BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui definisi cairan dan elekrolit.
2) Untuk mengetahui anatomi fisiologi cairan dan elekrolit.
3) Untuk mengetahui klasifikasi cairan dan elekrolit.
4) Untuk mengetahui patofisiologi cairan dan elektrolit.
5) Untuk mengetahui manifestasi klinis cairan dan elektrolit.
6) Untuk mengetahui faktor-faktor keseimbangan cairan dan elektrolit cairan
dan elekrolit.
7) Untuk mengetahui pergerakan cairan dan elekrolit tubuh.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Memahami akan pentingnya cairan dan elektrolit dalam mendukung
kesehatan dan keseimbangan tubuh manusia.
2) Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu
bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia
yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk
melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan.
Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan
No
Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
.
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700
4
5
Pada latihan fisik yang berat kehilangan cairan tubuh melalui dua
mekanisme yaitu:
6
2.3 Klasifikasi
Cairan tubuh terdiri atas cairan ekstrasel dan caiaran intrasel. Dimana 1/3
dari cairan tubuh total terdiri dari cairan ekstrasel dan 2/3 merupakan cairan
intrasel. Distribusi cairan tubuh adalah sebagai berikut otot 50%, kulit 20%, darah
20% dan organ-organ lain 20%.
2.3.1 Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah semua cairan yang terdapat diluar sel atau biasa
disebut CES. Cairan ekstrasel terdiri dari ion-ion dan berbagai bahan nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel untuk mempertahankan fungsi sel, seperti pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi khusus lainya. Karena peranannya yang penting
ini,maka cairan ekstrasel disebut juga internal environment. Cairan ini bergerak
secara constant pada seluruh tubuh dan ditransport secara cepat kedalam sirkulasi
melalui dinding kapiler. Cairan ekstrasel terdiri atas beberapa komponen yaitu:
plasma, cairan interstitial dan cairan transeluler.
2.3.2 Caiaran Intrasel
Sekitar 25 liter dari 40 liter cairan dalam tubuh kita terdapat dalam 100
triliun sel, disebut cairan intraseluler yang meliputi 2/3 dari seluruh cairan tubuh.
Cairan intrasel juga biasa disebut CIS. Cairan intrasel yang terdapat pada setiap
sel mempunyai komposisi yng berbeda, tetapi konsentrasinya dari tiap komposisi
ini dapat dikatakan sama dari sel satu ke sel lainya. Cairan intrasel ini mempunyai
pH yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pH pada cairan ekstrasel yaitu
berkisar 6,8 sampai 7,2.
2.3.3 Cairan Transeluler
Cairan transelular dipisahkan dengan cairan ekstrasel lainya oleh lapisan sel
epitel. Cairan transelular merupakan cairan yang terdapat pada lumen saluran
pencernaan, keringat, cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan pericardial, cairan
intra okuler, cairan synovial, cairan peritoneum, empedu dan cairan kokhlea.
7
Cairan yang terdapat pada lumen saluran pencernaan merupakan ½ dari seluruh
cairan transelular, disusul oleh cairan serebrospinalis dan empedu.
2.3.4 Cairan Interstitial
Cairan interstitial merupakan cairan yang terdapat diantara sel, termasuk
diantaranya adalah cairan limfe. Cairan interstitial merupakan 75% dari jumlah
cairan ekstrasel atau kurang lebih 10,5 liter pada seseorang dengan berat badan
70kg.
2.4 Patofisiologi
Adapun patofisiologi dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Hipovolemia (kekurangan Volume Cairan)
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
2) Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. Kelebihan
volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh
retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah
ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
8
Pathway
Cairan dan Elektroit
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2) Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
4) Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5) Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
(1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
(2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
(3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
12
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh
melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
Rumus menghitung balance cairan:
Cairan masuk = Output/cairan keluar + IWL
Rumus perhitungan IWL:
IWL = (15xBB)
24 Jam
3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
pada kulit.
4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (perilaku emosional).
3.1.2 Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
(1) Ringan : ± 2%
(2) Sedang : ± 5%
(3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
(1) Cairan oral: NGT dan oral
(2) Cairan parental: termasuk obat-obat intravena
(3) Makanan yang cenderung mengandung air
(4) Iritasi kateter
14
15
3.3 Intervensi
1) Kekurangan volume cairan
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
iii.Ingatkan klien
untuk menghindari i. Untuk mepercepat
detergen yang keras, perbaikan jaringan
membawa beban tubuh.
berat, memegang
rokok, mencabut
kutikula/ bintil
kuku, me-nyentuh
kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN
NIM : 2019.NS.A.07.062
Ruang Praktek : Ruang Bougenville
Tanggal Praktek : 14 Oktober 2019
Tanggal Dan Jam Pengkajian : 14 Oktober 2017 Jam 08.00 WIB
4.1.1 Identitas Klien
Nama: : Ny.L
Umur: : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama: : Kristen Protestan
Pekerjaan: : IRT
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jln. G.Obos VIII
Tgl MRS : 11 Oktober 2019
Diagnosa Medis : CKD on HD, Anemia, Acites, Pneumonia
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny. L)
: Tinggal serumah
Tinggi badan 145 cm, berat badan sebelum sakit 43 kg, berat badan saat
sakit 40 kg. Diet rendah garam, rendah lemak, nasi lembek, TKTP (tinggi kalori,
tinggi protein), tidak kesukaran menelan atau normal. Saat pengkajian pasien
tampak sakit sedang, pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanan, pasien
tampak kurus, tanda-tanda vital: Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 75x/menit,
pernapasan 26x/menit dan suhu 36,10C, BB sebelum sakit 43 Kg dan BB saat
sakit 40 Kg.
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur, buah Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 500 cc/24 jam 1500 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak ada
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Ny.L di Ruang Aster
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
anak dan merasa di hargai, Peran: pasien adalah sebagai istri sekaligus ibu untuk
anak-anaknya.
Masalah Keperawatan: tidak ada
4.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Saat sakit pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur.
Masalah Keperawatn: Tidak ada masalah
4.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada suami dan
keluarganya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
4.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang dianut.
Masalah Keperawatan: tidak ada
4.1.5 Sosial-Spritual
4.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
4.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak.
4.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Ny.L di
rawat di Ruang Bougenville terlihat keluarga selalu menjenguk.
4.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
4.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny.L adalah suami, anak, dan keluarga.
4.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat di rumah.
4.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)
31
(Reka Laura)
ANALISA DATA
Data Subyektif dan Data Kemungkinan Masalah
Obyektif Penyebab
DO : natrium.
Prioritas Masalah
2.3.1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium di tandai dengan Pasien Mengatakan “ Napas
saya terasa sesak, Pasien tampak sesak, Terdapat edema pada ekstremitas
bawah (kaki), pitting edema > 2 detik Pasien tampak sakit sedang, Terdapat
asistes, Produksi urine ±400 cc/24 jam, Intake : 1000 cc/24 jam, Hasil TTV :
TD :140/90 mmHg, N:84x/m, RR : 26/m, S : 36,2 0C. Hasil Laboratorium
Creatinin : 18,50.
2.3.2 Pola Napas Tidak efektif berhubungan dengan Penurunan PH, retensi cairan,
respon asidosis metabolik di tandai dengan Pasien tampak sesak, Terdapat
edema pada ekstremitas bawah (kaki), Pasien tampak sakit sedang, Terdapat
asistes, Terpasang 02 3 lpm, Hasil TTV : TD :140/90 mmHg, N:84x/m,
RR : 26/m, S : 36,2 0C. Hasil Laboratorium PH : 7,34 mmol/L.
35
INTERVENSI KEPERAWATAN
cc/24 jam, Intake : dengan kanula nasal/masker kebutuhan miokard untuk melawan efek
1000 cc/24 jam, sesuai dengan indikasi. hipoksia/iskemia
Hasil TTV : TD : 7) Edukasi kebutuhan cairan dan 7) Menambah pengetahuan klien dan
140/90 mmHg, elektrolit tubuh. keluarga dalam memahami kebutuhan
N:84x/m, RR : cairan dan elektrolit tubuh.
0
26/m, S : 36,2 C. 8) Kolaborasi :
Hasil Laboratorium (1) Berikan diet tanpa garam. (1) Natrium meningkatkan retensi cairan dan
Creatinin : 18,50. (2) Berikan diet rendah protein meningkatkan volume plasma
tinggi kalori. (2) Diet rendah protein untuk menurunkan
insufisiensi renal dan retensi nitrogen
yang akan meningkatkan BUN. Diet
tinggi kalori untuk cadangan energy dan
(3) Berikan diuretic mengurangi katabolisme protein.
(3) Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru.
(4) Lakukan dialisiis (4) Dialisis akan menurunkan volume cairan
yang berlebih.
2. Pola Napas Tidak Dalam Waktu 2x 24 jam 1. Indikasi Faktor Penyebab 1. Dengan mengidentifikasikan faktor
efektif berhubungan setelah diberikan intervensi penyebab kita dapat mengambil tindakan
dengan Penurunan PH, keperawatan, Pasien mampu yang tepat.
37
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.L
38
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Selasa, Dx 1 1) Mengkaji adanya edema ekstremitas dan S : Pasien Mengatakan : “Napas saya masih Reka
15 Oktober sesak kadang-kadang” Laura
asites. (Pukul 07.30)
2019 O:
07.00-14.00 2) Mengistirahatkan/anjurkan klien untuk tirah Terdapat edema pada kaki
Terdapat asites pada perut
baring pada saat edema masih terjadi.
Klien mendapat O2 nasal kanul 3
(Pukul 07.30) liter/menit.
Hasil TTV :
3) Mengkaji tanda-tanda vital. (Pukul 11.00)
TD : 140/100 mmHg
4) Memberikan oksigen tambahan dengan N : 88 x/m
RR : 24 x/m
kanula nasal 3 liter / menit. (Pukul 07.00)
S : 36,5
5) Kolaborasi : A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Memberikan diuretic : Furosemide 1 ampul.
Hari
Diagnosa Implementasi
Tanggal Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Selasa, Dx 2 1. Mengindikasi Faktor Penyebab (Pukul S : Pasien Mengatakan : “Napas saya masih Reka
39
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny.L
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, dkk. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal,
Edisi 2. Jakarta: EGC.