PENDAHULUAN
Tumor ovarium sel germinal merupakan suatu kumpulan keganasan histologi yang
beragam dan merupakan keganasan ovarium kedua setelah tumor epitelium. Teratoma
merupakan tumor sel germinal yang sering ditemukan. Beberapa keganasan lain yang jarang
ditemukan antara lain yang ditemukan antara lain teratoma imatur, dygerminoma, tumor yolk
sac, karsinoma sel embrio dan choriocarcinoma.1,2
Teratoma secara histologi terdiri dari jaringan yang berasal dari derivat tiga lapisan sel
germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm). Tumor sel germinal ekstra-gonad terjadi
sebanyak 1 – 5% dari seluruh tumor sel germinal dan umumnya berbentuk sebagai tumor
sacrococcygeal. Beberapa ekstra-gonad lain antara lain mediastinum, region kepala dan leher,
serta retroperitoneum. Teratoma juga dibagi berdasarkan derajat diferensiasi dari komponen
menjadi teratoma monodermal (tumor karsinoid, tumor neural, ovarium struma), teratoma imatur
dan mature cystic teratoma (MCT).2,3
Kasus mature cystic teratoma (MCT) pertama kali dilaporkan oleh Johannes Scultetus
pada tahun 1659 saat melakukan autopsi pada wanita muda yang meninggal oleh karena tumor
ovarium atau di deskripsikan sebagai “kista dermoid dari ovarium”. Umumnya teratoma yang
jinak pada ovarium adalah kistik, sehingga MCT pada praktik klinis disebut kista dermoid. MCT
terdiri dari beberapa tipe jaringan yaitu kulit, rambut, otot dan tulang.2
MCT atau penyebab tumor ovarium pada 90% gadis premenopause dan 60% dari seluruh
keganasan pada wanita usia kurang dari 20 tahun. MCT umumnya bersifat unilateral, namun
dapat terjadi secara bilateral pada 13,2% kasus. MCT memiliki gejala yang berhubungan dengan
massa pada pelvis, namun sebanyak 60% kasus bersifat asimptomatik sehingga ditemukan secara
insidental. Namun, terdapat beberapa komplikasi potensial yang dapat terjadi antara lain ovarium
terpuntir, ruptur, dan berubah menjadi ganas.1,4
MCT memiliki berbagai gambaran radiologi dari massa kistik hingga massa kistik
kompleks dengan pertimbangan sebagai komponen solid. Teratoma ovarium yang ditemukan
secara insidental yang di deteksi sebagai massa heterogen melalui ultrasonography (USG).
Gambaran bervariasi dari pemeriksaan USG yang menyerupai gambaran patologi lain
merupakan potensi kesulitan untuk penegakkan diagnosis yang tepat. Beberapa karakteristik
utama dari MCT antara lain plug dermoid, tanda puncak gunung es (tip of the iceberg), dot-dash
dan dermoid yang bertautan memudahkan radiologi untuk menegakkan teratoma secara
sonografi. Metode radiologi yang lain seperti CT scan dan MRI memiliki sensitivitas yang baik
untuk menegakkan diagnosis MCT oleh karena identifikasi lemak. Tatalaksana yang berbeda
bergantung dari keganasan ovarium, sehingga sangat penting untuk dibedakannya antara kista
dermoid dan tumor ganas lainnya.4,5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1. Anamnesis
Teratoma kistik umumnya bersifat asimptomatis atau hanya memiliki gejala yang
minimal. Beberapa penelitian melaporkan tingkat kejadian tumor asimptomatis adalah 6 – 65%
pada saat diagnosis. Tumor umumnya ditemukan secara insidental pada saat pemeriksaan
radiologi, pemeriksaan fisik atau saat operasi pelvis atau abdomen untuk patologi lain. Gejala
lain yang umumnya dikeluhkan adalah nyeri abdominal bagian bawah pada 44 – 74% kasus yang
diiikut dengan massa abdomen atau pelvis yang terpalpasi serta pendarahan uterus abnormal.
Apabila ditemukan nyeri abdomen, umumnya bersifat konstan dengan intensitas sedang. Pada
beberapa pasien dapat disertai dengan peningkatan ukuran lingkar abdomen, distensi abdomen,
mual, muntah, pembesaran payudara, pendarahan vagina, gangguan menstruasi (amenorea
sekunder atau menstruasi yang irregular) dan hirsutism. MCT berkembang secara lambat yaitu
dengan kecepatan 1,8 mm/tahun. Gejala dari saluran kemih atau gastrointestinal dapat muncul
dengan meningkatkan ukuran tumor yang menyebabkan kompresi atau invasi pada struktur
sekitarnya. Gejala seperti demam, cachexia, nyeri abdominal yang berat, pendarahan vagina
dapat muncul pada penyakit yang semakin memberat. Apabila terdapat torsi pada ovarium, yang
merupakan komplikasi pada teratoma kistik, pasien dapat memiliki keluhan nyeri abdomen akut
(tiba – tibat nyeri abdomen, mual, muntah), yang memerlukan penanganan segera. Serta di
tanyakan riwayat ginekologi. 3,5–7
2.3.2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan evaluasi dari tanda vital dan pemeriksaan fisik secara
umum. Pemeriksaan fisik yang komprehensif termasuk palpasi kelenjar limfe servikal,
supraklavikula, aksila dan paha. Dilakukan auskultasi pulmonal, palpasi dan auskultasi abdomen
serta pemeriksaan pelvis (inspeksi visual dari perineum, serviks, dan vagina; palpasi bimanual
dengan pemeriksaan rektovagina sesuai indikasi). Pemeriksaan palpasi bimanual dilakukan untuk
menilai ada atau tidaknya massa pada adnexa, menilai ukuran uterus dan nyeri abdominal.
Beberapa hasil pemeriksaan yang menandakan keganasan adneksa, antara lain: massa yang
irregular, keras, terfiksasi, nodular, bilateral atau disertai dengan asites.3,9
2.3.2.2. USG
USG merupakan modalitas radiologi yang sering digunakan untuk pemeriksaan organ
genital pelvis. USG transvaginal merupakan metode pilihan untuk mendiagnosis MCT pada
wanita dewasa, tetapi pendekatan tersebut, tetapi mungkin tidak sesuai untuk populasi pediatrik
dan remaja. Sensitivitas dan spesifitas USG transabdominal masing – masing adalah 94,4% dan
98,2% pada populasi dewasa. Peran utama dari USG adalah untuk mengonfirmasi terdapatnya
massa dan menentukan asal organ tersebut. MCT memiliki beberapa gambaran USG yang
bervariasi, yang non-spesifik dan spesifik. Apabila ditemukan 2 atau lebih tanda karakteristik,
maka diagnosis MCT dapat dtegakkan.5,7 Beberapa gambaran karakteristik USG, antara lain:
Shadowing echodensity (Nodul Rokitansky atau plug dermoid)
Merupakan manifestasi yang sering muncul pada teratoma kistik. Pada USG akan terlihat
gambaran benjolan dari dinding yang terprojeksi ke dalam lumen kista dengan echogenisitas
yang rendah (Gambar 2.1a). Nodul ini di sebut juga dermoid plug, dapat terlihat bayangan
bayangan akustik posterior, oleh karena rambut, gigi dan lemak (Gambar 2.1b). Walaupun di
deskripsikan sebagai massa solid bulat, terdapat jembatan di antara kista atau segmen yang tebal
pada dinding, sehingga jarang terlihat gambar yang keseluruhannya kistik (Gambar 2.1c). Nodul
Rokitansky merupakan lokasi transformasi keganasan yang sering terjadi dan harus dibelah
secara tepat saat analisis patologi.4,5
A B
Gambar 2.1. Dermoid plug atau nodul Rokitansky; (A) USG transversal dari wanita usia
20 tahun dengan MCT, dijumpai tonjolan echogenic pada bagian kiri dinding yang
terprojeksi pada lumen kistik. (B) USG transversal wanita usia 18 tahun dengan MCT,
dijumpai bayangan echodensitas yang menonjol pada lumen kistik, berdasarkan spesimen
patologi ditemukan rambut dan lemak. (C) USG transversal wanita 14 tahun dengan
MCT, terlihat nodul Rokitansky (tanda panah) pada massa kistik, terlihat bagian debris
echogenic yang dipengaruhi oleh gravitasi.5
Echoes amplitudo regional atau difus yang tinggi
Merupakan gambaran USG kedua yang sering ditemukan. Peningkatakan echogenisitas
dari massa sering ditemukan pada kista dermoid dan diagnosis tersebut harus dipertimbangkan.
Pada 8% kasus amplitudo echoes difus atau lokal yang tinggi muncul dapat menyebabkan
atenuasi suara. Hal tersebut terjadi oleh karena adanya campuran antara materi sebaceous dan
rambut. Peningkatan echogenisitas dapat bersifat difus dan terlihat di seluruh massa (gambar
2.2a) atau bersifat fokal dengan distrubsi nodular (Gambar 2.2b).4,5
A B
Gambar 2.2. (A) Echogenisitas difus yang tinggi pada massa adnexa kiri, yang disertai
dengan bayangan akustik posterior. (B) Echogenisitas nodular perifer yang disertai dengan
sedikit bayangan akustik.4
A B
Gambar 2.3. Tanda tip of the iceberg. Terdapat dua contoh (a,b) atenuasi akustik posterior
dari massa hyperechoic membuat bagian dalam dari massa sulit dinilai.4
Gambar 2.4. USG transversal pada wanita usia 51 tahun dengan MCT. Garis dan titik
echogenic, yang membentuk tanda dot-dash yang terlihat pada massa adnexa sebelah kiri
yang disebabkan oleh orientasi yang berbeda (B adalah kandung kemih).5
Gambar 2.7. USG transversal pada wanita 18 tahun dengan MCT. Terlihat tiga ekor
komet berwarna hitam (tanda panah) yang melayang pada batasan lemak-cairan. 5
Dalam menegakkan diagnosis kista dermoid dapat dilakukan apabila ditemukan tanda –
tanda tertentu, dapat dilihat pada tabel 2.1. Pada beberapa kasus dapat dijumpai kombinasi dari
beberapa karakteristik (Gambar 2.8).4
Tabel 2.1. Penegakkan diagnosis dengan USG.4
Salah satu gambaran ini Dua gambaran ini
Bola intrakistik yang mengambang Tanda puncak gunung es (tip of the iceberg)
Dermoid plug Dermoid mesh
Echoes difus atau regional dengan amplitudo
yang tinggi
Nilai lemak – cairan (pembeda yang kuat)
A B
Gambar 2.8. Beberapa tanda kista dermoid pada USG: (A) dermoid mesh, shadowing
echodensity; (B) Echogenisitas regional yang tinggi, dermoid mesh dan nodul Rokitansky.4
2.3.2.3. CT scan
CT scan memiliki sensitivitas yang baik, yaitu 93 – 98% oleh karena dapat mendeteksi
lemak untuk mendiagnosis MCT. Ketika USG tidak memberikan diagnosis, maka pemeriksaan
CT scan dapat membantu untuk mendiagnosis Teratoma dengan mendeteksi lemak dan
kalsifikasi. Pada CT-scan terlihat lemak intratumoral, merupakan gambaran spesifik dari
teratoma kistik ovarium. Selain itu, dapat terlihat tonjolan Rokitansky, massa rambut yang
mengambang, gigi atau kalsifikasi dan perbedaan dua komponen cairan. Apabila terlihat implan
lemak di dalam kavitas peritoneal menunjukkan bahwa terjadinya ruptur intraperitoneal dari
teratoma.5,7
A B C
D E
Gambar 2.9. CT scan pasien dengan mature cystic teratoma (MCT). (A) Terlihat dua
struktur lemak (tanda panah) pada bagian kiri massa adnexa. (B) Terlihat batas lemak-
cairan pada MCT, serta lapisan lemak tipis pada bagian dalam dinding (kepala tanda
panah). (C) Nodul Rokitansky (kepala tanda panah) yang terdiri dari massa densitas tinggi
kistik dan seperti gigi. (D)Terdapat dua bola yang mengambang di dalam perbedaan
tingkat lemak – cairan, yang lebih besar memiliki densitas lebih rendah. (E) Bola yang
mengambang memiliki inti dengan densitas yang lebih tinggi.5
2.3.2.4. MRI
MRI digunakan untuk mengklasifikasikan massa ganas, membedakan massa pada organ
pelvis yang tidak jelas. Pada MRI dapat terlihat komponen lemak intramural dengan intesitas
sinyal yang tinggi pada T1 dan variasi intensitas sinyal pada T2 (Gambar 2.10). Terlihat
pergeseran artefak kimia, dimana terdapat area atau foci dengan intensitas sinyal yang sangat
tinggi pada gambar T2 yang berhadapan dengan jaringan lemak dan non-lemak, serta intensitas
yang rendah pada sisi yang berlawanan dari tumor. Selain itu pada MRI dapat terlihat
karakteristik batas lemak –cairan, nodul Rokitansky, rambut yang terdiri dari debris dan
bergantung dari gravitasi, protusi seperti pohon palem, rambut yang mengambang, dan materi
keratinoid intratumoral.5,7,9
A B
Gambar 2.10. Pemeriksaan MRI. (A) Terlihat massa heterogen dengan intenstas sinyal
yang tinggi pada bagian kanan adnexa (pada bagian lemak yang tersaturasi). (B) Spesimen
makroskopik dari komponen lemak terlihat sebagai area berwarna kuning di bagian
tengah tumor (tanda panah).5
A B C
Gambar 2.11. Pemeriksaan MRI pasien dengan MCT. (A) Terlihat pergesaran artefak
kimia pada bagian dalam dan luar tumor. Intensitas sinyal yang rendah (tanda panah)
terlihat pada bagian batas kranial dari kista dengan intensitas yangtinggi pada bagian
berlawanan. (B) Intensitas sinyal yang tinggi membuat lapisan lemak yang berhadapan
dengan intensitas sinyal rendah pada lapisan aqueous. (C) Nodul Rokitansky berbentuk
seperti kacang pada bagian kanan dinding massa kistik. Parenkim ovarium dengan
intensitas sinyal normal (kepala tanda panah) dapat dilihat pada dinding kista dengan
nodul Rokitansky terbentuk.5
A B
Gambar 2.12. Pemeriksaan MRI sagittal T-2. (A) Struktur hiperintens (tanda panah)
dengan pergeseran artefak kimia terhadap batas lemak – cairan di dalam massa kistik. (B)
Pada specimen makroskopik terlhat rambut dan matri keratinoid.5
A B
Gambar 2.13. Pemeriksaan MRI. (A) Terlihat struktur yang terprojeksi seperti pohon
palem ke dalam massa dengan intensitas sinyal yang tinggi (kepala tanda panah). (B) MRI
T2 terlihat bola yang mengambang (kepala tanda panah).5
2.3.2.5. Histopatologi
MCT umumnya unilokular pada 88% kasus disertai dengan kavitas kistik epitelium
skuamosa, dapat disertai dengan septa yang membagi kista menjadi beberapa kompartemen.
Kista umumnya terdri dari materi sebceaous yang menjadi cair pada suhu tubuh dan mengeras
pada suhu ruangan. Kista terdiri dari materi sebaceous berwarna kuning hingga kecoklatan.
Ukuran tumor bervariasi dari massa kistik kecil hingga besar lebih dari 39 cm, dengan sebanyak
80% memiliki ukuran 10 cm atau kurang. Tumor tersebut umumnya unilateral, melibatkan
ovarium bagian kanan (72%) dan bilateral pada 12% kasus.1,3,5
Berdasarkan penampilan luar, lesi ini memiliki karakteristik bentuk atau ukuran yang
bergantung dari heterogenisitas isi mikroskopik. Rambut, gigi, dan tulang mudah di identifikasi
dari pemeriksaan bagian luar. Terdapat bagian yang menonjol disebut nodul Rokitansky yang
terprojeksi ke bagian dalam kavitas kista. Gigi, tulang dan rambut umumnya berada pada nodul
tersebut. Pemeriksaan mikroskopik untuk mengonfirmasi diagnosis dengan mengidentifikasi
derivat jaringan yang terdiri dari lapisan sel germinal: jaringan ectodermal (jaringan epitelium
skuamosa, struktur adnexa, otak, jaringan sistem saraf, cerebellum dan plexus choroid), jaringan
mesodermal (otot, lemak, tulang, pembulu darah, jaringan limfoid kartilago) dan jaringan
endodermal (jaringan tiroid, epitelium gastrointestinal). Pemeriksaan histopatologi tetap
merupakan baku emas untuk diagnosis.1,3,5
Gambar 2.14. Struktur mature teratoma, dengan struktur kistik serta rambut dan materi
sebaceous; Merupakan contoh dari komponen mucinous pada borderline tumor, terlihat
area mucoid pada bagian bawah dan kiri kista.1
A B
Gambar 2.16. Kista Dermoid Atipikal. (A) Kista dermoid pada wanita 15 tahun dengan
karakteristik keseluruhan yang kistik; (B) Septa yang menebal dengan massa multilokul,
dimana berdasarkan histologi dijumpai kista dermoid dengan kapsul yang ruptur. (C)
Nodular mural hyperechoic, berdasarkan pemeriksaan MRI diijumpai komponen lemak
sebum dan nodul mural adalah nodul Rokitansky, dan berdasarkan histologi adalah kista
dermoid.4
Perillo et al melaporkan kasus mengenai wanita usia 37 tahun dengan kehamilan 6
bulan mengeluhkan nyeri epigastrium yang radiasi hingga region kiri abdomen disertai dengan
konstipasi. Setelah dilakukan pemeriksaan USG, ditemukan massa heterogenous hypoechoic
pada bagian kiri tanpa perubahan sinyal vascular yang signifikan dari Doppler. Kemuadian
dicurigai adanya fecaloma, sehingga dilaukan enema, namun kondisi pasien memburuk.
Dilakukan pemeriksaan USG kedua dan dijumpai dilatasi usus 8x5 mm dengan tanda “target”
disertai sedikit cairan. Sehingga di hipotesiskan invaginasi atau fecaloma Berdasarkan
pemeriksaan MRI ditemukan massa lobulated ukuran 5 cm yang menekan lumen usus di
kelilingi oleh cairan. Keluhan yang tidak membaik, maka dlakukan CT-scan dan dijumpai massa
di sebelah kiri adnexa ukuran 8 x 6 x 9 cm dengan cairan, lemak dan komponen kalsium.
Berdasarkan pemeriksaan CT-scan maka di duga kista dermoid merupakan penyebab massa. Hal
ini menunjukkan bahwa teratoma ovarium dapat disertai presentasi klinis atipikal dan radiologi.
Kehamilan dapat menganggu karakteristik teratoma dengan USG, sehingga dibutuhkan teknik
radiologi yang lain.11
Gambar 2.17. USG menunjukkan massa (tanda panah A dan B) dikeliling oleh
cairan (bintang A dan B) pada region kiri abdomen.11
Kista hemoragik umumnya terlihat sebagai massa hyperechoic, tetapi umumnya disertai
dengan peningkatan transmisi dibandingkan atenuasi akustik posterior yang terlihat pada kista
dermoid, dan pada pendarahan disertai dengan karakteristik tambahan seperti clot atau fibrin.
Endometriomata dapat menyerupai kistadermoid oleh karena terdapatnya produk darah yang
keringd dan nodul atau fibrosis. Gas usus dapat salah diduga sebagai kista dermoid hyperechoic
atau vice versa. Massa dapat terlewatkan oleh karena keterbatasan lapangan pandang dengan
pendekatan pemeriksaan transvaginal dan transabdominal. Abses tubo-ovarian dapat berisi area
shadowing hyperechoic oleh karena terdapatnya gas, batas cairan – cairan oleh karena
terdapatnya pus dan area hyperechoic oleh karena perdarahan tetapi pada sisi klinis dapat dilihat
pasien dengan tanda nyeri dan sepsis. Pedunculated fibroid dapat terlihat massa shadowing
dengan kalsifikasi.4
2.6. Tatalaksana
Tatalaksana definitis teratoma kistik adalah pembedahan. Oleh karena tingginya
insidensi teratoma kistik pada wanita usia reproduktif, masalah utama adalah untuk
mempertahankan fertilitas dan meminimalkan terbentuknya adhesi setelah operasi. Ukuran dari
massa, karakteristik dari USG, keterlibatan terhadap struktur sekitarnya, risiko keganasan, dan
gejala pasien serta keinginannya untuk menjaga fertilitas adalah faktor – faktor yang penting
dalam menentukan rencana manajemen.3 Beberapa pilihan terapi, antara lain:
Pemantauan atau manajemen ekspektasi: wanita pre – menopause yang ingin hamil atau
sedang hamil dan memiliki lesi dermoid kurang dari 6 cm disarankan untuk terapi
konservatif selama tingkat perkembngan kista < 2 cm/tahun, penanda tumor yang
negatif, kondisi asimptomatis dan memiliki komorbid medis dengan probabilitas yang
tinggi untuk komplikasi operasi. Berdasarkan panduan ACOG, bahwa massa adnexa
yang di diagnose saat hamil cenderung memiliki risiko keganasan dan komplikasi akut
yang rendah, sehingga kistik teratoma yang terjadi saat hamil di rekomendasikan untuk
pemantauan selama pasien tidak memiliki gejala akut.3,12,13
Terapi pembedahan: pada wanita pre-menopause, memiliki gejala dari lesi dermoid
dengan ukuran kurang dari 5 cm, lebih dipilih untuk dilakukan pembedahan kistektomi
laparoskopik sederhana, dari pada mengangkat seluruh ovarium. Kista dengan ukuran
lebh besar dari 5 -6 cm dan melibatkan seluruh ovarium hingga mengganggu
strukturnya, maka perlu dilakukan oophorectomy. Oophorectomy harus
dipertimbangkan untuk wanita post-menopause dan perimenopause dengan beberapa
kista pada satu ovarium atau dengan MCT ovarim yang besar dan tidak banyak jaringan
ovarium yang dapat dipertahankan. Berdasarkan pemeriksaan histologi dari spesimen
operasi untuk mengonfirmasi diagnosis, serta untuk menentukan stadium apabila suatu
kasus karsinoma. Apabila pada kasus tersebut, reseksi seluruhnya dengan salpingo-
oophorectomy, histerektomi dan kemoterapi dengan platinum. Laparoskopi merupakan
teknik baku emas untuk tatalaksana pembedahan.3,13
o Pembedahan laparoskopik: berdasarkan rekomendasi Royal College of
Obstetricians and Gynecologists (RCOG) di Inggris apabila di indikasikan untuk
pembedahan, maka pendekana laparoskopik merupakan baku emas untuk
manajemen massa ovarium yag jinak. Laporoskopi memiliki keuntungan
diagnsotik oleh karena dapat dilakukan sampling aciran peritoneal, eksplorasi
kavitas abdominopelvis terhadap kemungkinan keganasan sehingga dapat menilai
keterlibatan struktur sekitarnya, perdarahan yang lebih sedikit, nyeri paska operasi
yang lebih sedikit, lebih sedikit memerlukan analgesik paska operasi, lama
perawatan di rumah sakit lebih singkat, risiko terbentuknya adhesi lebih sedikit,
memiliki penampakan kosmetik yang lebih baik, biaya yang lebih murah (secara
keseluruhan), dan magnifikasi yang lebih baik. Kekurangan dari pendekaatan
laparoskopi adalah durasi operasi yang lebih lama, risiko untuk kista yang tumpah
labih tinggi, risiko untuk rekurensi, dan biaya yang lebih mahal (individual).
Dilaporkan bahwa tumpahnya isi dari kista terajdi 1 dari 3 kasus laparoskopi dan
khususnya terjadi pada mereka dengan kista yang lebih besar dan diterapi dengan
kistektomi. Penggunaan Endobag (kantung endoskopi yang kedap) dalam suatu
uji kontrol terandomisasi, menunjukkan berkurangnya tumpahan kista sebanyak
3,7 – 46% kasus. Selain itu dapat melakukan insisi melalui sisi mesial pada kista
dermoid, metode laparotomi gasless lift, dan elektrokoagulasi yang lebih sedikit
untuk mengurangi terjadi spillage. Risiko terjadinya rekurensi dijumpai 2 – 10
tahun setelah operasi kistektomi laparoskopi. Oleh karena dapat disertai
keterlibatan ovarium kontralateral dengan teratoma kistik occult, maka perlu
dilakukan inspeksi ovarium secara teliti. Beberapa pasien dapat mengalami tumor
sel germinal lain dalam 6 bulan – 6 tahun, maka pasien premenopause dengan
manajemen kistektomi harus di pantau untuk rekurensi dan tumor sel germinal
lainnya.3,12,13
o Laparotomi: Laparotomi direkomedasikan untuk kasus kompleks seperti massa
kompleks yang besar beberapa peneliti menyarankan laparotomi dengan ukuran
titik potong tumor > 10 cm, kista bilateral, ruptur kista dengan kegawatdaruratan
akut, atau keganasan dengan stadium lanjut. Apabila dicurigai terjadinya
transformasi keganasan yang tinggi, terapi termasuk analisis frozen section
terhadap spesimen jaringan oleh patologis saat operasi, menentukan stadium,
prognosis serta terapi selanjutnya.3,12
Berdasarkan laporan kasus oleh Uyanikoglu dan Dusak terhadap keberhasilan total
eksisi laporoskopi pada wanita usia 28 tahun (gravida 0) dengan hasil pemeriksaan patologi
adalah mature cystic teratoma dengan ukuran 15 x 14 x 10 cm. Tatalaksana konvensional pada
kista ovarium besar adalah laparotomi yang diikuti dengan kistektomi atau oophorectomy.
Namun, laparotomi menyebabkan luka bekas operasi yang terlihat dan mengurangi fertilitas
pasien. Sehingga, pada kasus ini penulis memiliki pembedahan dengan pendekatan laparoskopi
dan kistektomi.10
A B C
Gambar 2.20. Pembedahan laporoskopi. (A) kista yang besar pada ovarium kiri. (B)
Dilakukan prosedur aspirasi dari kista dengan jarum veress. (C) Dilakukan eksisi pada
dinding kista dengan scalpel harmonic.10
2.7. Komplikasi
Teratoma kistik ovarium dapat disertai dengan beberapa komplikasi. Diagnosis yang
akurat dan tepat waktu dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.3 Komplikasi yang sering
terjadi antara lain:
Torsio ovarium: sering terjadi pada kista dermoid yang dapat dipengaruhi oleh isi lemak
yang banyak, beratnya dan pedicle (ligamen suportif) yang panjang sehingga
mengganggu aliran darah dan menyebabkan ganren atau infarksi perdarahan. Hampir
semua kista dermoid yang mengalami torsio memilik ukuran lebih dari 5 – 6 cm.
Insidensi torsi adalah 3 – 21% yang umumnya terjadi pada kelompok ukuran 5 – 15 cm.
Di hipotesiskan bahwa risiko torsio ovarium lebih tinggi pada diameter “intermediate”
yaitu antara ukuran 6 – 9 cm, namun berdasarkan penelitian Rabinovich et al, bahwa
torsio ovarium pada kista dermoid dipengaruhi oleh usia lebih muda, namun tidak
berhubungan dengan diameter. Torsio ovarium dapat menyebabkan terjadinya kehilangan
ovarium, ruptur (jarang) dan fistulisasi.3,12,14
Gambar 2.21. Wanita usia 20 tahun dengan keluhan nyeri abdomen dan berdasarkan USG
dijumpai massa kistik ovarium bilateral. (A) Hasil temuan intraoperatif nekrosis dari
ovarium kiri dan ditemukan terpuntir 2 kali. (B) Hasil temuan intraoperative warna
ovarium kanan membaik setelah detorsi.15
Ruptur kista dermoid: ruptur yang spontan jarang terjadi, risiko terjadi ruptur pada
teratoma ovarium adalah 1 – 4%. Tumpahnya isi kista maka cairan sebaceous, sel epitel
deskuamasi, tulang atau gigi ke dalam kavitas peritoneal dapat menyebabkan peritonitis
akut atau kronik. Apabila terjadi komplikasi, maka fase akut, syok dan perdarahan dapat
terjadi. Paparan yang kronik dapat menyebabkan iritasi, materi sebaceous dan rambut
dapat menyebabkan granulomatous perinotitis.3,12
Infeksi: risiko infeksi dari teratoma kistik adalah 1 – 4%. Rute infeksi dapat melalui
hematogenous, lymphomatous atau secara langsung melalui struktur sekitarnya seperti
usus. Infeksi dapat menyebabkan kista membentuk adhesi atau ruptur pada kasus yang
lebih berat.3
Gambar 2.22. Wanita usia 45 tahun dengan keluhan nyeri abdominal dan demam.
Berdasarkan pemeriksaan dijumpai massa ovarium yang diduga kista dermoid.
Berdasarkan pemeriksaan histopatologi, dijumpai (A) MCT yang dikelilingi oleh reaksi
inflamasi polimorfik, sel neutrophil polinuklear, limfosit, sel plasma dan makrofag. (B)
Dengan pembesaran terlihat cacing dewasa dengan telur Schistosoma haematobium
yang dikeliling oleh inflamasi granulomatous.16
Adhesi: terkadang, kista dapat bergantung pada suplai darah dari omentum atau struktur
sekitarnya dengan membentuk sirkulasi dan lepas secara keseluruhan dari pedicle,
sehingga disebut “dermoid parasitik”. Inflamasi kronis dapat menyebabkan adhesi
semakin memburuk, meningkatkan risiko terjadinya obstruksi usus.3
Transformasi menjadi malignant: perubahan menjadi ganas dilaporkan terjadi pada 1 –
3% dari seluruh kasus teratoma kistik antara usia 30 – 70 tahun, dengan nsidensi lebih
tinggi pada pasien usia 40 – 60 tahun. MCT dapat mengalami transformasi keganasan,
apabila disertai dengan faktor risiko: usia lebih dari 45 tahun, ukuran kista lebih dari 10
cm, perkembangan tumor yang cepat dan hasil temuan USG serta Doppler yang tidak
normal dengan peningkatan vaskularisasi, pola hetero echo, projeksi papilari dan septa.
Umumnya terjadinya karsinoma sel skuamosa (50%), dan 50% lainnya transformasi
menjadi: karsinoma sel transitional, melanoma malignant, choriocarcinoma, carcinoids,
sarcoma dan adenocarcinoma.3,12
Gliomatosis peritonei: implantasi jaringan glial pada viseral atau peritoneal terlihat nodul
abu – abu atau putih, diameter 1 – 3 mm, dan menyebar pada kavitas peritoneal. Oleh
karena sulit membedakan penampakannya dengan carcinomatosis peritoneal dan
peritonitis tuberculosis, perlu dilakukan evaluasi histologi untuk diagnosis.3
Autoimun: gangguan autoimun merupakan komplikasi yang jarang dari kista dermoid,
termasuk encephalitis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDAR) dan anemia autoimun
hemolitik. Encephalitis dapat disertai dengan gejala psikosis akut dan kejang yang
menetap, lebih sering terjadi pada pasien dewasa dan kelompok usia lebih mudah.
Reseksi kista merupakan manajemen terapi yang efektif. Patogenesis terjadinya anemia
hemolitik autoimun adalah: zat dari tumor secara antigenik berbeda dengan host dan
menyebabkan respon antibodi pada host yang berekasi silang dengan sel darah merah,
produksi antibody dari tumor secara langsung terhadap sel darah merah host, dan zat
tumor membungkus sel darah merah yang merubah antigenisitas dari sel darah merah.6,12
Obstruksi ureter: dermoid ovarium harus dipertimbangkan untuk penyebab obstruksi
ureter distal dan hydroureteronephrosis proksimal pada wanita usia muda.17
Gambar 2.23. Pemeriksaan CT-scan pada wanita usia 17 tahun dengan keluhan nyeri
abdomen kolik dan mual. Pada CT-scan terlihat dermoid ovarium kanan menyebabkan
hyroureteronephris obstruktif kanan (tanda panah).17
2.8. Prognosis
Prognosis MCT bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan komplikasinya.
Teratoma kistik yang jinak umumnya memiliki prognosis yang baik setelah manajemen
pembedahan dengan risiko rekurensi 2 – 10 tahun. Kista dermoid dapat mengalami rekurensi
sebanyak 3 – 4% dari kasus. Rekurensi lebih sering terjadi pada kasus yang diterapi dengan
laparoskopi, oleh karena kista kecil yang tidak diketahui. Beberapa faktor prediktif lainnya
adalah: usia muda (kurang dari 30 tahun), kista yang berukuran besar (8 cm atau lebih) dan kista
bilateral. Pada teratoma kistik yang berubah menjadi ganas memiliki prognosis yang bervariasi
bergantung dari stadium, pola pertumbuhan dan invasi vascular dari tumor. Berdasarkan studi
Peterson et al tingkat kelangsungan hidup 5 tahun pada tumor stadium I yang tidak ruptur adalah
75%. Berdasarkan penelitian Kashimura et al bahwa tingkat kelangsungan hidup 5 tahun pada
stadium I adalah 50%, stadium II adalah 25%, stadium III adalah 12% dan tidak ada yang hidup
pada stadium IV.3,12
DAFTAR PUSTAKA
1. Euscher ED. Germ Cell Tumors of the Female Genital Tract. Surg Pathol Clin.
2019;12(2):621-649.
2. Wang WC, Lai YC. Genetic analysis results of mature cystic teratomas of the ovary in
Taiwan disagree with the previous origin theory of this tumor. Hum Pathol. 2016;52:128-
35
3. Ahmed A, Lotfollahzadeh S. Cystic Teratoma. 2020. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Dikutip dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564325/
4. Williams PL, Dubbins PA, Defriend DE. Ultrasound in the diagnosis of ovarian demoid
cysts: a pictorial review of the characteristic sonographic signs. Ultrasound. 2011;19:85 –
90.
5. Sahin H, Abdullazade S, Sanci M. Mature cystic teratoma of the ovary: a cutting edge
overview on imaging features. Insights Imaging. 2017;8(2):227-241.
6. Hamilton CA. Cytic Teratoma. Medscape [Internet]. 2019. Dikutip dari:
https://emedicine.medscape.com/article/281850-overview
7. Multani J, Kives S. Dermoid cysts in adolescents. Curr Opin Obstet Gynecol.
2015;27(5):315-9.
8. Deguchy Q, Fananapazir G, Corwin M, Lamba R, Gerscovich E, McGahan J. Benign
Rapidly Growing Ovarian Dermoid Cysts: A Case Series. J Diagn Med Sonogr.
2017;33(1):71-74.
9. American College of Obstetricians and Gynecologists’ Committee on Practice Bulletins
—Gynecology. Practice Bulletin No. 174: Evaluation and Management of Adnexal
Masses. Obstet Gynecol. 2016;128(5):e210-e226
10. Uyanikoglu H, Dusak A. A Huge Ovarian Dermoid Cyst: Successful Laparoscopic Total
Excision. J Clin Diagn Res. 2017;11(8):QD03-QD05.
11. Perillo T, Romeo V, Amitrano M, Cuocolo R, Stanzione A, Sirignano C, Soscia E,
Maurea S. Atypical dermoid cyst of the ovary during pregnancy: A multi-modality
diagnostic approach. Radiol Case Rep. 2020;15(3):298-301.
12. Moridi A, Arab M, Fazli G, Khayamzadeh M. Clinical Points in Dermoid Cyst
Management: A Review Article. J Obstet Gynecol Cancer Res. 2016; 1(3):e10034.
13. Sinha A, Ewies AA. Ovarian Mature Cystic Teratoma: Challenges of Surgical
Management. Obstet Gynecol Int. 2016; 2016:2390178.
14. Rabinovich I, Pekar-Zlotin M, Tal YB, et al. Dermoid cysts causing adnexal torsion.
What are the risk factors? Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2020; 251: 20 – 22.
15. Baradwan S, Sendy W, Sendy S. Bilateral dermoid ovarian torsion in a young woman: a
case report. J Med Case Rep. 2018 Jun 8;12(1):159.
16. Azamil MA, Elalami I, Siati A, Lamalmi N. An unusual presentation of ovarian dermoid
cyst: a case report and review of literature. Obstet Gynecol Sci. 2018; 61 (4): 529 – 532.
17. Neelakantan S, Reddy R, Swamy AK. Ovarian dermoid presenting as unilateral
obstructive uropathy. BMJ Case Rep. 2016;2016: 1 – 2.