Gynecomastia adalah pertumbuhan abnormal pada payudara pria. Hal ini berhubungan
dengan pertumbuhan jaringan payudara.
Ginekomastia merupakan perkembangan berlebih jaringan payudara pada pria
yang biasanya dialami oleh remaja pria dan pria dewasa (Brunner and Suddarth,
edisi 8, vol, 2002).
Ginekomastia adalah hipertrofi payudara dan dapat bersifat unilateral maupun
bilateral yang terjadi pada anak laki-laki selama pubertas dan pada pria berusia
di atas 50 tahun.
Ginekomastia merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu gyvec yang
berarti perempuan dan mastos yang berarti payudara, yang dapat diartikan sebagai
payudara seperti perempuan. Ginekomastia berhubungan dengan beberapa kondisi
yang menyebabkan pembesaran abnormal dari jaringan payudara pada pria.
Ginekomastia merupakan pembesaran jinak payudara laki-laki yang diakibatkan
proliferasi komponen kelenjar. Ginekomastia biasanya ditemukan secara
kebetulan saat pemeriksaan kesehatan rutin atau dapat dalam bentuk benjolan yang
terletak dibawah regio areola baik unilateral maupun bilateral yang nyeri saat ditekan,
atau pembesaran payudara yang progresif yang tidak menimbulkan rasa sakit. Kondisi
ini mungkin terjadi pada salah satu atau kedua payudara.
Fenomena ini umum terjadi pada masa puber. Setengah dari laki-laki mengalami
pembesaran pada salah satu atau kedua payudara di masa ini.
PREVALENSI
Ginekomastia merupakan kelainan bentuk jinak yang terjadi sekitar 60% dari
seluruh kelainan payudara pada laki-laki dan sekitar 85% dari kelainan benjolan pada
payudara laki-laki. Berbagai studi populasi banyak menemukan ginekomastia. Ada
tiga distribusi periode usia tersering terjadinya ginekomastia atau perubahan
payudara yang pada umumnya dipengaruhi hormon. Periode pertama ditemukan
2
saat neonatus yang terjadi sekitar 60-90% dari seluruh kelahiran akibat penyaluran
estrogen melalui plasenta. Periode kedua terjadi saat puberitas, yaitu dimulai saat umur
10 tahun dan puncaknya antara usia 13-14 tahun. Periode ketiga ditemukan pada orang
dewasa yang terjadi antara usia 50-80 tahun. Faktor ras tidak berpengaruh terhadap
kejadian ginekomastia.
ANATOMI
Pada pria dan wanita payudara adalah sama sampai masa pubertas, sampai
estrogen dan hormon-hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada
wanita dan pria. Payudara terdiri dari jaringan kelenjar fibrosa, dan lemak. Jaringan-
jaringan ini terpisah dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior
oleh jaringan ikat. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila
mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. putting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil-kecil, apertura duktus
laktiferosa. Tuberkel-tuberkel montgomery adalah kelenjar lemak pada permukaan
areola. Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di sekitar puting
dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi
jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit
yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase atau lobus menuju
ke dalam sinus laktiferosa, yang kemudian bermuara ke puting. Di banyak tempat
jaringan ikat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap
substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita
ini, yaitu ligamentum cooper, merupakan ligamentum suspensorium dari payudara.
ETIOLOGI
Ginekomastia dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya. Ginekomastia
idiopatik terjadi sekitar 75% dari kasus. Keadaan fisiologis terjadi pada bayi baru lahir
3
dan usia dewasa saat memasuki pubertas. Pada bayi baru lahir, jaringan payudara
yang membesar berasal dari interaksi estrogen ibu melalui transplasenta. Ginekomastia
pada orang dewasa sering ditemukan saat puberitas dan sering bersifat bilateral.
Ginekomastia pada masa remaja terjadi pada 2/3 remaja. Dan bertahan sampai beberapa
bulan. Jika ginekomastia selama masa puber ini menetap maka disebut ginekomastia
esensial.
Kondisi patologik diakibatkan oleh defisiensi testosteron, peningkatan
produksi estrogen atau peningkatan konversi androgen ke estrogen. Kondisi patologik juga
didapatkan pada anorchia kengenital, klinefelter sindrom, karsinoma adrenal, kelainan
hati dan malnutrisi.
Penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan ginekomastia. Obat-obat
penyebab ginekomastia dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme kerjanya. Tipe
pertama adalah yang bekerja seperti estrogen, seperti diethylstilbestrol, digitalis, dan juga
kosmetik yang mengandung estrogen. Tipe kedua adalah obat-obat yang
meningkatkan pembentukan estrogen endogen, seperti gonadotropin. Tipe ketiga
adalah obat yang menghambat sintesis dan kerja testosteron, seperti
ketokonazole,metronidazole, dan cimetidine. Tipe terakhir adalah obat yang tidak
diketahui mekanismenya seperti captopril, antidepresan trisiklik, diazepam dan heroin.
4
KLASIFIKASI
PATOGENESIS
Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin pria dan wanita secra histologi
sama saat lahir dan cenderung untuk pasif selama masa anak-anak sampai pada saat
puberitas. Pada kebanyakan pria, proliferasi sementara duktus dan jaringan mesenkim
sekitar terjadi saat masa pematangan seksual, yang kemudian diikuti involusi dan
atrofi duktus. Sebaliknya, duktus payudara dan jaringan periduktal pada wanita terus
membesar dan membentuk terminal acini, yang memerlukan estrogen dan progesteron.
Karena stimulasi estrogen terhadap jaringan payudara dilawan dengan efek
androgen, ginekomastia dipertimbangkan sejak dulu akibat ketidakseimbangan antar
hormone tersebut. Masa transisi dari prepuber ke post-puber diikuti oleh peningkatan 30
kali lipat hormon testosteron dan 3 kali lipat hormon estrogen. Ketidakseimbangan relatif
antara level estrogen dan androgen menghasilkan ginekomastia. Perubahan rasio
estrogen dan androgen ditemukan pada pasien ginekomastia yang berhubungan dengan
obat-obatan, neoplasma adrenal dan testis, sindrom Klinefelter, tirotoksikosis, sirosis,
hipogonadisme, malnutrisi, dan penuaan.
6
konsentrasi yang rendah. Situasi lain dimana level sirkulasi estrogen bebas dapat
meningkat antara lain metabolism estrogen yang menurun, sebuah mekanisme yang
menyebabkan ginekomastia pada pasien dengan sirosis. Hal ini tidak sepenuhnya benar
karena laju klearens metabolic dari estrogen normal pada pasien sirosis. Konsumsi
estrogen baik sengaja maupun sebagai obat, juga dapat memicu peningkatan dari
konsentrasi estrogen total dan bebas dan menimbulkan ginekomastia pada beberapa
pasien. Aktivasi dari reseptor estrogen pada jaringan payudara dapat terjadi pada
konsumsi obat yang memiliki struktur yang sama dengan esterogen seperti digoksin.
pengikatan hormon seks, maka kondisi-kondisi yang meningkatkan level dari protein ini
dapat mengakibatkan konsentrasi androgen bebas rendah, terutama jika kondisi tersebut
juga menurunkan produksi androgen.
DIAGNOSIS
Langkah pertama dalam evaluasi klinik adalah menetapkan bahwa benjolan
ini adalah ginekomastia. Keadaan yang paling sulit dibedakan dengan ginekomastia
adalah pembesaran jaringan lemak subareolar payudara tanpa proliferasi kelenjar
(psuedoginekomastia).
Pasien dengan pseudoginekomastia memiliki badan obesitas menyeluruh dan
tidak mengeluhkan nyeri. Dan sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan
payudara. Pemeriksaan yang baik dengan meletakkan tangan pasien dibelakang
kepala sambil pasien baring. Pemeriksa meletakkan ibu jari pada sisi yang satu dan
10
jari kedua diletakkan pada sisi lain lalu memeriksa dengan seksama. Pada pasien
ginekomastia akan didapatkan benjolan yang kenyal dan berbatas tegas dan berada di
tengah dan puting susu serta mudah dipalpasi. Sedangkan pada pseudoginekomastia
tidak ada hambatan saat kedua jari dipertemukan.
adanya dimpling, retraksi atau crusting puting susu, keluarnya cairan dari puting susu,
atau adanya limfadenopati aksilla.
tidak menunjukkan adanya proses keganasan. Pada pasien dengan kemungkinan neoplasma
testikular dapat dilakukan USG testis.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan kadar serum
hormon-hormon tertentu untuk dapat menentukan etiologi, seperti pemeriksaan
gonadotropin korionik serum (hCG), testosterone, estradiol dan LH. Algoritma
pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
PENATALAKSANAAN
13
1. Observasi
Observasi dilakukan pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi obat-obatan yang
bisa menyebabkan ginekomastia. Penggunaan obat-obatan tersebut dihentikan dan pasien
dievaluasi setelah 1 bulan. Jika ginekomastia terjadi akibat obat-obatan, maka penghentian
konsumsi obat-obatan tersebut akan menyebabkan berkurangnya rasa sakit pada payudara.
Penggantian obat yang menyebabkan ginekomastia dengan obat lainnya dapat dilakukan.
Sebagai contoh, ketika hendak memberikan obat calcium channel blocker pada orang tua,
penggunaan nifedipine lebih berpotensi timbulnya ginekomastia, dibandingkan dengan
verapamil dan juga diltiazem. Keadaan yang sama juga terjadi pada penggunaan
histamin reseptor atau parietal cell proton-pump. Penggunaan obat cimetidine lebih
memiliki resiko dibandingkan ranitide dan juga omeprazole. Observasi juga dapat
dilakukan pada keadaan fisiologis, termasuk pasien usia puberitas dan memiliki
pemeriksaan fisik dan testis yang normal. Pasien tersebut dievaluasi selam 6 bulan.
2. Medikamentosa
Identifikasi kelainan penyebab ginekomastia dapat membantu meringankan
pembesaran payudara. Obat-obat yang dapat digunakan sebagai berikut:
- clomiphene (anti estrogen) dapat diberikan dengan dosis 50-100 mg setiap hari
selama 6 bulan. Efek samping obat ini dapat mengakibatkan gangguan
penglihatan, muntah dan bintik merah.
-
Tamoxifen (antagonis estrogen) dapat diberikan dengan dosis 10-20 mg dua kali
sehari selama 3 bulan. Efek samping obat ini dapat mengganggu epigastrium dan mual.
-
Danazol, obat testosteron sintetik, yang menghambat sekresi LH dan FSH dan
menurunkan sintesis estrogen di testis. Dierikan dengan dosis 200 mg dua kali sehari.
14
Efek samping obat ini adalah akne, penambahan berat badan, retensi cairan, mual,
dan hasil fungsi hati yang abnoprmal.
- Testolactone (inhitor aromatisasai), diberikan 450 mg sehari selama 6 bulan. Efek
samping obat ini adalah mual, muntah, udem.
3. Operatif
Pengobatan dengan bedah bertujuan mengembalikan bentuk normal payudara
dan memperbaiki kalainan payudara, puting dan areola. Pengobatan operatif
dilakukan jika respon obat-obatan tidak mencukupi. Pembedahan yang bersifat
kuratif dapat dilakukan pada tumor yang menyerang penghasil estrogen atau hCG.
Ada 2 jenis operasi yang dapat dilakaukan yaitu Surgical resection (subcutaneous
mastectomy) dan Liposuctio-assisted mastectomy.
a b c
d e
Gambar 5. (a) Webster incision, (b) Webster incision yang diperlebar kearah
medial dan lateral, (c) Transverse incision, (d) Triple-V incision, (e) Teknik yang
paling sering digunakan untuk reseksi kulit dan transposisi putting susu (Letterman
Technique), (f) Teknik yang digunakan pada ginekomastia massif
Liposuctio-assisted mastectomy
Liposuctio-assisted mastectomy merupakan salah satu jenis operasi untuk
pseudognikomastia. Insisi dibuat sekitar 1 cm diatas areola., lalu jaringan kelenjar
dan parenkim disedot keluar. Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1980an. Sekarang
digunakan ultrasonic liposuction yang meningkatkan hasil koreksi payudara. Komplikasi
pascaoperasi ini lebih kecil dibandingkan dengan operasi open mastektomi.
16
PROGNOSIS
Prognosis dari ginekomastia baik untuk semua etiologi. Suatu studi
menunjukkan 90% pasien ginekomastia fisiologis membaik dalam 2 tahun. pasien
ginekomastia akibat keadaan patologik dapat membaik dengan terapi obat dan
pembedahan.
17
DAFTAR PUSTAKA