Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN TERATOMA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

Stase Keperawatan Keperawatan anak

Disusun oleh :

MARYO FRANS MAKUALAINA

A1C121021

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2022
LAPORAN PENDAHULUAN TERATOMA

1. Definisi
Teratoma adalah tumor sel germinal yang umumnya terdiri dari beberapa jenis
sel yang berasal dari satu atau lebih dari 3 lapisan germinal endoderm, mesoderm,
dan ekktoderm.Teratoma berasal dari bahasa yunani yaitu teras yang berarti monster.
Teratoma dibagidalam tiga kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma imatur,
dan teratoma monodermaldengan diferensiasi khusus. Teratoma bervariasi dari
bentuk yang jinak yaitu lesi kistik welldifferentiated (mature) sampai bentuk yang
solid dan maligna (immature). Umumnyateratoma kistik adalah jinak dan yang padat
adalah ganas.
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering
setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Selain itu, ada juga yang
memiliki komponentertentu (umumnya squamous) yang mengalami transformasi
maligna, namun jarangditemukan.
Ovarium teratoma Juga disebut kista dermoid ovarium, ini adalah tumor aneh,
biasanyajinak, dalam ovarium yang biasanya berisi keragaman jaringan termasuk
rambut, gigi,tulang, tiroid, dll. Sebuah kista dermoid berkembang dari sel germinal
totipotential (oositprimer) yang disimpan dalam kantung telur (ovarium). Menjadi
totipotential, sel yang dapatmenimbulkan semua perintah dari sel yang diperlukan
untuk membentuk jaringan matangdan struktur sering dikenali seperti rambut, tulang
dan sebaceous (berminyak) materi,jaringan saraf dan gigi.

2. Etiologi
Keberadaan teratoma telah diakui selama berabad-abad, selama itu pula
asalpenyebabnya masih berupa spekulasi dan perdebatan. Dahulu
masyarakatmempercayai penyebabnya adalah karena menelan gigi dan rambut,
kutukan daripenyihir, mimpi buruk, atau berhubungan dengan setan. Teori yang
paling banyakdipakai saat ini adalah parthenogenik yang mengatakan teratoma
berasal dari selgerminal primordial. Teori ini didukung oleh distribusi anatomi dari
tumor yaitusepanjang jalur migrasi sel germinal primordial dari kantung yolk pada
gonad primitif.Linder dan rekan melakukan penelitian dari teratoma kistik matur dari
ovarium .Mereka menggunakan teknik sitogenetik canggih untuk menunjukkan
bahwa tumorini berasal dari sel germinal dan timbul dari sel germinal tunggal setelah
pembelahanmeiosis pertama.

3. Patofisiologi
Teratoma tersusun atas berbagai jenis sel parenkimal yang berasal lebih darisatu
lapisan germinal dan sering berasal dari ketiga lapisan. Tumor ini berasal darisel-sel
totipoten, umumnya pada garis tengah atau paraxial. Lokasi yang paling sering adalah
sacrococcygeal (57%). Karena berasal dari sel totipoten, sehinggasering ditemukan di
kelenjar gonad (29%). Sejauh ini, lokasi gonad yang palingsering terjadi adalah pada
ovarium, disusul pada testis.Kista teratoma kadangmuncul pada sequestered midline
embryonic cell rests dan bisa pada mediastinum(7%), retroperitonial (4%), cervical
(3%) dan intrakranial (3%) . Sel-selberdiferensiasi sesuai lapisan germinal, yang
terdiri dari berbagai jaringan padatubuh, seperti rambut, gigi, lemak, kulit, otot, dan
jaringan endokrin.

4. Epidemiologi
Freksuensi 25% dari tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15
tahundengan usia median 19 tahun.Teratoma sakrokoksigeal adalah tumor tersering
pada bayi baru lahir, terjadipada 1 kelahiran diantara 20.000-40.000 kelahiran.
Kista Teratoma matur terjadi pada 10-20% keganasan ovarium. Tumor
inimerupakan tumor sel germinal ovarium dan juga keganasan tumor tersering
padapasien dibawah 20 tahun. Sementara, kasus tumor bilateral terjadi pada 8-14%
dariseluruh kasus.
Insiden tumor testikular pada pria adalah sebesar 2,1-2,5 kasus per
100.000populasi. Tumor sel germinal terjadi pada 95% tumor testikular setelah
pubertas,tetapi teratoma jinak testis jarang terjadi, hanya sebesar 3-5% dari jumlah
kasustumor sel germinal. Insiden tumor testis pada anak prepubertal adalah 0,5-2
kasusper 100.000, dengan prosentase teratoma matur sebesar 14-27%. Tumor
inimerupajan tumor sel germinal kedua tersering pada populasi in. Teratoma jinak
darimediastinum jarang, yaitu 8% dari seluruh kasusu tumor pada daerah ini.

Teratoma sakrokoksigeal
Teratoma sakrokoksigeal sering terdiagnosis pada periode prenatal,
dankomplikasinya dapat muncul selama sebelum dan setelah kelahiran.
Outcomesetelah diagnosis antenatal lebih buruk bila dibandingkan yang didiagnosis
postnatal dan dilakukan pembedahan serial, dengan tingkat survival bervariasi dari
54-77%
Potensi komplikasi pada uterus meliputi polihidramnion dan
perdarahantumor, yang menyebabkan anemia dan nonimmune hydrops fetalis. Bila
terdapat. atrioventricular shunting terjadi dalam tumor, hydrops dapat disebabkan
high outputcardiac failure.
Perkembangan hidrops adalah tanda yang buruk. Jika berkembang
setelahgestasi 30 minggu, tingkat mortalitasnya adalah sebesar 25%. Bila telah
ditemukanada hidrops, proses persalinan direkommendasikan sesegera mungkin
setelahmaturitas paru terjadi. Perkembangan hidrops sebelum gestasi 30 minggu
memilikiprognosis yang lebih buruk, dengan tingkat mortalitas 93%. Makin dkk.
Melaporkanbahwa intervensi pengobatan pada masa antenatal dari hidrop fetalis
tidakmeningkatkan outcome dengan tingkat kematian 6 dari 7 kasus (86%). Hidrop
danprematuritas merupakan dua faktor yang menyebabkan kematian dan
prematuritas.
Morbiditas pospartum teratoma sakrokoksigeal adalah terkait dengan anomaly
kongenital, masa dari tumor, kekambuhan yang terjadi, dan komplikasi intra danpasca
operasi. Sepuluh sampai dua puluh empat persen teratoma sakrokoksigeal
dihubungkan dengan anomali kongenital lainnya, terutama defek pada daerah hindgut
dan kloaka, yang melebihi estimasi 2,5% pada populasi umum.
Pada salah satu studi serial yang meneliti 57 kasus teratoma jinak
selamaperide 40 tahun dari sebuah lembaga, 5 kasus kekambuhan dilaporkan. Pada
kasustersebut, hanya satu kasus kekambuhan yang tidak memerlukan koksigektomi,
danterdapat satu kasus yang semula dianggap tumor jinak dengan komponen
immatureditemukan adanya karsinoma embrional setelah eksisi ketiga. Pada
penelitian inijuga, 3 pasien didapatkan mengalami infeksi luka pasca operasi dan satu
pasienmengalami pneumonia pasca operasi. Tingkat survival keseluruhan adalah
sebesar95% dan tingkat morbiditas atau mortalitas konsisten selama periode 40 tahun
penelitian .
Pada penelitian yang lebih baru, 26 pasien didiagnosisi dengan teratoma jinak.
Tujuh dari 20 pasien dengan follow up jangka panjang mengalami perkembangan
neuropati bladder dan gangguan usus. Sebuah penelitian longitudinal cross-sectional
menemukan gejala sisa pada masa anak-anak, membaik seiring berjalannya waktu,
sementara gejala fungsional yang dilaporkan pada masadewasa adalah sama dengan
populasi umum dan tidak meningkat melebihi kelompok kontrol.
Teratoma ovarium
Komplikasi dari teratoma ovarium meliputi torsi, ruptur, infeksi, anemia
hemolitik, dan degenerasi malignaTorsi adalah penyebab morbiditas utama, terjadi
pada 3-11% kasus.Beberapa penelitian menunjukkan bawa peningkatan ukuran tumor
berhubungan dengan peningkatan risiko torsi [2,17].

Ruptur dari teratoma kistik memang jarang dan mungkin spontan atau terjadi
karena torsi. Banyak laporan penelitian menyebutkan bahwa tingkat kejadian rupture
kurang dari 1% [2,1], meskipun penelian oleh Ahan dkk. melaporkan bahwa terjadi
pada 2,5% dari 501 pasien yang diteliti [18]. Ruptur dapat terjadi tiba-tiba,
menyebabkan shock atau perdarahan dengan chemical peritonitis acute. Kasus yang
kronis bisa juga terjadi, yang akan mneyebabkan peritonitis granulomatosa.Prognosisi
setelah kejadian ruptur biasanya baik, tetapi ruptur sering kali menyebabkan adanya
perlekatan tebal.
Infeksi jarang terjadi dan terjadi kurang dari 1-2% kasus. Bakteri coliform
merupakan organisme yang sering terlibat.

Anemia hemolitik autoimmune telah dihubungkan dengan kasus


teratomakistik matur. Pada kasus ini, pengeluaran tumor menyebabkan kesembuhan
darigejala ini. Teori yang membelakangi mekanisme patogenesis dari kejadian ini
adalah(1) zat dari tumor yang merupakan antigen bagi host, sehingga menyebabkan
pembentukan antibodi yang bereaksi silang dengan sel darah merah host, (2)adanya
produksi antibodi dari tumor yang secara langsung melawan sel darah merah host, (3)
terlapisnya sel darah merah oleh substansi tumor sehinggamenyebabkan perubahan
antigenisitas sel darah merah. Dalam lingkup ini, imejingradiologis dari pelvis
diperlukan pada kasus anemia hemolitik refrakter.

Pada bentuk yang asli, teratoma kistik matur ovarium umumnya selalu
jinak,namun sekitar 0,2-2% kasus mengalami transformasi maligna pada salah
satukomponennya, yang seringkali adalah sel skuamos. Prognosis pasien
dengandegenerasi maligna umumnya buruk namun tergantung dari stadium dan jenis
selyang mengalami degenerasi.

Teratoma testis
Teratoma testis terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi insiden dan
perjalanan penyakitnya sangat berbeda. Teratoma murni tersusun atas 38% tumorsel
germinal pada bayi dan ank-anak, tetapi hanya 2% saja setelah pubertas. Padaanak-
anak, biasanya bersifat jinak, sementara pada remaja dan dewasa sering kali
mengalami metastase [22,23]. Oleh karena, tidak adanya metastase pada
kasusprepubertas, maka morbiditas terbatas pada komplikasi pembedahan
danpascaoperasi.
Selama dan setelah pubertas, semua teratoma dianggap ganas karenameskipun
teratoma matur (yang secara histologis komponennya matur) dapatmengalami
metastasis ke kelenjar getah bening retroperitonial atau pada tempatlain. Tingkat
metastasis bervariasi dari 29-76%. Morbiditas dihubungkan denganpertumbuhan dari
tumor, yang dapat menginvasi atau mengobstruksi struktur lokal,sehingga menjadi
tidak dapat direseksi. Sekitar 20% pasien mengalami kekambuhanselama periode
pengawasan.

Teratoma mediastinum
Teratoma matur mediastinum, merupakan tumor sel germinal
mediastinum,adalah lesi yang jinak. Tumor ini tidak memiliki potensi ganas seperti
yang diamatipada teratoma testis dan dapat disembuhkan dengan reseksi surgikal
saja. Olehkarena letak dari lesi ini, maka sumber morbiditas seringkali terkait
dengankomplikasi intraoperasi dan pascaoperasi.
Jenis Kelamin
Teratoma sakrokoksigeal sering terjadi pada wanita daripada pria, denganrasio
wanita dibandingkan pria 3-4:1. Sebagian besar laporan menyebutkan tidak ada
predileksi seksual pada teratoma medastinal. Kecuali, teratoma testikular, 75-80%
teratoma terjadi pada wanita .
Umur
Lokasi dari teratoma berhubungan dengan usia.
 Pada bayi dan awal anak, lokasi paling sering adalah ekstragonadal,
 sedangkan teratoma setelah anak-anak umumnya terjadi pada gonad.
 Teratoma kistik ovarium dapat terjadi pada usia berapapun, meskipun
 seringkali pada masa reproduksi. Insiden tersering pada usia 20-40 tahun.
 Teratoma testikular dapat muncul pada usia berapapun tetapi lebih sering
 terjadi pada masa bayi dan anak-anak. Pada dewasa, teratoma tetikular
 murni jarang terjadi, hanya 2-3% dari tumor sel germinal.
 Teratoma mediastinum dapat muncul pada usia berapapun tetapi
seringkalipada usia 20-40 tahun.

5. Tanda dan Gejala Teratoma Ovarium


Teratoma kistik Matur pada ovarium sering ditemukan secara tidak sengaja
pada pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan radiografi, atau selama operasiabdomen.
Teratoma kistik dewasa dari ovarium seringkali asimptomatik. Gejala-gejala yang
mungkin muncul:
 Nyeri perut biasanya konstan dan berkisar dari ringan sampai sedang. Torsi
 dan ruptur akut biasanya akan menyebabkan nyeri yang hebat.
 Teraba adanya massa atau pembengkakan
 Perdarahan uterus abnormal. Diduga karena gangguan produksi
hormon,namun belum ada bukti histologis yang mendukung.
Gejala pada kandung kemih, gangguan pencernaan, dan sakit punggung
mungkinnamun jarang terjadi

6. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Peningkatan serum alpha-fetoprotein (AFP) dan beta-human chorionic
gonadotropin(HCG) tingkat mungkin menunjukkan keganasan.
 Radiologi
Pemeriksaan penunjang untuk teratoma sebagian besar radiografi,
dangambarannya hampir sama meskipun pada lokasi yang bervariasi.
Jika teratoma ditemuan di dalam uterus, harus dilakukan pemeriksaan USGserial
pada janin untuk mengawasi kemngkinan terjadinya hidropfetaliss. Dalamkasus
teratoma sacrococcygeal, pemeriksaan USG dapat menunjukkan komponenkistik dan
perluasan tumor ke dalam pelvis atau abdomen, seperti yang digambarkanpada
gambar di bawah. USG menggambarkan pergeseran vesica urinaria danrektum,
dengan kompresi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis atau hydroureter.
CT scan dari abdomen dan pelvis sebelum eksplorasi bedah lebih lanjutdapat
menggambarkan tumor sacrococcygeal.
Serupa dengan ultrasonografi, ajuvan CT scan berguna dalam
mendiagnosateratoma ovarium dan dapat mendeteksi keterlibatan hepar dan kelenlar
lymphdalam kasus maligna. Dalam sebuah studi ultrasonografi transvaginal memiliki
tinggiuntuk membedakan teratoma dari massa ovarium lainnya.
MRI dapat membedakan kepadatan lipid dengan cairan lain dan darah
danmungkin sebagai pemeriksaan tambahan yang berguna untuk diagnosis
teratomaovarium, dengan akurasi 99%.
Dalam kasus yang dicurgai teratoma mediastinum foto thorak anterior-posterior
dan lateral dpat memberikan informasi penting tentang ukuran dan lokasimassa. CT
scan dan / atau MRI lebih lanjut dapat memperjelas diagnosis dan jugasangat berguna
dalam menggambarkan batas-batas massa mediastinum,keterlibatan pembuluh darah
yang potensial, dan kehormatan.
Echocardiography dapat digunakan untuk menggambarkan efek fisiologis
darimassa mediastinum, seperti tamponade atau stenosis pulmonal, dan
dapatdigunakan untuk memandu needle biopy. Fine needle biopsy dapat digunakan
untukmembedakan massa mediastinum jinak dan ganas pada 90% kasus.
Histologi
Dalam teratoma, bagian luar dari dinding tumor biasanya dilapisi denganj aringan
aslinya. Rongga kista sering dilapisi dengan epitel skuamosa keratin danbiasanya
berisi banyak sebasea dan kelenjar keringat. Rambut dan kulit pelengkap lainnya
biasanya muncul. Kadang-kadang, dinding kista dilapisi oleh epitel bronchial atau
gastrointestinal. Reaksi Giant-cell dapat dilihat di berbagai tumor dan mungkin,dalam
kasus teratoma intraperitoneal, menyebabkan pembentukan adhesi yang luasjika isi
tumor pecah. Jaringan ectodermal ditemui mungkin termasuk otak, glia,jaringan
saraf, retina, choroids, dan ganglia. Mesodermal jaringan diwakili olehtulang, tulang
rawan, otot polos, dan jaringan berserat.

7. Stadium
Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang dimodifikasi
olehRobboy dan Scully:
Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor
Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia. Mitosis
dapatditemukan, tetapi epitel neural tidak ditemukan atau terbatas pada
1 lapanganpandang per slaid
Derajat 2: Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per slaid
Derajat 3 : Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per slaid dan
seringmenyerupai koriokarsinoma.
Departemen Bedah dari American Academy of Pediatrics, Altman dan
rekanmelaporkan sistem penggolongan tipe teratoma Sacrococcygeal sebagai
berikut:
Tipe I : Sebagian besar adalah tumor eksternal, melekat pada tulang ekor,
danmungkin memiliki komponen presacral kecil (45,8%).Tidak ada metastasis
dikaitkandengan kelompok ini.
Tipe II : Tumor memiliki massa baik eksternal dan ekstensi panggul signifikan
presacral (34%) dan memiliki tingkat metastasis 6%.
Tipe III: tumor terlihat dari luar, tetapi massa yang dominan adalah panggul
danintraabdominal (8,6%). Tingkat 20% dari metastase ditemukan dalam
kelompok ini.
Tipe IV: lesi tidak terlihat dari luar tetapi sepenuhnya presacral (9,6%) dan
memiliki
tingkat metastasis 8%.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari teratoma sebagian besar terapi bedah.
Teratoma Sacrococcygeal
Teratoma Sacrococcygeal yang didiagnosis sebelum lahir harus dipantauketat.
Pada janin dengan tumor yang lebih besar, operasi Sectio caesarea
harusdipertimbangkan untuk mencegah distosia atau pecahnya tumor.
Karenaprognosisnya yang buruk berhubungan dengan perkembangan
hidropfetalissebelum usia kehamilan 30 minggu, menguntungkan bagi janin apabila
dilakukanoperasi uterus. Dalam kebanyakan kasus, teratoma sacrococcygeal harus
dilakukanreseksi electif pada minggu pertama kehidupan, karena semakin lama
dituda dapatmeningkatkan tingkat keganasan.
Teratoma Ovarium
Teratoma kistik matur dari ovarium dapat dihilangkan dengan
kistektomisederhana daripada salpingo-ooforektomi.Meskipun degenerasi ganas
sangat langka, kista harus dihilangkan secarakeseluruhan, dan jika elemen-elemen
imatur ditemukan, pasien harus menjalaniprosedur penggolongan stadium standar.
Teratoma testis
Teratoma testis diobati dengan orchiectomy sederhana atau radikal. Baru-baru
ini, eksisi konservatif dengan enukleasi juga telah direkomendasikan padamasa
prepubertas pada testis. Resiko keganasan meningkat seiring pematangantestis.

Teratoma mediastinum
Teratoma matur dari mediastinum harus direseksi. Tumor mungkin
melekatdengan struktur sekitarnya, yang memerlukan reseksi dari perikardium,
pleura, atauparu-paru. Bila reseksi lengkap dapat menurunkan resiko kekambuhan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Riwayat penyakit dahulu, pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya?
b. Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dengan riwayat
penyakityang sama atau dengan kanker yang lain?
c. Wanita dengan faktor resiko, lingkungan, gaya hidup tidak sehat,
kebiasaanmenggunakan talk pada vagina, obat-obatan perangsang ovulasi,
obat-obatan pelangsing tubuh yang menyebabkan deuretik?
d. Riwayat ginekologi, usia menarche, keluhan saat haid, siklus haid danlamanya,
penggunaan kontrasepsi.
e. Respon psikososial klien:
- kecemasan
- ketakutan
- harga diri rendah
f. Data dasar pengkajian

1. Aktivitas / istirahat
- Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas,berkeringat malam.
- Kelemahan atau keletihan.
- Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2. Sirkulasi.
- Palpilasi, nyeri dada, perubahan tekanan darah.

3. Integritas ego
- Faktor stres ( pekerjaan, keuangan, perubahan peran ), caramengatasi stres
( keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain ).
- Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan,bentuk tubuh.
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi.
- Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri padadefekasi.
- Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri,sering berkemih.
- Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5. Makanan / cairan
- Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak,adiktif, bahan
pengawet
- Anorexsia, mual-muntah.
- Intoleransi makanan.
- Perubahan berat badan.
- Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6. Neurosensori
- Pusing, sinkope
7. Nyeri
- Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat).

g. Pemeriksaan fisik head to toe


1. Abdoment dan pelvis
- Inspeksi
Adanya penonjolan, penderita tampak sakit, mual, muntah,
aktivitasberkurang
- Auskultasi
Bising usus
- Palpasi
Nyeri tekan, nyeri lepas, gejala infeksi (peningkatan suhu tubuh).
Diameter tumor, massa dapat digerakkan atau tidak, unilateral atau
multi, asites ada atau tidak, konsistensi padat atau lunak.
i. Genetalia
- Pendarahan fangsun mixsi/ defekasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Preoperatif
a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme
ototsekunder, akibat pertumbuhan kista dan penekanan jaringan sekitar.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
- Penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat penyakit kistaovarii
- Penurunan masukan oral, ketidaknyamanan mulut, mual,muntah
c. Ansieteas yang berhubungan dengan:
- Penyakit yang tidak dapat diperkirakan.
- Prosedur pembedahan
- Efek samping pembedahan.
d. Kurang pengetahuan mengenai prognosis penyakit berhubungan
dengantidak mengenal sumber informasi
2. Pasca operasi
 Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat sekunder
daripembedahan.
 Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
akibat pembedahan.

C. Rencana intervensi keperawatan.


1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme
ototsekunder akibat pertumbuhan kista dan penekanan ke jaringan sekitar.

 Kriteria hasil :
- Nyeri berkurang setelah melakukan tindakan peredaan rasanyeri yang
memuaskan sehingga klien melaporkan penghilangan nyerimaksimal.
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasipengurangan rasa
nyeri.
 Intervensi:
1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan
intensitasnyeri serta tindakan penghilangan yang digunakan.
2. Kurangi adanya kurang pengetahuan klien dengan menjelaskansebab-
sebab nyeri kepada klien.
3. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.
4. Bicarakan dengan klien dan keluarga penggunaan terapi distraksi.
5. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut: bernafas
teratur,mendengarkan musik.
6. Ajarkan tindakan penurunan nyeri reninvasif.
- Bernafas perlahan-lahan, teratur (nafas dalam).
7. Kolaborasi pemberian analgetik untuk pereda rasa nyeri / sakit
yangoptimal.
8. Evaluasi efektivitas obat pengurang rasa sakit.

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:


- penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat penyakit kista ovarii
- penurunan masukan oral, ketidaknyamanan mulut, mual, muntah,
 Kriteria Hasil
-Klien berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsangnafsu makan
atau peningkatan masukan diet.
- Menjelaskan faktor-faktor penyebab apabila diketahui.
- Pengungkapan pemahaman pengaruh individu pada masukanadekuat.
- Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan dengannormalisasi nilai
laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
 Intervensi
1. Pantau masukan makanan tiap hari.
2. Ukur tinggi, berat badan setiap hari, pantau hasil pemeriksaanlaboratorium.
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
4. Beri dorongan klien untuk makan dengan orang lain.
5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
6. Ajarkan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkanbau yang
menyebabkan ingin muntah, mual.
7. Pertahankan kebersihan mulut yang baik ( sikat gigi,membersihkan dan membilas
mulut ) sebelum dan sesudah makan
8. Tawarkan makan porsi kecil tapi sering untuk mengurangiperasaan tegang pada
lambung.
9. Pantau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
10. Kolaborasi:
- Pemberian anti emetik
- Diet / pendukung nutrisi.
- Pemeriksaan laboratorium, limfosit, albumin, hb, ht.

3. Ansietas berhubungan dengan


- penyakit yang tidak dapat diperkirakan.
- Prosedur pembedahan.
- Efek samping pembedahan.
 Kriteria hasil:
- menunjukkan rentang tepat dari perasaan berkurangnya rasatakut.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkatyang dapat
diatasi.
- Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif
danberpartisipasi aktif dalam aturan pengobatan.
 Intervensi
1. Tinjau ulang pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada klien danapakah kesimpulan klien
telah dicapai.
3. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
4. Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untukmendiskusikan
perasaan atau menolak untuk bicara.
5. Pertahankan kontak sering dengan klien, bicara denganmenyentuh pasien bila
tepat.
6. Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenal danmengklarifikasi rasa takut.
7. Berikan informasi tepat dan akurat tentang penyakit klien.
8. Libatkan klien untuk bergabung dengan klien atau orang lainyang mempunyai
pengalaman dengan penyakit yang sama.
9. Kaji keefektifan cara penghentian arsietas.

4. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan tempat masuknya organisme


sekunder akibat pembedahan.
(Tujuan : Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi)
Hasil yang diharapkan
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi
a. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat )
b. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik.
(R. menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna )
c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
(R/ Membunuh mikro organisme secara rasional )
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unpad, Ginekologi,Bandung,
Elstar Offset, 1981.
2. Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8volume 7,
Alih Bahasa Agung Waluyo, Jakarta, EGC, 2001.
3. Doengoes ME, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untukPerencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 CetakanI, Jakarta, EGC.2000.
4. Linda Juall Carpenito, Alih Bahasa Monika Ester, Diagnosa Keperawatan,EGC,
2001.
5. Hacker & Moore, Essensial Obstetri and Ginekologi. Alih bahasa Dr.
EdiNugroho.PT Hipokrates.2001.
6. Kista Ovarii.http://www.information.com/keyword – kista.
7. Kista Ovarii.http://www.medicastore.com/kista/.
8. Purwanto Ap, Nyoman Suci W.Buku Pegangan Pemeriksaan Laboratorium
Patologi Klinik untuk Para Medis.Semarang.Bagian Patologi Klinik.FK
Undip Semarang.2003

Alamat : http://dokumen.tips/documents/lp-teratoma.html

Anda mungkin juga menyukai