstasi  Waham:
 Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri o Kebesaran
 Preokupasi o Kejar / curiga
√ Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
 Ide yang terkait o Dosa
 Pikiran Rendah diri o Sisip pikir
 Pesimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol pikir
 Pikiran curiga  Lain lain :
Jelaskan:
Pasien senang menyendiri, malas beraktifitas, malas interaksi
c. Bentuk pikir :
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan: pembicaraan pasien sesuai relita kenyataan sekarang
DiagnosaKeperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
Saat diajak berinteraksi pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan
yang diberikan dan tidak keluar dari topik pembicaraan, bisa
mengenal pagi siang malam, sekarang berada di ruang kenari rsj
lawang, pasien mengenal nama perawat nn.T .
 Meninggi
 Menurun:
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
29

 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami kesadaran yang meninggi maupun yang menurun.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Memori
 Gangguandayaingatjangkapanjang ( > 1 bulan)
 Gangguandayaingatjangkamenengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguandayaingatpendek (kurunwaktu 10 detiksampai 15 menit)
Jelaskan:
Jangka panjang pasien mampu mengingat >1 bulan, klien menjawab 3
tahun yang lalu pernah dirawat di RSJ. Jangka menengah: klien mampu
mengingat 12 hari yang lalu pernah mengamuk dan melempar barang-
barang dirumah. Jangka pendek: klien mampu mengingat apa yang
dilakukan hari ini seperti mandi dipagi hari dan makan disiang hari dan
ingat menu makan tadi
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
√ Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Pasien mampu berkonsentrasi dibuktikan pasien bisa mengulang apa
yang dibicarakan.
b. Berhitung
Jelaskan:
Pasien mampu berhitung sederhana yaitu berhitung 1-10 angka tetapi
harus mendapatkan arahan berulang kali.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

11. Kemampuan Penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
30

Pasien mengenal halusinasi yang dialami, pasien bisa mempraktekkan cara


mengontrol halusinasi, pasien mulai mampu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

12. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalah kanhal-haldi luar dirinya
Jelaskan:
Pasein menyadari jika dirinya mengalami gangguan jiwa sehingga
mendapat perawatan di RSJ ini.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VII.KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 transportasi
 tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan:
Kebutuhan perawatan kesehatan, transportasi, tempat tinggal, dan
keuangan pasien semua terpenuhi

2. Kegiatan Hidup Sehari hari


a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :
Pasien mampu mandi secara sendiri yaitu 3 x sehari dan
pasien mampu dan tau menyiapkan alat kelengkapan yang
digunakan untuk mandi.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan :
31

Pasien dapat menggunakan pakaian secara mandiri, misalkan


menggunakan pakaian dengan tepat tidak terbalik.
3) Makan
Jelaskan :
Klien mampu makan secara mandiri, mampu ikut serta dalam
makan bersama dengan yang lain, makan 3 x sehari.
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
Klien dapat secara mandiri ketika BAB/BAK, saat keinginan
BAB/BAK klien pergi ke toilet.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Pasiem mengikuti dan berkumpul setiap kali jam makan, yaitu
makan 3 x sehari
Bagaimana nafsu makannya
Nafsu makan pasien baik, pasien mengungkapkan tidak ada
penurunan nafsu makan.
Bagaimana berat badannya.
BB klien selama di rawat di RSJ menurun sebanyak 2 kg.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : pukul 10.00 s/d 11.30 wib
Tidur malam, lama : pukul 21.00 s/d 04.00 wib
Aktifitas sebelum/sesudah tidur: Berbaring, Melamun
Jelaskan
Klien dapat menyebutkan waktu tidur dan mengatakan apa saja
kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudah tidur.
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan
Klien mengatakan tidurnya baik-baik saja tanpa ada gangguan.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada maslah keperawatan.
32

3. Kemampuan lain lain


 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Kebutuhan hidup pasien bergantung pada keluarga
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien bergantung pada keluarga mengenai pengambilan keputusan
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri.
Klien sadar akan waktunya minum obat, kapan saja waktunya minum
obat dalam satu hari.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada maslah keperawatan

4. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga 
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
Klien mendapat dukungan dari keluarga terapis, teman sejawat,
kelompok sosial untuk kesembuhan jiwanya.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING


Jelaskan :
Bila ada masalah pasien berdiam diri/ di pendam sendiri
Diagnosa Keperawatan: Koping individu tidak efektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIALDAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam dukungan kelompok

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan pendidikan terakhir adalah lulusan SDN

 Masalahdenganpekerjaan, spesifiknya
33

Jelaskan :
Pasien tidak ada masalah dengan pekerjaan

 Masalah dengan perumahan, spesifiknya


Jelaskan :
Lingkungan tempat tinggal pasien rumahnya berdempetan dengan rumah
tetangga lainnya.

 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya


Jelaskan :
Keluarga memenuhi kebutuhan sehari-hari

 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya


Jelaskan :
Tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan seperti kunjungan
kepuskesmas

 Masalah lainnya, spesifiknya


Jelaskan :
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal? Ya, tentang halusinasi yang dialaminya.
Bagaimana pengetahuan klien /keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan
jiwa, perawatan dan penatalaksanaan faktor yang memperberat masalah
(presipitasi), obat-obat antara lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan
pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb.
 Penyakit/gangguan jiwa  Penatalaksanaan
 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktor presipitasi
Jelaskan :
Aspek pengetahuan pasien tidak ada masalah
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

XI. ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Medis :
F 23 Z Schizophrenia Acute
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F23,2 Acute Schizophrenia- like psychotic disorder
34

Axis II : Tidak ditemukan


Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah dengan lingkungan
Axis V : GAF 50-41
3. Terapi Medis
1. Haloperidol 5mg 1/2 -0—1/2
2. Lorazepam 2 mg 0-0,1 3.
Trihexipenidil 2mg 1-0-1

XIII ANALISA DATA

No DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS: Pasien mengatakan masih Gangguan persepsi sensori:
mendengar bisikan-bisikan yang halusinasi pendengaran
tidak nyata.
DO:
- Pasien berbicara sendiri
- Pasien menyendiri
- Pasien duduk didekat jendela
- Pasien tertawa sendiri
35

2 DS: Pasien mengatakan marah-marah Resiko perilaku kekerasan


saat dirumah dan melempar
barang-barang
DO:
- Pasien memandang tajam
- Pasien merasa tidak aman
- Expresi wajah pasien marah jika
kita ajak bicara tentang masalah
dirumah
3 DS: Pasien mengatakan ingin sendiri Isolasi Sosial
tidak mau ditemani oleh siapapun,
malas aktifitas
DO:
- Pasien menyendiri
- Pasien malas untuk beraktivitas
- Pasien merasa malu dan tidak
berguna
4 DS: Pasien mengatakan dirinya merasa Gangguan Konsep Diri:
tidak diperhatikan oleh Harga Diri Rendah
keluarganya,.malu dengan
kondisinya sekarang ini
DO:
- Pasien sering sedih
- Pasien selalu menghindar
bila bertemu mahasiswa
- Pasien tidak ingin
dikunjungi tetangga
5 DS: Pasien mengatakan di rumah tidak Regimen terapeutik tidak
teratur minum obat dan berhenti inefektif
kontrol
DO:
- Pasien kambuh dan
dibawa k rsj
- Pasien bingung
- Pasien berbicara sendiri
6 DS: Pasien mengatakan malas bercerita Koping Individu Tidak
masalahnya Efektif
DO:
36

- Pasien menyendiri
- Pasien tertutup tentang
masalahnya
- Pasien mao bicara jika
ditanya masalahnya

XIII DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran


2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial
4. Koping individu tidak efektif
5. Harga diri rendah
6. Regimen therapuetik tidak efektif

XIV POHON MASALAH

Resiko Mencederai diri, orang lain, lingkungan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan Konsep Diri

Regimen Terapeutik tidak efektif

Koping Individu Tidak Efektif


37

Lawang, 4 Mei 2020

Mahasiswa Yang Mengakaji


Reka Laura

XV PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran


38

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn Z
DX Medis : F.23,2 Acute Schizophrenia- like psychotic disoreder

No Cm : 120306
Ruangan : Kenari RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang

Rencana Tindakan Keperawatan


Intervensi
Rasional
No Tujuan Kriteria
Evaluasi
1. TUM: Setelah 1 x pertemuan, 1. Ucapkan salam
Pasien dapat pasien dapat menerima terapeutik.
mengontrol kehadiran perawat. 2. Kenalkan nama, nama
halusinasi yang Pasien dapat panggilan, dan tujuan
dialami. mengungkapkan berkenalan.
TUK 1: perasaan dan 3. Tanyakan nama
Pasien mampu keberadaannya saat ini lengkap dan nama
membina hubungan secara verbal. panggilan pasien.
saling percaya. pasien mau menjawab 4. Jabat tangan pasien.
salam 5. Tunjukan sikap
Ada kontak mata empati dan menerima
Pasien berjabat tangan apa adanya.
dengan perawat 6. Tanyakan perasaan
- Pasien pasien dan masalah
mau berkenalan yang dihadapi.
- Pasien 7. Dengarkan dengan
mau menjawab penuh perhatian
perkenalan ekpresi perasaan
- Pasien pasien.
mau duduk 8.
berdampingan
dengan perawat
TUK 2: Setelah 2 x pertemuan, 1. Observasi perilaku
39

Pasien mampu pasien dapat mengenal (verbal/nonverbal)


mengenal halusinasi. Pasien dapat berhubungan dengan
halusinasi. menyebutkan halusinasi halusinasi.
dialami. 2. Indentifikasi jenis
- Pasien dapat mengenal halusinasi pasien.
jenis, isi, waktu, 3. Identifikasi isi
frekuensi, situasi, halusinasi pasien.
respon terhadap 4. Identifikasi waktu
halusinasi. halusinasi pasien.
5. Identifikasi frekuensi
halusinasi pasien.
6. Identifikasi situasi
halusinasi pasien.
7. Identifikasi respon
terhadap halusinasi
pasien.
TUK 3: Setelah 1 x pertemuan, 1. Identifikasi bersama
Pasien mampu pasien dapat mengontrol pasien tindakan yang
mengontrol halusinasi. Pasien dapat bisa dilakukan bila
halusinasi. menyebutkan cara untuk suara-suara itu
mengontrol halusinasi. muncul.
- Pasien dapat 2. Beri pujian terhadap
mengendalikan tindakan pasien yang
halusinasi. positif.
- Pasien dapat 3. Diskusikan cara
memperagakan cara mencegah timbulnya
menghardik untuk halusinasi dan cara
mengontrol halusinasi. pengendalian
- Mengontrol halusinasi halusinasi.
dan dapat bercakap- a. Dengan
cakap dengan orang cara
lain. menghardik.
- Mengontrol halusinasi b. Bercakap-
40

dengan melakukan cakap dengan


kegiatan. orang lain.
c. Melakuka
n kegiatan.
4. Dorong pasien untuk
melakukan tindakan
sesuai dengan cara
yang telah dipilih.
5. Diskusikan dengan
pasien upaya hasil
yang telah dilakukan.
TUK 4: Setelah 1 x pertemuan, 1. Bina hubungan saling
Pasien mendapat klien mendapat percaya dengan
dukungan keluarga dukungan dari keluarga. keluarga klien.
untuk Pasien merasa 2. Buat kontrak
mengendalikan diperhatikan oleh pertemuan dengan
halusinasinya. keluarga. keluarga.
- Keluarga dapat membina 3. Mendiskusikan
hubungan saling dengan keluarga
percaya. tentang pengertian,
- Keluarga mengetahui tanda gejala, proses
halusinasi yang dialami terjadinya, cara yang
pasien dilakukan dengan
- Keluarga mengetahui klien dan keluarga
tindakan yang dilakukan untuk memutuskan
dalam merawat pasien halusinasi, obat, cara
merawat klien
dirumah, beri info
waktu follow up.
4. Beri reinforcement
atas keterlibatan
keluarga.
TUK 5: Pasien Setelah 1 x pertemuan, 1. Observasi tanda dan
41

mampu mengikuti pasien dapat mengikuti gejala terukait efek


program pengobatan program pengobatan. samping obat dan efek
secara optimal. Pasien mengungkapkan obat
pentingan pengobatan 2. Diskusikan dengan
yang optimal. pasien tentang obat
- pasien mengetahui untuk mengendalikan
jumblah obat yang halusinasi
diminum rutin. 3. Bantu pasien untuk
- - Pasien mengetahui memastikan bahwa
jadwal minum obat. pasien minum obat
- - Pasien rutin minum sesuai dengan
obat. program dokter
- - Pasien mengetahui 4. Diskusi dengan dokter
manfaat minum obat tentang efek samping
secara teratur. obat.
42

IMPELEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien :Tn. Z Ruangan : Kenari

No Cm :120306 Unit : RSJ dr Rajiman Wediodiningrat

No Tanggal/ jam Implementasi Evaluasi Paraf

1 4 Mei 2020 Data Pengkajian 4 Mei 2020 Subyektif  

16.00 WIB TUK 1 : Pertemuan 1 Pasien mengatakan “Selamat Sore”

Data Obyektif Pasien mengatakan “iya mba”

- Ekpresi pasien datar Obyektif


- Pasien lebih banyak diam
- Pasien menjawab salam mahasiswa
- Pasien kooperatif
- Pasien kooperatif
- Kontak mata ada
- Pasien senang menyendiri
Keluhan
- Tidak mau berinteraksi
Asessment - Kontak mata ada
Asessment
Klien mampu menbina hubungan saling percaya
Pasien mampu membina hubungan saling
43

percaya

Diagnosa Keperawatan Planing

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Lanjutkan planning perawat SP 1 (TUK 1)


Pendengaran Pasien mampu membina hubungan saling
percaya
Tindakan Keperawatan

SP 1 ( TUK 1) Pasien mampu membina hubungan


saling percaya

5 Mei 2020 Data Pengkajian 5 Mei 2020 Subyektif

09.00 WIB TUK 1 : Pertemuan 2 Pasien mengatakan “Selamat Pagi”

Data Obyektif Pasien mengatakan “ Pagi juga mba ”

- Ekpresi klien datar Obyektif


- Klien lebih banyak diam
- Pasien menjawab salam mahasiswa
- Klienkooperatif
- Pasien kooperatif
- Kontak mata
- Kontak mata
Keluhan
Asessment
44

- Pasien sudah mengetahui nama mahasiswa - Pasien mampu membina hubungan saling
Asessment percaya
Planing
- Pasien mampu menbina hubungan saling
percaya Lanjutkan planning perawat SP 1 (TUK 1)
pasien mampu membina hubungan saling
Diagnosa Keperawatan
percaya
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Tindakan Keperawatan

SP 1 ( TUK 1) Klien mampu membina hubungan


saling percaya

09.20 WIB TUK 1 : Pertemuan 3 Subyektif

Data Obyektif pasien mengatakan “Selamat pagi mahasiswa”

- Ekpresi klien datar Pasien mengatakan “Nama saya L. K nama


- Pasien lebih banyak diam panggilan L, alamat Malang dan hobi nyanyi.
- Pasien kooperatif
Obyektif
- Kontak mata (+)
45

- Pasien tersenyum dengan mahasiswa - Pasien menjawab salam mahasiswa


Keluhan - Pasien tersenyum dengan mahasiswa
- Pasien kooperatif
- Pasien mengenal mahasiswa dan mau bercakap-
- Kontak mata (+)
cakap dengan mahasiswa
- Pasien mau mengobrol dengan mahasiswa
Asessment
Asessment
- Pasien mampu menbina hubungan saling
- Pasien mampu membina hubungan saling
percaya
percaya
Diagnosa Keperawatan
Planing
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
Lanjutkan planning perawat SP 1 (TUK 2) Klien
Tindakan Keperawatan mampu mengenal halusinasi.

SP 1 ( TUK 1) Klien mampu membina hubungan


saling percaya

09.40 WIB Data Pengkajian


Subyektif
TUK 2 : Pertemuan 1
Pasien mengatakan “suara bisikan-bisikan
ditelinga tanpa wujud seperti suara pamannya,
46

Data Obyektif
suara itu muncul di setiap waktu baik pagi, siang
- Pasien berbicara sendiri ataupun malam, frekuensinya 5-6 kali dalam
- Pasien sering mondar mandir sehari, lama suara muncul 5 – 7 menit pada saat
- Pasien lebih banyak diam muncul suara bisikan, saya takut karena suara
Keluhan bisikan tersebut ngomel-ngomel dengan saya”

- Pasien mengatakan sering mendengar suara Obyektif


bisikan
- Pasien kooperatif
Asessment
- Pasien mengenal isi, jenis, waktu, frekuensi,
- Pasien mampu mengenal halusinasinya situasi respon klien saat halusinasi
- Kontak mata
Diagnosa Keperawatan
- Pasien mau mengobrol dengan mahasiswa
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Asessment

Tindakan Keperawatan - Pasien mampu mengenal halusinasi

SP 1 ( TUK 2) Klien mampu mengenal halusinasi Planing

- Lanjutkan planning perawat SP 1, 2 dan 3


(TUK3) Pasien mampu mengontrol
47

halusinasi

6 Mei 2020 Data Pengkajian 6 Mei 2020 Subyektif

09.00 WIB TUK 3 : Pertemuan 1 Pasien mengatakan “ saat muncul suara saya
menutup telinga dan saya berkata kamu tidak
Data Obyektif
nyata jangan ganggu saya pergi…. pergi
- Pasien berbicara sendiri
Obyektif
- Pasien bingung
- Pasien sering mondar mandir - Pasien kooperatif
- Pasien gelisah - Pasien menutup kedua telinga
Keluhan - Kontak mata (+)
- Pasien bisa meperagakan cara menghardik
- Pasien mengatakan saat suara bisikan muncul
didepan mahasiswa
klien hanya diam saja tan
Asessment
Asessment
Pasien mampu mengontrol halusinasinya Pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan
Diagnosa Keperawatan cara menghardisk

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Planing


48

Tindakan Keperawatan Lanjutkan planning perawat SP 1, 2 dan 3 (TUK


3) Klien mampu mengontrol halusinasi
SP 1,2, 3 ( TUK 3) Klien mampu mengontrol
halusinasi

7 Mei 2020 Data Pengkajian 7 Mei 2020 Subyektif

09.00 WIB TUK 3 : Pertemuan 2 Pasien mengatakan “saat muncul suara saya
mengajak teman saya untuk bercaka- cakap”
Data Obyektif
Obyektif
- Pasien berbicara sendiri
- Pasien sering mondar mandir - Pasien kooperatif
- Pasien gelisah - Kontak mata (+)
Keluhan - Pasien bisa meperagakan cara menghardiks
didepan mahasiswa
- Pasien mengatakan saat suara bisikan muncul
- Pasien bercakap – cakap dengan teman
klien menggunakan cara meghardisk
sekamar.
Asessment
Asessment
Pasien mampu mengontrol halusinasinya
Pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan
Diagnosa Keperawatan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
49

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran Planing

Tindakan Keperawatan Lanjutkan planning perawat SP 1, 2 dan 3 (TUK


3) pasien mampu mengontrol halusinasi
SP 1,2,3 (TUK 3) pasien mampu mengontrol
halusinasi

8 Mei 2020 Data Pengkajian 8 Mei 2020 Subyektif

09.00 WIB TUK 3 : Pertemuan 3 Pasien mengatakan “ saat muncul suara saya
menutup telingan dan berdoa”
Data Obyektif
Obyektif
- Pasien bercakap-cakap dengan orang sekitar
- Pasien sering mondar mandir - Pasien kooperatif
Keluhan - Kontak mata (+)
- Pasie bisa meperagakan cara menghardiks
Pasien mengatakan saat suara bisikan muncul klien
didepan mahasiswa
menggunakan cara meghardisk dan bercakap –
- Pasienbercakap – cakap dengan teman
cakap dengan orang sekitar.
sekamar
- Pasien menonton TV diruang tengah
- Pasien mencuci piring
50

Asessment - Pasienmembersihkan ruang makan


Pasien mampu mengontrol halusinasinya Asessment
Diagnosa Keperawatan
Pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran cara melakukan kegiatan

Tindakan Keperawatan Planing

SP 1,2, 3 ( TUK 3) Pasien mampu mengontrol Lanjutkan planning perawat TUK 4 Pasien
halusinasi mendapat dukungan keluarga untuk
mengendalikan halusinasinya
51

BAB 4
LAPORAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan Kegiatan


4.1.1 Tanggal dan Waktu Pelaksanaan
Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi (TAK) Sesi 1, 2 dan 3 dilaksanakan
pada hari Jumat 8 Mei 2020, pukul 10:00 s/d Selesai WIB di ruang makan Kenari
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi (TAK) Sesi 4 dan 5 dilaksanakan
pada hari Selasa 12 Mei 2020, pukul 10:00 s/d Selesai WIB di halaman Kenari
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
4.1.2 Pelaksanaan
Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi (TAK) Sesi 1, 2 dan 3 dilaksanakan
pada hari Jumat 8 Mei 2020, pukul 10:00 s/d selesai WIB di ruang makan Kenari
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Pelaksanaan TAK Sesi 1, 2 dan 3 berjalan dengan baik hampir semua
pasien bisa memperkenalkan diri dan mampu mengenali halusinasi serta
bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik walaupun harus
sampai di ulang dua kali pada sesi ke 2 dan pada sesi ketiga mengontrol dengan
bercakap- cakap dari 6 orang dapat dilakuka dengan baik.
Pelaksanaan TAK Sesi 4 dan 5 berjalan dengan baik hampir semua pasien
yang berjumlah 6 orang mampu menyusun jadwal kegiatan dari klien bangun
tidur pagi hari sampai klien istirahat waktu malam hari dan akan di tambahkan
jadwal kegiatan harian dari tindakan yang sudah diberikan dari proses TAK
Halusinasi. Serta pada sesi ke 5 klien mampu menjawap pertanyaan dengan baik
dari bagaimana memanfaatkan obat dengan baik. Pelaksanaan TAK Sesi 4 dan 5
berjalan dengan baik semua klien mampu memilih topik yang sudah di tentukan
sebelumnya..
Terapi Aktivitas Kelompok halusinasi yang merupakan salah satu terapi
modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, prilaku dan pencapaian adaptasi optimal
pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan berdasarkan akan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta. Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) halusinasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan
klien dalam meningkatkan pencegahan muncul nya halusinasi. (Keliat dan
Akemat, 2005).
52

4.1.3 Hambatan
Hambatan yang di dapat ada beberapa pasien yang kurang memahami dan
harus di jelaskan beberapa kali agar pasien mengerti. Tapi dalam praktiknya ada 6
orang yang mengikuti kegiatan. Tetapi secara umum kegiatan TAK sesi 1 sampai
5 terasa tidak ada kendala karena semua pasien koperatif. Tim berperan sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing mulai dari yang bertugas sebagai
Leader, co leader, fasilitator, observer.
4.1.4 Solusi
Solusi dalam kegiatan TAK selanjutnya kelompok harus memilih dan
memilah dulu mana-mana pasien yang wajib dan boleh mengikuti kegiatan TAKS
dan mana pasien yang tidak boleh mengikuti kegiatan TAK.
53

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kegiatan pembentukkan kreativitas ini bukan yang pertama kalinya
diadakan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang, karena di tahun-
tahun sebelumnya pernah diadakan oleh mahasiswa Prodi Ners Keperawatan
STIKES Eka Harap Palangka Raya, namun antusias para pasien di setiap kegiatan
dalam upaya peningkatan kreativitas selalu ada. Dukungan dari RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang Malang sangat diharapkan, agar kegiatan TAK dapat
terlaksana secara berkelanjutan.

5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas diharapkan pelaksanaan kegiatan TAKS ini
dapat menjadi informasi dan ilmu bagi petugas kesehatan maupun
Mahasiswa/mahasiswi yang berada dan praktik di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Apabila ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini, kami menerima
masukan, kritikan dan saran yang membangun penulisan laporan ini sehingga
laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita khususnya pihak yang
memerlukan dan yang akan mengaplikasikan nanti.
54

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses November 2019.

Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan


Halusinasi. www.academia.edu diakses November 2019

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi.

Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan


Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati)
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.

Hardian. (2018). Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Jurnal Abdimas.

Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa. Surabaya: Salemba
Medika.

Zelika. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran. Jurnal


Poltekes Bhakti Mulia.

Anda mungkin juga menyukai