Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aulia Rachmanita Putri

NIM : 20021030206

Kelas : A

REVIEW BUKU METODOLOGI SEJARAH KUNTOWIJOYO

1.1 Identitas Buku

Nama Penulis : Kuntowijoyo

Nama Penerbit : Agustus 2003

Jumlah Halaman : 287 hlm

Nomor ISBN : 979-9340-47-0

1.2 Sinopsis Buku

 BAB 1
Pada bab satu penulis menulis perjalanan panjang penulisan sejarah di
Indonesia dimulai nya Historiografi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun
1957, waktu diselenggarakannya seminar sejarah nasional Indonesia pertama di
Yogyakarta. Agenda seminar itu meliputi filsafat sejarah nasional, periodisasi sejarah
nasional, dan pendidikan sejarah. S ejarah sosial menjadi tema yang paling banyak
ditulis sejarawan akademis. Dalam penulisan sejarah kontemporer, misalnya penulis-
penulis skripsi tidak saja ingat persoalan politik, tetapi sudah menjangkau masalah-
masalah sosial, agama, budaya dengan pendekatan pendekatan baru berdasarkan
pengetahuan mereka mengenai ilmu-ilmu sosial. Sejak adanya seminar sejarah
nasional kedua pada tahun 1970, beberapa perkembangan baru telah tampak. sejarah
Seminar ini membentuk panitia untuk memulai penulisan buku standar sejarah
Indonesia, hasil yang dicapai ialah buku edisi pertama sejarah nasional Indonesia
yang berjumlah 6 jilid, yang tidak saja menekankan kronologi, proses, tetapi juga
sejarah yang sinkronik- struktural. Pada seminar sejarah nasional ketiga di Jakarta
tahun 1981 menjawab tantangan ke arah sejarah dengan pendekatan ilmu sosial
sebagaimana dijanjikan Dalam Seminar sejarah nasional kedua di Yogyakarta.
Pada akhir bab 1 tepatnya pada halaman 21 penulis menyarankan tiga hal pada
sejarawan baru yang ingin menulis sejarah. Pertama jadikan pertemuan dalam hal
membahas sejarah sebagai ajang saling menginformasikan kesejarahan. Dengan
saling menginformasikan hasil-hasil penelitian skripsi mahasiswa, misalnya dapat
terhindar dari kemungkinan terjadinya penjiplakan skripsi. Kedua, sebaiknya
mengungkapkan sebanyak mungkin sejarah lokal di sekitar kita, sehingga “sejarah
dari bawah akan menunpuk menjadi sejarah nasional yang lengkap. Ketiga, sebaiknya
sejrawan aktif melibatkan diri dalam menyumbangkan gagasan-gagasan bagi
kepentingan nasional kita.

 BAB 2
Pada bab dua penulis memaparkan kegunaan sejarah lisan sebagai metode
secara tunggal dan juga sebagai bahan dokumenter, sejaran lisan sebagai sumber
sejarah dimulai oleh Arsip Nasional RI sejak 1973. Pekerjaan terpenting sejarah lisan
ialah wawancara, menyalin dan menyunting. Penulis memaparkan pada halaman buku
32 yaitu pentingnya pendekatan sejarah kejiwaan pada saat berlangsungnya
wawancara untuk melihat bawah-sadar pelaku sejarah.

 BAB 3
Pada Bab tiga Kuntowijiyo membahas sejarah sosial lebih ke enam model-
model perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu. Adapun model-model
perkembanganya yaitu model evaluasi, lungkaran sentral, interval, tingkat
perkembangan, jangka panjang menengah pendek, dan sistematis. Sejalan dengan
perkembangan sosial terdapat masalah sosial yang muncul , misalnya pergeseran
antara kelas-kelas sosial masyarakat, kejahatan sosial yang meningkat seperti
pengederan obat-obat berbahaya dintengah masyarakat, prostitusi, perampokan dan
lain-lain. Masalah-masalah seperti itu harusnya menjadi bahan penelitian yang bagus
untuk diangkat

 BAB 4
Pada Bab empat menurut kuntowijoyo sejarah kota belum mendapat perhatian
sejarawan dalam melakukan penelitian padahal bidang garapan sejarah kota juga
sangat luas. Pertama ekologi, yaitu interaksi antara manusia dengan alam sekitar
perubahan lahan yang ada di kota seiiring perkembangan waktu. Kedua, urbanisasi
penduduk dari desa ke kota yang menjadi bagian dari perubahan sosial. Ketiga sistem
sosial seperti hubungan antar warga secara struktural , antara kelompok-kelompok
etnis, status dan kelas

 BAB 5
Pada Bab lima Kuntowijoyo mamaparkan yang menjadi pokok garapan
penulisan sejarah pedesaan adalah petani. Perubahan-perubahan yang terjadi di desa
dan di masyarakat petani biasanya menyangkut perubahan ekonomi dari sebuah
ekonomi

 BAB 6
Pada bab enam Kuntowijoyo menyamakan peristilahan Sejarah ekonomi
pedesaan dengan sejarah ekonomi petani. Dalam ekonomi petani kerja merupakan
elemen yang tetap menentukan perubahan dalam volume dari modal dan tanah. Di
lingkungan ekonomi petani perluasaan tenaga kerja keluarga seperti banyak jumlah
anak dianggap sebagai faktor yang menguntungkan dan merupkan investasi.

 BAB 7
Pada bab tujuh, Kuntowijoyo banyak memamparkan tema-tema sejarah
wanita. Pertama, peranan wanita. Kedua, biografi atau prosopografi wanita yang
memiliki kemandirian. Ketiga, gerakan wanita. Keempat, gambaran wanita. Kelima,
sejarah wanita. Keenam, budaya wanita. Ketuju, hubungan laki-laki dengan wanita.
Kedelapan, tema kelompok-kelompok wanita. Kesembilan, enisitas. Kesepuluh
ekonomi.

 BAB 8
Bab delapan Kuntowijoyo dalam bukunya Metodologi sejarah mengemukakan
tulisan ini akan mencoba memberikan gambaran mengenai batas bidang kajian sejarah
kebudayaan dan masalah-masalah metodologisnya. Batasan menjadi penting, karena
selain menjelaskan apa yang sudah dikerjakan juga dapat memberikan gagasan baru
yang dapat dikerjakan. metodologis penting karena setiap jenis penulisan sejarah
memerlukan metodologi yang khusus pula. Tetapi di dalam buku ini tidak akan
membicarakan masalah teori yang juga amat penting peranannya dalam rekonstruksi
sejarah. Di dalam tulisan Ini juga memuat beberapa pendapat para ahli luar negeri
yang membedakan antara sejarah dengan kebudayaan

 BAB 9
Bab sembilan, dalam Seminar sejarah lokal tahun 1984 telah dikemukakan 5
Tema pokok yaitu (1) dinamika masyarakat pedesaan, (2) pendidikan sebagai faktor
dinamisasi dan integrasi sosial, (3) interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat
majemuk, (4) revolusi nasional di tingkat lokal dan (5) biografi tokoh lokal.
Kuntowijoyo mengungkapkan sejarah lokal dalam bentuknya yang mikro telah
tampak dasar-dasar dinamikanya, sehingga peristiwa peristiwa sejarah dapat
diterangkan melalui dinamika internal yang tiap daerah mempunyai kekhasan
tersendiri yang otonom. Sudah banyak tema baru muncul di kalangan sejarawan,
sehingga kita dapat mengharapkan adanya sebuah seminar sejarah komparatif yang
membicarakan satu dua tema sambil membandingkan sejarah tema itu dari berbagai
daerah di Indonesia,

 BAB 10
Bab sepuluh, sejarah agama agama, aliran kepercayaan terhadap tuhan yang
maha esa pasti telah termasuk agama, padahal dalam praktik pemerintahan di
Indonesia dianggap sebagai kebudayaan dan berada di bawah Direktorat Jenderal
kebudayaan. Sementara itu agama-agama institusional, terutama Islam juga tidak
mengakuinya sebagai agama. Mistisme (sufisme, tarekat) yang menyangkut juga
soal pihak Inan, praktik dan pengetahuan hanya dapat dikerjakan oleh mereka yang
berasal dari ilmu-ilmu agama.

 BAB 11
Bab sebelas, pada mulanya politik adalah tunggang punggung sejarah. Oleh
karena itu, buku-buku teks sejarah berisi rentetan kejadian dan kejadian mengenai
Raja, negara bangsa, pemerintahan, parlemen, pemberontakan, kelompok-kelompok
kepentingan (militer, ulama, bangsawan dan agama petani) dan interaksi antara
kekuatan-kekuatan itu dalam memperebutkan kekuasaan. Namun menjelang PD 2
sejarawan Prancis sejarawan Prancis meragukan keterkaitan antara sejarah dan politik
semacam itu. Kalau sejarah hanyalah sejarah politik, sejarah akan menjadi sempit.
Mereka ingin memperluas nya dengan memajukan struktu sejarah sosial, sejarah
struktural dan, sejarah total.

 BAB 12
Bab dua belas, sejarah pemikiran, manusia tidak bisa lepas dari dunia
pemikiran. Sadar atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari pun seseorang tidak lepas
dari ide. menurut Kuntowijoyo Tugas sejarah pemikiran ialah 1 membicarakan
pemikiran-pemikiran besar yang berpengaruh pada kejadian sejarah 2 melihat konteks
sejarahnya tempat ia muncul tumbuh dan berkembang (sejarah di permukaan) dan
tiga pengaruh pemikiran pada masyarakat bawah, yaitu mencari hubungan antara
filsafat kaum intelektual, parapemikir dan cara hidup yang nyata aktual dari jutaan
orang yang menjalankan tugas peradaban. untuk menghadapi tugas-tugasnya sejarah
pemikiran mempunyai tiga macam pendekatan tanda komanya itu kajian teks, kajian
konteks sejarah, dan kajian hubungan antara teks dan masyarakat.

 BAB 13
Bab tiga belas biografi, Biografi atau catatan tentang hidup seseorang. namun
menurut Kuntowijoyo biografi tidak dapat digunakan sebagai sumber sejarah karena
memang biografi adalah hasil sastra yang merupakan produk imajinasi dan tidak
dimaksudkan sebagai sejarah yang faktual

 BAB 14
Bab empat belas sejarah kuantitatif. Sejarah kuantitatif ialah penggunaan
metode kuantitatif dalam penulisan sejarah. Sejarah kuantitatif seharusnya berdiri
sendiri sebagai sejarah seperti yang lainnya. Metode kuantitatif yang hanya menjadi
pelengkap sejarah dan kuantitatif akan dicontohkan dalam korelasi, metode kuantitatif
yang menjadi kunci dari penelitian kuantitatif dicontohkan dalam konten analisis, dan
metode kuantitatif yang sepenuhnya menjadi sejarah kuantitatif akan dicantumkan
dalam time series. Periode sejarah kuantitatif tidak perlu melihat kebelakang yang
sangat jauh namun dapat memilih periode sesudah kemerdekaan

 BAB 15
Bab lima belas sejarah mentalitas, sejarah mentalitas di indonesia

Priyai, Kesulitan serupa (sejarah pemikiran ataukah sejarah mentalitas) juga


akan terjadi bila kita meneliti ke priyayi di Vorstenlanden. Para priyayi di kesultanan
surakartaka, misalnya mempunyai pikiran sadar akan kepriyayiannya. Seperti
ditunjukkan pada karya-karya padmasusastra serat subasita dan RMA. Jayadiningrat I
serat mas jatuh Inggih Mas nganten- seperti kita bahas dalam sejarah pemikiran. Tapi,
pria yang mana? seperti diketahui priyayi itu berlapis-lapis. Jadi, masuk akal kalau
priyayi alit (dan kawul) berperilaku dan mempunyai ketidaksadaran kolektif. Bahkan
para priyayi Luhur mempunyai kolektif terhadap pelajar dengan apa yang disebut
political mysticisme

1.3 Review Buku

Berdasarkan hasil pembahasan buku Metodologi sejarah yang ditulis oleh


Kuntowijoyo, sejarah memiliki sub-sub tema yang sangat luas untuk dijadikan sebuah tulisan
ilmiah. Dalam tulisan buku ini penulis mampu membuat pembaca memahami pemikiran yang
beliau tulis. Beliau juga mampu membuat pembaca berpikir mengapa historiografi sejarah
terhambat khususnya pada sub tema sejarah ekonomi, mengapa tidak banyak penulis
khususnya di kalangan mahasiswa yang tertarik untuk menulis sejarah yang berkaitan dengan
sejarah ekonomi. Untuk kalangan mahasiswa beliau juga menekankan agar setiap penulisan
ilmiah khususnya skripsi agar tidak menjiplak tulisan skripsi kakak tingkat agar makin
banyak pengetahuan sejarah yang di muat. Perlunya jaringan kerja antar generasi akademis
sejarah juga beliau tekankan, bisa dalam bentuk seminar sejarah atau sekedar berbincang ke
sejarahan antar satu akademis dengan yang lainny, pastinya dalam hal itu akan muncul
tulisan-tulisan sejarah yang baru. Dalam hal sejarah lisan Kuntowijoyo sangat menekankan
untuk diterapakan sumber-sumber lisan dalam penulisan sejarah, karena Arsip Nasiojal juga
memiliki Buletin Sejarah Lisan.

Menurut Kuntowijoyo bidang sejarah perlu memperluas wawasan dalam bidang


kuantitatif, namun di lapangan, Sumber daya manusia sdalam bisang sosial sangat lemah
dalam bidang statistik, seringkali orang-orang sosial menghindar untuk melakukan penelitian
menggunakan pendekatan kuantitaif. Buku ini memuat sumber-sumber yang dapat ditelusuri
para pembaca dengan memuat sumber-sumber buku ataupun jurnal-jurnal, hingga
tempat=tempat sumber informasi seperti direktorat, perpustakan dan arsip-arsip. Untuk
kekurangan buku ini menurut saya isinya lebih menggambarkan rangkuman tiap bidang-
bidang sejarah, dan kurang membahas teknis metedologi dalam penulisan sejarah. Jadi
kurang sesuai jika melihat dari judul buku ini.

Anda mungkin juga menyukai