OLEH :
RISKI BUDIARTI, A Md
Kep 05.20150701.05
Jln. Kintamani raya no. 2 kawasan daan mogot baru, Jakarta barat
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
1 MEI 70 31.25%
2 JUNI 90 40%
3 JULI 64 28.75%
JUMLAH 224
Peran perawat dalam menangani pasien dengan diabetes mellitus tipe ini
mencangkup beberapa aspek, yaitu aspek promotis, aspek preventif, aspek kuratif
dan aspek rehabilitasi. Aspek promotif dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang pola makan sehat untuk penderita diabetes dan pentingnya kegiatan jasmani.
Aspek preventif memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi
penyakit. Aspek kuratif yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
berkolaborasi pemberian insulin dan pengecekan kadar gula darah. Aspek
rehabilitasi yaitu masa pemulihan dalam penyakit agar tidak berulang.
Masalah diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan
komplikasi yang lebih berat maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan DM (Hiperglikemi) Di Ruang
Perawatan Lt3 BEDAH RS Hermina Daan Mogot”.
B. Tujuan Kasus
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatn pada Tn. S dengan DM Tipe II
a. Tujuan umum pembuatan makalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diabetes mellitus.
b. Tujuan Khusus mampu mengapilkasikan pengkajian, diagnose keperawatan,
implementasi dan evaluasi pasien dengan diabetes melitus.
BAB II
KONSEP DASAR
Diabetes Melitus adalah ganguan metabolis yang ditandai dengan hipoglikemi dan
hiperglikemi yang berhubugan dengan abnormalitas metabolisme karbohidat lemak dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sisitifitas isulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,makrovaskuler dan neoropati.
Diabetes melitus (DM) yang oleh masyarakat umum disebut dengan kencing manis
adalah penyakit kronis yang ditandai dengan menurunnya gula darah (hipoglikemi kadar <70
mg/dL) dan peningkatan gula darah ( hiperglikemi kadar >200 mg/dL) dalam tubuh
seseorang karena insulin yang dihasilkan oleh pancreas tidak mencukupi untuk
menyeimbangkan kadar gula yang masuk dalam tubuh seseorang (WHO, 2013).
Diabetes melitus atau kencing manis adalah penyakit degeneratif tidak menular karena
peningkatan dan penurunan kadar gula dan gagalnya organ pankreas untuk memproduksi
hormon insulin (Suiraoka, 2012).
Diabetes melitus adalah naiknya dan turunnya kadar glukosa dalam darah dan sel beta
tidak memproduksi insulin (DM tipe I) dan memproduksi insulin tetapi jumlah insulin tidak
cukup atau tidak optimal (DM tipe II) (Marry dan Donna dalam Keperawatan Medikal Bedah
2014).
2. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel
beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel-sel antibodi anti pankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran
sel yang responsir terhadap insulin
Menurut Bruner dan Suddarth (2013), diabetes melitus dibagi menjadi 2, yaitu
diabetes melitus primer dan diabetes mellitus sekunder.
a. Diabetes Mellitus primer disebabkan oleh faktor herediter, obesitas,
kelainan pancreas dan pertambahan usia.
1) Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau diabetes mellitus
tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel beta pulau
langerhens akibat proses auto imun.
2) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau diabetes
mellitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel
beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya atau
terjadi defisiasi relatif insulin ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama dengan bahan terangsang sekresi
insulin lain.
b. Diabetes Mellitus sekunder di sebabkan oleh kelainan hormonal, karena
obat, kelainan insulin dan sindrom genetik. Selain itu juga terdapat faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus :
1) Usia Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun.
2) Obesitas dan genetik Diperkirakan terdapat suatu sifat genetik
yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pancreas
mengeluarkan insulin yang berbeda, atau reseptor insulin tidak
dapat merespon secara adekuat terhadap insulin. Hal ini
diperkirakan ada kaitannya antara genetik dan rangsangan
berkepanjangan reseptor–respektor insulin.
3) Malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga zat
sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang menjadi
sumber karbohidrat di beberapa kawasan asia dan afrika berperan
dalam patogenisnya (Waspadji, 2009).
4) Riwayat keluarga. Keturunan adalah satu faktor yang berperan
dalam diabetes mellitus, bila kedua orang tua menderita penyakit
ini, maka semua anaknya juga menderita penyakit yang sama.
3. Klasifikasi DM
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA)
2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses
autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan
terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes
tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara
berkembang (IDF, 2014).
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali
diabetes tipe 2 di diagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah
komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM
di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor
risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).
c. Diabetes gestational Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang
didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan
hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO,
2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
d. Tipe diabetes lainnya Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang
terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan
mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat
kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA,
2015).
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk DM menurut Syaifuddin (2011) yaitu:
1. Tes kadar glukosa darah
Kadar Glukosa Darah sewaktu (mg/dl)
Table : Kadar gula darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimati sebagai
patokan penyaring.
Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
2. Tes laboratorium DM Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnosis,
tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeketsi komplikasi.
1. Tes saring
a) Dilihat dari hasil tes gula darah puasa (GDP)
b) Dilihat dari hasil tes gula darah sewaktu (GDS)
c) Tes Glukosa Urin:
Tes konversiona (metode reduksi/Benedict)
Tes carik celup (metode gluko oxidase/hoxokinase)
2. Tes diagnosis
a) Gula darah puasa (GDP)
b) Gula darah sewaktu (GDS)
c) Gula darah 2 jam post pradial (GD2PP)
d) Glukosa jam ke-2 TTGO
3. Tes pemantauan terapi
a) GDP : plasma vena, darah kapiler
b) GD2 PP : plasma vena
c) HBA1c : darah vena, darah kapiler
4. Tes mendeteksi komplikasi
a) Mikroalbuminuria : urin
b) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
c) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
d) Kolesterol HD : plasma vena (puasa)
e) Trigliserida : plasma vena (puasa)
f) Ureum, keratin, Asam Urat
5. Manifestasi Klinis
a. Pengeluaran urin (Poliuria) Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih
dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala
DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin.
Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang
dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
b. Timbul rasa haus (Polidipsia) Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul
karena kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan.
c. Timbul rasa lapar (Polifagia) Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal
tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar
glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).
d. Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.
e. Gangguan syaraf tepi atau kesemutan
Pada penderita DM regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak
sel persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan. Meskipun kedua diabetes
tipe 1 dan 2 dapat memperlihatkan gambaran klinis yang dijabarkan di atas, pada
kedua tipe ini dapat muncul gejala dan komplikasi yang disebutkan di bawah.
Individu pengidap diabetes tipe 2 sering memperlihatkan satu atau lebih gejala
non spesifik, antara lain:
1) Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di
sekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan darah.
2) Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air atau,
pada kasus yang lebih berat kerusakan retina.
3) Paretesin atau abnormalitas sensasi kadar kandidiasis vagina(infeksi ragih,
akibat peningkatan kadar glukosa.
4) Kandidisis sekret vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun
5) Pengecilan otot dapat terjadi karena protein otot memenuhi kebutuhan
energi tubuh.
Pathway
Osmolaritas meningkat
BB turun arteroskelosis
Small vessel disease Gangguan fungsi
imun
Defisit Nutrisi diabetik
Hipertensi, peningkatan kadar LDL
Gangguan infeksi penyembuhan luka
Berkurangn
ya
sensasi nekrosis
Suplai darah menurun Kerusan
Neuropati integritas
Pembedahan: amputasi
Gangguan Perfusi Jaringan
3. Rencana Tindakan.
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan adalah serangkain
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan
yang dihadapi, untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Pelaksanaa tindakan
keperawatan adalah realisasi dari perencanaan keperawatan. Tujuan dari tahap ini
adalah melakukan aktivitas keperawatan, untuk mencapai tujuan yang berpusat pada
klien (Induniasih & Sri, 2016).
Tindakan keperawatan menurut Kodim (2015) yaitu merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan perawat yang berlandaskan pada rencana tindakan asuhan
keperawatan yang telah disusun, dalam tahap pelaksanaan bertujuan membantu klien
dari masalah kesehatan yang sedang dihadapi untuk menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah perawat menyusun rencana
tindakan asuhan keperawatan dan diperuntukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Terdapat beberapa jenis tindakan
keperawatan yaitu sebagai berikut :
1) Independent implementations Tindakan keperawatan yang dilakukan
sendiri oleh perawat untuk membantu klien mengatasi masalah sesuai
kebutuhannya.
2) Interdependent/collaborative implementations Tindakan keperawatan
dengan adanya kerjasama antar tim keperawatan atau dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter.
3) Dependent implementations Tindakan keperawatan berdasarkan adanya
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog, dan
sebagainya.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil akhir dengan tujuan dan
kriteria hasil pada setiap intervensi yang dibuat (Induniasih & Sri, 2016).
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan, namun
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari suatu asuhan keperawatan. Evaluasi
dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dengan hasil yang diharapkan
dari rencana tindakan keperawatan untuk menentukan apakah perlu diubah atau tidak.
Evaluasi mengacu kepada penilaian tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses dari asuhan keperawatan dapat berhasil
atau gagal (Perry dan Potter, 2010).
Evaluasi dimulai dengan mengumpulkan data, apakah masih perlu adanya
perbaikan, apakah informasi yang telah terkumpul sudah lengkap, dan apakah respon
yang diobservasi telah sesuai. Tujuan dan intervensi evaluasi adalah untuk
menentukan apakah tujuan yang telah kita susun dapat tercapai secara efektif
(Nursalam tahun 2001
dikutip dalam Bakri 2017). Jenis-jenis evaluasi menurut Craven dan Himle tahun
2000 (dikutip dalam Kodim 2015) terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Evaluasi Struktur Evaluasi yang berfokuskan pada kelengkapan tata cara
atau keadaan tempat pelayanan keperawatan yang diberikan.
2) Evaluasi Proses Evaluasi yang berfokuskan pada cara kerja perawat dalam
pengumpulan data saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi, dan
perumusan diagnosa keperawatan serta kemampuan teknikal perawat.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
PENGAKAJIAN KEPERAWATAN UMUM
Tanggal Masuk : 21 Agustus 2022
Tanggal Masuk Igd : 21 Agustus 2022
Tanggal Pengkajian : 22 Agustus 2022
Runagan : Perawatan lantai 3 Bedah
Diagnose Medis : DM HIPERGLIKEMI
No. CM : E538XXX
DPJP : Dr. D.Sp.pd
Nama PN xxx
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Tn. s
b. Umur : 51 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Swasta
h. Suku Bangsa : Jawa
i. Bahasa yang digunakan : Indonesia
j. Alamat : Jl. Al Barkah Rt 001 Rw 003
II. IDENTITAS ORANG TUA/PENANGGUNG JAWAB
a. Nama penanggung jawab : Tn. o
b. b. Umur : 30 Thn
c. c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Status : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikian :SMA
g. Pekerjaan : Swasta
h. Suku Bangsa : Jawa
i. Bahasa Yang Digunkan : Indonesia
k. Alamat : Jl. Al Barkah Rt 001 Rw 003
III. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
a. Keluhan utama : Lemas
Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengatakan lemas mudah lelah,
tidak nafsu makan 2 hari sebelum masuk Rs, Demam, frekuensi
BAK sering dan banyak, pusing, minum sedikit
Riwayat sakit : DM ±2 tahun tidak terkontrol, minum obat jika ada
keluhan
Riwayat operasi : Tidak
Riwayat dirawat : DM
Penyakit keturunan : DM
b. Riwayat alergi : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga: DM
d. Riwayat penggunaan obat: metformin 3x1 tab , novorapid 3x10unit kadang
minum kadang tidak, kadang minum obat herbal (tidak terkontrol)
e. Riwayat minuman keras : tidak ada
f. Riwayat merokok : tidak ada
g. Nyeri : tidak ada
h. Golongan Darah : Pasien pernah d cek tapi lupa.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : sakit sedang
b. Kesdaran : compos mentis
c. GCS : E:4, M:6, V:5
d. Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR: 20 x/menit, saturasi 99
%, suhu: 36,5 C, Berat badan: 50 kg Tinggi Badan 170cm (sebelum sakit BB 55kg)
V. POLA AKTIVITAS
a. Sebelum sakit
Makan/minum : mandiri
Mandi : mandiri
Eleminasi : mandiri
Berpakaian : mandiri
Berpindah : mandiri
b. Saat Sakit
Makan/minum : dibantu sebagian
Mandi : dibantu sebagian
Eleminasi : dibantu sebagian
Berpakain : dibantu sebagian
Berpindah : dibantu sebagian
VI. Pola Tidur
a. Sebelum sakit
Pola tidur : lama 7-8 jam/hari
Kualitas tidur : tidak ada gangguan
b. Saat sakit Pola tidur : 4-5 jam
Kualitas tidur : tdk terganggu
VII. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
BAK : tidak ada kelainan, frekuensi: 10-12 x/hari, warna: kuning jernih BAB
: tidak ada kelainan, frekuensi: 1 x/hari, warna: kuning kecoklatan,
konsistensi lembek
b. Saat Sakit
BAK : tidak ada kelainan BAK spontan 10 – 12x/ hari, warna: kuning
PENGKAJIAN PERSISTEM
b. Motorik
3. Proteksi
5. Kebutuhan komunikasi
a. Bicara: normal
b. Bahasa sehari-hari: Bahasa Indonesia
c. Penerjemah: tidak
d. Hambatan belajar: tidak
e. Cara belajar yang disukai: mendengarkan
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi
tentang: proses penyakit, terapiatau obat, dan nutrisi
g. Perencanaan Edukasi :
Kolaborasi dengan DPJP dalam edukasi proses penyakit
Kolaborasi dengan Farmasi Klinik dalam edukasi terapi obat
3. Farmasi :
b. Ceftriaxone 1x2gr
c. Domperidon3x1 tab
e. Omeprazole 2x40mg
f. Paracetamol 3x1gr
KIMIA
Berat Jenis 1.005 1.005-1.000
Sediment (Mikroskopik):
Leukosit 2-3 1-6
Eritosit 0-1 0-1
Epitel Positif Positif
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Ragi Negatif Negatif
Jenis TANGGAL NILAI RUJIKAN Satuan
Pemeriksaan 23-08-2022
GULA DARAH
GDP 248* 70-110 Mg/dl
GD2PP 287* 70-140 Mg/dl
Ro thorax
a. Pathway Kasus
PATWAY KASUS
Pola Makan
Suka Makanan
Glycosuria
Berat badan turun
Osmotik diuresis
Defisit nutrisi
Resiko
Hipovole
mi
b. Analisa Data
No. Data Analisa Masalah Diagnosa
1. Data subjektif Deurisis osmotik Resiko Hipovolemik
a) Pasien mangatakan mudah
haus Penurunan pemakaian
b) Pasien mengatakan minum glukosa oleh sel
hanya sedikit-sedikit
c) Pasien mengatakan terasa
kering Hiperglikemi
d) Pasien mengatakan sering
buang air kecil ± 10x/hari 200
cc Glikosuria
Data Objektif
a) Produksi urine meningkat
b) Glukosa urine Positif 4
c) Mukosa bibir kering
d) Deurisis 1.7 cc/KgBB/Jam
e) Balance cairan -10 cc
3. Perencanaan Keperawatan
kebutuhan tubuh.
3. Libatkan keluarga
untuk pemberian intake
peroral
4. Libatkan keluarga
untuk memberikan
suasana menyenangkan
saat makan
Kolaborasi:
Edukasi
4. Implementasi Keperawatan
Evaluasi :
Jam 14.00 Sr.R
S : pasien mengatakan lemas, pusing, tidak nafsu
makan, buang air kecil sering.
O : ku sedang, kes CM akral hangat, nadi kuat,
TD 120/70 mmHg, Nadi 89 x/mnt, Suhu 36 oC,
RR 20 x/mnt, makan habis ½
Porsi , gds 309 mg/dl, balance -10 cc, deurisis: 1.7
cc/kgBB/Jam. Pasien mampu menjelaskan tanda-
tanda hiperglikemi dan cara penangan
hiperglikemi sederhana.
A : masalah keperawatan
Dx 1: resiko Hipovolemi belum teratasi
Dx 2 : ketidakstabilan gula darah belum teratasi
Dx 3 :defisit nutrisi belum teratasi
Dx 4 : kesiapan peningkatan pengetahuan teratasi
Evaluasi:
Jam 14.00 S: pasien mengatakan lemas berkurang, pusing, Sr.R
Jam 14.00
Evaluasi:
S: pasien mengatakan Pusing berkurang, nafsu
makan mulai ada, mual tidak ada, buang air kecil
sering, makan habis ¾ porsi
O: keadaan umum sedang kesadaran CM, Akral
Hangat, nadi teraba Kuat TD: 120/70 mmHg,
Nadi: 88x/m, suhu: 36,6℃, RR: 18x/menit, GDN
96 mg/dl, 2PP 136 mg/dl, deurisis +190cc dan
deurisis 1.7 cc/kgBB/jam
A: masalah Keperawatan
Dx 1: resiko Hipovolemi teratasi
Dx 2 : ketidakstabilan gula darah teratasi
Dx 3 :defisit nutrisi teratasi
P: intervensi dilanjutkan di rumah
Dengan discharge planning di
rumah.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pembahasan karya tulis ilmiah ini, penulis akan membahas kesenjangan antara data
kasus yang ditemukan dengan konsep teori. Pembahasan ini disusun sesuai dengan tujuan
khusus, yaitu: Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan, serta membahas dan menganalisa faktor pendukung
dan faktor penghambat pada Tn. S serta mencari solusi pemecahan pada masalah selama
melakukan asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian pada Tn. S dengan diabetes mellitus didapatkan hasil adalah pasien
mengalami sering Buang air kecil (polyuria), tidak nafsu makan, pusing dan lemas.
Data tersebut dikuatkan pada saat pengkajian dengan pasien mengatakan sering buang
air kecil ±8-10x/hari dan banyak, pasien mengatakan mudah lelah dan pasien
mengatakan tidak nafsu makan dikarenakan mual, pasien mengatakan terjadi
penurunan berat badan. Tanda dan gejala polifagia dan polidipsia tidak muncul pada
pasien, pengelihatan kabur pada pasien juga tidak muncul dikarenakan diabetes
mellitus pasien belum sampai menyerang organ lain. Data tersebut sesuai dengan teori
menurut Tambunan. M, (2016) yaitu tanda dan gejala pada pasien diabetes mellitus
yaitu poliuria, polidipsia, penurunan berat badan (BB), lelah. Pada kasus Tn.S
ditemukan data yang tidak sesuai dengan teori yaitu polifagia, pengelihatan kabur,
luka yang sulit sembuh, tanda dan gejala ketonasidosis diabetes atau Ketoasidosis
metabolic (KAD ) ditandai dengan nyeri pada bagian epigastrium, mual,
menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, koma dan bisa kematian. Pasien memang
mengalami mual, tapi selain itu tidak ada tanda dan gejala ketonasidosis diabetes atau
Ketoasidosis metabolic (KAD )
Pada pemeriksaan penunjang menurut teori Arifin (2011) yaitu pemeriksaan
gula darah, pemeriksaan keton dan glukosa dalam urin, pemeriksaan albumin dalam
urin. Pemeriksaan penunjang yang di temukan pada pasien hanya pemeriksaan
glukosa darah dengan hasil 392 mg/dL dan Glukosa Urine Positif 4, pemeriksaan lain
tidak di lakukan karena pada pasien tidak ditemukan tanda dan gejala yang
mengalami ketonasidosis metabolic (KAD).
Berdasarkan teori Santi (2015) penyebab dari diabetes mellitus yaitu pola
makan, obesitas, faktor genetik, pola hidup dan obat obatan yang merusak organ
pankreas. Pada kasus Tn. S di temukan bahwa faktor yang menjadi penyebab pasien
menderita diabetes mellitus yaitu faktor pola makan dan pola hidup karena pasien
tidak memiliki obesitas, tidak ada faktor genetik dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
yang dapat merusak organ pankreas.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Tn. S diagnosa yang didapatkan adalah Resiko hipovolemi berhubungan
dengan deurisis osmotik (Hipoglikemi/hiperglikemi), ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemi, dan kesiapan peningkatan pengetahuan. Masalah defisit
nutrisi juga ditemukan pada TN. S hanya saja etioliginya tidak sesuai dengan teori, etiologi
yang terjaid pada TN. S disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang diperkuat
dengan data pasien mengatakan tidak nafsu makan, serta pasien merasakan mual, dan terjadi
penurunan berat badan. Data tersebut sesuai dengan teori menurut Pada teori diagnosa
keperawatan menurut Regulasi RS Hermina Daan Mogot ( 2020).
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan dibuat sesuai dengan kondisi klien dan sesuai dengan teori,
diagnosa yang pertama yaitu resiko Hipovolemi berhubungan dengan deurisis osmotik
rencana Tindakan pada diagnosa ini identifikasi resiko ketidakkeseimbangan cairan,
identifikasi adanya tanda-tanda dehidrasi, hitung balance dan deurisis pasien, anjurkan pasien
untuk cukup minum dan makan sedikit tapi sering. Diagnosa yang kedua ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia rencana tindakan pada diagnosa ini
adalah kaji tanda tanda hipoglikemia pada pasien, kaji GDS pada pasien, kaji intake dan
output cairan pada pasien, kaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa membuat
kadar glukosa naik, pantau nutrisi pada pasien, berikan asupan cairan oral pada pasien,
berikan dukungan pada pasien untuk patuh terhadap program pengobatan, berikan penkes
tentang diet DM pada pasien, anjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga saat kadar
glukosa <70 mg/dL, anjurkan pasien untuk taat terhadap diet dan olahraga, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi glukosa, libatkan keluarga dalam memantau nutrisi pada
pasien. Diagnosa yang ketiga yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan rencana tindakan untuk diagnosa ini adalah kaji makanan yang disukai dan tidak
disukai pasien, kaji alergi makanan pada pasien, kaji IMT pada pasien, monitor hasil
pemeriksaan laboratorium pada pasien, sajikan makanan dalam keadaan hangat, bantu pasien
untuk makan, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, anjurkan pasien untuk minum
air hangat sebelum makan, edukasi pasien tentang pentingnya nutrisi pada penyakit DM,
libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien, kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet DM, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
mual. Diagnosa yang keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan Tindakan untuk
diagnose ini adalah berikan edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa
darah menjadi tinggi, libatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada kasus Tn. S dengan diabtes mellitus
pada diagnosa yang pertama yaitu resiko hipovolemi berhubungan dengan deurisis osmotik
adalah mengkaji mengidentifikasi resiko keseimbangan cairan, mengidentifikasi tanda-tanda
dehidrasi, menghitung balance dan deurisis pasien, melibatkan keluarga untuk memberikan
intake peroral. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa kedua
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia adalah mengkaji
tanda tanda hipoglikemia pada pasien, mengkaji GDS pada pasien, mengkaji intake dan
output cairan pada pasien, mengkaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa membuat
kadar gula darah naik, memantau nutrisi pada pasien, memberikan dukungan pada pasien
untuk patuh terhadap program pengobatan, memberikan penkes tentang diet DM pada pasien,
menganjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga saat kadar glukosa <70 mg/dL,
menganjurkan pasien untuk taat terhadap diet dan olahraga, memberikan terapi glokusa,
melibatkat keluarga dalam memantau nutrisi pada pasien. Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada diagnosa yang keketiga yaitu defiit nutrisi berhubungan dengan kurangnya
asupan makanan adalah mengkaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien, mengkaji
alergi makanan pada pasien, mengkaji IMT pada pasien, memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium pada pasien, menyajikan makanan dalam keadaan hangat, menganjurkan pasien
untuk makan sedikit tapi sering, menganjurkan pasien untuk minum air hangat sebelum
makan, memberikan edukasi pasien tentang pentingnya nutrisi pada penyakit DM, melibatkan
keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien, memberikan makanan
pada pasien sesuai diet yaitu diet DM, dan memberikan obat mual jika perlu. Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan diagnosa keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan
memberikan edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa darah menjadi
tinggi, melibatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.
Tindakan keperawatan yang tidak dilakukan adalah Berikan asupan cairan oral pada
pasien karena pasien tidak mengalami dehidrasi, Membantu pasien untuk makan karena
pasien masih sanggup untuk makan sendiri dan kadang dibantu oleh keluarganya, Berikan
perawatan kulit pada bagian yang luka dan memberikan obat topikal karena tidak ada luka
pada pasien. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan terdapat beberapa factor pendukung
yaitu penulis dapat bekerja sama dengan perawat ruangan dalam memberikan asuhan
keperawatan, serta keluarga dan pasien sangat kooperatif selama asuhan keperawatan
berlangsung.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut teori Wahid dan Suprapto (2015) pernyataan evaluasi keperawatan terdiri
dari dua komponen, yaitu data yang tercatat (yang menyatakan status kesehatan sekarang)
dan pernyataan konklusi (yang menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada pasien).
Evaluasi pada diagnosa yang pertama yaitu resiko hipovolemi berhubungan dengan
deurisis osmotik teratasi karena balance cairan +190 cc dan deurisis 1.7 cc/kgBB/jam.
Evaluasi pada diagnosa kedua ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hipoglikemia teratasi karena hasil GDN pasien 96 mg/dL dan hasil 2PP pasien 136 mg/dl
yang merupakan kategori belum tentu DM, pasien juga sudah mengerti tentang nutrisi pada
penyakit DM dan mengatakan akan mematuhi diet tersebut. Evaluasi pada diagnosa yang
ketiga yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan teratasi karena
pasien makan sudah habis 3/4 porsi. Evaluasi pada diagnosa pada diagnosa yang keempat
yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan teratasi karena pasien sudah memahami tanda-tanda
hiperglikemi dan diet untuk pasien diabetes militus. Pada tahap ini penulis tidak menemukan
faktor penghambat dan kerjasama dengan perawat ruangan berjalan dengan baik selama
mengevaluasi pasien secara langsung.
BAB 5
PENUTUP
Penulis memberikan asuhan keperawatan kepada TN. S dengan Diabetes Mellitus dari
pengkajian hingga evaluasi di Ruang Perawatan 3 Bedah RS Hermina Daan Mogot pada
tanggal 22 Agustus 2022 sampai dengan 24 Agustus 2022. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis akan menguraikan kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dapat disimpulkan bahwa TN. S dengan
Diabetes Mellitus ditemukan data pasien tampak lemah, hasil GDS pasien 392
mg/dL, terjadi peningkatan jumlah urine pada pasien, pasien menghabiskan
makan ½ sendok, tidak nafsu makan, pusing, hasil IMT pasien 17.3%.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn. S dengan Diabetes
Mellitus yaitu resiko hipoglikemi berhubungan dengan deurisis osmotik,
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia, defisit
nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, dan kesiapan
peningkatan pengetahuan.
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan dibuat sesuai dengan kondisi klien dan sesuai
dengan teori, diagnosa yang pertama yaitu resiko Hipovolemi berhubungan
dengan deurisis osmotic rencana Tindakan pada diagnosa ini identifikasi resiko
ketidakkeseimbangan cairan, identifikasi adanya tanda-tanda dehidrasi, hitung
balance dan deurisis pasien, anjurkan pasien untuk cukup minum dan makan
sedikit tapi sering. Diagnosa yang kedua ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hipoglikemia rencana tindakan pada diagnosa ini adalah kaji
tanda tanda hipoglikemia pada pasien, kaji GDS pada pasien, kaji intake dan
output cairan pada pasien, kaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa
membuat kadar glukosa naik, pantau nutrisi pada pasien, berikan asupan cairan
oral pada pasien, berikan dukungan pada pasien untuk patuh terhadap program
pengobatan, berikan penkes tentang diet DM pada pasien, anjurkan pasien untuk
tidak melakukan olahraga saat kadar glukosa <70 mg/dL, anjurkan pasien untuk
taat terhadap diet dan olahraga, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
glukosa, libatkan keluarga dalam
memantau nutrisi pada pasien. Diagnosa yang ketiga yaitu defisit nutrisi
berhubungan dengan kurangnya asupan makanan rencana tindakan untuk diagnosa
ini adalah kaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien, kaji alergi
makanan pada pasien, kaji IMT pada pasien, monitor hasil pemeriksaan
laboratorium pada pasien, sajikan makanan dalam keadaan hangat, bantu pasien
untuk makan, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, anjurkan pasien
untuk minum air hangat sebelum makan, edukasi pasien tentang pentingnya
nutrisi pada penyakit DM, libatkan keluarga untuk membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi pada pasien, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
DM, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mual. Diagnosa yang
keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan Tindakan untuk diagnose ini
adalah berikan edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa darah
menjadi tinggi, libatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.
d. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada kasus Tn. S dengan diabtes
mellitus pada diagnosa yang pertama yaitu resiko hipovolemiberhubungan dengan
deurisis osmotik adalah mengkaji mengidentifikasi resiko keseimbangan cairan,
mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi, menghitung balance dan deurisis pasien,
melibatkan keluarga untuk memberikan intake peroral. Tindakan keperawatan
yang teklah dilakukan pada diagnosa kedua ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hipoglikemia adalah mengkaji tanda tanda hipoglikemia
pada pasien, mengkaji GDS pada pasien, mengkaji intake dan output cairan pada
pasien, mengkaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa membuat kadar
gula darah naik, memantau nutrisi pada pasien, memberikan dukungan pada
pasien untuk patuh terhadap program pengobatan, memberikan penkes tentang
diet DM pada pasien, menganjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga saat
kadar glukosa <70 mg/dL, menganjurkan pasien untuk taat terhadap diet dan
olahraga, memberikan terapi glokusa, melibatkat keluarga dalam memantau
nutrisi pada pasien. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa
yang keketiga yaitu defiit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
adalah mengkaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien, mengkaji alergi
makanan pada pasien, mengkaji IMT pada pasien, memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium pada pasien, menyajikan makanan dalam keadaan hangat,
menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, menganjurkan pasien untuk
minum air hangat sebelum makan, memberikan edukasi pasien tentang pentingnya
nutrisi pada penyakit DM, melibatkan keluarga untuk membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi pada pasien, memberikan makanan pada pasien sesuai diet yaitu
diet DM, dan memberikan obat mual jika perlu. Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan diagnosa keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan memberikan
edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa darah menjadi tinggi,
melibatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang terdapat pada kasus Tn. S yaitu diagnosa keperawatan tertasi semua
dikarenakan waktu dalam pemberian asuhan keperawatan cukup.
f. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat ruangan diharapkan dapat lebih memperhatikan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus terutama pada tanda dan gejala
peningkatan kadar glukosa darah.
2. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat mengontrol makanan dan dapat rutin meminum obatnya
untuk mengontrol kadar glukosa darah.
3. Bagi Keluarga
Penulis berharap agar keluarga selalu memantau makanan bagi pasien dan selalu
memberi semangat atau dukungan kepada pasien. Pasien diharapkan untuk patuh
meminum obat.
DAFTAR PUSTAKA