PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Suharyono, 2010).
selanjutnya. Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik
Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada
usia tersebut rentan terhadap masalah kesehatan. Anak usia sekolah selain
ini kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua, sekolah atau para klinisi
kesehatan anak balita. Padahal peranan mereka yang sangat dominan akan
Masalah kesehatan yang sering timbul pada anak usia sekolah yaitu
2007). Berbagai macam masalah yang muncul pada anak usia sekolah, namun
kesehatan umum yang terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik
dan benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Banyak
anak usia sekolah yang menderita diare dikarenakan sebelum dan sesudah
makan mereka tidak mencuci tangan. Akibatnya bakteri yang ada di tangan
anak), setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare. Di
Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena Diare. Pada tahun
2008 juga terjadi KLB Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus
sebanyak 8.443 orang dan jumlah kematian sebesar 209 orang atau CFR
2009).
diare dan ISPA di Provinsi Sumatera Barat masih cukup tinggi. Kota
penderita diare dan ISPA yang cukup tinggi yakni 8358 penderita diare dan
23.308 penderita ISPA pada tahun 2007, yang tersebar di beberapa
ditemukan dengan persentase tertinggi pada anak usia di bawah lima tahun
tangan. Cuci tangan merupakan salah satu solusi yang murah dan efektif
tersebut sering kali dianggap remeh. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh
World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah
perilaku cuci tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan
hampir separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Namun saat
ini hanya sekitar 17% anak usia sekolah yang mencuci tangan pakai sabun
dengan benar, padahal anak usia tersebut rentan terhadap penyakit seperti
kebiasaan cuci tangan yaitu diare, Infeks Saluran Pernapasan, Flu Burung
Sehat 2010 atau PHBS 2010. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS
jajanan di warung/ kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih & sehat,
merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun yang
merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah, dan berdampak besar
menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan
terhadap penyakit seperti diare dan ISPA. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh
Puskesmas Sikapak terdiri dari desa 2 yaitu Desa Sikapak Mudik dan Hilir.
Hasil Screening yang dilakukan pada periode Maret hingga April tahun 2014
didapatkan data bahwa di wilayah kerja Puskesmas Sikapak terdapat 2 SD
dengan populasi anak usia sekolah (6-12 tahun) sebanyak 216 siswa. Wilayah
Sikapak sudah cukup bersih, dan sejuk. Hanya saja fasilitas cuci tangan serta
Ruang UKS masih belum terkelola dengan baik. Fasilitas cuci tangan yang
terdapat di SDN 02 Sikapak terlihat kurang bersih karena hanya terdiri dari
satu baskom berisi air di tiap ruang kelas dan berada di luar ruangan. Hal
tersebut dapat memicu resiko kontaminasi air oleh debu yang ada di sekitar
Fasilitas untuk ruang UKS juga belum memadai hal ini dikarenakan
ruangan UKS tidak terawat dengan baik dan penggunaan ruangan digabung
sekolah.
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) juga masih perlu
kesadaran dari para siswa terkait timbulnya penyakit menular melalui kontak
Yang Benar dengan Keterampilan Mencuci Tangan Pada Siswa Kelas V dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
tangan yang benar pada siswa kelas V dan VI SDN 02 Sikapak Mudik
tahun 2014.
b. Mengetahui distribusi frekuensi sikap siswa tentang mencuci tangan
yang benar pada siswa kelas V dan VI SDN 02 Sikapak Mudik tahun
2014.
tangan yang benar pada siswa kelas V dan VI SDN 02 Sikapak Mudik
tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Puskesmas
hari.
4. Bagi peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan seseorang yang terjadi setelah orang
melalui pane indra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, indra
penelitian temyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang akan memungkinkan
diperoleh dari pengalaman langsung atau dari orang lain yang sampai kepada
11
maka setiap orang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun
terjadi.
berbuat sebagai hasil suatu unit pengetahuan yang telah diberikan. Adapun
a. Tahu (Know)
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari, antara
sebagainya.
b. Memahami (Comprehensive)
terebut secara benar, orang yang telah paham tentang objek materi harus
d. Analisa (Analysis)
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
e. Sinstesis (synthesis)
ibu balita tidak hanya tahu tentang PHBS, tapi juga dapat
real (sebenarnya).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari
4) Pengalaman
2003 : 81)
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
96)
a. Cara Tradisional
1) Cara coba-coba
3) Berdasarkan pengalaman
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
yang lalu.
pengetahuan
b. Cara modern.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian
82)
2.2 Sikap
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Dalam kehidupan sehari - hari sikap merupakan reaksi yang bersifal
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total altitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi
1. Menerima ( receiving)
( objek)
2. Merespon ( responding)
yang dihadapi
3. Menghargai (valuing)
Subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau
stimulasi, dalam arti membahas dengan orang lain dan bahkan mengajak
setuju. setuju. tidak setuju, sangat tidak setuju ( Notoatmodjo, 2003 : 71).
Sikap ini dapat bersifat positif atau negatif, dalam sikap positif