Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN GANGGUAN SISTEM


ENDOKRIN DIABETES MELLITUS (HIPERGLIKEMI) DI RUANG
PERAWATAN LT 3 BEDAH
RS HERMINA DAAN MOGOT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Diklat


Program Pearawatan Umum 3
Di Rumah Sakit Hermina Daan Mogot

OLEH :

RISKI BUDIARTI, A Md

Kep 05.20150701.05

DIKLAT RUMAH SAKIT HERMINA DAAN MOGOT

Jln. Kintamani raya no. 2 kawasan daan mogot baru, Jakarta barat
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah ganguan metabolis yang ditandai dengan hipoglikemi


dan hiperglikemi yang berhubugan dengan abnormalitas metabolism karbohidat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sisitifitas isulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler dan neoropati.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018, WHO
memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun
menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta.
Diabetes tidak hanya menyebabkan kematian premature diseluruh dunia.
Penyakit ini juga menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung , dan gagal
ginjal. Organisasi Internasional Diabetus Federation (IDF) memperkirakan
sedikitnya terdapat 463 juta orang pdada usia 20-79 tahun di dunia menderita
diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3 % dari
total penduduk usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan
prevalansi diabetes di tahun 2019 yaitu 9 % dan pada perempuan 9,65 % laki-laki.
Prevelensi diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan umur penduduk
menjadi 19,9 % atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka
diprediksiterus meningkat hingga mencapai 578 juta ditahun 2030 dan 700 juta
ditahun 2045. Menurut info KEMENKES (2020).
Berdasarkan data rekam medik pada priode Mei-Juli tahun 2022 penderita
diabetes mellitus di RS Hermina Daan Mogot memiliki 224 pasien.
NO BULAN JUMLAH PERSENTASE

1 MEI 70 31.25%

2 JUNI 90 40%

3 JULI 64 28.75%

JUMLAH 224
Peran perawat dalam menangani pasien dengan diabetes mellitus tipe ini
mencangkup beberapa aspek, yaitu aspek promotis, aspek preventif, aspek kuratif
dan aspek rehabilitasi. Aspek promotif dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang pola makan sehat untuk penderita diabetes dan pentingnya kegiatan jasmani.
Aspek preventif memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi
penyakit. Aspek kuratif yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
berkolaborasi pemberian insulin dan pengecekan kadar gula darah. Aspek
rehabilitasi yaitu masa pemulihan dalam penyakit agar tidak berulang.
Masalah diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan
komplikasi yang lebih berat maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan DM (Hiperglikemi) Di Ruang
Perawatan Lt3 BEDAH RS Hermina Daan Mogot”.
B. Tujuan Kasus
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatn pada Tn. S dengan DM Tipe II
a. Tujuan umum pembuatan makalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diabetes mellitus.
b. Tujuan Khusus mampu mengapilkasikan pengkajian, diagnose keperawatan,
implementasi dan evaluasi pasien dengan diabetes melitus.
BAB II

KONSEP DASAR

A. KONSEP ASUHAN MEDIS

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah ganguan metabolis yang ditandai dengan hipoglikemi dan
hiperglikemi yang berhubugan dengan abnormalitas metabolisme karbohidat lemak dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sisitifitas isulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,makrovaskuler dan neoropati.

Diabetes melitus (DM) yang oleh masyarakat umum disebut dengan kencing manis
adalah penyakit kronis yang ditandai dengan menurunnya gula darah (hipoglikemi kadar <70
mg/dL) dan peningkatan gula darah ( hiperglikemi kadar >200 mg/dL) dalam tubuh
seseorang karena insulin yang dihasilkan oleh pancreas tidak mencukupi untuk
menyeimbangkan kadar gula yang masuk dalam tubuh seseorang (WHO, 2013).

Diabetes melitus atau kencing manis adalah penyakit degeneratif tidak menular karena
peningkatan dan penurunan kadar gula dan gagalnya organ pankreas untuk memproduksi
hormon insulin (Suiraoka, 2012).

Diabetes melitus adalah naiknya dan turunnya kadar glukosa dalam darah dan sel beta
tidak memproduksi insulin (DM tipe I) dan memproduksi insulin tetapi jumlah insulin tidak
cukup atau tidak optimal (DM tipe II) (Marry dan Donna dalam Keperawatan Medikal Bedah
2014).

2. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel
beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel-sel antibodi anti pankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran
sel yang responsir terhadap insulin
Menurut Bruner dan Suddarth (2013), diabetes melitus dibagi menjadi 2, yaitu
diabetes melitus primer dan diabetes mellitus sekunder.
a. Diabetes Mellitus primer disebabkan oleh faktor herediter, obesitas,
kelainan pancreas dan pertambahan usia.
1) Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau diabetes mellitus
tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel beta pulau
langerhens akibat proses auto imun.
2) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau diabetes
mellitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel
beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya atau
terjadi defisiasi relatif insulin ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama dengan bahan terangsang sekresi
insulin lain.
b. Diabetes Mellitus sekunder di sebabkan oleh kelainan hormonal, karena
obat, kelainan insulin dan sindrom genetik. Selain itu juga terdapat faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus :
1) Usia Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun.
2) Obesitas dan genetik Diperkirakan terdapat suatu sifat genetik
yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pancreas
mengeluarkan insulin yang berbeda, atau reseptor insulin tidak
dapat merespon secara adekuat terhadap insulin. Hal ini
diperkirakan ada kaitannya antara genetik dan rangsangan
berkepanjangan reseptor–respektor insulin.
3) Malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga zat
sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang menjadi
sumber karbohidrat di beberapa kawasan asia dan afrika berperan
dalam patogenisnya (Waspadji, 2009).
4) Riwayat keluarga. Keturunan adalah satu faktor yang berperan
dalam diabetes mellitus, bila kedua orang tua menderita penyakit
ini, maka semua anaknya juga menderita penyakit yang sama.
3. Klasifikasi DM

a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA)
2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses
autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan
terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes
tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara
berkembang (IDF, 2014).
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali
diabetes tipe 2 di diagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah
komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM
di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor
risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).
c. Diabetes gestational Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang
didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan
hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO,
2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
d. Tipe diabetes lainnya Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang
terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan
mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat
kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA,
2015).
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk DM menurut Syaifuddin (2011) yaitu:
1. Tes kadar glukosa darah
Kadar Glukosa Darah sewaktu (mg/dl)

KADAR GLUKOSA DM BELUM PASTI DM


DARAH

PLASMA VENA .> 200 100 - 200

DARAH KAPILER >200 80 - 100

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)


KADAR GLUKOSA DM BELUM PASTI DM
DARAH PUASA

PLASMA VENA >120 110 - 120

DARAH KAPILER >110 90 -110

Table : Kadar gula darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimati sebagai
patokan penyaring.

Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1mmol/L)


b. Glukosa plasa puaasa >140mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradial (pp) > 200 mg/dl).

2. Tes laboratorium DM Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnosis,
tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeketsi komplikasi.
1. Tes saring
a) Dilihat dari hasil tes gula darah puasa (GDP)
b) Dilihat dari hasil tes gula darah sewaktu (GDS)
c) Tes Glukosa Urin:
 Tes konversiona (metode reduksi/Benedict)
 Tes carik celup (metode gluko oxidase/hoxokinase)
2. Tes diagnosis
a) Gula darah puasa (GDP)
b) Gula darah sewaktu (GDS)
c) Gula darah 2 jam post pradial (GD2PP)
d) Glukosa jam ke-2 TTGO
3. Tes pemantauan terapi
a) GDP : plasma vena, darah kapiler
b) GD2 PP : plasma vena
c) HBA1c : darah vena, darah kapiler
4. Tes mendeteksi komplikasi
a) Mikroalbuminuria : urin
b) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
c) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
d) Kolesterol HD : plasma vena (puasa)
e) Trigliserida : plasma vena (puasa)
f) Ureum, keratin, Asam Urat
5. Manifestasi Klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya:

a. Pengeluaran urin (Poliuria) Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih
dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala
DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin.
Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang
dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
b. Timbul rasa haus (Polidipsia) Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul
karena kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan.
c. Timbul rasa lapar (Polifagia) Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal
tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar
glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).
d. Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.
e. Gangguan syaraf tepi atau kesemutan
Pada penderita DM regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak
sel persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan. Meskipun kedua diabetes
tipe 1 dan 2 dapat memperlihatkan gambaran klinis yang dijabarkan di atas, pada
kedua tipe ini dapat muncul gejala dan komplikasi yang disebutkan di bawah.
Individu pengidap diabetes tipe 2 sering memperlihatkan satu atau lebih gejala
non spesifik, antara lain:
1) Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di
sekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan darah.
2) Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air atau,
pada kasus yang lebih berat kerusakan retina.
3) Paretesin atau abnormalitas sensasi kadar kandidiasis vagina(infeksi ragih,
akibat peningkatan kadar glukosa.
4) Kandidisis sekret vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun
5) Pengecilan otot dapat terjadi karena protein otot memenuhi kebutuhan
energi tubuh.
Pathway

Kerusakan sel α dan β pankreas

Kegagalan produksi Produsi glucagon berlebih

Resiko Kekurangan Volume Caitran


Meningkatnya gula Membuang massa tubuh
darah

Osmolaritas meningkat

Peningkatan gula darah kronik


poliuri polidipsi poliphagi

BB turun arteroskelosis
Small vessel disease Gangguan fungsi
imun
Defisit Nutrisi diabetik
Hipertensi, peningkatan kadar LDL
Gangguan infeksi penyembuhan luka

Berkurangn
ya
sensasi nekrosis
Suplai darah menurun Kerusan
Neuropati integritas
Pembedahan: amputasi
Gangguan Perfusi Jaringan

Nyeri Intoleransi aktivitas


6. Patofisiologi DM
Menurut Price dan Sylvia (2012), diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sel-sel β pulau
Langerhans dalam kelenjar pankreas, sehingga hormon insulin disekresikan dalam
jumlah yang sedikit, bahkan tidak sama sekali. Diabetes mellitus juga dapat
disebabkan oleh terjadinya penurunan sensitifitas reseptor hormon insulin pada sel.
Metabolisme adalah proses pembentukan energi di dalam tubuh. Dalam proses
metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu bertugas memasukkan glukosa
ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah
suatu zat atau hormone yang disekresikan oleh sel–sel beta yang salah satu dari empat
tiap sel dalam pulau–pulau langerhans pankreas. Insulin diumpamakan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di
dalam sel glukosa itu dioksidasi menjadi energi atau tenaga (Julianto Eko, 2011).
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel–
sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping itu, glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan) (Brunner
and Suddarth, 2013).
Tidak adanya insulin disebabkan oleh reaksi autoimun yang disebebkan karena
adanya peradangan di sel beta pankreas. Ini menyebabkan timbulnya reaksi antibodi
terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen dengan
antibodi yang ditimbulkan menyebabkan hancurnya sel beta (Julianto Eko, 2011).
Menurut Brunner and Suddarth (2013), apabila konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diueresis osmotic.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainya mencangkup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam–asam
amino
serta substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan
keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang mengganggu keseimbangan asam–basa (penurunan pH) tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Keadaan ini disebut asidosis metabolic yang diakibatkanya
dapat menyebabkan tanda–tanda dan gejala seprti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton, dan bila tidak ditangani akan
menimbulkanperubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Penderita Diabetes
Mellitus dapat mengalami perubahan atherosklerotik pada arteri-arteri besar,
perubahan-perubahan ini sama seperti pada orang non diabetik, insulin berperan
utama dalam memetabolisme lemak atau lipida. Pada penderita Diabetes Mellitus
sering terjadi kelainan lipida. Hiperliproteinemia pada Diabetes mellitus merupakan
akibat dari adanya very low density lipoprotein yang berlebihan. Pengecilan lumen
pembuluh- pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan dan
dapat menyebabkan iskemia jaringan, sehingga dapat timbul penyakit vaskuler
seperti: penyakit cerebravaskuler, penyakit arteri koroner, sternosis arteri renalis,
vaskuler perifer dan penyakit ekstermitas seperti gangren.Pada diabetes tipe II
terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat meimbulkan masalah
akut lainnyayang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
(HHNK). Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe II
yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien
menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak
terdeteksinya penyakit diabetes jangka bertahun–tahun adalah komplikasi diabetes
jangka panjang
(misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah
terjadi sebelum diagnosa ditegakkan.
7. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus menurut American Diabetes Associaton (2017),
Khasanah (2017), Guttormsen K (2017) yaitu:
a. Komplikasi Akut
1. Hipoglikemia
Menurunnya kadar gula darah karena aktivitas berlebih, mengkonsumsi
obat penurun gula atau insulin. Gejalanya lelah, pusing, pucat, gemetar,
merasa lapar, jantung berdebar, kadar gula dibawah 80 mg/dL, konsentrasi
menurun, kesadaran menurun.
2. Ketosisdosis diabetic
Kondisi gawat pada penderita DM, sering ditemukan pada DM tipe I tapi
tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada DM tipe II, penyebabnya
karena lebihnya pemecahan lemak dan munculnya keton. Gejalanya adalah
nafas sesak, kelelahan, kebingungan, nafas berbau buah, kadar darah
sangat tinggi, peningkaran keton di dalam darah.
3. Menurunnya tingkat kesadaran
Terjadi karena tingginya kadar gula darah, ditandai dengan respon saat di
panggil tidak ada (apatis) dan bingung saat di ajak berkomunikasi.
4. Hiperglikemi
Tingginya kadar gula dalam darah lebih dari 200 mg/dL. Tanda dari
hiperglikemi adalah banyak minum (polidipsi) sering BAK (poliuri) dan
sering merasa lapar (polipagi).
b. Komplikasi Kronis
1. Jantung coroner
Komplikasi yang menyebabkan kematian, terjadi pada penderita dengan
hipertensi, merokok, gemuk, kelebihan lemak. Jantung koroner terjadi
pada gangguan pembuluh darah besar (makrovaskuler) karena
peningkatan tekanan darah.
2. Stroke
Stroke karena adanya gangguan peredaran darah di otak, tidak lancarnya
peredaran darah ke otak karena hipertensi dan kekakuan pembuluh darah
sehingga otak kekurangan oksigen (iskemik). Stroke terbagi menajadi
stroke hemoragik (pecahnya pembuluh darah otak) dan stroke non
hemoragik (penurunan suplai oksigen ke jaringan otak, sehingga sel otak
mati).
3. Hipertensi
Terjadinya hipertensi jika tekanan darah lebih dari 140/80 mmHg, pada
penderita DM dianjurkan untuk sering mengontrol tekanan darah, karena
hipertensi salah satu penyebab dan tanda dari stroke dan jantung koroner.
4. Kerusakan ginjal
Kerusakan ginjal dapat terjadi karena kerja ginjal yang terlalu berlebihan
dalam jangka waktu lama mengekresi darah yang banyak mengandung
glukosa, ditandai dengan adanya protein dalam urin (proteinuria) maka
dari itu pada penderita DM dianjurkan untuk mengotrol kadar gula darah
dan menghindari obat yang dapat merusak ginjal. Terjadinya komplikasi
diabetes pada ginjal di tandai dengan adanya mikroalbuminuria (30-300
mg/hari) disebut insipient nephropathy. Sehingga akan terjadi penurunan
laju filtrasi glomelurus, bila tidak di tangani lebih lanjut maka akan
menjadi penyakit ginjal tahap akhir atau gagal ginjal.
5. Retinopati diabetik
Terjadi karena penumpukan sorbitol di lensa mata sehingga menarik
cairan di mata dan mata tidak jernih lagi (kabur), retinopati diabetik
penyebab utama kebutaan, biasanya terjadi pada seseorang yang berusia
lebih dari 40 tahun.
6. Ulkus DM
Terjadi karena adanya luka yang menyebabkan kerusakan dibagian kulit
bagian epidermis, dermis, subkutan dan menyebar sampai ke dalam
jaringan dan tulang. Kulit yang terdapat ulkus dapat berubah warna
menjadi abu-abu sampai gelap. Pada pasien dengan neuropati akan terjadi
pengurangan produksi kelenjar keringat dan beresiko terjadinya infeksi.
7. Neuropati diabetik perifer
Gangguan fungsi saraf terutama bagian kaki karena banyaknya saraf tepi
dengan keluhan gangguan motorik dan sensori karena luka pada neuropati
diabetik dapat berujung pada amputasi
8. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan diabetes mellitus, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila
dalam langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat
dikombinasi dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat
hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya (Sudoyo Aru,dkk. 2009).
a. Terapi Farmakologi
1) Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas dalam merespon
glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino tersusun
dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30
asam amino. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam
pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa
dari darah ke dalam sel. Macam-macam sediaan insulin:
a) Insulin kerja singkat
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai kerjanya baru sesudah
setengah jam (injeksi subkutan), contoh: Actrapid, Velosulin, Humulin
Regular.
b) Insulin kerja panjang (long-acting)
Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya larutnya di cairan
jaringan dan menghambat resorpsinya dari tempat injeksi ke dalam darah.
Metoda yang digunakan adalah mencampurkan insulin dengan protein atau
seng atau mengubah bentuk fisiknya, contoh: Monotard Human.
c) Insulin kerja sedang (medium-acting)
Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat divariasikan dengan
mencampurkan beberapa bentuk insulin dengan lama kerja berlainan, contoh:
Mixtard 30 HM
2) Obat Anti diabetik Oral
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien
diabetes mellitus tipe II. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat.
a) Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar
pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas
masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan
sekresi insulin oleh kelenjar pankreas.
b) Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin menurunkan
glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat
selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga menekan nafsu
makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga layak diberikan pada
penderita yang overweight.
c) Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas dan
berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan
kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati, sebagai efeknya
penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat.
Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan
yaitu resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak
menyebabkan kelelahan sel β pankreas. Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.
d) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.
Contoh: AcarboseSedangkan Penatalaksanaan menurut Brunner&Suddarth
(2018) ada lima komponen yang perlu diperhatikan yaitu nutrisi, olahraga,
pemantauan, terapi farmakologis dan edukasi.
1) Pada diabetes mellitus tipe I dilakukan terapi primer yaitu dengan insulin
2) Pada diabetes mellitus tipe II dilakukan terapi primer yaitu dengan
penurunan berat badan (BB) dan pengaturan makanan.
3) Untuk meningkatkan keefektifan insulin maka harus berolahraga
4) Jika diet dan penurunan BB tidak berhasil maka dilakukan dengan
penggunaan agens hipoglikemik oral.
5) Dalam terapi diabetes mellitus yang bervariasi selama perjalanan penyakit
perlu adanya perubahan gaya hidup, status fisik serta emosional dan juga
kemajuan terapi maka perlu terus dikaji dan modifikasi dalam rencana
serta
lakukan penyesuaian terapi setiap hari. Maka edukasi perlu diberikan
untuk pasien dan keluarga.
Pasien dengan diabetes mellitus membutuhkan perawatan oleh
pelayanan kesehatan untuk mendapat manajemen dan pencegahan terjadinya
komplikasi seperti gangguan pada sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan,
sistem integumen dan gangguan pada ginjal (IDF 2019 dalam Jurnal
BIOSAINSTEK Vol. 1 No. 1 Juli 2019). Selain empat pilar utama
pengendalian DM tipe 2 berupa edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani,
dan intervensi farmakologis, perlu juga kualitas tidur yang baik. Kualitas
tidur yang optimal merupakan intervensi tambahan dalam memperbaiki
kontrol glukosa pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (Wahyu 2015dalam
Jurnal BIOSAINSTEK Vol. 1 No. 1 Juli 2019).
b. Terapi non Farmakologi
1) Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
dari pengelolaan DM secara holistik.
2) Terapi nutrisi medis (TNM)
Penderita DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yg
menggunakan obat penurun glukosa atau insulin.
3) Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan Latihan jasmani secara teratur ( 3-5 hari
seminggu selama sekitar 30-45 menit, denngan total 150 menit perminggu,
dengan jeda antar Latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut). Latihan
jasmani yg d anjurkan berupa Latihan bersifat aerobic dengan intensitas
sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, sepeda santai,
jogging dan berenang. Denyut jantung maksimal di hitung dengan cara= 220-
usia pasien.

B. Konsep Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus


1. Pengakajian
Pengkajian menurut Santosa, Budi, 2008 sebagai berikut :
1) Identitas klien, meliputi:
Nama pasien, tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
Pendidikan, No rekam medis.
2) Keluhan utama
1. Kondisi hiperglikemi:
Pengelihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu
tubuh meningkat, sakit kepala.
2. Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir,
pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3) Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya pasien masuk ke Rs dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit dan
disertai bisul tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Selain itu klien jga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram
otot, gangguan tidur/ istirahat, haus, pusing sakit kepala, kesulitan orgasme pada
Wanita dan masalah impoten pada pria.
4) Riwayat Kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pancreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikosteroid,
furosemide, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandun estrogen.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
6) Pengkajian persistem
a) Aktifitas dan istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak dan berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi, disorientasi, koma
b) Sirkulasi
Gejala: adanya Riwayat penyakit hipertensi, infark miocard akut, kebas,
kesemutan pada ekstermitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda: takikardi, perubahan TD postural, nadi menurun, disaritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c) Intergitas Ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda: ansietas, peka terhadap rangsangan
d) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (polyuria), nocturia, rasa nyeri kebakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan Abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada
diare.
e) Makana dan Cairan
Gejala: hilangnya nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosan atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus,
penggunaan deuritik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid, nafas bau aston.
f) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
pengelihatan.
Tanda: disorientas, mengantuk, laetargi, stupot/koma, gangguan memori,
refleks tendon menurun, kejang.
g) Kardiovaskuler
Takikardi/ nadi menurun atau tidak ada, perubahan tensi postural.
h) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum
Tanda: pernafasan dalam dan cepat, frekuensi meningkat.
i) Seksualitas
Rabasa vagina, impoten pada laki-laki, kesulitan ogansme pada Wanita
j) Gastro intestinal
Muntan, penurunan BB, kekakuan/ distensi abdomen, ansietas, wajah
meringis, bising usus lemah/ menurun.
k) Musculoskeletal
Tonus tendong menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, refleks
tendong menurun, kesemutan/ rasa berat pada tungkai.
l) Integument
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaphoresis (keringat banyak), kulit rusak , lesi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemi/
hiperglikemi
2. Resiko hipovolemi berhubungan dengan deurisis osmotic
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan nutrisi
4. Resiko cidera berhubungan dengan perubahan sensasi, pandangan kabur
5. Resiko tinggi perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia dan
penuruan aliran arteri/ vena
6. Gangguan intergiritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi

3. Rencana Tindakan.

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan Observasi:
glukosa darah tindakn keperawatan 1. Monitor keadaan umum dan
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan monitor tanda tanda vital
hipoglikemi/ hiperglikemi keseimbangan kadar 2. Identifikasi tanda dan gejala
gula darah membaik. hipoglikemia dan
Kriteria Hasil: hiperglikemia
1. GDS dalam 3. Monitor kadar gula dsarah
batas normal sesuai indikasi
2. Keadaan umum 4. Identifikasi kemungkinan
baik penyebab
3. Tidak merasa hipoglikemi/hiperglikemi
lemas Teraupetik:
4. Pusing menurun 1. Berikan karbohidrat
sederhana jika perlu
2. Berikan glukosa intra vena
sesuai indikasi
3. Motivasi untuk asupan
cairan peroral
4. Pertahanakan akses intra
vena
5. Pertahankan kepatenan jalan
nafas jika diperlukan
6. Libatkan keluarga dalam
memantau intake dan output
Kolaborasi
Kolaborasi unutk
pemeriksaan kadar gula
darah dan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
pengaturan diet.
2. Resiko hipovilemik Setelah dilakukan Obeservasi
berhubungan dengan tindakn keperawatan 1. Identifikasi resiko
deurisis osmotic (dari 3x24 jam diharapkan ketidakseimbangan cairan
hipoglikemi/hiperglikemia ketidakseimbangan 2. Identifikasi adanya tanda
cairan dan elektrolit dehidrasi Hitung balance
tidak terjadi. cairan dan diuresis
Kriteria hasil: Teraupetik
1. Tanda tanda vital 1. Timbang berat badan tiap
dalam batas hari
normal (tekanan 2. Berikan hidrasi yang
darah, nadi, suhu, adekuat sesuai kebutuhan
pernapasan) tubuh
2. Mual/muntah 3. Libatkan keluarga untuk
tidak ada pemberian intake output
3. Tidak ada tanda 4. Libatkan passion dan
dehidrasi (elastis keluarga untuk melakukan
tugor kulit baik, pencatatan intake output.
mukosa bibir Kolaborasi
lembab, tidak ada
rasa haus Kolaborassi pemberian
berlebih) cairan parentl dan
pemeriksaan laboratorium :
elektrolit dan hematocrit

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi


berhubungan dengan tindakn keperawatan 1. Monitor keadaan
kurangnya asupan 3x24 jam diharapkan abdomen, bising usus
makanan Nutrisi membaik dan distensi abdomen
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi adanya
1. Pasien nafsu mual dan muntah
makan membaik Teraupetik
2. Pasien tidak 1. Timbang BB tiap hari

merasa mual saat 2. Berikan makanan dalam

makan porsi kecil tetapi sering


3. Pasien daan dalam kondisi
menghabiskan hangat
makan 1 porsi 3. Berikan makanan yang
mengandung cukup
cairan, rendah serat,
tinggi protein dan tidak
menimbulkan gas
4. Berikan oral hygiene
secara teratur
5. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
6. Libatkan keluarga untuk
memberikan suasana
menyenangkan pada
saat makan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan passion Pemberian
nutrisi parenteral sesuai.

4. Resiko cedera Setelah dilakukan Observasi


berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi apakah
perubahan sensasi , 3x24 jam di harapkan pasien mempunyai
peradangan kabur, cidera tidak terjadi. faktor sebelumnya
disfungsi autoimun. Kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan
1. Pasien terbebas keamanan pasien,
dari cidera sesuai dengan kondisi
2. Pasien mampu fisik ( adanya gangguan
cara mencegah penglihatan)
cidera. Teraupetik
1. Sediakan lingkungan
yang aman dan nyaman
2. Hindari lingkungan
yang berbahaya
3. Lakukan monitpring
lanjutan ada pasien yang
beresiko cidera
4. Berikan penanda yang
sudah distandarkan pada
pasien yang beresiko
cedera sesuai hasil
scoring
5. Tempatkan saklar lampu
di tempat yang mudah
terjangkau pasien
6. Libatkan keluarga
untuk pendampingan
passion
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian terapi
jika diperlukan

5. Resiko tinggi perfusi Setelah dilakukan Obersevasi


perifer tidak efektif tindakan keperawatan 1. Monitor TTV dan catat
berhubungan dengan 3x24 jam di harapkan perubahan terutama
hiperglikemia dan frekuensi, kekuatan
penuruan aliran arteri/ nadi
vena 2. Identifikasi adanya pucat,
sianosis, kulit dingin atau
lembab
Teraupetik
1. Hindari pemasangan infuse
atau pengambilan darah
diarea keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstermitas
dengan keterbatasan perfusi
3. Lakukan pencegahan infeksi
4. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Kolaborasi
1. kolaborassi pemeriksaan
laboratorium dan pemberian
komponen darah
6. Gangguan intergiritas kulit Setelah dilakukan Observasi
/ jaringan berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi apakah pasien
dengan perubahan 3x24 jam di harapkan mempunyai faktor resiko
sirkulasi integritas kulit/jaringan sebelumnya
meningkat. 2. Identifikasi penyebab
Kriteria hasil : gangguan integritas kulit
1. Kerusakan 3. Monitor kulit akan adanya
jaringan kemeraahan
membaik 4. Monitor status nutris pasien.
2. Kemerahan Teraupetik
berkurang 1. Gunakan pelembab pada

3. Kerusakan kulit yang kering


lapisan kulit 2. Gunakan produk berbahan

membaik ringan/alami dan hipoalergi


pada kulit sensitive
3. Hindari produk berbaha
dasar alcohol pada kulit
kering
4. Anjurkan pasien
menggunakan pakaian yang
longgar
5. Lakukan perawatan luka
ganggren secara berkala.
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian
terapi, kolaborasi ahli gizi
pemberian TKTP dan kolaborasi
jadwal perawatan.

4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan adalah serangkain
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan
yang dihadapi, untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Pelaksanaa tindakan
keperawatan adalah realisasi dari perencanaan keperawatan. Tujuan dari tahap ini
adalah melakukan aktivitas keperawatan, untuk mencapai tujuan yang berpusat pada
klien (Induniasih & Sri, 2016).
Tindakan keperawatan menurut Kodim (2015) yaitu merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan perawat yang berlandaskan pada rencana tindakan asuhan
keperawatan yang telah disusun, dalam tahap pelaksanaan bertujuan membantu klien
dari masalah kesehatan yang sedang dihadapi untuk menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah perawat menyusun rencana
tindakan asuhan keperawatan dan diperuntukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Terdapat beberapa jenis tindakan
keperawatan yaitu sebagai berikut :
1) Independent implementations Tindakan keperawatan yang dilakukan
sendiri oleh perawat untuk membantu klien mengatasi masalah sesuai
kebutuhannya.
2) Interdependent/collaborative implementations Tindakan keperawatan
dengan adanya kerjasama antar tim keperawatan atau dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter.
3) Dependent implementations Tindakan keperawatan berdasarkan adanya
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog, dan
sebagainya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil akhir dengan tujuan dan
kriteria hasil pada setiap intervensi yang dibuat (Induniasih & Sri, 2016).
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan, namun
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari suatu asuhan keperawatan. Evaluasi
dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dengan hasil yang diharapkan
dari rencana tindakan keperawatan untuk menentukan apakah perlu diubah atau tidak.
Evaluasi mengacu kepada penilaian tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses dari asuhan keperawatan dapat berhasil
atau gagal (Perry dan Potter, 2010).
Evaluasi dimulai dengan mengumpulkan data, apakah masih perlu adanya
perbaikan, apakah informasi yang telah terkumpul sudah lengkap, dan apakah respon
yang diobservasi telah sesuai. Tujuan dan intervensi evaluasi adalah untuk
menentukan apakah tujuan yang telah kita susun dapat tercapai secara efektif
(Nursalam tahun 2001
dikutip dalam Bakri 2017). Jenis-jenis evaluasi menurut Craven dan Himle tahun
2000 (dikutip dalam Kodim 2015) terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Evaluasi Struktur Evaluasi yang berfokuskan pada kelengkapan tata cara
atau keadaan tempat pelayanan keperawatan yang diberikan.
2) Evaluasi Proses Evaluasi yang berfokuskan pada cara kerja perawat dalam
pengumpulan data saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi, dan
perumusan diagnosa keperawatan serta kemampuan teknikal perawat.
BAB III

LAPORAN KASUS

1. PENGKAJIAN
PENGAKAJIAN KEPERAWATAN UMUM
Tanggal Masuk : 21 Agustus 2022
Tanggal Masuk Igd : 21 Agustus 2022
Tanggal Pengkajian : 22 Agustus 2022
Runagan : Perawatan lantai 3 Bedah
Diagnose Medis : DM HIPERGLIKEMI
No. CM : E538XXX
DPJP : Dr. D.Sp.pd
Nama PN xxx

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Tn. s
b. Umur : 51 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Swasta
h. Suku Bangsa : Jawa
i. Bahasa yang digunakan : Indonesia
j. Alamat : Jl. Al Barkah Rt 001 Rw 003
II. IDENTITAS ORANG TUA/PENANGGUNG JAWAB
a. Nama penanggung jawab : Tn. o
b. b. Umur : 30 Thn
c. c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Status : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikian :SMA
g. Pekerjaan : Swasta
h. Suku Bangsa : Jawa
i. Bahasa Yang Digunkan : Indonesia
k. Alamat : Jl. Al Barkah Rt 001 Rw 003
III. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
a. Keluhan utama : Lemas
 Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengatakan lemas mudah lelah,
tidak nafsu makan 2 hari sebelum masuk Rs, Demam, frekuensi
BAK sering dan banyak, pusing, minum sedikit
 Riwayat sakit : DM ±2 tahun tidak terkontrol, minum obat jika ada
keluhan
 Riwayat operasi : Tidak
 Riwayat dirawat : DM
 Penyakit keturunan : DM
b. Riwayat alergi : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga: DM
d. Riwayat penggunaan obat: metformin 3x1 tab , novorapid 3x10unit kadang
minum kadang tidak, kadang minum obat herbal (tidak terkontrol)
e. Riwayat minuman keras : tidak ada
f. Riwayat merokok : tidak ada
g. Nyeri : tidak ada
h. Golongan Darah : Pasien pernah d cek tapi lupa.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : sakit sedang
b. Kesdaran : compos mentis
c. GCS : E:4, M:6, V:5
d. Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR: 20 x/menit, saturasi 99
%, suhu: 36,5 C, Berat badan: 50 kg Tinggi Badan 170cm (sebelum sakit BB 55kg)
V. POLA AKTIVITAS
a. Sebelum sakit
Makan/minum : mandiri
Mandi : mandiri
Eleminasi : mandiri
Berpakaian : mandiri
Berpindah : mandiri
b. Saat Sakit
Makan/minum : dibantu sebagian
Mandi : dibantu sebagian
Eleminasi : dibantu sebagian
Berpakain : dibantu sebagian
Berpindah : dibantu sebagian
VI. Pola Tidur
a. Sebelum sakit
Pola tidur : lama 7-8 jam/hari
Kualitas tidur : tidak ada gangguan
b. Saat sakit Pola tidur : 4-5 jam
Kualitas tidur : tdk terganggu
VII. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
BAK : tidak ada kelainan, frekuensi: 10-12 x/hari, warna: kuning jernih BAB
: tidak ada kelainan, frekuensi: 1 x/hari, warna: kuning kecoklatan,
konsistensi lembek
b. Saat Sakit

BAK : tidak ada kelainan BAK spontan 10 – 12x/ hari, warna: kuning

jernih. BAB : 1x/ hari konsistensi lembek warna: kuning kecoklatan.

PENGKAJIAN PERSISTEM

Pengkajian persistem / fungsi Hasil pemeriksaan


System susunan syaraf Kesadaran: compos mentis
Kepala: tidak ada kelainan
Ubun-ubun: datar
Wajah: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada kelainan
Kejang: tidak
Sensorik: tidak ada kelainan
System pengelihatan Gangguan penglihatan: tidak
Posisi mata: simetris
Pupil: isokor
Kelopak mata: tidak ada kelainan
Konjungtiva: tidak anemis
Skelera: tidak ada kelainan
Alat bantu penglihatan: menggunakan
kacamata.

System pendengaran Tidak ada kelainan


Tidak menggunakan alat bantu dengar

System penciuman Tidak ada kelainan

System pernafasaan Pola nafas: normal 20-21x/menit


Retraksi: tidak ada
NCH: tidak ada
Jenis pernafasan: normal
Irama napas : teratur
Terpasang WSD: tidak
Kesulitan napas: tidak
Batuk dan sekresi: ada
Warna sputum: putih
Suara napas: normal

System kardiovaskuler Warna kulit : normal


Cubbing finger: tidak
Nyeri dada: tidak
Denyut nadi: teratur
Sirkulasi: akral hangat
Pulsasi: kuat
CRT: < 2 detik
Bunyi jantung : normal
System pencernaan Mulut: tidak ada kelainan
Mukosa bibir : kering
Gigi: tidak kelainan
Lidah: bersih
Tenggorakan: tidak ada kelainan
Abdomen: tidak ada kelainan
Peristaltic usus: tidak ada kelainan
Anus: tidak ada kelainan
BAB: tidak ada kelainan

System Genetalia Kebersihan : bersih


Kelainan: tidak ada kelainan
BAK: Spontan

System reproduksi Laki- laki


Sirkumsisi : ya
Gangguan prostat : tidak ada

System integument Turgor: kembali cepat Warna: tidak


ada kelainan Integritas: utuh
Resiko decubitus: pasien mobilisasi.

System muskuloskletal Pergerakan sendi: bebas


Kekuatan otot: lemas
Nyeri sendi: tidak ada
Oedema: tidak ada
Fraktur: tidak ada
Parese: tidak ada
Postur tubuh: normal
System endokrin metabolic Mata: tidak ada
kelainan Leher: tidak ada kelainan
Ektremitas: tidak ada kelainan

1. Pengkajian fungsi kognitif dan motorik


a. Kognitif
Orientasi

b. Motorik

1) Aktifitas sehari-hari : mandiri


2) Berjalan : mandiri
3) Riwayat patah tulang : Tidak ada
4) Alat ambulasi : tidak menggunakan
5) Ekstremitas atas: normal
6) Ekstremitas bawah : normal
7) Kemampuan mengenggam : tidak
8) Kemampuan koordinasi : tidak ada kelainan
9) Kesimpulan gangguan fungsi: tidak ada

2. Pengkajian Resiko Jatuh

Resiko Jatuh Morse : resiko rendah 0-24

3. Proteksi

a. Status mental: cemas


b. Penggunaan restrain: tidak
4. Psikologis

Status psikologis : cemas

5. Kebutuhan komunikasi
a. Bicara: normal
b. Bahasa sehari-hari: Bahasa Indonesia
c. Penerjemah: tidak
d. Hambatan belajar: tidak
e. Cara belajar yang disukai: mendengarkan
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi
tentang: proses penyakit, terapiatau obat, dan nutrisi
g. Perencanaan Edukasi :
 Kolaborasi dengan DPJP dalam edukasi proses penyakit
 Kolaborasi dengan Farmasi Klinik dalam edukasi terapi obat

VIII . System endokrin metabolic Rencana perawatan interdispin/Referal

1. Diet dan nutrisi : makan lunak

2. Rehabilitasi medic : tidak

3. Farmasi :

a. Nacl 0.9% 1L /24 jam

b. Ceftriaxone 1x2gr

c. Domperidon3x1 tab

d. Ranitidin 2x1 Amp

e. Omeprazole 2x40mg

f. Paracetamol 3x1gr

g. Gliquidon 3x1 tab

h. Galpus 3x1 tab

i. Metformin 2x1 tab

j. Ambroxol 3x1 tab

4. Perawatan luka : tidak ada

5. Manajeman nyeri : tidak ada

IX. Perencanaan Pulang ( Discharge Planning)

1. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang : Ya

2. Lama perawatan : ± 3 hari

3. Transportasi pulang : mandiri

4. Transportasi yang digunakan : mobil


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Jenis TANGGAL NILAI RUJIKAN Satuan


Pemeriksaan 21-08-2022
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.2 13.2-17.3* g/dL
Hematokrit 39.2* 40-52* %
Leukosit 5.14 3.8-10.6 10³/uL
Trombosit 174 150-440 10³/uL
HITUNG JENIS
Basofil 1 0-1 %
Eosinofil 0* 1-3 %
Neutrofil 0* 2-6 %
Batang
Neutrofil 71* 50-70 %
Segmen
Limfosit 21 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
GULA DARAH
GDS 392* <100 Bukan DM Mg/dl
100 – 199 Belum pasti DM
>200 Kemungkinan DM
Keton Darah 0.1 < 0.6 Mmol/L
Swab Antigen Negatif Negatif

Jenis TANGGAL NILAI RUJIKAN Satuan


Pemeriksaan 22-08-2022
GULA DARAH
GDS 309* <100 Bukan DM Mg/dl
100 – 199 Belum pasti DM
>200 Kemungkinan DM
Jenis TANGGAL NILAI RUJIKAN Satuan
Pemeriksaan 22-08-2022
URINEANALISA
Makoskopik
Warna Kuning Kuning muda-Tua
Kejernihan Jernih Jernih

KIMIA
Berat Jenis 1.005 1.005-1.000

pH 6.0 7.0 netral

Protein Negatif Negatif

Glukosa Positif 4* Negatif

Keton Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Urobilinogen 0.2 0.2-1.0 µ/dl


Nitrit Negatif Negatif

Blood Negatif Negatif

lekositesterase Negatif Negatif

Sediment (Mikroskopik):
Leukosit 2-3 1-6
Eritosit 0-1 0-1
Epitel Positif Positif
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Ragi Negatif Negatif
Jenis TANGGAL NILAI RUJIKAN Satuan
Pemeriksaan 23-08-2022
GULA DARAH
GDP 248* 70-110 Mg/dl
GD2PP 287* 70-140 Mg/dl

Jenis TANGGAL NILAI RUJIKAN Satuan


Pemeriksaan 24-08-2022
GULA DARAH
GDP 96 70-110 Mg/dl
GD2PP 136 70-140 Mg/dl

Ro thorax

Kesan : Mengarah Pneumonia Tuberculosis dd piogenik

Tidak tampak Kardiomegali

EKG : Sinus Rithm

Data Subjektif Data Objektif


a) Pasien mengatakan lemas a) Pasien tampak lemah
b) Pasien mengatakan mudah lelah b) Hasil GDS pasien 392 mg/dL
c) Pasien mengatakan mulut terasa c) Terjadi peningkatan jumlah
kering urine pada pasien
d) Pasien mengatakan mudah haus d) Pasien menghabiskan makan ½
e) Pasien mengatakan sering buang air porsi
kecil ± 10x/hari 200 cc e) Mucosa bibir kering
f) Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
g) Pasien mengatakan minum sedikit-
sedikit
h) Pasien menanyakan tentang penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan

a. Pathway Kasus

PATWAY KASUS
Pola Makan
Suka Makanan

Kerusakan sel beta Resistensi insulin

Metabolisme protein meningkat


Defisiensi insulin
Ketidakstabilan kadar glukosa darah

Kurang informasi Glukoneogenesis Penurunan pemakaian glukosa oleh sel

Kesiapan peningkatan Pengetahuan Mual, tidak nafsu makan


Hiperglikemia

Glycosuria
Berat badan turun

Osmotik diuresis

Defisit nutrisi

Resiko
Hipovole
mi
b. Analisa Data
No. Data Analisa Masalah Diagnosa
1. Data subjektif Deurisis osmotik Resiko Hipovolemik
a) Pasien mangatakan mudah
haus Penurunan pemakaian
b) Pasien mengatakan minum glukosa oleh sel
hanya sedikit-sedikit
c) Pasien mengatakan terasa
kering Hiperglikemi
d) Pasien mengatakan sering
buang air kecil ± 10x/hari 200
cc Glikosuria

Data Objektif
a) Produksi urine meningkat
b) Glukosa urine Positif 4
c) Mukosa bibir kering
d) Deurisis 1.7 cc/KgBB/Jam
e) Balance cairan -10 cc

2. Data subjektif Hiperglikemi Ketidak stabilan kadar gula


a) Pasien mengatakan lemas darah
b) Pasien mengatakan mudah Faktor Genetik
lelah
c) Pasien mengatakan mulut
terasa kering Resistensi insulin
d) Pasien mengatakan mudah
haus
e) Pasien mengatakan sering Defisiensi insulin

buang air kecil ± 10x/hari 200 cc


Data objektif
a) Pasien tampak lemah
b) Hasil GDS pasien 329 mg/dL
c) Glukosan urine : Positif 4

3. Data subjektif Kurangnya Asupan Nutrisi Defisit nutrisi


a) Pasien mengatakan tidak nafsu Glikoneogenesis
makan
b) Pasien mengatakan mual setiap
kali makan Mual, tidak nafsu makan
c) Pasien mengatakan mulut
terasa pahit
Data objektif Berat badan turun
a) Pasien menghabiskan makan ½
porsi
b) IMT : 17,3
4. Data subjektif Defisiensi insulin Kesiapan peningkatan
a) Pasien menceritan prilaku yg salah Pengetahuan
dalam upaya peningkatan Ketidakstabilan kadar glukosa
kesehatan darah
Data objektif
a) Pasien bertanya tentang tentang
cara meningkatkan kesehatan Kurang informasi
2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko hipovolemi berhubungan dengan deurisis osmotic


(dari hipogliemi/hiperglikemi)

2. Keseimbangan kadar gula berhubungan dengan hiperglikemi

3. Defisit nutrisi kurang asupan makanan

4. Kesiapan peningkatan pengetahuan

3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Setelah dilakukan tindakan
1. Resiko hipovolemi Observasi
keperawatan selama 2x24jam
berhubungan dengan 1. Identifikasi resiko
diharapkan ketidakseimbangan
deurisis osmotic(dari ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit tidak
hipoglikemi/hiper cairan
terjadi
glikemia)
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi adanya
1. Tanda tanda tanda dehidrasi
vital dalam batas normal 3. Hitung balance
(tekanan darah, nadi, suhu, cairan dan diuresis
pernapasan).
Teraupetik
2. Mual/muntah tidak ada
3. Tidak ada tanda dehidrasi 1. Timbang berat badan
(elastis tugor kulit baik, tiap hari
mukosa bibir lembab, tidak 2. Berikan hidrasi yang
ada rasa haus berlebih adekuat sesuai

kebutuhan tubuh.

3. Libatkan keluarga
untuk pemberian intake
peroral

4. Libatkan pasien dan


kelurga
untuk melakukan
pencatatan intake output

Setelah dilakukan tindakan Observasi :


2. Ketidakseimbangan
keperawatan selama 3x24 jam , 1. Monitor keadaan
kadar gula darah
diharapkan ketidakseimbangan umum dan monitor
berhubungan dengan
kadar gula membaik dengan TTV
hiperglikemi
kriteria hasil : 2. Identifikasi tanda
- TTV dalam batas normal dan gejala hipergli
- gula darah <200/dL kemia
-Lemas berkurang 3. Monitor kadar
nafsu makan membaik gula darah sesuai
indikasi
Teraupetik :
1. Berikan karbohidrat
sederhana jika
perlu
2. Berikan glukosa
intravena sesuai
indikasi
3. Motivasi pasien
cairan peroral
4. Libatkan keluarga
dalam memantau intake
dan output peoral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi untuk
pemeriksaan kadar gula
Setelah dilakukan tindakan
3. Defisit nutrisi Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam ,
berhubungan dengan Identifikasi adanya mual
diharapkan deficit nutrisi membaik
kurangnya asupan makan muntah
dengan kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal Teraupetik :
- nafsu makan membaik 1. Berikan makanan
- pasien dapat menghabisakan 1 dalam porsi kecil tetapi
porsi makan sering dalam kondisi
hangat

2. Berikan makanan yang


mengandung cukup
cairan, rendah serat,
tinggi protein dan tidak
menimbulkan gas

3. Berikan oral hygiene


secara teratur

4. Libatkan keluarga
untuk memberikan
suasana menyenangkan
saat makan

Kolaborasi:

Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien Pemberia
terapi anti emetic bila perlu.
Setelah dilakukan tindakan
4. Kesiapan Peningkatan Observasi
keperawatan selama 1x24 jam ,
pengetahuan
Identifikasi kesiapan dan
diharapkan pengetahuan meningkat
kemampuan menerima
dengan kriteria hasil :
informasi
- pasien dapat menjelaskan
Kembali tentang edukasi yg di Teraupetik
jelaskan perawat
a. Berikan kesempatan kepada
- adanya perubahan prilaku
pasien dan keluarga untuk
pasien dan keluarga kea rah
bertanya
peningkatan kesehatan
b. Libatkan pengambil
keputusan dalam keluarga
untuk menerima informasi

Edukasi

- Jelaskan factor yg dapat


mempengaruhi kesehatan

4. Implementasi Keperawatan

Tanggal, Jam Implementasi dan Evaluasi Nama & TTD


Perawat
Melakukan operan dengan Sr. A Hasil :
Senin, 22/08/2022 Sr.R
Tn. S pasien dr. D SpPD dengan diabetes mellitus
Jam 07.00
usia 51 thn rawat hari ke 1
Keluhan : Lemas

Riwayat penyakit : DM ± 2 tahun terkontrol,


riwayat alergi: tidak ada
Hasil laboratorium (+), thorax (+),
EKG(+), swab antigen negative GDS jam
05.0 hasil 3 0 9
mg/Dl Advice :
- Nacl 0.9% 1L/ 24 Jam
- Rencana Visit Dokter

Jam 08.00 Sr.R


Melakukan pengkajian dan mengobservasi TTV

Keluhan: pasien mengatakan lemas, mual tidak


ada,nafsu makan tidak ada, mudah haus, buang
air kecil sering dan banyak.
Ku sedang , kes CM TD 100/60mmHg, Nadi 88
x/mnt, Suhu 36oC, RR 18 x/mnt,akral hangat,
nadi kuat.
Jam 09.00 Mengedukasi pasien tentang tanda-tanda Sr.R
hiperglikemi dan cara penanganan sederhana
hiperglikemi
Hasil: pasien kooperatif dan mampu menjelaskan
tanda-tanda hipreglikemi

Mendampingi dr. D,Sp.PD visit


Jam 11.00 Sr.R
Hasil : cek GDN 2PP per hari

Jam 12.00 Melibatkan keluarga dalam memberikan makan Sr.R


peroral
Hasil : keluarga kooperatif pasien makan habis ½
porsi
Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering
dan selagi hangat
Hasil : pasien kooperatif

Memonitor intake dan output pasien


Jam 13.00 Sr.R
Hasil: intake (694 cc)- output (704cc), balance cairan
-10 cc, deurisis: 1.7 cc/kgBB/Jam

Evaluasi :
Jam 14.00 Sr.R
S : pasien mengatakan lemas, pusing, tidak nafsu
makan, buang air kecil sering.
O : ku sedang, kes CM akral hangat, nadi kuat,
TD 120/70 mmHg, Nadi 89 x/mnt, Suhu 36 oC,
RR 20 x/mnt, makan habis ½
Porsi , gds 309 mg/dl, balance -10 cc, deurisis: 1.7
cc/kgBB/Jam. Pasien mampu menjelaskan tanda-
tanda hiperglikemi dan cara penangan
hiperglikemi sederhana.
A : masalah keperawatan
Dx 1: resiko Hipovolemi belum teratasi
Dx 2 : ketidakstabilan gula darah belum teratasi
Dx 3 :defisit nutrisi belum teratasi
Dx 4 : kesiapan peningkatan pengetahuan teratasi

P: dalam3x24 jam,lemas ada, muntah tidak,


makan habis ½ porsi.
Melakukan operan dengan dinas malam den Sr. S
Selasa, 23/08/2022 Sr.R
Hasil : Tn. S pasien dr. D SpPD dengan Diabetes
Jam 07.00
Melitus rawat harike 2 GDP tgl 23/08/2022 jam
05.0 hasil 284 mg/dL
Rencana :
- Visite dokter
- Terapi lanjut
- Cek 2 PP J am 0 9 . 00
Mengobservasi ku, keluhan dan ttv Hasil : ku
Jam 08.00
sedang, kes CM, akral hangat, nadi kuat TD
Sr.R
120/70mmHg, Nadi 98 x/mnt Suhu36.4oC, RR
18 x/mnt
Keluhan : lemas berkurang, mual berkurang,
pusing ada , demam tidak ada makan habis ½
porsi

Melakukan kolaborasi dengan laboratorium


Jam 09.00 Sr.R
untuk pengambilan 2PP hasil 287

Jam 10.00 Mendapingi dr. D,Sp.PD visit Sr.R


Advice: -GDN2PP perhari
- Terapi Lanjut

Jam 11.00 Menganjukan pasien untuk banyak minum Sr.R


dan makan sedikit tapi sering
Hasil: pasien kooperatif

Jam 12.00 Melibatkan keluarga dalam memantau intake Sr.R


dan output pasien
Hasil: keluarga kooperatif
Melakukan monitor intake dan output
Hasil: intake (7944cc)- output (704cc)
Jam 13.00 Sr.R
Balance cairan: +90cc
Deurisis : 1,7 cc/kgBB/Jam

Evaluasi:
Jam 14.00 S: pasien mengatakan lemas berkurang, pusing, Sr.R

mual berkurang, tidak nafsu makan, buang air


kecil sering.
P : ku sedang, kes CM akral hangat, nadi kuat,
TD 110/70 mmHg, Nadi 88 x/mnt, Suhu 36,3 oC,
RR 20 x/mnt, makan habis ½ porsi, Gdn 284
mg/ dl, 2 PP 287 mg/ dl, balance + 90 cc,
deurisis 1 . 7 cc/ kg BB/ Jam
A : masalah keperawatan
Dx 1: resiko Hipovolemi belum
teratasi
Dx 2 : ketidakstabilan gula darah belum teratasi
Dx 3 :defisit nutrisi belum teratasi
P: setelah 2x24 jam mual berkurang, lemas
berkurang, makan habis ½ porsi
Melakukan operan dengan dinas malam den Sr. A
Rabu, 24/08/2022 Sr.R
Hasil : Tn. S pasien dr. D SpPD dengan Diabetes
Jam 07.00
Melitus rawat hari ke 3 GDP tgl 24/08/2022 jam
05.0 hasil 96 mg/dL
Rencana :
- Visite dokter
- Terapi lanjut
- Cek 2 PP J am 0 9 . 00

Mengobservasi ku, keluhan dan TTV


Jam 08.00 Hasil: keadaan umum sedang kesadaran CM, Sr.R
Akral Hangat, nadi teraba Kuat TD: 120/70
mmHg, Nadi: 88x/m, suhu: 36,6℃, RR:
18x/menit Keluhan pasien: Pasien mengatakan
Pusing berkurang, nafsu makan mulai ada, mual
tidak ada, buang air kecil sering, makan habis ¾
porsi
Jam 09.00 Sr.R

Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk


pengambilan 2PP
Hasil 2PP: 136 mg/dl
Jam 11.00 Sr.R

Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi


sering dan minum secara bertahap
Hasil: pasien kooperatif
Jam 12.00 Sr.R

Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien dan


memotivasi pasien untuk makan sedikit tap sering
Hasil: keluarga kooperatif
Jam 13.00 Sr.R

Memonitor intake dan output, deurisis dan belece


cairan
Hasil: intake (894cc)- output (704cc)
Balance : + 190 cc Sr.R

Deurisis : 1,7 cc/kgBB/jam

Jam 14.00
Evaluasi:
S: pasien mengatakan Pusing berkurang, nafsu
makan mulai ada, mual tidak ada, buang air kecil
sering, makan habis ¾ porsi
O: keadaan umum sedang kesadaran CM, Akral
Hangat, nadi teraba Kuat TD: 120/70 mmHg,
Nadi: 88x/m, suhu: 36,6℃, RR: 18x/menit, GDN
96 mg/dl, 2PP 136 mg/dl, deurisis +190cc dan
deurisis 1.7 cc/kgBB/jam
A: masalah Keperawatan
Dx 1: resiko Hipovolemi teratasi
Dx 2 : ketidakstabilan gula darah teratasi
Dx 3 :defisit nutrisi teratasi
P: intervensi dilanjutkan di rumah
Dengan discharge planning di
rumah.
BAB 4

PEMBAHASAN

Pembahasan karya tulis ilmiah ini, penulis akan membahas kesenjangan antara data
kasus yang ditemukan dengan konsep teori. Pembahasan ini disusun sesuai dengan tujuan
khusus, yaitu: Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan, serta membahas dan menganalisa faktor pendukung
dan faktor penghambat pada Tn. S serta mencari solusi pemecahan pada masalah selama
melakukan asuhan keperawatan.

1. Pengkajian
Pengkajian pada Tn. S dengan diabetes mellitus didapatkan hasil adalah pasien
mengalami sering Buang air kecil (polyuria), tidak nafsu makan, pusing dan lemas.
Data tersebut dikuatkan pada saat pengkajian dengan pasien mengatakan sering buang
air kecil ±8-10x/hari dan banyak, pasien mengatakan mudah lelah dan pasien
mengatakan tidak nafsu makan dikarenakan mual, pasien mengatakan terjadi
penurunan berat badan. Tanda dan gejala polifagia dan polidipsia tidak muncul pada
pasien, pengelihatan kabur pada pasien juga tidak muncul dikarenakan diabetes
mellitus pasien belum sampai menyerang organ lain. Data tersebut sesuai dengan teori
menurut Tambunan. M, (2016) yaitu tanda dan gejala pada pasien diabetes mellitus
yaitu poliuria, polidipsia, penurunan berat badan (BB), lelah. Pada kasus Tn.S
ditemukan data yang tidak sesuai dengan teori yaitu polifagia, pengelihatan kabur,
luka yang sulit sembuh, tanda dan gejala ketonasidosis diabetes atau Ketoasidosis
metabolic (KAD ) ditandai dengan nyeri pada bagian epigastrium, mual,
menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, koma dan bisa kematian. Pasien memang
mengalami mual, tapi selain itu tidak ada tanda dan gejala ketonasidosis diabetes atau
Ketoasidosis metabolic (KAD )
Pada pemeriksaan penunjang menurut teori Arifin (2011) yaitu pemeriksaan
gula darah, pemeriksaan keton dan glukosa dalam urin, pemeriksaan albumin dalam
urin. Pemeriksaan penunjang yang di temukan pada pasien hanya pemeriksaan
glukosa darah dengan hasil 392 mg/dL dan Glukosa Urine Positif 4, pemeriksaan lain
tidak di lakukan karena pada pasien tidak ditemukan tanda dan gejala yang
mengalami ketonasidosis metabolic (KAD).
Berdasarkan teori Santi (2015) penyebab dari diabetes mellitus yaitu pola
makan, obesitas, faktor genetik, pola hidup dan obat obatan yang merusak organ
pankreas. Pada kasus Tn. S di temukan bahwa faktor yang menjadi penyebab pasien
menderita diabetes mellitus yaitu faktor pola makan dan pola hidup karena pasien
tidak memiliki obesitas, tidak ada faktor genetik dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
yang dapat merusak organ pankreas.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada kasus Tn. S diagnosa yang didapatkan adalah Resiko hipovolemi berhubungan
dengan deurisis osmotik (Hipoglikemi/hiperglikemi), ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemi, dan kesiapan peningkatan pengetahuan. Masalah defisit
nutrisi juga ditemukan pada TN. S hanya saja etioliginya tidak sesuai dengan teori, etiologi
yang terjaid pada TN. S disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang diperkuat
dengan data pasien mengatakan tidak nafsu makan, serta pasien merasakan mual, dan terjadi
penurunan berat badan. Data tersebut sesuai dengan teori menurut Pada teori diagnosa
keperawatan menurut Regulasi RS Hermina Daan Mogot ( 2020).

Penulis mengangkat diagnose utama Resiko hipovolemi berhubungan dengan deurisis


osmotik ( hipooglikemi/ hiperglikemi), karena pada pengkajian di temukan keluhan pasien
sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan malas untuk minum dengan balace cairan -
10cc/kgBB/Jam, sesusai kebutuhan maslow.

Resiko cidera berhubungan dengan perubahan sensasi, gangguan integritas kulit,


gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas tidak terjadi karena pasien tidak ada luka yang
timbul karena disebabkan oleh DM.

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan penulis tidak menemukan faktor penghambat


karena adanya faktor pendukung yaitu dengan terciptanya kerjasama yang baik antara
keluarga klien dengan perawat sehingga penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan.

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut teori Supardi dan Rustika (2013) perencanaan keperawatan merupakan


susunan tindakan yang akan dikerjakan. Perencanaan ini ditujukan untuk menentukan
perencanaan tindakan pada masalah keperawatan yang dimulai dari diagnosa utama.
Diagnosa utama dipilih sesuai dengan teori kebutuhan maslow. Perencanaan yang terdapat
pada kasus
Tn. S dengan diabetes mellitus adalah berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditegakkan. Perencanaan dilakukan dengan kondisi dan kebutuhan pasien sesuai dengan
asuhan keperawatan diabetes mellitus. Selain itu dalam perencanaan penulis menegakkan
perencanaan menggunakan kriteria SMART ( Spesific, Measureable, Achievable,
Reasonable, dan Time ). Terdapat waktu yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yaitu 3 x 24
jam.

Perencanaan keperawatan dibuat sesuai dengan kondisi klien dan sesuai dengan teori,
diagnosa yang pertama yaitu resiko Hipovolemi berhubungan dengan deurisis osmotik
rencana Tindakan pada diagnosa ini identifikasi resiko ketidakkeseimbangan cairan,
identifikasi adanya tanda-tanda dehidrasi, hitung balance dan deurisis pasien, anjurkan pasien
untuk cukup minum dan makan sedikit tapi sering. Diagnosa yang kedua ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia rencana tindakan pada diagnosa ini
adalah kaji tanda tanda hipoglikemia pada pasien, kaji GDS pada pasien, kaji intake dan
output cairan pada pasien, kaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa membuat
kadar glukosa naik, pantau nutrisi pada pasien, berikan asupan cairan oral pada pasien,
berikan dukungan pada pasien untuk patuh terhadap program pengobatan, berikan penkes
tentang diet DM pada pasien, anjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga saat kadar
glukosa <70 mg/dL, anjurkan pasien untuk taat terhadap diet dan olahraga, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi glukosa, libatkan keluarga dalam memantau nutrisi pada
pasien. Diagnosa yang ketiga yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan rencana tindakan untuk diagnosa ini adalah kaji makanan yang disukai dan tidak
disukai pasien, kaji alergi makanan pada pasien, kaji IMT pada pasien, monitor hasil
pemeriksaan laboratorium pada pasien, sajikan makanan dalam keadaan hangat, bantu pasien
untuk makan, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, anjurkan pasien untuk minum
air hangat sebelum makan, edukasi pasien tentang pentingnya nutrisi pada penyakit DM,
libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien, kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet DM, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
mual. Diagnosa yang keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan Tindakan untuk
diagnose ini adalah berikan edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa
darah menjadi tinggi, libatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada kasus Tn. S dengan diabtes mellitus
pada diagnosa yang pertama yaitu resiko hipovolemi berhubungan dengan deurisis osmotik
adalah mengkaji mengidentifikasi resiko keseimbangan cairan, mengidentifikasi tanda-tanda
dehidrasi, menghitung balance dan deurisis pasien, melibatkan keluarga untuk memberikan
intake peroral. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa kedua
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia adalah mengkaji
tanda tanda hipoglikemia pada pasien, mengkaji GDS pada pasien, mengkaji intake dan
output cairan pada pasien, mengkaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa membuat
kadar gula darah naik, memantau nutrisi pada pasien, memberikan dukungan pada pasien
untuk patuh terhadap program pengobatan, memberikan penkes tentang diet DM pada pasien,
menganjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga saat kadar glukosa <70 mg/dL,
menganjurkan pasien untuk taat terhadap diet dan olahraga, memberikan terapi glokusa,
melibatkat keluarga dalam memantau nutrisi pada pasien. Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada diagnosa yang keketiga yaitu defiit nutrisi berhubungan dengan kurangnya
asupan makanan adalah mengkaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien, mengkaji
alergi makanan pada pasien, mengkaji IMT pada pasien, memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium pada pasien, menyajikan makanan dalam keadaan hangat, menganjurkan pasien
untuk makan sedikit tapi sering, menganjurkan pasien untuk minum air hangat sebelum
makan, memberikan edukasi pasien tentang pentingnya nutrisi pada penyakit DM, melibatkan
keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien, memberikan makanan
pada pasien sesuai diet yaitu diet DM, dan memberikan obat mual jika perlu. Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan diagnosa keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan
memberikan edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa darah menjadi
tinggi, melibatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.

Tindakan keperawatan yang tidak dilakukan adalah Berikan asupan cairan oral pada
pasien karena pasien tidak mengalami dehidrasi, Membantu pasien untuk makan karena
pasien masih sanggup untuk makan sendiri dan kadang dibantu oleh keluarganya, Berikan
perawatan kulit pada bagian yang luka dan memberikan obat topikal karena tidak ada luka
pada pasien. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan terdapat beberapa factor pendukung
yaitu penulis dapat bekerja sama dengan perawat ruangan dalam memberikan asuhan
keperawatan, serta keluarga dan pasien sangat kooperatif selama asuhan keperawatan
berlangsung.
5. Evaluasi Keperawatan

Menurut teori Wahid dan Suprapto (2015) pernyataan evaluasi keperawatan terdiri
dari dua komponen, yaitu data yang tercatat (yang menyatakan status kesehatan sekarang)
dan pernyataan konklusi (yang menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada pasien).

Evaluasi pada diagnosa yang pertama yaitu resiko hipovolemi berhubungan dengan
deurisis osmotik teratasi karena balance cairan +190 cc dan deurisis 1.7 cc/kgBB/jam.
Evaluasi pada diagnosa kedua ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hipoglikemia teratasi karena hasil GDN pasien 96 mg/dL dan hasil 2PP pasien 136 mg/dl
yang merupakan kategori belum tentu DM, pasien juga sudah mengerti tentang nutrisi pada
penyakit DM dan mengatakan akan mematuhi diet tersebut. Evaluasi pada diagnosa yang
ketiga yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan teratasi karena
pasien makan sudah habis 3/4 porsi. Evaluasi pada diagnosa pada diagnosa yang keempat
yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan teratasi karena pasien sudah memahami tanda-tanda
hiperglikemi dan diet untuk pasien diabetes militus. Pada tahap ini penulis tidak menemukan
faktor penghambat dan kerjasama dengan perawat ruangan berjalan dengan baik selama
mengevaluasi pasien secara langsung.
BAB 5

PENUTUP

Penulis memberikan asuhan keperawatan kepada TN. S dengan Diabetes Mellitus dari
pengkajian hingga evaluasi di Ruang Perawatan 3 Bedah RS Hermina Daan Mogot pada
tanggal 22 Agustus 2022 sampai dengan 24 Agustus 2022. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis akan menguraikan kesimpulan sebagai berikut :

a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dapat disimpulkan bahwa TN. S dengan
Diabetes Mellitus ditemukan data pasien tampak lemah, hasil GDS pasien 392
mg/dL, terjadi peningkatan jumlah urine pada pasien, pasien menghabiskan
makan ½ sendok, tidak nafsu makan, pusing, hasil IMT pasien 17.3%.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn. S dengan Diabetes
Mellitus yaitu resiko hipoglikemi berhubungan dengan deurisis osmotik,
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia, defisit
nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, dan kesiapan
peningkatan pengetahuan.
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan dibuat sesuai dengan kondisi klien dan sesuai
dengan teori, diagnosa yang pertama yaitu resiko Hipovolemi berhubungan
dengan deurisis osmotic rencana Tindakan pada diagnosa ini identifikasi resiko
ketidakkeseimbangan cairan, identifikasi adanya tanda-tanda dehidrasi, hitung
balance dan deurisis pasien, anjurkan pasien untuk cukup minum dan makan
sedikit tapi sering. Diagnosa yang kedua ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hipoglikemia rencana tindakan pada diagnosa ini adalah kaji
tanda tanda hipoglikemia pada pasien, kaji GDS pada pasien, kaji intake dan
output cairan pada pasien, kaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa
membuat kadar glukosa naik, pantau nutrisi pada pasien, berikan asupan cairan
oral pada pasien, berikan dukungan pada pasien untuk patuh terhadap program
pengobatan, berikan penkes tentang diet DM pada pasien, anjurkan pasien untuk
tidak melakukan olahraga saat kadar glukosa <70 mg/dL, anjurkan pasien untuk
taat terhadap diet dan olahraga, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
glukosa, libatkan keluarga dalam
memantau nutrisi pada pasien. Diagnosa yang ketiga yaitu defisit nutrisi
berhubungan dengan kurangnya asupan makanan rencana tindakan untuk diagnosa
ini adalah kaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien, kaji alergi
makanan pada pasien, kaji IMT pada pasien, monitor hasil pemeriksaan
laboratorium pada pasien, sajikan makanan dalam keadaan hangat, bantu pasien
untuk makan, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, anjurkan pasien
untuk minum air hangat sebelum makan, edukasi pasien tentang pentingnya
nutrisi pada penyakit DM, libatkan keluarga untuk membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi pada pasien, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
DM, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mual. Diagnosa yang
keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan Tindakan untuk diagnose ini
adalah berikan edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa darah
menjadi tinggi, libatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.
d. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada kasus Tn. S dengan diabtes
mellitus pada diagnosa yang pertama yaitu resiko hipovolemiberhubungan dengan
deurisis osmotik adalah mengkaji mengidentifikasi resiko keseimbangan cairan,
mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi, menghitung balance dan deurisis pasien,
melibatkan keluarga untuk memberikan intake peroral. Tindakan keperawatan
yang teklah dilakukan pada diagnosa kedua ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hipoglikemia adalah mengkaji tanda tanda hipoglikemia
pada pasien, mengkaji GDS pada pasien, mengkaji intake dan output cairan pada
pasien, mengkaji pengetahuan pasien tentang makanan yang bisa membuat kadar
gula darah naik, memantau nutrisi pada pasien, memberikan dukungan pada
pasien untuk patuh terhadap program pengobatan, memberikan penkes tentang
diet DM pada pasien, menganjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga saat
kadar glukosa <70 mg/dL, menganjurkan pasien untuk taat terhadap diet dan
olahraga, memberikan terapi glokusa, melibatkat keluarga dalam memantau
nutrisi pada pasien. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada diagnosa
yang keketiga yaitu defiit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
adalah mengkaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien, mengkaji alergi
makanan pada pasien, mengkaji IMT pada pasien, memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium pada pasien, menyajikan makanan dalam keadaan hangat,
menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, menganjurkan pasien untuk
minum air hangat sebelum makan, memberikan edukasi pasien tentang pentingnya
nutrisi pada penyakit DM, melibatkan keluarga untuk membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi pada pasien, memberikan makanan pada pasien sesuai diet yaitu
diet DM, dan memberikan obat mual jika perlu. Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan diagnosa keempat yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan memberikan
edukasi mengenai makanan yg menyebabkan kadar glukosa darah menjadi tinggi,
melibatkan keluarga dalam memberikan edukasi kepada pasien.
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang terdapat pada kasus Tn. S yaitu diagnosa keperawatan tertasi semua
dikarenakan waktu dalam pemberian asuhan keperawatan cukup.
f. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat ruangan diharapkan dapat lebih memperhatikan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus terutama pada tanda dan gejala
peningkatan kadar glukosa darah.
2. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat mengontrol makanan dan dapat rutin meminum obatnya
untuk mengontrol kadar glukosa darah.
3. Bagi Keluarga
Penulis berharap agar keluarga selalu memantau makanan bagi pasien dan selalu
memberi semangat atau dukungan kepada pasien. Pasien diharapkan untuk patuh
meminum obat.
DAFTAR PUSTAKA

Adikusuma . 2016. Evaluasi kualitas hidup pasien diabetes militus tipe 2


rumahsakit umum pku muhammadiyah bantul. prosiding simposium nasional “ peluang
dan tantangan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal” diakses tanggal 09
maret 2019.
Alaboudi IS, Hassali MA, Shafie AA, AlRubeaan K, Hassan A. Knowledge,
attitudes and Quality of Life of type 2 diabetes patients in Saudi Arabia. Journal of
Pharmacy and Bioallied Sciences 2016; 8(3): 195–202.
Alexandre, T.S., Cordeiro, R.C., Ramos, L.R., 2009. Factors Associated to Quality of
Life in Active Elderly. Rev
SaúdePública 2009;43(4):613-21. Diaksesdari
http://www.ibge.gov.br/series_estatisticas/exibedados.php?idnivel=BR
&idserie=POP300 (15 Oktober 2018).
Chaidir . 2017. hubungan self care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus
diakses dari http://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1357
Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Pentatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medica.
Darma, (2011). Metodologi penelitian keperawatan. (pedoman melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitan. Jakarta: CV Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai