Anda di halaman 1dari 21

Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau

korpusluteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium.(Smelzer and Bare. 2002: 1556)
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang

membentuk seperti kantong.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan

dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)

Kista ovari adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam rongga

ovarium.Kista tersebut disebut juga kista fungsional karana terbentuk setelah telur dilepaskan

setelah ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut seteleh beberapa waktu

(setelah 1-3 bulan), hingga biasanya dokter juga mencurigai terbentuk kista menganjurkan

penderita melekukan control kembali 3 bulan kemudian. Selama waktu menunggu tersebut,

kadang-kadang dokter menganjurkan penderita agar minum pil KB agar tidak terjadi

ovulasi.Demikian pula yang terjadi bila seorang perempuan sudah menopause, kista

fungsional tidak terbentuk.Untuk menyakinkan apakah perempuan mengidap kista, dokter

melekukan pemeriksaan sonogram.(Faisal Yatim,2008)

Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Kista non neoplasma

Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya

adalah :
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam

korteks

1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak

matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita

yang menarche kurang dari 12 tahun.

2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.

3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola

hidatidosa.

4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan

hiperstimuli ovarium.

2) Kista neoplasma

a.

Kistoma ovarii simplek, kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi ( putaran

tangkai ). Diduga kista ini adalah sejenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya

karena tekanan cairan dalam kista. Tindakanya adalah pengangkatan kista dengan reseksi

ovarium.

b.

Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I

elemen mengalahkan elemen yang lain

c.

Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)

d.
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid

e.

Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan

menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan

tipe kista yang paling banyak ditemukan.Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan

folikel ovarium yang tidak terkontrol.

Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada

keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk

melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga

menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.

Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari

perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat

pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan

Kista Dermoid.
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan

pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak

akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam

jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel

yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam

ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang

disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari

2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum,

yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak

terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara

progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian

secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi

normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.

Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-

lutein.Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.Kista

fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap

gonadotropin yang berlebih.Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal

dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup

kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan

serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan

serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai

diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.

Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya dapat

menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan

gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi adapula kista yang berkembang

menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari
gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis,

radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.

Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap atau perubahan ditubuh Anda

untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul :

a. Perasaan sebah

b. Ras nyeri pada perut bagian bawah dan panggul

c. Makan sedikit terasa cepat kenyang

d. Sering kembung

e. Nyeri sanggama

f. Nafsu makan menurun

g. Rasa penuh pada perut bagian bawah

h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga tekanan pada dubur

i. Gangguan menstruasi.Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali

tumor itu sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor sel granulosa yang dapat

menyebabkan hipermenorrea.

j. Akibat Pertumbuhan adalah dengan adanya tumor didalam perut bisa menyebabkan

pembengkakan perut..Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh besarnya tumor

atau posisinya dalam perut.Misalnya sebuah kista yang tidak seberapa besar tetapi posisinya

terletak didepan uterus sehingga dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan

gangguan miksi dan sedang kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang

hanya menimbulkan rasa berta pada perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema pada

tungkai dapat terjadi

k. Rasa mual dan ingin muntah


Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium:

a. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur

menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal.

Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang

cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.

b. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada ksta yang berukuran diameter 5 cm atau lebih.

Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat

total.

c. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan dapat

menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung

kemih secara sempurna.

d. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar kemungkinan

untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan

pelvic menjadi penting

e. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi

f. Peningkatan resiko pembentukan tumor – tumor dependen – estrogen di payudara dan

endometrium

a. Radiologi

1) USG

Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan

pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara

yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik =

Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan
yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree

atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites,

pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan

terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent

dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan

echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak

bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang

halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam

kista.

2) Transabdominal Sonogram

Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal ultrasonography untuk

mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti ginjal, hati, dan

asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica

urinaria terisi/penuh.

3) Endovaginal Sonogram

Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan

vesica urinaria kosong.

4) Kista Dermoid

Gambaran USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di bawah ini menunjukkan

komponen yang padat yang dikelilingi dengan kalsifikasi.

5) Kista Endometriosis

Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level echoes pada endometrium, yang

memberikan gambaran yang padat.

6) Polikistik Ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.

b. MRI

Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan,

serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian

petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam

beberapa/banyak kasus.USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium

dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.

c. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium

atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu

d. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista

dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

e. Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan

tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk

f. Diagnosis Banding

Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan

gejala yang sama pada kista ovarium adalah ;

1) Inflamasi Pelvic (PID)

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran

ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).

2) Endometriosis

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah

sehingga memberikan kesan yang padat.


3) Kehamilan Ektopik

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan

dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan

intrauterine.

4) Kanker ovarium

Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.

Adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:

a. Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi besar dan kemungkinan degenerasi ganas.

b. Saat operasi dapat didahului dengan frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan

operasi lebih lanjut.

c. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat

ditetapkan untuk menentukan terapi

d. Operasi tumor ganas diharapkan debulking yaitu dengan pengambilan jaringan tumor

sebanyak mungkinjaringan tumor sampai dalam batas aman diameter sekitar 2 cm. Setelah

mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak

mungkin jaringan tumor. Kistoma ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi

profilaksis.

e. Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait and see. Jika wanita yang masih

ingin hamil berovulais teratur tanpa gejala dan hasil USG menunjukkan kista yang berisis

cairan maka dilakukan pemeriksaan tindakan menunggu dan melihat dan kista ini akn

memnghilang 2-3 bulan kemudian . Penggunaanv pil kontrasepsi dapat digunakan untuk terpi

kista fungsional

f. Pembedahan dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh atau tetap selama 2-3 bulan

siklus haid maka dapat dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada
komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium disertai saluran tuba ( salpingo

ooferektomi ) dan dilakukan pengontrolan .Jika terdapat keganasan aka dilakukan

histerektomi.

1) Pengumpulan data

a. Identitas pasien, meliputi:

- nama
- usia
- jenis kelamin
- suku/bangsa
- agama
- pendidikan
- pekerjaan
- alamat.
b. Identitas penanggung jawab, meliputi:
- nama
- usia
- jenis kelamin
- suku/bangsa
- agama
- pendidikan
- pekerjaan
- alamat
- hubunan dengan pasien

2) a. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama


- Merupakan dorongan penyebab klien masuk rumah sakit. Keluhan utama pada
penderita misalnya nyeri pada daerah luka jahitan.
b. riwayat kesehatan dahulu: pernahkah pasien menderita penyakit yang sama,
pernahkah dilakukan operasi.
c.riwayat kesehatan keluarga: adakah anggota keluarga yang menderita tumor atau
kanker terutama pada organ reproduksi.
d. riwayat obstetrikus, meliputi:
- Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau.
- Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia pernikahan.
- Riwayat persalinan
- Riwayat KB

3) Pemeriksaan lainnya:
a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : kelemahan dan/ keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur

pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal : nyeri, ansietas,

berkeringat malam

b. Sirkulasi

Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pertengahan kerja

Tanda : perubahan pada TD

c. Integritas Ego

Gejala : faktor sterss (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress

(misal : merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan

religius/spritual), menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,

tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi

Tanda : menyangkal, menarik diri, marah

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pada pola defekasi. Misal, nyeri pada defekasi, darah pada feses

Perubahan pada eliminasi urinarius. Miasal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,

hematuria atau serin berkemih


Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen

e. Makanan/cairan

Gejala : kebiasaan diet buruk, ( misal; rendah serat tinggi lemak, aditif/bahan pengawet )

anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan pada BB, penurunan BB yang

hebet, kakeksia, berkurangnya massa otot

Tanda : perubahan pada kelembaban/turgor kulit, udema

f. Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misal, ketidaknyamanan ringan sampai nyeri

berat (dihubungkan dengan proses penyakit).

h. Pernapasan

Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan

abses

i. Keamanan

Gejala : pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.

Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.

j. Seksualitas

Gejala : masalah seksual, misal : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan,

nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multupel, aktivitas

seksual dini, herpes genital.

k. Interaksi sosial:

Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan dengan

kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
l. Penyuluhan/pembelajaran

Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat; 5,4 hari serta

memerlukan bantuan sementara untuk transportasi, pemeliharaan rumah.

4. Pemeriksaan fisik
KU : Pasien tampak lelah
TTV : TD normal RR: meningkat N: Meningkat S: meningkat
Kepala: simetris
Rambut :
Mata : Simetris, konjungtifa, sklera.
Hidung : kebersihan, sekret, napas cuping hidung.
Mulut : kebersihan, bau, karies.
Telinga : simetris, kebersihan, pendengaran, kelainan.
Dada :
Paru : simetris, vasikuler, sonor, taktil fremitus.
Jantung : ictus cordis, pekak, bunyi normal
Abdomen : simetris, terdapat lesi (post op)
Ekstermitas : edema pada tungkai
Pengkajian post operasi.
a. Kaji tingkat kesadaran
b. Ukur tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, Respiration Rate.
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Kaji turgor kulit
e. Pengkajian Abdomen
- Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
- Auskultasi bising usus
- Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
- Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
- Kaji status balutan
f. Kaji terhadap nyeri atau mual
g. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan menanyakan
lamanya dibawah anestesi.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium:
Hb rendah, Leukisit dan trombosit menurun
b. Pemeriksaan radiologi:
1) Laparoskopi
2) USG
3) Foto Rontgen
4) Parasintesis
5) Scanning Ultra Sound Abdomen
6) ekografi
Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah lengkap (Hemoglobin, hematokrit,
lekosit)
b. Terapi : terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun peroral sesuai
program dari dokter.

a. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik (prosedur operasi). (SDKI, hal 172)

b. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan (SDKI, hal.128)

c. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan tidak

mampu mandi secara mandiri. (SDKI, hal. 140)

d. Resiko aspirasi dibuktikan dengan penurunan tingkat kesadaran. (SDKI, hal. 28)

e. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif. (SDKI,hal 304)

1. Nyeri Akut berhubungan dengan pencedera fisik

Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan ,nyeri berkurang sampai hilang sama sekali

Kriteria hasil : mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/terarasi, tampak santai

Intervensi :

1) Kaji tingkat dan intensitas nyeri.

R :mengidentifikasi lingkup masalah

2) Atur posisi senyaman mungkin


R : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri

3) Pantau TTV

R : respon autonomik meliputi perubahan pada TD, Nadi, dan pernapasan yang berhubungan

dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Abnormalitas TTV terus-menerua memerlukan

evaluasi lebih lanjut

4) Kaji insisi bedah, perhatikan edema, perhatikan kontur luka/inflamasi/mengeringya tepi luka

R : perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat

menyebabkan peningkatan nyeri insisi

5) Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.

R : Merelaksasi otot – otot tubuh

6) Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.

R : menghilangkan rasa nyeri

2. . Intoleransi aktifitas b.d kelemahan (SDKI, hal.128)

Intervensi :

1. Kaji penyebab intoleransi aktifitasi

2.Kaji skala kemampuan beraktifitas dan skala kekuatan otot

3. Anjurkan px untuk mobilisasi secara bertahap

4. Anjurkan px untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat

5.Anjurkan keluarga untuk memotivasi px agar beraktifitas

Rasional :

1.Dengan mengetahui penyebab akan mudah menentukan intervensi yang tepat

2.Skala kekuatan otot dan skala kemampuan beraktifitas menunjukan respon px terhadap

aktifitas

3.Latihan mobilisasi secara bertahap akan mengurangi keluhan pusing akibat mobilisasi

yang tiba-tiba
4.Nutrisi yang adekuat merupakan asupan energi untuk kebutuhan aktifitas

5.Dukungan / motivasi keluarga akan memberikan semangat kepada px untuk beraktifitas

3. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan tidak

mampu mandi secara mandiri. (SDKI, hal. 140)

Intervensi :

1.monitor kebersihan diri pasien

2. monitor integritas kulit pasien.

3. bantu pasien sampai pasien mampu merawat diri secara mandiri

4. anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan tubuh

5. berpartisipasi dengan keluarga.

Rasional :

1. mengetahui tinkat kebersihan diri pasien

2. mengetahui integritas kulit pasien

3. mempertahankan kebersihan pasien

4. mempertahankan pemenuhan kebutuhan dasar klien, klien dapat ikut berpartisipsi

dalam kegiatan perawatan diri sesuai kemampuan.

5. melibatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.

4. Resiko aspirasi dibuktikan dengan penurunan tingkat kesadaran. (SDKI, hal. 28)

Intervensi :

1. monitor tingkat kesadaran

2. monitor status pernafasan

3. beri makanan dalam jumlah sedikit

4. Kolaborasi dalam pemberian obat (misalnya obat dalam bentuk elixir)

Rasional :
1. mengetahui tingkat kesadaran pernafasan klien

2. mengetahui keadaan pernafasan klien, menentukan pemilihan intervensi

3. makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan serta mencegah

distensi gaster.

4. menurunkan resiko aspirasi.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif. (SDKI,hal 304)

Intervensi :

1. Kaji tanda-tanda infeksi

2. Ukur TTV

3. Lakukan tehnik aseptik atau antiseptik dalam melakukan tindakan

4. Anjurkan px untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein dan tinggi

vitamin.

5. Kolaborasi: Beri obat SOD

Rasional :

1.Tanda infeksi diketahui akan memudahkan menentukan adanya infeksi

2.Terjadinya infekis akan mempengaruhi TTV, terutama suhu tubuh

3. Tehnik septik dan anti septik membantu mengurangi organisme-organisme yang

masuk ke area luka

4.Makanan tersebut dapat meningkatkan penyembuhan dan regenerasi selular serta

produksi limfosit

5. Kolaborasi:

Obat yang sesuai akan mencegah terjadi infeksi


Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. vol.2. Jakarta.
EGC
Danielle Gale, Jane Charette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Alih Bahasa
Made Kariyasa. Jakarta : EGC
Doenges,E.M. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Lowdermilk, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing). Jakarta :
EGC
Mardiana. 2000. Manajemen Produks. Jakarta : Penerbit Badan IPWI
NANDA International. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.

Nursing Interventions Classification (NIC)

Nursing Outcomes Classifications (NOC)

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai