Anda di halaman 1dari 29

Putri Restu Wulandari

1413010007
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik
dengan penyebab yang beragam, ditandai adanya
hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein akibat defek
sekresi atau kerja insulin, atau keduanya.
Terdapat 4 macam klasifikasi diabetes,
yaitu:

Disebabkan oleh destruksi sel yang akan


Diabetes tipe 1
menyebabkan defisiensi absolut insulin

Disebabkan oleh defek sekresi insulin


Diabetes tipe 2 yang progresif karena adanya insulin
yang resisten

Tipe spesifik diabetes Disebabkan oleh faktor genetik, penyakit


lainnya eksokrin pankreas, atau obat-obatan.

Diabetes melitus
gestasional (DMG)
Diabetes merupakan komplikasi medik yang
sering terjadi pada kehamilan. Ada dua
macam perempuan hamil dengan diabetes,
yaitu:

Perempuan hamil Perempuan hamil


dengan diabetes yang dengan diabetes yang
sudah diketahui sejak baru diketahui setelah
sebelum perempuan perempuan tersebut
tersebut hamil hamil (diabetes mellitus
(pregestasional). gestasional).
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)

Intoleransi glukosa yang dimulai atau baru


ditemukan pada waktu hamil. Tidak dapat
dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi
glukosa yang tidak diketahui yang muncul seiring
kehamilan. Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG
sering akan kembali ke regulasi glukosa normal.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan
sangat bervariasi:

Pada Ibu Pada Janin


Meningkatkan risiko terjadinya: Meningkatkan risiko terjadinya:
• Preeklampsia • Makrosomia
• Seksio sesarea • Trauma persalinan
• Terjadinya diabetes mellitus • Hiperbilirubinemia
tipe 2 di kemudian hari • Hipoglikemia
• Hipoklasemia
• Polisitemia
• Sindroma distres respirasi
(RDS)
• Meningkatnya mortalitas atau
kematian janin
Faktor
predisposisi Patofisiologi
DMG

Sebagian kehamilan
ditandai dengan adanya
resistensi insulin dan
hiperinsulinemia. Resistensi ini berasal dari
hormon diabetogenik hasil
sekresi palsenta yang terdiri
atas hormon pertumbuhan
(growth hormon),
corticotropin releasing
hormon, placental lactogen,
dan progesteron.
Hormon ini dan perubahan
endokrinologi serta
metabolik akan
menyebabkan perubahan
dan menjamin pasokan
bahan bakar dan nutrisi ke
janin sepanjang waktu.
Pankreas tidak
cukup untuk
mengatasi keadaan
resistensi insulin.

DMG
Skrining Diabetes Mellitus Gestasional

Skrining awal diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah dengan cara


melakukan pemeriksaan beban 50 g glukosa pada kehamilan 24-28
minggu. Untuk tes ini pasien tidak perlu puasa.

Hasil tes satu jam yang abnormal harus dilanjutkan dengan


pemeriksaan beban 100 g glukosa. Selama tiga hari pasien disuruh
diet yang tidak ketat, kemudian dilakukan pemeriksaan darah puasa
yang diambil dari pembuluh darah vena, serta setelah 1, 2, dan 3 jam
pemberian 100 g glukosa. Selama periode pemeriksaan pasien harus
tetap duduk dan tidak boleh merokok.

Diagnosis yang praktis adalah dengan menggunakan beban 75 g


glukosa dan apabila ditemukan nilai >140 mg/dl dianggap DMG dan
nilai >200 mg/dl merupakan DM yang jelas (berat).
Implikasi Antepartum

• Morbiditas antepartum pada perempuan dengan DMG adalah


kemungkinan terjadinya peningkatan gangguan hipertensi, oleh
karena itu, perlu pemantauan tekanan darah, kenaikan berat badan,
dan ekskresi proteinuria.
• Risiko yang paling dominan dari DMG adalah terhadap janinnya,
terutama pada ibu yang mengalami hiperglikemia berat (konsentrasi
gula darah puasa berada diatas 120 mg/dl). Dalam keadaan seperti
ini sebaiknya dilakukan konseling dan pemeriksaan USG yang
terarah untuk mendeteksi kelainan janin.
• Dilakukan pemantauan gerakan janin dan pemeriksaan
kardiotokografi untuk mencegah kematian janin intrauterin.
• Makrosomia (bayi dengan berat lebih dari 4000 g) merupakan
morbiditas yang paling sering dijumpai dan merupakan masalah
serius karena bisa menyebabkan timbulnya kesulitan dan trauma
persalinan. Makrosomia diduga disebabkab oleh adanya glukosa
janin yang berlebihan akibat hiperglikemia pada ibu.
• Perempuan hamil dengan diabetes dan obesitas atau dengan
kenaikan berat badan waktu hamil berlebihan merupakan faktor
risiko utama terjadinya preeklampsia, seksio sesarea, kelahiran
prematur, makrosomia janin, dan kematian janin.
Pengelolaan
• Pemeriksaan konsentrasi gula darah ibu agar dapat dipertahankan
seperti kehamilan normal, dianjurkan untuk mempertahankan
konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl sebelum makan dan
kurang dari 140 dan 120 mg/dl, satu atau dua jam setelah makan.
• Penganturan pola makan; membatasi asupan karbohidrat hingga
40-50% dari keseluruhan kalori, protein 20%, lemak 30-40%, makan
tinggi serat.
• Kenaikan berat badan selama kehamilan diusahakan hanya sekitar
11-12,5 kg saja.
• Menurut ADA pemberian kalori dan gizi yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan kehamilan dan mengurangi hiperglikemi ibu.
Kalori harian yang dibutuhkan bagi perempuan dengan berat badan
normal pada paruh kedua kehamilan adalah 30kcal per kg berat
badan normal.
• Bila IMT lebih dari 30 kg/m², maka dianjurkan asupan rendah kalori
sampai 30-33% (sekitar 25kcal per kg).
• Olahraga
Pemberian Insulin

• Pemberian insulin ditujukan untuk mencapai konsentrasi gula darah


pascaprandial kurang dari 140 mg/dl sampai mencapai kadar
glikemi dibawah rata-rata dan hasil perinatal yang lebih baik,
ketimbang dilakukannya upaya mempertahankan konsentrasi gula
darah praprandial kurang dari 105 mg/dl tetapi keadaan janin tidak
diperhatikan.
• Kejadian makrosomia dapat diturunkan dengan cara pemberian
insulin untuk mencapai konsentrasi gula darah praprandial kurang
lebih 80 mg/dl. Oleh karena itu, dalam merancang penatalaksanaan
pemberian insulin harus dipertimbangkan ketepatan waktu
pengukuran gula darah, konsentrasi target glukosa, dan karakteristik
pertumbuhan janin.
• Sebagai alternatif pemberian obat antidiabetik seperti metformin dan
sulfonylurea dapat dipakai untuk mengendalikan gula darah.
Penatalaksanaan Antepartum
Penatalaksanaan antepartum pada perempuan dengan DMG bertujuan
untuk:
• Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam
upaya mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta menekan
sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin akibat persalinan.
• Memantau pertumbuhan janin secara berkala dan terus-menerus
(misalnya dengan USG) untuk mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat ditentukan saat dan cara
persalinan yang tepat.
• Memperkirakan maturitas paru-paru janin (misalnya dengan
amniosintesis) apabila ada rencana terminasi (seksio sesaria).
• Pemeriksaan antenatal dianjurkan sejak umur kehamilan 32-40
minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang
kadar gula darahnya tidak terkontrol, yang mendapat pengobatan
insulin, atau yang menderita hipertensi.
Cara dan Waktu Persalinan
• Perempuan hamil dengan DMG bukan merupakan indikasi seksio
sesaria
• Pada perempuan hamil dengan DMG dengan bayi makrosomia,
komplikasi utama yang mungkin terjadi pada persalinan adalah
trauma kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang, dan injuri
pleksus brakialis. Bayi yang dilahirkan juga berisiko mengalami
hipoglikemi dan kelainan metabolik lainnya.
• Pengambilan keputusan untuk melakukan persalinan lebih awal
(pada kehamilan 38 minggu) dengan cara induksi persalinan atau
seksio sesaria dilakukan atas pertimbangan risiko terjadinya
kematian perinatal atau morbiditas perinatal yang berhubungan
dengan makrosomia, distosia bahu, gawat janin, dan terjadinya
sindrom distres respirasi.
• Penatalaksanaan perempuan hamil dengan DMG pada usia
kehamilan 38 minggu dengan cara induksi persalinan yang
mendapat pengobatan insulin, dihubungkan dengan upaya
menurunkan berat badan janin diatas 4000 g.
• Pada perempuan hamil dengan DMG yang mendapat pengobatan
insulin, tidak ada manfaatnya menunda persalinan sampai
melampaui usia kehamilan 38-39 minggu karena persalinan yang
dilakukan pada kehamilan 38-39 minggu bisa menurunkan
kemungkinan terjadinya makrosomia.
• Bila berat janin diduga lebih dari 4500 g persalinan dianjurkan
dengan cara seksio sesaria.
Pengelolaan Pasca Persalinan

• Karena sudah tidak resistensi terhadap insulin lagi, perempuan


dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin.
• Sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa
puasa dan 2 jam pascaprandial.
• 6 minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes
dengan cara pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau
2 jam setelah pemberian 75 g glukosa pada glucose tolerant test
(kadar kurang dari 140 mg per dl berarti normal, kadar antara 140-
200 mg per dl berarti ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih
dari 200 mg per dl berarti diabetes mellitus).
• Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala, khususnya
pada pasien dengan kadar glukosa puasa yang meningkat waktu
kehamilan.
• Perempuan yang pernah menderita diabetes mellitus gestasional
harus diberi konseling agar menyusui anaknya karena pemberian
ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula darah.
• Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali
perempuan hamil menderita diabetes, maka ia berisiko terkena hal
yang sama pada kehamilan berikutnya. Tidak ada pembatasan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada pasien dengan riwayat
diabetes mellitus gestasional.
• Bagi perempuan yang obesitas, setelah melahirkan harus
melakukan upaya penurunan berat badan dengan diet dan olahraga
secara teratur agar risiko terjadinya diabetes menjadi menurun.

Anda mungkin juga menyukai