Anda di halaman 1dari 14

FISIOLOGI REPRODUKSI

TERATOMA TESTIS

TUGAS : UJIAN TENGAH SEMESTER

Disusun Oleh :
IKKE KRISTIYA
2120332021

Dosen Pembimbing :
dr. Fika Tri Anggraini, MS, PhD

PROGRAM STUDY S2 ILMU KEBIDANAN FAKULTAS


KEDOKTERAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN
AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, beserta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah fisiologi reproduksi dengan
judul “Fisiologi Reproduksi (Teratoma Testis)”.
Dalam proses penulisan makalah ini dari awal sampai akhir tidak terlepas
dari bimbingan, bantuan, dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fika Tri Anggraini,
MS, PhD selaku dosen mata kuliah ini dan kepada semua pihak yang ikut
membantu sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat berguna bagi kita semua.

Padang, November 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah
zakar), yang dapat menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya
benjolan di dalam skrotum (kantung zakar)
Kanker testikuler yang menempati peringkat pertama dalam kematian
akibat kanker diantara pria dalam kelompk umur 20 tahun sampai 35 tahun,
adalah kanker yang paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35
tahun dan merupakan maliganansi yang paling umum kedua pada kelompok
usia 35 tahun hingga 39 tahun. Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai
germinal atau nongerminal. Tumor germinal timbul dari sel-sel germinal testis
(seminoma, terakokarsinoma, dan karsinoma embrional, tumor germinal
timbul dari epithelium.
Teratoma testis adalah subtipe dari non-seminomatous germ cell
tumours (NSGCT) yang terjadi pada testis. Teratoma ini mempunyai elemen
yang terdiferensiasi secara total atau inkomplit dari minimal dua lapisan sel
germinal, yakni endoderm, ektoderm, atau mesoderm.
Teratoma matur terdiferensiasi total dari lapisan sel germinal,
sedangkan teratoma imatur terdiferensiasi inkomplit sehingga menyerupai
jaringan fetal. Penyebab teratoma testis hingga saat ini belum diketahui secara
pasti tetapi diduga berkaitan dengan mutasi gen atau gangguan kromosom.
Diagnosis teratoma testis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis seperti
massa testis, pemeriksaan fisik abdomen dan inguinal, serta pemeriksaan
ultrasonografi skrotal atau abdomen. Penanda tumor dan computed
tomography (CT) scan juga dapat dilakukan bila perlu. Namun, diagnosis
definitif akan membutuhkan pemeriksaan histopatologi.
Penatalaksanaan teratoma testis akan disesuaikan dengan komponen
sel tumor dan stadium tumor. Tata laksana baku emas untuk stadium I adalah
orchiectomy, yang dapat diikuti dengan surveilans atau diseksi nodus limfa
retroperitoneal. Bila diperlukan, pasien stadium I juga dapat menjalani
kemoterapi adjuvan. Namun, untuk pasien stadium II dan lebih tinggi,
kemoterapi umumnya memang dibutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi teratoma testis ?
b. Bagaimana epidemiologi teratoma testis ?
c. Bagaimana etiologi teratoma testis ?
d. Apa saja factor risiko teratoma testis ?
e. Bagaimana mekanisme penyakit/ gangguan teratoma testis ?
f. Bagaimana tanda dan gejala teratoma testis ?
g. Bagaimana gambaran klinis teratoma testis ?
h. Bagaimana diagnosa teratoma testis ?
i. Bagaimana Stadium teratoma testis ?
j. Bagaimana teratoma testis saat terjadi pada usia anak – anak dan tindak
lanjut saat dewasa ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui apa definisi teratoma testis
b. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi teratoma testis
c. Untuk mengetahui bagaimana etiologi teratoma testis
d. Untuk mengetahui apa saja factor risiko teratoma testis
e. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penyakit/ gangguan teratoma
testis
f. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala teratoma testis
g. Untuk mengetahui bagaimana gambaran klinis teratoma testis
h. Untuk mengetahui Bagaimana diagnosa teratoma testis
i. Untuk mengetahui Bagaimana Stadium teratoma testis
j. Untuk mengetahui bagaimana teratoma testis saat terjadi pada usia anak –
anak dan tindak lanjut saat dewasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Teratoma Testis


Teratoma adalah tumor sel germinal yang umumnya terdiri dari
beberapa jenis sel yang berasal dari satu atau lebih dari 3 lapisan germinal
endoderm, mesoderm, dan ekktoderm. Teratoma berasal dari bahasa yunani
yaitu teras yang berarti monster. Teratoma dibagi dalam tiga kategori yaitu
teratoma matur (jinak), teratoma imatur, dan teratoma monodermal dengan
diferensiasi khusus. Teratoma bervariasi dari bentuk yang jinak yaitu lesi
kistik well differentiated (mature) sampai bentuk yang solid dan maligna
(immature). Umumnya teratoma kistik adalah jinak dan yang padat adalah
ganas.
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga
tersering setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Selain itu, ada
juga yang memiliki komponen tertentu (umumnya squamous) yang
mengalami transformasi maligna, namun jarang ditemukan.

B. Epidemiologi Teratoma Testis


Secara epidemiologi, teratoma testis merupakan neoplasma tersering
kedua pada anak-anak setelah yolk sac tumour, dengan frekuensi relatif
sebesar 13–19%. Hanya sekitar 2–6% teratoma testis merupakan teratoma
murni dan sisanya adalah teratoma dengan sel tumor campuran.
Teratoma testis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
Pada anak-anak, teratoma testis merupakan tumor jinak, sedangkan pada orang
dewasa dan remaja, teratoma testis cenderung bermetastasis. Transformasi
teratoma menjadi ganas terjadi hanya pada 3–6% teratoma testis.
Jenis histologis yang paling sering berubah adalah tumor
neuroektodermal primitif, adenokarsinoma, dan rhabdomyosarcoma. Selama
masa pubertas dan setelah masa pubertas, semua teratoma dianggap ganas.
Bahkan, teratoma matur cenderung untuk bermetastasis ke kelenjar getah
bening retroperitoneal atau ke sistem organ lain. Tingkat metastasis yang
dilaporkan bervariasi antara 29–76%.
Sebuah penelitian di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta menyatakan
bahwa sebanyak 90,92% kasus tumor testis merupakan tumor sel germinal
dengan jenis seminoma (47,5%) dan nonseminoma (40%). Sementara itu,
sebuah penelitian di Rumah Sakit Sardjito di tahun 2007-2013 melaporkan
bahwa ada 23 kasus tumor testis sel germinal dengan usia pasien <30 tahun.
Berdasarkan temuan histopatologi, kasus teratoma testis terdapat sebesar
17,4%.
Teratoma testis prapubertas bersifat jinak dan tidak memiliki kasus
metastasis yang terdokumentasi, sehingga mortalitasnya tidak tercatat dan
dinilai hanya berkaitan dengan komplikasi bedah. Namun, pada teratoma testis
pascapubertas yang ganas, mortalitas diperkirakan lebih tinggi, meskipun data
yang ada masih terbatas.

C. Etiologi Teratoma Testis


Etiologi teratoma testis sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Kelainan genetik dan kelainan kromosom diduga dapat menjadi penyebab.
Teratoma prapubertas adalah suatu diploid yang sering kali memiliki
ketidakseimbangan kromosom dan tidak memiliki pembentukan isokromosom
(i(12p)). Sebaliknya, teratoma pada kelompok dewasa, yang sebagian besar
merupakan tipe campuran, bersifat hipotriploid dan berhubungan dengan
kelainan kromosom.
Perubahan genetik lain yang ditemukan pada sebagian besar tumor
adalah hilangnya sebagian kromosom 13 (q31) dan bertambahnya kromosom
7 (q11), kromosom 8, dan kromosom X.
Keberadaan teratoma telah diakui selama berabad-abad, selama itu
pula asal penyebabnya masih berupa spekulasi dan perdebatan.  Dahulu
masyarakat mempercayai penyebabnya adalah karena menelan gigi dan
rambut, kutukan dari penyihir, mimpi buruk, atau berhubungan dengan setan.
Teori yang paling banyak dipakai saat ini adalah parthenogenik yang
mengatakan teratoma berasal dari sel germinal primordial. Teori ini didukung
oleh distribusi anatomi dari tumor yaitu sepanjang jalur migrasi sel germinal
primordial dari kantung yolk pada gonad primitif. Linder dan rekan
melakukan penelitian dari teratoma kistik matur dari ovarium  . Mereka
menggunakan teknik sitogenetik canggih untuk menunjukkan bahwa tumor ini
berasal dari sel germinal dan timbul dari sel germinal tunggal setelah
pembelahan meiosis pertama.

D. Faktor risiko Teratoma Testis


Faktor risiko teratoma testis adalah ras Kaukasian (perbandingan risiko
9:1 dengan ras Afrika-Amerika), gangguan spermatogenesis, riwayat tumor
pada testis kontralateral, disgenesis testikular, orchitis, infeksi HIV, dan
riwayat trauma groin.
Selain itu, pasien dengan riwayat undescended testis juga memiliki
peningkatan risiko, yakni sebesar 10–40 kali lipat. Sekitar 10% teratoma testis
berhubungan dengan riwayat undescended testis. Mikrolitiasis testikular juga
dapat meningkatkan risiko teratoma testis, yakni hingga sebesar 8 kali lipat.
Riwayat germ cell tumor pada keluarga juga dinilai dapat menjadi
faktor risiko. Risiko dilaporkan meningkat 4 kali lipat jika ayah menderita
germ cell tumor dan meningkat 9 kali lipat jika saudara kandung menderita
germ cell tumor.

E. Mekanisme penyakit/ gangguan Teratoma Testis


Patofisiologi teratoma testis dapat dibedakan berdasarkan dua tipenya,
yaitu teratoma testis prapubertas dan pascapubertas. Teratoma murni (non-
mixed) umum ditemukan pada kelompok pediatrik tetapi jarang ditemukan
pada kelompok dewasa. Sementara itu, neoplasma variasi campuran lebih
umum ditemukan pada usia dewasa.
Teratoma testis pascapubertas merupakan malignansi yang memiliki
tingkat metastasis 20%. Secara makroskopis, teratoma testis matur
pascapubertas tampak sebagai tumor solid, sedangkan secara mikroskopis,
teratoma ini tampak sebagai tatanan tidak teratur yang menggambarkan atipia
sitologis. Tubulus seminiferus yang berdekatan sering menunjukkan
karsinoma in situ atau intratubular germ cell neoplasia (ITGCN), yang
dikaitkan dengan potensi keganasan.
Teratoma matur prapubertas merupakan tumor jinak yang mewakili
30% dari seluruh tumor sel germinal testikular pada anak-anak. Pada teratoma
prapubertas, gambaran yang ditemukan jarang berhubungan dengan ITGCN.
Tumor ini tidak memiliki potensi metastasis dan proses spermatogenesis
umumnya masih dapat berlangsung.

F. Tanda dan gejala Teratoma Testis


Tanda dan gejala yang dialami pada pasien dengan teratoma testis
adalah sebagai berikut :
1. Benjolan atau pembesaran disalah satu testis
2. Perasaan berat pada skrotum
3. Nyeri tumpul pada perut bagian bawah atau pangkal paha
4. Skrotum membesar karena terisi cairan
5. Sakit punggung
6. Pembesaran dan nyeri pada payudara

G. Gambaran klinis Teratoma Testis


Gambaran khas tumor testis ialah menurut Yogasmara E dan Lestari
P (2010) adalah;
1. Benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri
2. Skrotum terasa berat dan rasa sesak dalam skrotum
3. Nyeri pada punggung atau perut bagian bawah,
4. Testis menjadi lebih besar dengan perabaan yang terasa aneh beda dari
biasanya, atau bisa jadi tidak mengalami gejala sama sekali.
Pada stadium lanjut, terdapat benjolan disekitar leher, gangguan
pernapasan (sepert batuk-batuk, sesak nafas sampai batuk berdarah),
gangguan saluran cerna (seerti mual, muntah, gangguan buang air besar),
benjolan di perut atau gangguan pada system saraf pusat.
Gambar : Teratoma Testis

H. Diagnosa Teratoma Testis


1. Anamnesa
Seringkali muncul sebagai massa di skrotum yang tidak
menimbulkan rasa sakit, kecuali pada teratoma yang mengalami
torsi. Dalam kebanyakan kasus, massa tegas atau keras, tidak ada nyeri
tekan, dan tidak bertransiluminasi.
Hidrokel sering dikaitkan dengan teratoma di masa kecil. Pada
pemeriksaan, testis mengalami pembesaran yang difus, bukan nodular.
Sebuah karsinoma testis  terdapat campuran tulang rawan kebiruan dengan
warna merah dan jaringan tumor putih.
Secara mikroskopis terdiri dari teratoma, tetapi terdapat pula
daerah karsinoma embrional.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Peningkatan serum alpha-fetoprotein (AFP) dan beta-
human chorionic gonadotropin (HCG) tingkat mungkin
menunjukkan keganasan.
b. Radiologi
Pemeriksaan penunjang untuk teratoma sebagian besar
radiografi, dan gambarannya hampir sama meskipun pada lokasi
yang bervariasi.
c. Histologi
Dalam teratoma, bagian luar dari dinding tumor biasanya
dilapisi dengan jaringan aslinya. Rongga kista sering dilapisi
dengan epitel skuamosa keratin dan biasanya berisi banyak sebasea
dan kelenjar keringat. Rambut dan kulit pelengkap lainnya
biasanya muncul. Kadang-kadang, dinding kista dilapisi oleh epitel
bronkial atau gastrointestinal. Reaksi Giant-cell dapat dilihat di
berbagai tumor dan mungkin, dalam kasus teratoma
intraperitoneal, menyebabkan pembentukan adhesi yang luas jika
isi tumor pecah. Jaringan ectodermal ditemui mungkin termasuk
otak, glia, jaringan saraf, retina, choroids, dan ganglia. Mesodermal
jaringan diwakili oleh tulang, tulang rawan, otot polos, dan
jaringan berserat.

I. STADIUM
Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang
dimodifikasi oleh Robboy dan Scully:
Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor
Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia. Mitosis
dapat ditemukan, tetapi epitel neural tidak ditemukan atau
terbatas pada 1 lapangan pandang per slaid
Derajat 2 : Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per slaid
Derajat 3 : Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per slaid
dan sering menyerupai koriokarsinoma.
Departemen Bedah dari American Academy of Pediatrics, Altman dan
rekan melaporkan sistem penggolongan tipe teratoma Sacrococcygeal sebagai
berikut:
Tipe I : Sebagian besar adalah tumor eksternal, melekat pada tulang ekor,
dan mungkin memiliki komponen presacral kecil (45,8%).Tidak
ada metastasis dikaitkan dengan kelompok ini.
Tipe II : Tumor memiliki massa baik eksternal dan ekstensi panggul
signifikan presacral (34%) dan memiliki tingkat metastasis 6%.
Tipe III: tumor terlihat dari luar, tetapi massa yang dominan adalah panggul
dan intraabdominal (8,6%). Tingkat 20% dari metastase ditemukan
dalam kelompok ini.
Tipe IV: lesi tidak terlihat dari luar tetapi sepenuhnya presacral (9,6%) dan
memiliki tingkat metastasis 8%.

J. Terapi Teratoma Testis


Menurut Smart (2010) penataksanaan kanker testis dapat dilakukan
dengan empat cara, yaitu:
1. Pembedahan, pengangkatan tetis (orkiektomi dan pengangkatan
kelenjar getah bening/limfadenektomi).
2. Terapi penyinaran, mengunakan sinar X dosis tinggi atau sinar tinggi
lainnya, sering dilakukan setelah limfa denektomi pada tumor nin-
seminoma. Juga, dapat digunakan sebagai pengobatan utama pada
seminoma, terutama pada stadium awal
3. Kemoterapi, digunakan obat-obatan (misalnya, cisplastin, bleomycin dan
etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.
4. Pencangkokan sumsum tulang belakang, dilakukan jika kemoterapi telah
menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teratoma adalah tumor sel germinal yang umumnya terdiri dari
beberapa jenis sel yang berasal dari satu atau lebih dari 3 lapisan germinal
endoderm, mesoderm, dan ekktoderm. Teori yang paling banyak dipakai saat
ini adalah parthenogenik yang mengatakan teratoma berasal dari sel germinal
primordial. Teratoma testis terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi insiden
dan perjalanan penyakitnya sangat berbeda.

B. Saran
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan acuan dan semangat untuk
mengkaji dan membuat makalah yang semakin baik. Pembahasan makalah ini
mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih
membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Wetherell D, Weerakoon M, Williams D, et al. Mature and Immature Teratoma: A


Review of Pathological Characteristics and Treatment Options. Med Surg
Urol. 2014;3(1):1–5
Prayoga DA, Danarto H. Analisis Ketahanan Hidup Tumor Testis Sel Germinal di
RS Sardjito Periode 2007-2013. Indones J Cancer. 2016 Dec;10(4).
Ibrahim DY, Sun H. Somatic Malignant Transformation of a Testicular Teratoma:
A Case Report and an Unusual Presentation. Case Reports in Pathology.
2019.
Dicken BJ, Billmire DF. Chapter 40 - Testicular Tumors. In: Coran AG, editor.
Pediatric Surgery (Seventh Edition). Philadelphia: Mosby; 2012. p. 549–
56.
Dall C, Zynger D. Testis & Epididymis Teratoma. PathologyOutlines. 2017.

Anda mungkin juga menyukai