Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH

“Upacara Tabuik”

Oleh :

SEPTIANI DWI PUTRI


KELAS : X. IPS 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI 4 PARIAMAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah Swt yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita bersama yang dengan semua itu kita
hidup dan menikmati kehidupan penuh iman dan taqwa.
Shalawat dan salam semoga selalu kita sampaikan kepada suri tauladan
dan junjungan umat Islam sedunia, Nabi Besar Muhammad Saw. Berkat
perjuangan, keteguhan dan pengorbanan yang penuh ikhlas dalam menegakkan
syiar Islam sehingga mampu mengubah wajah dunia kejahiliyahan menuju cahaya
Islam yang mulia. Ucapan terima kasih kami (penyusun makalah ini) haturkan
kepada pihak-pihak yang telah berjasa membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.
Akhirnya kami sangat mengharapkan saran, kritikan dan masukan demi
memperbaiki ketidaksempurnaan makalah ini karena tidak ada satu hal pun yang
sempurna di dunia ini. Hanya Allah lah yang Maha sempurna.
Wassalam mualaikum Wr. Wb.

Pariaman, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Tabuik ..................................................................... 3
B. Seluk Beluk Tradisi ‘Tabuik’ .............................................. 4
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ‘Tabuik’ ........................... 5
D. Susunan Acara pada ‘Tabuik’ ............................................. 5

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muharam merupakan bulan yang memiliki keistimewaan sendiri bagi
kaum muslim di seluruh penjuru duniah termasuk Indonesia. Muslimin
menyambut bulan muharam ini dengan bermacam – macam cara dan bermacam –
macam perasaan.
Tahun baru islam yang di peringati 1 Muharam 1434 Hijriyah, bicara
tentang bulan Muharram pasti tidak akan lepas dari peristiwa Hijrah-nya Nabi
Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Hijrah itu
sekaligus menjadi titik awal dimulainya kalender Islam. Ini artinya hijrah
Rasulullah SAW beserta para sahabatnya ke Madinah telah berumur 1434 tahun.
Memaknai tahun baru Islam ini banyak masyarakat muslim di seluruh belahan
dunia menyambutnya dengan bahagia ,termasuk di Indonesia yang memeriahkan
dengan bentuk perayaan, yang notabennya berbeda dengan perayaan tahun baru
masehi, perayaan-perayaan dalam konteks kebudayaanpun juga ada, salah satu
nya dalam kebudayaan di Pariaman, Sumatra Barat yaitu tradisi Tabuik.
Tabuik merupakan tradisi turun temurun yang sudah berlangsung di daerah
Pariaman, sejarah Tabuik berasal dari sebuah kata dari bahasa Arab yakni ‘tabut’
yang berarti mengarak merupakan sebuah tradisi masyarakat yang sudah
dilaksanakan secara turun temurun. Upacara yang diselenggarakan pada hari
Asyura atau 10 Muharram ini merupakan sebuah peringatan atas peristiwa Perang
Karbala yang dibawa oleh penganut Syiah dari Timur.
Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya
menyerupai binatang berbadan kuda dan berkepala manusia dengan posisi tegap
dan memiliki sayap. Dalam kepercayaan Islam, Tabuik tersebut sebagai
gambaran dari Buraq yang dipercaya sebagai kendaraan Nabi Muhammad dalam
peristiwa Isra’ Mi’raj. Kedua Tabuik tersebut diarak menuju pantai setempat
untuk di ‘serahkan’ ke laut. Saat matahari terbenam arak-arakan pun berakhir.

1
Kedua Tabuik tersebut dibawa ke pantai yang selanjutnya dibuang ke laut. Hal
tersebut dipercaya sebagai ritual buang sial. Tabuik yang sudah menjadi tradisi
tahunan terhadap Pemda setempat ini, tidak hanya memperkenalkan kebudayaan
tetapi juga meningkatkan jumlah wisatawan yang datang dari dalam maupun luar
kota, tradisi tabuik ini juga di selenggarakan di kota lain seperti Bengkulu.
Mungkin yang selama ini kita tahu muharam merupakan awal bulan
hijriyah. Mungkin yang kita tahu seluruh muslimin di dunia menyambut bulan ini
dengan kegembiraan. Ternyata tidak seluruh kaum muslimin menyambut bulan
yang istimewa ini dengan kegembiraan. Salah satu dari kaum muslimin yang
merasakan hal berbeda adalah dari saudara kita, kaum syi’ah.
Kaum syi’ah menyambut bulan ini dengan penuh kesedihan. Hal tersebut
karena pada bulan Muharamlah terjadinya pembantaian Imam mereka. Imam
mereka tidak lain adalah Husein bin Ali yaitu cucu Rasulullah saw.
Begitu pula di Indonesia, masyarakat muslim di Indonesia menyambut bulan
Muharam dengan berbagai cara.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah in adalah sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui sejarah Upacara Tabuik
2. Makna dan Fungsi yang terkandung dalam Upacara Tabuik
3. Di gunakan untuk apa Upacara Tabuik tersebut.
4. Sedikit mengulas seluk – beluk Upacara Tabuik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tabuik
Tabuik atau lengkapnya upacara Tabuik adalah adalah salah satu tradisi
sosial keagamaan masyarakat Minangkabau, khususnya di wilayah Pariaman.
Substansi tradisi ini bersumber dari suatu peristiwa yaitu kisah mati syahid Husein
Bin Ali Bin Abi Thalib (cucu Nabi Muhammad SAW yang kemudian biasa
disebut Husein) dalam perang melawan Raja Yazid Bin Muawiyah di negeri Syam
di Padang Karbala yang terjadi pada bulan Muharram tahun 61 (Ernatib dkk
2001:3).
Dalam berbagai literatur disebutkan, perayaan Tabuik yang berlangsung 1-
10 Muharam itu memperingati meninggalnya cucu nabi Muhammad yang
bernama Husein pada tahun 61 Hijriyah, yang bertepatan dengan 680 Masehi.
Makanya, muncul istilah Oyak Hosen dalam perayaan Tabuik, untuk
menggelorakan semangat perjuangan umat Islam dalam menghadapi musuh-
musuhnya. Sekaligus ratapan atas kematian Husein yang dipenggal kepalanya
oleh tentara Muawiyah dalam perang Karbala di Irak.
Tradisi mengenang kematian cucu Nabi ini menyebar ke berbagai negara
dengan cara yang berbeda. Di Indonesia, selain Pariaman, di Bengkulu juga
dikenal pesta Tabuik atau Tabot. Mengenai asal usul tabuik Pariaman, ada
beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa tabuik dibawa oleh orang-orang
Arab aliran Syiah yang datang ke Pulau Sumatera untuk berdagang. Sedangkan,
versi lain (diambil dari catatan Snouck Hurgronje), tradisi Tabuik masuk ke
Indonesia melalui dua gelombang. Gelombang pertama sekitar abad 14 M, tatkala
Hikayat Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu. Melalui buku itulah
ritual Tabuik dipelajari Anak Nagari. Sedangkan, gelombang kedua tabuik dibawa
oleh bangsa Cipei/Sepoy (penganut Islam Syiah) yang dipimpin oleh Imam Kadar
Ali. Bangsa Cipei/Sepoy ini berasal dari India yang oleh Inggris dijadikan serdadu
ketika menguasai (mengambil alih) Bengkulu dari tangan Belanda (Traktat
London, 1824). Orang-orang Cipei/Sepoy ini setiap tahun selalu mengadakan

3
ritual untuk memperingati meninggalnya Husein. Lama-kelamaan ritual ini diikuti
pula oleh masyarakat yang ada di Bengkulu dan meluas hingga ke Painan,
Padang, Pariaman, Maninjau, Pidi, Banda Aceh, Melauboh dan Singkil.
Dalam perkembangan berikutnya, ritual itu satu-persatu hilang dari
daerah-daerah tersebut dan akhirnya hanya tinggal di dua tempat yaitu Bengkulu
dengan sebutan Tabot dan Pariaman dengan sebutan Tabuik. Di Pariaman,
awalnya Tabuik diselenggarakan oleh Anak Nagari dalam bentuk Tabuik Adat.
Pembuatan dan pembinaan Tabuik di Pariaman dikembangkan oleh Mak Sakarana
dan Mak Sakaujana. Merekalah yang mempelopori Tabuik Pasar dan Tabuik
Kampung Jawa. Tabuik Pasar melahirkan Tabuik Cimparuh, Bato dan Karan Aur,
sedangkan Tabuik Kampung Jawa melahirkan Tabuik Pauh, Jati, Sungai Rotan.

B. Seluk Beluk Tradisi ‘Tabuik’


Dari berbagai tradisi di Indonesia untuk menyambut bulan Muharam yang
sangat unik ialah tradisi ‘tabuik’. Perayaan ‘tabuik’ merupakan perayaan yang
sangat berbeda bila dibandingkan dengan perayaan lainnya yang ada di Indonesia.
Perayaan ‘tabuik’ merupakan budaya yang berasal dari daerah barat pulau
Sumatera, yaitu daerah Minangkabau.
Untuk asal – muasal perayaan ‘tabuik’ diyakini tradisi ini dibawa oleh
sekelompok suatu bangsa yang ada di Timur Tengah. Kelompok ini menganut
aliran syi’ah Jafari. Dan diselidiki kelompok ini merupakan bangsa Cipei yang
ada di sekitar dataran India. Mereka adalah serdadu Inggris, yaitu pasukan Islam
Thamil, yang datang ke Bengkulu. Saat itu Bengkulu sedang diambil alih oleh
Inggris dari tangan Belanda. Setiap tahunnya pada bulan Muharam orang – orang
Cipei ini memperingati tragedi peristiwa Karbala dengan cara mereka.
Lama – kelamaan peringatan ini diikuti oleh masyarakat Bengkulu. Dengan
berjalanya waktu peringatan ini meluas hingga sampai di Padang, Painan,
Maninjau, Banda Aceh, Mealuboh, dan Pariaman. Dalam perkembangannya,
peringatan tersebut hilang satu – persatu dari daerah – daerah tersebut. Akhirnya
peringatan tersebut tinggallah di Pariaman saja. Di Pariaman peringatan tersebut

4
bernama ‘tabuit’ yang sudah berbeda dengan peringatan yang dibawa oleh bangsa
Cipei.
Istilah ‘tabuik’ sebenarnya bukan kata yang berasal dari Minang. Kata ‘tabuik’
merupakan serapan dari bahasa Arab. Asal mula kata ‘tabuik’ adalah tabut. Tabut
sendiri memiliki arti kotak atau peti kayu

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ‘Tabuik’


Perayaan ‘tabuik’ ini hanya dilaksanakan di Kota Pariaman yang berada di
pesisir pantai Sumatera Barat. Perayaaan ini diselanggarakan dari pusat Kota
Pariaman hingga Pantai Gandoriah.
Perayaan ‘tabuik’ digelar hanya pada bulan Muharam saja. Perayaan ini
berlangsung selama 10 hari lamanya. Dimulai dari pagi 1 Muharam hingga malam
10 Muharam dengan rentetan acara yang sudah menjadi tradisi ‘anak nagari’.
Perayaan ‘tabuik’ ini diikuti oleh hampir seluruh lapisan masyarakat pariaman.

D. Susunan Acara pada ‘Tabuik’


Dari sepuluh hari itu, di setiap harinya terdapat acara yang sangat sakral.
Dimulai dari pembuatan ‘tabuik’ yang berbentuk seperti keranda dan bouraq
hingga proses pelepasan ‘tabuik’ ke pantai.
Dalam perayaan ‘tabuik’ terbagi menjadi dua perayaan yaitu ‘tabuik’ pasa (balai)
dan ‘tabuik’ subarang. Pasa (balai) ialah daerah utama di Pariaman, yang dimana
menjadi pusat kota. Subarang merupakan daerah Pariaman yang berada di
samping Pasa (balai). Kedua bagian kota ini terpisah oleh sungai yang membelah
Pariaman. Berikut pembagian urutan acara perayaan ‘tabuik’ menurut ayahanda
saya, Ir. Soldi, yang sudah berpuluh – puluh tahun mengikuti tradisi ‘tabuik’ ini:
1.Upacara ‘Mambue Daraga’
‘Daraga’ adalah sebuah rumah yang dibuat khusus untuk mempersiapkan ‘tabuik’.
Rumah ini terbuat dari bahan – bahan yang tradisional seperti bambu dan
tambang. Biasanya ‘daraga’ dibuat tiga hari sebelum memasuki bulan muharam.
Masyarakat Pariaman membuat dua ‘daraga’, yaitu ‘daraga’ pasa (balai) dan
‘daraga’ subarang.

5
‘Daraga’ akan terlihat seperti benteng yang berbentuk segi empat. Ukuran
‘daraga’ lima kali lima meter. ‘Daraga’ akan dikelilingi oleh kain putih.

2.Upacara ‘Maambiak Tanah’


Prosesi ini biasanya dilaksanakan oleh seorang laki – laki yang berasal dari
keluarga pengurus ‘tabuik’. Sang pengambil tanah ini memakai kain putih. Kain
putih ini berarti kejujuran dari kepemimpinan Husein. Prosesi ini dilakukan pada
sore hari tanggal 1 Muharam.
Dalam prosesi ini terbagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok ‘tabuik’ Pasa
(balai) dan kelompok ‘tabuik’ Subarang. Prosesi ini akan diiringi aloh arak –
arakan yang ditemani dengan dentuman gandang tasa.
Prosesi ini dilakukan dengan mengambil segumpal tanah dari dasar sungai.
Pengambilan tanahnya harus di anak sungai yang berbeda dan berlawan arah
antara kelompok Pasa (balai) dan kelompok Subarang. Pangambilan tanah ini
bukanlah hanya mengambil tanah saja. Tetapi ini merupakan simbol dari
pengambilan jasad Hasan – Husein yang mati syahid.
Tanah yang telah diambil tersebut lalu dibungkus dengan kain putih yang bersih.
Hal tersebut seolah – seolah seperti mengafani jasad dari Hasan – Husein.
Selanjutnya tanah tersebut diletakkan dalam sebuah periuk yang indah. Periuk
yang telah berisikan tanah tadi dibungkus kembali dengan kain putih yang bersih.
Setelah itu disimpan di ‘daraga’.

3.Upacara ‘Manabang Batang Pisang’


Prosesi ini dilakukan pada tanggal 5 Muharam. Pada tengah malam orang – orang
kampung akan pergi ke hutan beramai- ramai. Mereka akan mencari pohon
pisang, yang kemudian ditebas.
Dalam prosesi ini batang pohon pisang harus terpotong dalam satu tebasan. Yang
menebas batang pisang haruslah laki – laki yang menggunakan semacam baju
silat. Untuk menebasnya, biasanya penebas menggunakan pedang yang sudah
diasah agar tajam setajam – tajamnya.

6
Kemudian batang pisang tersebut dibawa ke ‘deraga’. Sesampainya di ‘deraga’
ditanamkan dekat dengan pusara.
Prosesi ini melambangkan apa yang dilakukan oleh musuh – musuh Allah
terhadap Hasan – Husein.

4.Upacara ‘Maatam Panja’


Prosesi ini dilakukan pada tanggal 7 Muharam oleh penghuni ‘daraga’. ‘Maatam
panja’ ini dilakukan setelah shalat Dzuhur.
Prosesi ini dilakukan dengan cara mengitari ‘daraga’ sambil membawa peralatan
untuk ‘tabuik’ seperti panja (jari), pedang, dan sorban. Mereka mengelilingi
‘daraga’ sambil menangis terisak – isak.
Prosesi ini merupakan tanda kesedihan mereka yang mendalam atas syahidnya
Hasan – Husein.

5.Upacara ‘Maarak Panja’


Prosesi ini dilakukan pada tanggal 7 Muharam, hari yang sama dengan upacara
‘maatam panja’.
Panja merupakan sebuah kubah yang terbuat dari kertas kaca dan bingkai bambu.
Kertas ini di gambari dengan tangan dengan jari – jari yang putus. Di dalam panja
diberikan lilin.
Panja akan diarak keliling kampung. Kelompok ini akan memperlihatkan kepada
seluruh masyarakat bagaimana kesedihan mereka. Dan ini meruapakan
perlambangan bahwa jari – jari Hasan – Husein telah dipotong oleh musuh.
Mereka akan menceritakan bagaiman kezaliman sang penguasa, Yazid bin
Muawiyah, terhadap Hasan – Husein.
Mereka keliling kampung dengan diiringi oleh gandang tasa dan ‘tabuik lenong’.
‘Tabuik lenong’ adalah sebuah miniatur ‘tabuik’ yang diletakkan diatas kepala
seorang pria.

7
6.Upacara ‘Maarak Sorban’
Prosesi ini dilakukan pada keesokan harinya, yaitu tanggal 8 Muharam. Prosesi ini
tidak jauh beda dengan prosesi yang sebelumnya, ‘maarak panja’.
Rombongan akan keliling kampung. Memperlihatkan bagaimana kejamnya
perlakuan penguasa saat itu, Yazid bin Muawiyah, kepada cucu nabinya sendiri,
Hasan – Husein. Diiringi dengan tabuhan gandang tasa dan diikuti oleh pria yang
mengenakan ‘tabuik lenong’.
Prosesi ini melambangkan bahwa kepala dari Hasan – Husein telah dipenggal bak
hewan.

7.Upacara ‘Tabuik Naik Pangke’


Prosesi ini berada di hari utama yaitu tanggal 10 Muharam. ‘Tabuik naik pangke’
dilaksanakan pada pagi hari.
Pada pagi hari ‘tabuik’ dari kedua wilayah, Pasa (balai) dan Subarang, akan
dikeluarkan dari rumahnya.
Kedua ‘tabuik’ itu akan diarak hingga bertemu. Setelah bertemu tabuik pun akan
dipasangkan menjadi satu kesatuan ‘tabuik’ yang utuh.

8.Upacara ‘Hoyak Tabuik’


Prosesi ini merupakan yang paling meriah. ‘Tabuik’ diarak oleh rombongan ke
Pantai Gandoriah untuk dihanyutkan. Sudah menjadi kepercayaan sisa – sisa dari
‘tabuik’ dapat menjadi jimat agar larisnya dagangan. Oleh sebab itu, ‘tabuik’
langsung diserbu oleh warga.

8
BAB III

KESIMPULAN

Menurut saya kebudayaan ‘tabuik’ ini merupakan sebuah kebudayaan


yang sangat menarik untuk dipelajari/digali lebih dalam lagi. ‘Tabuik’ juga
merupakan suatu budaya Minang yang sangat eksotis bila anda dapat
merasakannya sendiri. Sangat jarang budaya Indonesia yang terangkat dari
kebudayaan kaum syi’ah.
Seiring berjalannya waktu saat ini, kebudayaan Indonesia mulai
menghilang satu persatu. Seharusnya kita sadar betapa pentingnya budaya.
Sekarang kita boleh bangga dengan budaya kita, tetapi bila kita tidak jaga, maka
akan bernasib sama dengan pulau sipadan dan lain – lainnya. Jadi, dari sekarang
kita harus menjaga kebudayaan bangsa kita.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anhar,Fadhil.2013. Ritual Tbuik Pariaman.


fadhilanhar.blogspot.com/2013/05/ritual-tabuik-pariaman-tahun-baru-
islam.html
(diakses tanggal 27 Desember 2013).

Susanti,Ike.2011. Makna Simbol Upacara Tabuik Pariaman.


http://groups.yahoo.com/neo/groups/SMA-428-
DURI/conversations/topics/591
(diakses tanggal 27 Desember 2013).

s.n.2012.Ini Sejarah Tabuik Pariaman.


http://inioke.com/Berita/2741-Ini-Sejarah-Tabuik-Pariaman.html.
(diakses tanggal 27 Desember 2013).

10

Anda mungkin juga menyukai