Pangkal dari permulaan (awal) dari kebudayaan cina terletak di bangian utara China. Sekarang
di bagian tengah dan timur dan bagian hilir sungai Huang ho yaitu dalam sebuah daerah sungai seperti
juga pusat kebudayaan kuno yang lain di daerah sungai Trigis dan Eufrat, daerah sungai Nil, dan
daerah sungai Indus. Yang menarik perhatian adalah bahwa di banding dengan tiga daerah tersebut,
pusat dari kebudayaan china letaknya lebih terpencil tertutup oleh gunung dan gurun pasir. Oleh
karena itu sejak semula kebudayaan china menunjukkan dari permulaan suatu sifat dasar yang khusus,
meskipun pengaruh dari luar sewaktu waktu bias terjadi. Sudah sejak zaman prasejarah unsur
kebudayaan materiil dapat mencapai china melaluui gurun pasir dan padang rumput dari Asia Tengah.
Bukti kebudayaan pada zaman prasejarah di China yaitu yang peertama pada zaman
paleolithikum, di temukannya fosil tertua di china (kerangka manusia) yang di sebut Sinanthropus
Pekinensis (manusia Pekin), penemuan fosil manusia purba berupa tengkorak yang di temukan tahun
1963 di Chou K’ou Tien dan di beberapa daerah lain seperti ; di daerah Ordos di provinsi Kirin pada
tahun 1923, di tepi sungai Shara Osso-Gol pada tahun 1924, di provinsi Kirin pada tahun 1934.
Manusia Pekin adalah makhluk Homonit yang tinggal di dalam gua gua dan makan utamanya adalah
daging sehinggaa mungkin pula terjadi kanibalisme, serta mereka pun di juluki sebagai para pemburu.
Di bukit Chou K’ou Tien tempat ditemukannya fosil Sinantrophus Pekinensis, di temukan
juga peninggalan benda benda dari zaman mesolithikum tetapi tidak banyak, penemuannya berupa
benda benda terbuat dari kayu, tulang dan kulit kerang sedikit di temukan. Menjelang akhi zaman
Mesolithikum, tepatnya kira kira 6000 SM, di Shen Si Tengah sebelah barat ada sebuah desa atau
distrik yang terletak di sebelah utara sungai We yang bernama desa Pao Chi. Di daerah ini terdapat
pusat kediaman manusia yang sudah mulai hidup secara kolektif-primitif. Zaman Neolithikum, kira
kira 3000SM kehidupan manusia mulai mengembangkan hidup baercorak semi pastoral atau
agricultural life. Di daerah yang sangat luas, di temukan pula benda benda neolithikum di Kanshu,
Shensi, Honan, Hopei, Shantung, daerah delta sungai Yang Tze, Manchuria selatan atau provinsi
Liaoning dan Mongolia. Pada masa Neolithikum pun telah di ketahui cara memintal dan menenun
dengan bahan Sisal atau Henip. Secara garis besar, berdasarkan benda benda yang di temukan dalam
perkembangan zaman neolitikum di china, dapat di bedakan dua corak kebudayaan yakni kebudayaan
barat laut dan timur laut. Kelanjutan dari kebudayaan fase Ch’i Chia terdapat di Yang Shao, sebuah
desa yang ada di provinsi Honan sebelah barat laut. Hampir bersamaan dengan fase Ch’i Chia atau
kebudayaan neolitikum barat laut, muncul pula kebudayaan neolitikum timur laut di provinsi Honan,
Hopei, Shan Tung, yang di sebut kebudayaan Li kebudayaan Tripot atau Periuk berkaki tiga.
Zaman perunggu kira-kira dimulai pada kira-kira 1700SM,dan berakhir pada kira-kira 500SM
ketika menggunakan alat-alat yang terbuat dari besi.peninggalan-peninggalan dari zaman perunggu
banyak ditemukan di provinsi Honan yang merupakan tempat pertemuan arus kebudayaan dari
barat,timur,selatan,dan utara.pada akhir abad Sembilan belas,secara kebetulan para petani dari desa
Hsiatun-agak kesebelah barat dari kota-menemukan tulang-tulang yang aneh. Tulang tulang itu mula-
mula dikenal dengan sebutan tulang naga(dragon bones) yang menurut para ahli obat-obatan cina
mempunyai khasiat dapat menyembuhkan penyakit urat saraf. pada penelitian selanjutnya dapat
diketahui bahwa tulang-tulang itu pada masa lalu digunakan untuk tujuan peramalan(nujum) sehingga
tulang tersebut dinamakan tulang peramalan (oracle bones). Isi dari tulisan tulang-tulang ramalan
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada dewa-dewa atau roh nenek moyang beserta
jawabannya. Tampaknya, zaman perunggu di cina sudah dimulai sejak 1700SM yang dibuktikan oleh
penemuan berbagai benda perunggu di kuburan-kuburan raja yang ditutup tanah. Bersamaaan dengan
penemuan benda-benda perunggu, ditemukan pula benda-benda dari corak kebudayaan Lung
Shan,sedangkan lapisan bawah, diemukan benda-benda dari corak kebudayaan Yang Shao.
Bangsa Tionghoa mengenal berbagai mitos tentang penciptaan, salah satu legenda itu yakni
segala sesuatu pada mulanya berada pada keadaan yang kacau balau dan dari kondisi semacam itu
muncul dua buah kekuatan atau energy yaitu ying dan yang. Pasangan energy ini melahirkan sosok
raksasa yang bernama Bangu, ia membereskan segala sesuatu yang serba kacau itu. Ia memehat batu
batu karang raksasa yang melayang di angkasa (symbol kekacauan) menjadi matahari, bulan, bintang
bintang. Dengan berjalannya waktu tubuhnya membesar dan bertambah tinggi kemudian ia meninggal
setelah bekerja selama 18000 tahun. Legenda ini mengatakan bahwa kepalanya berubah menjadi
gunung gunung, nafasnya berubah menjadi awan dan udara, rambutnya menjadi pohon, gigi dan
tulangnya menjadi logam, serta manusia dan hewan berasal dari ulat atau serangga yang
merambatinya.
Kisah penciptaan lainnya adalah seorang dewi yg bernama Nuwa yang telah menciptakan
hewan dan manusia dari tanah liat kuning. Akhirnya Nuwa merasa kelelahan kerena harus
menciptakan banyak sekali manusia, oleh karena itu di culupkannya seutas tali dalam lumpur dan
mengibasnya.
Legenda ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat pada zaman itu yang mana
orang harus hidup berkelompok dan menyatukan kemampuannya agar dapat bertahan hidup
dari buasnya alam. Kelompok kaisar legendaris yang pertama disebut tiga raja (Sanhuang)
berwujud manusia setengah naga, naga yang pertama Suiren pencipta api, yang kedua Fuxi
yang memberikan sumbangsih lebih banyak lagi bagi bangsa Tionghoa. Raja berikutnya
Shennong, yang mengajarkan teknik bercocok tanam dan obat obatan.
Setelah tiga raja ini memerintahlah seorang penguasa legendaris yaitu Huangdi (2697-
2599 SM) masa pemerintahan Huangdi merupakan zaman kemesan yang luar biasa sehingga
tetap dikeneng oleh generasi erikutnya hingga sekarang, dan generasi sekarang berkeyakinan
bahwa mereka adalah keturunan dari Huangdi.Kaisar berikutnya adalah Yao. Legenda
mengatakan bahwa di dalam istana Yao tumbuh dua pohon almanac. Pohon yang satu
menumbuhkan selembar daun selama dua belas hari dan menggugurkannya masing masing
selembar pada lima elas hari berikutnya. Sedangkan pohon lainnya menumbuhkan selembar
daun setiap bulannya selama enam bulan pertama dan menggugurkannya masing masing setiap
bulan pada enem bulan berikutnya. Dengan demikian orang dapat menghitung hari dan bulan.
Shun juga tidak kalah bijaksananya dengan Yao, legenda mengatakan bahwa Shun
memiliki dua orang ahli perbintangan yang bernama Xi He dan Shang Yi. Xi He bertugas
mengamati peredaran matahari dan Shang Yi peredaran bulan.Yu adalah seorang kepela
pemerintahan yang meruakan ahli dalam bidang pengairan dan irigasi. Legenda mengatakan
Yu telah melakukan perjalan mengelilingi Sembilan daerah kekuasaanyaa dan sebagai symbol
bagi ke Sembilan itu dituanglah Sembilan bejana perunggu yang di wariskan dari dinasti ke
dinasti berikunya sebagai harta pusaka.
Dinasti Shāng (1600—1046 SM) adalah dinasti yang mengantikan Dinasti Xià dalam sejarah
Cina. Sekitar tahun 1600 SM, Dinasti Shāng didirikan oleh pemimpin suku Shāng, Tang. Setelah
memusnahkan Dinasti Xià. Dinasti Shāng melewati masa pemerintahan sebanyak 17 generasi, 31 raja.
Berkuasa selama 500-an tahun, sampai 20 Januari 1046 SM ditaklukkan oleh Zhōu Wǔwáng.
Akhir dari pemerintahan Dinasti Xià, kekacauan dalam pemerintahan Dinasti Xià sendiri tidak
pernah terkendali, ganguan dan serangan dari luar juga tidak pernah berhenti, setelah naik takhta, Jié
juga tidak berusaha mengubah kondisi, malahan semakin lalim dan kejam, sehingga para bangsawan
akhirnya mulai memberontak. Pada sekitar tahun 1600 SM, pemimpin dari suku Shāng, Tāng
bergabung dengan suku bangsa lainnya mengulingkan Dinasti Xià , dan mendirikan Dinasti Shāng.
Pada awalnya suku Shāng ber-ibukota di Bò (sekarang Shāngqiū Propinsi Hénán), setelah
mengalahkan Dinasti Xià , memindahkan ibukota ke barat dan tetap disebut dengan nama Bò
(sekarang Yǎnshī Propinsi Hénán ).
Setelah naik takhta, Tāng memerintah dengan bijaksana terhadap rakyatnya, dengan bantuan
dari menteri-menteri berbakat seperti Yīyǐn dan Zhòngyuán, negara semakin kuat dan makmur.
Setelah Tāng meninggal, oleh karena putra sulungnya Dàdīng mati muda, maka singgasana
diwariskan kepada adik Dàdīng, Wàibǐng; setelah Wàibǐng meninggal, digantikan oleh adiknya
Zhòngrén; dan setelah Zhòngrén meninggal, singgasana diwariskan kembali kepada putra dari
Dàdīng, Tàijiǎ. Tahun ketiga pemerintahan Tàijiǎ, oleh karena memerintah dengan tidak benar dan
tidak bermoral, Tàijiǎ diasingkan oleh Yīyǐn ke istana Tónggōng . Setelah tiga tahun tinggal di istana
Tónggōng , Tàijiǎ merasa sangat menyesal, sehingga akhirnya Yīyǐn menjemput dan menyerahkan
kembali kekuasaan kepadanya.
Pada mulanya, Dinasti Shāng beberapa kali memindahkan ibukota-nya, sampai terakhir pada
masa pemerintahan Pángēng, menetapkan ibukota di Yīn (sekarang Ānyáng Propinsi Hénán),
sehingga Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn. Setelah Pángēng memindahkan
ibukota ke Yīn, ekonomi masyarakat Dinasti Shāng mengalami perkembangan lebih maju lagi.
Sampai kemudian masa pemerintahan Wǔdīng, Dinasti Shāng melakukan banyak serangan ekpansi,
menaklukkan banyak negara kecil disekitarnya, memperluas wilayah teritorialnya, sehingga Dinasti
Shāng mencapai puncak kejayaannya.
Setelah Wǔdīng meninggal, Dinasti Shāng mulai mundur dan melemah. Raja terakhir Dinasti
Shāng , Dìxīn atau Zhòuwáng berhasil memajukan hubungan perekonomian dan kebudayaan dengan
membuka hubungan dengan Cina bagian tenggara, perairan Sungai Huáihé dan Chángjiāng; tetapi
karena selalu terlibat dalam peperangan dan membangun istana dalam skala besar, yang sangat
menguras dan menghabiskan sumber daya manusia maupun kekayaan rakyat, sehingga menimbulkan
kekecewaan dalam hati rakyat. Zhōu Wǔwáng mengerahkan 300 kereta perang, 3000 pasukan
serangan depan, 4500 prajurit, dan bergabung dengan suku Qiāng、Máo、Lú dan sebagainya, serentak
menyerang Zhòuwáng, dan berhasil menyerang sampai ibukota Dinasti Shāng, Cháogē (sekarang
Kabupaten Qíxiàn, Kota Hèbì, Propinsi Hénán).
Pada saat itu pasukan Shān sedang berperang melawan suku bangsa kecil di timur laut,
sehingga terpaksa memakai budak dan prajurit tahanan untuk menghadapi perang di daerah Mùyě, 70
(satuan jarak) dari Cháogē. Para budak tidak ingin berperang untuk raja Shāng Zhòuwáng yang jahat
dan lalim, sehingga pada saat-saat kritis, pasukan Shāng tiba-tiba memutar arah, menyerang pasukan
sendiri. Ternyata pasukan yang membelot adalah budak-budak dan prajurit tahanan yang sudah lama
membenci Shāng Zhòuwáng. Pasukan Shān menjadi kacau dan dengan mudah dihancurkan.
Setelah Pertempuran Mùyě, Shāng Zhòuwáng yang sadar akan kekalahannya, tidak ingin
pasukan Zhōu merebut dan memiliki istana dan hartanya, ia memerintahkan bawahannya untuk
mengumpulkan semua harta istana, dan membungkus diri dengan kain, berbaring diatas semua barang
berharga tersebut, dengan api, membakar dan menghabisi hidupnya yang penuh dosa. Zhōu Wǔwáng
atas dukungan dari berbagai suku bangsa dan negara kecil, mendirikan Dinasti Zhōu, dinasti
masyarakat budak ketiga di Cina. Setelah Dinasti Shāng roboh, sisa keluarga penguasa Dinasti Shāng
yang selamat secara bersama menganti marga mereka dari Zǐ menjadi nama dinasti mereka yang telah
jatuh, Yīn .
Keluarga kerajaan yang selamat kemudian menjadi aristokrat dan sering membantu keperluan
administrasi untuk pemerintah Dinasti Zhōu. Zhōu Chéngwáng melalui mangkubuminya, yang
merupakan pamannya sendiri, Zhōu Gōngdàn, menganugerahkan kepada saudara Shāng Zhòuwáng,
Wéizǐ daerah bekas ibukota lama Dinasti Shāngdan sekitarnya menjadi negara Sòng. Negara Sòng dan
keturunan Dinasti Shāng masih meneruskan ritual kepada raja-raja Dinasti Shāng yang meninggal
dan bertahan sampai tahun 286sm.Antara legenda Korea and Cina menyatakan bahwa salah seorang
pangeran Dinasti Shāng yang tidak puas, bernama Jīzǐ (Kija), menolak menyerahkan kekuasaannya
kepada Dinasti Zhōu 周, memilih meninggalkan Cina dengan sisa tentaranya dan mendirikan Gija
Joseon dekat Pyongyang sekarang yang menjadi salah satu dari awal negara Korea (Go-, Gija-, dan
Wiman-Joseon). Meskipun demikian Jīzǐ jarang sekali disebut dalam sejarah, dan ada yang
menganggap cerita kepergiannya ke Joseon hanyalah mistik.
Daerah kekuasaan Dinasti Shāng timur mencapai lautan, barat mencapai bagian barat propinsi
Shǎnxī , timur laut mencapai propinsi Liáoníng, selatan hingga sekitar Jiāngná (tidak termasuk
Propinsi Sìchuān, Yúnnán, Guìzhōu dan daerah sekitar barat daya), dan merupakan salah satu kerajaan
terbesar di dunia pada waktu itu, tetapi daerah pemerintahan utama masih di sekitar Zhōngyuán.
Mendirikan ibukota di Bò (sekarang Kabupaten Cáoxiàn Propinsi Shāndōng), dan beberapa kali
pindah ibukota, terakhir Pángēng memindahkan ibukota ke Yīn (sekarang Desa Xiǎotúncūn, Ānyáng
Propinsi Hénán ), dan oleh karena itu, maka Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn .
2.2.3 Pemerintahan
Dinasti Shāng menetapkan beberapa struktur kenegaraan yang lebih sempurna. Pemerintah
pusat membentuk dua departemen penting yaitu departemen sekretariat urusan negara dan departemen
tata hukum negara. Daerah-daerah diserahkan kepada para bangsawan, guna memperkuat pemeritahan
didaerah, dan masih banyak pejabat dan pengawal istana. Sedangkan kekuasaan militer dan peralatan
perang tetap ditangan keluarga kerajaan langsung, para negarawan juga menetapkan Xíngfá
(hukuman) dan Jiānyù (penjara) yang sangat kejam. Selain itu, juga menggunakan kepercayaan
agama untuk memperkokoh kekuasaan pemerintah, raja Dinasti Shāng bahkan menyebut diri sendiri
sebagai wakil dari Tuhan didunia ini, mengabungkan kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan kerajaan.
Pertanian Dinasti Shāng sudah lebih maju, sudah bisa menggunakan berbagai jenis tanaman
untuk diciptakan menjadi arak, sudah sanggup menciptakan peralatan perunggu yang lebih rapi dan
bagus serta sudah bisa membuat keramik putih atau porselin. Oleh karena sangat berkembangnya
pertukaran barang, sehingga telah muncul kota pada awal peradaban manusia, dan merupakan
kerajaan yang sangat makmur pada waktu itu. Oleh karena perdagangan Dinasti Shāng sangat maju,
hubungan dagang dengan negara disekitarnya juga sangat banyak, sebutan pedagang dalam bahasa
Cina, Shāngrén (pedagang), adalah berasal dari sebutan orang-orang di negara sekitarnya terhadap
orang dari Dinasti Shāng . Pertanian adalah bagian paling penting dalam bidang ekonomi, tanah
pertanian lebih tertata dan teratur, jenis pertanian juga lebih banyak. Usaha pertenunan juga
mengalami perkembangan ; peternakan sangat makmur, selain enam jenis ternak utama, juga berhasil
memelihara ternak gajah.
Pada zaman Dinasti Shāng , mulai dikembangkan kemampuan kerajinan besi, kerajinan
keramik dan porselin, perdagangan juga sangat pesat. Dari hasil penemuan tulang ramalan (Jiǎgúwén )
membuktikan perkembangan tulisan pada masa Dinasti Shāng sudah mengalami suatu masa
perkembangan yang cukup lama. Pada zaman Dinasti Shang tulang tulang itu di pergunakan untuk
meramal dan menanyakaan berbagai hal pada para dewa serta ruh nenek moyang seperti perjaalanan,
perburuan, penyakit, mimpi, peperangan dll. Tulang tulang itu di bakar setelah pertanyaan itu
dituliskan di atasnya dan orang zaman itu meyakini bahwa jawabannya dapat di tafsirkan dari bentuk
retakan retakan tullang yang timbul dari proses pembakaran tersebut. Selain menggunakan tulang
masyarakat itu juga menggunakan kertas yang terbuat dari gelagah untuk menulis. Berdasarkan tulang
ramalan itu, O. dan E. Lattimore menyatakan bahwa masyarakat Shang bukanlah masyarakat yang
primitive. Penggalian ibu kota Dinasti Shang memperlihatkan bahwa penduduknya telah mencapai
kemekmuran serta peradaban tinggi, mereka hidup dalam kota besar yang dikelilingi tembok yang
sangat maju. Masyarakat Shang juga mengenal kereta, terbuktti dari adanya sebuah tulisan piktograf
mereka yang mencerminkan sebuah kereta dengan dua buah roda. Para ahli telah berhasil
merekonstruksi kembeli sisa sisa kereta yang ditemukan pada reruntuhan peninggalan Dinasti Shang.
Penggalian kembali kuburan yang berasal dari zaman Dinasti Shang memberikan gambaran
mengenai tinginya budaya dan kehidupan social masyaraukat pada masa itu, teknik pembuatan
perunggu begitu tinggi. Temuan bejana perunggu yang paaling terkenal adalah bejana berkaki empat
simuwu beratnya 732,84 kg dan merupakan bejana perunggu terbesar di dunia. Lebih jauh lagi pada
zaman Dinasti Shang telah mahir membuat berbagai macam senjata seperti kapak.Pada masa dinasti
shang ini juga berkembanglah system perbudakan, dimana kaum bangsawan hidup dalam kemewahan,
sementara kaum budak hidup dalam kondisi yang sangat buruk. Setelah pemilik budak meninggal,
budak budaknya juga di kubur hidup hidup sebagai korban bersama sama dengan persembahan berupa
hewan.
Menurut penanggalan yang di pergunakan Dinasti Shang, satu minggu terdiri dari 10 hari yang
di sebut Xum. Adapun nama nama hari itu di kenal sebagai “10 batang langit” : jia, yi, bing, ding, wu,
ji, geng, xin, ren, gui. Nama nama Dinasti Shang juga menggunakan 10 batang langit ini seperti
Taiding, Taijia, Aoding dll. Derek Waltes memberikan penjelasan; Lebih jauh lagikaisar kaisar
Dinasti Shang seluruhnya dinamai berdasarkan “batang langit”, baik di karenakan itu merupakan
tanggal kelahiran ataupun keneikan tahtanya. Mungkin pula batang langit itu merupakan nama nama
dewa, sebagaimana nama nama anak bangsa barat dinamai seturut nama oarng orang suci.
Astrologi dan tata hukum lebih maju dari zaman Dinasti Xià, banyak penemuan baru dari ilmu
perbintangan, seperti ditemukannya planet Mars dan planet Venus, selain itu, juga terdapat catatan
tertulis tentang ilmu matematika dan medis, serta perkembangan seni musik juga sudah sangat tinggi,
muncul banyak alat musik dan seni tari; seperti Diāosù yang merupakan salah satu seni paling
terkenal pada masyarakat perbudakan Dinasti Shāng
2.2.6 Agama
Dinasti Shang mengenal adanya kelas pendeta (shaman) yang bertujuan untuk melakukan
pemujaan terhadap leluhur ataupun para dewa, sedangkan rakyatnya mengembangkan suatu system
kepercayaan politeistik yang terdiri dari berbagai makhluk dewa dan setengah dewa (seperti di yunani
kuno). Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan dinastiberikutnya yang tidak lagi bersifat
politeistik dan lebih menekankan pemujaan terhadap Langit. Ini tampak nyata dalam ucapan
Konfusius bahwa masyarakat Shang memuja guishen (gui artinya hantu dan shen artinya dewa) yang
dapat di artikan sebagai ruh-ruh alam, sedangkan masyarakat Zhou menghormaati tetapi menjaga
jarak terhadap mereka.
Dibawah ini adalah daftar para penguasa Dinasti Shang, dinasti dalam sejarah Cina sesudah
Dinasti Xia dan sebelum Dinasti Zhou. Termasuk daftar para pemimpin suku Zhou sebelum
berdirinya Dinasti Shang.
Pra-Dinasti Shang
Pra-Dinasti Shang
- Zhaoming ?
- Xiangtu ?
- Changruo ?
- Cao ?
- Ming ?
- Shangjiawei Zi Shangjia ?
- Baoyi ?
- Baobing ?
- Baoding ?
- Shiren ?
Dinasti Shang
1600SM—
Shang Gaozuyi Raja Taiwu Zi Lu Tang Dayi
1589SM
1588SM—
- Raja Ai Zi Sheng Waibing Bubing
1587SM
1586SM—
- Raja Yi Zi Yong Zhongren -
1583SM
1582SM—
Shang Taizong N Zi Zhi Taijia Dajia
1571SM
1570SM—
- Raja Zhao Zi Xuan Woding -
1542SM
1541SM—
- Raja Xuan Zi Bian Taigeng Dageng
1517SM
1516SM—
- Raja Jing Zi Gao Xiaojia -
1500SM
1499SM—
- Raja Yuan Zi Mi Yongji -
1487SM
Shang 1486SM—
Raja Jing Zi Zhou Taiwu Dawu
Zhongzong 1422SM
Raja Zi 1421SM—
- Zhongding Zhongding
Xiaocheng Zhuang 1401SM
1400SM—
- Raja Si Zi Fa Wairen Buren
1386SM
1376SM—
- Raja Mu Zi Teng Zuyi Qieyi
1358SM
1357SM—
- Raja Huan Zi Dan Zuxin Qiexin
1342SM
1341SM—
- Raja Xi Zi Yu Wo Jia Qiangjia
1337SM
1336SM—
- Raja Zhuang Zi Xin Zuding Qieding
1328SM
1327SM—
- Raja Qing Zi Geng Nangeng
1322SM
1321SM—
- Raja Dao Zi He Yangjia Xiangjia
1315SM
Raja 1314SM—
Shang Shizu Zi Xun Pangeng Bangeng
Wencheng 1287SM
1286SM—
- Raja Zhang Zi Song Xiaoxin —
1252SM
1250SM—
Shang Gaozong Raja Xiang Zi Zhao Wuding —
1192SM
1147SM—
Shang Wuzu Raja Lie Zi Qu Wuyi —
1113SM
1112SM—
- Raja Kuang Zi Tuo Taiding Wending
1102SM
1101SM—
- Raja De Zi Xian Kaisar Yi —
1076SM
Peradaban masa ini didasari pada pertanian dan berburu binatang. Dua pencapaian penting dari
masa Dinasti Shang itu adalah pengembangan tulisan, yang dibuktikan dengan penemuan tulisan pada
tempurung kura-kura dan tulang sapi datar, dan penggunaan peralatan perunggu. Banyak peralatan
perunggu yang ditemukan membuktikan bahwa pada masa Dinasti Shang alat-alat dari perunggu
merupakan alat yang sangat berperan, dan menunjukkan peradaban yang sudah berkembang.Dinasti
Shang memerintah pada bagian utara Tiongkok dan tentara Shang banyak bertempur dengan kaum
barbar. Ibukota Dinasti Shang, yang pada saat ini berada pada kota modern Anyang (An Yang),
merupakan pusat dari segala kegiatan. Ritual untuk menghormati leluhur dikembangkan dengan pesat
pada masa itu. Sehingga memposisikan raja sebagai kepala dari ritual tersebut.
Bukti dari makam kerajaan menunjukkan bahwa orang-orang kerajaan dikubur bersamaan
dengan benda-benda yang bernilai, yang pada masa itu dianggap akan digunakan pada kehidupan
setelah kematian. Mungkin karena alasan yang sama, ribuan rakyat jelata juga turut dikubur bersama.
Zhouxin yang kejam dan zalim ini merupakan penguasa terakhir Dinasti Shang. Ia membunuh
orang yang berusaha menasehatinya agar menghentikan kekejaman itu, sepeerti seorang bangsawan
yang bernama Jiu Hou, serta Er Hou bangsawan juga yang di bunuh karena berusaha melindungi Jiu
Hou. Salah seorang adipati terkemuka dari Negara bagian Zhou yang bergelar Xibo bernama Ji
Chang memprotes pembunuhan pembunuhan itu, dan karenanya harus merelakan dirinya di tawan
oleh Zhouxin. Adipati Ji Chang di penjara di Meili, dan selama berada disana ia mempelajari yijing
(bisikan teknik meramal).
Putra sulung Ji Chang yang bernama Boyikao menyatakan kepada Zhouxin bahwa ia rela
menggantikan ayahnya. Zhouxin mendengar desas desus bahwa Ji Chang telah menguasai ilmu
meramal dan merasa kawatir akan hal itu. Untuk menguji ilmu Ji Chang ,Zhouxin membunuh
Boyikao serta menjadikan dagingnya sebagai campuran bubur dan di berikan kepada Ji Chang.
Sesungguhnya Ji Chan pun tahu akan hal itu, namun ia berpura pura untuk tidak tahu dan berpura pura
memakannya dengan lahap. Mendengar hal itu Zhouxin merasa senang karena kemampuan Ji Chang
tidak terbukti dan Zhuxin pun membebaskannya. Sekembalinya Ji Chang ke negerinya ia memimpin
rakyatnya dengan baik dan bijak. Tak henti hentinya ia meminta nasehat para kaum bijak seperti Jiang
Ziya yang di angkatnya menjadi menteri. Hal ini menjadikan Negara bagian Zhou menjadi semakin
kuat dan siap untuk menggulingan Dinasti Shang. Pertempuan dasyat antara Zhou dan Shang akhirnya
meletus. Pasukan Ji Changberhasil merebut dua Negara bagian Shang yang bernama Qigua dan
Mixu. Pangeran Bigan yakni paman Zhouxin pada saat itu asih beruaha untuk menasehatinya, tetapi
Zhouxin malah membunuhnya dan mengorek jantungnya karrena ingin membuktikan kepercayaan
takhayulistis pada masa itu, bahwa jantung seorang bijak memiliki tujuh lubang.
Pada tahun 1077 SM Ji Chang wafat dan di gantikan oleh putranya yang lain yaitu Ji Fa naik
tahta dengan gelar Wuwang. Ia segera memimpin ke 800 raja muda lainnya untuk memerangi Dinasti
Shang. Serangan terhadap kaisai Zhouxin pun di lancarkan, dimana ia mengalami kekalahan telak
berulang kali. Setelah kalah dalam peperangan akhirya Zhouxin putus asa dan membakar dirinya
sendiri di ruang Zhaixing yang terlatak di istana Lutai, sehingga dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Dinasti Shang.
DINASTY ZHOU
Zhou merupakan sebuah negeri yang berada dikawasan perbatasan dan sebelah barat
kekuasaan dinasti Shang. Rakyatnya tinggal dibagian barat provinsi Shaanxi dekat perbatasan dengan
provinsi Ganzu. Pada kawasan tersebut juga tinggal suku barbar Yirong dan Rongdi serta berdasarkan
temuan arkeologisdapat diketahui bahwa Suku Barbar Xirong dan Rongdi telah hidup berdampingan
pada area yang sama dengan leluhur bangsa Tionghoa, yang berbeda dari 3 bangsa tersebut adalah
terletak pada pola dan gaya hidup.
Bangsa Zhou dahulunya merupakan bawahan Dinasti Shang menurut kitab Shiji, nenek
moyang dinasti Zhou adalah Houji (Hokian:Ho Chink) yang dipuja sbg dewa akibat kemampuannya
dalam menemukan teknik pertanian. Ibunya bernama Jiang Yuan yang merupakan keturunan suku
barbar Youtaishi. Suku Barbar Youtaishi ini mendiami kawasan di provinsi Shaanxi.
Legenda menyebutkan bahwa Houzi terlahir setelah ibunya melangkahi kaki seorang raksasa.
Setelah kelahirannya Houji dibuang kewilayah pegunungan sehingga Ia dirawat oleh binatang buas
dan burung-burung. Mungkin dikarenakan hal tersebut. Haiji memiliki kepandaian yang luar biasa
dibidang dibidang pertanian.
Keahlian houji tersebut dikagumi oleh banyak pembesar dinasti Xia, yaitu kaisar Yao dan
Shun. Namun pada masa kaisar Taikang dari dinasti Xia yang kehilanagn tahta pemerintahan, bidang
pertanian kurang mendapat perhatian sehingga anak Houji yang bernama Bhuzu pergi ke wilayah
tempat tinggal bangsa Rongdi. Keturunan kedua Buzhu yang bernama GongLiu berhasil
menghidupkan kegiatan pertanian di negeri tersebut.
Putra Gongliu yang bernama Qingjie membangun sebuah negeri bernama Bin terletak
dikawasan Shaanxi (atau Shanxi). Wilayah negeri Bin tersebut juga merupakan tempat tinggal bangsa
Xirong. Kedua bangsa tersebut mampu hidup berdampingan hingga kurun waktu yang cukup lama.
Berikutnya pada keturunan atau generasi ke 8 lahir leluhur Dinasti Zhou yang bernama Gugong.
Mungkin karena nasib yang kurang beruntung Gugong memperoleh serangan dari suku bangsa
Rongdi dan Xunyu sehingga ia melarikan diri ke kaki gunung Qhisan. Rakyat yang menyertai
pelariannya membantu Gugong membangun sebuah kota dan menamai tempat baru tersebut dengan
nama Zhou. Gugong memiliki 2 putra. Putra sulungnya bernama Taibo memberikan warisannya
kepada adiknya Ji Li karena mendapat mandat dari langit bahwa putra adiknya akan menjadi penguasa
negeri Zhou berikutnya. Taibo sendiri pergi ke Zhejiang di delta sungai Yangzi dan mendirikan negeri
sendiri.
Berdasarkan ramalan dari zaman kaisar Aoding memperlihatkan seringkali terjadi peperangan
antara dinasti Zhou dan dinasti Shang. Isinya berupa perintah bagi suku-suku taklukan dinasti shang
untuk memerangi zhou. Namun zhou bersedia menaklukkan diri dan menjadi bawahan shang.
Berdasarkan system feodal tersebut, Negara terbagi menjadi Sembilan bagian, yang masing-
masing bagian terdiri dari 30 negara kelas satu, 60 negara kelas dua dan 120 negara kelas tiga.
Pembagian negeri dalam sekian banyak negeri kecil ini belakangan mendatangkan masalah pada
Dinasti Zhou. Pada mulanya berdirinya, Dinasti Zhou sudah terdapat 1773 negara besar kecil
semacam itu. Negara-negara bagian ini hidup saling bermusuhan, bahkan tidak memedulikan
pemerintah pusat Dinasti Zhou lagi. Negara- Negara kecil dianeksasi oleh Negara yang lebih besar
dan demikian seterusnya hingga jumlahnya makin berkurang menjadi 160 buah saja, kemudian 12
semasa Musim semi dan rontok serta akhirnya tinggal 7 saja pada Masa Perang Antar Negeri.
Semasa dinasti Shang telah menjadi ketetapan bahwa yang menggantikan kaisar adalah
saudaranya yang laki-laki. Bila kaisar tisak mempunyai saudara, barulah tahta itu dialihkan pada
putranya. Peraturan ini diubah semasa dinasti zhou yang menetapkan bahwa tahta seorang kaisar
diwariskan pada putranya dan tradisi baru ini juga berlaku bagi Negara-negar dinasti Zhou.
Dua tahun setelah pengunduran diri Zhougong, terjadilah bencana hujan badai yang merusak
tumbuh-tumbuhan. Bencana ini mendorong kaisar Chengwang untuk pergi bersembahyang ke kuil
peringatan leluhurnya. Disana, ia membuka peti tempat penyimpanan kumpulan naskah doa
permohonan Zhougong bagi kesembuhan kakeknya, Wuwang.
Setelah Kaisar Chengwang wafat, putra mahkota Ji Zhao naik tahta dengan gelar (±1078-1052
SM). Selama 50 tahun masa pemerintahannya, Kangwang memerintah berdasarkan semangat yang
digariskan oleh Wenwang dan Wuwang. Hukuman sangat jarang dijatuhkan terhadap rakyat. Pada
tahun ke 6 pemerintahannya, Jiang Ziya wafat sebelumnya mengarang buku strategi perang yang
disebut dengan Liu Tao. Buku ini menjadi panduan bagi para ahli strategi perang sesudahnya seperti
Sun Wu, Sun Bi , huang Shigong, Zhang liang (yang membantu liu bang menyatukan China kembali),
Zhuge liang, dan lain sebagainya.
Poengganti Kangwang adalah Ji Xia yang bergelar zhouwang (±1052-1001 SM). Ia bukanlah
penguasa yang bijak, karena tidak memiliki de atau kebajikan seorang raja. Ketika sedang
menyeberang Sungai Huai, perahunya disabotase, hingga mati tenggelam.
Kaisar berikutnya adalah Ji man yang bergelar Muwang (±1001-9946 SM). Ia mendirikan
departemen yang bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Dinasti Zou. Bertentangan dengan saran
penasihatnya, ia menyerang suku Rongdi, sehingga akhirya mereka tidak mengirim utusan lagi ke
istana Zhou. Setelah itu ia juga mengalahkan suku barbar Quan Rong dan mengasingkan mereka ke
Taiyuan di Provinsi Shanxi. Muwang sangat senang berpesiar ke barat.legenda mengatakan bahwa
pada tahun ke 17 pemerintahannya ia mengunjungi Gunung Kun Lun, tempat dimana ia dijamu oleh
Xiwangmu (salah satu dewi utama dalam daoisme) di DanauYaoci. Peristiwa penting lainnya adalah
memberontaknya negara bagian Xu, yang berhasil dipadamkan oleh kaisar sendiri.
Ji yihu, penguasa berikutnya naik tahta dengan gelar Gongwang (±946-934 SM). Ketika
sedang mengunjungi negeri kecil Mi-guo di Prefektur jiongZhou ia melihat tiga wanita cantik. Ibu
Kanggong, penguasa Mi-guo, menyarankan anaknya untuk menyerahkan tiga wanita cantik itu yang
ditolak olehnya. Akibatnya, setahun kemudian Gong wang menyerang dan menghancurkan Mi-guo.
Ji Pifang naik tahta menggantikan Gong wag dengan gelar Xiaowang (±909-894 SM).
Xiangwong memerintahkan Bangsawan Shen (Shenhou) untuk menyerang suku barbar Quan-rong
pada sekitar tahun 909 SM. Nenek moyang Dinasti Qin yang bernama Fei Zi hidup disebuah tempat
yang bernama Quanqiu (Provinsi Shenxi sekarang) dan berhasil membudidayakan kuda disekitar
sungai Weishui. Bangsawan shen yang putrinya menikah dengan daluo (ayah Fei Zi), suatu kali
membujuk Raja xiangwang agar menganugerahkan nama keluarga Ying pada keturunan Daluo agar
mereka bersedia membantu mengamankan kerajaan dari gangguan suku barbar xirong, dimans ini
memperlihatkan betapa besarnya pengaruh keturunan Daluo terhadap suku barbar it. Kaisar Xiaowang
menyetujui saran ini dan bahkan menganugerahkan keturunan Daluo sebuah negeri yang bernama
Qin(kini di timur provinsi gansu) dan semenjak saat itu putra daluo dikenal dengan sebutan Qin ying.
Qin dengan demikian menjadi negara bawah Dinasti Zhou.
Kaisar berikutnya, Ji Xie naik tahta dengan gelar Yiwang (±894-878 SM). Penguasa kejam ini
merebus sampai mati bangsawan penguasaQi yang bernama Aigong dalam sebuah bejana perunggu.
Yiwang digantikan oleh Ji Hu yang bergelar Liwang (±878-827 SM) yang memerintahkan selama 30
tahun dan merupakan seorang tiran yang mementingkan dirinya sendiri dan hidup boros. Bangsawan
menasihatinya dengan menyampaikan ketidakpuasan rakyat terhadap dirinya. Tetapi, liwang malah
memperkerjakan seorang tukang sihir yang dapat menyadap perkataan orang lain secara gaib. Hal ini
tentu saja meruntukan pamor Dinasti Zhou, sehingga raja-raja bawahan tidak bersedia lagi
menjunjungi istana Zhou untuk menunjukkan rasa hormat mereka. Rakyat akhirnya tidak lagi berani
memproses sang raja. Liwang dengan bangga mengatakan pada Zhou bhwa rakyat tidak berani lagi
mengata-ngatai dirinya. Bangsawan Zhou lalu menghirup kata-kata bijak yang pernah disabdakan para
suciwana dizaman lampau:
Mengendalikan mulut rakyat lebih sulit dibandingkan mengendalikan amukan gunung berapi,
banjir membinasakan banyak orang sekali sebuah bendungan jebol. Rakyat tidak lagi
dapatdikendalikan bila ketidakpuasa mereka telah meledak.
Oleh karena itu, seorang penguasa yang bijaksana akan memperlakukan rakyatnya dengan
baik., harena kemarahan rakyat dapat menumbangkan seorang penguasa walau sekuat apapun. 18
Kaisar menolak mematuhi nasihat Bangsawan Zhao dan benarlah, tiga tahun kemudian para menteri
saling bahu-membahu menggulingkannya. Liwang terpaksa melarikan diri ke Zhi (Provinsi Shanx),
yang terletak disebekah timur Sungai kuning, sedangkan putra mahkotanya yang bernama Jing
terpaksa meminta perlindungan bangsawan zhao ketika diserang oleh rakyat. Bangsawan zhou
bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi melindungi putra mahkota karena merasa bersalah atas
kegagalannya menasihati kaisar. Pada saat yang sama, suku barbar Xirong telah memberontak di
bagian barat Dinasti Zhou dabn membunuh banyak keturunan Daluo yang menguasai negeri Qin.
Penguasa Qin saat itu, Qin Zhong (memerintah 845-822 SM), terbunuh. Lima putra Qin Zhong yang
dipimpin oleh putra tertuanya membalas dendam kematian ayah mereka dan berjuang mengalahkan
suku Xirong demngan 7.000 tentara pinjaman dari Dinasti Zhou. Putra tertua Qin Zhong kemudian
menggantikan ayahnya yang telah gugur sebagai raja Qin dengan gelar Zhuanggong (memerintah 821-
778 SM). Ia mengamankan wilayah barat kerajaan tersebut dan menerima gelar Xichui Dfu (penguasa
Agung wilayah paling barat).
Setelah pelarian Dinasti Liwang ini, kendali pemerintahan Dinasti Zhou dipegang oleh
Bangsawan Zhao. Pada tahun ke 14 pemerintahan sang bangsawan, Kaisar Liwang wafat di Zhi dan
Jing selaku putra mahkota diangkat sebagai penguasa baru dengan gelar Xuanwang (827-782 SM).
Kaisar Xuanwang berusaha memperbaharui kembali semngat dinasti zhou dengan dibantu oleh
Bangsawan Zhou. Para raja bawahan mulai datang kembali mengunjungi istana sebagai wujud rasa
hormat dan dukungan mereka. Namun pada akhirnya pemerintahannya, xuanwang mulai bertindak
sewenang-wenang seperti membunuh seorang menteri bernama dubo tanpa alasan yang jelas. Legenda
mengatakan bahwa 3 tahun kemudian ia dibunuh oleh anak panah yang ditembakkan oleh hantu
penasaran Dubo. Peristiwa penting lain yang dialami kaisar adalah kekalahan menghadapi suku barbar
Jiagrong.
Pengganti Xuanwang yang bernama Ji Gongnie (gelar:Youwang; 781-771 SM) byikan seorang
raja bijaksana. Pada tahun kedua pemerintahannya, terjadi gempa bumi dahsyat didaerah San Chuan.
Gunung Qishan bergoncang hebat dan sungai-sungai menjadi kering. Seorang menteri Dinasti Zhou
bernama Boyangfu mengatakan bahwa Dinasti Zhou barang kali akan mengalami nasib buruk. Pada
tahun ketiga pemerintahannya, Youwang menjadikan seorang wanita bernama Baoshi, yang konon
tidak pernah tertawa, sebagai permaisuri barunya. Kaisar akhirnya menyingkirkan putra mahota yang
diahirkan oleh permaisuri terdahulu. Bangasawan Shenhou, ayah permaisuri yang disingkirkan itu,
merasa marah; ia meminta bantuan suku Quanrong, negeri Zengguo (keturunan Yu pendiri Dinasti
Xia), dan suku barbar Yi untuk bersama-sama menyerang Dinasti Zho. Ketika serangan ini benar-
benar dilancarkan, para raja bawahan tidak bersedia lagi datng membantu, karena beberapa waktu
yang lalu poernah dipermainkan oleh kaisar beserta permaisurinya. Youwang akhirnya mati dibunuh
oleh bangsa barbar Quanrong. Ini mengakhiri babakan sejarah Dinasti Zhou Barat.
Kini dinasti Zhou memasuki babakan barunya yang disebut Zhou Timur dan pada saat yang
bersamaan berawal pulalah zaman Musium Semi dan Rontok. Pemberian nama Zhou Timur bagi
babakan baru ini berasal dari pemindahan ibukota kerajaan ke sebelah timur (Luoyi) yang dilakukan
oleh kaisar berikutnya, Pingwang (770-720SM), pada tahun 770 SM di bawah perlindungan raja Qin.
Ia menjanjikan pada penguasa Qin untuk menganugrahkan daerah Feng dan Qishan bila berhasil
mengalahkan Pingwang kemudian menganuhgrahkan gelar Xianggong pada raja Qin yang bernama
Ying Kai (memerintah 777-786 SM). Dengan bantuan raja muda Qin ini, suku Rong berhasil di
kalahkan. Raja muda Yianggong meninggal pada tahun 786 SM ketika sedang berperang melawan
suku barbar Rong di Qishan dan di gantikan oleh Wengong (memerintah 765-716 SM). Pada tahun
ke-13 pemerintahannya, ia memutuskan untuk membangun ibukota di Qishan dan manaklukkan suku
Rong di sana serta merebut kembali wilayah Zhou yang pernah di kuasai mereka.
Ketika kaisar Pingwang wafat, putranya yang bernama Xiefu juga telah wafat, sehingga yang
di angkat sebagai kaisar baru adalah cucunya yang bernama Ji Lin (gelar:Huanwang(719-697SM)).
Pada tahun ketiga pemerintahannya ,raja muda Zyeng yang bergelar Zhuanggong datang berkunjung,
tetapi kaisar tidak mengindahkannya. Inilah yang mengusarkan hati raja Zyeng. Pada tahun kelima
pemerintahannya Huangwang, raja muda Zheng memindahkan letak kuil pemuja kerajaan di Xutian
(kini di dekat Xuchang, Provinsi Henan) tanpa seizing kaisar. Kaisar Huangwang berangkat
memerangi negeri Zheng pada tahun ke-13 pemerintahannya. Tetapi dalam peperangan itu, kaisar
terluka dan ini sangat menurunkan karismanya, karena sebelumnya seorang kaisar di anggap sakti dan
tidak dapat dilukai oleh rakyat maupun bawahannya. Perang ini di sebut perang Ruge (707 SM) dan
semenjak itu Dinasti Zhou kehilangan keagungannya.
Penguasa Dinasti Zhou berikutnya adalah Ji Tuo Yang bergelar Zhuangwang (696-682 SM).
Bangsawan Heijian hendak membunuh kaisar dan mengantikan dengan pangeran Ke Seorang mentri
bernama Xinbo membocorkan rencanan Kudeta tersebut sehingga kaisar dapat bergerak lebih dahulu
dengan membunuh bangsawan itu. Pangeran Ke lalu melarikan diri kebagian negara Yan.
Pengganti Zhuangwang adalah Ji Huqi yang brgelar Xiwang (681-677 SM). Pada masanya,
kekuasaan negara-negara makin meningkat. Pada tahun ke tiga pemerintahnnya, Raja Qi Huaggong
menyatakan dirinya sebagai raja muda tertinggi dengan di bantu oleh penasehatnya brnama Guang
Zhong. Ia meningkatkan kekayaan negar Qi dengan memungut pajak dari kegiatan prostitusi. Pada
tahun 679 SM, bangsawan (marquis) negeri Jin Bernama Minhou dibunuh oleh Quwo Wugong.
Kaisar Xiwang lantas menyerahkan jabatan bangsawan negeri Jin padanya. Pada tahun 677 SM, raja
Qin yang bergelar Wugong wafat dan 66 orang ikut dikubur hidup-hidup bersamanya.
Kaisar Zhou selajutnya adalah Ji Lang yang bergelar Huiwang (676-652 SM). Pada masa
kedua pemerintahannya, seorang paman kaisar bernama Tui memberontak terhadap Dinasti Zhou
Huiwang terpaksa mencari perlindungan ke negara bagian Zheng. Dua tahun kemudian raja muda
Zheng Liong beserta bangsawan Guo membantu kaisar membunuh Tui dan memulihkan
kekuasaannya. Huiwang di gantikan oleh Ji Zhang yang digelari Xiangwang (651-619 SM). Semasa
pemerintahnnya, raja muda Qi Huanggong (685-643SM) mengelar pertemuan di Kuiqiu pada tahun
651 SM untuk menunjukan bahwa dirinya merupakan yang terkuat di antara para raja muda. Qi
Huaggong melanjutkan aksi militarnya dengan mengganyang negeri Shanrong sertta Guzhu di
Manchuriag pada tahun 664 SM dan berperang melawang suku barbar Baidi pada tahun 651 SM. Pada
tahun ke tiga pemerintahan Xiangwang, saudara kaisar yang bernama Shudai bersengkongkol dengan
suku Barbar Rongdi untuk menyerang Dinasti Zhou. Negara bagian Jinn membantu kaisar
mengalahkan mereka dan begitu pula halnya dengan negeri Qi yang mengurus Guan Zhoung untuk
mempertahankan Zhou terhadap serangan suku Barbar.
Kaisar Qinwang meninggal pada tahun 613 SM, setelah memerintah hanya selama kurang
lebih 6 tahun, penggantinya adalah Jin Ban yang bergelar Kuangwang (612-607 SM). Pada masanya
terjadi perang antara negeri Younnuo yang di bantu oleh suku-suku barbar melawan Chu. Pada
mulanya Chu berhasil dikalahkan sebanyak tujuh kali, namun raja Chu kemudian bersekutu dengan
Qin, Ba (yang terletak di Sichuan), serta negeri-negeri kecil lainnya, sehingga akhirnya justru negeri
Yongguo yang dimusnahkan.
Pada masa kaisar berikutnya, Ji Yi, Ji dan Wu bersekutu untuk melawan Chu, Negeri-Negeri
Jin, Qin, Zheng, dan lain sebagainya saling berperang. Mereka menjalin persekutuan dan setelah itu
menggingkarinya kembali dengan menyerang bekas sekutunya itu. Kaisar Zhou berikutnya adalah Ji
Xiexin. Pada zamannya Konfusius terlahir di negeri Lu (551 SM). Peristiwa penting yang terjadi
semasa pemerintahan-pemerintahab Kaisar Zhou Lingwag adalah pecahnya pertempuran antara
Negeri Jin dengan Qi. Lingwang digantikan Oleh Ji Gui yang bergelar Jingwang. Saat itu pengeran
negeri Chu membunuh ayahnya dan mengangakta dirinya sebagai raja muda dengan gelar Chu
Lingwang. Pada tahun 538 SM, ia menyelenggarakan pertemuan hegemoni dengan negeri-negeri
lainnya di Shen. Setelah kematian kaisar, tiga orang pengeran saling memperebutkan tahta. Pangeran
Zichao memunuh pangeran Meng yang lebih tua usianya. Negeri Jin yang tidak menyukai Zichao
terpaksa melarikan diri ke Chu. Untuk menhgormati pangeran Meng yang mati dibunuh, ia diberi
gelar anumetra sebagai kaisar Daowang. Pihak Jin selanjutnya mengangakat Pangeran Gai seebagai
Kaisar Jingwang II. Pada masa pemrintahan kaisar Jingwang II ini pecah pertempuran dasyat antara
Jin dan Yan.
Pangeran Zichou masih meneruskan perlawanan terhadap pengeran Gi yang telah menjadi
kaisar. Akhirnya pangeran yang memberontak itu di serahi jabatan sebagai menteri, tetapi masih tidak
puas dan menerbitkan pemberontakan lagi paada tahun ke-16 pemerintahan Jingwang. Kaisar
melarikan diri ke Jin dan tidak bersedia kembali ke istana hingga raja muda Jin Dinggong bersedia
mengawalnya. Menghadapi kedatangan pasukan Jin, Pangeran Zichao terpaksa terpaksa melarikan diri
ke Chu. Setelah insiden ini, Kaisar Jingwang memindahkan Ibukota ke Chengzhou.
Jingwang wafat dan digantikan oleh Jin Ren, pada masa pemerintahannya, dimulaikah masa
perang antar Negeri. Setelah memerintah selama delapan tahun, wafatnya kaisar Yuangwang dan di
gantikan oleh Ji Jie yang bergelar Zhendingwang (468-441 SM). Pada masa pemerintahannya, negeri
Qin menyerang bangsa barbar Dali-rong dan merebut Ibukota mereka. Beberapa tahun kemudian,
yakni pada tahun 444 SM, raja Qin yang bernama Ligong kembeli melakukan kampaye militer
terhadap suku berbar Yiqu-rong ( yang berdian di daerah Qingzhou dan Ningzhou sekarang) serta
menangkap raja mereka. Setahun kemusian, tercatat terjadinya gerhana matahari dan pada tahun itu
pula Raja Qin Ligong Wafat serta digantikan oleh Qin Zaogong.
Raja Zhou berikutnya adalah Ji Quji yang bergelar Aiwang, dan hanya memerintah selama tiga
bulan sebelum dibunuh oleh saudaranya sendiri. Pengantinya Ji Shuxi yang bergelar Siwang juga
hanya sempat memerintah selama 5 bulan saja sebelum di bunuh oleh adiknya.
2.5 Zaman Musim Semi dan Rontok serta Masa Perang Antar Negeri
Berdasarkan periodisasi Dinasti Chou terbagi menjadi 2 yaitu Chou barat dan Chou timur.
Dinasti Chou timur terbagi lagi menjadi menjadi 2 zaman yaitu Zaman Musim Semi dan Rontok
(Chunqiu) yang diperkirakan berlangsung pada tahun 770-476 SM, dan masa Perang Antar Negeri
(Zanguo) yang diperkirakan terjadi pada tahun 475-221 SM.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dalam setiap Dinasti di China selalu memimpin
beberapa suku yang berada di bawah kekuasaan Dinasti tersebut. Begitu pula dengan Dinasti
Chou/Zou/Yin, dalam memimpin kekuasaannya Dinasti ini tentu tidak akan lepas dari masalah yang
ditimbulkan oleh suku-suku yang merasa tidak sejalan dengan pemikiran Raja Dinasti Chou/Zou/Yin.
Hal ini terbukti dengan timbulnya hegimoni pada kalangan suku yang berada pada bawahan Dinasti
Chou, para suku-suku tersebut merasa bahwa hidup mereka tak sesuai dengan apa yang diinginkan
sehingga muncullah rasa ingin menguasai suku lain yang berada pada bawahan Dinasti Chou tersebut.
Secara administratif, para penguasa Chou membagi wilayahnya menjadi Negara-negara feodal, yang
belakangan menjadi semakin kuat dan bahkan sanggup melebihi serta menandingi kekuasaan kaisar
sendiri (buku). Salah satu faktor mengapa munculnya hegimoni diantara para suku/Negara bawahan
Dinasti Chou adalah karena Dinasti Chou yang membagi wilayahnya menjadi Negara feodal sehingga
menimbulkan berlakunya hokum rimba yaitu siapa yang kuat dia yang berkuasa. Pada mulanya semua
suku/Negara melakukan peperangan namun kemudian tersisa tujuh Negara/suku yang terkuat yaitu:
Han, Wei, Zhao, Qin , Chu, Yan, dan Qi. Penguasa pertama yang melakukan system hegimoni adalah
raja Zhuanggong dari negeri Zheng (743-701 SM). Pada mulanya system hegimoni ini bertujuan
untuk melindungi suku/Negara-negara kecil dan Dinasti Chou dari serangan suku barbar, namun
kemudian menjadi perluasan wilayah dan untuk melindungi orang-orang dari Negara-negara kecil
tersebut. Bagi Negara-negara kecil yang lemah terdorong untuk bekerjasama dengan Negara-negara
kecil yang lebih kuat untuk menaklukkan Negara-negara kecil yang berkuasa.
Seperti contoh yang terjadi pada Negara bagian yang terdapat dalam Dinasti Chou yaitu Wu
dan Yue, pada sekitar tahun 495-465 SM kekuatan Wu dan Yue merupakan kekuatan yang sangant
dahsyat di bagian tenggara Cina. Sebenarnya Wu dan Yue adalah musuh bebuyutan yang sudah lama
menyimpan dendam.Fu Chai, raja Wu menyerbu Yue pada tahun 493 untuk membalas kematian
kakeknya yang terbunuh saat menyerang Yue dua tahun sebelumnya. Goujian , raja Yue berhasil
menyelamatkan jiwanya setelah menyuap perdana menteri Wu dengan delapan wanita cantik dan 1
Kg emas. Perdana menteri Wu akhirnya berhasil membujuk Fu Chai, raja Wu untuk mengampuni
nyawa Goujian dengan syarat Goujian harus menjadi memberikan upeti berupa gadis cantik dan
beberapa harta serta harus menjadi pelayan istana Wu bersama istrinya. Setelah menjadi pelayan,
Goujian dipaksa mengurus kandang kuda, dan ketika Fu Chai sedang bepergian dengan keretanya,
Goujian harus berjalan di depan kuda untuk mengusir lalat dari hidung kuda yang di tumpangi oleh Fu
Chai. Tiga tahun kemudian Goujian diperbolehkan kembali ke Yue, namun setiap tahun Goujian harus
membayar upeti kepada Wu. Karena penghinaan yang di dapatnya dari Wu, Goujian berniat
membalas dengan mengirim wanita cantik untuk menjadi permaisuru di kerajaan Wu. Usaha Goujian
berhasil, wanita kiriman Goujian berhasil menyuruh Fu Chai untuk menguras habis hartanya dengan
menyuruh Fu Chai membuat istana yang sangat megah untuk wanita kiriman Goujian tersebut. Selain
mengirim wanita, Goujian juga berpura-pura meminjam beras dari Wu dan mengembalikannya dalam
benih padi yang telah diupakan sehingga tak mungkin bias di tanam lagi.
Sementara itu Fu Chai tak menghiraukan kesejahteraan rakyatnya dan sibuk bersenang-senang,
sehingga popularitas Fu Chai jauh di hadapa rakyatnya. Putra Fu Chai sudah menasehati ayahnya,
namun Fu Chai hanya sadar sekejap, selebihnya Fu Chai bersenang-senang kembali. Akhirnya pada
tahun 477 SM, keadaan Wu semakin memburuk. Hal ini dimanfaatkan oleh Goujian untuk membalas
dendam atas penghinaan yang telah dilakukan Wu kepadanya, dengan cara menyerang Wu dan
akhirnya Wu kalah. Raja Wu, Fu Chai memohon ampunan kepada Goujian namun Goujian
menolaknya dan memberikan 2 pilihan yaitu dibunuh atau bunuh diri. Fu Chai lebih memilih
membunuh dirinya sendiri, sehingga Goujian menjadi pemegang hegimoni pada saati itu.
Masa perang antar negeri di awali dengan disingkirkannya keluarga Jiang yang diperintah Qi
oleh keluarga Tian. Pada awal abad ke-5 SM, lima keluarga eterkemuka di Kerajaan Jin terlibat dalam
perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan di Negara bagian tersebut. Tiga keluarga diantara
mereka yakni Han, Wei, dan Zhao berhasil menjad pemenangnya dan membagi negaranya menjadi
tiga. Kaisar Dinasti Chou hanya dapat mengakui secara resmi pembagian kekuasaan ini pada tahun
403 SM (Buku). Pada akhir Masa Perang Antar negeri, Qin semakin popular namanya yaitu semasa
pemerintahan raja Qin Xiagong (361-338 SM). Setelah peperangan yang dimenangkan Qi dari Wei,
penasehat kerajaan Qin mengusulkan agar menyereang Negara bagian Wei. Penyerangan tersebut
berhasil dan menahan pangeran Wei yang di undang untuk menghadiri prundingan untuk damai,
karena Wei baru saja dikalahkan oleh Qi maka Wei runtuh. Seabad kemudian Negara/ suku bagian
tidak lagi menghormati kekuasaan kaisar Dinasti Chou, hal ini terbukti dengan adanya gelar yang
sama yang dipakai oleh para bangsawan dengan gelar yang di dapat oleh kaisar Diasti Zhou. Pada
akhir Masa Perang Antar negeri, Qin lah yang terkenal Negara bagian terkuat, yang nantinya juga
menjadi Dinasti besar yang mempersatukan Cina. Qin mencapai puncak kejayaan ketika Fan Ju
menjadi perdana menteri Qin. Sebenarnya Fan Ju berasal dari Wei, Fan Ju bekerja sebagai pembesar
Wei bernama Xu Jia. Namun raja Qi tertarik oleh kepandaiannya dan mengundangnya untuk pindah
ke Qi, namun Fan Ju tak mau pindah. Meskipun Fan Ju tak mau pindah ke Qi, namun Fan Ju tetap
menerima makanan dan emas yang diberikan raja Qi kepada Fan Ju. Karena merasa iri, Xu Jia
melaporkannya sebagai bentuk penghianatan kepada perdana menteri Wei yaitu Wei Qi, karena Xu Jia
sangat membenci Fan Ju, akhirnya Xu Jia membuang Fan Ju kedala pembuang kotoran hingga Fan Ju
hampir mati. Namun beruntunglah Fan Ju karena ada seorang penjaga yang iba terhadapnya dan
menolongnya, setelah di tolong Fan Ju merubah namanya dan bertemu dengan diplomat dari negri Qin
yang terkesan dengan kepandaian Fan Ju dalam hal strategi militer. Kemudian diplomat dari negri Qin
merekomendasikan Fan Ju sebagai pembuat strategi militer Qin. Pada mulanya raja Qin enggan
menerima Fan Ju karena di takutkan akan menggeser kedudukannya, namun karena raja Qin terkesima
dengan strategi Fan ju untuk menaklukkan Qi dan Chu. Setelah berhasil menaklukkan Qi dan Chu,
Fan Ju berniat menyerang Wei, namun Wei mengirim utusannya untuk mencegah penyeranga yang
dilakukan Qin. Fan Ju bersedia tidak menyerang Wei dngan syarat kepala perdana menteri Wei di
kirim kepadanya. Akhirnya perdana menteri Wei yang pernah menghina Fan Ju membunuh dirinya
dan menyerahkan kepalanya kepada Fan Ju.
Ketika putra tertua bangsawan penguasa Dinasti Zhou belahan barat wafat, penguasa Zhou
berusaha untuk menjadikan pangeran Jiu sebagai pengantinya. Pada tahun 307 SM, ketika Qin
menyerang Han, Chou segera mengirim bala bantuan untuk membela Han yang lebih lelah dan begitu
pula halnya dengan Zhou. Pihak Chu salah mengira bahwa Zhou berada di pihak Qin, sehingga
menyerang Zhou. Seorang mentri yang bernama Su Dai pergi ke perkemahan tentaras Chu guna
menjelaskan duduk permasalahannya. Ketika Hin hendak meminjam pusaka Zhou guna menyerang
Han, seorang mentri menyerankan agar Bangsawan penguasa dinasti Zhou belahan barat mengirimkan
beberapa sandera ke Chu sehingga Qin barangkali akan merasakan takut terhadap perserikatan Chu
dan Zhou. Ketika raja Qin mengundang bangsawan penguasa dinasti Zhou untuk melakukan
kenegaraan, ia mencari akal untuk menolak undangan ini dengan jalan mengirimkan perintah agar
Han berpura-pura mengirimkan tentaranya ke Nanyang yang merupakan wilayah Xhou, sehingga
bangsawan penguasa Zhou ini jadi memiliki alasan untuk tidak menepai undangan ini, yakin karena
wilayahnya di serang negara lain.
Kelemahan dinasti Zhou tampak dari ketakutannya terhadap Qin yang berusaha untuk merebut
wilayahnya. Seorang mentri yang bernama Ma Fan di utus ke negeri Wie dengan memohon rajanya
agar mengirimkan pasukan demi melindungi dinasti Zhou. Ketika pihak Qin berusaha menyerang
Zhou pada tahun 270 SM, seorang menteri dikirim untuk membujuk Qin agar membatalkan niatnya
itu. Ia mengatakn bahwa serangan itu tidak akan ada manfaatnya karena wilayah Zhou begitu kecil,
dan selain itu semua negara bagian lainnya akan terdorong untuk bersekutu dengan Qin sebagai reaksi
atas ketakutan mereka terhadap Qin. Sebagai hasilnya Qin tidak jadi menyerang Zhou. Qin lalu
mengalihkan serangannya pada Zhao dan berhasil mengalhkannya pada pertempuran Changping (260
SM ). Sumber sejarah mengatakan bahwa pihak Qin mengubur hidup-hidup seluruh tawanan
perangnya.
Pada tahun 257 SM, tiga negara bagian yang terdiri dari Han, Zhou dan Wei melakukan aliansi
melawan Qin, sedangkan Zhou memilih bersikap netral. Setahun berikutnya (256 SM), Qin merebut
Yangcheng dari kerajaan Han. Bangawan Dinasti Zhou belahan barat kemudian meninggalkan sikap
netral itu dengan menbangun persekutuan terhadap negeri-negeri yang memusuhih Qin. Pihak Zhou
mengirimkan tentaranya untuk menghadang pasukan Qin di Yangcheng. Raja Qin Zhaowang marah
besar dan menyerang Zhou. Kaisar Nanwang dan bangsawan penguasa dinasti Zhou belahan barat
terpaksa pergi keperkemahan Qi untuk meminta untuk meminta maaf dan menyerahkan 36 Kota yang
dikuasainya sebagai konpensasi.
Belakangan, Qin tetap menyerang ibukota Zhou pada tahun 256 SM serta membuang kaisar
dan bangsawan penguasa dinasti Zhou belahan batar ke Lingxian yang yang terletak di provinsi Henan
sekarang. Kaisar Zhou Nanwang serta bangsawan Dinasti Zhou Belahan Barat wafat pada tahun itu
juga. Pihak Qin lalu merampas harta pusaka dinasti Zhou yang berupa 9 bejana perunggu dan
mengirimkan ke Xianyang. Peristiwa ini mengakhiri dinasti Zhou yang telah berkuasa selama kurang
lebih delapan abad.
Semasa berkuasanya Dinasti Zhou, tulang digunakan untuk meramal yang sebelumnya
dipraktikkan oleh Dinasti Shang mulai diganti dengan pengamatan terhadap perubahan alam. Teknik
untuk memprediksi semacam ini dilakukan dalam sebuah kitab yang berjudul Zhouyi atau yang lebih
dikenal dengan sebagai Yijing (berati Kitab Perubahan).
Kurang lebih seabad setelah setelah berdirinya Dinasti Zhou, para pengusaha berniat untuk
mengganti ritual-ritual yang lama dengan ritual yang baru. Lalu mereka membuat atau menyusun
sebuah kitab yang diberi judul Liji (Aturan Ritusritus Kuno). Kita akan mengutip sedikit kitab itu agar
memperoleh sekilas gambaran isinya:
Apa yang terjadi dalam hidup manusia adalah lita. Tanpa li, mengatur atau tata cara pemujaan
terhadap roh-roh penguasa langit dan bumi akan menjadi tak bermakna. Tanpa li tak ada gunanya
membedakan kedudukan penguasa dan bawahan, yang unggul dan tidak unggul, muda dan tua, tanpa
li tidak ada gunanya mempertahankan pemisahan antara pria dan wanita, ayah dan anak, adik dan
kakak dsb. karenanya didalam (upacara pemujaan yang kita lakukan) arak hitam di persembahkan di
ruangan bagian dalam kuil, bejana yang memuat diletakkan di dekat pintu masuk , arak merak
dipersembahkan di aula utama, sedangkan yang jernih disebuah tempat bagian bawah. Persembahan
berupa hewan juga di atur sedemikian rupa , dan bejana kaki tiga serta penyangganya dipersiapkan.
Kecapi dan harpa diatur dalam deretan-deretan, dengan seruling, batu yang dapat menghasilkan bunyi,
genta, dan genderang. Doa-doa dan berkat sudah dipersiapkan, semua usaha ini akan mengundang
turun Shangdi, dan demikian pula roh-roh nenek moyang di atas sana. Hubungan antara penguasa dan
menteri telah diseleraskan, perasaan tulus antara ayah dan anak terpelihara, kakak serta adik hidup
rukun, yang tinggi dan rendah menduduki posisi mereka masing-masing dan hubungan yang
seharusnya antara suami istri tercipta. Inilah yang disebut dengan mengamankan berkah-berkah
Langit.
Adanya ritus baru itu mendorong dinasti Zhou untuk membangun sebuah kuil pemujaan bagi
nenek moyang (zongmiao). Di dalam kuil itu, diletakkan nama para leluhur sebagai penghubung
antara generasi sekarang dengan generasi sebelumnya. Leluhur yang lebih tua diletakkan di bagian
paling belakang, dimana hal ini mencerminkan konsep keyakinan Dinasti Zhou bahwa generasi
sekarang dibangun atas dasar generasi sebelumnya.
Pujaan tertinggi Dinasti Zhou adalah ‘tian’ yang secara harfiah berarti “langit”. Huruf asli
bagi ‘tian’ menggambarkan kepala yang besar yang karakter lain dibawahnya yang berarti ‘besar’.
Sebagaimana yang telah kita ungkapkan di atas, ibu Houji, leluhur legendaris Dinasti Zhou, hamil
setelah melangkahi telapak raksasa, sehingga kita boleh menyimpulkan bahwa tian ini barangkali ada
hubungannya dengan pemujaan leluhur. Tian ini kemudian disatukan dengan dewa tertinggi Dinasti
Shang, yakni Shangdi, menjadi Huangtian shangdi. Di samping Tian, dikenal pula sebagai dewa
bumi. Pemujaan terhadap keduanya melambangkan penyatuan Langit dan Bumi. Hanya kaisar saja
yang boleh melakukan pemujaan semacam ini, yang bertahan selama ribuan tahun dan baru berakhir
setelah runtuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911. Saat melakukan ritual ini, kaisar memohon agar
Langit dan Bumi bermurah hati pada umat manusia dengan melimpahkan panen yang baik serta
keselamatan negara.
2.8 Perkembangan Bidang Filsafat Semasa Dinasti Zhou: Lahirnya Berbagai Ailran Filsafat
Dinasti Zhou merupakan dinasti yang terkenal karena pencapaiannya dalam bidang filsafat.
Pada dinasti ini banyak terlahir filosof-filosof terkemuka, seperti: Kong Fuzi (Confucius), Meng Zi
(Mencius) dan Lao Zi dan lain-lain. Tetapi hanya tiga filusuf yang sangat terkemuka pada zaman
dinasti Zhou ini yakni: Lao Zi, Kong Zi, dan Meng Zi. Selain tiga filosof tersebut,terdapat pula aliran
legalisme yang cukup berperan dalam penyatuan kembali China dibawah Dinasti Qin.
a) Zhou Yi, berasal dari kitab Yi Jing dan Yi Zhuan yang digabung menjadi satu
b) Shang Shu, cacatan2 politik dinasti Zhou dan jaman sebelumnya
c) Shi Jing,catatan nyanyian2 pada jaman dinasti Zhou
d) Zhou Li, mencatat sistem pemerintahan dan organisasi negara pada jaman dinasti Zhou
e) Yi Li, adat istiadat para bangsawan
f) Cun Qiu Zhuo Zhuan, buku sejarah kerajaan Lu yang dikarang oleh Zhuo Qiu Ming
g) Cun Qiu Gong Yang Zhuan, yang dikarang oleh orang kerajaan Ji bernama Gong Yang Zi
h) Cun Qiu Kai Liang Zhuan, dikarang oleh murid Zi Xia (muridnya Konfusius juga yang
akhirnya menjadi penganut aliran Fa Jia) yaitu Kai Liang
i) Lun Yu, pada awalnya itu bukan disebut Lun Yu bahkan ada dua jenis yaitu Ji Lun dan Lu
Lun. Lun Yu yang sekarang ini dirangkai kembali oleh Zhang Yi yang berdasarkan dari kitab
Ji Lun dan Lu Lun
j) Meng Zi, dicatat dan dibuat oleh Meng Zi
k) Xiao Jing, dipercaya karangan Konfusius
l) Erl Ya, buku2 syair yang dipercaya dibuat oleh Zhou Gong
m) Li Ji , membahas masalah2 kebajikan dan adat istiadat
Ajaran Konfusius
Konfusius hidup pada masa kemerosotan Dinasti Zhou. Para tuan tanah serta bangsawan
feodal menguasai negara-negara bagian, pada jaman itu pula adat istiadat diremehkan dan terjadi
kemerosotan moral. Konfusius mengajarkan kebajikan dengan harapan bisa membawa perubahan
pada masa yang kacau itu. Filsafat Konfusius didasarkan pada pendidikan moral masing-masing
individu. Ia selalu mendorong orang untuk berbuat kebaikan dan mempengaruhi orang lainnya. Dalam
Lun Yu, Konfusius menekankan kata-kata “Ren” yang artinya kebajikan. Arti kata “Ren” sendiri
adalah “Kasihilah sesamamu, jangan lakukan perbuatan terhadap orang lain apabila Anda tidak suka
diperlakuan demikian”. Serta keinginan untuk mengembangkan diri maupun sesama kita. Selain itu
juga membahas “Li” atau tata krama/ adat istiadat.
Konfusius di dalam Lun Yu beranggapan bahwa adat istiadat dan kebajikan itu tidak dapat
dipisahkan. Konfusius menerangkan kepada muridnya Yan Yuan mengenai definisi kebajikan sebagai
berikut: “Menguasai diri serta mengikuti adat istiadat artinya adalah berbuat baik”. Jika tidak sesuai
dengan adat istiadat jangan didengarkan, jika tidak sesuai dengan adat istiadat jangan diucapkan, jika
tidak sesuai dengan adat istiadat jangan dilakukan. Ketika membahas kewajiban seorg anak,
Konfusius menjelaskan, “Selama orang tuamu masih hidup, taatilah adat istiadat dalam mengasihi
mereka, setelah mereka meninggal, taatilah adat istiadat dalam menguburkan mereka, taatilah adat
istiadat dalam memberikan persembahan kepada mereka”. Jadi disini bisa dilihat bahwa selain bicara
“Ren” Konfusius juga bicara adat istiadat. Yang mana keduanya merupakan hubungan yang amat
penting dalam membina kebajikan.
Konfusius mengajarkan muridnya agar lebih mendahulukan pemahaman tentang kehidupan
dan berhubungan dengan sesama manusia sebelum membahas hal-hal metafisika. Beliau mengajarkan
bahwa manusia tidak lepas dari orang lain dalam kehidupannya,sesama manusia harus saling
berinteraksi dan saling bekerja sama untuk menjadikan dunia yang lebih baik.
Konfusius juga membahas apa yang dinamakan Dao,yakni menurut pengertian harfiah adalah
suatu jalan yang harus diikuti umat manusia agar mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Dao berisi
tentang hukum kesusilaan yang hendaknya ditaati serta pola pikir yang dapat mengembangkan
kepribadian setiap orang.
Lao Tzu (Tionghoa: 老子, pinyin: Lǎo Zǐ) merupakan ahli filsafat yang terpopuler dan juga
merupakan pendiri Taoisme. Riwayat hidupnya tidak banyak terdapat dalam catatan historis, tetapi
kewujudannya terbukti dalam catatan historis Tiongkok, Shiji.
Menurut kitab Shiji, Lǎo Zǐ memiliki nama asli Lier, nama sopannya Boyang dan nama
almarhum kehormatannya Dan. Terdapat segolongan sarjana mengatakan Boyang dan Dan adalah
nama sopannya. Lǎo Zǐ (570-470 SM), dilahirkan di Provinsi Ku, Chuguo sekarang dikenali Provinsi
Henan. Ia merupakan ketua pustakawan Chuguo pada zaman dinasti Zhou, di mana pada masa
jabatannya, ia banyak mendapat manfaat dengan membaca kitab-kitab serta catatan-catatan historis,
sehingga ia mencapai keluasan wawasan.Lao Zi juga ahli dalam bidang perbintangan dan
peramalanan karena seringnya dia membaca di perpustakaan tersebut.
Setelah pensiun menjadi pustakawan kerajaan Lao Zi pergi dari kerajaan untuk mengasingkan
diri ke suatu tempat, dan setelah itu tidak pernah ada kabar tentang keberadaannya. Tapi,sebelum dia
meninggalkan kerajaan,dia membuat kitab yang bernama kitab Daodejing yang nantinya akan menjadi
kitab pegangan bagi para penganut aliran Daoisme.
Berbeda dengan Dao menurut Kon Fuzi yang lebih menekankan pada interaksi sesama
manusia, Dao menurut Lao Zi lebih menitikberatkan pada metafisik,yakni sebagai bahan dasar
penyusun segala sesuatu. Dao menurut Lao Zi bersifat sederhana dan tanpa bentuk,tanpa
keinginan,tanpa nama,tanpa upaya dan tanpa gerakan,dia berpendapat semakin jauh manusia dari Dao
maka akan semakin berkuranglah kebahagiaannya.
Menurut Shiji, nama beriannya ialah Zhou dan nama sopannya ialah Zixiu. Ia adalah
keturunan Mong (Sekarang: Timor Selatan Prefektur Sangqiu yang katakan Prefektur
Songguo(Sekarang:Propinsi Henan). Zhuāngzǐ, merupakan ahli falsafat terpopuler pada pertengahan
Zaman Negara Berperang Tiongkok serta tokoh yang amat penting dalam Taoisme selepas Laozi.
Hasil karya beliau yang dinamakan seperti namanya ialah “Zhuangzi” atau “Nanhua Jing ” oleh Raja
Tang.
Zhuangzi dan Liezi membawa perubahan baru terhadap perkembangan Daoisme. Terdapat
beberapa perbedaan antara ajaran-ajaran yang mereka bawa dengan ajaran sebelumnya. Jika menurut
ajaran sebelumnya Dao adalah kekuatan yang baik,maka berbeda dengan Dao menurut Zhuangzi dan
Liezi yang mengatakan bahwa Dao adalah kekuatan yang bersifat netral. Mereka berpendapat Dao
hanyalah merupakan dasar bagi keberadaan segala sesuatu,bukan merupakan suatu yang bajik,bahkan
mereka berdua menyatakan bahwa Dao tidak lagi memgang kendali atas segal sesuatu di dunia.
Meskipun demikian,ada pula persamaan antara ajaran-ajaran yang mereka bawa dengan ajaran
sebelumnya. Dao masih dipandang sebagai sesuatu yang tak bernama,tanpa bentuk,dan di luar
jangkauan pemikiran manusia biasa. Hanya orang yang tercerahi lah yang dapat memahami hakekat
Dao dan cara kerjanya. Mereka juga sepakat bahwa memaksakan sesuatu yang di luar jangkauan kita
adalah suatu kesalahan.
2.8.3 Aliran Legalisme (Fajia)
Aliran legalisme (Fajia) merupakan suatu aliran yang pokok kajiannya adalah sistem
pemerintahan. Legalisme atau Fa Jia yang dikembangkan oleh Han Fei Zi ,Shang Yang ,Zi Xia ,Wu
Qi dan Xun Zi yang merupakan dasar dari managemen modern dan sistem pemerintahan. Aliran ini
sangat bertentangan dengan Konfusianisme,mereka mengatakan bahwa kaum moralis seperti kaum
Konfusianis tidak cocok dengan kaum legalis,tetapi banyak penganut Konfusianisme tetapi banyak
penganut Konfusianisme yang berpindah pada Legalisme karena mereka beranggapan bahwa
Legalisme lebih cocok untuk mengatur negara.
a) Fa atau hukum (aturan) yang berisi tentang pemberian penghargaan atu hukuman
i. Penerapan Fa dapat berupa aturan perusahaan,kesepakatan kerja bersama dan lain-lain.
b) Shu atau seni pengawasan
i. Penerapan Shu dapat berupa sistem supervis yang rapi serta pemantauan kualitas.
c) Shi atau wewenang kekuasaan
i. Penerapannya pada manajemen berbentuk sistem atau hierarki manajerial perusahaan dan
penerapan struktur organisasi perusahaan.
Mozi hidup kurang lebih pada tahun 480-390 SM. Mozi hidup pada zaman peperangan dan
kekacauan sehingga filosofinya kebanyakan merupakan reaksi terhadap perang yang terjadi pada saat
itu. Mozi adalah seseorang yang sangat anti perang dan sangat menekankan perdamaian.
Menurutnya,segala sesuatu tentang peperangan adalah semata-mata bentuk lain dari perampokan,
Mozi juga memberikan solusi untuk mengatasi peperangan yakni dengan mengembangkan rasa cukup
yang ideal,melaksanakan peraturan dengan disiplin dan membangkitkan rasa takut terhadap dewa.
Mozi mengajarkan agar manusia tidak egoistik karena menurut Mozi sikap egoistiklah yang
menyebabkan terjadinya peperangan pada masanya. Mozi mengajarkan agar masyarakat bersikap
altruistik(jianai) yang tak mempunyai unsur-unsur egoistik di dalamnya.
Pada masa pemerintahan raja Wu Helu, Sunzi menulis sebuah buku yang berjudul Sunzi
Bingfa atau Kitab Seni Perang Sunzi dan menjelaskannya pada raja tentang siasat-siasat dalam kitab
tersebut. Namun sang raja yang tidak langsung percaya pada Sunzi memrintahkan pada Sunzi agar
membuktikan ucapannya. Sunzi mengatakan bahwa dia sanggup melatih permpuan dan anak-anak
menjadi prajurit yang tak terkalahkan dan perkataannya dapat terbukti. Jadi sang raja mengangkat
Sunzi sebagai penglima tertinggi yang nantinya memimpin ekspansi-ekspansi ke negara lain. Atas
berkat jasanya,Wu menjadi salah satu negara yang disegani pada masa itu.
Menurut Sunzi,jika dapat mempetimbangkan semua hal tersebut maka dapat dipastikan pihak
mana yang dapat memenangkan perang. Tetapi meskipun demikian,sejatinya Sunzi adalah seorang
pencinta damai. Sunzi ternyata lebih senang jika kemenangan diraih tanpa pertumpahan darah,dia pun
melarang untuk menyiksa prajurit musuh yang sudah menyerah, malah Sunzi memerintahkan agar
mereka diperlakukan dengan baik. Inilah yang menjadi kelebihan filsafat Sunzi dibandingkan para
ahli strategi perang lainnya.
Setelah Confucius meninggal munculah seorang ahli pikir yang bernama Moti yang membawa
ajaran Mohisme yang muncul pada tahun 479-381 SM. Moti mempunyai pandangan yang sangat
revolusioner terutama mengenai susunan masyarakat, ia menentang perbedaan yang tajam dalam
kehidupan bermasyarakat seperti yang terdapat dalam susunan feodal. Atas dasa itu dapat dikatakan
bahwa ajaran Mohesm yang revolusioner sangat kontradiktif dengan ajaran yang konfusius yang
konservatif.
Yang Zhu hidup pada abad 4 SM. Ajarannya dapat diketahui dari pemberritaan lawan-
lawannya. Ia adalah seorang pemikir yang peseimistis dan cenderung tertarik pada paham sinisme.
Egois menjadi dasar bag ajaran kaum individualis yang di ajarkan oleh pemikir sebagai puncak
kebajikan. Persepsi kaum individualis tenntang hubungan antar sesama yang menyataklan bahwa
seseorang harus mengetamakan kepentingan sendiri sangat kontradiktifd dengan kebanyakan pemikir
sebelumnya. Ucapan kaum individualis yang sangat masyur adalah bahwa “jika dunia ini dapat
diselamatkan atau dihancurkan hanya dengan memegang sehelai rambut kepala atau dengan
menggerakkan salah satu jari tangannya, ia tidak akan melakukannya”.ia tidak akan pernah peduli
apakah sebuah masyarakat menjadi baik ataukah tidak. Bahkan kacau atau hancur sekalipun. Satu-
satunya hanya kepentingan pribadinya yang harus diperhatikan.
Masyarakat pada masa Dinasti Zhou ini telah mengembangkan teknik pembuatan barang-
barang dari perunggu,perak dan emas yang sebelumnya sudah ada pada dinasti Shang. Pada zaman
itu, bejana perunggu sudah menjadi trend dan sudah dipergunakan untuk membuat benda sehari-hari.
Masyarakat juga mengembangkan seni lukis guna mewarnai atau menghiasi benda-benda perunggu
tersebut.
Bejana-bejana tersebut dibuat dengan cara menggunakan suatu cetakan yang terbuat dari tanah
liat yang terbagi menjadi dua bagian dan terdapat sebuah inti di dalamnya,kemudian masyarakat
mengukir bagian luarnya untuk memperindah penampilan dari bejana-bejana tersebut,biasanya
bermotif hewan-hewan dan manusia.
Selain hal di atas,pada dinasti Zhou juga mengalami perkembangan pada bidang pertanian.
Masyarakat menerapkan sistem rotasi pertanian,masyarakat menanam berbagai tanaman berbeda
untuk menj aga kesuburan tanah saat pergantian musim. Pada dinasti Zhou,masyarakat sudah
menggunakan alat bajak yang terbuat dari besi dan dikembangkannya irigasi skala besar.Industri
pembuatan keramik dan perunggu juga makin berkembang pada musim Semi dan Rontok. Masyarakat
dinasti Zhou juga sudah mulai mengenal mata uang meskipun masih terbuat dari perunggu dan
besi,sehingga perdagangan antar negara bagian pun semakin berkembang pesat.
Dinasti Zhou membagi wilayahnya menjadi negara-negara bagian otonom. Hal itu
mengakibatkan masing-masing negara bagian berlomba-lomba untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan negara bagiannya, hal inilah yang nantinya akan menyebabkan meratanya kemakmuran
sampai pelosok-pelosok negeri.
Bukan hanya di bidang pertanian dan ekonomi,pada masa dinasti Zhou ini seni musik pun
mengalami perkembangan,itu dapat dibuktikan dengan penemuan beberapa perangkat alat musik
lonceng yang berasal dari abad ke-5 SM. Alat musik tersebut ditemukan di dekat sebuah kuburan yang
disebut makam no 1 yang terletak di desa Changtaiguan di hulu utara sungai Huai.
Pada kenyataanya tidak semua buku-buku terlarang musnah buktinya pada masa Dinasti han
masih banyak orang yang memiliki buku konfusianisme. Para sarjana konfusianisme di semua
wilayahnya dikumpulkan hingga 700 sarjana. Mereka dilempari batu hingga mati di sebuah lembah
yang belakangan disebut deangan “Lembah Pembantaian para Sarjana Konfuisianisme”
Pembangunan tembok besar menimbulkan bayak korban jiwa. Hal ini terjadi karena buasnya
alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan, karena tidak ada waktu untuk memakamkanya,
mayat-mayat orang yang meninggal ikut ditembok begitu saja.
4. KONFUSIANISME
Berdirinya Dinasti Han merupakan masa kebangkitan kembali konfusianisme. Hal ini terjadi
pada dinasti Han ke dua. Semenjak itu, mulailah usaha yang melelehkan untuk merestorasi kembali
tulisan-tulisan yang dimusnahkan semasa Dinasti Qin.
Dukungan yang sungguh-sungguh terhadap konfusianisme baru diberiakan pada masa
pemerintahan Kaisar Wudi. Tidak diragukan lagi, bahwa keberhasilan konfusianisme ini juga
didukung oleh usaha keras mereka dalam membangkitkan kembali kitab-kitab kuno yang pernah
dimusnahjan pada zaman dinasti sebelumnya. Ajaran konfusius pada mulanya adalah suatu system
filosofi dan etika. Sebagaimana aliran filsafat lainnya konfusius berusaha menemukan suatu prinsip
otoritas moral di tengah zaman yang serba kacau itu. Namun semasa dinasti Han, pertanyaan sperti ini
tadak begitu diminati lagi, karena keadaan telah menjadi relative damai dan tertib. Oleh karena itu,
secara bertahap Konfusianisme mulai mengalami evolusi selama berkusa di dinasti ini.
PERIODE PEPERANGAN
Zaman tiga negara ini muncul karena tidak ada dinasti yang dapat mempersatukan atau
menguasai satu wilayah sehingga masing-masing kekaisaran pecahan dinasti sebelumnya mendirikan
kekaisaran atau negara sendiri. Menurut buku Hystory of China terdapat tiga kekaisaran besar yang
berkuasa pada zaman tiga negara ini, yaitu Wei, Wu, dan Shu.
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian
merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini
dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta.
Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian sebagai pewaris
tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo
untuk kembali ke ibu kota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin
merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para
menteri di dalam istana.
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan
kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa
daerah memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan
munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang
terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
Negara han berkuasa selama 4 abad (dari 206 s.M-221 M) kecuali tahun 8 sampai 23 M atau
ketika wang mang merebut kekuasaan .akan tetapi dinasti han lebih berhasil bila di bandingkan
dengan dinasti chi”in .keberhasilan dinasti han tersebut dapat di lihat sebagai berikut:
Liu Pang dan kawan-kawannya yaitu pendiri negara han tidak terikat pada elite lama
atau pada salah satu dari aliran fi;safat lama.
Pendiri Negara han dapat memulai dengan lembaran putih dan bersih.
Pendiri Negara han merebut kekeasaan alam sebuah pemberontakan terhadap
pemerinthan yang kejam sehingga mereka menapat banyak simpati dari masyarakat.
Negara han lebih moderat dari resim lama.
Beban pajak dan kerja rodi di buat lebih ringan
Negara kesauan di pertahankn.
Negara han di bagi menjadi provensi dan kabupaten-kabupaten.
Akan tetapi perjalanan setiap negar tidak selamanya berjalan mulus dah hal ini juga terjadi
pada perjalanan Negara han yang masih baru ,berbagai masalah yang mengancam stabilitas Negara
mulai bermunculan,masalah tersebut di antaranya :
Pada 206-140 SM keadaan Negara Han masih cukup stabil akan tetapi pada 141 -87 SM
Negara Han mengalami kesulitan uang di sebabkan dari peperangan melawan suku-suku pengembara.
Selain beberapa permasalah di atas yang muncul pada saat Negara Han juga terjadi beberapa
masalah sebagai berikut:
Setelah Negara han berhasil menjadi suatu pemerintahan yang kokoh akhirnya Negara Han
runtuh , ada beberapa aspek yang meyebabkan runtuhnya Negara Han di antaranya :
Desakan yang menjatuhkan Negara Han berasal dari dua pemberontakan rakyat yang
keduanya memiliki latar belakang agama.
Aspek ekonomi dan sosial
Hubungan dengan bangsa barat.
Naskah-naskah klasik
2. Negara Wei
Pada abad (220-226) setelah Cao Bei mengangkat dirinya sebagai kaisar wendi, suku-suku
barbar di utara seperti xiongnu, shanshan, guichi, dan yutian tahluk kepada kaisar baru ini. Cao Bei
menamai dinastinya Wei. Dalam usaha memperkokoh kekuasaannya, Cao Bei banyak belajar dari
Dinasti Han. Dimana kekuasaan kaisar pada waktu itu menjadi lemah karena campur tangan para ratu
dalam urusan pemerintahan. Untuk mengatasi hal ini Cao Bei melarang seseorang untuk mengajukan
petisi, usulan, atau permohonan kepada ratu, sehingga melangkahi wewenang kaisar.
Setelah wafat, cao bei digantikan oleh putranya yang bernama cao rui dengan gelar mingdi
(226-239). Ia dibantu oleh para pejabat seperti chao zhen, chen qun, chao xiu, dn sima yi. Semasa
pemerintahan cao rui, terjadi beberapa peperangan melawan kerajaan shu dan wu. Sementara itu,
bangsa yuan, penguasa daerah liadong, menerbitkan pemberontakan, tetapi berhasil ditumpas.
Cao rui wafat tanpa meninggalkan seorang putra, dan kemudian diangkatlah seorang anak
dibawah umur bernama cao fang (239-254) dangan gelar saodi. Dan siman yi sebagai wali. Semenjak
saat itu pengaruh keluarga sima semakin besar terhadap kerajaan wei.
Peperangan, banjir, dan bencana lainnya yang melanda cina pada akhir dinasti han tidak hanya
berpengaruh terhadap ekonomi dan kemakmuran negara saja. Melainkan juga perpindahan populasi
masyarakat untuk mengatasi kekacauan dalam bidang ekonomi masyarakat. Cao-cao berpandangan
bahwa bidang pertanian perlu diarahkan dan dikendalikan oleh negara. Para petani yang berpindah-
pindah diharuskan untuk menetap disuatu tempat dan dipaksa membuka ladang baru. Para prajurit
juga diharuskan membuka ladang untuk menghidupi dirinya sendiri. Dengan kata lain mereka menjadi
peteni sekaligus prajurit.
Karena itu kini ada dua komunitas pertanian, yaitu komunitas pertanian sipil/rakyat dan
komunitas pertanian militer.
Peperangan,banjir, dan bencana lainnya yang melanda cina pada akhir dinasti han tidak hanya
berpengaruh terhadap ekonomi dan kemakmuran negara saja. Melainkan juga perpindahan populasi
masyarakat untuk mengatasi kekacauan dalam bidang ekonomi masyarakat. Cao-cao berpandangan
bahwa bidang pertanian perlu diarahkan dan dikendalikan oleh negara. Para petani yang berpindah-
pindah diharuskan untuk menetap disuatu tempat dan dipaksa membuka ladang baru. Para prajurit
juga diharuskan membuka ladang untuk menghidupi dirinya sendiri. Dengan kata lain mereka menjadi
peteni sekaligus prajurit.
Karena itu kini ada dua komunitas pertanian, yaitu komunitas pertanian sipil/rakyat dan
komunitas pertanian militer.
3. Negara shu
Kerajaan shu didirikan oleh liu bei. Ketika para pemberontak topi kuning menyerbu dan
menguasai wilayah shuoxien, liu bei bersama guan yu dan shang fei bertempur dibawah pimpinan
seorang xiaowei yang bernama soujing. Ketika akhirnya kaum pemberontakan dapat diusir dari
wilayah itu, shoujing merekomendasikan liu bei sebagai kapten di distrik anxi-xian.
Pada saat memangku jabatan itu, liu bei beserta saudara-saudaranya menghajar seorang pejabat
korup yang sombong. Sehingga mereka harus melarikan diri dan berpindah-pindah tempat tinggal
untuk mencari perlindungan kepada para penguasa. Dan kemudian liu bi bertemu dengan seorang
penasehat dan pakar tersohor bernama shuge lie. Pada tahun 211, ia berhasil mengukuhkan
kedudukannya di daerah yie hou. Ketika cao bei menggulingkan tahta kerajaan han, liu bei yang
merasa sebagai keturunan dinasti han, mengangkat dirinya sebagai seorang kaisar pada tahun 211,
negrinya diberi nama shu.
Liu bei wafat tidak lama setelah kekalahan fatalnya pada pertempuran yiling. Sebelum
meninggal liu bei berpesan kepada shuge liang agar membantu putranya dalam pemerintahan. Liu
shan menggantikan liu bei sebagai raja dengan gelar houshu (223-263). Untuk memperkuat kerajaan
shu, shuge liang mengadakan persekutuan dengan wu, persekutuan ini dapat menciptakan
perimbangan kekuatan serta keamanan daerah perbatasan. Meng huo, seorang pemimpin suku barbar
disebelah selatan dekat perbatasan burma melakukan pemberontakan terhadap shu.shuge liang segera
memimpin ekspedisi untuk memadamkan pemberontakan itu.
Dengan siasat jitu, meng huo berhasil ditangkap, tetapi ia belum bersedia mengakui
kekalahannya. Ia mengatakan bahwa keberhasilan shu itu adalah tipu muslihat belaka. Namun dengan
kebijaksanaannya shuge liang melepas meng huo. Dan pada pertempuran berikutnya berhasil
dikalahkan dan ditawan kembali . shuge liang menangkap dan melepaskan meng huo sebanyak 7 kali.
Baru pada kekalahan terakhirnya meng huo menyerah pada pihak shu.
Pada tahun 227 shuge liang malakukan serangan terhadap kerajaan wei, tetapi tidak
mendapatkan hasil yang berarti. Meskipun demikian, shuge liang berhasil melakukan siasat jitu saat
terkepung oleh sima yi,panglima perang wei. Pada saat sima yi akan melakukan serangan shuge liang
membuka gerbang kota selebar-lebarnya dan ia duduk dengan tenang sambil memainkan alat music.
Melihat hal itu sima yi merasa shuge liang menyebunyikan perangkap di dalam kota. Sehingga sima
yi mengundurkan pasukannya. Setelah shuge liang wafat kedudukannya digantikan oleh jiang wan
dan fan yi.
Tidak lama setelah wafatnya shuge liang, pihak wei melakukan serangan terhadap kerajaan
shu, karena melihat bahwa tidak ada lagi sosok yang dapat diandalkan oleh kerajaan itu. Serangan itu
terjadi pada tahun 263 dan dipimpin oleh jendral deng ai dan shong hui. Strategi yang mereka
gunakan untuk menghindari tempat-tempat yang dipertahankan dengan kuat dan masuk melalui
tempat-tempat tidak terduga serta lemah pertahanannya. Jenderal andalan shu yang bernama jiang wei
gagal memukul mundur serangan itu. Sehingga liu san terpaksa menyerah pada pihak wei,
demikianlah berakhir sudah kerajaan yang dibangun dengan susah payah oleh liu bei tersebut.
Kerajaan shu yang berlokasi diwilayah propinsi sichuen modern kondisinya relatif tenang dan
damai bila dibandingkan dengan cina utara yang dikuasai oleh kerajaan wei.kampanye militer
keselatan yang dilekukan shuge liang untuk menaklukkan men huo yang memberontak serta usaha
penyerangan ke utara tidaklah berpengaruh banyak bagi perekonomian negara ini. Ini dikeranakan
oleh kedatangan para pengungsi dari utara yang menjadi sumber tenaga kerja bagi negari ini. Selain
itu, shuge liang juga mengundang suku barbar di selatan untuk menjadi pekerja kerajaan shu.
Cukupnya tegana kerja ini menyebabkan pihak shu tidak perlu menciptakan komunitas pertanian.
Pembangunan pertanian yang insentif tidak dilakukan pada daerah sichuen saja, melainkan
juga di daerah pegunungan selatan, dimana daerah ini untuk pertama kalinya benar-benar berkembang
secara ekonomis. Meneruskan tradisi yang telah berlangsung sejak dinasti han, negara juga
memonopoli geram, besi, sutera. Mate uang yang banyak digunakan di negri ini adalah uang logam
tembaga.
4. Negara wu
Kerajaan wu berawal dari peperangan melawan dhong shuo. Sun jiang yang ikut serta dalam
peperangan itu menemukan materai kerajaan di puing-puing kota. Ia beranggapan bahwa puing-puing
tersebut akan membawa nasib baik bagi negrinya, ia pun memohon kepada yuan shao sebagai
pemimpin pasukan untuk kembali ke negrinya. Namun, yuan shao juga menginginkan materai itu.
Tetapi sun jieng menolaknya.
Namun yuan shao membujuk liu biao, seorang pembesar kota untuk mencegat sun jiang dalam
perjalanan pulangnya untuk merebut materai kerajaannya. Tetapi usaha ini gagal. Dan kemudian
terjadi peperangan antara sun jiang dan liu biao. Pertempuran ini menewaskan sun jian.
Setelah sun jiang tewas, ia digantikan oleh sun ce, putra sulung sun jin. Sun ce meninggal
karena terluka anak panah beracun yg ditembakkan musuhnya den digentiken oleh zun quan.
Ketika cou bei menurunkan kaisar terakhir dinasti han pada tahun 220 dan liu bei menyusul
mengangkat dirinya sebagai kaisar, zun quan pada tahun 222 mengikuti jejak mereka berdua. Gelar
setelah menjadi kaisar adalah wudi (222-252) dan kerajaannya diberi nama wu. Dengan jianya sebagai
ibu kotanya. Pada masa pemerintahannya terjadi persekutuan dengan shu untuk bersama-sama
memerangi wei.
Setelah zunn quqa wafat digantikan oleh zun liang yang bergelar feidi (252-258). Wafatnya
zun quan dimanfaatkan oleh pihak wei untuk menyerang wu, tetapi gagal. Bahkan wu malah berbalik
menyerang wei. zhuge guo pemimpin pasukan wu meminta bantuan jiang wei, panglima perang shu
untuk bersama-sama menyerang wei. Namun, usaha penyerangan itu tidak membuahkan hasil berarti.
Pada masa pemerintahan kaisar feidi, kekuasaan negri wu digerogoti oleh su lin, lalu ia segera
mengambil tindakan dengan menurunkan kaisar dan membinasakan para mentri yang bersekongkol
untuk membunuhnya. Sebagai pengganttinya, diangkatlah sun xiu dengan gelar jing di (258-264).
Kaisar ini pun merasakan kesewenang-wenangan sun lin. akhirnya, dengan sesuatu strategi jitu sun lin
berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Ketika sun xiu wafat yang dijadikan penggantinya adalah sun hao yang bergelar modi (264-
280). Ia ternyata bukanlah seorang penguasa yang baik dan senang mabuk-mabukan. Kebobrokan
penguasa negri wu ini tersiar hingga ke telinga kaisar jin, yang sebelumnya telah menurunkan
penguasa terakhir wei. Sima yan pun memutuskan untuk menyerang dan menahlukkan wu. Kerajaan
wu pun kalah dan menyerah pada pihak jin. Peristiwa ini terjadi pada tahun 280 dan mengakhiri
riwayat kerajaan wu.
Kerajaan ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Meskipun demikian, penduduknya masih
belum memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kekayaan ini secara maksimal, karena harus
menghadapi ancaman suku barbar, penghuni pegunungan selatan. Kerena kesuburan tanahnya,
penduduk selatan cina tidak merasa perlu untuk mengembangkan pertanian semaju di utera cina.
Namun, seiring dengan kedetangan para pengungsi dari utara, timbul dorongan untuk memajukan
pertanian demi meningkatkan hasil yang telah dicapai. Para pengungsi dari utara juga menjadi sumber
tenaga kerja baru di negeri ini.
Zun quan memberlakukan adanya komunitas pertanian sipil (mintuntien) dan militer
(juntuntien)sebagaimana yang terdapat di wei. Hanya saja, ada beberapa perbedaan . Pertama,
dikerejaan wu, komunitas pertenian militer tidak hanya dihuni oleh para prajurit saja, melainkan juga
keluarga mereke. Kedua, masing-masing komunitas itu diawasi oleh rantai birokrasi sipil dan militer
sendiri.
Selain komunitas pertanian yang dimiliki oleh negara, terdapat pula tanah-tanah pertanian
yang dimiliki oleh pribadi, seperti para tuan tanah kaya. Sesuai dengan tradisi yang berlaku semejak
dinesti han, pembuatan garam, besi, dan sutera dikuasai oleh negera. Kerajinan khas negera ini adalah
keramik berglasur hijau (gingci). Pembuatan kapal-kapal yang dilakukan pihak wu memungkinkan
negri ini untuk menjalin hubungan dengan negara asing, seperti koguryo, funan, linyi, serta india.
Meskipun mata uang tembaga menjadi alat tukar resmi, tetapi garam dan sutera dapat pula
dipergunakan sebagai alat tukar( bartar).
Sima zhou lalu mengirimkan jenderal zhong hui dan deng ai untuk menahlukkan shu pada
tahun 264.atas jasanya menaklukkan kerajaan shu itu, sima zhou diangkat sebagai xiangguoyang
setara dengan jabatan perdana mentri dan diberi gelar bangsawan jin. Setelah wafat, ia digantikan oleh
sima yan. Sima yan memaksa kaisar chou huan untuk menyerahkan singgasesana kepadanya, sehingga
dengan demikian berakhir pulalah kekuasaan keluarga cao.
Peristiwa runtuhnya kerajaan wei terjadi pada tahun 265. Sima yan mengangkat dirinya
sebagai kaisar dan menamai dinastinya dengan jin. Luoyang dijadikan ibukotanya. Kerajaan wu
berhasil ditaklukkan peda tahun 280, sehingga cina pun bersatu padu kembali.
Kitab daois penting yang tertulis pada zaman ini adalah teishang lingbao wufijing ( kitab
pewahyuan tertinggi lima jimat dari ruh suci). Ini merupakan kitab pertama dari kumpulan kitab-kitab
ling bao (ruh suci). Di dalam kitab ini, dapat dijumpai jimat untuk melindungi dan memanggil ruh-ruh
suci, penggambaran kosmologi alam kedewaan, teknik meditasi, serta resep-resep untuk meramu obat
hidup abadi.
Aliran filosofi daois lain yang berkembang adalah apa yang dinamakan aliran misteri. Tokoh-
tokohnya adalah he yan (wafat tahun 249), yang mengarang sebuah karya yang berjudul wuminglun
(risalah mengenai yang tak bernama), wang bi (226-249), seorang ahli filsafat cendikia yang wafat
pada usia 23 tahun dan telah menulis komentar tehadap kitab laoi dan yijing, xieng xiu (223-300),
pengarang komentar terhadap kitab karangan juangji, guo xieng wafat pada tahun 312 yang
menambahkan komentarnya sendiri pada kitab karangan xieng xiu, dan pai wei (267-300) yang
mengarang chongyoulun (risalah mengenai keberadaan).aliran misteri membahas masalah metafisika
yang rumit, seperti masalah keberadaan dan ketidak beradaan, yang dipandang bukan sebagai sesuatu
yang berlawanan, melainkan sesuatu yang tak terpisahkan satu sama lain.
Hubungan perdagangan lewat laut dengan negara asing yang dikembangkan kerajaan wu
menyebabkan makin budhisme. Pada tahun 247, datanglah salah seorang penerjemah kitab duddhis
yang bernama kang sang hui ke nenjing. Ia merupakan keturunan bangsa sogdia dan berasal dari
keluarga pedagang yang berdiam di vietnam.
Persatuan China baru dapat dipulihkan di bawah pemerintahan Sui. Dinasti Sui didirikan
oleh Yang Jian yang bergelar Sui Wendi. Ia adalah tokoh yang berjasa dalam mengakhiri zaman
kacau yang telah berlangsung selama beberapa ratusan tahun Dinasti Utara-Selatan. Tetapi
kekuasaan Dinasti Sui bisa dibilang sangat singkat, yaitu 37 tahun.
Yang Jian ingin menjadi penguasa tunggal China, maka dari itu ia harus menaklukkan
Kerajaan Chen yang berkuasa di selatan. Raja terakhir kerajaan ini yaitu Chen Shubao yang
merupakan raja lemah dan egois serta gila wanita. Yang Jian menyadari kelemahan penguasa Chen
akhirnya memutuskan penyerangan terhadap Kerajaan Chen. Melalui Jenderal He Nuobi, Yang
Jian mengutusnya untuk kampanye penaklukkan ke selatan. Ternyata, trewpian selatan Sungai
Yangzi yang menjadi batas antara kedua kerajaan dilindungi oleh banyak benteng, akhirnya
Jenderal He menghindari bentrokan langsung dan hanya menempatkan pasukannya secara tersebar
pada tepian Sungai Yangzi. Pihak Chen tyang menyaksikan kejadian ini langsung menyiagakan
pasukannya karena akan mengira Sui akan menyerang, tetapi karena pasukan Chen jemu
menunggu serangan dari Sui, akhirnya mengundurkan kewaspadaan mereka.
Akhirnya pada saat tahun baru imlek 589, ketika Kaisar Chen sedang mabuk dan terlelap
setelah bersenang-senang pada malam harinya, Jenderal He memimpin pasukannya menyeberangi
Sungai Yangzi serta menyerbu ibu kota Chen. Ketika mengetahui dirinya terkepung, Chen Shubao
membawa selir kesayangan dan seorang istri yang masih muda untuk bersama dengannya
menceburkan diri ke sumur, tetapi karena air sumurnya dangkal yang tidak bisa merenggut
nyawanya, akhirnya Kaisar Chen ditemukan musuh dan di tarik keluar. Para selir di hukum mati
dan Chen dijadikan tawanan. Berakhirlah kekuasaan Dinasti Chen di selatan dan Yang Jian
menjadi penguasa tunggal China.
Mahakarya Dinasti Sui dalam bidang transprortasi adalah pembangunan terusan raksasa
yang menghubungkan China bagian utara dan selatan. Terusan sepanjang 2.000 km itu dimulai
dari Hangzhou selatan, meuju Yangzhou, dan selanjutnya ke Luoyang. Terusan ini merupakan
kemajuan dramatis dalam bidang transportasi, semenjak sistem jalan raya yang dikembangkan
oleh Kaisar Qin Shihuangdi, karena memperlancar hubungan antara belahan utara dan selatan
kekaisaran
Yang Jian menyadari bahwa ajaran Buddhisme yang mengajarkan penyelamatan setiap
orang tanpa memendang suku atau derajat seseorang merupakan alat pemersatu yang ampuh bagi
kekaisarannya. Oleh karena itu, 4.000 vihara telah didirikan dan lebih dari 100.000 patung telah
di buat semasa pemerintahannya.
Tokoh Buddhis termasyhur yang hidup pada masa ini adalah Zhiyi. (538-597), pendiri
Aliran Tiantai yang hidup pada akhir masa Dinasti Utara-Selatan dan awal Dinasti Sui. Ia
menekankan pengajarannya pada salah satu kitab Buddhis yang berjudul Saddharmapundarika
Sutra atau Sutra Teratai.
Kaisar Yang Jian memiliki dua orang putra. Putra bungsunya Yang Guang sangat pandai
bermain muka demi mengambil hati ayahnya, sehingga kakaknya yang telah menjadi putra
mahkota dipecat dan digantikan olehnya. Ketika kaisar sakit keras, Yang Guang bersekongkol
dengan seorang perdana menteri untuk menggulingkan ayahnya. Namun karena kecerobohannya,
surat yang ditulis perdana menteri jatuh ke tangan kaisar, sehingga mengetahui persekongkolan
ini. Kaisar amat murka terhadap putra mahkota dan memanggilnya , tetapi Yang Guang bertindak
lebih cepat dengan membunuh ayahnya terlebih dahulu. Yang Guang kemudian naik tahta dengan
gelar Sui Yangdi (604-617).
Yang Guang merupakan kaisar yang tidak cakap dan lebih mementingkan bersenang-
senang ketimbang mengurus masalah kenegaraan. Dihabiskannya uang negara dengan
membangun berbagai proyek yang sesungguhnya merupakan pemborosan belaka dan masih
banyak lagi pemborosan-pemborosan yang dilakukan olehnya
Li Yuan seorang tokoh militer dari utara menaklukkan ibukota Chang’an dan melawan
pemerintahan baru itu. Setelah berhasil mengalahkan Yuwen Huazhi, Li Yuan mengangkat
seorang keturunan Sui yang lain sebagai Kaisar Gongdi (617-618) dxengan ia sendiri sebagai
walinya. Tetapi setahun kemudian, diturunkannya kaisar itu sendiri dari tahta dan mengangkat
dirinya sebagai kaisar baru dengan gelar Tang Gaozong (618-626). Dengan demikian berakhirlah
Dinasti Sui dan digantikan dengan Dinasti T’ang.
Setelah runtuhnya Dinasti Sui, berdirilah dinasti Tnag yang berkuasa dalam sejarah antara
tahun 618-907 M. Dinasti Tang terbagi menjadi paruh pertama dan kedua dengan Insiden Anshi
sebagai tanda batasnya. Paruh pertama dinasti Tang adalah masa makmur dan paruh kedua dinasti
Tang adalah masa kebobrokan Dinasti Tang. Walaupun Dinasti tang didirikan oleh kaisar Tang
Taizong, berhasil menyatukan Cina dalam waktu 10 tahun. Setelah Li Shimin naik tahta, Dinasti
Tang yang berada di bawah kekuasaanya mencapai perkembangan dan kemakmuran yang tiada
taranya adalam sejarah., bahkan muncul “ Pemerintahan Zhenguan Yang Unggul”, yaitu ketika
Cina berada di urutan depan dunia dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Setelah itu, muncul pemerintahan Kaiyuan yang makmur pada kekuasaan Kaisar Tang
Xuanzong, yaitu negara menjadi kuat dan rakyat menjadi kaya. Namun, justru pada masa
berkuasanya Kaisar Tang Xuanzong, terjadi insiden Anzhi yang mengakibatkan Dinasti Tang
menempuh jalan bangkrut dan runtuh. Kaisar yang merasa dirinya aman-aman saja dibawah
perlindungan pasukan elite Xiaoguo di Jiangdu, padahal keadaan negara saat itu sangat gawat. Ia
tidak terlalu peduli untuk menangani pemberontakan dan hanya mengirim jendral Wang Shichong
ke Luoyang untuk memepertahankan kota itu dari serbuan pasukan Li Mi. Kaisar bahkan tidak
berniat untuk kembali ke utara dan bermaksut memindahkan ibu kota ke Danyang ( sekarang
Nanjing, Jiangsu), di wilayah selatan sungai Yangtze. Namun, anggota pasukan Xiaoguo yang
sebagian besar dari utara dan mengkhawatirkan keluarga mereka disana, mulai melakukan
desersi, mereka yang terrtangkap dikenai hukuman berat.
Keresahan melanda tubuh pasukan elite itu, sehingga para perwiranya berkomplot untuk
melakukam kudeta. Mereka mendukung Yuwen Huaji, Adipati Xu ( putra Yuwen Shu) sebagai
pemimpin kudeta. Pada musim semi 618, mereka melaksanakan rencana itu dan membunuh
Kaisar Yang. Kemudian, Yuwen mengangkat keponakan Kaisar Yang, Yang Hao, Pangeran Qin
sebagai Kaisar boneka, dan ia sendiri sebagai walinya. Ia lalu bertolak dari Jiangdu ke utara
bersama pasukan Xiaoguo untuk memerangi pemberontak. Kabar kematian Kaisar segera
menyebar ke seantero wilayah Cina. Di Chang-an, Li Yuan meresponnya dengan menuntut kaisar
Gong menyerahkan tahta padanya. Ia mendirikan Dinasti baru, Dinasti Tang, dengan dirinya
sebagai kaisar pertama. Sementara di louyang, tujuh orang pejabat terkemuka mengangkat cucu
lain kaisar Yang,Yang Tong,Pangeran Yue,sebagai kaisar dan ia di akui sebagai kaisar yang sah
oleh sebagian pos militer yang masih setia pada Sui. Li Mi yang posisinya terjepit antara
pemerintah Sui di louyang dan asukan Yuwen yang sedang menuju utara, untuk sementara
menjalin persekutuan dengan pemerintah di Louyang dan mengakui Yang Tong sebagai
pemimpin yang sah. Setelah Li mengalahkan Yuwen,Wang Shichong yang menentang
persekutuan itu,mengambil alih kekuasaan dan menjadi wali atas Yang Tong.Dengan
demikian,persekutuan dengan Li Mi putus. Pada akhir tahun itu, Wang melakukan serangan
dadakan terhadap Li. Li yang kalah terpaksa melarikan diri ke wilayah Tang.
Sementara Zhu Can menghadapi perlawanan sengit dari rakyat yang membenci
kekejamannya, ia mempertimbangkan antara menyerah pada Yang Tong di Louyang atau pada
dinasti Tang. Akhirnya, ia memilih pilihan pertama. Pada musim panas 619,Wang
menggulinhkan Yang Tong dan mendirikan dinastinya sendiri,Dinasti Zheng, dengan dirinya
sebagai kaisar. Sementara di Gansu, Li Gui di kudeta oleh bawahannya, An Xinggui dan
diserahkan pada Tang. Tang sendiri sedang menghadapi ancaman dari front lain,yaitu liu Wuzhou
melakukan ekspansi ke selatan dan merebut sebagian besar wilayah Shanxi yang ternyata adalah
milik Tang sehingga ibukota Tang,Chang-an terancam. Di wilayah bawah sungai Yangtze, yang
juga bergolak sejak kematian kaisar Yang, terjadi perebutan kekuasaan tiga tokoh penting di sana,
yaitu :
1. Shen Faxing, mantan pejabat Sui, mengangkat diri sebagai Pangeran Liang dan menguasai
sebagian besar wilayah selatan sungai Yangtze.
2. Li Zhitong,pemimpin pemberontak, yang menguasai Jiangdu dan sekitarnya dan
mengangkat diri sebagai Kaisar Wu.
3. Du Fuwei, yang menyerah pada Tang dan menerima gelar Pangeran Fu.
Pada akhir 619, Li Shimin melakukan serangan balasan terhadap Liu Wuzhou. Pada
musim panas 620, ia berhasil mengalahkan Liu. Liu kabur kewilayah tujue Timur dan wilayahnya
jatuh ke tangan pemerintah Tang. Setelah mengalahkan Liu, Li mengalihkan sasarannya ke
Kerajaan Zheng pimpinan Wang shichong. Ia memimpin pasukannya ke ibukota Zheng,louyang
dan mengepungnya. Banyak kota-kota Zheng menyerah pada Tang sehingga Wang terpaksa
meminta bantuan pada Kerajaan Xia pimpinan Dou Jiande. Dou, yang walaupun secara pribadi
tidak menyukai Wang,berpikir bila Tang berhasil mengalahkan Wang, wilayahnya akan terancam
dan menjadi sasaran berikutnya. Maka,Dou memimpin pasukannya ke louyang untuk
membebaskan kota itu. Pada saat yang sama, Du Fuwei (yang pernah berganti marga menjadi Li
atas anugrah Kaisar Gaozu) berhasil mengalahkan Li Zhitong yang baru mengalahkan Shen
Faxing dan memaksanya bunuh diri. Li mencaplok bekas wilayah Shen sementara bekas
wilayahnya di caplok oleh Li Fuwui di bawah panji din asti Tang.
Pada musim gugur 621, Li Shimin menahan pasukan Dou yang menuju ke louyang di
Terusan Hulao untuk mencegah mereka bergabung dengan pasukan Zheng. Dalam pertempuran
Hulao, Li mengalahkan Dou dan menangkapnya. Dengan tidak adanya bala bantuan, Wang
terpaksa menyatakan menyerah. Kaisar gaozu menjatuhkan hukuman mati terhadap Dou dan
hukuman pengasingan terhadap Wang. Namun, ketika dalam penahanan untuk menanti dikirim ke
tempat pengasingan ia dibunuh oleh Dugu Xiude, yang menaruh dendam padanya karena ayahnya
dibunuh Wang.
Wilayah Wang dan Dou dianeksasi Tang, namun pada akhir tahun itu bekas wilayah Dou
berontak di bawah pimpunan Liu Heita, seorang jenderal dou yang mengangkat dirinya sebagai
Pangeran Handong. Pemberontakan ini di ikuti oleh Xu Yuanlang, pemimpin pemberontak dari
Shandong yang pernah menyerah pada Zheng dan Tang. Ia mengangkat dirinya sebagai pangeran
Lu. Pada tahun itu juga, jenderal Li Xiaogong menyerang kerajaan liang pimpinan Xiao X. Ia
mengepung ibukota Liang, Jiangling(sekarang Jingzhou, Hubei ). Xiao yang berhasil dikelabuhi
siasat Jenderal Li Jing, tidak menyadari bahwa bala bantuan sedang mendekat,menyerah, dan
sebagian besar wilayahnya jatuh ke tangan Tang dan sebgian lainnya pada Lin Shihong.
Pada saat yang hampir bersamaan,Li Fuwei berhasil mengalahkan Li Zitong dan
memaksanya menyerah,wilayahnya pun dikuasai oleh pemerintah Tang. Pada musim semi 622, Li
Shimin berhasil mengalahkan Liu Heita dan memaksanya kabur kewilayah tujue. Namun,Liu
kembali ke china akhir tahun itu dengan bala bantuan dari Tujue dan berhasil merebut kembali
bekas wilayah Xia. Musim dingin tahun itu,Liu kembali menerima kekalahan, kali ini dari kakak
Lhi Shimin,putra mahkota Li jiancheng. Pada musim gugur 263,Liu yang dalam pelarian,
dikhianati oleh bawahannya, Zhuge Dewei, yang meringkus dan menyerahkannya pada Li
Jiancheng yang lalu menghukum mati Liu. Dengan kematiam Liu, Xu Yuanlang yang telah
berkali-kali dikalahkan pasukan Tang, kabur dan akhirnya di bunuh dalam pelariannya.
Lin Shihong meninggal pada 622. Sepeninggallannya, kerajaannya tercerai-berai dan satu
per satu wilayahnya menyerah pada Tang. Maka,hingga saat itu, rezim separatis tinggal Liang
Shidu dan Gao Kaidao. Sebagian besar China telah dipersatukan dibawah dinasti Tang. Pada
musim gugur 623, salah satu letnan Li Fuwei bernama Fu Gongshi memberontak di Danyang. Ia
mengangkat diri sebagai kaisar Song dan menguasai daerah bekas kekuasaan Li. Tahun
berikutnya, ia dikalahkan dan dibunuh oleh Li Xiaogong dan wilayahnya kembali dikuasai Tang.
Sementara itu, Gao dikudeta oleh bawahannya,Zhang Jinshu, dan kemudian ia bunuh diri.
Kerajaan Yang yang didirikannya uuga dianeksasi oleh Tang. Liang Shidu yang aman dalam
perlindungan Tujue Timur terus bertahan dari Tang yang sering mengalami gangguan dari
serbuan suku barbar itu. Pada 626, terjadi Kudeta di gerbang Xuanwu yang merupakan puncak
perselisihan antara Li Shimin dan kakaknya, Li Jiancheng, Li Shimin membunuh Li Jiancheng
dan adiknya, Li Yuanji, yang mendukung kakaknya. Lalu, memaksa ayahnya mengangkatnya
sebagai pewaris tahta. Setelah ayahnya mengundurkan diri bulan berikutnya, Li naik tahta sebagai
kaisar Tang Taizhong. Kini situasi mulai berbalik, tujue Timur dilanda konflik internal karena
perselisihan antara Jiali khan, Ashina Duobi(adik Ashina Duojishi),tuli Khan, dan Ashina
Shibobi(putra Ashina Duojishi). Mereka kini tidak sanggup lagi melindungi Liang Shidu dari
serbuan Tang yang mengepungnya. Liang Louren, sepupu Liang, membunuhnya dan
menyerahkan diri pada Tang.
Seluruh China kini telah dipersatukan oleh dinasti Tang. Pada masa pemerintahan Taizong
pula, China mencapai masa keemasannya. Bala tentara yang ditempatkan diperbtasan membuat
gentar bangsa-bangsa barbar. Budaya dan ekonomi berkembang pesat sehingga menarik bangsa-
bangsa lain untuk membuka hubungan diplomatik dan belajar dari China.
Pada Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang, China banyak berprestasi dalam pembaruan
perundang-undangan dan sistem. Misalnya, pada kedua dinasti itu di dirikan sistem jajaran pejabat
“tiga provinsi dan enam kementrian”, sistem ujian kenegaraan, dan undang-undang perpajakan
baru yang semuanya menimbulkan pengaruh menjangkau jauh terhadap masa kemudian. Pada
zaman dinasti Sui dan Dinasti Tang,dijalankan kebijakan terbuka terhadap dinia liar sehingga
pertukaran ekinomi dan kebudayaan antara China dan luar negeri sangat makmur.
Pada masa pemerintahan Taizong , China mencapai masa keemasannya. Bala tentara yang
ditempatkan diperbtasan membuat gentar bangsa-bangsa barbar. Budaya dan ekonomi berkembang pesat
sehingga menarik bangsa-bangsa lain untuk membuka hubungan diplomatik dan belajar dari China.
Pada masa kekuasaan Taizong hubungan antara timur dan barat makin terbuka dan Chang-an, ibu
kota Dinasti Tang menjadi kota terbesar dan termegah pada jamannya. Salah satu prestasi terkenal
pada masa kini adalah perjalanan Bhikshu Xuanzang (kembali ke Chang-an pada tahun 645) untuk
mengambil kitab suci Tripitaka di India, dimana perjalanan ini mengandung semangat penjelajahan
yang baru menghinggapi bangsa barat sekitar 600 tahun kemudian. Rute perjalanannya mirip
dengan rute Marcopolo, sehingga Xuanzang terkadang disebut sebagai Marcopolonya Tiongkok.
Taizong menaruh perhatian besar pada seni kaligrafi. Ia mendirikan Istana Hongwen dan menunjuk
para pelukis kaligrafi terkenal untuk mengajarkan para pelajar. Ia memberikan perintah bagi semua
pejabat yang pangkat kedudukannya di atas tingkat kelima harus pergi ke Istana Hongwen untuk
mempelajari seni kaligrafi. Taizong mengagumi seni kaligrafi dari Wang Xizhi (303–361), seorang
diantara pelukis kaligrafi yang terkenal, sebagai “sempurna dalam kenaikan dan seni” dan diakui
sebagai gaya kaligrafi Wang.
Pada Dinasti Tang, penciptaan karya sajak sangat makmur dan muncul banyak penyair
yang brilian. Sedangkan gerakan bahasa kuno yang di prakarasi oleh Han Yu dan Liu Zongyuan
juga berpengaruh besar terhadap masa kemudian. Puisi Lengkap Dinasti Tang”, disusun selama era
pemerintahan Kaisar Kangxi (Dinasti Qing), adalah koleksi lebih dari 48.000 puisi ditulis oleh
lebih dari 2.200 penyair. Jumlah penyair ulung dan keaneka ragaman puisi mereka adalah sebuah
bintang gemilang di dalam sejarah kesusastraan China. Puisi-puisi yang ditulis selama era Dinasti
Tang bukan hanya berjumlah banyak namun juga mengandung nilai artistik tinggi.
Zaman keemasan Dinasti Tang menghasilkan banyak penyair terkenal seperti “Dewa
Penyair” Li Bai (701-762), “Penyair Suci” Du Fu (712-770), Meng Hao-ran (691-740) dan Wang
Wei (699–759), dimana keduanya terkenal akan puisi-puisinya yang menggambarkan kealamian
pemandangan, Gao Shi dan Cen Shen yang kebanyakan puisi-puisinya tentang keterbatasan dalam
hidup, “Penyair konfusius” Wang Changling (698–765), dan seterusnya. Pada tahun-tahun
berikutnya, penyair Bai Juyi (772–846) mewakili banyak penyair di era tengah hingga akhir
Dinasti Tang. Puisi-puisi mereka mengandung makna yang dalam, mengesankan dan berjangkauan
luas. Mereka melebihi penyair yang biasanya dan melambangkan semangat Dinasti Tang. Dalam
penambahan seni membuat puisi, gaya sastra Tang dan cerita tentang keajaiban juga meraih
tingkatan artistik yang sangat tinggi. Para sarjana Dinasti Tang menuliskan tentang kehidupan
penduduk sipil dan mengungkapkan sisi gelap yang ada di dalam masyarakat, dan menunjukkan
ketajaman di dalamnya, keberanian, rasa tanggung jawab, pandangan ke masa depan yang luar
biasa dan cara pandang yang luas. Di antara garis yang ada kita dapat memahami keinginan mereka
“menyelamatkan banyak orang, dan memelihara perdamaian dan kemakmuran masyarakat”.
Dinasti Tang juga adalah suatu masa ketika penciptaan karya kaligrafi dan karya lukis
mengalami perkembangan sangat besar. Perputaran lukisan sangat aktif selama Dinasti Tang, dan
cakupan subyeknya lebih luas dibandingkan era sebelumnya. “Gambaran Sebenarnya Taizong” dan
“Dua puluh empat pejabat luar biasa” oleh pelukis Yan Liben (600-673) terlihat realistis dan
dengan jelas mewakili gambaran dan ekspresi Taizong dan para pejabatnya. Oleh karena itu Yan
dinyatakan sebagai dewa pelukis. Pelukis lain, Wu Daozi (680-740), membuat lukisan dinding
lebih dari 400 penganut Buddha dan Tao dalam kuil di Chang’an dan Luoyang. Masing-masing
gambar pengikut Buddha dan Tao; selain itu, lukisannya sepenuhnya menggambarkan keagungan
Buddha dan Dewa, dan kemegahan surga. Ia mampu menyelesaikan sebuah lukisan dengan satu
goresan kuas, dan lukisannya dengan cepat membuat penduduk kota Chang’an terpesona. Generasi
selanjutnya memujanya sebagai “Pelukis Suci” dan menggambarkan lukisannya sebagai berikut:
“Lambaian kuas seperti pusaran angin, seperti dewa tengah membantunya. “Para Pelukis dan
seniman pahat menganugerahinya sebagai “Master Pelukis Ulung Tari-tarian dan kesenian lukisan
gua Batu di Dinasti Tang juga men capai taraf yang sangat tinggi. Di bidang ilmu pengetahuan,
teknik cetak dan mesiu (dua penemuan besar dalam sejarah) juga muncul dalam kedua Dinasti itu.
Kebudayaan dan kesenian dinasti Tang makin berkibar pada masa kaisar berikutnya yang
bergelar Xuanzong (712 – 756), dimana ia juga merupakan seorang seniman. Salah satu prestasi
besarnya adalah pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi tuang, dimana patung tersebut
ditemukan kembali pada tahun 1989 sejumlah empat buah. Hasil karya tersebut menunjukkan
betapa majunya Tiongkok di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam. Ilmuwan terkenal pada
masa Xuanzong adalah Yixing (683 – 727), yang sekaligus merupakan seorang Bhikshu Buddha. Ia
adalah orang pertama yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah alat yang
khusus dipergunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur. Yixing juga merupakan
penterjemah beberapa kitab-kitab suci Buddhis dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin (antara
lain Kitab Mahavairocana Sutra) sehingga memperkaya kesusasteraan Tiongkok.
Zaman ini merupakan zaman perkembangan dan kemakmuran seni dan teknologi China.
Agam Budha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan.
Sejak sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena kemunculannya
pemberontakan-pemberontakan.
Kaisar-kaisar Dinasti Tang setelah Xuanzong merupakan kaisar-kaisar yang lemah dan
masa akhir Dinasti Tang ditandai dengan kekacauan dan pemberontakan. Salah satu
pemberontakan terbesar yang menggoyahkan Dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushan yang
berlangsung hingga tahun 763 selama pemerintahan dua kaisar, yakni Suzong (756 – 762) dan
Daizong (762 – 779). Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan Dinasti Tang. Kelemahan
Dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh Bangsa Tibet yang berulang kali menyerang Tiongkok
hingga tahun 777. Hingga menjelang akhir hayatnya, para kaisar terakhir Dinasti Tang gagal untuk
mempertahankan kekuasaannya atas para gubernur setempat. Bahkan jarang dari para kaisar
tersebut yang memerintah lebih dari 15 tahun. Salah seorang dari para gubernur yang makin kuat
tersebut, Zhu Wen, membunuh Kaisar Zhaozong (888 ¡V 904), serta mengangkat putera
kesembilannya, Aidi (904 – 907) sebagai kaisar boneka. Namun pada akhirnya ia sendiri
mengangkat dirinya sebagai kaisar serta memproklamasikan berdirinya Dinasti Liang Akhir,
sehingga berakhirlah Dinasti Tang.
Pada masa akhir Dinasti Tang, politik dan pemerintahannya sangat kacau dan sering
terjadi pertarungan politik dan kekuasaan. Pemberontakan petani pun ering terjadi, diantaranya di
beri nama pemberontakan Huang Cao. Salah seorang pemimpinnya, Zhu Wen mula-mula
membelot dan menyerah pada pasukan Dinasti Tang, tetapi kemudian ia menggulingkan Dinasti
Tang dan mendirikan Dinasti Hou Liang, Dinasti pertama lima zaman yang berkuasa sesudah
Dinasti Tang, dengan mengangkat dirinya sebagai kaisar.
Sejarah Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan
arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang
lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada
zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Cina dimulai sejak Dinasti Shang ( 1750 SM - 1045 SM).
Cangkang kura-kura dengan tulisan Cina kuno yang berasal dari Dinasti Shang memiliki
penanggalan radiokarbon hingga 1500 SM.[2] Budaya, sastra, dan filsafat Cina berkembang pada
zaman Dinasti Zhou (1045 SM hingga 256 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini
merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah tulisan Cina modern
mulai berkembang.
Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan Periode Negara
Perang. Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan berbagai kerajaan ini dan mendirikan
kekaisaran pertama Cina. Pergantian dinasti dalam sejarah Cina telah mengembangkan suatu
sistem birokrasi yang memungkinkan Kaisar Cina memiliki kendali langsung terhadap wilayah
yang luas.
Pandangan konvensional terhadap sejarah Cina adalah bahwa Cina merupakan suatu
negara yang mengalami pergantian antara periode persatuan dan perpecahan politis yang kadang-
kadang dikuasai oleh orang-orang asing, yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam populasi Suku
Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang
imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Cina modern.
2.7.1 Prasejarah
Paleolitik
Homo erectus telah mendiami daerah yang sekarang dikenal sebagai Cina sejak zaman
Paleolitik, lebih dari satu juta tahun yang lalu. Kajian menunjukkan bahwa peralatan batu yang
ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun Situs arkeologi Xihoudu di
provinsi Shanxi menunjukkan catatan paling awal penggunaan api oleh Homo erectus, yang
berumur 1,27 juta tahun yang lalu. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan pemukiman
yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Cina adalah
Manusia Peking yang ditemukan pada tahun 1965.
Neolitik
Zaman Neolitik di Cina dapat dilacak hingga 10.000 SM. Bukti-bukti awal pertanian milet
memiliki penanggalan radiokarbon sekitar 7000 SM . Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan
berhasil diekskavasi pada tahun 1977. Dengan berkembangnya pertanian, muncul peningkatan
populasi, kemampuan menyimpan dan mendistribusikan hasil panen, serta pengerajin dan pengelola.
Pada akhir Neolitikum, lembah Sungai Kuning mulai berkembang menjadi pusat kebudayaan dengan
penemuan arkeologis signifikan ditemukan di Banpo, Xi'an. Sungai Kuning dinamakan demikian
disebabkan terdapatnya debu sedimen (loess) yang bertumpuk di tepi sungai dan tanah sekitarnya,
yang kemudian setelah terbenam di sungai menimbulkan warna yang kekuning-kuningan pada air
sungai tersebut.
Sejarah awal Cina dibuat rumit oleh kurangnya tulisan pada periode ini dan dokumen-
dokumen pada masa sesudahnya yang mencampurkan fakta dan fiksi pada zaman ini. Pada 7000 SM,
penduduk Cina bercocok tanam milet, menumbuhkan kebudayaan Jiahu. Di Damaidi di Ningxia,
ditemukan 3.172 lukisan gua berasal dari 6000-5000 SM yang mirip dengan karakter-karakter awal
yang dikonfirmasi sebagai tulisan Cina. Kebudayaan Yangshao yang muncul belakangan dilanjutkan
dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM
Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan sejarah seperti Catatan
Sejarah Agung dan Sejarah Bambu. Dinasti ini didirikan oleh Yu yang Agung. Sebagian besar
arkeolog sekarang menghubungkan Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou, provinsi
Henan, yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tahun 2000 SM. Beragam tanda-tanda
yang terdapat pada tembikar dan kulit kerang yang ditemukan pada periode ini, diduga adalah
bentuk pendahulu dari aksara moderen Cina.[16]
Menurut kronogi tradisional berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara
2205 SM sampai 1766 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah
antara 1989 SM dan 1558 SM. Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou yang diselenggarakan
oleh pemerintah Republik Rakyat Cina pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070 SM
hingga 1600 SM.
Dinasti Shang menurut sumber tradisional adalah dinasti pertama Cina. Menurut kronologi
berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766 SM dan 1122 SM, sedangkan
menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556 SM dan 1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia
Shang Zhou pemerintah Republik Rakyat Cina pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini
memerintah antara 1600 SM sampai 1046 SM. Informasi langsung tentang dinasti ini berasal dari
inskripsi pada artefak perunggu dan tulang orakel,[19] serta dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya
Sima Qian.
Temuan arkeologi memberikan bukti keberadaan Dinasti Shang sekitar 1600-1046 SM,
yang terbagi menjadi dua periode. Bukti keberadaan Dinasti Shang periode awal (k. 1600-1300
SM) berasal dari penemuan-penemuan di Erlitou, Zhengzhou dan Shangcheng. Sedangkan bukti
keberadaan Dinasti Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM) atau periode Yin, berasal dari
kumpulan besar tulisan pada tulang orakel. Para arkeolog mengkonfirmasikan bahwa kota Anyang
di provinsi Henan adalah ibukota terakhir Dinasti Shang,dari sembilan ibukota lainnya. Dinasti
Shang diperintah 31 orang raja, sejak Raja Tang sampai dengan Raja Zhou sebagai raja terakhir.
Masyarakat Cina masa ini mempercayai banyak dewa, antara lain dewa-dewa cuaca dan langit,
serta dewa tertinggi yang dinamakan Shang-Ti. Mereka juga percaya bahwa nenek moyang
mereka, termasuk orang tua dan kakek-nenek mereka, setelah meninggal akan menjadi seperti
dewa pula dan layak disembah. Sekitar tahun 1500 SM, orang Cina mulai menggunakan tulang
orakel untuk memprediksi masa depan.
MONGOL
2.1 Penaklukan Bangsa Mongol
Sekitar tahun 1200 seorang pangeran Mongol yang yang bernama Timujin berhasil
menundukkan dan mempersatukan suku-suku Mongol di sebelah utara pegunungan Atlai, dan pada
tahun 1206 Timujin di proklamirkan senagai Chengiz Khan ”Raja Dunia”. Dia menciptakan sebuah
mesin perang yang sangat efisien serta mobil. Meskipun jumlahnya tidak begitu besar (menurut
perkiraan yang paling tinggi, bangsa Mongol terdiri dari sekitar 2,5 juta jiwa, dan pasti tidak lebih dari
10% menjadi tentara aktif). Tentara ini dapat menaklukan suatu wilayah yang sangat luas dari Chin
sampai Rusia Selatan, berkat taktik perang yang unggul dan politik terror yang sistematis.
Penaklukan kerajaan Hsi-Hsiadirampungkan pada tahun 1227, dimana pada tahun itu Chengiz
Khan wafat. Anaknya Ogodei (wafat1241) menaklukkan Dinasti Chin pada tahun 1234, sedangkan
Sung Selatan baru dapat diduduki seluruhnya pada tahun 1279, setelah perlawanan yang sengit
(terkenal dengan pengepungan dari kota Ilsiang-Yang yang berlangsung lima tahun, 1268 -1273,
dimana bangsa Mongol untuk pertama kalinya menggunakan senjata api). Sementara itu, pada tahun
1253 kerajaan bangsa Dal, Nan-Chao, telah jatuh. Setelah itu emigrasi bangsa Thai ke daerah Siam
(Thailand) di mulai. Daerah Nan-Chao, propinsi Yunnan, sampai sekarang hanya sebagian di huni
oleh Orang China; di bawah kekuasaan Mongol sebagian dari penduduk daerah ini dijadikan islam,
terutama karena usaha seorang gubernur yang beragama islam.
Sudah disebutkan bahwa bangsa Mongol harus belajar teknik perkapalan dari Sung Selatan
sebelum China Selatan dapat di duduki. Dengan kemampuan yang baru ini, mereka mempersiapkan
beberapa ekspedisi ke Jepang. Tetapi ekspedisi ini dipukul mundur dan di hantam oleh badai besar
(Kamikaze, ‘Angin Dewa’ yang terkenal). Meskipun demikian mereka berhasi menundukkan
beberapa kerajaan yang terletak pada jalur laut di Asia Tenggara, tetapi ekspedisi untuk menaklukkan
Jawa (1292) gagal dengan kekalahan.
Kesuksesan Bangsa Mongol di daratan jauh lebih besar. Setelah menaklukan Rusia Selatan,
tentara Mongol masuk Eropa. Di bagian selatan mereka menguasai Hongaria, Pantai Dalmatia,
sedangkan di sebelah utara mereka menguasai Polandia, manghancurkan kota Krakaow, dan
mengalahkan Raja Silesia dekat Kota Liengnitz pada tahun 1241. Pada tahun 1242 mereka mundur ke
Rusia selatan dimana mereka masih akan bertahan beberapa abad. Juga sebagian dari dunia islam
ditaklukkan: Persia dianeksasikan dan bahkan ibukota dari Khalifah Timur, Baghdad, dirampas oleh
tentara Mongol, pada tahun 1258 India masih terhindar dari bahaya Bangsa Mongol.
Kegiatan ilmu pada masa Abasiyah berpusat di kota-kota Baghdad, Bukhara, Naisabur, Ray,
Cordova, sevilla, Ketika kota-kota tersebut hancur maka kegiatan ilmu berpindah ke kota-kota Kairo,
Iskandar, Usyuth, faiyun, damaskus, Hims, Halab, dan lain-lain kota di kota Mesir dan di Syam.
Dalam masa ini mulai matang ilmu Umron (Sosiologi ) dan filsafat Tarikh ( Philosophy of history
) dengan munculnya Muqaddimah Ibn Khaldun sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga mulai di
sempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan, ilmu kritik sejarah.
Dalam zaman ini banyak perpustakaan besar yang musnah bersama segala kitabnya karena
terbakar atau tenggelam di tengah-tengah suasana yang kacau waktu penaklukan Mongol di Timur
dan penyerangan Spayol di Barat. Atau pemusnahan kitab-kitab dan perpustakaan sebagai akibat
terjadinya pertentangan sengit antara Firqah-firqah agama. Atau karena menjadi rusaknya dan
mengaburnya tinta akibat lapuk dimakan usia.
Dalam masa ini sekolah-sekolah yang teratur tumbuh subur, terutama Mesir dan Syam, dan yang
menjadi pusatnya adalah Kairo dan Damaskus. Pembangun sekolah pertama adalah Sultan Nurudin
Zanky yang kemudian di ikuti oleh para raja dan sultan sesudahnya. Berdirilah berbagai corak sekolah
baik karena perbedaan madzhab atau pun karena ke khususan ilmu. Ada sekolah untuk ilmu Tafsir dan
Hadits, dan sekolah untuk Fiqh berbagai madzhab, ada sekolah untuk ilmu Thib dan Filsafat, ada
sekolah untuk ilmu Riyad-Hiya’at ( ilmu pasti, ilmu music dan ilmu eksakta lainnya ). Dari sekolah
ini keluarlah para ulama dan sarjana yang jumlahnya cukup banyak. Keadaan di Mesir pun demikian
juga, bahkan Jami’ah Al-Azhar Kairo menjadi bintangnya segala sekolah, tidak saja yang usianya
yang lebih tua tetapi yang terutama karena mutu ilmu yang tinggi. Kecuali banyaknya sekolah, zaman
ini istimewa dengan lahirnya Mausu’at dan Majmu’at ( buku kumpulan berbagai ilmu dan masalah
kira-kira seperti Encyclopedia ).
e. Penyelewengan ilmu.
Dalam zaman ini ummat islam dan kaum terpelajar banyak yang melarikan diri kedunia
pembahasan agama, apalagi ketika persatuan politik tidak ada lagi dan sultan-sultannya tidak
memperhatikan perkembangan dan kemurnian agama, ummat islam makin tenggelam kepada
pembahasan bidang agama saja, bahkan lama-kelamaan jatuh ke lembah mistik dan khurofat. Hal ini
mungkin karena kebanyakan manusia telah di hinggapi rasa takut sehingga mereka mengungsi ke
dunia agama dan mistik untuk menghibur diri. Dalam masa ini berbagai ilmu mereka pergunakan
untuk mengkhidmati agama saja atau mistik dan khurofat. Misalnya ilmu Falak hanya untuk
menetapkan waktu sholat, sementara ilmu Bintang untuk meramal.
f. Kondisi keagamaan
Penguasa Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan bahasanya, selama
peperangan maka ratalah kota dan daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas
hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya mereka bakar Kutubul Khanahnya, maka musnahlah
perbendaharaan kebudayaannya. Namun suatu hal yang luar biasa bahwa Jenghis Khan yang
meruntuhkan semua itu, diantara keturunannya ada yang bangun menjadi pemelihara dan pembangun
kembali agama dan kebudayaan Islam.
Timur lenk, salah satu keturunan Jenghis Khan misalnya, pada akhir hayatnya memeluk Islam,
berkat usaha sultan Faraj, seorang dari raja Mamluk yang mengutus delegasi dengan pimpinan Ibn
Khaldun Bapak Sosiologi Islam yang termashur saat itu. Sementara itu kekejaman Timur Lenk
mereda dan ia mengamalkan agama Islam secara tekun serta membelanya dengan semangat sampai
wafatnya tahun 1404 M. tidak berbeda keadaannya dengan keturunan Jenghis Khan yang lain Islam
menyusupi diri mereka.
a. Juchi Khan keturunan dari Junghis Khan yang menguasai lembah Wolga, eropa Timur dan
Eropa Tengah, menurunkan seorang namanya Barka Khan ( 1256-1266 ). Barka Khan inilah
menurut Arnold dalam The Preaching of Islam, merupakan keturunan Jenghis Khan yang
perama-tama masuk Islam. Ia banyak membangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-
perguruan tinggi Islam pada kota belahan Utara itu. Ia banyak berhubungan surat-menyurat
dengan sultan Baibars, seorang raja Mamluk Mesir. Sementara itu, misi Islam dari Mesir
banyak berdatangan dan Islam makin tersiar di belahan Utara.
b. Chagatai Khan putra Jenghis Khan yang menguasai lembah Tarim Turkisan Timur, sin-hiang,
Asia Tengah ( Turkistan Barat, Tran-soxiana ) menurunkan seorang bernama Tagluk Timur
Khan (1347-1363 M) yang menjadi sultan Islam pertama dari keturunan Chagatai Khan. Di
tangannya kerajaan yang di bentuk moyangnya itu menjadi kesultanan Islam.
c. Demikian juga keturunannya yang lain yang masuk menguasai India, Akhirnya mendirikan
Kerajaan Moghal (1526-1962 ) di India, suatu kesultanan Islam yang banyak berjasa
dalammeninggikan Islam. Kenyataan menunjukkan bahwa bangsa yang ketika masih biadab
menghancurkan segala yang dimiliki Islam, ketika ia telah bergaul dan meresapi ketinggian
Islam bukannya masyarakat Islam yang musnah tapi mereka yang lambat laun terpengaruh,
bahkan menjadi pembela dan penjunjung tinggi Islam.
Kerajaan Mongol merupakan kerajaan baru yang terlalu luas untuk dapat dikuasai dari satu
pusat saja. Setelah Chengiz Khan wafat, kerajaan ini dibagikan dalam empat kerajaan dibawah
seorang Khan: kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang Khan Besar yang memerintah langsung
Asia Timur; Rusia Selatan dan Siberia Barat menjadi wilayah Khan dari pasukan keemasan; Persia
dan Mesopotamia Barat dibawah II-Khan, dan akhirnya daerah Turkestan merupakan wilayah dari
Khan keempat. Lama-kelamaan ikatan diantara keempat kerajaan ini makin lemah, dan lapisan atas
yang terdiri dari Bangsa Mongol hanya tipis saja dan akhirnya membaur dengan penduduk pribumi di
kerajaan masing-masing. Akan tetapi selama kira-kira sari abad (1250-1350), setelah pengamukan
pertama agak mereda, Kerajaan Mongol dapat menciptakan perdamaian dan kestabilan politik dalam
suatu wilayah yang luas sekali di antara Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur. Hal ini menciiptakan
kesempatan kesempatan besar yang sebelunmnya belum pernah ada, untuk hubungan langsung di
antara Timur dan Barat.
Pedagang-pedagang menggunakan kesemptan ini dan juga duta dari Gereja Katolik. Gereja
Katolik mengharapkan bantuan dari Bnagsa Mongol untuk melawan islam, dan harapan ini diperkuat
oleh desas-desus bahwa Aaia di perintah oleh seorang raja Kristen, bernama Pendeta Yohanes,
keturunan dari salah seorang ketiga raja. Barangkali desas desus uni berdasarkan kenyataan bahwa di
antara suku Uigur dan suku Mongol agama Nastrianisme (salah satu sekte Kristen) mempunyai
banyak pengikut. Biarawan orde Fransiskan di utus ke Khan Besar, yang beribukota di Katakorum di
Mongolia. Yang paling terkenal di antara mereka adalah orang Belanda Selatan yaitu William Van
Ruusbroec (duta dari raja Louis IX dari Perancis) yang menulis sebuah laporan yang panjang lebar
mengenai perjalanannya. Dalam laporannya dia menunjukkan bahwa ‘Cathay’ dan Negara ‘Seres’
yang muncul di buku zaman Romawi sebagai Negara yang menghasilkan sutera, sebenarnya sama.
Bangsa Mongol juga mengirimkan utusan ke Barat, seperti Rabban Sauma, seorang pendeta Nestorian
dari Peking, yang juga meninggalkan sebuah laporan perjalanan. Akan tetapi semua kegiatan ini tidak
menghasilkan suatu perjanjian politik. Gereja Roma sangat mendorong usaha penyebaran agama di
Kerajaan Mongol, dan akhirnya bahkan mengangkat seorang uskup Agung di Peking, Yohanes De
Montecorvino.
Pada zaman Mongol hubungan langsung dengan Arab melalui laut bertambah banyak. Kita
masih memiliki sebuah laporan perjalanan dari Ibnu Batuta, yang bertemu di China dengan seorang
Arab, yang saudarannya pernah di temukannya di Gurun Sahara, yang merupakan sebuah detail yang
membuktikan bahwa hubungan internasional pada waktu itu sangat intensif.
Khan Besar, Ogodei dan khusunya Kubilai, semakin memusatkan perhatian mereka pada
wilayah China. Pada tahun 1271, Kubulai memproklamirkan Dinasti Yuan sebagai Dinasti China
yang sah. Ibukota di pindahkan dari Karakorum ke Peking (Khan-baligh, ‘kota dari Khan-Cambaluc
dalam sumber Barat), yang pada masa dinasti Liao telah menjadi pusat pemerintahan bagi bagian
selatan dari Kerajaan, dan pada masa Dinasti Chin sebagai ibukota Negara. Di samping itu Shang-Tu,
di sebelah utara Pagar Agung, menjadi ibukota kedua (ditulis Xanadu oleh orang Eropa).
Bangsa Mongol tidak begitu berbaur dengan Bangsa China seperti penjajah yang lain, dan
akhirnya pada tahun 1368 mereka bahkan diusir dari China. Dari banyak segi, mereka merupakan
semacam pengecualian di antara para penjajah asing, karena mereka merupakan suku Nomad yang
murni. Selanjutnya China hanya merupakan sebagian dari Kerajaan Dunia mereka. Di samping itu
mereka sama sekali tidak mengambi alih unsure kebudayaan China sebelum kampanye militer mereka
mulai. Sebaliknya mereka justru mengambil alih unsur kebudayaan bangsa lain, khususnya Bangsa
Uigur, dari siapa mereka mengambil alih system aksara (yang melalui Bahasa Sogdia dan Bahasa
Suria-Yahudi berasal dari system aksara Fenesia). Orang Uigur dan orang asing yang lain seperti
misalnya Marco Polo, di angkat di jabatan tinggi dengan mengesampingkan orang China. System
ujian Negara tidak berfungsi lagi. Dan meskipun konfusius sedikit dihormati, agama lain lebih
dilindungi, seperti agama agama Kristen, agama islam agama Budha dan Taoisme. Istana sendiri
menjadi penganut dari agama Lamaisme Tibet, semacam campuran di antara agama Budha agama
Bon yang bercorak shamanisme yang asli Tibet.
Dinasti Yuan tetap bertindak sebagai penjajah asing dengan tindakan keras dan diskriminasi
diantara empat golongan penduduk yaitu: Orang Mongol sendiri, Sekutu mereka, Bekas warga dari
Dinasti Chin, Bekas warga dari Dinasti Sung Selatan, yang paling akhir tunduk kepada Mongol dan
oleh kaena itu dipredikatkan paling jelek. Mereka di hina sebagai Man-tzu (orang biadab selatan).
Akan tetapi semakin lepas ikatan di dalam kerajaan Mongol, semakin besar perhatian dari Dinasti
Yuan untuk wilayah China, dan hal ini berarti bahwa Dinasti Yuan mulai lebih banyak mengambil
alih unsure kebudayaan China. Pada tahun 1313 sistem ujian Negara dipulihkan kembali dan
interpretasi Chu Shi dari kitab klasik untuk pertama kali dijadikan wajib. Meskipun demikian orang
selatan tetap didiskriminasikan dalam pembagian kota: bagian China selatan yang begitu padat
penduduk tidak dapat lebih dari 25% dari tempat calon.
Pemerintahan tetap disusun menurut model dari T’ang dan Sung, meskipun system pembagian
wilayah dirobah sedikit. Perkembangan ekonomi tidak di ganggu oleh pendudukan Mongol, tetapi di
dorong oleh perdagangan bebas dan aman di seluruh Negara Mongol. Resim baru menciptakan system
jalan raya yang baik, dan seperti disebutkan di atas, Terusan kekaisaran ini sekarang diteruskan di
kota Peking. Banyak penemuan teknik China pada zaman itu disebarkan ke dunia Barat sering secara
tidak langsung melalui Persia dan dunia Arab. Yang paling pentung adalah serbuk mesiu dan gagasan
ilmu mencetak buku. Dari dunia islam China khususnya mengambil alih ilmu astronomi.
Yang menarik di bidang kebudayaan adalah bahwa sarjana China yang pada saat itu tidak bias
masuk pemerintahan, mulai menulis jenis sastra yang tidak ortodoks. Mereka menulis cerita dan
sandiwara dalam bahasa sehari-hari, yang saat itu menjadi lebih penting karena pemerintah dengan
banyak pegawai asing atau pegawai yang tidak dididik dalam system ujian Negara, mulai
menggunakan bahasa yang lebih biasa digunakan dalam laporan resmi.
Dinasti Yuan menjadi masa keemasan bagi teater, khususnya sejenis sandiwara dimana
nyanyian, tarian,dialog, dan lain-lain di campur adukkan. Seni lukis membebaskan diri dari konvensi
Dinasti Sung Selatan, dan pada umumnya kembali pada gaya lukis Dinasti Sung Utara, khususnya
dalam lukisan pemandangan alam. Di samping ahli kaligrafi dan pelukis istana Chao Meng-fu
(1254:1322) yang menjadi terkenal sebagai pelukis kuda, pelukis terkemuka yang lain justru adalah
sarjana China tanpa ada hubungan dengan istana.
Orang China tetap membenci resim Mongol, dan hal ini merupakan penyebab penting
mengapa Dinasti Yuan jatuh. Pada tahun 1328 meletus peperangan yang berbahaya di antara beberapa
pangeran dari Dinasti Yuan sendiri, dan juga juga terjadi banjir besar dari sungai Huang-ho yang dari
tahun 1194-1853 bermuara di sebelah selatan Shantung, sehingga khusunya propinsi Anhui terlanda
banjir.
Sejak tahun 1350 muncuk gerakan pemberontakan di berbagai propinsi yang pimpinannya
juga saling bermusuhan. Kegiatan dari perkumpulan rahasia yang diilhami oleh harapan mesianistis,
berkembang dimana-mana. Yang sangat penting adalah peranan dari perkumpulan Teratai Putih, Pai-
Lien Hui, yang berasal dari sekte Budha, T’ien-t’ai. Yang akhirnya akan menjatuhkan Dinasti
Mongol, Chu Yuan-Chang, seorang anak petani yang di didik dalam sebuah vihara Budha tapi
kemudian menjadi perampik dan biang keladi sebuah gerombolan penjahat. Juga pernah menjadi
anggota dari sekte Teratai Putih.
Chu Yuan-Chang dapat mengumpulkan begitu banyak pengikut sehingga pada tahun 1356
berhasil menduduki kota Nanking, dan pada tahun-tahun berikut dapat menguasai seluruh daerah
kunci ekonomi China, lembah sungai Yangtze. Sementara itu, orang Mongol di China utara terlalu
sibuk dengan perebutan kekuasaan diantara mereka sendiri untuk dapat membendung perluasan dari
pemberontakan Chu Yuan-Chang. Para pemberontak menyerang Cina Utara dan pada tahun 1368,
ibukota Peking di duduki. Istana Mongol melarikan diri, Chu Yuan-Chang memproklamirkan diri
sebagai kaisar pertama Dinasti Ming. Sebagai kaisar dia selalu disebut menurut nma dari periode
pemerintahannya, Iling-Wu (1368-1399). Seperti telah disebutkan di atas, setelah tahu 1368 semua
kaisar biasanya disebut sesuai dengan nama periode, atau semboyan pemerintahan mereka. Pada tahun
1382 penaklukan dari propinsi barat (Kansu, Szechuan, dan Zunnan) selesai. Nanking menjadi ibukota
dari Dinasti yang baru.
DINASTI Ming
Berdiri dan berkembangnya Dinasti Ming
Awal berdirinya Ming dimulai sejak runtuhnya Dinasti Yuan, Dinasti Yuan adalah
dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol yang dianggap sebagai bangsa asing oleh suku Han.
Diskriminasi kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat dominan dengan sistem
pembagian kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di dua kasta terendah
pada zaman tersebut. Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup,
pajak dan inflasi yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang
sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman
Kublai Khan dengan mata uang baru. Mata uang baru ini kemudian dicetak dalam jumlah besar
sehingga menyebabkan hiperinflasi. Perekonomian ambruk dan bencana kelaparan merebak di
mana-mana.
Tahun 1351, Sungai Kuning meluap menyebabkan banjir besar. Bencana ini
memperparah kondisi perekonomian yang telah sangat kacau. Kekaisaran kemudian
memerintahkan seluruh ratusan ribu petani dan tentara untuk memperbaiki bendungan Sungau
Kuning. Kerja paksa ini menyebabkan rasa ketidakpuasan rakyat mencapai puncaknya.
Akhirnya hiperinflasi dan ketidakpuasan atas kerja paksa menanggulangi bencana banjir Sungai
Kuning menyebabkan pecahnya pemberontakan petani secara massal. Pemberontakan ini
dikenal dengan Pemberontakan Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351.
Tahun berikutnya, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai
wilayah Haozhou (sekarang Kabupaten Fengyang, Anhui). Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut
berpartisipasi dan berjasa dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian
Guo yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu. Setelahnya, Zhu kemudian
meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri sendiri. Tahun 1356, dengan kekuatannya sendiri,
ia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing, Jiangsu) dan mengganti nama menjadi
Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang baru setelah Dinasti Ming
berdiri.
Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian dan untuk
memusatkan kekuatan demi mempersatukan semua daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di
wilayah Yingtian sangat tidak strategis untuk mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat.
Kemudian ia menerima nasihat Zhu Sheng untuk memperkuat pertahanan dan memusatkan
perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri
menjadi raja. Kebijakan ini menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat.
Ia kemudian menyerang kekuatan pemberontak lainnya, Chen Youliang pada tahun 1360. Ia
kemudian berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur
Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen.
Tahun 1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan
menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga
menghancurkan kekuatan Fang Guozhen yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang.
Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar pada tahun 1368,
memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai
tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu. Di tahun itu juga, Kaisar
Hongwu melakukan sebuah ekspedisi ke utara untuk mempersatukan seluruh daratan Cina.
Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming yang saat
itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan yang telah didapatkanya. Ibukota
Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku
Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke padang rumput Mongol. Setelah berhasil
menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen di
Sichuan pada tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari Dinasti
Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming.
Setelah Zhu Yuanzhang berhasil mendirikan Dinasti Ming dan tahun pemerintahanya
disebut dengan Hongwu, kemudian Zhu Yuanzhang digantikan oleh cucunya yaitu Zhu Yunwen
dengan gelar Jianwen tetapi kekuasaanya tetap dipegang oleh putra-putra Zhu Yuanzhang.
Kaisar Jianwen berusaha membatasi kekuasaan para pamannya tetapi hal itu sia-sia, sebagai
akibatnya timbul perang saudara yang terjadi selama empat tahun. Dilihat dari segi
kemampuanya kaisar Jianwen tidak dapat menandingi pamanya Zhu Di hal tersebut terbukti saat
pamanya berhasil menguasai ibukota, setelah itu kaisar Jianwen menghilang dan tidak diketahui
rimbanya.
Kemudian Zhu Di mengangkat dirinya sebagai kaisar Yongle, pada masa
pemerintahanya lebih menekankan pada pelayaran samudera. Ia memerintahkan Admiral Zheng
He untuk melakukan pelayaran ke selatan hingga sampai ke Afrika, Kalkuta, Kolombo sebelum
bangsa barat tiba disana. Yongle digantikan oleh putranya Hongxi, kaisar ini hanya memerintah
selama satu tahun ia juga tidak tertarik pada dunia kemiliteran tetapi ia adalah penguasa yang
sangat manusawi serta memiliki kecakapan didalam pemerintahan negara.
Pengganti Honxi adalah cucu Yongle yaitu Zhu Zhanzi dengan gelar Xuande kaisar ini
sangat piawai dalam segala hal, pada masa pemerintahanya dapat dikatakan stabil karena banyak
pertikaian yang dapat diredam sehingga tidak sampai berlarut-larut. Tetapi kesalahan terbesar
Xuande adalah andilnya dalam meningkatkan kekuasan kaum keberi, diman ia mendirikan
sekolah khusus bagi mereka dan mengangkatnya sebagai penasehat militernya. Kaum keberi
juga diutus untuk mencari gadis-gadis korea yang terkenal akan kecantikanya guna dijadikan
seorang selir. Xuande adalah kaisar pertama yang sangat melindungi seni, bahkan ia sendiri
adalah seniman berakat.
Kaisar berikutnya adalah Zhu Qizhen ia naik tahta dengan gelar Zhengtong karena
usianya yang masih belia maka kekuasaan masih dipegang oleh neneknya sebagai wali. Pada
masa ini kondisi kerajaan dapat dibilang baik karena meskipun masih belia dapat dikatakan ia
juga sangat cerdas. Sementara itu bangsa mongol yang dahulu diusir kini mulai kembali, tetai
akhirnya kaisar Zhengtong melakukan kesalahan dengan mengikuti saran gurunya yang
merupakan kasim bernama Wang untuk menyerang Esen Khan. Meski memiliki pasukan yang
banyak tetapi untuk perbekalan masih sangat buruk akibatnya kaisar Zhengtong tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya ditawan oleh mereka.
Sebagai penggantinya naiklah adik Zhengtong yaitu Zhu Qiyu dengan gelar Jingtai, ia
adalah kaisar yang lemah tetapi karena bantuan mentrinya maka ia dapat mempertahankan
ibukotanya. Dengan mengankat kaisar baru, pihak china telah berhasil menurunkan nilai penting
bekas kaisarnya yang disandera oleh bangsa mongol, akhirnya satu tahun kemudian kaisar
Zhengtong dibebaskan oleh para musuhnya setelah itu terjadilah kudeta untuk menggullingkan
kaisar Jingtai hingga Jingtai pun wafat. Setelah itu Zhengtong mengganti gelarnya menjadi
Tianshun dan melakukan gerakan pembersihan serta meminta jasa kaum keberi dan dinas
rahasia untuk memata-matai orang yang berniat menentangnya.
Kemudian Chenghua putra tertua Zhengtong naik tahta kaisar ini memiliki kepribadian
lemah, peragu dan gagap. Tetapi ia tersohor sebagai seorang ahli kaligrafi dan pelukis handal,
pada saat akhir pemerintahanya didominasi oleh selirnya bernama Wan Guefei. Suatu dewan
dengan anggota 12 orang diangkat sebagai wali pada awal pemerintahan ini, mereka melakukan
reformasi disegala bidang. Tetapi setelah kekuasaan jatuh ketangan selir Wan Guefei hal itu
dikarenakan istri pertama Chenghua memukul selir ini, selir ini kemudian membunuh anak-anak
selir yang lainya. Chenghua sendiri membiarkan saja sepak terjang dari selirnnya tersebut
hingga kekuasaanya semakin menjadi-jadi. Ia kemudian bekerja sama dengan para kasim dan
kaum keberi untuk menguasai istana.
Kekuasaan Wan Guefei akhirnya berakhir setelah Hongzhi naik tahta ia adalah penguasa
yang terkenal akan kebajikanya dan satu-satunya kaisar yang memiliki satu istri saja, begitu naik
tahta ia melakukan pembersihan dalam segala bidang. Keadaan istana menjadi stabil karena
pemerintahanya yang cermat dan bijaksana. Penguasa dinasti Ming berikutnya adalah putra
Hongzhi yaitu Zhengde, karena menyadari akan kelemahan putranya ia meminta bantuan
kepada dewan istana guna membantu dan membimbing putranya dalam menjalankan istana.
Tetapi sayang Zhengde sama sekali tidak berminat dalam bidang kenegaraan sehingga
kahidupanya hanya diwarnai dengan bersenang-senang, karena kaisar Zhengde tidak
mempunyai seorang keturunan jadi Dinasti Ming diserahkan kepada putera angkatnya dengan
gelar Jiajing.
Ia adalah putra bungsu Chenghua dengan seorang selir dan seorang penganut Daoisme
yang fanatik, masa pemerintahanya cukup lama hingga memberikan kestabilan bagi China.
Meskipun demikian tetapi pertahanan dari kaisar ini sangat lemah hal ini dibuktikan dengan
serangan dari bangsa Mongol yang menimbulkan banyak kerusakan dan kerugian bagi Istana.
Longqing merupakan kaisar berikutnya ia dapat dibilang kaisar yang tidak berpengalaman
dalam urusan kenegaraan. Sebagai penguasa yang lemah ia tidak tertarik pada urusan negara,
tetapi ai sanggup untuk mengembalikan keadaan istana kekeadaan yang semula.
Kaisar dinasti ming berikutnya adalah Wanli, pada masa kekuasaanya terjadi
transformasi china menuju negara moderen dimulai. Pada masa ini terjadi kemajuan didalam
segala bidang, pada mulanya pemerintahan Wanli dapat dikatakan baik karena didukung oleh
menteri-menteri yang cakap dan loyal, salah satunya adalah Zhang Zhuzheng tetapi setelah
kematian Zheng semuanya berubah perseteruan dengan mongolpun mulai bangkit, selain itu
terjadi permasalahan serius dengan suku minoritas di bagian barat daya.
Akhirnya Jepang berhasil menaklukan korea, sehingga menimbulkan perang dahsyat
selama lima tahun meskipun Dinasti Ming memenagkan peperangan tetapi hal ini membuat
keuangan negara menjadi sangat memperihatinkan hal ini diperkuat dengan gaya hidup Wanli
yang boros. Kaisar berikutnya adalah Thaichang tetapi ia hanya memerintah selam satu bulan
karena meninggal, penggantinya adlah putranya dengan gelar Tianqi, ia adlah penguasa yang
buta huruf tetapi sangat terampil dalam bidang pertukangan sehingga urusan kenegaraan
diberikan kepada seorang keberi Wei Zhongxian, tetapi ia banyak melakukan kekejaman
sehingga Dinasti Ming kehilangan pamornya. Tianqi digantikan oleh adiknya dengan gelar
Chongzhen ia juga merupakan kaisar Ming yang terakhir, pada saat itu keadaan kerajaan dalam
keadaan kacau balau, bandit, pemberontakan timbul dimana-mana. Hingga munculah bangsa
Manchu.
Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Cina yang menurut Proyek
Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046 SM hingga 256 SM. Dinasti ini mulai tumbuh
dari lembah Sungai Kuning, di sebelah barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil
mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep
"Mandat Langit" sebagai legitimasi pergantian kekuasaan,[23] dan konsep ini seterusnya
berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di Cina. Ibukota Zhou awalnya berada di
wilayah barat, yaitu dekat kota Xi'an moderen sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian
ekpansi ke arah lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Cina, ini menjadi awal dari migrasi-
migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan.
Pada sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dan
Musim Gugur, yang diberi nama berdasarkan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur).
Pada zaman ini, pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya
dan berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa
Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur, yaitu ke Luoyang. Ini menandai fase kedua
Dinasti Zhou: Zhou Timur. Ratusan negara bermunculan, beberapa di antaranya hanya seluas satu
desa, dengan penguasa setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang menggunakan
gelar kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat Cina berkembang pada zaman
ini, berikut juga beberapa gerakan intelektual berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme,
Legalisme, dan Mohisme.
Setelah berbagai konsolidasi politik, tujuh negara terkemuka bertahan pada akhir abad ke-
5 SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari Dinasti Zhou sampai 256 SM, namun ia hanya
seorang pemimpin nominal yang tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada masa itu, daerah
tetangga dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan dan menjadi wilayah baru, antara lain
Sichuan dan Liaoning; yang kemudian diatur di bawah sistem administrasi lokal baru berupa
commandery dan prefektur .Negara Qin berhasil menyatukan ketujuh negara yang ada, serta
melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, dan Guangxi pada 214 SM.
Periode saat negara-negara saling berperang hingga penyatuan seluruh Cina oleh Dinasti Qin pada
tahun 221 SM, dikenal dengan nama "Periode Negara Perang", yaitu penamaan yang diambil dari
nama karya sejarah Zhan Guo Ce (Strategi Negara Berperang).
Dinasti Qin berhasil menyatukan Cina yang terpecah menjadi beberapa kerajaan pada
Periode Negara Perang melalui serangkaian penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan
penaklukan terakhir adalah terhadap kerajaan Qi pada sekitar tahun 221 SM.[25] Qin Shi Huang
dinobatkan menjadi kaisar pertama Cina bersatu pada tahun tersebut. Dinasti ini terkenal
mengawali pembangunan Tembok Besar Cina yang belakangan diselesaikan oleh Dinasti Ming
serta peninggalan Terakota di makam Qin Shi Huang. Beberapa kontribusi besar Dinasti Qin,
antara termasuk terbentuknya konsep pemerintahan terpusat, penyatuan undang-undang hukum,
diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata uang bersama seluruh Cina, setelah
berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur. Bahkan hal-hal yang
mendasar seperti panjangnya as roda untuk gerobak dagang, saat itu mengalami penyeragaman
demi menjamin berkembangnya sistem perdagangan yang baik di seluruh kekaisaran.
Dinasti Han (206 SM–220)
Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan
rakyat dan meruntuhkan dinasti sebelumnya, Dinasti Qin, pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan
Dinasti Han terbagi menjadi dua periode yaitu Dinasti Han Barat (206 SM - 9) dan Dinasti Han
Timur (23 - 220) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9 - 23). Kaisar Wu (Han Wudi
) berhasil mengeratkan persatuan dan memperluas kekaisaran Cina dengan mendesak bangsa
Xiongnu (sering disamakan dengan bangsa Hun) ke arah stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan
demikian merebut wilayah-wilayah Gansu, Ningxia, dan Qinghai. Hal tersebut menyebabkan
terbukanya untuk pertama kali perdagangan antara Cina dan Eropa, melalui Jalur Sutra. Jenderal
Ban Chao dari Dinasti Han bahkan memperluas penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi
ke Laut Kaspia. Kedutaan pertama dari Kekaisaran Romawi tercatat pada sumber-sumber Cina
pertama kali dibuka (melalui jalur laut) pada tahun 166, dan yang kedua pada tahun 284.
Zaman Tiga Negara (Wei, Wu, dan Shu) adalah suatu periode perpecahan Cina yang
berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara umum periode ini dianggap
berlangsung sejak pendirian Wei (220) hingga penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280), walau
banyak sejarawan Cina yang menganggap bahwa periode ini berlangsung sejak Pemberontakan
Serban Kuning (184).
Cina berhasil dipersatukan sementara pada tahun 280 oleh Dinasti Jin. Meskipun
demikian, kelompok etnis di luar suku Han (Wu Hu) masih menguasai sebagian besar wilayah pada
awal abad ke-4 dan menyebabkan migrasi besar-besaran suku Han ke selatan Sungai Yangtze.
Bagian utara Cina terpecah menjadi negara-negara kecil yang membentuk suatu era turbulen yang
dikenal dengan Zaman Enam Belas Negara (304 - 469).
Menyusul keruntuhan Dinasti Jin Timur pada tahun 420, Cina memasuki era Dinasti Utara
dan Selatan. Zaman ini merupakan masa perang saudara dan perpecahan politik, walaupun juga
merupakan masa berkembangnya seni dan budaya, kemajuan teknologi, serta penyebaran Agama
Buddha dan Taoisme.
mempersatukan kembali Cina pada tahun 589 dengan penaklukan Yang Jian, pendiri
Dinasti Sui, terhadap Dinasti Chen di selatan. Periode kekuasaan dinasti ini antara lain ditandai
dengan pembangunan Terusan Besar Cina dan pembentukan banyak lembaga pemerintahan yang
nantinya akan diadopsi oleh Dinasti Tang.
Dinasti Tang (618–907)
Pada 18 Juni 618, Li Yuan naik tahta dan memulai era Dinasti Tang yang menggantikan
Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan perkembangan seni dan teknologi Cina.
Agama Buddha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan.
Sejak sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena munculnya
pemberontakan-pemberontakan.
Antara tahun 907 sampai 960, sejak runtuhnya Dinasti Tang sampai berkuasanya Dinasti
Song, terjadi suatu periode perpecahan politik yang dikenal sebagai Zaman Lima Dinasti dan
Sepuluh Negara. Pada masa yang cukup singkat ini, lima dinasti (Liang, Tang, Jin, Han, dan Zhou)
secara bergantian menguasai jantung wilayah kerajaan lama di utara Cina. Pada saat yang
bersamaan, sepuluh negara kecil lain (Wu, Wuyue, Min, Nanping, Chu, Tang Selatan, Han Selatan,
Han Utara, Shu Awal, dan Shu Akhir) berkuasa di selatan dan barat Cina.
Antara tahun 960 hingga 1279, Cina dikuasai oleh beberapa dinasti. Pada tahun 960,
Dinasti Song (960-1279) yang beribu kota di Kaifeng menguasai sebagian besar Cina dan
mengawali suatu periode kesejahteraan ekonomi. Wilayah Manchuria (sekarang dikenal dengan
Mongolia) dikuasai oleh Dinasti Liao (907-1125) yang selanjutnya digantikan oleh Dinasti Jin
(1115-1234). Sementara itu, wilayah barat laut Cina yang sekarang dikenal dengan provinsi-
provinsi Gansu, Shaanxi, dan Ningxia dikuasai oleh Dinasti Xia Barat antara tahun 1032 hingga
1227.
Antara tahun 1279 hingga tahun 1368, Cina dikuasai oleh Dinasti Yuan yang berasal dari
Mongolia dan didirikan oleh Kublai Khan. Dinasti ini menguasai Cina setelah berhasil
meruntuhkan Dinasti Jin di utara sebelum bergerak ke selatan dan mengakhiri kekuasaan Dinasti
Song. Dinasti ini adalah dinasti pertama yang memerintah seluruh Cina dari ibu kota Beijing.
Sebelum invasi bangsa Mongol, laporan dari dinasti-dinasti Cina memperkirakan terdapat
sekitar 120 juta penduduk; namun setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun 1279,
sensus tahun 1300 menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk.[28] Demikian pula pada
pemerintahan Dinasti Yuan terjadi epidemi abad ke-14 berupa wabah penyakit pes (Kematian
Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30% populasi Cina saat itu.
Dinasti Ming (1368–1644)
Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, terjadi penentangan yang cukup kuat terhadap
kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini, ditambah sering timbulnya bencana
alam sejak 1340-an, akhirnya menimbulkan pemberontakan petani yang menumbangkan kekuasaan
Dinasti Yuan. Zhu Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah berhasil mengusir
Dinasti Yuan pada tahun 1368.
Tahun 1449, Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat melakukan penyerangan ke wilayah
Cina utara, dan bahkan sampai berhasil menawan Kaisar Zhengtong di Tumu. Tahun 1542, Altan
Khan memimpin bangsa Mongol terus-menerus mengganggu perbatasan utara Cina, dan pada
tahun 1550 ia berhasil menyerang sampai ke pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming juga
menghadapi serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara Cina; [31] peranan
Jenderal Qi Jiguang sangat penting dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut. Suatu gempa
bumi terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxi tahun 1556, diperkirakan telah menewaskan sekitar
830.000 penduduk, yang terjadi di masa pemerintahan Kaisar Jiajing.
Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok Besar Cina selesai
dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Cina atas invasi dari bangsa-bangsa asing.
Meskipun pembangunannya telah dimulai di masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar
tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming.
Bangunan bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta meriam-meriam
ditempatkan di sepanjang sisinya.
Dinasti Qing ( 1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir
Han Cina, oleh suku Manchu dari sebelah timur laut Cina pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan
dinasti feodal terakhir yang memerintah Cina. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam
periode penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644).[32] Bangsa Manchu kemudian
mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang
dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti pribumi Cina sebelumnya.
Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga wilayah Cina sempat jatuh dalam
kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan
yang menyebut dirinya "Raja Langit". Setelah empat belas tahun, barulah pemberontakan tersebut
berhasil dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tahun 1864.
Kematian yang terjadi selama 15 tahun pemberontakan tersebut diperkirakan mencapai 20 juta
penduduk.
Beberapa pemberontakan yang memakan korban jiwa dan harta yang lebih besar
kemudian terjadi, yaitu Perang Suku Punti-Hakka, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Minoritas
Hui, Pemberontakan Panthay, dan Pemberontakan Boxer.[34] Dalam banyak hal, pemberontakan-
pemberontakan tersebut dan perjanjian tidak adil yang berhasil dipaksakan oleh kekuatan
imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda ketidakmampuan Dinasti Qing
dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul di abad ke-19.
Dinasti Qing yang didirikan oleh Bangsa Manchu merupakan dinasti asing di China. Sebagai
penguasa pertama, Shunzhi harus berjuang keras untuk membersihkan negerinya dari sisa-sisa kaum
pemberontakan dan menarik simpati rakyat. Guna memperoleh simpati rakyat, Bangsa Manchu
memakamkan kaisar terakhir Dinasti Ming dalam suatu upacara kehormatan serta memberikan
penghargaan bagi para pejabat yang gugur dalam pemberontakan itu. Pada than 1647, pihak Qing
berhasil mengalahkan dan membunuh pimpinan pemberontak lainnya yang bernama Zhang
Xianzhong di Provinsi Sichuan.
Meskipun Bangsa Manchu menyatakan bahwa tujuan mereka memasuki China adalah demi
membalaskan kematian kaisar terakhir Dinasti Ming dan menyelamatkan negeri itu dari kau
pemberontak, tetapi terdapat bukti yang menyatakan tidak sepenuhnya mulia. Mereka menolak untuk
meninggalkan Beijing dengan alasan bahwa mereka tidak merebutnya dari Dinasti Ming, melainkan
mereka mengamankannya dari kaum pemberontak. Bahkan pada bulan Oktober 1644, mereka
memindahkan ibukota mereka dari Mukden ke Beijing, sehingga secara resmi mengawali berdirinya
Dinasti Qing.
Selanjutnya yang harus dihadapi oleh Dinasti Qing adalah orang-orang yang masih setia pada
Dinasti Ming. Mereka melakukan perlawanan terhadap bangsa asing itu setelah mengetahui bahwa
tujuan bangsa Manchu sesungguhnya adalah untuk menjajah China. Pada masa awal pemerintahannya
bangsa Manchu hanya bias menguasai China sebelah utara sedangkan sebelah selatan masih dibawah
kekuasaan kaum loyalis Dinasti Ming. Bersamaan dengan itu, fraksi-fraksi pendukung Dinasti Ming
lainnya melakukan perlawanan yang tak terkoordinasi satu sama lainnya terhadap bangsa Manchu.
Ketika semua pemberontakan ini berhasi dipadamkan, bangkitlah Pangeran Gui, cucu kaisar Wanli,
untuk meneruskan perlawanan terhadap bangsa Manchu di Provinsi Guangdong. Ia berhasil merebut
kembali tujuh provinsi yang terletak di bagian selatan dan barat laut China pada tahun 1648. Tetapi ,
pemberontakan ini kembali harus mengalami kekalahan karena para penghianat yang bekerjasama
dengan bangsa Manchu.
Diantara semua perlawanan ini, yang bertahan lama adalah yang dipimpin oleh seorang
panglima yang setia pada Dinasti Ming, bernama Zheng Chenggong (1624-1662). Ia lebih dikenal
sebagai Koxinga oleh Bangsa Barat.
Pada tahun 1653, ia merampas Xiamen (Amoy) yang terletak di provinsi pesisir pantai
Provinsi Fujian serta menempatkan pangkalannya disana. Beberapa tahun kemudian, ia mengirimkan
pasukannya untuk merebut Nanjing tetapi gagal. Ketika kedudukan Pangeran Gui makin terdesak,
Koxinga mengundurkan dirinya ke pulau Taiwan yang saat itu diduduki pasukan belanda. Oleh
karenanya, terjadi pertempuran dengan pasukan Belanda untuk merebut itu. Dan pertempuran tersebut
dimenangkan oleh Zheng pada tanggal 1 Februari 1662. Zheng kemudian menjadi raja di pulau
tersebut. Pada tahun yng sama Koxinga wafat, dan digantikan oleh putranya. Baru setelah Koxinga
wafat, Dinasti dapat menaklukkan pulau tersebut.
a. Masa Pemerintahan Shunzhi hingga Qianlong
Hingga Shunzhi berusia 14 tahun, kendali pemerintahan dipegang oleh walinya yang bernama
Dorghon. Ia memusatkan perhtian pada konsolidasi wilayah China yang baru dikusai oleh bangsa
mereka. Ketika Gordhon wafat pada tahun 1651, Shunzi memegang kendali pemerintahan
sepenuhnya. Penguasa pertama Dinasti Qing ini merupakan sosok pribadi yan selalu ingin tahu dan
gemar belaja. Ia mempelajari baha Tionghoa agar dapat membaca dokumen dan arsip-arsip kerajaan.
Setelah kematian selir kesayangannya, empat setengah bulan kemudin ia meninggal karena penyakit.
Kangxi (1661-1722), penguasa kedua Dinasti Qing ini adalah putra ketiga Shunzhi. Semenjak
usia muda, bakat kepemimpinannya sudah terlihat. Ketika naik tahta ia masih terlalu muda sehingga
kendali pemerintahan dikendalikan oleh Oboi. Tetapi ketika usianya 14 tahun, dengan dukungan
Songgotu, paman permaisurinya yang bernama Raatu Ren, direbutnya kendali kekuasaan dari tangan
Oboi.
Tiga jenderal kawakan dengan dipimpin oleh Wu Sangui melakukan pemberontakan dan
brhasil menguasai sebagian besar wilayah barat dan selatan China pada tahun 1673. Kangxi
melibatkan dirinya secara langsung untuk memadamkannya.
Hingga saat itu, politik Dinasti Qing melakukan politik pemisahan antara bangsa Manchu dan
Tionghoa. Bangsa Tinghoa yang ditaklukkan itu dianggap sebagai budak, dimana mereka harus
tinggal di tempat terpisah. Seluruh bangsa Tionghoa diusir dari Manchuria dan lahan mereka banyak
yan disita. Perkawinan campur antara kedua bangsa itu dilarang. Lebih jauh lagi mereka juga diusir
dari kota terlarang disebelah utara dan diharuskan tinggal di kota “ Tionghoa” di selatan. Kangxi
memperlunak politi ini dengan melarang penyitaan tanah dan memperingan pajak. Sehingga akhirnya
meningkatkan pertanian serta menjamin pendapatan Negara yang stabil. Kaisar berusaha menekan
korupsi dengan menikkan gaji para pejabat.
Karena kecintaannya pada literature China kuno, Kangxi mengumpulakan para sarjana serta
memimpin penulisan sejarahChina termasuk Dinasti Ming. Ia juga penggemar ilmu pengetahuan,
yang mempelajari tentang cabang ilmu pengetahuan danmusik dari para Yesuit serta menunjuk
mereka sebagai para astronom, dokter dan juru pembuat peta kerajaan.
Penguasa Dinasti Qing ini juga dikenal sebagai seseorang yang gemar berpergian. Selama
pemerintahannya diselenggarakan enam kali perjalanan besar-besaran ke seantero negeri untuk
memperkenalkan dirinya pada rakya serta melakukan inspeksi berbgai bendungan serta terusan.
Kangxi berhasil pula mengembalikan dominasi China atas Asia Tengah dan Tibet. Pada tahun 1690-
an, Kangxi melakukan ekspedisi militer melawan Galdan yang hendak mendirikan suatu kekaisaran di
Asia Tengah. Perbatasannya dengan Rusrhia di daerah Amur berhasil diamankannya melalui
perjanjian dengan pihak Rusia. Selanjutnya, demi memperkuat perbtasan di wilah barat,
dikirimkannya pasukannya ke Tibet pada tahun 1720. Di ranjang kematiaanya, kaisar Dinasti Qing
sibuk menuliskan prinsip-prinsip pemerintahannya, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
Berbaik hatilah pada orang yang dating dari jauh serta dekatkan diri dengan orang yang
brkompetensi tinggi, cukup kebutuhan rakyatmu, (senantiasa) ingatlah keuntungan semua
orang, semua keuntungan sejati, dan pikiran warga seluruh negeri sebgai pikiran sejati,
lindungi Negara sebelum bahaya (benar-benar) datang serta memerintahlah dengan baik
sebelum timbul gangguan, senantiasa rajin dan waspada…94
Masalah suksesi kepemimpinan membayangi akhir hayat Kangxi. Pada mulanya yang
diangkat sebagai putra mahkota adalah putra keduanya, yang bernama Yinreng, tetapi dikarenakan
tindakan tidak bermoral yang dilakukannya serta usaha unuk menggulingkan kaisar, ia dipecat dari
jabatannya. Kangxi menolak untuk menyebutkan calon penggantinya hingga saat kematiannya,
dimana putra keempatnya Aishingioro Yinchen, menyatakan bhwa ia yang dipilih.
Yinchen naik tahta dengan gelar Yongzheng (1723-1735), begitu menduduki singgasana ia
dengan cepat berusaha menyingkirkan lawan-lawannya. Saudara dan pamannya yang dirasa
mengancam kedudukannya dipenjara dan dibunauh. Untuk memperkokoh kekusaannya, ia
mengeluarkan peraturan bahwa seluruh keputusan penting harus disetujui olehnya. Ia mengawasi para
pejabat dengan ketat dan bersedia menganugerahkan penghargaan atas kesetiaan mereka, ia juga
menekankan dan menyebarkan pula nilai-nilai moral serta memajukan pendidikan. Khawatir akan
timbulnya persilisihan di istana akibat memperebutkan tahta, Yongzheng merahasiakan nama pewaris
tahtanya. Ia menuliskan nama calon tersebut dalam sebuah kotak yang tersegel rapat dibelakang papan
nama peringatan para leluhur yang hnya boleh dibuka setelah kematiaanya.
Daoguang digantikan oleh putera keempatnya, Aishingioro Yichu, yang bergelar Xianfeng
(1851-1860). Ia adalah seorang penguasa lemah yang tidak berpengalaman serta tampa kompetensi
sedikitpun. Saat itu kerajaan benar-benar dalam keadaan kacau, baik karena karena pemberontakan
dalam negeri maupun kekalahan terhadap kedigdayaan bangsa Barat. Cina dapat dikatakan berada
dibawah kekuasaan mereka dan dipaksa menandatangani perjanjian yang memberatkan. Karena tidak
sanggup menghadapi permasalahan itu, kaisar mengundurkan diri ke istana musim panasnya dan
menyerahkan urusan pemerintahan pada para pejabatnya. Peristiwa penting yang terjadi pada masa
pemerintahannya adalah Perang Candun II dan Pemberontakan Taiping.
Kecewa dengan kegagalan itu, pada tahun 1837 Hong sakit keras. Di tengah sakitnya itu, Ia
mendapatkan mimpi yang aneh. Dalam mimpinya itu Ia melihat istana surgawi yang indah berkilauan.
Hong lalu dibawa oleh seorang wanita tua ke sebuah sungai dan dimandikan. Seorang pria tua
memberinya hati dan usus baru. Selanjutnya Ia dibimbing memasuki suatu ruangan yang didalamnya
duduk seorang pria yang telah lanjut usianya dan memberinya sebuah pedang dan segel dari emas. Ia
kemudian dibawa ke suatu tempat untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di seluruh dunia ini.
Disaksikannya berbagai kejahatan yang dilakukan umat manusia. Di surga Hong menerima berbagai
ajaran kebenaran dan sangat bergembira karenanya. Tetapi Ia lalu diperintahkan oleh pria tua itu
untuk kembali ke bumi guna memerangi iblis dan kejahatan.
Saat terjaga dari mimpinya, Ia berteriak “ Bantailah iblis-iblis! Bantailah iblis-iblis” seolah-
olah mereka hendak menyerangnya. Selanjutnya terus-menerus Ia menceritakan mimpi yang
dialaminya itu pada kaum kerabatnya, sehingga Ia dianggap gila, tetapi setelah Hong menenangkan
dirinya keluarganya mulai bersedia memanggilnya dengan nama barunya. Pada mulanya tak seorang
pun mengetahui dengan pasti arti mimpi tersebut.
Beberapa tahun kemudian, Hong membaca kembali buku-buku Kristen yang pernah
diterimanya itu dan merasa bahwa apa yang tercantum di dalamnya dapat menjelaskan arti mimpinya.
Hong balik kembali ke Kanton dan belajar pada seorang pendeta Kristen. Pada tahun 1847 Hong
mengajukan keinginannya untuk dibabtis, tetapi ditolak karena dianggap pemahamannya tentang
agama kristen masih belum memadai. Hong merasa yakin bahwa Tuhan telah memilihnya untuk
membebaskan bangsa Tionghoa dari penyembahan berhala. Oleh karena itu Ia mulai membeberkan
versi agama kristen yang sesuai dengan pemahamannya pada orang-orang sedesanya. Bahkan Ia
mengangkat dirinya sebagai adik Yesus, yang ditugaskan untuk mendirikan kerajaan surga di muka
bumi serta menyerahkan kekuasaan bangsa Manchu.
Pasukan Hong maju terus ke utara memasuki provinsi Hunan dan berhasil merebut Nanjing
setelah mengepungnya selama sepuluh hari pada tahun 1853. Hong Xiuchuan menyatakan dirinya
sebagai Raja langit, mendirikan Dinasti batu dengan nama Taiping, dan menjadikan Nanjing sebagai
ibukotanya. Dalam waktu tiga tahun, Hong dapat menguasai seluruh Lembah sungai Yangzi. Tentara
Taiping maju ke utara untuk merebut Beijing, tetapi dapat dipukul mundur oleh pasukan pemerintah
yang dipimpin seorang Pangeran Mongol.
Sesungguhnya ajaran Hong adalah sinkretisme antara tradisi China kuno dengan agama
kristen. Saat itu Perang Candu baru saja berlalu menyadari bahwa Candu sehingga melarangnya.
Berbagai gebrakan dilakukannya untuk memperbaiki kondisi masyarakat saat itu seperti melarang
minuman keras, pengikatan kaki wanita, persamaan antara pria daan wanita, serta menghukum mati
pelaku perzinahan.
Mulanya para pendeta kristen sangat tertarik pada gerakan Taiping, mereka menyangka bahwa
bangsa Tionghoa banyak yang telah menganut agama kristen, bahkan mereka mendesak
pemerintahannya agar segera mengakui kerajaan Taiping ini. Tapi setelah menguasai Nanjing, Hong
menjadi lupa daratan, Ia hidup dengan kemewahan. Selain itu timbul perpecahan dalam gerakannya.
Masing-masing anggota saling mencurigai dan bersaing. Inilah sebabnya mengapa simpati bangsa
Barat lambat laun lenyap.
Sementara itu, pihak Qing Zeng Guofan, seorang jenderal yang pandai untuk memadamkan
pemberontakan. Persiapan Zeng selesai pada tahun 1854. Dengan kekuatan 12000 pasukan, Ia
berangkat dari Provinsi Hunan. Meski mengalami kemenangan dan kekalahan silih berganti selama
enam tahun, pasukan Zeng terus mengalami kemajuan serta berhasil merebut wilayah-wilayah yang
dikuasai Taiping. Pada akhirnya Taiping hanya tinggal mempunyai dua kota saja yakni Nanjing dan
Anjing. Tetapi tidak lama kemudian berkobar Perang Candu II, sehingga pemerintah kewalahan
menghadapinya. Kesempatan ini dipergunakan baik-baik oleh gerakan Taiping untuk mengonsolidasi
kekuatannya kembali. Beberapa provinsi dapat mereka rebut kembali antara tahun 1858 sampai 1862.
Setelah Perang Candu II berakhir, pemerintah Dinasti Qing mencurahkan kembali tenaganya untuk
menumpas pemberontakan Taiping.
Negara-negara barat sendiri menyadari bahwa lebih menguntungkan Dinasti Qing, yang
bersedia meluluskan seluruh permintaan mereka meskipun dengan protes, daripada pihak Taiping
yang tidak kenal kompromi sama sekali. Pasukan Manchu dibantu seorang mayor Inggris Charles
George Gordon melanjutkan penumpasan gerakan Taiping. Dalam tiga tahun mereka dapat merebut
sekitar lima puluh kota dari kaum pemberontak. Nanjing, basis pemberontakan mulai mereka kepung.
Hong Xiuquan yang putus asa mengakhiri hidupnya dengan minum racun pada tanggal 30 Juni 1854.
Namun kota tersebut masih bertahan dan baru jatuh pada tanggal 19 Juli. Pemberontakan Taiping
dengan demikian berakhir.
Taktik yang dipergunakan oleh gerombolan Nian adalah perang gerilya, mereka dengan
didukung oleh mobilitas kavalerinyayang tinggi menghindari bentrokan langsung dengan pasukan
kerajaan dan hanya menyerang saat musuh lengah. Setelah mengalami kegaagalan selama bertahun-
tahun untuk memadamkan pemberontakan ini, pemerintah mengirimkan seorang jendral Mongol
bernama Pangeran Senggelinqin untuk menumpas pemberontakan ini. Zhan berhasiil ditewaskan pada
tahun 1863. Meskipun demikian, pemberontakan Nian masih terus berlangsung.
Ketika Senggelinqin terbunuh pada tahun 1865, pemerintah Dinasti Qing menggantinya
dengan Zeng Guofan. Setelah tidak mengalami kemajuan berarti selama setahun 1867 Zeng yang
mendapatkan kritik dari para pejabat tinggi mengundurkan diri dan menyerahkan kedudukannya pada
Li Hongzhang. Pada akhir tahun itu Li berhasil menumpas gerombolan Nian divisi Timur, sedangkan
divisi baratnya mendapatkan serangan dahsyat dari Zuo Zongtang, pejabat militer provinsi Shaanxi
serta Gansu. Pemberontakan Nian akhirnya dapat ditumpas pada bulan Agustus 1868
Pemberontakan Panthay yang dilakukan oleh umat muslim, meletus di provinsi Yunnan tahun
1855-1873. Kata Panthay berasal dari bahasa Burma bagi muslim yang diambil alih oleh bangsa barat.
Diyakini bahwa kaum muslim yang hidup di Yunnan berasal dari Xinjiang. Mereka bermigrasi ke
wilayah itu semasa Dinasti Yuan. Jumlah warga muslim sekitar 20-30% dari seluruh populasi
penduduk Yunnan. Pemberontakan ini meletus karena diskriminasi terhadap mereka. Ketika
mengajukan ketidak adilan yang menimpa mereka ke pengadilan jarang sekali diperoleh penanganan
yang adil terhadap kasus mereka.
Pemberontakan umat muslim itu dipicu ketika terjadi perselisihan hak milik atas berbagai
tambang dengan bangsa Tionghoa pada tahun 1855. Pemimpin pemberontakan, Du Wenxiu merebut
Dali dan memproklamasikan dirinya sebagai Sultan Suleiman. Pejabat militer provinsi tidak sanggup
membendungnya dan membunuh dirinya sendiri. Pada tahun 1868, anak buah Du telah berjumlah
360.000 orang dan berhasil menguasai 53 kota. Putra Du pergi ke Inggris dan Turki untuk memohon
bantuan tapi tidak membawa hasil. Akhirnya pasukan pemerintah dapat menumpas pemberontakan
ini pada bulan Januari 1873. Du yang putus asa membunuh terlebih dahulu keluarganya dan setelah
itu Ia meneguk racun.
Sementara itu pengeran Kong merupakan anggota kelompok reformis yang berpendapat bahwa
kerja sama dengan bangsa barat jauh menguntungkan ketimbang konflik dengan mereka.Ia memeberi
kesempatan kepada Zeng Guofan untuk memodernisasi pasukan china serta menerima bantuan barat
dalam memadamkan sepenuhnya pemberontakan taiping pada tahun 1864.Ketika pemberontakan
orang muslim dan suku minoritas di provinsi Yunnan serta Guizho berhasil di padamkan pada tahun
1873,keamanan dalam negeri boleh dikatakan pulih.
Bangsa china kini memsuki kancah perpolitikan Internasional dengan membuka kementerian
urusan asig dan suatu institute guna mempelajari bahasa asing.Demi melanggengkan kekuasaannya
Cixi mengangangkat kaisar balita berusia 4 tahun dengan gelar Guangxu (1875-1908).Guangsu yang
yang memiliki nama asli Aishinggioro Zaitian itu adalah keponakan Cixi.Setelah kematian Ratu Xiao
Chen pada tahun 1881,Cixi menjadi penguasa tunggal Cina yang sebenarnya .Ia melakukan banyak
pemborosan untuk memperindah kota terlarang serta istana musim panas uang yang sedianya untuk
memodernkan angkatan laut cina di gunakan untuk membangun istana berbentuk kapal dari marmer
yang menghabiskan banyak biaya.
Pada saat korea memohon bala bantuan china,Negara pelindungnya.China mengirim beberapa
ribu pasukannya dan mengabarkan pula pemberontakan itu kepada jepang.Pemerintah jepang melihat
hal tersebut sebagai kesempatan untuk meluaskan engaruhya dan mengirimkan 18.000
pasukan.Ternyata sebelum pasukan dari kedua negeri itu tiba,korea telah berhasil menumpas sendiri
pemberontakan itu.Namun pasukan china dan jepang terlanjur di kirimkan.Khawatir terjadi
pemberontakan antara china dan jepang,raja korea meminta supaya pasukan China di undur dari
Negeri gingseng tersebut.China menyanggupinya tetapi 500 serdadu jepang telah mendarat di
chemulpho dan tiba di seoul beberapa hari kemudian.China meminta kepada jepang agar menarik
mundur pasukan masing masing secara bersamaaan.tetapi jepang menuntut agar pasukan china
menuntut terlebih dahulu.Akhirinya,tidak ada satu pihak pun yang bersedia mengalah.
Tentara jepang berhasil mendesak pasukan china keluar dari china keluar dari korea dan
bahkan memasuki wilayah china.Mereka menduduki Manchuria dan semenanjung Liaodong.Dalam
pertempuran laut di Wheihaiwei,armada china mengalami kekalahan setelah bertempur dengan gagah
berani melawan imperialism jepang.Ini terjadi karena dana yang seharusnya di pakek untuk
modernisasi angkatan perang di boroskan oleh Cixi untuk memperindah istana.Setelah jengkal demi
jengkal wilayah cina seperti port Arthur,dairen,weihaiwei,Taiwan dan kepulauan Pescadores jatuh ke
tangan jepang,barulah pemerintah Dinasti Qing bahwa pihaknya telah kalah.Li hongzang di utus untuk
merundinhkan perdamaian dengan jepang.Perjanjian damai dengan jepang di tandatangani pada
tanggal 19 Maret 1895 yang di kenal sebagai perjanjian Shimonoseki.Isinya adalah sebagai berikut :
Gerakan Boxer
Sikap anti Manchu sering di tuangkan dalam bentuk perkumpulan perkumpulan rahasia,seperti
senhehui (tiga kecocokan,gaolauhui (usia lanjut),dan dadaohai (golok besar).Anggota rahasia
rahasia itu sering mengklaim bahwa mereka memiliki kesaktian serta kebal senjata.Yihetuan atau
Yihequan (gerombolan harmoni adil atau tinju harmoni adil) adalah perkumpulan perkumpulan
semacam itu,yang karena anggota anggotanya mahir kungfu,di namai boxer (petinju) oleh bansa
barat.
Meluasnya gerakan yihetuan yang kini murni antia-barat menyenangkan hati Cixi.Ia lalu
mengundang ke istana.Kaum yihetuan menerima undangan itu dan berkemah dekat ibukota.Cixi
dan istana lainnya mereka yajin bahwa pengikut yihetuan itu memiliki kesaktian.
Pada saat yang bersamaan,pasukan tambahan yang di pimpin admiral Seymour dari inggris
gagal mencapai Beijing dan telah kembali ke taijin.Tetapi,karena kawat telegram di putuskan para
duta asing tidak mengetahui hal ini dan tetap menunggu di stasiun.Berbagai wakil kedutaan
mengirimkan kendaraan untuk menjemput pasukan yang sedianya tiba tanggal 12 juni 1900
itu.ketika pasukan yang di nantikan tidak kunjung datang,mereka pulang ke tempat kediaman
masing masing.Pejabat kedutaan jepang,suyimura,juga ikut menjemput di stasiun.Ketika pulang
ia melewati kubu kubu kaum boxer dan di keroyok hingga tewas.suyimura adalah korban pertama
gerakan ini.
Pengepungan daerah kedutaan berlangsung selama 2 bulan (20 juni-14 agustus).Para duta
asing dan orang Kristen tionghoa yang di kepung dapat di selamatkan,Karena tidak sema pejabat
istana sepakat dengan tindakan tersebut.Mereka berpendapa bahwa saat itu china tidak sedang
berperang dengan bangsa asing serta berusaha mempengaruhi Cixi untuk mengubah
pendiriannya.Dua kali Cixi manintahkan agar pengepungan di hentikan,tetapi pangeran tuan yang
anti asing berkeras agar pengepungan itu di lanjutkan.Di wilayah china lainnya terdapat pula
pejabat pejabat provinsi yang menentang penbantaian terhadap orang asing itu.
Untuk membebaskan wakil wakilnya dari pengepungan oleh kaum Boxer,8 negeri asing :
jerman, perancis, rusia, inggris, amerika serikat, Australia, italia, dan jepang,mengirimkan
tentaranya ke Beijing.Pasukan internasional ini dapat menaklukkan Beijing pada tanggal 14
agustus 1900.Dini hari keesokan harinya,Cixi melarikan diri ke Xianfu dengan menyamar sebagai
seorang wanita petani dengan membawa serta kaisar Guangxu.Pasukan asing melakukan
pembalasan dendam dengan merusak istana istana serta melakukan pembantaian terhadap bangsa
tionghoa.
Setelah situasi yang kacau itu agak mereda,Lihongzhang di beri tugas oleh kerajaan untuk
berunding dengan mereka.Wakil wakil bangsa asing menyatakan bahwa mereka bukannya hendak
berperang dengan cina,melainkan berusaha melindungi warganya serta menindas kaum Boxer.
Runtuhnya dinasti Qing bermula dari melemahnya pemberontakan .Mulai pertengahan abad
ke-17 ( 1644), Cina berada di bawah kekuasaan dinasti asing yakni Dinasti Machu. Di bawah
pemerintahan Kaisar K'ang Hsi (1662 1722) dan Ch'ien Lung (1736–1796), Cina mengalami masa
kejayaan. Akan tetapi, setelah meninggalnya kedua kaisar tersebut. Dinasti Manchu berangsur-angsur
mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh.
Perang Candu (1839–1842).
Berawal dari aktivitas Inggris yang memasukkan candu secara besar-besaran ke Cina tanpa
membayar bea cukai menyebabkan Cina (Lin Tse Hsu) membuang 20.000 peti candu seharga 9 juta
dollar ke laut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Cina dan Inggris sehingga meletuslah Perang
Candu. Perang berakhir dengan kemenangan Inggris dan diakhiri dengan Perjanjian Nanking, 29
Agustus1842.
Perjanjian Nanking isinya, antara lain sebagai berikut.
a) Cina menyerahkan Hongkong kepada Inggris.
b) Cina mengganti kerugian perang sebesar 6 juta dollar.
c) Lima kota pelabuhan (Canton, Amoy, Foochow, Ningpo, dan Shanghai) dibuka untuk perdagangan
asing. Kekalahan Cina dalam Perang Candu ini mengakibatkan martabat bangsa Cina menurun dan
suramnya Dinasti Manchu di dunia internasional.