SISTEM REPRODUKSI
KANKER TESTIS
Oleh :
SILVIA
NIM. 140101018
Dosen Pembimbing :
Ns. Sri Burhani Putri, S.Kep, M.Kep
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Askep Kanker
Testis. Meskipun banyak hambatan dalam proses pengerjaannya, tetapi kami
dapat menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................
1.2 Tinjauan Pustaka..................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi.................................................................................
2.2. Insidensi................................................................................
2.3. Etiologi.................................................................................
2.4. Patofisiologi..........................................................................
2.5. Manifestasi Klinis.................................................................
2.6. Evaluasi Diagnostik..............................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Penatalaksanaan.....................................................................
3.2 Intervensi Keperawatan/Health Education............................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah
zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya
benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).
Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian
akibat kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah
kanker yang paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan
merupakan malignansi yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun
hingga 39 tahun.
Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau
nongerminal. Tumor germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma,
terakokarsinoma, dan karsinoma embrional); tumor germinal timbul dari
epithelium.
Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO:
I. Tumor sel bening:
A. Tumor dengan satu pola histologik:
1. Seminoma
2. Seminoma spermatositik
3. Karsinoma embrional
4. Yolk sac tumor (Karsinoma embrional tipe infantile)
5. Teratoma:
a. Matur
b. Imatur
c. Dengan transformasi maligna
B. Tumor dengan lebih dari satu pola histoligik:
1. Karsinoma embrional plus teratoma (teratokarsinoma)
2. Kariokarsinoma dan tipe lain apapun (perinci tipe-tipenya)
3. Kombinasi lain (perinci)
II. Tumor stromal-Tali kelamin:
A. Bentuk berdiferensiasi baik:
1. Tumor sel leydig
2. Tumor sel sertoli
3. Tumor sel granulose
2.2. Insidensi
Kanker testis adalah salah satu dari sedikit neoplasma yang dapat
didiagnosis secara akurat melalui pemeriksaan penanda tumor ( tumor marker )
pada serum tersangka penderita yaitu pemeriksaan human chorionic gonadotropin
(bhCG) dan -fetoprotein (AFP).
Insiden kanker testis memperlihatkan angka yang berbeda-beda di tiap
negara, begitu pula pada setiap ras dan tingkat sosioekonomi. Di negara
skandinavia dilaporkan 6,7 kasus baru dari 100.000 laki-laki tiap tahunnya
sedangkan di Jepang didapatkan 0,8 dari 100.000 penduduk laki-laki. Di Amerika
Serikat ditemuan 6900 kasus baru kanker testis setiap tahunnya. ( greenlee et
all,2000 ).
Kemungkinan seorang laki-laki kulit putih untuk terkena kanker testis
sepanjang hidupnya di Amerika Serikat adalah 0,2%. Saat ini angka survival
pasien dengan tumor testis meningkat, hal ini memperlihatkan perkembangan dan
perbaikan dalam pengobatan dengan kombinasi kemoterapi yang efektif. Secara
keseluruhan 5-years survival rate mengalami peningkatan dari 78% pada 1974-
1976 menjadi 91% pada 1980 1985. Puncak insiden kasus tumor testis terjadi
pada usia-usia akhir remaja sampai usia awal dewasa ( 20-40 tahun ), pada akhir
usia dewasa ( Lebih dari 60 tahun ) dan pada anak ( 0-10 tahun ). Secara
keseluruhan insiden tertinggi kasus tumor testis terjadi pada pria dewasa muda,
hal ini membuat tumor ini menjadi noeplasma tersering mengenai pria usia 20-34
tahun dan tumor tersring kedua pada pria usia 35-40 tahun di Amerika Serikat dan
Inggris Raya.
Kanker testis sedikt lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis
kiri, ini berhu-bungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidosme pada testis
kanan dibanding testis kiri. Pa-da tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis
bilateral dan kira-kira 50% terjadi pada pria de-ngan riwayat kriptokidsme
unilateral ataupun bilateral. Jika tumor testis sekunder dising-kirkan maka insiden
tumor testis primer bilateral 1 2,8 % dari seluruh kasus tumor sel germinal testis.
Tumor primer testis bilateral dapat terjadi secara berbarengan ataupun tidak, tetapi
cende-rung memiliki kesamaan jenis histilogisnya. Dari penelitian oleh Bach dkk
( 1983 ) di dapatkan semi-noma merupakan tumor primer testis bilateral tersering
( 48 % ) sedangkan limfoma malig-nan adalah tumor testis sekunder bilateral
tersering.
2.3. Etiologi
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
menunjang terjadinya kanker testis:
1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
2. Perkembangan testis yang abnormal.
3. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai
dengan rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara
(ginekomastia) dan testis yang kecil).
4. Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis
tetapi masih dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu
dan infeksi oleh HIV. Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker testis,
maka resikonya akan meningkat. 1% dari semua kanker pada pria
merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang paling
sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis
dikelompokkan menjadi:
1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan
pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis.
2. Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi
menjadi subkategori:
a. Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada
usia 20-30 tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat
dan menyebar ke paru-paru dan hati.Tumor yolk sac: sekitar 60%
dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.
b. Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40%
pada anak laki-laki. - Koriokarsinoma.
c. Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli
dan sel granu-losa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis
tumor testis. Tumor bisa me-nghasilkan hormon estradiol, yang
bisa menyebabkan salah satu gejala kanker tes-tis, yaitu
ginekomastia.
2.4. Patofisiologi
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya
mengenai seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete
testis, epididimis, funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika
albugenia merupakan barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke
organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh invasi tumor
membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe
menuju ke kele-njar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama,
kemudian menuju ke kelenjar me-diastinal dan supraclavikula, sedangkan
kariokarsinoma menyebar secara hematogen ke paru, he-par, dan otak.
3.1. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.
Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan
jenis sel kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai
ke hati atau paru-paru.
Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening
perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan
kemoterapi dengan sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan
limfadenektomi perut.
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut,
kemungkinan diikuti dengan kemoterapi.
3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya,
diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau
vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai
penyembuhan. Pemilihan pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan
anatomi penyakit. Testis diangkat dengan orkhioektomi melalui suatu insisi
inguinal dengan ligasi tinggi korda spermatikus. Prosthesis yang terisi dengan jel
dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang hilang. setelah orkhioektomi
unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien tidak mengalami fungsi
endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami penurunan kadar
hormonal, yang menandakan bahwa testis yang sehat tidak berfungsi pada tingkat
yang normal. Diseksi nodus limfe retroperineal (RPLND) untuk mencegah
penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin dilakukan setelah
orkhioektomi. Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan
setelah RPLND, pasien mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan
akibat infertilitas. Menyimpan sperma di bank sperma sebelum operasi mungkin
menjadi pertimbangan.
Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka
digunakan untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor
saja. Testis lainnya dilindungi dari radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi
juga digunakan untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi
atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan
nodus limfe.
Karsinoma testis sangat responsive terhadap terapi medikasi. Kemoterapi
multiple dengan sisplantin dan preparat lainnya seperti vinblastin, bleomisin,
daktinomisin, dan siklofosfamid memberikan persentase remisi yang tinggi. Hasil
yang baik dapat dicapai dengan mengkombinasi tipe pengobatan yang berbeda,
termasuk pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi. Bahkan kanker testikuler
diseminata sekalipun, prognosisnya masih baik, dan penyakit kemungkinan dapat
disembuhkan karena kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan.