Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUHAN &

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL dengan


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Dosen Pembimbing : Wiwin RR.,S.ST., S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh :

Irvan Khakiim N.H. (P1337420517059)


Fadilah Tami Larasati (P1337420517060)

Antasena 2

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan yang berjudul “IBU
HAMIL dengan KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas.
Dalam menyusun ini penulis banyak dibantu oleh dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan demi kelancaran penulis tulis ini dan teman-
teman yang telah memberikan semangat dan dorongan. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi dalam pembelajaranAsuhan Keperawatan.Akhirnya, sebagai
manusia biasa yang tidak terhindar dari kekeliruan kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna.Dan karenanya, segala saran dan
kritikan yang membangun yang datang dari pembaca sangat penulis
butuhkan sebagai bahan masukan untuk perbaikan di masa-masa
mendatang.

Magelang, 26 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil mejadi masalah besar di
Negara berkembang. Diperkiraan 15% kehamilan akan mengalami keadaan
resiko tinggi dan komplikasi obstetri, yang dapat membahayakan kehidupan
ibu maupun janinnya jika ditangani jika tidak ditangani dengan memadai
(Saifuddin, 2006).
Angka kemtian ibu hamil menurut WHO (World Health Organization)
selama periode 1990-2005 juga belum ada kawasan yang mampu mencapai
penurunan angka kematian ibu per tahun hingga 5,5 persen. Hanya Asia
Timur yang penurunannya telah mendekati target yakni 4,2 persen per tahun
serta Afrika Utara, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia mengalami
penurunan yang jauh lebih besar dari Sub-Sahara Afrika (WHO, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih cukup tinggi
yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target yang akan dicapai
yaitu tahun 2015 adalah menjadi 102 orang pertahun. Untuk mewujudkan hal
ini, Depkes sedang menggalakkan program Making Pregnancy Safer (MPS)
dengan program (P4K) antara lain Program Perncanaan, Persalinan, dan
Pencegahan, Komplikasi (Depkes, 2010).
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah (Sukesda) Angka
Kematian Ibu (AKI) untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 101
per 100.000 kelahiran kelahiran hidup (Wahyuningsih, 2008).
Kehamilan ektopik merupakan salah satu faktor penyebab terbesar
kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan. Hal yang menyababkan
besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya
deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui bahwa ibu mengalami
kehamilan ektopik. Resiko kehamilan ektopik menjadi penyebab utama
kematian ibu ibu di Indonesia. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik
maka kehamilan tersebut harus segera diakhiri karena besarnya resiko yang
ditanggungnya. (Prawirohardjo, 2017).
Kehamilan ektopik terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik terganggu
adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak
di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri (Mansjoer,
2005).
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik terganggu
berumur antara 20-40 tahun dengan umru rata-rata 30 tahun. Di Negara-negara
maju insidennya kelihatan meningkat sampai 6 kali lipat dalam 20 tahun
terakhir, dan terdapat pada 2% dari total kelahiran. Frekuensi kelahiran
ektopik di Indonesia dilaporkan 1 diantara 300 kehamkilan. Frekuensi
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar anatara 0%-14,6%
(Wiknjosastro,2007).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian kehamilan ektopik terganggu?
2. Apa saja penyebab kehamilan ektopik terganggu?
3. Bagaimana patofisiologi kehamilan ektopik terganggu?
4. Apa saja macam-macam kehamilan ektopik terganggu?
5. Apa saja diagnose dan intervensi kehamilan ektopik terganggu?

C. TUJUAN
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
tentang kehamilan ektopik terganggu dan penatalaksanaan
b. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian kehamilan ektopik terganggu.
2. Menjelaskan penyebab kehamilan ektopik terganggu
3. Menjelaskan patofisiologi kehamilan ektopik terganggu.
4. Menyebutkan macam-macam kehamilan ektopik terganggu.
5. Menjelaskan diagnosa dan intervensi kehamilan ektopik terganggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KET
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat
diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.Apabila pada kehamilan
ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis
uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (Sarwono
Prawiroharjho, 2005).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus.Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %).(Sarwono.2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal). Kehamilan
ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa.Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar
rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga
terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi.
1984. FK UNPAD). Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan
hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (Kapita Selekta
Kedokteran,2001) Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan
tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus(Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal,
2001).Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang di tandai dengan terjadinya
implantasi diluar endometrium kavum uteri setelah fertilisasi (Acuan Nasional
Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal, 2001).Kehamilan Ektopik terjadi
bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luarendometrium kavum
uteri. Kehamilan ektra uterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopikkarena
kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk
dalamuterus, tetapi jelas bersifat ektopik (Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga,
1992).Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/
nidasi/melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luarro
ngga rahim. Sedangkan yangdisebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu
adalah suatu kehamilan ektopik yangmengalami abortus ruptur pada dinding
tuba.

B. ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu.

1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang
dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan
aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan
saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca
nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan
tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada
sterilisasi
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan
adanya benjolan pada adneksia
f. Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan
duktus mulleri yang abnormal
b. Refluks menstruasi
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesterone
d. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum
yang dibuahi.
e. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
C. KLASIFIKASI
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam
bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara
lain :

1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
SUMBER :
https://www.google.com/search?q=TEMPAT+TERJADINYA+KET&
safe=strict&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwimmoeAwsTeAh
WJgI8KHSbMDTEQ_AUIDygC&biw=1366&bih=632#imgrc=f5Rmu
fQFIPrM0M:
D. PATOFISIOLOGI
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba
(lokasi tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar.Pada keadaan yang
pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative
sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot.
Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun
mengalami hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron,
sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun
ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa
trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik,
intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular
demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi
pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu
saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :

a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi.


b. Abortus kedalam lumen tuba.
c. Ruptur dinding tuba.
PATHWAY
https://www.google.com/search?q=pathway+ibu+hamil+dengan+ket&safe=strict
&client=firefox-
b&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj45bvzvMTeAhXKM48KHR
E4CeYQ_AUIDigB&biw=1366&bih=632#imgrc=gKGz5KcFlwsCSM:

E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari
ada tidaknya ruptur.Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri,
amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam
usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen
bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda
iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram
yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis,
pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari
kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur
kista korpus luteum atau folikel ovarium.Pada pemeriksaan vaginal, timbul
nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada
perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti
nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang
mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama.Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-
tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh
dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian
janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
ektopik.Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya.

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda :

1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau


spotting atau perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh
massa kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat
ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan.
7. Pucat.
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma).
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak
gembung.
10. Gangguan kencing.
11. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan
peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.
12. Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh
hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil
dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama
umurnya.

1. Nyeri pada toucher


Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan
cavumdouglasi (nyeri digoyang)
2. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan
kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
3. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba
yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga
perut.

Gejala:
1. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus
kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ,
terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose
dan dikeluarkan dengan perdarahan.Perdarahan ini pada umumnya
sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya
membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang
memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan
menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil.
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah
laparotomi.Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan
dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Kondisi ibu pada saat itu.


2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
7. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok,
lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di
pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan
menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
8. Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini
dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan.
Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak
dini.Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu,
operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka
keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila
memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif
adalah pembedahan :
a) Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan
(salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan
dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar
dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
b) Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap
keluar tuba.
c) Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
d) Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil
serta kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi
methrotexateke dalam kantung gestasi dengan harapan bahwa
trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
e) Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
a. Ukuran kantung kehamilan.
b. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil).
c. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana.Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
rupturtuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan
pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan
anestesi.

I. PENCEGAHAN
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita
yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan
kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan
seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual
yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter
dapat melakukan:

1. Laboratorium
a) Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang
terjadi.

b) Sel darah putih


Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya
leukositosis.Leoukosite 15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
c) Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan
β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-
hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan
ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang
abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer
hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan
adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
2. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
3. Pemeriksaan ultrosonografi (USG).
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang,
baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
a. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
b. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
c. Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Laparoskopi
Peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti
oleh USG
5. Laparotomi
Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
6. Kuldosintesis
Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum
Douclassi.Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya
perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara
pemeriksaan lain.
K. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1) Menstruasi terakhir.
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan
taksiran persalinan (TP).TP ditentukan berdasarkan hari
pertama haid terakhir (HPHT).Untuk menentukan TP
berdasrkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari
ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan.
2) Adanya bercak darah yang berasal dari vagina.
3) Nyeri abdomen: kejang, tumpul.
4) Jenis kontrasepsi.
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada
janin, ibu, atau keduanya.Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didaptkan pada saat kunjungan pertama.Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak
dikatahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual
janin.
5) Riwayat gangguan tuba sebelumnya
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus,
hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada
kehamilan.Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur
operasi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus
didokumentasikan.
6) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk
mendeteksi masalah fisik yang dapat dipengaruhi kehamilan.
a) Tanda-tanda vital
i. Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan,
karena posisi akan mempengaruhi tekanan darah pada ibu
hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk
dengan posisi sejajar posisi jantung. Pendokumentasian
perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.

ii. Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia
bisa terjadi pada keadaan cemas, hipertiroid dan
infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk
dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi
diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai,
nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
iii. Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24
kali per menit.Takipnea terjadi karena adanya infeksi
pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas harus sama
bilateral, ekspansi paru simetris dan lapangan paru bebas
dari suara napas abdominal.
iv. Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C.
Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi dan
membutuhkan perawat medis.
b) Sistem Kardiovaskular
i. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi
terhadap bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi
varises.Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai,
vulva dan rectum.
ii. Edema pada ekstremitas
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian
darah oada ekstermitas akibat perpindahan cairan
intravaskular keruan intertesial.Ketika dilakukan
penekanan dengan jari atau jempol menyebabkan
terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting
edema.Edema pada tangan dan wajah memerlukan
pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari hipertensi
pada kehamilan.
c) Sistem musculoskeletal
i. Postur tubuh
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama
kehamilan.Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot
punggung dan tungkai.
ii. Tinggi badan dan berat
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data
dasar untuk dapat menentukan kenaikan berat badan
selama kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi
kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm
ibu beresiko melahirkan prematurdan berat badan lahir
rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg
dapat mengakibatkan diabetes pada kehamilan,
hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio caesarea,
dan infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat
badan selama kehamilan berdasarkan indeks masa
tubuh.
iii. Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk
menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan
per vaginaan.
iv. Abdomen
Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji.
Tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas
simfisis pubis.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum
pemeriksaan dilakukan untuk menentukan
keakuratannya.Pengukuran metode Mc. Donal dengan
posisi ibu berbaring.Nyeri merupakan keluhan utama pada
kehamilan ektopik terganggu.Pada ruptur tuba nyeri perut
bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang
kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu
pingsan dan masuk kedalam syok. Intensitas nyeri berkisar
antar 9-10 nyeri hebat
d) Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila
ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan
adanya masalah.Pemeriksaan reflek tendo sebaiknya
dilakukan karena hiperfleksi menandakan adanya komplikasi
kehamilan.
e) Sistem integument
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat
menandakan anemis, jaundice menandakan ganguan pada
hepar, lesi hiperpigmentasi seperti closma gravidarum, sreta
linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu
dicatat. Penempangan kuku berwarna merah muda
menandakan pengisian kapiler dengan baik.
f) Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran
yang berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu
pemeriksaan lebih lanjut.
g) Sistem gastrointestinal
i. Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir
bebas dari ulserasi, gusiberwarna kemerahan, serta edema
akibat efek peningkatan estrogen yang mengakibatkan
hiperplasia.Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan
kedokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan
prematur.Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi.
ii. Usus
Stestokop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih
nyaman untuk ibu hamil.Bising usus bisa berkurang
karena efek progesteron pada otot polos, sehingga
menyebabkan konstipasi.Peningkatan bising usus terjadi
bila menderita diare.
h) Sistem urinarius
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan
cara urine tengah. Urine diperiksa untuk mendeteksi tanda
infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam urine yang
menandakan suatu masalah.
i. Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada
dalam urine, hal ini menandakan adanya kontaminasi
sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada
kehamilan,
ii. Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa
dikatakan normal pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah
yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah
iii. Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas
yang berat atau pemasukan cairan dan makanan yang tidak
adekuat
iv. Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi
saluran kemih yang bisanya terjadi pada ibu hamil
i) Sistem reproduksi
i. Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan
pengeluaran kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan
tidak simetris pada payudara membutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut.
ii. Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus
perlu diperiksa dari eksiorisasi, ulserasi, lesi, varises dan
jarinagn parut pada perineum
iii. Organ reproduksi internal
- Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak
hamil dan berwarna merah kebiruan pada ibu hamil
yang disebut tanda Chadwik.
- Vagina :mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin
merah dab kebiru biruan.
- Ovarium (indung telur) : dengan terjadinya kehamilan,
indung telur mengandung korpus luteum gravidarum
akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
j) Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun
i. Urine
i) Protein: Hasil negative menunjukkan keadaan yang
normal
ii) Glukosa: adanya glukosa dalam urine ibu hamil harus
dianggap sebagai gejala DM, kecuali dapat
membuktikan bahwa hal-hal lain menyebabkannya
iii)Pemeriksaan sedimen : untuk melihat adanya gangguan
pada ginjal
ii. Darah
i) HB: 5 gr %
ii) Eritrosit: 3,5 juta/mm3
iii)Leukosit: 8000-10.000 mm3
iii. HCG
Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine
dihasilkan oleh tropulus ketika ovum yang dibuahi
terbenam dalam endemetrium.
iv. Pemeriksaan USG
Beberapa variabel janin dan plasenta lebih jelas dan lebih
detail dan tidak ada kontraindikasi pemeriksaan USG
dalam kehamilan
v. Non-Stres Test (NST)
Ada 8 Pemeriksaan 10 T di antaranya
1. TB dan BB : tinggi badan yang diharuskan untuk
kehamilan adalah 150 cm dan kenaikan berat badan
selama kehamilan berkisar antara 11-13,5 kg, pada
trimester I kenaikannya kurang lebih 1 kg, trimester II
kurang lebih 5 kg dan trimester III kurang lebih 5,5
kg.
2. Tekanan darah :Posisi pengambilan tekanan darah
sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil.
Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk
dengan posisi sejajar posisi jantung.
Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan
darah yang didapatkan.
3. TFU
Leopold I: menentukan usia kehamilan dan tinggi
fundus uteri dalam cm
Leopold II: menentukan bagian janin, punggung kiri
& punggung kanan
Leopold III: menentukan bagian terendah janin,
apakah kepala atau bokong
Kepala : bundar, keras dan melenting
Bokong : tidak bundar, keras dan melenting
Leopold IV: mengukur seberapa jauh kepala masuk di
PAP (pintu atas panggul)
4. TT: pemberian imunisasi selama kehamilan
dilakukan sebnyak 4 kali. Pada trimester I satu kali,
trimester II satu kali dan trimester III dua kali
5. Tablet: selama hamil ibu diberikan tablet FE sebanyak
90 tablet fungsinya yaitu untuk membantu
pertumbuhan tulang janin, waktu meminumnya 1x1
setiap malam sebelum tidur.
6. Temu Wicara (HE) : dilakukan untuk memberikan
health education pada ibu hamil dan memberikan
penjelasan pada ibu hamil yang mengalami keluhan-
keluhan selama kahamilan
7. Torch/Toksoplasma : pemeriksaan melalui LAB yang
gunanya untuk mengetahui apakah ibu hamil
terinfeksi bakteri toksoplasma
8. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
9. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah
endemis gondok
10. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis
malaria
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko syok
Faktor Risiko :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Hipotensi
d. Hipovolemia
e. Infeksi
f. Sepsis
g. Sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflamatory response
syndrome [SIRS])
2. Risiko infeksi
Faktor Risiko :
a. Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
b. Penyakit kronis
c. Prosedur infasif
d. Pecah ketuban dini
e. Pecah ketuban lamabat
f. Penurunan hemoglobin
3. Dukacita
Batasan Karakteristik :
a. Gangguan pola tidur
b. Marah
c. Memisahkan diri
d. Menyalahkan
e. Berlaku panik
f. Perubahan funsi imun
g. Perubahan tingkat aktivitas
h. Putus asa
i. Rasa bersalah tentang perasaan lega
j. Terluka
Faktor yang Berhubungan :
a. Antisipasi kehilangan hal yang bermakna (mis., kepemilikan,
pekerjaaan, status)
b. Antisipasi kehilangan orang terdekat
c. Kehilangan objek penting (mis., kepemilikan, pekerjaaan, status,
rumah, bagian tubuh)
d. Kematian orang terdekat
4. Defisiensi pengetahuan
Batasan Karakteristik :
a. Ketidakakuratan melakukan tes
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah
c. Kurang pengetahuan
d. Perilaku tidak tepat (mis., histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Faktor yang Berhubungan :
a. Gangguan fungsi kognitif
b. Gangguan memori
c. Kurang informasi
d. Kurang minat untuk belajar
e. Kurang sumber pengetahuan
f. Salah pengertian terhadap orang lain
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Risiko syok Setelah diberikan asuhan Pencegahan syok (4260)
keperawatan selama…..x jam - Monitor terhadap adanya respon
diharapkan syok tidak terjadi kompensasi awal syok (misalnya.,
dengan kriteria hasil : tekanan darah normal, tekanan
Keparahan: syok nadi melemah, hipotensi
hipovolemik (0419) ortostatik ringan, perlambatan
- Penurunan tekanan nadi pengisian kapiler, pucat/dingin
perifer (-) pada kulit atau kulit kemerahan,
- Penurunan tekanan darah takipnea ringan, mual dan
sistolik (-) muntah, peningkatan rasa haus,
- Penurunan tekanan darah dan kelemahan)
diastolik (-) - Monitor terhadap adanya tanda
- Menurunnya urin output awal dari penurunan fungsi
(-) jantung (misalnya., penurunan
- Penurunan oksigen arteri CO dan urin output, bunyi
(-) crackles pada paru, takikardia)
- Pucat (-) - Monitor tekanan oksimetri
- Penurunan tingkat - Berikan cairan IV dan atau oral,
kesadaran (-) sesuai kebutuhan
- Anjurkan pasien dan keluarga
mengensi tanda/gejala syok yang
mengancam jiwa
- Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah yang
harus dilakukan terhadap
timbulnya gejala syok

2 Risiko infeksi Setelah dibserikan askep Perlindungan infeksi (6550)


selama….x jam, diharapkan - Monitor adanya tanda dan
infeksi tidak terjadi dengan gejalan infeksi sistemik dan
kriteria hasil: lokal
Keparahan infeksi (0703) - Berikan perawatan kulit yang
- Kemerahan (-) tepat untuk area [yang
- Demam (-) mengalami] edema
- Nyeri (-) - Periksa kulit dan selaput lendir
- Gejala-gejala untuk adanya kemerahan,
gastrointesinal (-) kehangatan, ekstrim, atau
drainase
- Tingkatkan asuapan nutrisi yang
cukup
- Anjurkan asupan cairan, dengan
tepat
- Anjurkan istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik yang
diresepkan
3 Dukacita Seteleh diberikan askep Dukungan emosional (5270)
selama …x jam diharapkan - Dengarkan/dorong ekspresi
pasien menunjukkan rasa keyakinan dan perasaan
pergerakan kea rah resolusi - Berikan dukungan selama fase
dari rasa duka dan harapan mengingkari [denial], marah,
untuk masa depan dengan tawar-menawar, dan fase
kriteria hasil : menerima dalam proses berduka
Resolusi berduka (1304) Fasilitasi proses berduka (5290)
- Menyampaikan perasaan - Identifikasi kehilangan
akan penyesalan - Libatkan orang yang penting [bagi
kehilangan klien/SO] untuk mendiskusikan
- Mengekspresikan dan membuat keputusan, dengan
pandangan spiritualnya tepat
mengenai kematian Peningkatan koping (5230)
- Menyatakan menerima - Bantu pasien dalam
kehilangan mengidentifikasi tujuan jangka
- Mengekspresikan harapan pendek dan jangka panjang yang
positif mengenai masa tepat
depan - Dukung sikap [pasien] terkait
dengan harapan yang realistis
sebagai upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
- Sediakan informasi aktual
mengenai diagnosis, penanganan,
dan prognosis

4 Defisiensipengetahuan Seteleh diberikan askep Pengajaran: Proses Penyakit (5602)


selama …..x jam pasien - Kaji tingkat pengetahuan pasien
berpartisipasi dalam proses terkait dengan proses penyakit
belajar, mengungkapkan yang spesifik
dalam istilah sederhana - Jelaskan patofisiologi penyakit
mengenai patofisiologi dan dan bagaimana hubungannya
implikasi klinis dengn dngan anatomi dan fisiologi,
kriteria hasil : sesuai kebutuhan
Pengetahuan: Manajemen - Berikan informasi pada pasien
Penyakit Akut (1844) mengenai kondisinya, sesuai
- Faktor-faktor penyebab kebutuhan
dan faktor yang - Diskusikan perubahan gaya hidup
berkontribusi yang mungkin diperlukan untuk
- Perjalanan penyakit mencegah komplikasi d masa
biasanya yang akan datang dan/ atau
- Strategi untuk mencegah mengontrol proses penyakit
komplikasi

Anda mungkin juga menyukai