Disusun Oleh :
Antasena 2
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil mejadi masalah besar di
Negara berkembang. Diperkiraan 15% kehamilan akan mengalami keadaan
resiko tinggi dan komplikasi obstetri, yang dapat membahayakan kehidupan
ibu maupun janinnya jika ditangani jika tidak ditangani dengan memadai
(Saifuddin, 2006).
Angka kemtian ibu hamil menurut WHO (World Health Organization)
selama periode 1990-2005 juga belum ada kawasan yang mampu mencapai
penurunan angka kematian ibu per tahun hingga 5,5 persen. Hanya Asia
Timur yang penurunannya telah mendekati target yakni 4,2 persen per tahun
serta Afrika Utara, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia mengalami
penurunan yang jauh lebih besar dari Sub-Sahara Afrika (WHO, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih cukup tinggi
yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target yang akan dicapai
yaitu tahun 2015 adalah menjadi 102 orang pertahun. Untuk mewujudkan hal
ini, Depkes sedang menggalakkan program Making Pregnancy Safer (MPS)
dengan program (P4K) antara lain Program Perncanaan, Persalinan, dan
Pencegahan, Komplikasi (Depkes, 2010).
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah (Sukesda) Angka
Kematian Ibu (AKI) untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 101
per 100.000 kelahiran kelahiran hidup (Wahyuningsih, 2008).
Kehamilan ektopik merupakan salah satu faktor penyebab terbesar
kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan. Hal yang menyababkan
besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya
deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui bahwa ibu mengalami
kehamilan ektopik. Resiko kehamilan ektopik menjadi penyebab utama
kematian ibu ibu di Indonesia. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik
maka kehamilan tersebut harus segera diakhiri karena besarnya resiko yang
ditanggungnya. (Prawirohardjo, 2017).
Kehamilan ektopik terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik terganggu
adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak
di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri (Mansjoer,
2005).
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik terganggu
berumur antara 20-40 tahun dengan umru rata-rata 30 tahun. Di Negara-negara
maju insidennya kelihatan meningkat sampai 6 kali lipat dalam 20 tahun
terakhir, dan terdapat pada 2% dari total kelahiran. Frekuensi kelahiran
ektopik di Indonesia dilaporkan 1 diantara 300 kehamkilan. Frekuensi
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar anatara 0%-14,6%
(Wiknjosastro,2007).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian kehamilan ektopik terganggu?
2. Apa saja penyebab kehamilan ektopik terganggu?
3. Bagaimana patofisiologi kehamilan ektopik terganggu?
4. Apa saja macam-macam kehamilan ektopik terganggu?
5. Apa saja diagnose dan intervensi kehamilan ektopik terganggu?
C. TUJUAN
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
tentang kehamilan ektopik terganggu dan penatalaksanaan
b. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian kehamilan ektopik terganggu.
2. Menjelaskan penyebab kehamilan ektopik terganggu
3. Menjelaskan patofisiologi kehamilan ektopik terganggu.
4. Menyebutkan macam-macam kehamilan ektopik terganggu.
5. Menjelaskan diagnosa dan intervensi kehamilan ektopik terganggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KET
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat
diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.Apabila pada kehamilan
ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis
uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (Sarwono
Prawiroharjho, 2005).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus.Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %).(Sarwono.2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal). Kehamilan
ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa.Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar
rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga
terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi.
1984. FK UNPAD). Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan
hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (Kapita Selekta
Kedokteran,2001) Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan
tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus(Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal,
2001).Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang di tandai dengan terjadinya
implantasi diluar endometrium kavum uteri setelah fertilisasi (Acuan Nasional
Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal, 2001).Kehamilan Ektopik terjadi
bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luarendometrium kavum
uteri. Kehamilan ektra uterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopikkarena
kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk
dalamuterus, tetapi jelas bersifat ektopik (Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga,
1992).Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/
nidasi/melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luarro
ngga rahim. Sedangkan yangdisebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu
adalah suatu kehamilan ektopik yangmengalami abortus ruptur pada dinding
tuba.
B. ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu.
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang
dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan
aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan
saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca
nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan
tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada
sterilisasi
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan
adanya benjolan pada adneksia
f. Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan
duktus mulleri yang abnormal
b. Refluks menstruasi
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesterone
d. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum
yang dibuahi.
e. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
C. KLASIFIKASI
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam
bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara
lain :
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
SUMBER :
https://www.google.com/search?q=TEMPAT+TERJADINYA+KET&
safe=strict&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwimmoeAwsTeAh
WJgI8KHSbMDTEQ_AUIDygC&biw=1366&bih=632#imgrc=f5Rmu
fQFIPrM0M:
D. PATOFISIOLOGI
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba
(lokasi tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar.Pada keadaan yang
pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative
sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot.
Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun
mengalami hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron,
sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun
ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa
trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik,
intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular
demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi
pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu
saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari
ada tidaknya ruptur.Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri,
amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam
usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen
bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda
iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram
yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis,
pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari
kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur
kista korpus luteum atau folikel ovarium.Pada pemeriksaan vaginal, timbul
nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada
perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti
nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang
mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama.Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-
tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh
dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian
janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
ektopik.Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Gejala:
1. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus
kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ,
terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose
dan dikeluarkan dengan perdarahan.Perdarahan ini pada umumnya
sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya
membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang
memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan
menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil.
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah
laparotomi.Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan
dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
I. PENCEGAHAN
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita
yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan
kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan
seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual
yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter
dapat melakukan:
1. Laboratorium
a) Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang
terjadi.
ii. Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia
bisa terjadi pada keadaan cemas, hipertiroid dan
infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk
dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi
diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai,
nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
iii. Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24
kali per menit.Takipnea terjadi karena adanya infeksi
pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas harus sama
bilateral, ekspansi paru simetris dan lapangan paru bebas
dari suara napas abdominal.
iv. Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C.
Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi dan
membutuhkan perawat medis.
b) Sistem Kardiovaskular
i. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi
terhadap bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi
varises.Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai,
vulva dan rectum.
ii. Edema pada ekstremitas
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian
darah oada ekstermitas akibat perpindahan cairan
intravaskular keruan intertesial.Ketika dilakukan
penekanan dengan jari atau jempol menyebabkan
terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting
edema.Edema pada tangan dan wajah memerlukan
pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari hipertensi
pada kehamilan.
c) Sistem musculoskeletal
i. Postur tubuh
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama
kehamilan.Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot
punggung dan tungkai.
ii. Tinggi badan dan berat
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data
dasar untuk dapat menentukan kenaikan berat badan
selama kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi
kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm
ibu beresiko melahirkan prematurdan berat badan lahir
rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg
dapat mengakibatkan diabetes pada kehamilan,
hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio caesarea,
dan infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat
badan selama kehamilan berdasarkan indeks masa
tubuh.
iii. Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk
menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan
per vaginaan.
iv. Abdomen
Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji.
Tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas
simfisis pubis.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum
pemeriksaan dilakukan untuk menentukan
keakuratannya.Pengukuran metode Mc. Donal dengan
posisi ibu berbaring.Nyeri merupakan keluhan utama pada
kehamilan ektopik terganggu.Pada ruptur tuba nyeri perut
bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang
kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu
pingsan dan masuk kedalam syok. Intensitas nyeri berkisar
antar 9-10 nyeri hebat
d) Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila
ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan
adanya masalah.Pemeriksaan reflek tendo sebaiknya
dilakukan karena hiperfleksi menandakan adanya komplikasi
kehamilan.
e) Sistem integument
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat
menandakan anemis, jaundice menandakan ganguan pada
hepar, lesi hiperpigmentasi seperti closma gravidarum, sreta
linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu
dicatat. Penempangan kuku berwarna merah muda
menandakan pengisian kapiler dengan baik.
f) Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran
yang berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu
pemeriksaan lebih lanjut.
g) Sistem gastrointestinal
i. Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir
bebas dari ulserasi, gusiberwarna kemerahan, serta edema
akibat efek peningkatan estrogen yang mengakibatkan
hiperplasia.Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan
kedokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan
prematur.Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi.
ii. Usus
Stestokop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih
nyaman untuk ibu hamil.Bising usus bisa berkurang
karena efek progesteron pada otot polos, sehingga
menyebabkan konstipasi.Peningkatan bising usus terjadi
bila menderita diare.
h) Sistem urinarius
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan
cara urine tengah. Urine diperiksa untuk mendeteksi tanda
infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam urine yang
menandakan suatu masalah.
i. Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada
dalam urine, hal ini menandakan adanya kontaminasi
sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada
kehamilan,
ii. Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa
dikatakan normal pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah
yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah
iii. Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas
yang berat atau pemasukan cairan dan makanan yang tidak
adekuat
iv. Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi
saluran kemih yang bisanya terjadi pada ibu hamil
i) Sistem reproduksi
i. Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan
pengeluaran kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan
tidak simetris pada payudara membutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut.
ii. Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus
perlu diperiksa dari eksiorisasi, ulserasi, lesi, varises dan
jarinagn parut pada perineum
iii. Organ reproduksi internal
- Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak
hamil dan berwarna merah kebiruan pada ibu hamil
yang disebut tanda Chadwik.
- Vagina :mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin
merah dab kebiru biruan.
- Ovarium (indung telur) : dengan terjadinya kehamilan,
indung telur mengandung korpus luteum gravidarum
akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
j) Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun
i. Urine
i) Protein: Hasil negative menunjukkan keadaan yang
normal
ii) Glukosa: adanya glukosa dalam urine ibu hamil harus
dianggap sebagai gejala DM, kecuali dapat
membuktikan bahwa hal-hal lain menyebabkannya
iii)Pemeriksaan sedimen : untuk melihat adanya gangguan
pada ginjal
ii. Darah
i) HB: 5 gr %
ii) Eritrosit: 3,5 juta/mm3
iii)Leukosit: 8000-10.000 mm3
iii. HCG
Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine
dihasilkan oleh tropulus ketika ovum yang dibuahi
terbenam dalam endemetrium.
iv. Pemeriksaan USG
Beberapa variabel janin dan plasenta lebih jelas dan lebih
detail dan tidak ada kontraindikasi pemeriksaan USG
dalam kehamilan
v. Non-Stres Test (NST)
Ada 8 Pemeriksaan 10 T di antaranya
1. TB dan BB : tinggi badan yang diharuskan untuk
kehamilan adalah 150 cm dan kenaikan berat badan
selama kehamilan berkisar antara 11-13,5 kg, pada
trimester I kenaikannya kurang lebih 1 kg, trimester II
kurang lebih 5 kg dan trimester III kurang lebih 5,5
kg.
2. Tekanan darah :Posisi pengambilan tekanan darah
sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil.
Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk
dengan posisi sejajar posisi jantung.
Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan
darah yang didapatkan.
3. TFU
Leopold I: menentukan usia kehamilan dan tinggi
fundus uteri dalam cm
Leopold II: menentukan bagian janin, punggung kiri
& punggung kanan
Leopold III: menentukan bagian terendah janin,
apakah kepala atau bokong
Kepala : bundar, keras dan melenting
Bokong : tidak bundar, keras dan melenting
Leopold IV: mengukur seberapa jauh kepala masuk di
PAP (pintu atas panggul)
4. TT: pemberian imunisasi selama kehamilan
dilakukan sebnyak 4 kali. Pada trimester I satu kali,
trimester II satu kali dan trimester III dua kali
5. Tablet: selama hamil ibu diberikan tablet FE sebanyak
90 tablet fungsinya yaitu untuk membantu
pertumbuhan tulang janin, waktu meminumnya 1x1
setiap malam sebelum tidur.
6. Temu Wicara (HE) : dilakukan untuk memberikan
health education pada ibu hamil dan memberikan
penjelasan pada ibu hamil yang mengalami keluhan-
keluhan selama kahamilan
7. Torch/Toksoplasma : pemeriksaan melalui LAB yang
gunanya untuk mengetahui apakah ibu hamil
terinfeksi bakteri toksoplasma
8. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
9. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah
endemis gondok
10. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis
malaria
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko syok
Faktor Risiko :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Hipotensi
d. Hipovolemia
e. Infeksi
f. Sepsis
g. Sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflamatory response
syndrome [SIRS])
2. Risiko infeksi
Faktor Risiko :
a. Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
b. Penyakit kronis
c. Prosedur infasif
d. Pecah ketuban dini
e. Pecah ketuban lamabat
f. Penurunan hemoglobin
3. Dukacita
Batasan Karakteristik :
a. Gangguan pola tidur
b. Marah
c. Memisahkan diri
d. Menyalahkan
e. Berlaku panik
f. Perubahan funsi imun
g. Perubahan tingkat aktivitas
h. Putus asa
i. Rasa bersalah tentang perasaan lega
j. Terluka
Faktor yang Berhubungan :
a. Antisipasi kehilangan hal yang bermakna (mis., kepemilikan,
pekerjaaan, status)
b. Antisipasi kehilangan orang terdekat
c. Kehilangan objek penting (mis., kepemilikan, pekerjaaan, status,
rumah, bagian tubuh)
d. Kematian orang terdekat
4. Defisiensi pengetahuan
Batasan Karakteristik :
a. Ketidakakuratan melakukan tes
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah
c. Kurang pengetahuan
d. Perilaku tidak tepat (mis., histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Faktor yang Berhubungan :
a. Gangguan fungsi kognitif
b. Gangguan memori
c. Kurang informasi
d. Kurang minat untuk belajar
e. Kurang sumber pengetahuan
f. Salah pengertian terhadap orang lain
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Risiko syok Setelah diberikan asuhan Pencegahan syok (4260)
keperawatan selama…..x jam - Monitor terhadap adanya respon
diharapkan syok tidak terjadi kompensasi awal syok (misalnya.,
dengan kriteria hasil : tekanan darah normal, tekanan
Keparahan: syok nadi melemah, hipotensi
hipovolemik (0419) ortostatik ringan, perlambatan
- Penurunan tekanan nadi pengisian kapiler, pucat/dingin
perifer (-) pada kulit atau kulit kemerahan,
- Penurunan tekanan darah takipnea ringan, mual dan
sistolik (-) muntah, peningkatan rasa haus,
- Penurunan tekanan darah dan kelemahan)
diastolik (-) - Monitor terhadap adanya tanda
- Menurunnya urin output awal dari penurunan fungsi
(-) jantung (misalnya., penurunan
- Penurunan oksigen arteri CO dan urin output, bunyi
(-) crackles pada paru, takikardia)
- Pucat (-) - Monitor tekanan oksimetri
- Penurunan tingkat - Berikan cairan IV dan atau oral,
kesadaran (-) sesuai kebutuhan
- Anjurkan pasien dan keluarga
mengensi tanda/gejala syok yang
mengancam jiwa
- Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah yang
harus dilakukan terhadap
timbulnya gejala syok