Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

GOITER

Oleh :

Dosen Pembimbing :
Dr. PEGI NOFRIANTI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya . Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Pariaman, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
D. Mamfaat .........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Endokrin .........................................................................


B. Macam-Macam Kelenjer Endokrin ...............................................................
C. Penyakit-Penyakit System Endokrin .............................................................
D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .............................................................
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang


dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan
dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran
tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan
esophagus.
Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap
kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat
diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi
oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak
langsung dipakai berbagai cara antara lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine
dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma
endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai
menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka
struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-
obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma
ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit
defisiensi yodium.
Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga
yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.

A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu
mengenal dan mengetahui tentang kelenjar tiroid dan fungsinya bagi manusia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit Goiter
b. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dari penyakit Goiter
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi
Pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan ukuran sel/jaringan.

B. Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar
tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau
bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung,
kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan
dan tumor/neoplasma.

C. Gambaran Klinik
Sesak nafas
Sulit menelan
Leher bartambah besar atau tidak
Suara serak atau parau
Pada palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda dengan konsistensi keras
atau tidak.
Tes TSH serum meningkat
Biasanya tanpa rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didaerah nodul.

D. Pencegahan
Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak
dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk.
Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari, WHO
menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000
yang sudah cukup untuk pencegahan goiter.
Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk
mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.
E. Penatalaksanaan
Untuk menekan aktivitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid diberi
preparat supplement yodium, seperti larutan jenuh kalium yodida.
Dilakukan tindakan operatif
Komplikasi pasca operasi dapat dikurangi dengan menciptakan keadaan eutiroid
praoperatif yang ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat antitiroid dan
pemberian senyawa yodida praoperatif untuk mengurangi ukuran serta
vaskularisasi goiter tersebut.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT GOITER

A. Pengkajian
1. Kaji Riwayat Penyakit :
Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien ?
Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama ?
2. Tempat tinggal sekarang dan pada masa balita
3. Usia dan jenis kelamin
4. Kebiasaan makan : bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor
goitrogenik ?
5. Penggunaan obat-obatan :
Kaji jenis-jenis obat yang sedang digunakan dalam 3 bulan terakhir.
Sudah berapa lama digunakan
Tujuan pemberian obat
6. Keluhan klien :
Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.
Sulit menelan
Leher bartambah besar
Suara serak / parau
Merasa malu dengan leher yang besar dan tidak simetris.
7. Pemeriksaan fisik :
Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris
tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.
Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya.
Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea
Nilai kualitas suara
Palpasi apakah terjadi deviasi trachea
8. Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
Test TSH serum
9. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap
kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta
gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien
menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping
hidung.
Warna kulit apakah nampak pucat atau cianosis.
Suhu kulit khususnya daerah akral.
KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak berdaya
Berat badan dan tinggi badan.
Kadar Hb
Kelembaban kulit dan teksturnya
Porsi makan yang dihabiskan
Turgor
Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi
Kondisi mukosa mulut
Kualitas suara
Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien
dengan orang disekitarnya.
Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap
trachea.
Tujuan :
Selama dalam perawatan, pola napas klien efektif kembali (sambil menunggu tindakan
pembedahan bila diperlukan dengan kriteria sebagai berikut :
o Frekwensi pernapasan 16-20 x/menit dan pola teratur
o Akral hangat
o Kulit tidak pucat atau cianosis
o Keadan klien tenang / tidak gelisah
Intervensi :
1. Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan.
2. Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti dexamethason.
4. Bila dengan konservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif.
5. Bantu aktivitas klien di tempat tidur.
6. Observasi keadaan klien secara teratur.
7. Hindarkan klien dari kondisi yang menuntut penggunaan oksigen lebih banyak
seperti ketegangan, lingkungan yang panas atau yang terlalu dingin.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan


nutrien kurang akibat disfagia.
Tujuan :
Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 minggu dengan kriteria sebagai berikut :
Berat badan bertambah
Hb 12 - 14 mg% (untuk laki-laki)
Tekstur kulit baik
Intervensi :
1. Beri makan lunak atau cair sesuai kondisi klien.
2. Beri porsi makan kecil tapi sering
3. Beri makanan tambahan diantar jam makan
4. Timbang berqat badan dua kali sehari
5. Kolaborasi pemberia ruboransia bila diperlukan
6. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan.

3. Gangguan konsep diri ; citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk leher
Tujuan :
Setelah menjalan perawatan, klien memiliki gambaran diri yang positif kembali dengan
kriteria ;
Klien menyenangi kembali tubuhnya.
Klien dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negatif pembesaran
pada leher.
Klien dapat melakukan aktivitas fisik dan social sehari-hari.
Intervensi :
1. Dorong klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang bentuk leher yang
berubah.
2. Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan
malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup.
3. Beri pujian bila klien dapat melakukan upaya-upaya positif untuk meningkatkan
penampilan diri.
4. Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat
dilakukan seperti tindakan operasi.
5. Jelaskan pula setiap resiko yang perlu diantisipasi dari setiap tindakan yang dapat
dilakukan.
6. Ikut sertakan klien dalam kegiatan keperawatan sesuai kondisi klien.
7. Fasilitasi klien untuk bertemu teman-teman dan sebagainya.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan :
Klien dapat menyadari dan menerima keadaannya serta dapat mengekspresikan
perasaannya dengan kriteria sebagai berikut :
Klien nampak rileks.
Klien melaporkan ansietasnya berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
Klien mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaannya.
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Intervensi :
1. Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.
2. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh
klien.
3. Bicara singkat dengan kata yang sederhana.
4. Tinggal bersama klien, mempertahankan sikap yang tenang, mengakui atau
menjawab kekuatirnnya dan mengijinkan perilaku klien yang umum.
5. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat penyebab emosi yang labil.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan ;
Setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 2 kali, klien dapat mengerti dengan
kriteria sebagai berikut :
Klien dapat berpartisipasi dalam proses belajar
Klien dapat mengidentifikasi antara hubungan dan gejala pada proses Penyakit dan
hubungan gejala dengan faktor penyebab
Klien mau memulai perubahan pola hidup yang penting dan berpartisipasi dalam
tindakan pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji pengetahua klien tentang Penyakit dan pengobatannya, identifikasi sumber
informasi yang diterima klien
2. Identifikasi harapan-harapan klien terhadap pelayanan yang diberikan
3. Buat rancangan pembelajaran yang mencakup :
Jenis Penyakit dan penyebabnya.
Upaya penanggulangan seperti pemberian obat-obatan, tindakan operasi bila ada
indikasi.
Prognosa dan prevalensi Penyakit.
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan hal yang lebih buruk dan kondisi yang
mempercepat penyembuhan.
4. Laksanakan pembelajaran bersama dengan anggota keluarga, perhatian kondisi
klien dan lingkungannya.
5. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara.
Tujuan : Klien mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami.
Intervensi :
1. Kaji fungsi biacara secara periodik, anjurkan untuk tidak bicara terus menerus.
2. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan
jawaban ya atau tidak.
3. Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas
tulis/papan gambar.
4. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi klien secara teratur.
5. Beritahu klien untuk terus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan dengan
segera.
6. Pertahankan lingkungan yang tenang.
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan ukuran sel
atau jaringan.
Berbagai faktor sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid diantaranya
seperti defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent yang merupakan zat atau bahan
yang dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis
bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali,peradangan dan
tumor/neoplasma.
Pencegahan Goiter dapat diberikan senyawa yodida di kawasan yang kandungan
yodiumnya buruk.
Penatalaksanaan : menekan kelenjar hipofisis untuk menstimulasi tiroid diberi
preparat yodium, seperti larutan jenuh kalium yodida dan dilakukan tindakan operatif.
Untuk Asuhan Keperawatan :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap
trachea.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrien
kurang akibat disfagia.
3. Gangguan konsep diri ; citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk leher.
4. Ansietas berhbungan perubahan status kesehatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
6. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara.

B. Saran
Mahasiswa harus bisa mengetahui konsep dasar penyakit goiter dan asuhan keperawatan
untuk menangani dan mencegah.

Anda mungkin juga menyukai