Anda di halaman 1dari 7

Postpartum endometritis adalah penyebab #1 postpartum fever.

ENDOMETRITIS
Intinya semua prosedur medis yang melibatkan memasukkan
Endometritis adalah inflamasi atau peradangan pada lapisan sesuatu ke rahim melalui leher rahim. Ini dapat memberikan
endometrium uterus. Selain endometrium, inflamasi bisa terjadi jalur bagi bakteri untuk masuk.
sampai myometrium (endomyometritis) dan juga parametrium
(parametritis) EPIDEMIOLOGI
Endometritis dapat dibagi menjadi endometritis terkait  Endometritis pascapartum terjadi setelah 1-3% kelahiran
kehamilan dan endometritis yang tidak terkait dengan vagina dan hingga 27% dari operasi caesar.
kehamilan.  5-20 kali lebih umum setelah operasi caesar. Ada bukti
 Endometritis tidak terkait kehamilan dikarenakan oleh bahwa antibiotik profilaksis mengurangi risiko
STD ( Sexually Transmitted Disease ) -> PID ( Pelvic endometritis sebesar 60-70%. Pembersihan vagina
Inflammatory Disease )( kombinasi endometritis, dengan povidone-iodine juga mengurangi risiko.
salfingitis, tubo-ovarian abscess & pelvix peritonitis ),  The Confidential Enquiry into Maternal Deaths dalam
atau prosedur ginekologi laporan Inggris 2016 menunjukkan ada 7 kematian
 Endometritis terkait kehamilan: C-section, Vaginal akibat sepsis saluran kelamin dan kemih, dari 200
deliveries -> manual removal of the placenta, Prolonged kematian terkait kehamilan pada 2012-2014. Ini setara
labor, Prolonged ROM, Number of cervical exams. dengan tingkat 0,29 kematian per 100.000 kehamilan.
Common sites of infection : implantation site dan incision  Secara global, infeksi bakteri selama persalinan dan masa
site. nifas menyebabkan sekitar satu per sepuluh kematian
ibu, sebagian besar berada di negara berpenghasilan
rendah. a. Non pregnancy
biasanya terjadi o/ karena STD bakteria -> PID

ETIOLOGI bisa karena Chlamydia trachomatis, Neisseria Gonorrhea,


polymicrobial infection.
Biasanya ada campuran 2-3 organisme (polymicrobial) yang
PID punya 2 stage : infeksi pada vagina/ cervical, dan naik ke
terlibat; beberapa akan ditemukan di flora normal vagina.
upper genital tract ( infeksi dan terjadi inflamasi )
Seringkali merupakan infeksi campuran aerobik dan anaerobik.
Organisme penyebab meliputi:
Masih unclear kenapa bisa ascending tapi banyak studi yang
 Gram-positif cocci - Staphylococcus spp., Grup A dan B
bilang kalo ada beberapa faktor :
Streptococcus spp.
- Cervical mucus punya barrier fungsional u/ menghindari
 Gram-negatif - Escherichia coli, Klebsiella spp., Chlamydia
penyebaran mikroorganisme ke saluran atas genital, tp
trachomatis, Proteus spp., Enterobacter spp., Gardnerella
efektivitas berkurang karena inflamasi dari vagina dan
vaginalis, Neisseria spp.
perubahan hormonal saat ovulasi dan menstruasi.
 Anaerobes - Bacteroides spp., Peptostreptococcus spp.
- Antibiotics treatment o/ STD juga bisa ganggu
 Lainnya - Mycoplasma spp., Ureaplasma spp.,
keseimbangan flora endogenous di lower genital tract
Tuberculosis.
jadi overgrow dan bisa ascending
- Sperma juga bisa bawa bakteri ke uterus dan tuba falopii

PATOFISIOLOGI
Cervical mucus mengandung substansi antimikrobial:
Ada SLPI ( Secretory Leukocyte Protease Inhibitor ), Lysozyme,
Lactoferrin, dan Neutrofil Defensins.

SLPI salah satu komponen innate immune system untuk bunuh


bakteri, tapi pada fase proliferative produksinya turun dari pada
fase secretory di menstrual cycle.
Jadi PID atau chlamydia & gonococcal paling sering ad at the end
of / shortly after the menstrual period.

B. vaginosis memfasilitasi naiknya STD dan bakteri lain lewat


enzymatic degradation oleh enzim proteolytic yang diasosiasi
oleh B. vaginosis. Karena terjadi degradasi enzim komponen
esensial dari immune system turun dan bakteri bisa lewat.

Mikroorganisme merusak endocervical canal dan rusak cervical


mucus plug jadi barrier < dan bakteri bisa masuk dan ascending
ke upper genital tract. Mengeluarkan toxin merusak jaringan,
respon imun -> proses inflamasi.
b. Pregnancy
Infeksi pada endometrium atau decidua, biasanya karena infeksi GEJALA KLINIS
ascending dari lower genital tract. Dari perspektif patologis,
Ditemukan pada pemeriksaan fisik :
endometritis dibagi jadi ACUTE dan KRONIK.
- Demam
- Nyeri perut bagian bawah
- Acute Endometritis: (+) neutrophils pada endometrial
- Uterus tegang dan
glands
subinvolusi (proses pengecilan uterus terhambat)
- Chronic Endometritis : (+) plasma cells dan lymphocytes
- Foul-smelling lochia (bau busuk)
pada endometrial stroma

Oral temperature 38 Celcius atau > tinggi dalam 10 hari


Pada Acute Endometritis non obstetric paling sering terjadi pada
postpartum, atau 38,7 Celcius dalam 24 jam pertama
PID dan invasive gynecologic procedures. Obstetric karena
postpartum diperlukan untuk diagnosis sebagai
adanya postpartum infection.
endometritis post partum.
Sedangkan untuk PID -> lower abdominal tenderness,
Chronic Endometritis pada obstetric terjadi karena adanya sisa
cervical motion tenderness, adnexal tenderness.
produk konsepsi setelah melahirkan atau karena elective
abortion. Pada non obstetric biasanya terjadi karena infeksi
( chlamydia, tuberculoosis, bacterial vaginosis ) dan adanya IUD
Pemeriksaan Lab Imaging Studies
- Endometrial biopsy -> presence of plasma cells di Digunakan apabila pasien tidak respon secara adekuat
endometrial stroma pada histopathological examination terhadap terapi antimikroba 48 – 72 jam.
Presence of 5 / lebih neutrophils per high power field CT scan abdomen dan pelvis digunakan untuk eksklusi
(400x) di superficial endometrium dan 1/ lebih plasma broad ligament masses, thrombophlebitis, ovarian vein
sel per high- power field (120x) di endometrial stroma. thrombodis, dan phlegmon.
- Complete Blood Cell Count USG abdomen dan pelvis biasanya ditemukan normal
Leukositosis (>11.000) dengan left shift tapi pada pada endometritis dengan diagnosis klinis.
postpartum period, penemuan ini bisa terjadi karena
leukositosis fisiologis pada kehamilan. Tata Laksana
- Kultur
Antibiotik Therapy:
Kultur darah positive pada 10-30% kasus, dan urine
The combination of clindamycin and gentamicin
culture should be ordered
administered intravenously every 8 hours has been
Endocervical culture kontroversial karena hasil positive
considered the criterion standard treatment.
merupakan hasil kontaminasi dari flora normal
The combination of a second or third-generation
cervicovaginal.
cephalosporin with metronidazole is another popular choice.
- Gram Stain
Untuk rulling out endometritis. Apabila tidak ada pus di
A trend toward the use of broad-spectrum monotherapy has
gram stain, negative predictive value endometritis 95%
emerged; these agents are generally effective in 80-90% of
patients. Cephalosporins, extended-spectrum penicillins, and - Appendicitis
fluoroquinolones are used as monotherapy
- Pelvic Inflammatory Disease

Pada postpartum:
- Berikan transfusi bila diperlukan (Abnormal Bleeding)
- Antibiotika broadspektrum :
Ampicillin 2 gr IV, dilanjutkan 1 gr setiap 6 jam ditambah
gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan - Demam postpartum : Abses pelvik, Selulitis pada luka
metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan perineum/abdominal s/d abses, Thrombosis vena dalam
antibiotik sampai ibu bebas demam 24 jam. /Thromboflebitis, Bendungan payudara, Mastitis, Abses
- Bila dicurigai ada sisa plasenta, lakukan kuratase Payudara
- Bila dicurigai ada pus lakukan drainase
- Bila tidak membaik pasca antibiotik (Leukosit masih
naik) -> laparotomi histerektomi

Antibiotik profilaksis sebelum C-section -> Cefazolin 1-


2gr single dose

Diagnosis Banding

Anda mungkin juga menyukai