Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN TERATOMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Stase
Keperawatan Anak
Di Ruang PAIS RSPAD Gatot Suebroto

Disusun Oleh:

Nama : Didy krisno

NIM : 20230305020

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
TERATOMA

1. DEFINISI
Teratoma adalah tumor sel germinal yang umumnya terdiri dari beberapa jenis sel
yang berasal dari satu atau lebih dari 3 lapisan germinal endoderm, mesoderm, dan
ekktoderm. Teratoma berasal dari bahasa yunani yaitu teras yang berarti monster.
Teratoma dibagi dalam tiga kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma imatur, dan
teratoma monodermal dengan diferensiasi khusus. Teratoma bervariasi dari bentuk
yang jinak yaitu lesi kistik well differentiated (mature) sampai bentuk yang solid dan
maligna (immature). Umumnya teratoma kistik adalah jinak dan yang padat adalah
ganas. Terjadinya teratoma adalah karena embrio awal (tingkat clivage, blastula, awal
grastula) lepas dari kontrol organizer. Ia seperti tubuh yang kembar tidak seimbang
yang satu dapat tumbuh normal yang lain hanya gumpalan jaringa yang tdak utuh atau
tidak wajar. Teratoma disebut juga fetus in fetu atau bayi dalam bayi
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering
setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Selain itu, ada juga yang memiliki
komponen tertentu (umumnya squamous) yang mengalami transformasi maligna,
namun jarang ditemukan.
Ovarium teratoma Juga disebut kista dermoid ovarium, ini adalah tumor aneh,
biasanya jinak, dalam ovarium yang biasanya berisi keragaman jaringan termasuk
rambut, gigi, tulang, tiroid, dll. Sebuah kista dermoid berkembang dari sel germinal
totipotential (oosit primer) yang disimpan dalam kantung telur (ovarium). Menjadi
totipotential, sel yang dapat menimbulkan semua perintah dari sel yang diperlukan
untuk membentuk jaringan matang dan struktur sering dikenali seperti rambut, tulang
dan sebaceous (berminyak) materi, jaringan saraf dan gigi.
Teratoma yang berasal dari sel embrional biasanya terjadi di garis tengah tubuh:
otak, tengkorak, hidung, lidah, bawah lidah dan leher, mediastinum, retroperitoneum
dan menempel di coccyx. Jarang sekali bisa timbul di organ padat seperti jantung dan
hati dan organ rongga seperti usus dan kandung kencing. Teratoma embrional paling
sering terjadi di daerah sacrococcygeus. Teratoma bentuk ini adalah yang paling sering
terjadi pada bayi baru lahir.
2. ETIOLOGI
Keberadaan teratoma telah diakui selama berabad-abad, selama itu pula asal
penyebabnya masih berupa spekulasi dan perdebatan. Dahulu masyarakat
mempercayai penyebabnya adalah karena menelan gigi dan rambut, kutukan dari
penyihir, mimpi buruk, atau berhubungan dengan setan. Teori yang paling banyak
dipakai saat ini adalah parthenogenik yang mengatakan teratoma berasal dari sel
germinal primordial. Teori ini didukung oleh distribusi anatomi dari tumor yaitu
sepanjang jalur migrasi sel germinal primordial dari kantung yolk pada gonad primitif.
Linder dan rekan melakukan penelitian dari teratoma kistik matur dari ovarium . Mereka
menggunakan teknik sitogenetik canggih untuk menunjukkan bahwa tumor ini berasal
dari sel germinal dan timbul dari sel germinal tunggal setelah pembelahan meiosis
pertama.

3. EPIDEMOLOGI
 Teratoma sakrokoksigeal
Teratoma sakrokoksigeal sering terdiagnosis pada periode prenatal, dan
komplikasinya dapat muncul selama sebelum dan setelah kelahiran. Outcome
setelah diagnosis antenatal lebih buruk bila dibandingkan yang didiagnosis post natal
dan dilakukan pembedahan serial, dengan tingkat survival bervariasi dari 54-77%
Potensi komplikasi pada uterus meliputi polihidramnion dan perdarahan tumor,
yang menyebabkan anemia dan nonimmune hydrops fetalis. Bila
terdapat .atrioventricular shunting terjadi dalam tumor, hydrops dapat disebabkan
high output cardiac failure.
Perkembangan hidrops adalah tanda yang buruk. Jika berkembang setelah
gestasi 30 minggu, tingkat mortalitasnya adalah sebesar 25%. Bila telah ditemukan
ada hidrops, proses persalinan direkommendasikan sesegera mungkin setelah
maturitas paru terjadi. Perkembangan hidrops sebelum gestasi 30 minggu memiliki
prognosis yang lebih buruk, dengan tingkat mortalitas 93%. Makin dkk. melaporkan
bahwa intervensi pengobatan pada masa antenatal dari hidrop fetalis tidak
meningkatkan outcome dengan tingkat kematian 6 dari 7 kasus (86%). Hidrop dan
prematuritas merupakan dua faktor yang menyebabkan kematian dan prematuritas.
Morbiditas pospartum teratoma sakrokoksigeal adalah terkait dengan anomali
kongenital, masa dari tumor, kekambuhan yang terjadi, dan komplikasi intra dan
pasca operasi. Sepuluh sampai dua puluh empat persen teratoma sakrokoksigeal
dihubungkan dengan anomali kongenital lainnya, terutama defek pada daerah
hindgut dan kloaka, yang melebihi estimasi 2,5% pada populasi umum
 Teratoma ovarium
Komplikasi dari teratoma ovarium meliputi torsi, ruptur, infeksi, anemia
hemolitik, dan degenerasi maligna
Torsi adalah penyebab morbiditas utama, terjadi pada 3-11% kasus. Beberapa
penelitian menunjukkan bawa peningkatan ukuran tumor berhubungan dengan
peningkatan risiko torsi
Ruptur dari teratoma kistik memang jarang dan mungkin spontan atau terjadi
karena torsi. Ruptur dapat terjadi tiba-tiba, menyebabkan shock atau perdarahan
dengan chemical peritonitis acute. Kasus yang kronis bisa juga terjadi, yang akan
mneyebabkan peritonitis granulomatosa. Prognosisi setelah kejadian ruptur biasanya
baik, tetapi ruptur sering kali menyebabkan adanya perlekatan tebal.
Infeksi jarang terjadi dan terjadi kurang dari 1-2% kasus. Bakteri coliform
merupakan organisme yang sering terlibat.
Anemia hemolitik autoimmune telah dihubungkan dengan kasus teratoma kistik
matur. Pada kasus ini, pengeluaran tumor menyebabkan kesembuhan dari gejala ini.
Teori yang membelakangi mekanisme patogenesis dari kejadian ini adalah (1) zat
dari tumor yang merupakan antigen bagi host, sehingga menyebabkan pembentukan
antibodi yang bereaksi silang dengan sel darah merah host, (2) adanya produksi
antibodi dari tumor yang secara langsung melawan sel darah merah host, (3)
terlapisnya sel darah merah oleh substansi tumor sehingga menyebabkan perubahan
antigenisitas sel darah merah. Dalam lingkup ini, imejing radiologis dari pelvis
diperlukan pada kasus anemia hemolitik refrakter.
Pada bentuk yang asli, teratoma kistik matur ovarium umumnya selalu jinak,
namun sekitar 0,2-2% kasus mengalami transformasi maligna pada salah satu
komponennya, yang seringkali adalah sel skuamos. Prognosis pasien dengan
degenerasi maligna umumnya buruk namun tergantung dari stadium dan jenis sel
yang mengalami degenerasi.
 Teratoma testis
Teratoma testis terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi insiden dan
perjalanan penyakitnya sangat berbeda. Teratoma murni tersusun atas 38% tumor
sel germinal pada bayi dan ank-anak, tetapi hanya 2% saja setelah pubertas. Pada
anak-anak, biasanya bersifat jinak, sementara pada remaja dan dewasa sering kali
mengalami metastase. Oleh karena, tidak adanya metastase pada kasus
prepubertas, maka morbiditas terbatas pada komplikasi pembedahan dan
pascaoperasi.
Selama dan setelah pubertas, semua teratoma dianggap ganas karena
meskipun teratoma matur (yang secara histologis komponennya matur) dapat
mengalami metastasis ke kelenjar getah bening retroperitonial atau pada tempat lain.
Tingkat metastasis bervariasi dari 29-76%. Morbiditas dihubungkan dengan
pertumbuhan dari tumor, yang dapat menginvasi atau mengobstruksi struktur lokal,
sehingga menjadi tidak dapat direseksi. Sekitar 20% pasien mengalami kekambuhan
selama periode pengawasan .
 Teratoma mediastinum
Teratoma matur mediastinum, merupakan tumor sel germinal mediastinum,
adalah lesi yang jinak. Tumor ini tidak memiliki potensi ganas seperti yang diamati
pada teratoma testis dan dapat disembuhkan dengan reseksi surgikal saja. Oleh
karena letak dari lesi ini, maka sumber morbiditas seringkali terkait dengan
komplikasi intraoperasi dan pascaoperasi.
 Jenis Kelamin
Teratoma sakrokoksigeal sering terjadi pada wanita daripada pria, dengan
rasio wanita dibandingkan pria 3-4:1. Sebagian besar laporan menyebutkan tidak
ada predileksi seksual pada teratoma medastinal. Kecuali, teratoma testikular, 75-
80% teratoma terjadi pada wanita .
 Umur
Lokasi dari teratoma berhubungan dengan usia.
 Pada bayi dan awal anak, lokasi paling sering adalah ekstragonadal, sedangkan
teratoma setelah anak-anak umumnya terjadi pada gonad.
 Teratoma kistik ovarium dapat terjadi pada usia berapapun, meskipun seringkali
pada masa reproduksi. Insiden tersering pada usia 20-40 tahun.
 Teratoma testikular dapat muncul pada usia berapapun tetapi lebih sering terjadi
pada masa bayi dan anak-anak. Pada dewasa, teratoma tetikular murni jarang
terjadi, hanya 2-3% dari tumor sel germinal.
Teratoma mediastinum dapat muncul pada usia berapapun tetapi seringkali pada
usia 20-40 tahun.

4. PATOFISIOLOGI
Teratoma terbentuk dan berkembang selama kehidupan intrautrin, dapat menjadi
sangat besar pada teratoma sakrokoksigeus seiring dengan perkembangan
fetus.Teratoma sakrokoksigeus muncul dari primitif knot atau hensen’s node. Hensen’s
node adalah suatu agregasi dari sel totipotensial yang merupakan pengatur utama pada
perkembangan embrionik. Semula terletak di bagian posterior embrio yang bermigrasi
secara caudal pada minggu pertama kehidupan didalam ekor embrio, akhirnya berhenti
di anterior tulang ekor (coccyx). Alur migrasi dari sel germinal menunjukan lokasi dan
patologi yang paling sering terdapat teratoma (sakrokoksigeus dan gonad). Sel-sel ini
dapat meluas ke postero-inferior masuk daerah glutea dan /atau postero-superior
masuk ke rongga abdominopelvik. Pemisahan sel totipotensial dari hansen’s node
mungkin menyebabkan munculnya teratoma sakrokoksigeus. Sel pleuripotensial ini
melarikan diri dari kontrol pengatur embrionik dan berdiferensiasi masuk dalam jaringan
yang tidak biasa ditemukan pada daerah sakrokoksigeus. Tumor terjadi dekat dengan
tulang ekor, dimana konsentrasi terbesar primitif sel berada untuk waktu yang lama
selama masa perkembangan.

5. KLASIFIKASI
Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang dimodifikasi oleh
Robboy dan Scully:
 Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor
 Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia. Mitosis dapat
ditemukan, tetapi epitel neural tidak ditemukan atau terbatas pada 1 lapangan
pandang per slaid
 Derajat 2 : Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per slaid
 Derajat 3: Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per slaid dan sering
menyerupai koriokarsinoma.
Departemen Bedah dari American Academy of Pediatrics, Altman dan rekan
melaporkan sistem penggolongan tipe teratoma Sacrococcygeal sebagai berikut:
o Tipe I : Sebagian besar adalah tumor eksternal, melekat pada tulang ekor, dan
mungkin memiliki komponen presacral kecil (45,8%).Tidak ada metastasis dikaitkan
dengan kelompok ini.
o Tipe II : Tumor memiliki massa baik eksternal dan ekstensi panggul signifikan
presacral (34%) dan memiliki tingkat metastasis 6%.
o Tipe III: tumor terlihat dari luar, tetapi massa yang dominan adalah panggul dan
intraabdominal (8,6%). Tingkat 20% dari metastase ditemukan dalam kelompok ini.
o Tipe IV: lesi tidak terlihat dari luar tetapi sepenuhnya presacral (9,6%) dan memiliki
tingkat metastasis 8%.
6. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
 Teratoma Sacrococcygeal
Teratoma Sacrococcygeal dapat didiagnosis antenatal selama pemeriksaan
USG rutin atau saat ibu muncul dengan gejala klinis seperti ukuran kehamilan lebih
besar daripada usia kehamilan atau polihidramnion.
Mereka yang tidak terdiagnosis pada masa antenatal menunjukkan 2 pola.. Pola
yang paling umum adalah pada masa neonatus, yang hadir dengan tumor berukuran
besar umumnya jinak menonjol di daerah sakral yang terlihat setelah lahir. Pola yang
lebih jarang, pada bayi baru lahir mungkin hanya menunjukkan bokong yang asimetris
atau muncul ketika berusia 1 bulan sampai 4 tahun dengan tumor presakral yang dapat
mencapai panggul. Gejala kandung kemih atau disfungsi usus mungkin
muncul. Kelompok yang kedua berada pada risiko lebih tinggi untuk keganasan.
 Teratoma ovarium:
Teratoma kistik Matur pada ovarium sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan radiografi, atau selama operasi abdomen.
Teratoma kistik dewasa dari ovarium seringkali asimptomatik. Gejala-gejala yang
mungkin muncul:
 Nyeri perut biasanya konstan dan berkisar dari ringan sampai sedang. Torsi
dan ruptur akut biasanya akan menyebabkan nyeri yang hebat.
 Teraba adanya massa atau pembengkakan
 Perdarahan uterus abnormal. Diduga karena gangguan produksi hormon,
namun belum ada bukti histologis yang mendukung.
Gejala pada kandung kemih, gangguan pencernaan, dan sakit punggung
mungkin namun jarang terjadi
 Teratoma Testis
Seringkali uncul sebagai massa di skrotum yang tidak menimbulkan rasa sakit,
kecuali pada teratoma yang mengalami torsi. Dalam kebanyakan kasus, massa tegas
atau keras, tidak ada nyeri tekan, dan tidak bertransiluminasi. . Hidrokel sering dikaitkan
dengan teratoma di masa kecil. Pada pemeriksaan, testis mengalami pembesaran yang
difus, bukan nodular.
Sebuah karsinoma testis terdapat campuran tulang rawan kebiruan dengan
warna merah dan jaringan tumor putih. Secara mikroskopis terdiri dari teratoma, tetapi
terdapat pula daerah karsinoma embrional
 Teratoma mediastinum
Sering tanpa gejala. Gejala yang muncul, berhubungan dengan efek mekanik
termasuk nyeri dada, batuk, dyspnea, atau gejala yang berkaitan dengan pneumonitis
berulang. Banyak pasien datang dengan temuan pernapasan, dan ditemukannya
trichoptysis yang patognomonik, atau batuk produktif yang mengeluarkan materil rambut
atau sebacea dapat terjadi jika massa dan trakeobronkial berhubungan. Gejala serius
lainnya adalah sindrom vena kava superior atau pneumonia lipoid. Teratoma
mediastinum kadang-kadang ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan foto
thorak.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
Peningkatan serum alpha-fetoprotein (AFP) dan beta-human chorionic
gonadotropin (HCG) tingkat mungkin menunjukkan keganasan.
 Radiologi
Pemeriksaan penunjang untuk teratoma sebagian besar radiografi, dan
gambarannya hampir sama meskipun pada lokasi yang bervariasi.
Jika teratoma ditemuan di dalam uterus, harus dilakukan pemeriksaan USG
serial pada janin untuk mengawasi kemngkinan terjadinya hidropfetaliss. Dalam kasus
teratoma sacrococcygeal, pemeriksaan USG dapat menunjukkan komponen kistik dan
perluasan tumor ke dalam pelvis atau abdomen, seperti yang digambarkan pada
gambar di bawah. USG menggambarkan pergeseran vesica urinaria dan rektum,
dengan kompresi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis atau hydroureter
CT scan dari abdomen dan pelvis sebelum eksplorasi bedah lebih lanjut dapat
menggambarkan tumor sacrococcygeal.
Serupa dengan ultrasonografi, ajuvan CT scan berguna dalam mendiagnosa
teratoma ovarium dan dapat mendeteksi keterlibatan hepar dan kelenlar lymph dalam
kasus maligna. Dalam sebuah studi ultrasonografi transvaginal memiliki tinggi untuk
membedakan teratoma dari massa ovarium lainnya.
MRI dapat membedakan kepadatan lipid dengan cairan lain dan darah dan
mungkin sebagai pemeriksaan tambahan yang berguna untuk diagnosis teratoma
ovarium, dengan akurasi 99%.
Dalam kasus yang dicurgai teratoma mediastinum foto thorak anterior-posterior
dan lateral dpat memberikan informasi penting tentang ukuran dan lokasi massa. CT
scan dan / atau MRI lebih lanjut dapat memperjelas diagnosis dan juga sangat berguna
dalam menggambarkan batas-batas massa mediastinum, keterlibatan pembuluh darah
yang potensial, dan kehormatan.
Echocardiography dapat digunakan untuk menggambarkan efek fisiologis dari
massa mediastinum, seperti tamponade atau stenosis pulmonal, dan dapat digunakan
untuk memandu needle biopy. Fine needle biopsy dapat digunakan untuk membedakan
massa mediastinum jinak dan ganas pada 90% kasus.
 Histologi
Dalam teratoma, bagian luar dari dinding tumor biasanya dilapisi dengan jaringan
aslinya. Rongga kista sering dilapisi dengan epitel skuamosa keratin dan biasanya
berisi banyak sebasea dan kelenjar keringat. Rambut dan kulit pelengkap lainnya
biasanya muncul. Kadang-kadang, dinding kista dilapisi oleh epitel bronkial atau
gastrointestinal. Reaksi Giant-cell dapat dilihat di berbagai tumor dan mungkin, dalam
kasus teratoma intraperitoneal, menyebabkan pembentukan adhesi yang luas jika isi
tumor pecah. Jaringan ectodermal ditemui mungkin termasuk otak, glia, jaringan saraf,
retina, choroids, dan ganglia. Mesodermal jaringan diwakili oleh tulang, tulang rawan,
otot polos, dan jaringan berserat.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari teratoma sebagian besar terapi bedah.
 Teratoma Sacrococcygeal
Teratoma Sacrococcygeal yang didiagnosis sebelum lahir harus dipantau ketat.
Pada janin dengan tumor yang lebih besar, operasi Sectio caesarea harus
dipertimbangkan untuk mencegah distosia atau pecahnya tumor. Karena prognosisnya
yang buruk berhubungan dengan perkembangan hidropfetalis sebelum usia kehamilan
30 minggu, menguntungkan bagi janin apabila dilakukan operasi uterus. Dalam
kebanyakan kasus, teratoma sacrococcygeal harus dilakukan reseksi electif pada
minggu pertama kehidupan, karena semakin lama dituda dapat meningkatkan tingkat
keganasan.
 Teratoma Ovarium
Teratoma kistik matur dari ovarium dapat dihilangkan dengan kistektomi
sederhana daripada salpingo-ooforektomi.
Meskipun degenerasi ganas sangat langka, kista harus dihilangkan secara
keseluruhan, dan jika elemen-elemen imatur ditemukan, pasien harus menjalani
prosedur penggolongan stadium standar.
 Teratoma testis
Teratoma testis diobati dengan orchiectomy sederhana atau radikal. Baru-baru
ini, eksisi konservatif dengan enukleasi juga telah direkomendasikan pada masa
prepubertas pada testis. Resiko keganasan meningkat seiring pematangan testis.
 Teratoma mediastinum
Teratoma matur dari mediastinum harus direseksi. Tumor mungkin melekat
dengan struktur sekitarnya, yang memerlukan reseksi dari perikardium, pleura, atau
paru-paru. Bila reseksi lengkap dapat menurunkan resiko kekambuhan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TERATOMA

A. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit dahulu, pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya?
b. Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang
sama atau dengan kanker yang lain?
c. Wanita dengan faktor resiko, lingkungan, gaya hidup tidak sehat, kebiasaan
menggunakan talk pada vagina, obat-obatan perangsang ovulasi, obat-obatan
pelangsing tubuh yang menyebabkan deuretik?
d. Riwayat ginekologi, usia menarche, keluhan saat haid, siklus haid dan lamanya,
penggunaan kontrasepsi.
e. Respon psikososial klien:
- kecemasan
- ketakutan
- harga diri rendah
f. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
- Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat malam.
- Kelemahan atau keletihan.
- Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2) Sirkulasi.
- Palpilasi, nyeri dada, perubahan tekanan darah.
3) Integritas ego
- Faktor stres ( pekerjaan, keuangan, perubahan peran ), cara mengatasi stres
( keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain ).
- Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk tubuh.
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi.
- Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
- Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering berkemih.
- Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5) Makanan / cairan
- Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet
- Anorexsia, mual-muntah.
- Intoleransi makanan.
- Perubahan berat badan.
- Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6) Neurosensori
- Pusing, sinkope
7) Nyeri
- Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat).
g. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Abdoment dan pelvis
- Inspeksi
Adanya penonjolan, penderita tampak sakit, mual, muntah, aktivitas berkurang
- Auskultasi
Bising usus
- Palpasi
Nyeri tekan, nyeri lepas, gejala infeksi (peningkatan suhu tubuh). Diameter
tumor, massa dapat digerakkan atau tidak, unilateral atau multi, asites ada atau
tidak, konsistensi padat atau lunak.
1. Genetalia
- Pendarahan fangsun mixsi/ defekasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Preoperatif
a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder,
akibat pertumbuhan kista dan penekanan jaringan sekitar.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
- Penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat penyakit kista ovarii
- Penurunan masukan oral, ketidaknyamanan mulut, mual, muntah
c. Ansieteas yang berhubungan dengan:
- Penyakit yang tidak dapat diperkirakan.
- Prosedur pembedahan
- Efek samping pembedahan.
d. Kurang pengetahuan mengenai prognosis penyakit berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi
2. Pasca operasi
 Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat sekunder dari pembedahan.
 Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
akibatpembedahan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai