Anda di halaman 1dari 7

Resume Buku Historiografi Barat

Karya : Nina H. Lubis


Diampu oleh : Wahyu Setyaningsih, M.A.

Oleh :
Rachmad Fauzi (53010170012)
Vita Nabela Sari (53010170057)
Lidya Yuliana (53010170078)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
BAGIAN PERTAMA

Penulisan Sejarah mengalami tingkat perkembangan yang berbeda-beda menurut zaman,


lingkungan kebudayaan, dan tempat di mana karya historiografi itu dihasilkan. Pada masa lampau,
seorang sejarawan mempunyai fungsi untuk menafsirkan dan meneruskan tradisi bangsanya. Oleh
karena itu sangat penting untuk mempelajari bagaimana pandangan seorang sejarawan tentang
fakta sejarah atau bagaimana prespektif sejarah seorang sejarawan.

Dalam perkembangan historiografi di Barat, dapat diamati bahwa bukan hanya sejarawan
professional saja yang menulis sejarah, melainkan juga para politikus, jenderal, dan para pendeta.
Sepanjang perkembangannya, telah beberapa kali “ledakan” yang menunjang kemajuan
historiografi di Barat. Ada beberapa sejarawan barat beserta karya-karyanya antara lain

HERODOTUS (c. 490 S.M.-c.430 S.M.)

Herodotus adalah sejarawan Yunani Kuno yang terkenal dijuluki sebagai “Bapak sejarah”.
Dalam karyanya yang berjudul The History of the Persion Wars (Sejarah Peperangan Orang
Persia) Herodotus berusaha untuk melestarikan iangatan-ingatan tentang apa yang pernah
dikerjakan orang dalam peperangan antara Yunani dengan orang-orang Barbar, dan juga merekam
apa penyebab permusuhan di antara keduanya.

THUCYDIDES (c. 456 S.M.-404S.M.)

Karyanya yang berjuduk History of the Peloponnesian War (Sejarah Perang Peloponnesus)
dalam proses penulisannya, Thucydides menggunakan para saksi mata sebagai sumber, dan
menguji silang kesaksian-kesaksian itu dengan laporan-laporan dari sumber lainnya.

POLYBIUS (c. 198 S.M. c. 125 S.M.)

Polybius mengkhususkan diri pada sejarah kontemporer dan menggunakan acuan


Thucydides dalam menemukan, menguji dan menggunakan bukti-bukti. Polybius memperlihatkan
kekuatan sekaligus kelemahnnya dalam historiografi kuno, ia berusaha keras untuk bersifat
empiris dan pragmatis.
JULIUS CAESAR (c.101 S.M. 44.S.M)

Karyanya yang berjudul Commentaries on the Gallic War, yang ditulis pada tahun 52 S.M.
karya ini dapat ditafsirkan sebagai usaha Caesar untuk membangun citra dirinya. Karyanya itu
juga dapat dipandang sebagai propaganda untuk mengesankan kekontemporerannya. Caesar
memang menulis sejarah yang benar tentang daerah kampanyenya ke daerah Gaul.

TITUS LIVIUS (c.59 S.M 17 A.D)

Dalam karyanya yang berjudul The History of Rome (Sejarah Romawi), ia menegaskan
bahwa tugasnya ialah menjajaki sejarah rakyat Romawi sejak berdirinya. Untuk sejarah Romawi
yang hanya berdasarkan legenda, Livius berhasil menuliskannya dengan cara yang benar.
Bakatnya sebagai sejarawan dan seniman memungkinkan lahirnya sebuah karya tentang delapan
abad perjalanan sejarah Romawi yang menunjukkan suatu integritas intelektual sekaligus
keunggulan sastra.

AUGUSTINE (354-430)

Dalam karyanya The City of God, Augustine menguraikan tentang pertahanan ajaran
Kristen dalam Kekaisaran Romawi. Dalam rangka mempertahankan gerejanya, Augustine
mencoba menawarkan suatu penafsiran baru tentang aspek social politik dan spiritual dalam
sejarah manusia. Ia juga menawarkan pandangan baru tentang sejarah. The City of God
merefleksikan konflik dalam diri Augustine sendiri serta dalam diri masyarakatnya, antara nilai-
nilai kebudayaan lama dengan pandangan Kristen baru.

OROSIUS (c. 380 c.420)

The Seven Books merupakan dasar reputasi abadi Orosius. Karangannya itu sebenarnya
merupakan pelengkap karya Augustine. Karyanya ini bukan merupakan penelitian historis tentang
sebab-sebab dan perkembangan tetapi lebih merupakan penyusunan “fakta-fakta” dalam suatu
kronologi Kristen untuk menunjukkan kebenaran yang diharapkan yaitu kebenaran yang
validitasnya menurut pandangan dunia Kristen.
JEAN MABILLON (1623-1707)

Mabillon dalm karyanya yang berjudul On Diplomatics, menyediakan metode-metode bagi


para sejarawan untuk menentukan otentitas suatu dokumen kuno dengan membandingkan gaya,
bentuk, segel, serta tanda tangan dari berbagai macam piagam pada periode yang sama.

DAVID HUME (1711-1776)

Karyanya yang lengkap History of England, terbit tahun 1762, sangat popular dan
merupakan karya sejarah Inggris terbaik yang ditulis pada abad ke-18. Yang lebih penting lagi
adalah fakta bahwa sebagai sejarawan Hume membuat jelas maksud atau tujuannya sebagai
seorang filsuf.

LEOPOLD VON RANKE (1795-1886)

Ranke yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Sejarah Modern atau sejarah kritis terkenal dengan
pemikirannya yang menyatakan bahwa sejarah yang ditulis itu haruslah sebagaimana peristiwa itu
terjadi. Ranke sebagai seorang nasionalis memperlihatkan karya-karyanya tentang sejarah
diplomatik dan politik.

MARC BLOCH (1886-1944)

Hal yang sangat menonjol dari karya-karyanya adalah kepakarannya dalam masalah
sejarah abad pertengahan. Karya Bloch yang tidak dapat diabaikan lagi adalah Les Caracteres
Originaux de I’histoire Rurale Francaise (1931), sejarah pedesaan yang ditulisnya berdasarkan
pengamatnnya atas pola-pola perladangan dan interpretasi terhadap lanskap pedesaan.

JAMES HARVEY ROBINSON (1863-1936)

Beberapa karyanya antara lain The New History (1912), yang berpengaruh luas dalam
penulisan sejarah di Amerika sehingga melahirkan sebutan “Aliran Robinson”

BAGIAN KEDUA

HISTORISME KLASIK SEBAGAI MODEL DISIPLIN SEJARAH

Pada awal abad ke-19 terjadi perubahan radikal di dunia Barat ketika sejarah menjadi satu
disiplin professional. Sampai saat itu terdapat dua tradisi penulisan sejarah yang dominan :
pertama, yang sangat menonjol yaitu historiografi yang benar-benar ilmiah dan antikuarian, kedua,
historiografi yang bersifat sastra. Sejarah menjadi penting untuk menyampaikan hasil-hasil riset
pada public yang kesadaran historisnya sudah terbentuk dan merasa perlu untuk mencari identitas
sejarahnya sendiri.

Konsep Ranke tentang sejarah sebafai ilmu menolak semua ketentuan-ketentuan nilai dan
spekulasi metafisis , serta asumsi-asumsi filosofis dan politis yang secara harus dilakukan dengan
metode kritis. Pelatihan berkesinambungan untuk metode kritis ini merupakan prasayarat penting.
Sementara itu Max Weber pada peralihan abad ke-20 mengungkapkan bahwa pendekatan historis
harus yang teliti menunjukkan ketiadaan makna eksistensi etika, sedangkan menurut Ranke hal
tersebut menecerminkan dunia makna dan dunia nilai, yang mengungkapkan karakter-karakter
institusi-institusi social sesuai dengan perkembangan sejarahnya.

Bilamana diukur dari peran sejarawan dalam kehidupan public, sejraah mungkin dinilai
lebih tinggi di Prancis daripada di Jerman. Perbedaan yang terjadi antara dunia historiografi di
Jerman dan di Prancis,mencerminkan budaya politik yang berbeda. Akan tetapi, keduanya sangat
dalam berakar pada nilai-nilai kelas menengah yang sudah mapan, “burgertum” atau “borjuis”. Di
kedua negara ini historiografi dengan terbuka mendukung posisi liberal yang berbeda dari
konservatisme Ranke.

Dalam Pandangan umum, sejarah baru atau disebut juga historisme (Historismus), diterima
sebagai kemajuan intelektual. Historisme lebih dari sekedar teori sejarah. Historisme melibatkan
seleuruh filsafat hidup, kombinasi khas konsepsi sains, khususnya untuk sains manusia dan
budaya, serta konsepsi tatanan politik dan social.

KRISIS HISTORISME KLASIK

Pada awal abad ke-19 di universitas-universitas Eropa dan Amerika Serikat mulai
dilakukan pengujian kritis atas dalil-dalil yang sudah diterima selama ini. Taka da satupun konsep
yang muncul tentang bagaimana studi historis harus dilaksanakan dalam zaman modern, tetapi ada
keyakinan luas bahwa pokok persoalan sejarah harus dikembangkan dan ruang yang luas diberikan
kepada peranan masyarakat, ekonomi, dan kebudayaan.

Di Prancis dan Amerika sejarwan terbukti lebih terbuka dalam penetapan hubungan antara
historiografi dan ilmu social. Namun tatanan politik yang sangat beda di negara-negara tersebut
mempunyai kaitan yang sama dengan masalah ini. meskipun di jerman sejarah sosial terpaksa
bersifat definisi, di prancis sosiologi-lah yang menentang riset sejarah tradisional seperti yang
dipraktekkan di universitas lain.

SEJARAH SOSIAL DAN EKONOMI DI JERMAN

Usaha-usaha awal untuk membahas masalah-masalah yang ditimbulkan industrialisasi dari


segi sejarah dilakukan oleh apa yang dinamakan “younger historical school of national economy”
di jerman, dengan tokoh nya yang terkemuka Gustav Von Schmoller. lembaga ini berdiri menurut
tradisi historisme klasik yang menekankan bahwa ekonomi tidak ditentukan oleh hukum-hukum
yang ketat, valid secara matematis, seperti yang di anut oleh ekonomi politik inggris dan skotlandia
klasik, tetapi hanya dapat dipahami secara historis dalam kerangka nilai-nilai dan institusi-institusi
masyarakat.

Mazhab Schmoller mempunyai dua asumsi lanjutan tentang historisme jerman klasik
yaitu penekanan pada peranan sentral negara dan insistensi studi sejarah haruslah berhubungan
derngan sumber-sumber arsip. mazhab ini memang mengidentifikasi dirinya dengan dinasti
Hohenzollern dan tatanan politik yang telah diciptakan Bismark dalam proses unifikasi jerman,
tetapi juga menentang kemungkinan dan kepentingan reformasi, khususnya dalam integrasi buruh
ke dalam negara bangsa jerman.

Terlepas dari mazhab ini, tetapi sejalan dengan metode-metode dan asumsi-asumsi
dasarnya, pada tahun 1880-an Lamprecht menulis sejarah sejarah ekonomi lembah Moselle pada
akhir abad pertengahan, yang mencoba membuat rekonstruksi komperhensif struktur-struktur
yang ada dan mentalitas wilayah.

MAZHAB ANNALES DI PERANCIS

Mazhab sejarawan Annales, menempati posisi yang khas dalam historiografi abad ke-20.
di satu sisi, penulisan-penulisannya memilki keyakinan bersama tentang keharusan sejarawan
berorientasi kepada ilmu sosial lain dalam melakukan pendekatan-pendekatakan ilmiah terhadap
sejarah; dan di sisi lain, mereka menyadari batas-batas pendekatan tersebut.

para sejarawan Annales secara radikal mengubah konsepsi ini dengan penegasan relativitas dan
multilayering waktu. sejarawan annals menyatakan bahwa mereka tidak mewakili suatu
“mazhab”, namun mereka sering diidentifikasi demikian, ditandai dengan sifat keterbukaan
kepada metode-metode dan pendekatan baru untuk riset sejarah.

TEORI KRITIS DAN SEJARAH SOSIAL DI JERMAN

Lawerence stone pada tahun 1978 telah membedakan secara tajam antara ilmu sosial
analitis yang mencari penjelasan-penjelasan yang koheren dengan sejarah naratif yang bertujuan
untuk memahami maksud dan tindakan manusia dengan mengungkapkan tindakan mereka
dalamm cerita. sementara itu, orientasi ilmu sosial pada tahun 1950-an dan 1960-an berkembang
sedemikian rupa, tetapi konsepsi ilmu sosial tetap lebih berkaitan dengan budaya dari pada dengan
model-model ekonomi.

Studi sejarah di jerman pada tahun 1960-an tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan
dua faktor: 1. warisan intelektual pemikiran ilmu sosial di jerman, yang berakar dalam budaya
klasik jerman dan filsafat idealis; 2. bentuk katastropik politik jerman pada paruh pertama abad
ke-20. seperti di negara lain, banyak sekali sejarawan di negara jerman, atau paling tidak di bagian
baratnya, pada tahun 1960-an dan 1970-an beralih ke model-model ilmu sosial dan pada tahun
1980-an jadi waspada kepada model ilmu sosial ini.

Perhatian yang intens terhadap ilmu-ilmu sosial di jerman barat tahun 1960-an muncul di
kalangan generasi muda sejarawan, yang lahir pada masa akhir republic Weimar atau bahkan
setelah 1933. akan tetapi, secara akademis setelah 1945, sangat terkait kepada kekukuhan mereka
menghadapi masa lampau jerman secara kritis dan komitmen mereka kepada masyarakat
demokratis. dibandingkan dengan di prancis, di mana sejarawan dalam tradisi annals cenderung
mengikuti dunia premodern, praindustri, yang sering sekali tertinggal oleh politik.

Anda mungkin juga menyukai