Anda di halaman 1dari 29

KEGAWATDARURATAN DALAM KEBIDANAN DAN

NEONATAL (KEHAMILAN EKTOPIK)

DOSEN :
Prof. Dr. dr. Yusrawati, SpOG (K)

OLEH :
IKKE KRISTIYA
920200017

PROGRAM MATRIKULASI S2 ILMU KEBIDANAN FAKULTAS


KEDOKTERAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, beserta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kegawatdaruratan dalam
Kebidanan dan Neonatal dengan judul “Kehamilan Ektopik”.
Dalam proses penulisan makalah ini dari awal sampai akhir tidak terlepas
dari bimbingan, bantuan, dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr.
Yusrawati, Sp.OG (K) selaku dosen mata kuliah ini dan kepada semua pihak
yang ikut membantu sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat berguna bagi kita semua.

Padang, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.................................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.1 Definisi Kehamilan Ektopik...............................................................................4
2.2 Faktor Resiko Kehamilan Ektopik......................................................................5
2.3 Lokasi Kehamilan Ektopik................................................................................6
2.4 Perjalanan klinik Kehamilan Ektopik...............................................................15
2.5 Diagnosis Banding...........................................................................................16
2.6 Diagnosis..........................................................................................................17
2.7 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik................................................................18
2.8 Pencegahan Kehamilan Ektopik......................................................................22
BAB III............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan......................................................................................................25
3.2 Saran................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan

ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa.Kehamilan ektopik terjadi

setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di

endometrium yang melapisi rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk

kehamilan ektopik adalah serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen.

Menurut American Collage of Obstetricians and Gynecologists (2008),

2% dari seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika serikat adalah

kehamilan ektopik, dan jumlah ini menyebabkan sekitar 6% dari semua

kematian terkait-kehamilan. Resiko kematian akibat kehamilan di luar uterus

lebih besar dari pada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau yang

dihentikan secara sengaja. Selain itu, kemungkinan untuk kembali hamil

dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun, dengan

diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan hidup ibu maupun konservasi

kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan (Cunningham, et al, 2013).

Menurut World Health Organization (2007), Kehamilan ektopik adalah

penyebab hampir 5% kematian ibu hamil di Negara maju. Namun, kematian

akibat kehamilan ektopik di amerika serikat kini semakin jarang terjadi setelah

tahun 1970-an. Angka kematian kasus dari kehamilan ektopik turun tajam dari

tahun 1980 hingga 1992. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh

membaiknya diagnosis dan penatalaksanaa. Namun, menurut Grimes (2006),

dari tahun 1991 sampai 1999, perkiraan angka kematian untuk kehamilan

1
ektopik adalah 32 per 100.000 pelahiran dibandingkan dengan angka kematian

ibu hamil sebesar 7 per 100.000 kelahiran hidup (Cunningham, et al, 2013).

Kehamilan ektopik hampir 95% kehamilan berimplantasi di berbagai

segmen tuba uterine. Yang terbanyak terletak diampula. Sisa 5% tertanam di

ovarium, rongga peritoneum, atau di dalam serviks.

1.2 Rumusan Masalah


1.1 Apa Definisi Kehamilan Ektopik?

1.2 Apa saja Faktor Resiko Kehamilan Ektopik?

1.3 Dimana saja Lokasi Kehamilan Ektopik?

1.4 Bagaimana Perjalanan klinik kehamilan ektopik?

1.5 Apa saja Diagnosis Banding kehamilan ektopik?

1.6 Apa saja Diagnosis Kehamilan Ektopik?

1.7 Bagaimana Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik?

1.8 Bagaimana Penanganan kehamilan ektopik?

1.3 Tujuan Makalah


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara menyeluruh teori-teori tentang kehamilan

ektopik serta peran bidan untuk kehamilan ektopik.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Definisi Kehamilan Ektopik

b. Untuk mengetahui Faktor Resiko Kehamilan Ektopik

c. Untuk mengetahui Lokasi Kehamilan Ektopik

d. Untuk mengetahui Perjalanan klinik kehamilan ektopik

e. Untuk mengetahui Diagnosis Banding

2
f. Untuk mengetahui Diagnosis Kehamilan Ektopik

g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik

h. Untuk mengetai Penangaan Kehamilan Ektopik

1.4 Manfaat Makalah


Makalah ini sebagai media informasi untuk mahasiswa kesehatan

terutama mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan sehingga lebih memahami kasus-kasus kehamilan ektopik dan

cara menanganinya secara tepat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik yaitu kehamilan dimana tempat implantasi blastosit
di area manapun selain endometrium. Lokasi implantasi biasanya terletak
pada bagian paling distal tuba falopi [ CITATION Ger09 \l 1033 ].
Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang telah dibuahi diluar
kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat muncul dengan nyeri abdomen dengan
atau tanpa perdarahan pervaginam. Pada kelompok pasien tertentu beresiko
tinggi, mereka dengan patologi atau pembedahan tuba sebelumnya, dan
mereka dengan alat kontrasepsi dalam rahim. Kemungkinan kehamilan
ektopik harus dipikirkan pada pasien yang beresiko tinggi, meskipun tanpa
gejala [ CITATION Har12 \l 1033 ]
Kelainan tempat kehamilan adalah kehamilan yang berada diluar
kavum uteri. Kehamilan disebut ektopik bila berada ditempat yang luar biasa,
seperti didalam tuba, ovarium atau rongga perut atau juga ditempat yang luar
biasa walaupun masih dalam rahim misalnya serviks, pars interstisialis tuba
atau tanduk rudimenter rahim. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi
didalam tuba, angka kejadian kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan
(Amerika) [ CITATION Dja13 \l 1033 ].

Gambar 1 Kehamilan ektopik

4
Gambar 2 variasi lokasi dan frekuensi terjadinya kehamilan ektopik.

2.2 Faktor Resiko Kehamilan Ektopik

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan


ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada
wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah:
1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan
sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat
sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
1. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih
menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung
hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil
progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran

5
tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
ke dalam rahim.
Beberapa Faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik yaitu:
1. Bedah tuba
2. Sterilisasi
3. Kehamilan ektopik sebelumnya
4. Terpajan dietilstilbestron
5. Penggunaan AKDR
6. Kelainan tuba
7. Infertilitas dan penanganan terkait
8. Infeksi saluran genital sebelumnya
9. Pasangan seksual lebih dari satu
10. Merokok
11. Bilas vagina
12. Pertama kali berhubungan seks saat usia dini
13. Usia ibu sudah lanjut
14. Endometriosis [ CITATION Lau12 \l 1033 ].

2.3 Lokasi Kehamilan Ektopik


1. Kehamilan Tuba
a. Patogenesis
Menurut tempat nidasi, kehamilan tuba dapat dibagi menjadi:
1) Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
2) Kehamilan istmus (dalam istmus tuba)
3) Kehamilan interstisial (dalam pars interstisialis tuba)
Terkadang nidasi terjadi di fimbria. Dari bentuk-bentuk diatas,
secara sekunder dapat terjadi kehamilan tuba-abdominal, tuba ovarial
atau kehamilan dalam ligamentum latum. Dan kehamilan paling
sering terjadi didalam ampula tuba.
Implamantasi telur dapat bersifat kolumnar, artinya terjadi
dipuncak lipatan selaput tuba, dan telur terletak didalam lipatan

6
selaput lendir. Bila kehamilan pecah, pecahan masuk kedalam lumen
tuba (abortus tuber).
Telur dapat pula menembus epitel dan terimplantasi
interkolumnar, artinya terjadi didalam lipatan selaput lendir, dan telur
masuk kedalam lapisan otot tuba karena tuba tidak mempunyai
desidua. Bila kehamilan pecah, hasil konsepsi akan memasuki rongga
peritoneum (ruptur tuba).
Walau kehamilan terjadi diluar rahim, rahim turut membesar
karena otot-ototnya mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormone
yang menghasilkan trofoblas. Endometriumnya turut berubah menjadi
desidua vera. Menurut Aria-Stella, perubahan histology endometrium
ini cukup khas untuk membantu diagnosis.
Setelah janin mati, desidua mengalami degenerasi dan
dikeluarkan sepotong, tetapi terkadang terlahir seluruhnya sehingga
merupakan cetakan kavum uteri (decidual cast). Pelepasan desidua
disertai dengan perdarahan; kejadian ini menerangkan gejala
perdarahan pervaginam pada kehamilan ektopik terganggu [ CITATION
Dja13 \l 1033 ].
b. Perkembangan Kehamilan tuba
Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya
berakhir pada minggu ke-6 hingga ke-12, yang paling sering antara
minggu ke 6-8. Kehamilan tuba dapat berakhir dengan 2 cara, yakni
abortus tuba atau ruptur tuba.
1) Abortus Tuba
Oleh karena senantian membesar, telur menembus
endosalping (selaput lendir tuba), masuk kedalam lumen tuba, lalu
keluar kea rah infundibulum. Peristiwa ini terutama terjadi bila
telur berimplantasi di ampula tuba. Implantasi telur di ampula tuba
biasanya bersifat kolumnar karena lipatan-lipatan selaput lendir di
tempat ini tinggi dan banyak. Lagi pula, rongga tuba di ampula
tuba juga agak besar hingga telur mudah tumbuh kearah rongga

7
tuba dan lebih mudah menembus desidua kapsularis yang tipis dari
lapisan otot tuba.
Abortus tuba kira-kira terjadi diantara minggu ke-6 hingga
ke-12. Keluarnya abortus keluar dari ujung tuba menimbulkan
perdarahan yang mengisi kavum douglasi, yang disebut hematokel
retrouterin. Ada kalanya ujung tuba tertutup oleh perlekatan
sehingga darah terkumpul di dalam tuba dan menggembungkan
tuba. Keadaan ini disebut hematosalping.
2) Ruptur Tuba
Implantasi telur didalam istmus tuba menyebabkan telur
mampu menembus lapisan otot tuba kearah kavum peritoneum.
Lipatan-lipatan selaput lendir di istmus tuba tidak seberapa banyak,
sehingga besar kemungkinan telur berimplantasi secara
interkolumnar. Dengan demikian, trofoblas cepat sampai kelapisan
otot tuba. Kemungkinan pertumbuhan kearah rongga tuba pun
kecil karena rongga tuba sempit, sehingga telur menembus dinding
tuba kearah rongga perut atau peritoneum.
Ruptur istmus tuba terjadi sebelum minggu ke-12 karena
dinding tuba di daerah ini cukup tipis. Namun, ruptur pars
intertisialis terjadi lebih lambat, bahkan terkadang baru terjadi pada
bulan ke-4, karena lapisan otot didaerah ini cukup tebal. Ruptur
dapat terjadi dengan sendirinya/spontan atau akibat manipulasi
kasar, misalnya akibat periksa dalam, defekasi atau koitus. Ruptur
biasanya terjadi ke dalam kavum peritoneum, terkadang kedalam
ligamentum latum bila implantasi terjadi didinding bawah tuba.
Pada ruptur tuba, seluruh bagian telur yang sudah mati
dapat keluar dari tuba melalui robekan dan masuk kedalam kavum
peritoneum. Bila pengeluaran janin melalui robekan tidak diikuti
oleh plasenta yang tetap melekat pada dasarnya, kehamilan dapat
berlangsung terus dan berkembang sebagai kehamilan abdominal.
Oleh karena awalnya merupakan kehamilan tuba dan batu
kemudian menjadi kehamilan abdominal, kehamilan ini disebut

8
kehamilan abdominal sekunder. Plasenta dalam kehamilan ini
dapat meluas kedinding belakang uterus, ligamentum latum,
omentum dan usus.
Bila insersi telur terjadi di dinding bawah tuba, ruptur akan
mengarah ke dalam ligamentum latum. Pascaruptur, telur dapat
mati dan menciptakan hematom didalam ligamentum latum, atau
malah terus hidup, sehingga kehamilan berlangsung terus didalam
ligamentum latum.
Kehamilan tuba abdominal ialah kehamilan yang asalnya
berada diujung tuba dan kemudian tumbuh kedalam kavum
peritoneum. Kehamilan tuba-ovarial ialah kehamilan yang awalnya
berada di ovarium atau tuba, tetapi kemudian kantongnya terbentuk
dari jaringan tuba maupun ovarium [ CITATION Dja13 \l 1033 ].

c. Gambaran Klinis
Wanita dengan kehamilan tuba memperlihatkan beragam gejala
klinis yang sebagian besar bergantung pada ada tidaknya ruptur.
Manifestasi pasien yang lebih awal dan teknologi diagnostic yang
lebih baik memungkinkan sebagian besar kasus terdeteksi sebelum
ruptur. Biasanya wanita yang bersangkutan tidak mencurigai
kehamilan tuba dan beranggapan bahwa kehamilannya normal, atau
beranggapan ia mengalami keguguran. Gejala dan tanda kehamilan
ektopik sering samara tau bahkan tidak ada.
Tanpa diagnosis dini, perjalanan alami kasus “ klasik” ditandai
oleh keterlambatan haid (dengan lama bervariasi) diikuti oleh spotting
atau perdarahan ringan per vagina. Jika terjadi ruptur, pasien biasanya
mengalami nyeri hebat di abdomen bawah dan panggul yang sering
diungkapkan sebagai nyeri yang tajam, menusuk, atau merobek.
Terjadi gangguan vasomotor, berkisar dari vertigo hingga sinkop.
Dijumpai nyeri tekan pada palpasi abdomen, dan pemeriksaan dalam
bimanual, terutama penggoyangan serviks, menyebabkan nyeri hebat.
Forniks posterior vagina mungkin menonjol karena darah terkumpul di

9
cul-de-sac tektouterus, atau mungkin teraba suatu massa nyeri tekan
disalah satu sisi uterus. Gejala iritasi diafragma, yang ditandai oleh
nyeri di leher atau bahu, terutama ketika inspirasi, mungkin timbul
pada sekitar separuh wanita dengan perdarahan intraperitoneum yang
cukup besar. (Cunningham, et al, 2013).
d. Tanda dan Gejala
Kehamilan ektopik yang masih utuh menimbulkan gejala dan
tanda serupa dengan kehamilan muda intrauterine. Kehamilan ektopik
biasanya baru menimbulkan beragam gejala dan tanda yang jelas dank
has bila sudah terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu memunculkan kisah yang khas:
seorang wanita yang sudah terlambat haid sekonyong-konyong
menderita nyeri perut, terkadang jelas lebih kesebelah kiri atau sebelah
kanan perut. Selanjutnya, penderita pusing, sesekali pingsan, dan
sering mengalami sedikit perdarahan pervaginam. Pemeriksaan fisik
menunjukkan bahwa wanita tersebut pucat dan menampilkan gejala
syok; perut teraba tegang; nyeri hebat tercetuskan oleh pemeriksaan
dalam, terutama bila serviks digerakkan, atau oleh perabaan kavum
douglasi (forniks posterior); tumor yang lunak dan kenyal juga dapat
teraba.
Jadi, gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu yang patut
diketahui antara lain:
1) Nyeri tekan
Gejala ini paling sering dijumpai dan terdapat pada hampir
semua penderita. Nyeri perut dapat bersifat unilateral atau bilateral
dibagian bawah perut, dan terkadang terasa sampai kebagian atas
perut. Bila kavum abdomen terisi darah lebih dari 500 ml, perut
akan menegang dan terasa nyeri bila ditekan, usus terdistensi, dan
terkadang timbul nyeri menjalar ke bahu dan leher akibat rangsang
darah terhadap diafragma. Nyeri tekan dapat tercetuskan oleh
abdomen atau pemeriksaan dalam (nyeri goyang ketika porsio
digerakkan)

10
2) Amenorea
Walau amenorea sering dikemukakan dalam anamnesis,
kehamilan ektopik tidak boleh dianggap mustahil terjadi bila gejala
ini tidak ditemukan, lebih-lebih pada wanita Indonesia, yang
kurang memperhatikan haid. Perdarahan patologis akibat
kehamilan ektopik tidak jarang dianggap haid biasa
3) Perdarahan pervaginam
Kematian telur menyebabkan desidua mengalami
degenerasi dan nekrosis. Desidua kemudian dikeluarkan dalam
bentuk perdarahan. Umumnya volume perdarahan sedikit; bila
perdarahan pervaginam banyak, kecurigaan mengarah ke abortus
biasa.
4) Syok hipovolemik
Tanda-tanda syok lebih nyata bila pasien duduk. Selain itu,
oliguria dapat pula menyertai
5) Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus turut membesar akibat
pengaruh hormone-hormon kehamilan, tetapi umumnya sedikit
lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan
intrauterine yang berusia sama
6) Tumor didalam rongga panggul
Dapat teraba tumor lunak kenyal yang merupakan
kumpulan darah dituba dan sekitarnya
7) Perubahan darah
Kadar hemoglobin kemungkinan menurun pada kehamilan
ektopik terganggu akibat perdara han yang banyak kedalam rongga
perut. Namun, kita harus insaf bahwa penurunan Hb disebabkan
oleh pengenceran darah oleh air dari jaringan untuk
mempertahankan volume darah. Hal ini memerlukan waktu 1-2
hari sehingga kadar Hb pada pemeriksaan pertama-tama mungkin
saja belum seberapa menurun. Kesimpulan adanya perdarahan
harus didasarkan atas penurunan kadar Hb pada pemeriksaan

11
berturut-turut. Perdarahan juga meningkat angka leukosit, terutama
perdarahan hebat; angka leukosit tetap normal atau hanya naik
sedikit bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit. [ CITATION Dja13
\l 1033 ].
2. Kehamilan abdomen
Menurut kepustakaan, kehamilan abdominal jarang terjadi, hanya
sekitar 1 di antara 1.500 kehamilan. Terdapat dua macam kehamilan
abdominal, yakni:
a. Kehamilan abdominal primer yaitu telur dari awal berimplantasi
didalam rongga perut.
b. Kehamilan abdominal sekunder yaitu diawali oleh kehamilan tuba
dan setelah rupture baru menjadi kehamilan abdominal.
Kebanyakan kehamilan abdominal adalah kehamilan abdominal
sekunder. Plasenta biasanya terdapat di daerah tuba, permukaan belakang
rahim,dan ligamentum latum.
Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur
cukup bulan, hal ini jarang terjadi; lazimnya, janin mati sebelum cukup
bulan (bulan ke 5 atau ke 6) karena ambilan makanan kurang sempurna.
Janin dapat tumbuh sampai cukup bulan. Prognosis janin kurang
baik karena banyak yang mati stelah dilahirkan. Selain itu, resiko
kelainan congenital lebih tinggi daripada kehamilan intra uterin.

Kematian janin intra abdominal akan mengalami nasib sebagai berikut:

a. Pernanahan yaitu kantong kehamilan mengalami abses yang dapat


pecah melalui dinding perut, kedalam usus atau kandung kemih.
Bersama nanah, keluar bagian-bagian janin seperti tulang, potongan
kulit, rambut dan lain-lain.
b. Pengapuran (kalsifikasi) yaitu anak mengapur, mengeras karena
endapan-endapan garam kapur, lalu berubah menjadi anak batu
(lithopedion).
c. Perlemakan yaitu janin berubah menjadi zat kuning seperti minyak
kental (adipocere).

12
Bila kehamilan berlanjut sampai cukup bulan, timbul his, artinya
pasien merasa nyeri dengan teratur seperti pada persalinan biasa. Akan
tetapi, bila kita memeriksa dengan teliti, tumor yang mengandung anak
tidak pernah mengeras (tidak ada kontraksi Braxton hicks).
Pada pemeriksaan dalam, pembukaan ternyata tidak membesar,
paling-paling sebesar 1-2 jari, dan serviks tidak merata. Bila jari-jari
kedalam kavum uteri, akan teraba uterus yang kosong. Bila penderita
tidak lekas ditolong dengan laparotomi, anak akhirnya mati.
Tanda dan gejala kehamilan abdominal biasanya baru terdiagnosis
bila kehamilan sudah agak lanjut. Gejala dan tanda kehamilan abdominal
adalah sebagai berikut:
a. Segala tanda-tanda kehamilan dapat dijumpai, tetapi pada kehamilan
abdominal, pasien biasanya lebih menderita karena rangsang
peritoneum, misalnya mual, muntah, gembung perut, obstipasi atau
diare dan nyeri perut.
b. Pada kehamilan abdominal sekunder; pasien mungkin pernah
mengalami nyeri perut hebat disertai pusing atau pingsan waktu
terjadi ruptur tuba.
c. Tumor yang mengandung anak tidak pernah mengeras (tidak ada
kontraksi Braxton hicks).
d. Pergerakan anak dirasa nyeri oleh ibu.
e. Bunyi jantung anak lebih jelas terdengar.
f. Bagian-bagian tubuh anak lebih mudah teraba karena hanya terpisah
oleh dinding perut.
g. Selain tumor yang mengandung anak, terkadang dapat teraba tumor
lain, yakni rahim yang membesar.
h. Pada rontgen abdomen atau USG, biasanya tampak kerangka anak
yang terletak tinggi dan berada dalam letak paksa.
i. Pada foto lateral, tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra ibu.
j. terdapat shuffle vascular disisi medial spina iliaka. Shuffle ini diduga
berasal dari arteri ovarika.

13
k. Bila sudah ada his, dapat terjadi pembukaan sebesar + jari dan tidak
membesar; bila jari dimasukkan ke dalam kavum uteri, uterus ternyata
kosong.[ CITATION Dja13 \l 1033 ].
3. Kehamilan ovarium
Kehamilan ovarial jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan
rupture pada hamil muda.
Menegakkan diagnosis kehamilan ovarial harus memenuhi criteria
spiegelberg, yakni:
1. Tuba disisi kehamilan masih tampak utuh
2. Kantung kehamilan daerah ovarium
3. Ovarium dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii
proprium
4. Pemeriksaan histopatologi menemukan jaringan ovarium didalam
dinding kantung kehamilan.[ CITATION Dja13 \l 1033 ].
4. Kehamilan serviks
Kehamilan servikal jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam
selaput lendir serviks. Pertumbuhan telur menyebabkan serviks
menggembung. Kehamilan serviks biasanya berakhir pada kehamilan
muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa tindakan
operasi.
Plasenta sukar dilepaskan, dan pelepasan plasenta menimbulkan
perdarahan hebat hingga serviks perlu ditampon; bila tindakan ini tidak
menolong, dilakukan histerektomi.[ CITATION Dja13 \l 1033 ].
5. Kehamilan di jaringan parut Caesar
Implantasi kehamilan yang sebenarnya normal kedalam jaringan
parut uterus bekas seksio sesarea telah dilaporkan lebih dari 30 tahun
yang lalu oleh Larsen dan Solomon (1978). Kehamilan ini memiliki
ukuran beragam dan dalam banyak hal mirip dengan plasenta inkreta
dengan kecendrungan mengalami perdarahan hebat.
6. Tempat lain kehamilan ektopik
1. Kehamilan limpa
2. Kehamilan hati

14
3. Kehamilan retroperitoneum
4. Kehamilan omentum
5. Kehamilan diafragma (Cunningham, et al, 2013).

2.4 Perjalanan klinik Kehamilan Ektopik


Bila tidak didiagnosis dan diangkat, akhirnya akan rupture. Tanda dan
gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Sebelum ruptur
a. Amenorea, lalu dilanjutkan dengan perdarahan bercak yang
intermiten. Mungkin hampir tidak terlihat sehingga perdarahan
bercak tampak seperti masa menstruasi normal.
b. Nyeri panggul, abdomen, kadang nyeri leher/bahu.
c. Massa lunak teraba pada adneksa. Massa mungkin berbatas tegas bila
terdistensi darah.
d. Uterus membesar karena hormone plasenta, mungkin berukuran
normal sesuai gestasi. Mungkin juga pindah kesalah satu sisinya.
e. Mual, muntah lebih jarang terjadi dari biasanya. Diare menjadi lebih
sering dari biasa.
f. Uji kehamilan positif, tetapi mungkin negatif sampai 50% dari
keseluruhan waktu karena fungsi plasenta yang masih kurang
optimal.
g. Nyeri abdomen akut mungkin ditemukan dimana saja di abdomen.
2. Setelah ruptur
a. Nyeri abdomen bagian bawah yang tiba-tiba, hebat, dan tajam.
b. Hipotensi dan tanda-tanda syok, bergantung pada jumlah perdarahan
internal; perdarahan dapat hilang dalam jumlah besar dengan cepat.
c. Nyeri abdomen dan nyeri tekan saat serviks bergerak.
d. Darah berkumpul tanpa dapat keluar (cul-de-sac).
e. Nyeri pada leher dan bahu, khususnya saat inspirasi karena iritasi
diafragma akibat darah yang ada di rongga peritoneum. [ CITATION
Ger09 \l 1033 ]

15
2.5 Diagnosis Banding
1. Abotus spontan
a. Perdarahan lebih banyak
b. Sedikit nyeri
c. Tidak ada massa adneksa yang teraba
d. Insidens syok lebih rendah
e. Produk konsepsi mungkin dikeluarkan dan ditemukan pada
pemeriksaan speculum atau didalam toilet
2. PRP
a. Riwayat infeksi sebelumnya
b. Jarang terjadi amenore
c. Nyeri bilateral, bukan unilateral
d. Demam biasanya lebih 38°C
3. Kista ovarium
a. Menstruasi normal
b. Nyeri yang tidak biasa
c. Massa yang lunak dan dapat digerakkan
d. Uterus terasa tidak seperti hamil
4. Apendisitis
a. Mual, muntah, dan demam hampir selalu ada
b. Tidak ada tanda dan gejala kehamilan
c. Pemeriksan panggul normal
d. Nyeri pada epigastrium bukan di leher dan bahu
e. Terdapat tanda McBurney [ CITATION Ger09 \l 1033 ].

2.6 Diagnosis
Menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya dengan
melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, yaitu
sebagai berikut:

16
1. Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu:
a. Terdapat amenorhea (Terlambat datang bulan).
b. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri didaerah bahu dan
seluruh abdomen.
1) Nyeri perut terutama nyeri unilateral (satu sisi).
2) Gejala ini spesifik untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri menyebar ke
tengah atau seluruh perut bawah.
3) Darah dalam rongga perut merangsang diafragma sehingga
menyebabkan nyeri bahu/sekitar 25-30% penderita mengalami
keluhan nyeri bahu ini.
c. Terdapat perdarahan melalui vagina atau spotting/bercak.
1) Perdarahan pervaginam berasal dari pelepasan desidua dan dari
abortus tuba.
2) Umumnya perdarahan tidak banyak dan bewarna coklat tua.
3) Gejala perdarahan dan/atau perdarahan.
4) Bercak ini timbul pada 75% kasus yang timbul satu atau dua
minggu setelah keterlambatan haid.
a) Darah dalam rongga perut merangsang diafragma sehingga
menyebabkan nyeri bahu/sekitar 25-30%
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk seperti:
a. Keadaan umum
1) Ibu tampak anemis dan sakit, lemah dan pucat.
2) Keasadaran bervariasi dari baik sampai koma-tidak sadar.
3) Terdapat tanda-tanda syok: hipotensi (tekanan darah menurun),
Takhikardia (nadi meningkat), pucat, ekstremitas dingin.
4) Pada pemeriksaan abdomen: Ditemukan tanda-tanda rangsangan
peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense
musculaire), ini disebabkan karena darah yang masuk kedalam
rongga abdomen akan merangsang peritoneum, Tanda cairan bebas
dalam abdomen. Dan Perut kembung.
b. Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan ginekologi)

17
1) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
2) Serviks terlalu lunak dan nyeri tekan.
3) Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang-kadang sulit
diketahui karena nyeri abdomen yang hebat.
4) Kavum douglas menonjol oleh karena terisi darah dan nyeri.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Kadar hemoglobin meningkat dan eritrosit menurun atau leukosit
meningkat.
2) Tes kehamilan (urine dan HCG)
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
c. Pemeriksaan kuldosentesis
Untuk mengetahui adanya cairan atau darah dalam kavun douglass.
d. Pemeriksaan yang ditegakkan secara bedah (surgical Diagnosis).
(Anik, 2016).

2.7 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik


Pengantar
1. Kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang memerlukan
penanganan spesialistis.
a. Dalam hal ini, rujukan merupakan langkah yang sangat penting.
b. Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu. Kiranya bidan
dapat menegakkan diagnosis kemungkinannya sehingga sikap yang
paling baik diambil adalah segera merujuk penderita (ibu) ke fasilitas
yang lengkap seperti puskesmas, dokter atau langsung ke rumah sakit.
2. Sebagai gambaran penanganan spesialistis tersebut yang akan dilakukan
adalah penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal,
antara lain lokasi dan tampilan klinis.
Prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik
Adapun prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik adalah sebagai
berikut:
1. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap / rumah sakit.

18
2. Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan tranfusi
darah, pemberian oksigen atau bila dicurigai infeksi diberikan juga
antibiotik.
3. Pada keadaan syok segera diberikan infus cairan seperti dextrose 5%,
glukosa 5%, garam fisiologis dan oksigen sambil menunggu darah.
(kondisi penderita harus diperbaik, kontrol tekanan darah, nadi dan
pernafasan).
4. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan
segera dengan penatalaksanaan bedah operasi/ laparatomi setelah
diagnosis dipastikan. (Anik, 2016).
Penatalaksanaan beberapa macam kehamilan ektopik
1. Penatalaksanaan Kehamilan tuba
a. Penatalaksanaan bedah
Laparaskopi adalah terapi bedah yang dianjurkan untuk
kehamilan ektopik, kecuali jika wanita yang bersangkutan secara
hemodinamis tidak stabil. Hanya sedikit studi prespektif yang pernah
dilakukan untuk membandingkan bedah laparatomi dengan
laparoskopik. Hajenius dkk (2007) melakukan tinjauan terhadap basis
data cochrane dan temuan mereka diringkaskan sebagai berikut:
1) Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam patensi tuba secara
keseluruhan setelah salpingostomi yang dilakukan pada
laparoskopi second-look.
2) Setiap metode diikuti oleh kehamilan uterus berikutnya dengan
jumlah yang sama.
3) Kehamilan ektopik berikutnya lebih jarang terjadi pada wanita
yang diterapi secara laparoskopis, meskipun hal ini secara statistic
tidak bermakna.
4) Laparaskopi memerlukan waktu operasi yang lebih singkat, lebih
sedikit menyebabkan perdarahan, memerlukan lebih sedikit
analgetik, dan mempersingkat rawat inap.
5) Bedah laparaskopik sedikit terapi kurang berhasil secara
signifikan dalam mengatasi kehamilan tuba.

19
6) Biaya laparoskopi jauh lebih rendah, meskipun sebagian
berpendapat bahwa biaya berupa dengan kasus-kasus yang
akhirnya dilaparotomi.
Bedah tuba dianggap konservatif jika tuba diselamatkan.
Contonhya adalah salpingostomi, salpingotomi dan ekspresi
kehamilan ektopik melalui fimbria.
b. Penatalaksanaan medis dengan methotrexate
Antagonis asam folat ini sangat efektif terhadap trofoblas yang
cepat berproliferasi dan telah digunakan selama lebih dari 40 tahun
untuk mengobati penyakit trofoblastik gestasional. Obat ini juga
digunakan untuk mengakhiri kehamilan dini. Pada terapi medis ini,
beberapa factor yang memprediksi keberhasilan antara lain adalah:
1) Kadar HCG serum awal.
2) Ukuran kehamilan ektopik
3) Aktivitas jantung janin
c. Penatalaksanaan ekspektansi
Pada penatalaksanaan ekspektansi, angka kepatenan tuba dan
kehamilan intrauterus selanjutnya setara dengan penatalaksanaan
medis atau bedah. Konsekuensi rupture tuba yang dapat
membahayakan, disertai oleh keamanan terapi medis dan bedah,
mengharuskan bahwa terapi ekspektansi hanya dilakukan pada wanita
tertentu yang sudah mendapat konseling. (Cunningham et al, 2013)
2. Penatalaksanaan Kehamilan abdomen
Bila diagnosis sudah ditemukan, kehamilan abdominal harus
dioperasi secepat mungkin mengingat bahaya perdarahan dan ileus.
Tujuan operasi hanya melahirkan anak, sedangkan plasenta biasanya
ditinggalkan. Pelepasan plasenta dari dasarnya pada kehamilan abdominal
menimbulkan perdarahan hebat karena plasenta melekat pada dinding
yang tidak mampu berkontraksi.
Plasenta yang ditinggalkan lambat- laun akan diresorbsi. Mengingat
kemungkinan perdarahan yang hebat, persediaan darah harus cukup.
[ CITATION Dja13 \l 1033 ].

20
3. Penatalaksanaan Kehamilan ovarium
Penanganan klasik untuk kehamilan ovarium adalah pembedahan.
Perdarahan dini dari lesi yang berukuran kecil dapat diatasi dengan
reseksi baji ovarium atau sistektomi. Pada lesi yang lebih besar, sering
dilakukan ovariektomi, dan laparoskopi telah digunakan untuk reseksi
atau ablasi laser (Herndon dkk, 2008). Yang terakhir, methotrexate
dilaporkan berhasil mengobati kehamilan ovarium yang belum rupture.
(Cunningham et al, 2013).
4. Penatalaksanaan Kehamilan serviks
Dahulu, sering harus dilakukan histerektomi karena perdarahan
hebat yang menyertai upaya pengankatan kehamilan serviks. Dengan
histerektomi, resiko cedera saluran kemih meningkat karena serviks yang
membesar dan berbentuk tong. Untuk menghindari morbiditas
pembedahan dan sterilisasi, diterapkan pendekatan lain:
a. Cerclage (pemasangan ikatan silk yang kuat mengelilingi serviks)
b. Kuretase dan tampon
c. Emboli arteri
d. Penatalaksanaan medis. (Cunningham et al, 2013).
5. Penatalaksanaan Kehamilan di jaringan parut Caesar
Penatalaksanaan bergantung pada usia gestasi dan mencakup terapi
methotrexate, kuretase, reseksi histeroskopik, reseksi dengan laparotomi
atau laparoskopi untuk mempertahankan uterus. (Cunningham et
al,2013).
6. Penatalaksanaan Tempat lain kehamilan ektopik
Dianjurkan melakukan laparotomi. (Cunningham et al,2013).

2.8 Pencegahan Kehamilan Ektopik


1. Kewenangan Bidan
Pengelolaan oleh bidan sesuai kompetensi bidan di Indonesia,
dalam kasus ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu, bidan
memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam peraturan

21
Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan yang mengatur kewenangan bidan sebagai
berikut :
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi : pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan
anak dan pelayanan kesehatan reproduksi.Pelayanan kesehatan ibu,
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.Pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud diatas meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal
pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal.
Pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui daan
pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
b. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
berwenang untuk melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan
lahirtingkat I dan II, penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan
dengan perujukan, pemberian tablet fe pada ibu hamil,
pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, bimbingan
inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif, pemberian
uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum,
penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu
hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan pemberian
surat keterangan cuti bersalin.
2. Penanganan
Prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik bidan tidak bisa
melakukan tindakan apapun, karena bidan hanya diperbolehkan untu
melakukan tindakan yang bersifat fisiologi. Adapun prinsip umum
penatalaksanaan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut:
a. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap / rumah sakit.
b. Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan
tranfusi darah, pemberian oksigen atau bila dicurigai infeksi
diberikan juga antibiotik.

22
c. Pada keadaan syok segera diberikan infus cairan seperti dextrose
5%, glukosa 5%, garam fisiologis dan oksigen sambil menunggu
darah. (kondisi penderita harus diperbaik, kontrol tekanan darah,
nadi dan pernafasan).
d. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber
perdarahan segera dengan penatalaksanaan bedah operasi/
laparatomi setelah diagnosis dipastikan.
3. Pencegaan
Sebagai bidan kita bisa memberikan penyuluhan kepada ibu dan
suami contonya berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan
ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman
seperti menggunaka kondom akan melindungi seseorang dari penyakit
radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan
parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik. Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan
ektopik, namun kita dapat mengurangi komplikasi yang mengancam
nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika
memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara
dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi
kehamilan ektopik
4. Promosi
Tugas sebagai bidan tidak hanya memberikan pelayanan, tetapi
juga memberikan promosi keseatan pada setiap kliennya. Pada kasus
keamilan ektopik ini, sebagai bidan wajib memberitahu ibu apa saja
bahaya-bahaya yang akan terjadi pada kehamilan. Memberikan edukasi
tentang gizi, karena gizi juga berpengaruh dalam pertumbuhan dalam
kehamilan. Memberi tahu kan ibu tentang perencanaan kehamilan, jarak
kehamilan yang harus diperhatikan klien. Serta selalu mengomsunsi
vitamin tambahan.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah kehamilan ektopik terganggu.
Perawatan yang dilakukan sejak pasien datang adalah segeras mencari tahu
kepastian diagnosis kehamilan ektopik terganggu dengan mengambil data
lengkap dari anmnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan ginekologis,

24
pemeriksaan penujang seperti pemeriksaan darah, tes kehamilan dan USG.
Setelah didapatkan diagnosis kerja kehamilan ektopik terganggu, segera
dilakukan intervensi pembedahan laparotomi (salpingektomi sinistra). Dengan
kondisi pasien yang stabil setelah di operasi, luka operasi terawat dengan baik,
os memimta pulang paksa pada perawatan hari ke sembilan dan diminta
kontrol luka operasi 3 hari di poliklinik.

Hal yang dapat dilakuakan sekarang adalah memberi edukasi pada


pasien ini untuk lebih jeli dalam menghadapi tanda-tanda kemungkinan hamil
lagi, seperti langsung ke dokter untuk memastikan apakah dirinya benar-benar
hamil dan mendapat perawatan yang lebih ketat. Dijelaskan juga faktor –
faktor resiko seperti infeksi pelvikm penyakit menukar seksual, usia dan
larangan merokok untuk mencegah bertambah besarnya resiko terjadinya
kehamilan ektopik terganggu, karena pada pasien yang perna mengalami
penyakit ini, jelas sebelumnya sudah ada faktor resiko untuk memungkinkan
terjadinya kehamilan ektopik terganggu lagi.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
mahasiswa kesehatan untuk menambah pengetahuan terkait dengan kasus
kehamilan ektopik sebagai salah salah kegawatdaruratan Obstetri yang jika
tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan kematian pada ibu maupun
janin.

DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.


Trans Info Media.

Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2013). Obstetri Williams.
Jakarta: EGC.

25
Djamhoer, M., Firman, F. W., & Jusuf, S. E. (2013). Obstetri Patologi Ilmu
Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Geri, M., & Carole, H. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta:
EGC.

Harry, K. G., & Tjokorda, G. A. (2012). Ultrasonografi Buku Ajar Obstetri


Ginekologi. Jakarta: EGC.

Lauren A, D., Jessica E, D., & Meredith B, T. (2012). Rujukan Cepat Kebidanan.
Jakarta: EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai