Anda di halaman 1dari 88

PRA SEJARAH DAN DINASTI SHANG

2.1 Presejarah China

Pangkal dari permulaan (awal) dari kebudayaan cina terletak di bangian utara China. Sekarang
di bagian tengah dan timur dan bagian hilir sungai Huang ho yaitu dalam sebuah daerah sungai seperti
juga pusat kebudayaan kuno yang lain di daerah sungai Trigis dan Eufrat, daerah sungai Nil, dan
daerah sungai Indus. Yang menarik perhatian adalah bahwa di banding dengan tiga daerah tersebut,
pusat dari kebudayaan china letaknya lebih terpencil tertutup oleh gunung dan gurun pasir. Oleh
karena itu sejak semula kebudayaan china menunjukkan dari permulaan suatu sifat dasar yang khusus,
meskipun pengaruh dari luar sewaktu waktu bias terjadi. Sudah sejak zaman prasejarah unsur
kebudayaan materiil dapat mencapai china melaluui gurun pasir dan padang rumput dari Asia Tengah.

Bukti kebudayaan pada zaman prasejarah di China yaitu yang peertama pada zaman
paleolithikum, di temukannya fosil tertua di china (kerangka manusia) yang di sebut Sinanthropus
Pekinensis (manusia Pekin), penemuan fosil manusia purba berupa tengkorak yang di temukan tahun
1963 di Chou K’ou Tien dan di beberapa daerah lain seperti ; di daerah Ordos di provinsi Kirin pada
tahun 1923, di tepi sungai Shara Osso-Gol pada tahun 1924, di provinsi Kirin pada tahun 1934.
Manusia Pekin adalah makhluk Homonit yang tinggal di dalam gua gua dan makan utamanya adalah
daging sehinggaa mungkin pula terjadi kanibalisme, serta mereka pun di juluki sebagai para pemburu.

Di bukit Chou K’ou Tien tempat ditemukannya fosil Sinantrophus Pekinensis, di temukan
juga peninggalan benda benda dari zaman mesolithikum tetapi tidak banyak, penemuannya berupa
benda benda terbuat dari kayu, tulang dan kulit kerang sedikit di temukan. Menjelang akhi zaman
Mesolithikum, tepatnya kira kira 6000 SM, di Shen Si Tengah sebelah barat ada sebuah desa atau
distrik yang terletak di sebelah utara sungai We yang bernama desa Pao Chi. Di daerah ini terdapat
pusat kediaman manusia yang sudah mulai hidup secara kolektif-primitif. Zaman Neolithikum, kira
kira 3000SM kehidupan manusia mulai mengembangkan hidup baercorak semi pastoral atau
agricultural life. Di daerah yang sangat luas, di temukan pula benda benda neolithikum di Kanshu,
Shensi, Honan, Hopei, Shantung, daerah delta sungai Yang Tze, Manchuria selatan atau provinsi
Liaoning dan Mongolia. Pada masa Neolithikum pun telah di ketahui cara memintal dan menenun
dengan bahan Sisal atau Henip. Secara garis besar, berdasarkan benda benda yang di temukan dalam
perkembangan zaman neolitikum di china, dapat di bedakan dua corak kebudayaan yakni kebudayaan
barat laut dan timur laut. Kelanjutan dari kebudayaan fase Ch’i Chia terdapat di Yang Shao, sebuah
desa yang ada di provinsi Honan sebelah barat laut. Hampir bersamaan dengan fase Ch’i Chia atau
kebudayaan neolitikum barat laut, muncul pula kebudayaan neolitikum timur laut di provinsi Honan,
Hopei, Shan Tung, yang di sebut kebudayaan Li kebudayaan Tripot atau Periuk berkaki tiga.

Zaman perunggu kira-kira dimulai pada kira-kira 1700SM,dan berakhir pada kira-kira 500SM
ketika menggunakan alat-alat yang terbuat dari besi.peninggalan-peninggalan dari zaman perunggu
banyak ditemukan di provinsi Honan yang merupakan tempat pertemuan arus kebudayaan dari
barat,timur,selatan,dan utara.pada akhir abad Sembilan belas,secara kebetulan para petani dari desa
Hsiatun-agak kesebelah barat dari kota-menemukan tulang-tulang yang aneh. Tulang tulang itu mula-
mula dikenal dengan sebutan tulang naga(dragon bones) yang menurut para ahli obat-obatan cina
mempunyai khasiat dapat menyembuhkan penyakit urat saraf. pada penelitian selanjutnya dapat
diketahui bahwa tulang-tulang itu pada masa lalu digunakan untuk tujuan peramalan(nujum) sehingga
tulang tersebut dinamakan tulang peramalan (oracle bones). Isi dari tulisan tulang-tulang ramalan
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada dewa-dewa atau roh nenek moyang beserta
jawabannya. Tampaknya, zaman perunggu di cina sudah dimulai sejak 1700SM yang dibuktikan oleh
penemuan berbagai benda perunggu di kuburan-kuburan raja yang ditutup tanah. Bersamaaan dengan
penemuan benda-benda perunggu, ditemukan pula benda-benda dari corak kebudayaan Lung
Shan,sedangkan lapisan bawah, diemukan benda-benda dari corak kebudayaan Yang Shao.

Legenda legenda Mengenai Awal Peradaban China

Bangsa Tionghoa mengenal berbagai mitos tentang penciptaan, salah satu legenda itu yakni
segala sesuatu pada mulanya berada pada keadaan yang kacau balau dan dari kondisi semacam itu
muncul dua buah kekuatan atau energy yaitu ying dan yang. Pasangan energy ini melahirkan sosok
raksasa yang bernama Bangu, ia membereskan segala sesuatu yang serba kacau itu. Ia memehat batu
batu karang raksasa yang melayang di angkasa (symbol kekacauan) menjadi matahari, bulan, bintang
bintang. Dengan berjalannya waktu tubuhnya membesar dan bertambah tinggi kemudian ia meninggal
setelah bekerja selama 18000 tahun. Legenda ini mengatakan bahwa kepalanya berubah menjadi
gunung gunung, nafasnya berubah menjadi awan dan udara, rambutnya menjadi pohon, gigi dan
tulangnya menjadi logam, serta manusia dan hewan berasal dari ulat atau serangga yang
merambatinya.

Kisah penciptaan lainnya adalah seorang dewi yg bernama Nuwa yang telah menciptakan
hewan dan manusia dari tanah liat kuning. Akhirnya Nuwa merasa kelelahan kerena harus
menciptakan banyak sekali manusia, oleh karena itu di culupkannya seutas tali dalam lumpur dan
mengibasnya.

Penguasa penguasa Legendaris Zaman Dongeng

a. Tiga Raja dan Lima Kaisar Purbakala

Legenda ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat pada zaman itu yang mana
orang harus hidup berkelompok dan menyatukan kemampuannya agar dapat bertahan hidup
dari buasnya alam. Kelompok kaisar legendaris yang pertama disebut tiga raja (Sanhuang)
berwujud manusia setengah naga, naga yang pertama Suiren pencipta api, yang kedua Fuxi
yang memberikan sumbangsih lebih banyak lagi bagi bangsa Tionghoa. Raja berikutnya
Shennong, yang mengajarkan teknik bercocok tanam dan obat obatan.

Setelah tiga raja ini memerintahlah seorang penguasa legendaris yaitu Huangdi (2697-
2599 SM) masa pemerintahan Huangdi merupakan zaman kemesan yang luar biasa sehingga
tetap dikeneng oleh generasi erikutnya hingga sekarang, dan generasi sekarang berkeyakinan
bahwa mereka adalah keturunan dari Huangdi.Kaisar berikutnya adalah Yao. Legenda
mengatakan bahwa di dalam istana Yao tumbuh dua pohon almanac. Pohon yang satu
menumbuhkan selembar daun selama dua belas hari dan menggugurkannya masing masing
selembar pada lima elas hari berikutnya. Sedangkan pohon lainnya menumbuhkan selembar
daun setiap bulannya selama enam bulan pertama dan menggugurkannya masing masing setiap
bulan pada enem bulan berikutnya. Dengan demikian orang dapat menghitung hari dan bulan.
Shun juga tidak kalah bijaksananya dengan Yao, legenda mengatakan bahwa Shun
memiliki dua orang ahli perbintangan yang bernama Xi He dan Shang Yi. Xi He bertugas
mengamati peredaran matahari dan Shang Yi peredaran bulan.Yu adalah seorang kepela
pemerintahan yang meruakan ahli dalam bidang pengairan dan irigasi. Legenda mengatakan
Yu telah melakukan perjalan mengelilingi Sembilan daerah kekuasaanyaa dan sebagai symbol
bagi ke Sembilan itu dituanglah Sembilan bejana perunggu yang di wariskan dari dinasti ke
dinasti berikunya sebagai harta pusaka.

b. Dinasti Xia (berawalnya system pemerintahan pada dinasti)

Tak kala kaisar Yu sudah tua ia bermaksud menyerahkan pemerintahan kepada Bo Yi


namun putra Yu berhasil membunuh Bo Yi dan merampas kekuasaan.Sejak saat itulah di
mulai sisim pemerintahan secara turun temurun dan bertahan lebih dari 4000 tahun. Selama
pemerintahan yang kurang 400 tahun tersebut terjadi kemelut terun menerus berupa agresi
bangsa barbar serta konflik internal. Raja dinasti Xia terakhir yakni Jie adalah seorang
penguasa yang zalim. Tang, seorang penguasa Shang (sebuah Negara bagian kecil) berhasil
menumbangkan Dinasti Xia dan mendirikan dinasti baru yaitu Shang. Keberadaan dinasti Xia
ini masih di ragukan dan sering di anggap sebagian dari legenda, namun peninggalan
kebudayaan Longshan serta Erlitou menyediakan sumber yang melimpah.

2.2 Dinasti Shang

Dinasti Shāng (1600—1046 SM) adalah dinasti yang mengantikan Dinasti Xià dalam sejarah
Cina. Sekitar tahun 1600 SM, Dinasti Shāng didirikan oleh pemimpin suku Shāng, Tang. Setelah
memusnahkan Dinasti Xià. Dinasti Shāng melewati masa pemerintahan sebanyak 17 generasi, 31 raja.
Berkuasa selama 500-an tahun, sampai 20 Januari 1046 SM ditaklukkan oleh Zhōu Wǔwáng.

2.2.1 Ringkasan Sejarah

Akhir dari pemerintahan Dinasti Xià, kekacauan dalam pemerintahan Dinasti Xià sendiri tidak
pernah terkendali, ganguan dan serangan dari luar juga tidak pernah berhenti, setelah naik takhta, Jié
juga tidak berusaha mengubah kondisi, malahan semakin lalim dan kejam, sehingga para bangsawan
akhirnya mulai memberontak. Pada sekitar tahun 1600 SM, pemimpin dari suku Shāng, Tāng
bergabung dengan suku bangsa lainnya mengulingkan Dinasti Xià , dan mendirikan Dinasti Shāng.
Pada awalnya suku Shāng ber-ibukota di Bò (sekarang Shāngqiū Propinsi Hénán), setelah
mengalahkan Dinasti Xià , memindahkan ibukota ke barat dan tetap disebut dengan nama Bò
(sekarang Yǎnshī Propinsi Hénán ).

Setelah naik takhta, Tāng memerintah dengan bijaksana terhadap rakyatnya, dengan bantuan
dari menteri-menteri berbakat seperti Yīyǐn dan Zhòngyuán, negara semakin kuat dan makmur.
Setelah Tāng meninggal, oleh karena putra sulungnya Dàdīng mati muda, maka singgasana
diwariskan kepada adik Dàdīng, Wàibǐng; setelah Wàibǐng meninggal, digantikan oleh adiknya
Zhòngrén; dan setelah Zhòngrén meninggal, singgasana diwariskan kembali kepada putra dari
Dàdīng, Tàijiǎ. Tahun ketiga pemerintahan Tàijiǎ, oleh karena memerintah dengan tidak benar dan
tidak bermoral, Tàijiǎ diasingkan oleh Yīyǐn ke istana Tónggōng . Setelah tiga tahun tinggal di istana
Tónggōng , Tàijiǎ merasa sangat menyesal, sehingga akhirnya Yīyǐn menjemput dan menyerahkan
kembali kekuasaan kepadanya.

Pada mulanya, Dinasti Shāng beberapa kali memindahkan ibukota-nya, sampai terakhir pada
masa pemerintahan Pángēng, menetapkan ibukota di Yīn (sekarang Ānyáng Propinsi Hénán),
sehingga Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn. Setelah Pángēng memindahkan
ibukota ke Yīn, ekonomi masyarakat Dinasti Shāng mengalami perkembangan lebih maju lagi.
Sampai kemudian masa pemerintahan Wǔdīng, Dinasti Shāng melakukan banyak serangan ekpansi,
menaklukkan banyak negara kecil disekitarnya, memperluas wilayah teritorialnya, sehingga Dinasti
Shāng mencapai puncak kejayaannya.

Setelah Wǔdīng meninggal, Dinasti Shāng mulai mundur dan melemah. Raja terakhir Dinasti
Shāng , Dìxīn atau Zhòuwáng berhasil memajukan hubungan perekonomian dan kebudayaan dengan
membuka hubungan dengan Cina bagian tenggara, perairan Sungai Huáihé dan Chángjiāng; tetapi
karena selalu terlibat dalam peperangan dan membangun istana dalam skala besar, yang sangat
menguras dan menghabiskan sumber daya manusia maupun kekayaan rakyat, sehingga menimbulkan
kekecewaan dalam hati rakyat. Zhōu Wǔwáng mengerahkan 300 kereta perang, 3000 pasukan
serangan depan, 4500 prajurit, dan bergabung dengan suku Qiāng、Máo、Lú dan sebagainya, serentak
menyerang Zhòuwáng, dan berhasil menyerang sampai ibukota Dinasti Shāng, Cháogē (sekarang
Kabupaten Qíxiàn, Kota Hèbì, Propinsi Hénán).

Pada saat itu pasukan Shān sedang berperang melawan suku bangsa kecil di timur laut,
sehingga terpaksa memakai budak dan prajurit tahanan untuk menghadapi perang di daerah Mùyě, 70
(satuan jarak) dari Cháogē. Para budak tidak ingin berperang untuk raja Shāng Zhòuwáng yang jahat
dan lalim, sehingga pada saat-saat kritis, pasukan Shāng tiba-tiba memutar arah, menyerang pasukan
sendiri. Ternyata pasukan yang membelot adalah budak-budak dan prajurit tahanan yang sudah lama
membenci Shāng Zhòuwáng. Pasukan Shān menjadi kacau dan dengan mudah dihancurkan.

Setelah Pertempuran Mùyě, Shāng Zhòuwáng yang sadar akan kekalahannya, tidak ingin
pasukan Zhōu merebut dan memiliki istana dan hartanya, ia memerintahkan bawahannya untuk
mengumpulkan semua harta istana, dan membungkus diri dengan kain, berbaring diatas semua barang
berharga tersebut, dengan api, membakar dan menghabisi hidupnya yang penuh dosa. Zhōu Wǔwáng
atas dukungan dari berbagai suku bangsa dan negara kecil, mendirikan Dinasti Zhōu, dinasti
masyarakat budak ketiga di Cina. Setelah Dinasti Shāng roboh, sisa keluarga penguasa Dinasti Shāng
yang selamat secara bersama menganti marga mereka dari Zǐ menjadi nama dinasti mereka yang telah
jatuh, Yīn .

Keluarga kerajaan yang selamat kemudian menjadi aristokrat dan sering membantu keperluan
administrasi untuk pemerintah Dinasti Zhōu. Zhōu Chéngwáng melalui mangkubuminya, yang
merupakan pamannya sendiri, Zhōu Gōngdàn, menganugerahkan kepada saudara Shāng Zhòuwáng,
Wéizǐ daerah bekas ibukota lama Dinasti Shāngdan sekitarnya menjadi negara Sòng. Negara Sòng dan
keturunan Dinasti Shāng masih meneruskan ritual kepada raja-raja Dinasti Shāng yang meninggal
dan bertahan sampai tahun 286sm.Antara legenda Korea and Cina menyatakan bahwa salah seorang
pangeran Dinasti Shāng yang tidak puas, bernama Jīzǐ (Kija), menolak menyerahkan kekuasaannya
kepada Dinasti Zhōu 周, memilih meninggalkan Cina dengan sisa tentaranya dan mendirikan Gija
Joseon dekat Pyongyang sekarang yang menjadi salah satu dari awal negara Korea (Go-, Gija-, dan
Wiman-Joseon). Meskipun demikian Jīzǐ jarang sekali disebut dalam sejarah, dan ada yang
menganggap cerita kepergiannya ke Joseon hanyalah mistik.

2.2.2 Wilayah Kekuasaan

Daerah kekuasaan Dinasti Shāng timur mencapai lautan, barat mencapai bagian barat propinsi
Shǎnxī , timur laut mencapai propinsi Liáoníng, selatan hingga sekitar Jiāngná (tidak termasuk
Propinsi Sìchuān, Yúnnán, Guìzhōu dan daerah sekitar barat daya), dan merupakan salah satu kerajaan
terbesar di dunia pada waktu itu, tetapi daerah pemerintahan utama masih di sekitar Zhōngyuán.
Mendirikan ibukota di Bò (sekarang Kabupaten Cáoxiàn Propinsi Shāndōng), dan beberapa kali
pindah ibukota, terakhir Pángēng memindahkan ibukota ke Yīn (sekarang Desa Xiǎotúncūn, Ānyáng
Propinsi Hénán ), dan oleh karena itu, maka Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn .

2.2.3 Pemerintahan

Dinasti Shāng menetapkan beberapa struktur kenegaraan yang lebih sempurna. Pemerintah
pusat membentuk dua departemen penting yaitu departemen sekretariat urusan negara dan departemen
tata hukum negara. Daerah-daerah diserahkan kepada para bangsawan, guna memperkuat pemeritahan
didaerah, dan masih banyak pejabat dan pengawal istana. Sedangkan kekuasaan militer dan peralatan
perang tetap ditangan keluarga kerajaan langsung, para negarawan juga menetapkan Xíngfá
(hukuman) dan Jiānyù (penjara) yang sangat kejam. Selain itu, juga menggunakan kepercayaan
agama untuk memperkokoh kekuasaan pemerintah, raja Dinasti Shāng bahkan menyebut diri sendiri
sebagai wakil dari Tuhan didunia ini, mengabungkan kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan kerajaan.

2.2.4 Kondisi Ekonomi

Pertanian Dinasti Shāng sudah lebih maju, sudah bisa menggunakan berbagai jenis tanaman
untuk diciptakan menjadi arak, sudah sanggup menciptakan peralatan perunggu yang lebih rapi dan
bagus serta sudah bisa membuat keramik putih atau porselin. Oleh karena sangat berkembangnya
pertukaran barang, sehingga telah muncul kota pada awal peradaban manusia, dan merupakan
kerajaan yang sangat makmur pada waktu itu. Oleh karena perdagangan Dinasti Shāng sangat maju,
hubungan dagang dengan negara disekitarnya juga sangat banyak, sebutan pedagang dalam bahasa
Cina, Shāngrén (pedagang), adalah berasal dari sebutan orang-orang di negara sekitarnya terhadap
orang dari Dinasti Shāng . Pertanian adalah bagian paling penting dalam bidang ekonomi, tanah
pertanian lebih tertata dan teratur, jenis pertanian juga lebih banyak. Usaha pertenunan juga
mengalami perkembangan ; peternakan sangat makmur, selain enam jenis ternak utama, juga berhasil
memelihara ternak gajah.

2.2.5 Kebudayaan, Sosial dan ilmu pengetahuan

Pada zaman Dinasti Shāng , mulai dikembangkan kemampuan kerajinan besi, kerajinan
keramik dan porselin, perdagangan juga sangat pesat. Dari hasil penemuan tulang ramalan (Jiǎgúwén )
membuktikan perkembangan tulisan pada masa Dinasti Shāng sudah mengalami suatu masa
perkembangan yang cukup lama. Pada zaman Dinasti Shang tulang tulang itu di pergunakan untuk
meramal dan menanyakaan berbagai hal pada para dewa serta ruh nenek moyang seperti perjaalanan,
perburuan, penyakit, mimpi, peperangan dll. Tulang tulang itu di bakar setelah pertanyaan itu
dituliskan di atasnya dan orang zaman itu meyakini bahwa jawabannya dapat di tafsirkan dari bentuk
retakan retakan tullang yang timbul dari proses pembakaran tersebut. Selain menggunakan tulang
masyarakat itu juga menggunakan kertas yang terbuat dari gelagah untuk menulis. Berdasarkan tulang
ramalan itu, O. dan E. Lattimore menyatakan bahwa masyarakat Shang bukanlah masyarakat yang
primitive. Penggalian ibu kota Dinasti Shang memperlihatkan bahwa penduduknya telah mencapai
kemekmuran serta peradaban tinggi, mereka hidup dalam kota besar yang dikelilingi tembok yang
sangat maju. Masyarakat Shang juga mengenal kereta, terbuktti dari adanya sebuah tulisan piktograf
mereka yang mencerminkan sebuah kereta dengan dua buah roda. Para ahli telah berhasil
merekonstruksi kembeli sisa sisa kereta yang ditemukan pada reruntuhan peninggalan Dinasti Shang.

Penggalian kembali kuburan yang berasal dari zaman Dinasti Shang memberikan gambaran
mengenai tinginya budaya dan kehidupan social masyaraukat pada masa itu, teknik pembuatan
perunggu begitu tinggi. Temuan bejana perunggu yang paaling terkenal adalah bejana berkaki empat
simuwu beratnya 732,84 kg dan merupakan bejana perunggu terbesar di dunia. Lebih jauh lagi pada
zaman Dinasti Shang telah mahir membuat berbagai macam senjata seperti kapak.Pada masa dinasti
shang ini juga berkembanglah system perbudakan, dimana kaum bangsawan hidup dalam kemewahan,
sementara kaum budak hidup dalam kondisi yang sangat buruk. Setelah pemilik budak meninggal,
budak budaknya juga di kubur hidup hidup sebagai korban bersama sama dengan persembahan berupa
hewan.

Menurut penanggalan yang di pergunakan Dinasti Shang, satu minggu terdiri dari 10 hari yang
di sebut Xum. Adapun nama nama hari itu di kenal sebagai “10 batang langit” : jia, yi, bing, ding, wu,
ji, geng, xin, ren, gui. Nama nama Dinasti Shang juga menggunakan 10 batang langit ini seperti
Taiding, Taijia, Aoding dll. Derek Waltes memberikan penjelasan; Lebih jauh lagikaisar kaisar
Dinasti Shang seluruhnya dinamai berdasarkan “batang langit”, baik di karenakan itu merupakan
tanggal kelahiran ataupun keneikan tahtanya. Mungkin pula batang langit itu merupakan nama nama
dewa, sebagaimana nama nama anak bangsa barat dinamai seturut nama oarng orang suci.

Astrologi dan tata hukum lebih maju dari zaman Dinasti Xià, banyak penemuan baru dari ilmu
perbintangan, seperti ditemukannya planet Mars dan planet Venus, selain itu, juga terdapat catatan
tertulis tentang ilmu matematika dan medis, serta perkembangan seni musik juga sudah sangat tinggi,
muncul banyak alat musik dan seni tari; seperti Diāosù yang merupakan salah satu seni paling
terkenal pada masyarakat perbudakan Dinasti Shāng

2.2.6 Agama

Dinasti Shang mengenal adanya kelas pendeta (shaman) yang bertujuan untuk melakukan
pemujaan terhadap leluhur ataupun para dewa, sedangkan rakyatnya mengembangkan suatu system
kepercayaan politeistik yang terdiri dari berbagai makhluk dewa dan setengah dewa (seperti di yunani
kuno). Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan dinastiberikutnya yang tidak lagi bersifat
politeistik dan lebih menekankan pemujaan terhadap Langit. Ini tampak nyata dalam ucapan
Konfusius bahwa masyarakat Shang memuja guishen (gui artinya hantu dan shen artinya dewa) yang
dapat di artikan sebagai ruh-ruh alam, sedangkan masyarakat Zhou menghormaati tetapi menjaga
jarak terhadap mereka.

2.2.7 Daftar penguasa tertinggi dinasti Shang

Dibawah ini adalah daftar para penguasa Dinasti Shang, dinasti dalam sejarah Cina sesudah
Dinasti Xia dan sebelum Dinasti Zhou. Termasuk daftar para pemimpin suku Zhou sebelum
berdirinya Dinasti Shang.

Pra-Dinasti Shang
Pra-Dinasti Shang

Gelar kuil Gelar penguasa Nama lengkap Periode

- Qi Zi Qi tahun ke-33 Shun-?

- Zhaoming ?

- Xiangtu ?

- Changruo ?

- Cao ?

- Ming ?

?- tahun ke-2 Raja Xie Dinasti


Shang Gaozu Raja Hai Zi Hai
Xia

tahun ke-2 Raja Xie Dinasti Xia


- Raja Heng Zi Heng
-?

- Shangjiawei Zi Shangjia ?

- Baoyi ?

- Baobing ?
- Baoding ?

- Shiren ?

Shang Kuizong Shigui ?

Dinasti Shang

Para Penguasa Dinasti Shang

Gelar Nama menurut


Gelar kuil menurut Shiji Periode
anumerta lengkap Jiaguwen

1600SM—
Shang Gaozuyi Raja Taiwu Zi Lu Tang Dayi
1589SM

1588SM—
- Raja Ai Zi Sheng Waibing Bubing
1587SM

1586SM—
- Raja Yi Zi Yong Zhongren -
1583SM

1582SM—
Shang Taizong N Zi Zhi Taijia Dajia
1571SM

1570SM—
- Raja Zhao Zi Xuan Woding -
1542SM

1541SM—
- Raja Xuan Zi Bian Taigeng Dageng
1517SM

1516SM—
- Raja Jing Zi Gao Xiaojia -
1500SM

1499SM—
- Raja Yuan Zi Mi Yongji -
1487SM

Shang 1486SM—
Raja Jing Zi Zhou Taiwu Dawu
Zhongzong 1422SM
Raja Zi 1421SM—
- Zhongding Zhongding
Xiaocheng Zhuang 1401SM

1400SM—
- Raja Si Zi Fa Wairen Buren
1386SM

Raja Ping 1385SM—


- Zi Zheng Hedanjia Jianjia
Awal 1377SM

1376SM—
- Raja Mu Zi Teng Zuyi Qieyi
1358SM

1357SM—
- Raja Huan Zi Dan Zuxin Qiexin
1342SM

1341SM—
- Raja Xi Zi Yu Wo Jia Qiangjia
1337SM

1336SM—
- Raja Zhuang Zi Xin Zuding Qieding
1328SM

1327SM—
- Raja Qing Zi Geng Nangeng
1322SM

1321SM—
- Raja Dao Zi He Yangjia Xiangjia
1315SM

Raja 1314SM—
Shang Shizu Zi Xun Pangeng Bangeng
Wencheng 1287SM

1286SM—
- Raja Zhang Zi Song Xiaoxin —
1252SM

- Raja Hui Zi Lian Xiaoyi — 1251SM

1250SM—
Shang Gaozong Raja Xiang Zi Zhao Wuding —
1192SM

Raja Ping 1191SM—


- Zi Yue Zugeng Qiegeng
Akhir 1148SM

Shang Shizong Raja Ding Zi Zai Zujia Qiejia 1148SM

Shang Jiazong Raja Gong Zi Xian Linxin — 1148SM


Shang Kangzu Raja An Zi Xiao Gengding Kangding 1148SM

1147SM—
Shang Wuzu Raja Lie Zi Qu Wuyi —
1113SM

1112SM—
- Raja Kuang Zi Tuo Taiding Wending
1102SM

1101SM—
- Raja De Zi Xian Kaisar Yi —
1076SM

Raja Zhou Dinasti Shang ( 1075SM—


- Raja Zhou Zi Shou —
Kaisar Xin ) 1046SM

Ribuan benda-benda peninggalan bersejarah ditemukan di Huang He pada Lembah Henan


yang membuktikan adanya peradaban manusia dan membuktikan adanya Dinasti Shang pada
masanya. Dinasti Shang, yang juga dikenal dengan nama Dinasti Yin, berdiri karena adanya
pemberontakan yang berhasil menggulingkan Dinasti Xia.

Peradaban masa ini didasari pada pertanian dan berburu binatang. Dua pencapaian penting dari
masa Dinasti Shang itu adalah pengembangan tulisan, yang dibuktikan dengan penemuan tulisan pada
tempurung kura-kura dan tulang sapi datar, dan penggunaan peralatan perunggu. Banyak peralatan
perunggu yang ditemukan membuktikan bahwa pada masa Dinasti Shang alat-alat dari perunggu
merupakan alat yang sangat berperan, dan menunjukkan peradaban yang sudah berkembang.Dinasti
Shang memerintah pada bagian utara Tiongkok dan tentara Shang banyak bertempur dengan kaum
barbar. Ibukota Dinasti Shang, yang pada saat ini berada pada kota modern Anyang (An Yang),
merupakan pusat dari segala kegiatan. Ritual untuk menghormati leluhur dikembangkan dengan pesat
pada masa itu. Sehingga memposisikan raja sebagai kepala dari ritual tersebut.

Bukti dari makam kerajaan menunjukkan bahwa orang-orang kerajaan dikubur bersamaan
dengan benda-benda yang bernilai, yang pada masa itu dianggap akan digunakan pada kehidupan
setelah kematian. Mungkin karena alasan yang sama, ribuan rakyat jelata juga turut dikubur bersama.

2.2.8 Keruntuhan Dinasti Shang

Zhouxin yang kejam dan zalim ini merupakan penguasa terakhir Dinasti Shang. Ia membunuh
orang yang berusaha menasehatinya agar menghentikan kekejaman itu, sepeerti seorang bangsawan
yang bernama Jiu Hou, serta Er Hou bangsawan juga yang di bunuh karena berusaha melindungi Jiu
Hou. Salah seorang adipati terkemuka dari Negara bagian Zhou yang bergelar Xibo bernama Ji
Chang memprotes pembunuhan pembunuhan itu, dan karenanya harus merelakan dirinya di tawan
oleh Zhouxin. Adipati Ji Chang di penjara di Meili, dan selama berada disana ia mempelajari yijing
(bisikan teknik meramal).
Putra sulung Ji Chang yang bernama Boyikao menyatakan kepada Zhouxin bahwa ia rela
menggantikan ayahnya. Zhouxin mendengar desas desus bahwa Ji Chang telah menguasai ilmu
meramal dan merasa kawatir akan hal itu. Untuk menguji ilmu Ji Chang ,Zhouxin membunuh
Boyikao serta menjadikan dagingnya sebagai campuran bubur dan di berikan kepada Ji Chang.
Sesungguhnya Ji Chan pun tahu akan hal itu, namun ia berpura pura untuk tidak tahu dan berpura pura
memakannya dengan lahap. Mendengar hal itu Zhouxin merasa senang karena kemampuan Ji Chang
tidak terbukti dan Zhuxin pun membebaskannya. Sekembalinya Ji Chang ke negerinya ia memimpin
rakyatnya dengan baik dan bijak. Tak henti hentinya ia meminta nasehat para kaum bijak seperti Jiang
Ziya yang di angkatnya menjadi menteri. Hal ini menjadikan Negara bagian Zhou menjadi semakin
kuat dan siap untuk menggulingan Dinasti Shang. Pertempuan dasyat antara Zhou dan Shang akhirnya
meletus. Pasukan Ji Changberhasil merebut dua Negara bagian Shang yang bernama Qigua dan
Mixu. Pangeran Bigan yakni paman Zhouxin pada saat itu asih beruaha untuk menasehatinya, tetapi
Zhouxin malah membunuhnya dan mengorek jantungnya karrena ingin membuktikan kepercayaan
takhayulistis pada masa itu, bahwa jantung seorang bijak memiliki tujuh lubang.

Pada tahun 1077 SM Ji Chang wafat dan di gantikan oleh putranya yang lain yaitu Ji Fa naik
tahta dengan gelar Wuwang. Ia segera memimpin ke 800 raja muda lainnya untuk memerangi Dinasti
Shang. Serangan terhadap kaisai Zhouxin pun di lancarkan, dimana ia mengalami kekalahan telak
berulang kali. Setelah kalah dalam peperangan akhirya Zhouxin putus asa dan membakar dirinya
sendiri di ruang Zhaixing yang terlatak di istana Lutai, sehingga dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Dinasti Shang.

DINASTY ZHOU

2.1 Berdirinya Dinasti Zhou

Zhou merupakan sebuah negeri yang berada dikawasan perbatasan dan sebelah barat
kekuasaan dinasti Shang. Rakyatnya tinggal dibagian barat provinsi Shaanxi dekat perbatasan dengan
provinsi Ganzu. Pada kawasan tersebut juga tinggal suku barbar Yirong dan Rongdi serta berdasarkan
temuan arkeologisdapat diketahui bahwa Suku Barbar Xirong dan Rongdi telah hidup berdampingan
pada area yang sama dengan leluhur bangsa Tionghoa, yang berbeda dari 3 bangsa tersebut adalah
terletak pada pola dan gaya hidup.

Bangsa Zhou dahulunya merupakan bawahan Dinasti Shang menurut kitab Shiji, nenek
moyang dinasti Zhou adalah Houji (Hokian:Ho Chink) yang dipuja sbg dewa akibat kemampuannya
dalam menemukan teknik pertanian. Ibunya bernama Jiang Yuan yang merupakan keturunan suku
barbar Youtaishi. Suku Barbar Youtaishi ini mendiami kawasan di provinsi Shaanxi.

Legenda menyebutkan bahwa Houzi terlahir setelah ibunya melangkahi kaki seorang raksasa.
Setelah kelahirannya Houji dibuang kewilayah pegunungan sehingga Ia dirawat oleh binatang buas
dan burung-burung. Mungkin dikarenakan hal tersebut. Haiji memiliki kepandaian yang luar biasa
dibidang dibidang pertanian.
Keahlian houji tersebut dikagumi oleh banyak pembesar dinasti Xia, yaitu kaisar Yao dan
Shun. Namun pada masa kaisar Taikang dari dinasti Xia yang kehilanagn tahta pemerintahan, bidang
pertanian kurang mendapat perhatian sehingga anak Houji yang bernama Bhuzu pergi ke wilayah
tempat tinggal bangsa Rongdi. Keturunan kedua Buzhu yang bernama GongLiu berhasil
menghidupkan kegiatan pertanian di negeri tersebut.

Putra Gongliu yang bernama Qingjie membangun sebuah negeri bernama Bin terletak
dikawasan Shaanxi (atau Shanxi). Wilayah negeri Bin tersebut juga merupakan tempat tinggal bangsa
Xirong. Kedua bangsa tersebut mampu hidup berdampingan hingga kurun waktu yang cukup lama.
Berikutnya pada keturunan atau generasi ke 8 lahir leluhur Dinasti Zhou yang bernama Gugong.
Mungkin karena nasib yang kurang beruntung Gugong memperoleh serangan dari suku bangsa
Rongdi dan Xunyu sehingga ia melarikan diri ke kaki gunung Qhisan. Rakyat yang menyertai
pelariannya membantu Gugong membangun sebuah kota dan menamai tempat baru tersebut dengan
nama Zhou. Gugong memiliki 2 putra. Putra sulungnya bernama Taibo memberikan warisannya
kepada adiknya Ji Li karena mendapat mandat dari langit bahwa putra adiknya akan menjadi penguasa
negeri Zhou berikutnya. Taibo sendiri pergi ke Zhejiang di delta sungai Yangzi dan mendirikan negeri
sendiri.

Berdasarkan ramalan dari zaman kaisar Aoding memperlihatkan seringkali terjadi peperangan
antara dinasti Zhou dan dinasti Shang. Isinya berupa perintah bagi suku-suku taklukan dinasti shang
untuk memerangi zhou. Namun zhou bersedia menaklukkan diri dan menjadi bawahan shang.

2.2 Sistem Pemerintahan Feodal Dinasti Zhou

Dinasti Zhou menganut system pemerintahan feodal dengan membagi-bagi wilayahnya


menjadi banyak Negara bagian kecil, seperti Eropa semasa abad pertengahan. Hanya saja bedanya,
para penguasa negeri-negeri kecil itu masih memiliki kekerabatan atau hubungan darah dengan para
penguasa Dinasti zhou, baik melalui keturunan ataupun perkawinan. Sepanjang sejarah kekaisaran
China, system feodal ini hanya pernah sekali berakhir pada masa pemerintahan Dinasti Qin yang
menerapkan system pemerintahan terpusat.

Berdasarkan system feodal tersebut, Negara terbagi menjadi Sembilan bagian, yang masing-
masing bagian terdiri dari 30 negara kelas satu, 60 negara kelas dua dan 120 negara kelas tiga.
Pembagian negeri dalam sekian banyak negeri kecil ini belakangan mendatangkan masalah pada
Dinasti Zhou. Pada mulanya berdirinya, Dinasti Zhou sudah terdapat 1773 negara besar kecil
semacam itu. Negara-negara bagian ini hidup saling bermusuhan, bahkan tidak memedulikan
pemerintah pusat Dinasti Zhou lagi. Negara- Negara kecil dianeksasi oleh Negara yang lebih besar
dan demikian seterusnya hingga jumlahnya makin berkurang menjadi 160 buah saja, kemudian 12
semasa Musim semi dan rontok serta akhirnya tinggal 7 saja pada Masa Perang Antar Negeri.

Semasa dinasti Shang telah menjadi ketetapan bahwa yang menggantikan kaisar adalah
saudaranya yang laki-laki. Bila kaisar tisak mempunyai saudara, barulah tahta itu dialihkan pada
putranya. Peraturan ini diubah semasa dinasti zhou yang menetapkan bahwa tahta seorang kaisar
diwariskan pada putranya dan tradisi baru ini juga berlaku bagi Negara-negar dinasti Zhou.

2.3 Dinasti Zhou Barat


Ji fa yang berhasil menggulingkan Dinasti Shang dan memiliki tahta dengan gelar Wuwang
menikahi putri Jiang Ziya yang telah membantunya menggulingkan rezim Shang serta menganugerahi
Jiang sebuah negeri yang bernama Qi. Negeri Qi ini tetap diperintah oleh keturunan Jiang hingga
perebutan kekuasaan oleh keluarga Tian. Bekas anggota keluarga Dinasti Shang, diberikan ranah
kekuasaan di utara Korea. Dua tahun setelah menaklukkan Shang, wafatlah Wuwang dalam usia 93
tahun dan digantikan oleh putranya yang bernama Ji song dengan gelar Chengwang (±1115-1078
SM). Karena usianya yang masih muda, Zhougong (Ji Dan, juga sering disebut sebagai Bangsawan
Penguasa Zhou). saudara Wuwang, diangkat menjadi walinya. Ini menimbulkan iri hati saudara-
saudara wuwang lainnya, karena mereka juga merasa berhak untuk memegang jabatan penting itu.
Mereka menyebarkan desus-desus bahwa Zhougong sendiri hendak merebut tahta. Namun, Zhougong
yang bijak tidak memedulikan kabar angin itu dan tidak juga berusaha membela dirinya. Ia dengan
segera meletakkan jabatannya serta pulang kenegerinya di Lu. Meskipun demikian, ia tetap
memerhatikan jalanya eoda pemerintahan.

Dua tahun setelah pengunduran diri Zhougong, terjadilah bencana hujan badai yang merusak
tumbuh-tumbuhan. Bencana ini mendorong kaisar Chengwang untuk pergi bersembahyang ke kuil
peringatan leluhurnya. Disana, ia membuka peti tempat penyimpanan kumpulan naskah doa
permohonan Zhougong bagi kesembuhan kakeknya, Wuwang.

Zhougong bersama dengan Kaisar Chengwang memenuhi harapan Wuwang untuk


membangun ibukota di Luoyi(sekarang Luoyang) dan memindahkan benda pusaka kerajaan berupa
sembilan bejana perunggu kesana. Pada masa itu, terjadilah pemberontakan dua saudara Wuwang
yang lain yang dibantu oleh Pangeran Wugeng, pewaris dinasti Shang. Pemberontakan ini berhasil
dipadamkan, sehingga wuwang dihukum mati dan pewarisan Dinasti Shang diserahkan pada pangeran
lainnya. Peristiwa selanjutnya adalah penyerangan terhadap suku barbar Dongyi. Menjelang wafatnya.
Kaisar chengwang memohon agar Zhougong bersedia membantu pemerintahan putra
mahkotanyayang bernaqma Ji Zhao.

Setelah Kaisar Chengwang wafat, putra mahkota Ji Zhao naik tahta dengan gelar (±1078-1052
SM). Selama 50 tahun masa pemerintahannya, Kangwang memerintah berdasarkan semangat yang
digariskan oleh Wenwang dan Wuwang. Hukuman sangat jarang dijatuhkan terhadap rakyat. Pada
tahun ke 6 pemerintahannya, Jiang Ziya wafat sebelumnya mengarang buku strategi perang yang
disebut dengan Liu Tao. Buku ini menjadi panduan bagi para ahli strategi perang sesudahnya seperti
Sun Wu, Sun Bi , huang Shigong, Zhang liang (yang membantu liu bang menyatukan China kembali),
Zhuge liang, dan lain sebagainya.

Poengganti Kangwang adalah Ji Xia yang bergelar zhouwang (±1052-1001 SM). Ia bukanlah
penguasa yang bijak, karena tidak memiliki de atau kebajikan seorang raja. Ketika sedang
menyeberang Sungai Huai, perahunya disabotase, hingga mati tenggelam.

Kaisar berikutnya adalah Ji man yang bergelar Muwang (±1001-9946 SM). Ia mendirikan
departemen yang bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Dinasti Zou. Bertentangan dengan saran
penasihatnya, ia menyerang suku Rongdi, sehingga akhirya mereka tidak mengirim utusan lagi ke
istana Zhou. Setelah itu ia juga mengalahkan suku barbar Quan Rong dan mengasingkan mereka ke
Taiyuan di Provinsi Shanxi. Muwang sangat senang berpesiar ke barat.legenda mengatakan bahwa
pada tahun ke 17 pemerintahannya ia mengunjungi Gunung Kun Lun, tempat dimana ia dijamu oleh
Xiwangmu (salah satu dewi utama dalam daoisme) di DanauYaoci. Peristiwa penting lainnya adalah
memberontaknya negara bagian Xu, yang berhasil dipadamkan oleh kaisar sendiri.

Ji yihu, penguasa berikutnya naik tahta dengan gelar Gongwang (±946-934 SM). Ketika
sedang mengunjungi negeri kecil Mi-guo di Prefektur jiongZhou ia melihat tiga wanita cantik. Ibu
Kanggong, penguasa Mi-guo, menyarankan anaknya untuk menyerahkan tiga wanita cantik itu yang
ditolak olehnya. Akibatnya, setahun kemudian Gong wang menyerang dan menghancurkan Mi-guo.

Pengganti Gongwangadalah Ji jian yang bergelar yiwang (±934-909 SM). Ia memindahkan


ibukota dari Hao ke Quanqiu. Negeri Zhou mengalami kemerosotan, dan semenjak saat itu para
sastrawan mulai mencatat segala peristiwa yang tejadi dalam bentuk puisi.

Ji Pifang naik tahta menggantikan Gong wag dengan gelar Xiaowang (±909-894 SM).
Xiangwong memerintahkan Bangsawan Shen (Shenhou) untuk menyerang suku barbar Quan-rong
pada sekitar tahun 909 SM. Nenek moyang Dinasti Qin yang bernama Fei Zi hidup disebuah tempat
yang bernama Quanqiu (Provinsi Shenxi sekarang) dan berhasil membudidayakan kuda disekitar
sungai Weishui. Bangsawan shen yang putrinya menikah dengan daluo (ayah Fei Zi), suatu kali
membujuk Raja xiangwang agar menganugerahkan nama keluarga Ying pada keturunan Daluo agar
mereka bersedia membantu mengamankan kerajaan dari gangguan suku barbar xirong, dimans ini
memperlihatkan betapa besarnya pengaruh keturunan Daluo terhadap suku barbar it. Kaisar Xiaowang
menyetujui saran ini dan bahkan menganugerahkan keturunan Daluo sebuah negeri yang bernama
Qin(kini di timur provinsi gansu) dan semenjak saat itu putra daluo dikenal dengan sebutan Qin ying.
Qin dengan demikian menjadi negara bawah Dinasti Zhou.

Kaisar berikutnya, Ji Xie naik tahta dengan gelar Yiwang (±894-878 SM). Penguasa kejam ini
merebus sampai mati bangsawan penguasaQi yang bernama Aigong dalam sebuah bejana perunggu.
Yiwang digantikan oleh Ji Hu yang bergelar Liwang (±878-827 SM) yang memerintahkan selama 30
tahun dan merupakan seorang tiran yang mementingkan dirinya sendiri dan hidup boros. Bangsawan
menasihatinya dengan menyampaikan ketidakpuasan rakyat terhadap dirinya. Tetapi, liwang malah
memperkerjakan seorang tukang sihir yang dapat menyadap perkataan orang lain secara gaib. Hal ini
tentu saja meruntukan pamor Dinasti Zhou, sehingga raja-raja bawahan tidak bersedia lagi
menjunjungi istana Zhou untuk menunjukkan rasa hormat mereka. Rakyat akhirnya tidak lagi berani
memproses sang raja. Liwang dengan bangga mengatakan pada Zhou bhwa rakyat tidak berani lagi
mengata-ngatai dirinya. Bangsawan Zhou lalu menghirup kata-kata bijak yang pernah disabdakan para
suciwana dizaman lampau:

Mengendalikan mulut rakyat lebih sulit dibandingkan mengendalikan amukan gunung berapi,
banjir membinasakan banyak orang sekali sebuah bendungan jebol. Rakyat tidak lagi
dapatdikendalikan bila ketidakpuasa mereka telah meledak.

Oleh karena itu, seorang penguasa yang bijaksana akan memperlakukan rakyatnya dengan
baik., harena kemarahan rakyat dapat menumbangkan seorang penguasa walau sekuat apapun. 18
Kaisar menolak mematuhi nasihat Bangsawan Zhao dan benarlah, tiga tahun kemudian para menteri
saling bahu-membahu menggulingkannya. Liwang terpaksa melarikan diri ke Zhi (Provinsi Shanx),
yang terletak disebekah timur Sungai kuning, sedangkan putra mahkotanya yang bernama Jing
terpaksa meminta perlindungan bangsawan zhao ketika diserang oleh rakyat. Bangsawan zhou
bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi melindungi putra mahkota karena merasa bersalah atas
kegagalannya menasihati kaisar. Pada saat yang sama, suku barbar Xirong telah memberontak di
bagian barat Dinasti Zhou dabn membunuh banyak keturunan Daluo yang menguasai negeri Qin.
Penguasa Qin saat itu, Qin Zhong (memerintah 845-822 SM), terbunuh. Lima putra Qin Zhong yang
dipimpin oleh putra tertuanya membalas dendam kematian ayah mereka dan berjuang mengalahkan
suku Xirong demngan 7.000 tentara pinjaman dari Dinasti Zhou. Putra tertua Qin Zhong kemudian
menggantikan ayahnya yang telah gugur sebagai raja Qin dengan gelar Zhuanggong (memerintah 821-
778 SM). Ia mengamankan wilayah barat kerajaan tersebut dan menerima gelar Xichui Dfu (penguasa
Agung wilayah paling barat).

Setelah pelarian Dinasti Liwang ini, kendali pemerintahan Dinasti Zhou dipegang oleh
Bangsawan Zhao. Pada tahun ke 14 pemerintahan sang bangsawan, Kaisar Liwang wafat di Zhi dan
Jing selaku putra mahkota diangkat sebagai penguasa baru dengan gelar Xuanwang (827-782 SM).
Kaisar Xuanwang berusaha memperbaharui kembali semngat dinasti zhou dengan dibantu oleh
Bangsawan Zhou. Para raja bawahan mulai datang kembali mengunjungi istana sebagai wujud rasa
hormat dan dukungan mereka. Namun pada akhirnya pemerintahannya, xuanwang mulai bertindak
sewenang-wenang seperti membunuh seorang menteri bernama dubo tanpa alasan yang jelas. Legenda
mengatakan bahwa 3 tahun kemudian ia dibunuh oleh anak panah yang ditembakkan oleh hantu
penasaran Dubo. Peristiwa penting lain yang dialami kaisar adalah kekalahan menghadapi suku barbar
Jiagrong.

Pengganti Xuanwang yang bernama Ji Gongnie (gelar:Youwang; 781-771 SM) byikan seorang
raja bijaksana. Pada tahun kedua pemerintahannya, terjadi gempa bumi dahsyat didaerah San Chuan.
Gunung Qishan bergoncang hebat dan sungai-sungai menjadi kering. Seorang menteri Dinasti Zhou
bernama Boyangfu mengatakan bahwa Dinasti Zhou barang kali akan mengalami nasib buruk. Pada
tahun ketiga pemerintahannya, Youwang menjadikan seorang wanita bernama Baoshi, yang konon
tidak pernah tertawa, sebagai permaisuri barunya. Kaisar akhirnya menyingkirkan putra mahota yang
diahirkan oleh permaisuri terdahulu. Bangasawan Shenhou, ayah permaisuri yang disingkirkan itu,
merasa marah; ia meminta bantuan suku Quanrong, negeri Zengguo (keturunan Yu pendiri Dinasti
Xia), dan suku barbar Yi untuk bersama-sama menyerang Dinasti Zho. Ketika serangan ini benar-
benar dilancarkan, para raja bawahan tidak bersedia lagi datng membantu, karena beberapa waktu
yang lalu poernah dipermainkan oleh kaisar beserta permaisurinya. Youwang akhirnya mati dibunuh
oleh bangsa barbar Quanrong. Ini mengakhiri babakan sejarah Dinasti Zhou Barat.

2.4 Perkembangan Dinasti Zhou Timur

Kini dinasti Zhou memasuki babakan barunya yang disebut Zhou Timur dan pada saat yang
bersamaan berawal pulalah zaman Musium Semi dan Rontok. Pemberian nama Zhou Timur bagi
babakan baru ini berasal dari pemindahan ibukota kerajaan ke sebelah timur (Luoyi) yang dilakukan
oleh kaisar berikutnya, Pingwang (770-720SM), pada tahun 770 SM di bawah perlindungan raja Qin.
Ia menjanjikan pada penguasa Qin untuk menganugrahkan daerah Feng dan Qishan bila berhasil
mengalahkan Pingwang kemudian menganuhgrahkan gelar Xianggong pada raja Qin yang bernama
Ying Kai (memerintah 777-786 SM). Dengan bantuan raja muda Qin ini, suku Rong berhasil di
kalahkan. Raja muda Yianggong meninggal pada tahun 786 SM ketika sedang berperang melawan
suku barbar Rong di Qishan dan di gantikan oleh Wengong (memerintah 765-716 SM). Pada tahun
ke-13 pemerintahannya, ia memutuskan untuk membangun ibukota di Qishan dan manaklukkan suku
Rong di sana serta merebut kembali wilayah Zhou yang pernah di kuasai mereka.

Ketika kaisar Pingwang wafat, putranya yang bernama Xiefu juga telah wafat, sehingga yang
di angkat sebagai kaisar baru adalah cucunya yang bernama Ji Lin (gelar:Huanwang(719-697SM)).
Pada tahun ketiga pemerintahannya ,raja muda Zyeng yang bergelar Zhuanggong datang berkunjung,
tetapi kaisar tidak mengindahkannya. Inilah yang mengusarkan hati raja Zyeng. Pada tahun kelima
pemerintahannya Huangwang, raja muda Zheng memindahkan letak kuil pemuja kerajaan di Xutian
(kini di dekat Xuchang, Provinsi Henan) tanpa seizing kaisar. Kaisar Huangwang berangkat
memerangi negeri Zheng pada tahun ke-13 pemerintahannya. Tetapi dalam peperangan itu, kaisar
terluka dan ini sangat menurunkan karismanya, karena sebelumnya seorang kaisar di anggap sakti dan
tidak dapat dilukai oleh rakyat maupun bawahannya. Perang ini di sebut perang Ruge (707 SM) dan
semenjak itu Dinasti Zhou kehilangan keagungannya.

Penguasa Dinasti Zhou berikutnya adalah Ji Tuo Yang bergelar Zhuangwang (696-682 SM).
Bangsawan Heijian hendak membunuh kaisar dan mengantikan dengan pangeran Ke Seorang mentri
bernama Xinbo membocorkan rencanan Kudeta tersebut sehingga kaisar dapat bergerak lebih dahulu
dengan membunuh bangsawan itu. Pangeran Ke lalu melarikan diri kebagian negara Yan.

Pengganti Zhuangwang adalah Ji Huqi yang brgelar Xiwang (681-677 SM). Pada masanya,
kekuasaan negara-negara makin meningkat. Pada tahun ke tiga pemerintahnnya, Raja Qi Huaggong
menyatakan dirinya sebagai raja muda tertinggi dengan di bantu oleh penasehatnya brnama Guang
Zhong. Ia meningkatkan kekayaan negar Qi dengan memungut pajak dari kegiatan prostitusi. Pada
tahun 679 SM, bangsawan (marquis) negeri Jin Bernama Minhou dibunuh oleh Quwo Wugong.
Kaisar Xiwang lantas menyerahkan jabatan bangsawan negeri Jin padanya. Pada tahun 677 SM, raja
Qin yang bergelar Wugong wafat dan 66 orang ikut dikubur hidup-hidup bersamanya.

Kaisar Zhou selajutnya adalah Ji Lang yang bergelar Huiwang (676-652 SM). Pada masa
kedua pemerintahannya, seorang paman kaisar bernama Tui memberontak terhadap Dinasti Zhou
Huiwang terpaksa mencari perlindungan ke negara bagian Zheng. Dua tahun kemudian raja muda
Zheng Liong beserta bangsawan Guo membantu kaisar membunuh Tui dan memulihkan
kekuasaannya. Huiwang di gantikan oleh Ji Zhang yang digelari Xiangwang (651-619 SM). Semasa
pemerintahnnya, raja muda Qi Huanggong (685-643SM) mengelar pertemuan di Kuiqiu pada tahun
651 SM untuk menunjukan bahwa dirinya merupakan yang terkuat di antara para raja muda. Qi
Huaggong melanjutkan aksi militarnya dengan mengganyang negeri Shanrong sertta Guzhu di
Manchuriag pada tahun 664 SM dan berperang melawang suku barbar Baidi pada tahun 651 SM. Pada
tahun ke tiga pemerintahan Xiangwang, saudara kaisar yang bernama Shudai bersengkongkol dengan
suku Barbar Rongdi untuk menyerang Dinasti Zhou. Negara bagian Jinn membantu kaisar
mengalahkan mereka dan begitu pula halnya dengan negeri Qi yang mengurus Guan Zhoung untuk
mempertahankan Zhou terhadap serangan suku Barbar.

Penerus Xiangwang adalah Ji Renchen yang bergelar Qingwang (618-613SM). Semasa


kekuasaanya, pertempuran antar negara bagian masih berlanjut. Dimana pada tahun 617 SM, jinn
mmenyerang Qin dan merebut Shaoliang. Dua tahun kemudian, yakni pada tahun 615 SM, raja muda
Qin Kanggo ganti menyerang Jin dan berhasil merebut Jima.

Kaisar Qinwang meninggal pada tahun 613 SM, setelah memerintah hanya selama kurang
lebih 6 tahun, penggantinya adalah Jin Ban yang bergelar Kuangwang (612-607 SM). Pada masanya
terjadi perang antara negeri Younnuo yang di bantu oleh suku-suku barbar melawan Chu. Pada
mulanya Chu berhasil dikalahkan sebanyak tujuh kali, namun raja Chu kemudian bersekutu dengan
Qin, Ba (yang terletak di Sichuan), serta negeri-negeri kecil lainnya, sehingga akhirnya justru negeri
Yongguo yang dimusnahkan.

Kuangwang digantikan oleh saudaranya, Ji Yu yang bergekar Dingwang (606-586SM). Pada


masa pemerintahanya, Raja Muda Chu Zhuangwang melakukan kampaye militer ke utara melawan
suku barbar Luhunrong. Ketika melalui Luoyi (Louyong), ia meninggikan Sembilan bejana perunggu
yang merupakan pusaka Dinasti Zhou dan memintanya, dimana hal ini dapat di sepanankan dengan
suatu usaha kudeta. Kaisar Dingwang kemudian mengutus seorang mentri bernama Wangsun Man
untuk membujuk sang raja muda agar tidak jadi merampas harta benda tersebut.

Pada masa kaisar berikutnya, Ji Yi, Ji dan Wu bersekutu untuk melawan Chu, Negeri-Negeri
Jin, Qin, Zheng, dan lain sebagainya saling berperang. Mereka menjalin persekutuan dan setelah itu
menggingkarinya kembali dengan menyerang bekas sekutunya itu. Kaisar Zhou berikutnya adalah Ji
Xiexin. Pada zamannya Konfusius terlahir di negeri Lu (551 SM). Peristiwa penting yang terjadi
semasa pemerintahan-pemerintahab Kaisar Zhou Lingwag adalah pecahnya pertempuran antara
Negeri Jin dengan Qi. Lingwang digantikan Oleh Ji Gui yang bergelar Jingwang. Saat itu pengeran
negeri Chu membunuh ayahnya dan mengangakta dirinya sebagai raja muda dengan gelar Chu
Lingwang. Pada tahun 538 SM, ia menyelenggarakan pertemuan hegemoni dengan negeri-negeri
lainnya di Shen. Setelah kematian kaisar, tiga orang pengeran saling memperebutkan tahta. Pangeran
Zichao memunuh pangeran Meng yang lebih tua usianya. Negeri Jin yang tidak menyukai Zichao
terpaksa melarikan diri ke Chu. Untuk menhgormati pangeran Meng yang mati dibunuh, ia diberi
gelar anumetra sebagai kaisar Daowang. Pihak Jin selanjutnya mengangakat Pangeran Gai seebagai
Kaisar Jingwang II. Pada masa pemrintahan kaisar Jingwang II ini pecah pertempuran dasyat antara
Jin dan Yan.

Pangeran Zichou masih meneruskan perlawanan terhadap pengeran Gi yang telah menjadi
kaisar. Akhirnya pangeran yang memberontak itu di serahi jabatan sebagai menteri, tetapi masih tidak
puas dan menerbitkan pemberontakan lagi paada tahun ke-16 pemerintahan Jingwang. Kaisar
melarikan diri ke Jin dan tidak bersedia kembali ke istana hingga raja muda Jin Dinggong bersedia
mengawalnya. Menghadapi kedatangan pasukan Jin, Pangeran Zichao terpaksa terpaksa melarikan diri
ke Chu. Setelah insiden ini, Kaisar Jingwang memindahkan Ibukota ke Chengzhou.

Jingwang wafat dan digantikan oleh Jin Ren, pada masa pemerintahannya, dimulaikah masa
perang antar Negeri. Setelah memerintah selama delapan tahun, wafatnya kaisar Yuangwang dan di
gantikan oleh Ji Jie yang bergelar Zhendingwang (468-441 SM). Pada masa pemerintahannya, negeri
Qin menyerang bangsa barbar Dali-rong dan merebut Ibukota mereka. Beberapa tahun kemudian,
yakni pada tahun 444 SM, raja Qin yang bernama Ligong kembeli melakukan kampaye militer
terhadap suku berbar Yiqu-rong ( yang berdian di daerah Qingzhou dan Ningzhou sekarang) serta
menangkap raja mereka. Setahun kemusian, tercatat terjadinya gerhana matahari dan pada tahun itu
pula Raja Qin Ligong Wafat serta digantikan oleh Qin Zaogong.

Raja Zhou berikutnya adalah Ji Quji yang bergelar Aiwang, dan hanya memerintah selama tiga
bulan sebelum dibunuh oleh saudaranya sendiri. Pengantinya Ji Shuxi yang bergelar Siwang juga
hanya sempat memerintah selama 5 bulan saja sebelum di bunuh oleh adiknya.

Penguasa Dinasti Zhou selanjutnya adalah Ji Wei. Ia menganugerahkan tanah di sebelah


selatan Sungai Kuning pada saudaranya yang bernama Ji Jie. Sehingga dengan demikian administrasi
pemerintahan Dinasti Zhaou dibagi menjadi dua. Ji Jie di beri gelar sebagai Bangsawan Penguasai
sungai kuning. Sementara itu, istana kaisar yang terletak di Chengzhou (Ibu kota baru semasa Kaisar
Jingwang Jingwang II) disebut “ISTANA TIMUR ZHOU.” Pada perkembangan selanjutnya ,
bangsawan Xizhou Huanggong pada tahun kedua pemerintahan Kaisar Xianwag (367 SM)
menjadikan serta menggelari putranya, Jin Ban, sebagai (Bangsawan Penguasa Belahan Timur)
dengan tujuan untuk membantu adminirasi pemerintahn ibu kota lama Dinasti Zhou. Dinasti Zhou
memiliki kaisar di Chwngzhou, seorang bangsawan timur (Dongzhou) yang berkantor di Luoyi, serta
soerang bangsawan barat (Xizhou) disebelah selatan Sungai Kuning.

Semasa pemerintahan kaisar Zhou berikutnya, Ji Wu, terjadilah peristiwa aneh,yakin


bergetarnya kesembilan bejana perunggun yang merupakan harta pusakan kerajaan. Peristiwa penting
pada kurun waktu ini adalah tewas dibunuhnya Raja Chou Shengwang(Penguasa negara bagian Chu)
oleh perampok dan kaisar juga magkat pada tahun yang sama. Kaisar Chou berikutnya adalah Ji Jiao
yang bergelar anwan (401-376 SM). Semasa pemerintahnnya, Wu Qi diangkat sebagai perdana mentri
Chu. Setelah memerintah selama kurang lebih 25 tahun, Kaisar Anwan mangkat dan di gantikan oleh
Ji Xi Kaisar Ji Xi atau Liewang mengirimkan utusan sipil dan militer ke Negeri Qin sebagai tanda
persahabatan. Seorang sahabat sejarah Dinasti Chou pergi mengunjugi Raja Qin Xiangong dan
menyebutkan mengenai sebuah ramalan yang berbunyi bahwa Qin dan Zhou di takdirkan untuk
bersatu serta Qin akan menjadi negeri yang terkuat pemegang hegemoni dalam kurun waktu tujuh
belas tahun berikutnya. Para Filosof besar, seperti Mengzi (Mencius, 372-289 SM?) dan Zhuangzi
(369-286 SM) juga terlahir pada zaman pemerintahan Liewang. Setelah memrintah selama kurang
lebih sepuluh tahun, Kaisar Liewang kaisar wafat dan digantikan oleh saudaranya, Ji Bian, yang
bergelar Xiangwang(368-321 SM). Setelah memerintah selama 5 tahun, ia menghaturkan upacara
selamat pada Raja Qin Xiaogong dengan tujuan agar Qin tidak menyerang negerinya. Sebagai
tambahan, empat tahun kemusian, kaisar kembali mengutuskan duta sipil dan militer ke sana. Shang
Yang seorang ahli adminitrasi dari aliran legalisme, memulai pengabdiannya di negera Qin pada tahun
361 SM. Kita akan melihat bahwa Shang Wang sangat berjasa dalam menjadikan Negara Qin dalam
negara adidaya sehingga sangup menyatuka China pada masa mendatang. Qin pada waktu
memindahkan Ibukotanya ke Xianyang sebagai ibukotanya dan memperkenalkan pajak pertanian.
Sebagai negara terkuat Qin melakukan unjuk kekuatan dengan mengumpulkan seluruh raja bawahan
Dinasti Chou pada tahun ke25 pemerintahan Kaisar Xianwag. Beberapa tahun kemudian, atau
tepatnya pada tahun ke-33 pemerintahan Kaisar Xianwang, kembali utusan di kirim ke Qin, sebagai
pengakuan kaisasr bahwa Qin telah menjadi negeri pemegang hemegoni saat itu. Keadaan semakin
memanas ketika keenam negara lainnya yang tersisa hendak mengadakan aliansi untuk mengalahkan
Qin, namun gagal. Demikian, pada zaman ini hanya tersisa tujuh negara bagian yang terkuat : Qin,
Wei , Han, Zhou, Yan, Chu, dan Qi. Kaisar Dinasti Zhou sendiri semakin tengelam pamornya dan
tinggal menguasai suatu wilayah yang sangat kecil saja.

2.5 Zaman Musim Semi dan Rontok serta Masa Perang Antar Negeri

Berdasarkan periodisasi Dinasti Chou terbagi menjadi 2 yaitu Chou barat dan Chou timur.
Dinasti Chou timur terbagi lagi menjadi menjadi 2 zaman yaitu Zaman Musim Semi dan Rontok
(Chunqiu) yang diperkirakan berlangsung pada tahun 770-476 SM, dan masa Perang Antar Negeri
(Zanguo) yang diperkirakan terjadi pada tahun 475-221 SM.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dalam setiap Dinasti di China selalu memimpin
beberapa suku yang berada di bawah kekuasaan Dinasti tersebut. Begitu pula dengan Dinasti
Chou/Zou/Yin, dalam memimpin kekuasaannya Dinasti ini tentu tidak akan lepas dari masalah yang
ditimbulkan oleh suku-suku yang merasa tidak sejalan dengan pemikiran Raja Dinasti Chou/Zou/Yin.
Hal ini terbukti dengan timbulnya hegimoni pada kalangan suku yang berada pada bawahan Dinasti
Chou, para suku-suku tersebut merasa bahwa hidup mereka tak sesuai dengan apa yang diinginkan
sehingga muncullah rasa ingin menguasai suku lain yang berada pada bawahan Dinasti Chou tersebut.
Secara administratif, para penguasa Chou membagi wilayahnya menjadi Negara-negara feodal, yang
belakangan menjadi semakin kuat dan bahkan sanggup melebihi serta menandingi kekuasaan kaisar
sendiri (buku). Salah satu faktor mengapa munculnya hegimoni diantara para suku/Negara bawahan
Dinasti Chou adalah karena Dinasti Chou yang membagi wilayahnya menjadi Negara feodal sehingga
menimbulkan berlakunya hokum rimba yaitu siapa yang kuat dia yang berkuasa. Pada mulanya semua
suku/Negara melakukan peperangan namun kemudian tersisa tujuh Negara/suku yang terkuat yaitu:
Han, Wei, Zhao, Qin , Chu, Yan, dan Qi. Penguasa pertama yang melakukan system hegimoni adalah
raja Zhuanggong dari negeri Zheng (743-701 SM). Pada mulanya system hegimoni ini bertujuan
untuk melindungi suku/Negara-negara kecil dan Dinasti Chou dari serangan suku barbar, namun
kemudian menjadi perluasan wilayah dan untuk melindungi orang-orang dari Negara-negara kecil
tersebut. Bagi Negara-negara kecil yang lemah terdorong untuk bekerjasama dengan Negara-negara
kecil yang lebih kuat untuk menaklukkan Negara-negara kecil yang berkuasa.

Seperti contoh yang terjadi pada Negara bagian yang terdapat dalam Dinasti Chou yaitu Wu
dan Yue, pada sekitar tahun 495-465 SM kekuatan Wu dan Yue merupakan kekuatan yang sangant
dahsyat di bagian tenggara Cina. Sebenarnya Wu dan Yue adalah musuh bebuyutan yang sudah lama
menyimpan dendam.Fu Chai, raja Wu menyerbu Yue pada tahun 493 untuk membalas kematian
kakeknya yang terbunuh saat menyerang Yue dua tahun sebelumnya. Goujian , raja Yue berhasil
menyelamatkan jiwanya setelah menyuap perdana menteri Wu dengan delapan wanita cantik dan 1
Kg emas. Perdana menteri Wu akhirnya berhasil membujuk Fu Chai, raja Wu untuk mengampuni
nyawa Goujian dengan syarat Goujian harus menjadi memberikan upeti berupa gadis cantik dan
beberapa harta serta harus menjadi pelayan istana Wu bersama istrinya. Setelah menjadi pelayan,
Goujian dipaksa mengurus kandang kuda, dan ketika Fu Chai sedang bepergian dengan keretanya,
Goujian harus berjalan di depan kuda untuk mengusir lalat dari hidung kuda yang di tumpangi oleh Fu
Chai. Tiga tahun kemudian Goujian diperbolehkan kembali ke Yue, namun setiap tahun Goujian harus
membayar upeti kepada Wu. Karena penghinaan yang di dapatnya dari Wu, Goujian berniat
membalas dengan mengirim wanita cantik untuk menjadi permaisuru di kerajaan Wu. Usaha Goujian
berhasil, wanita kiriman Goujian berhasil menyuruh Fu Chai untuk menguras habis hartanya dengan
menyuruh Fu Chai membuat istana yang sangat megah untuk wanita kiriman Goujian tersebut. Selain
mengirim wanita, Goujian juga berpura-pura meminjam beras dari Wu dan mengembalikannya dalam
benih padi yang telah diupakan sehingga tak mungkin bias di tanam lagi.

Sementara itu Fu Chai tak menghiraukan kesejahteraan rakyatnya dan sibuk bersenang-senang,
sehingga popularitas Fu Chai jauh di hadapa rakyatnya. Putra Fu Chai sudah menasehati ayahnya,
namun Fu Chai hanya sadar sekejap, selebihnya Fu Chai bersenang-senang kembali. Akhirnya pada
tahun 477 SM, keadaan Wu semakin memburuk. Hal ini dimanfaatkan oleh Goujian untuk membalas
dendam atas penghinaan yang telah dilakukan Wu kepadanya, dengan cara menyerang Wu dan
akhirnya Wu kalah. Raja Wu, Fu Chai memohon ampunan kepada Goujian namun Goujian
menolaknya dan memberikan 2 pilihan yaitu dibunuh atau bunuh diri. Fu Chai lebih memilih
membunuh dirinya sendiri, sehingga Goujian menjadi pemegang hegimoni pada saati itu.

Masa perang antar negeri di awali dengan disingkirkannya keluarga Jiang yang diperintah Qi
oleh keluarga Tian. Pada awal abad ke-5 SM, lima keluarga eterkemuka di Kerajaan Jin terlibat dalam
perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan di Negara bagian tersebut. Tiga keluarga diantara
mereka yakni Han, Wei, dan Zhao berhasil menjad pemenangnya dan membagi negaranya menjadi
tiga. Kaisar Dinasti Chou hanya dapat mengakui secara resmi pembagian kekuasaan ini pada tahun
403 SM (Buku). Pada akhir Masa Perang Antar negeri, Qin semakin popular namanya yaitu semasa
pemerintahan raja Qin Xiagong (361-338 SM). Setelah peperangan yang dimenangkan Qi dari Wei,
penasehat kerajaan Qin mengusulkan agar menyereang Negara bagian Wei. Penyerangan tersebut
berhasil dan menahan pangeran Wei yang di undang untuk menghadiri prundingan untuk damai,
karena Wei baru saja dikalahkan oleh Qi maka Wei runtuh. Seabad kemudian Negara/ suku bagian
tidak lagi menghormati kekuasaan kaisar Dinasti Chou, hal ini terbukti dengan adanya gelar yang
sama yang dipakai oleh para bangsawan dengan gelar yang di dapat oleh kaisar Diasti Zhou. Pada
akhir Masa Perang Antar negeri, Qin lah yang terkenal Negara bagian terkuat, yang nantinya juga
menjadi Dinasti besar yang mempersatukan Cina. Qin mencapai puncak kejayaan ketika Fan Ju
menjadi perdana menteri Qin. Sebenarnya Fan Ju berasal dari Wei, Fan Ju bekerja sebagai pembesar
Wei bernama Xu Jia. Namun raja Qi tertarik oleh kepandaiannya dan mengundangnya untuk pindah
ke Qi, namun Fan Ju tak mau pindah. Meskipun Fan Ju tak mau pindah ke Qi, namun Fan Ju tetap
menerima makanan dan emas yang diberikan raja Qi kepada Fan Ju. Karena merasa iri, Xu Jia
melaporkannya sebagai bentuk penghianatan kepada perdana menteri Wei yaitu Wei Qi, karena Xu Jia
sangat membenci Fan Ju, akhirnya Xu Jia membuang Fan Ju kedala pembuang kotoran hingga Fan Ju
hampir mati. Namun beruntunglah Fan Ju karena ada seorang penjaga yang iba terhadapnya dan
menolongnya, setelah di tolong Fan Ju merubah namanya dan bertemu dengan diplomat dari negri Qin
yang terkesan dengan kepandaian Fan Ju dalam hal strategi militer. Kemudian diplomat dari negri Qin
merekomendasikan Fan Ju sebagai pembuat strategi militer Qin. Pada mulanya raja Qin enggan
menerima Fan Ju karena di takutkan akan menggeser kedudukannya, namun karena raja Qin terkesima
dengan strategi Fan ju untuk menaklukkan Qi dan Chu. Setelah berhasil menaklukkan Qi dan Chu,
Fan Ju berniat menyerang Wei, namun Wei mengirim utusannya untuk mencegah penyeranga yang
dilakukan Qin. Fan Ju bersedia tidak menyerang Wei dngan syarat kepala perdana menteri Wei di
kirim kepadanya. Akhirnya perdana menteri Wei yang pernah menghina Fan Ju membunuh dirinya
dan menyerahkan kepalanya kepada Fan Ju.

2.6 Runtuhnya Dinasti Zhou


Kaisar Zhou berikutnya adalah Ji D dan setelah Zing yang bergelar Senjingwang (320-315
SM), dan setelah wafat sia digantikan oleh Ji Yang. Ia merupakan raja terakhir Dinasti Zhou dan
semasa pemerintahannya Ibukota Zhou dipindahkan Zizhou, dimana ini menunjukan bahwa sekarang
bagsawan Dinasti Zhou belahan barat memiliki kekuasaan dan papor yang melibihi kaisar Dinasti
Zhou sendiri.

Ketika putra tertua bangsawan penguasa Dinasti Zhou belahan barat wafat, penguasa Zhou
berusaha untuk menjadikan pangeran Jiu sebagai pengantinya. Pada tahun 307 SM, ketika Qin
menyerang Han, Chou segera mengirim bala bantuan untuk membela Han yang lebih lelah dan begitu
pula halnya dengan Zhou. Pihak Chu salah mengira bahwa Zhou berada di pihak Qin, sehingga
menyerang Zhou. Seorang mentri yang bernama Su Dai pergi ke perkemahan tentaras Chu guna
menjelaskan duduk permasalahannya. Ketika Hin hendak meminjam pusaka Zhou guna menyerang
Han, seorang mentri menyerankan agar Bangsawan penguasa dinasti Zhou belahan barat mengirimkan
beberapa sandera ke Chu sehingga Qin barangkali akan merasakan takut terhadap perserikatan Chu
dan Zhou. Ketika raja Qin mengundang bangsawan penguasa dinasti Zhou untuk melakukan
kenegaraan, ia mencari akal untuk menolak undangan ini dengan jalan mengirimkan perintah agar
Han berpura-pura mengirimkan tentaranya ke Nanyang yang merupakan wilayah Xhou, sehingga
bangsawan penguasa Zhou ini jadi memiliki alasan untuk tidak menepai undangan ini, yakin karena
wilayahnya di serang negara lain.

Kelemahan dinasti Zhou tampak dari ketakutannya terhadap Qin yang berusaha untuk merebut
wilayahnya. Seorang mentri yang bernama Ma Fan di utus ke negeri Wie dengan memohon rajanya
agar mengirimkan pasukan demi melindungi dinasti Zhou. Ketika pihak Qin berusaha menyerang
Zhou pada tahun 270 SM, seorang menteri dikirim untuk membujuk Qin agar membatalkan niatnya
itu. Ia mengatakn bahwa serangan itu tidak akan ada manfaatnya karena wilayah Zhou begitu kecil,
dan selain itu semua negara bagian lainnya akan terdorong untuk bersekutu dengan Qin sebagai reaksi
atas ketakutan mereka terhadap Qin. Sebagai hasilnya Qin tidak jadi menyerang Zhou. Qin lalu
mengalihkan serangannya pada Zhao dan berhasil mengalhkannya pada pertempuran Changping (260
SM ). Sumber sejarah mengatakan bahwa pihak Qin mengubur hidup-hidup seluruh tawanan
perangnya.

Pada tahun 257 SM, tiga negara bagian yang terdiri dari Han, Zhou dan Wei melakukan aliansi
melawan Qin, sedangkan Zhou memilih bersikap netral. Setahun berikutnya (256 SM), Qin merebut
Yangcheng dari kerajaan Han. Bangawan Dinasti Zhou belahan barat kemudian meninggalkan sikap
netral itu dengan menbangun persekutuan terhadap negeri-negeri yang memusuhih Qin. Pihak Zhou
mengirimkan tentaranya untuk menghadang pasukan Qin di Yangcheng. Raja Qin Zhaowang marah
besar dan menyerang Zhou. Kaisar Nanwang dan bangsawan penguasa dinasti Zhou belahan barat
terpaksa pergi keperkemahan Qi untuk meminta untuk meminta maaf dan menyerahkan 36 Kota yang
dikuasainya sebagai konpensasi.

Belakangan, Qin tetap menyerang ibukota Zhou pada tahun 256 SM serta membuang kaisar
dan bangsawan penguasa dinasti Zhou belahan batar ke Lingxian yang yang terletak di provinsi Henan
sekarang. Kaisar Zhou Nanwang serta bangsawan Dinasti Zhou Belahan Barat wafat pada tahun itu
juga. Pihak Qin lalu merampas harta pusaka dinasti Zhou yang berupa 9 bejana perunggu dan
mengirimkan ke Xianyang. Peristiwa ini mengakhiri dinasti Zhou yang telah berkuasa selama kurang
lebih delapan abad.

2.7 Perkembangan Keagamaan Semasa Dinasti Zhou

Semasa berkuasanya Dinasti Zhou, tulang digunakan untuk meramal yang sebelumnya
dipraktikkan oleh Dinasti Shang mulai diganti dengan pengamatan terhadap perubahan alam. Teknik
untuk memprediksi semacam ini dilakukan dalam sebuah kitab yang berjudul Zhouyi atau yang lebih
dikenal dengan sebagai Yijing (berati Kitab Perubahan).

Kurang lebih seabad setelah setelah berdirinya Dinasti Zhou, para pengusaha berniat untuk
mengganti ritual-ritual yang lama dengan ritual yang baru. Lalu mereka membuat atau menyusun
sebuah kitab yang diberi judul Liji (Aturan Ritusritus Kuno). Kita akan mengutip sedikit kitab itu agar
memperoleh sekilas gambaran isinya:

Apa yang terjadi dalam hidup manusia adalah lita. Tanpa li, mengatur atau tata cara pemujaan
terhadap roh-roh penguasa langit dan bumi akan menjadi tak bermakna. Tanpa li tak ada gunanya
membedakan kedudukan penguasa dan bawahan, yang unggul dan tidak unggul, muda dan tua, tanpa
li tidak ada gunanya mempertahankan pemisahan antara pria dan wanita, ayah dan anak, adik dan
kakak dsb. karenanya didalam (upacara pemujaan yang kita lakukan) arak hitam di persembahkan di
ruangan bagian dalam kuil, bejana yang memuat diletakkan di dekat pintu masuk , arak merak
dipersembahkan di aula utama, sedangkan yang jernih disebuah tempat bagian bawah. Persembahan
berupa hewan juga di atur sedemikian rupa , dan bejana kaki tiga serta penyangganya dipersiapkan.
Kecapi dan harpa diatur dalam deretan-deretan, dengan seruling, batu yang dapat menghasilkan bunyi,
genta, dan genderang. Doa-doa dan berkat sudah dipersiapkan, semua usaha ini akan mengundang
turun Shangdi, dan demikian pula roh-roh nenek moyang di atas sana. Hubungan antara penguasa dan
menteri telah diseleraskan, perasaan tulus antara ayah dan anak terpelihara, kakak serta adik hidup
rukun, yang tinggi dan rendah menduduki posisi mereka masing-masing dan hubungan yang
seharusnya antara suami istri tercipta. Inilah yang disebut dengan mengamankan berkah-berkah
Langit.

Adanya ritus baru itu mendorong dinasti Zhou untuk membangun sebuah kuil pemujaan bagi
nenek moyang (zongmiao). Di dalam kuil itu, diletakkan nama para leluhur sebagai penghubung
antara generasi sekarang dengan generasi sebelumnya. Leluhur yang lebih tua diletakkan di bagian
paling belakang, dimana hal ini mencerminkan konsep keyakinan Dinasti Zhou bahwa generasi
sekarang dibangun atas dasar generasi sebelumnya.

Pujaan tertinggi Dinasti Zhou adalah ‘tian’ yang secara harfiah berarti “langit”. Huruf asli
bagi ‘tian’ menggambarkan kepala yang besar yang karakter lain dibawahnya yang berarti ‘besar’.
Sebagaimana yang telah kita ungkapkan di atas, ibu Houji, leluhur legendaris Dinasti Zhou, hamil
setelah melangkahi telapak raksasa, sehingga kita boleh menyimpulkan bahwa tian ini barangkali ada
hubungannya dengan pemujaan leluhur. Tian ini kemudian disatukan dengan dewa tertinggi Dinasti
Shang, yakni Shangdi, menjadi Huangtian shangdi. Di samping Tian, dikenal pula sebagai dewa
bumi. Pemujaan terhadap keduanya melambangkan penyatuan Langit dan Bumi. Hanya kaisar saja
yang boleh melakukan pemujaan semacam ini, yang bertahan selama ribuan tahun dan baru berakhir
setelah runtuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911. Saat melakukan ritual ini, kaisar memohon agar
Langit dan Bumi bermurah hati pada umat manusia dengan melimpahkan panen yang baik serta
keselamatan negara.

2.8 Perkembangan Bidang Filsafat Semasa Dinasti Zhou: Lahirnya Berbagai Ailran Filsafat

Dinasti Zhou merupakan dinasti yang terkenal karena pencapaiannya dalam bidang filsafat.
Pada dinasti ini banyak terlahir filosof-filosof terkemuka, seperti: Kong Fuzi (Confucius), Meng Zi
(Mencius) dan Lao Zi dan lain-lain. Tetapi hanya tiga filusuf yang sangat terkemuka pada zaman
dinasti Zhou ini yakni: Lao Zi, Kong Zi, dan Meng Zi. Selain tiga filosof tersebut,terdapat pula aliran
legalisme yang cukup berperan dalam penyatuan kembali China dibawah Dinasti Qin.

2.8.1 Kong Fuzi (551-472 SM)


Kong Fuzi dilahirakan pada tahun 551 SM, Kong Fuzi juga dikenal dengan sebutan Kong Zi
yang berarti “Guru Bermarga Kong”. Di barat Beliau lebih dikenal dengan sebutan Konfusius. Kong
Zi yang dilahirkan pada tahun 551 SM ini memiliki nama kecil Qiu atau Zhongni. Ayahnya
meninggal dunia pada saat Konfusius berusia 3 tahun, dan ibunya menyusul pada waktu Beliau
berumur 17 tahun.Konfusius telah mempelajari berbagai buku pelajaran pada usia remaja, Beliau
dikenal sebagai seorang yang bijaksana, sopan dan senang belajar. Berbagai pekerjaan pernah
dilakukan oleh Konfusius, antara lain sebagai kepala pembukuan di lumbung padi, pengawas
peternakan, dan mandor bangunan, beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum
dan Komisaris Polisi untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta Menteri Kehakiman. Karena
beliau sangat bijaksan dalam memerintah, beliau sering mendapat promosi jabatan.
Setelah pensiun beliau lebih banyak beraktivitas sosial seperti memberi kuliah dan pendidkan
pada masyarakat-masyarakat kaya maupun miskin. Beliau juga membuat kitab yang berisi puisi atau
sajak,menggubah musik serta menyusun tatakrama kuno.
Konfusius wafat pada tahun 472 SM dalam usia 73 tahun. Menurut buku “Records of the
Historian” (Shiji = Catatan Sejarah) karya Sima Qian, dijelaskan bahwa 72 murid Beliau menguasai
enam jenis seni, demikian juga terdapat kurang lebih 3000 orang yang mengaku sebagai pengikut
Confucius waktu itu.

Kitab-kitab yang Mendasari Ajaran Konfusianisme

a) Zhou Yi, berasal dari kitab Yi Jing dan Yi Zhuan yang digabung menjadi satu
b) Shang Shu, cacatan2 politik dinasti Zhou dan jaman sebelumnya
c) Shi Jing,catatan nyanyian2 pada jaman dinasti Zhou
d) Zhou Li, mencatat sistem pemerintahan dan organisasi negara pada jaman dinasti Zhou
e) Yi Li, adat istiadat para bangsawan
f) Cun Qiu Zhuo Zhuan, buku sejarah kerajaan Lu yang dikarang oleh Zhuo Qiu Ming
g) Cun Qiu Gong Yang Zhuan, yang dikarang oleh orang kerajaan Ji bernama Gong Yang Zi
h) Cun Qiu Kai Liang Zhuan, dikarang oleh murid Zi Xia (muridnya Konfusius juga yang
akhirnya menjadi penganut aliran Fa Jia) yaitu Kai Liang
i) Lun Yu, pada awalnya itu bukan disebut Lun Yu bahkan ada dua jenis yaitu Ji Lun dan Lu
Lun. Lun Yu yang sekarang ini dirangkai kembali oleh Zhang Yi yang berdasarkan dari kitab
Ji Lun dan Lu Lun
j) Meng Zi, dicatat dan dibuat oleh Meng Zi
k) Xiao Jing, dipercaya karangan Konfusius
l) Erl Ya, buku2 syair yang dipercaya dibuat oleh Zhou Gong
m) Li Ji , membahas masalah2 kebajikan dan adat istiadat

Ajaran Konfusius

Konfusius hidup pada masa kemerosotan Dinasti Zhou. Para tuan tanah serta bangsawan
feodal menguasai negara-negara bagian, pada jaman itu pula adat istiadat diremehkan dan terjadi
kemerosotan moral. Konfusius mengajarkan kebajikan dengan harapan bisa membawa perubahan
pada masa yang kacau itu. Filsafat Konfusius didasarkan pada pendidikan moral masing-masing
individu. Ia selalu mendorong orang untuk berbuat kebaikan dan mempengaruhi orang lainnya. Dalam
Lun Yu, Konfusius menekankan kata-kata “Ren” yang artinya kebajikan. Arti kata “Ren” sendiri
adalah “Kasihilah sesamamu, jangan lakukan perbuatan terhadap orang lain apabila Anda tidak suka
diperlakuan demikian”. Serta keinginan untuk mengembangkan diri maupun sesama kita. Selain itu
juga membahas “Li” atau tata krama/ adat istiadat.
Konfusius di dalam Lun Yu beranggapan bahwa adat istiadat dan kebajikan itu tidak dapat
dipisahkan. Konfusius menerangkan kepada muridnya Yan Yuan mengenai definisi kebajikan sebagai
berikut: “Menguasai diri serta mengikuti adat istiadat artinya adalah berbuat baik”. Jika tidak sesuai
dengan adat istiadat jangan didengarkan, jika tidak sesuai dengan adat istiadat jangan diucapkan, jika
tidak sesuai dengan adat istiadat jangan dilakukan. Ketika membahas kewajiban seorg anak,
Konfusius menjelaskan, “Selama orang tuamu masih hidup, taatilah adat istiadat dalam mengasihi
mereka, setelah mereka meninggal, taatilah adat istiadat dalam menguburkan mereka, taatilah adat
istiadat dalam memberikan persembahan kepada mereka”. Jadi disini bisa dilihat bahwa selain bicara
“Ren” Konfusius juga bicara adat istiadat. Yang mana keduanya merupakan hubungan yang amat
penting dalam membina kebajikan.
Konfusius mengajarkan muridnya agar lebih mendahulukan pemahaman tentang kehidupan
dan berhubungan dengan sesama manusia sebelum membahas hal-hal metafisika. Beliau mengajarkan
bahwa manusia tidak lepas dari orang lain dalam kehidupannya,sesama manusia harus saling
berinteraksi dan saling bekerja sama untuk menjadikan dunia yang lebih baik.
Konfusius juga membahas apa yang dinamakan Dao,yakni menurut pengertian harfiah adalah
suatu jalan yang harus diikuti umat manusia agar mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Dao berisi
tentang hukum kesusilaan yang hendaknya ditaati serta pola pikir yang dapat mengembangkan
kepribadian setiap orang.

2.8.2 Para Ahli Filsafat Daois


a) Lao Zi

Lao Tzu (Tionghoa: 老子, pinyin: Lǎo Zǐ) merupakan ahli filsafat yang terpopuler dan juga
merupakan pendiri Taoisme. Riwayat hidupnya tidak banyak terdapat dalam catatan historis, tetapi
kewujudannya terbukti dalam catatan historis Tiongkok, Shiji.
Menurut kitab Shiji, Lǎo Zǐ memiliki nama asli Lier, nama sopannya Boyang dan nama
almarhum kehormatannya Dan. Terdapat segolongan sarjana mengatakan Boyang dan Dan adalah
nama sopannya. Lǎo Zǐ (570-470 SM), dilahirkan di Provinsi Ku, Chuguo sekarang dikenali Provinsi
Henan. Ia merupakan ketua pustakawan Chuguo pada zaman dinasti Zhou, di mana pada masa
jabatannya, ia banyak mendapat manfaat dengan membaca kitab-kitab serta catatan-catatan historis,
sehingga ia mencapai keluasan wawasan.Lao Zi juga ahli dalam bidang perbintangan dan
peramalanan karena seringnya dia membaca di perpustakaan tersebut.

Setelah pensiun menjadi pustakawan kerajaan Lao Zi pergi dari kerajaan untuk mengasingkan
diri ke suatu tempat, dan setelah itu tidak pernah ada kabar tentang keberadaannya. Tapi,sebelum dia
meninggalkan kerajaan,dia membuat kitab yang bernama kitab Daodejing yang nantinya akan menjadi
kitab pegangan bagi para penganut aliran Daoisme.

Berbeda dengan Dao menurut Kon Fuzi yang lebih menekankan pada interaksi sesama
manusia, Dao menurut Lao Zi lebih menitikberatkan pada metafisik,yakni sebagai bahan dasar
penyusun segala sesuatu. Dao menurut Lao Zi bersifat sederhana dan tanpa bentuk,tanpa
keinginan,tanpa nama,tanpa upaya dan tanpa gerakan,dia berpendapat semakin jauh manusia dari Dao
maka akan semakin berkuranglah kebahagiaannya.

Dao mengajarkan pengikutnya untuk mementingkan kesederhanaan dan menghindari


kehidupan berlebih-lebihan sertaa banyak lagak. Dao juga mengajarkan agar manusia manyesuaikan
diri dengan hukum alam semesta,tidak memaksakan sesuatu yang berada di jangkauan manusia.

b) Zhuangzi (369-268 SM) dan Liezi (abad 4 SM)

Menurut Shiji, nama beriannya ialah Zhou dan nama sopannya ialah Zixiu. Ia adalah
keturunan Mong (Sekarang: Timor Selatan Prefektur Sangqiu yang katakan Prefektur
Songguo(Sekarang:Propinsi Henan). Zhuāngzǐ, merupakan ahli falsafat terpopuler pada pertengahan
Zaman Negara Berperang Tiongkok serta tokoh yang amat penting dalam Taoisme selepas Laozi.
Hasil karya beliau yang dinamakan seperti namanya ialah “Zhuangzi” atau “Nanhua Jing ” oleh Raja
Tang.

Zhuangzi dan Liezi membawa perubahan baru terhadap perkembangan Daoisme. Terdapat
beberapa perbedaan antara ajaran-ajaran yang mereka bawa dengan ajaran sebelumnya. Jika menurut
ajaran sebelumnya Dao adalah kekuatan yang baik,maka berbeda dengan Dao menurut Zhuangzi dan
Liezi yang mengatakan bahwa Dao adalah kekuatan yang bersifat netral. Mereka berpendapat Dao
hanyalah merupakan dasar bagi keberadaan segala sesuatu,bukan merupakan suatu yang bajik,bahkan
mereka berdua menyatakan bahwa Dao tidak lagi memgang kendali atas segal sesuatu di dunia.

Meskipun demikian,ada pula persamaan antara ajaran-ajaran yang mereka bawa dengan ajaran
sebelumnya. Dao masih dipandang sebagai sesuatu yang tak bernama,tanpa bentuk,dan di luar
jangkauan pemikiran manusia biasa. Hanya orang yang tercerahi lah yang dapat memahami hakekat
Dao dan cara kerjanya. Mereka juga sepakat bahwa memaksakan sesuatu yang di luar jangkauan kita
adalah suatu kesalahan.
2.8.3 Aliran Legalisme (Fajia)

Aliran legalisme (Fajia) merupakan suatu aliran yang pokok kajiannya adalah sistem
pemerintahan. Legalisme atau Fa Jia yang dikembangkan oleh Han Fei Zi ,Shang Yang ,Zi Xia ,Wu
Qi dan Xun Zi yang merupakan dasar dari managemen modern dan sistem pemerintahan. Aliran ini
sangat bertentangan dengan Konfusianisme,mereka mengatakan bahwa kaum moralis seperti kaum
Konfusianis tidak cocok dengan kaum legalis,tetapi banyak penganut Konfusianisme tetapi banyak
penganut Konfusianisme yang berpindah pada Legalisme karena mereka beranggapan bahwa
Legalisme lebih cocok untuk mengatur negara.

Aliran Legalis ini menitikberatkan pada 3 faktor dalam pemerintahan :

a) Fa atau hukum (aturan) yang berisi tentang pemberian penghargaan atu hukuman
i. Penerapan Fa dapat berupa aturan perusahaan,kesepakatan kerja bersama dan lain-lain.
b) Shu atau seni pengawasan
i. Penerapan Shu dapat berupa sistem supervis yang rapi serta pemantauan kualitas.
c) Shi atau wewenang kekuasaan
i. Penerapannya pada manajemen berbentuk sistem atau hierarki manajerial perusahaan dan
penerapan struktur organisasi perusahaan.

2.8.4 Aliran Mozi

Mozi hidup kurang lebih pada tahun 480-390 SM. Mozi hidup pada zaman peperangan dan
kekacauan sehingga filosofinya kebanyakan merupakan reaksi terhadap perang yang terjadi pada saat
itu. Mozi adalah seseorang yang sangat anti perang dan sangat menekankan perdamaian.
Menurutnya,segala sesuatu tentang peperangan adalah semata-mata bentuk lain dari perampokan,
Mozi juga memberikan solusi untuk mengatasi peperangan yakni dengan mengembangkan rasa cukup
yang ideal,melaksanakan peraturan dengan disiplin dan membangkitkan rasa takut terhadap dewa.

Mozi mengajarkan agar manusia tidak egoistik karena menurut Mozi sikap egoistiklah yang
menyebabkan terjadinya peperangan pada masanya. Mozi mengajarkan agar masyarakat bersikap
altruistik(jianai) yang tak mempunyai unsur-unsur egoistik di dalamnya.

2.8.5 Filsafat Perang Sunzi

Pada masa pemerintahan raja Wu Helu, Sunzi menulis sebuah buku yang berjudul Sunzi
Bingfa atau Kitab Seni Perang Sunzi dan menjelaskannya pada raja tentang siasat-siasat dalam kitab
tersebut. Namun sang raja yang tidak langsung percaya pada Sunzi memrintahkan pada Sunzi agar
membuktikan ucapannya. Sunzi mengatakan bahwa dia sanggup melatih permpuan dan anak-anak
menjadi prajurit yang tak terkalahkan dan perkataannya dapat terbukti. Jadi sang raja mengangkat
Sunzi sebagai penglima tertinggi yang nantinya memimpin ekspansi-ekspansi ke negara lain. Atas
berkat jasanya,Wu menjadi salah satu negara yang disegani pada masa itu.

Kitab Sunzi Bingfa membahas tentang aspek-aspek dalam peperangan seperti


perencanaan,menggerakkan perang serta taktik-taktik dalam peperangan. Menurut Sunzi, dalam
peperangan,segala sesuatunya harus dipersiapkan secara matang. Kita hendaknya dapat mengenal
kondisi musuh maupun diri sendiri. Untuk itu Sunzi menyebutkan hal-hal apa saja yang perlu
dicermati sebelum peperangan,yakni:

a) Pihak manakah yang mendasarkan segenap tindakannya pada hukum moralitas?


b) Pihak manakah yang pemimpinnya memiliki kemampuan lebih?
c) Pihak manakah yang memperoleh keuntungan langit dan bumi?
d) Pihak manakah yang menerapkan disiplin lebih ketat?
e) Pihak manakah yang lebih kuat?
f) Pihak manakah yang para perwira dan prajuritnya terlatih lebih baik?
g) Pihak manakah yang memberlakukan pemberian hukuman dan hadiah secara lebih baik?

Menurut Sunzi,jika dapat mempetimbangkan semua hal tersebut maka dapat dipastikan pihak
mana yang dapat memenangkan perang. Tetapi meskipun demikian,sejatinya Sunzi adalah seorang
pencinta damai. Sunzi ternyata lebih senang jika kemenangan diraih tanpa pertumpahan darah,dia pun
melarang untuk menyiksa prajurit musuh yang sudah menyerah, malah Sunzi memerintahkan agar
mereka diperlakukan dengan baik. Inilah yang menjadi kelebihan filsafat Sunzi dibandingkan para
ahli strategi perang lainnya.

2.8.6 Filsafat Mohisme

Setelah Confucius meninggal munculah seorang ahli pikir yang bernama Moti yang membawa
ajaran Mohisme yang muncul pada tahun 479-381 SM. Moti mempunyai pandangan yang sangat
revolusioner terutama mengenai susunan masyarakat, ia menentang perbedaan yang tajam dalam
kehidupan bermasyarakat seperti yang terdapat dalam susunan feodal. Atas dasa itu dapat dikatakan
bahwa ajaran Mohesm yang revolusioner sangat kontradiktif dengan ajaran yang konfusius yang
konservatif.

Ia berkeinginan untuk mengubah susunan masyarakat, mengpuskan perbedaan-perbedaan asasi


antar golongan dan menganti prinsip-prinsip yang fundamental. Sebaliknya ajaran konfusius justru
mempertahankan masyarakat feodal dan berusaha keras menyelamatkannya. Moti atau Mo Zu
ajarannya mempunyai ciri dan sifat sosialis yang sangat dalam ia juga menganut utilitariannisme
sebuah teori mengenai prinsip kegunaan. Mohisme menolak segala macam kesenangan yang mewah
atau hedonistis. Berbeda dengan konfuciannisme, ajaran muzu mempunyai susunan dan sistemmatika
ajaran yang logis rasional semacam ilmu logika.

2.8.7 Filsafat Sophisme

Pada abad 6 SM dan pertengahan abad 3 SM berkembanglah ajaran sophisme. Muzo / Mo Ti


telah memberikan sumbangan pemikiran filsafat yang sofistik terhadap sejarah dan peradaban china.
Konstribusi pemikiran itu berupa sistematika logha yang disusun dalam bentuk cara berdiskusi yang
sangat teratur.pada kira-kira abad 4 tepatnya semasa munculnya chuang tzu, berkembanglah pula cara
diskusi yang sistematis dan bertaraf tinggi.Ajaran-ajaran yang dikembangkan kaum spohisme sangat
sedikit yang dapat diketahui. Ini terjadi karena munculnya kekacauan dan kerusuhan yang luar bisa
pada dinasti Zhou.
2.8.8 Filsafat Individualisme

Yang Zhu hidup pada abad 4 SM. Ajarannya dapat diketahui dari pemberritaan lawan-
lawannya. Ia adalah seorang pemikir yang peseimistis dan cenderung tertarik pada paham sinisme.
Egois menjadi dasar bag ajaran kaum individualis yang di ajarkan oleh pemikir sebagai puncak
kebajikan. Persepsi kaum individualis tenntang hubungan antar sesama yang menyataklan bahwa
seseorang harus mengetamakan kepentingan sendiri sangat kontradiktifd dengan kebanyakan pemikir
sebelumnya. Ucapan kaum individualis yang sangat masyur adalah bahwa “jika dunia ini dapat
diselamatkan atau dihancurkan hanya dengan memegang sehelai rambut kepala atau dengan
menggerakkan salah satu jari tangannya, ia tidak akan melakukannya”.ia tidak akan pernah peduli
apakah sebuah masyarakat menjadi baik ataukah tidak. Bahkan kacau atau hancur sekalipun. Satu-
satunya hanya kepentingan pribadinya yang harus diperhatikan.

2.9 Perkembangan Seni dan Teknologi

Masyarakat pada masa Dinasti Zhou ini telah mengembangkan teknik pembuatan barang-
barang dari perunggu,perak dan emas yang sebelumnya sudah ada pada dinasti Shang. Pada zaman
itu, bejana perunggu sudah menjadi trend dan sudah dipergunakan untuk membuat benda sehari-hari.
Masyarakat juga mengembangkan seni lukis guna mewarnai atau menghiasi benda-benda perunggu
tersebut.

Masyarakat mengguanakan benda-benda perunggu untuk keperluan upacara ritual pemujaan


arwah nenek moyang. Bejana-bejana lalu disimpan dalam gedung pemujaan khusus dan dipakai pada
berbagai perayaan. Benda-benda biasanya itu digunakan untuk tempat makanan,arak atau air
persembahan.

Bejana-bejana tersebut dibuat dengan cara menggunakan suatu cetakan yang terbuat dari tanah
liat yang terbagi menjadi dua bagian dan terdapat sebuah inti di dalamnya,kemudian masyarakat
mengukir bagian luarnya untuk memperindah penampilan dari bejana-bejana tersebut,biasanya
bermotif hewan-hewan dan manusia.

Selain hal di atas,pada dinasti Zhou juga mengalami perkembangan pada bidang pertanian.
Masyarakat menerapkan sistem rotasi pertanian,masyarakat menanam berbagai tanaman berbeda
untuk menj aga kesuburan tanah saat pergantian musim. Pada dinasti Zhou,masyarakat sudah
menggunakan alat bajak yang terbuat dari besi dan dikembangkannya irigasi skala besar.Industri
pembuatan keramik dan perunggu juga makin berkembang pada musim Semi dan Rontok. Masyarakat
dinasti Zhou juga sudah mulai mengenal mata uang meskipun masih terbuat dari perunggu dan
besi,sehingga perdagangan antar negara bagian pun semakin berkembang pesat.

Dinasti Zhou membagi wilayahnya menjadi negara-negara bagian otonom. Hal itu
mengakibatkan masing-masing negara bagian berlomba-lomba untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan negara bagiannya, hal inilah yang nantinya akan menyebabkan meratanya kemakmuran
sampai pelosok-pelosok negeri.
Bukan hanya di bidang pertanian dan ekonomi,pada masa dinasti Zhou ini seni musik pun
mengalami perkembangan,itu dapat dibuktikan dengan penemuan beberapa perangkat alat musik
lonceng yang berasal dari abad ke-5 SM. Alat musik tersebut ditemukan di dekat sebuah kuburan yang
disebut makam no 1 yang terletak di desa Changtaiguan di hulu utara sungai Huai.

DINASTI CHIN DAN HAN

2.1. DINASTI CH’IN (221 – 207 SM)


2.1.1 Awal Berdirinya Dinasti Ch’in
Dalam waktu tiga puluh tahun setelah Dinasti Chou berakhir, Negara vassal Ch’in telah
berhasil menaklukan 6 (enam) Negara Vassal yang lain dibawah pimpinan Ch’eng, selanjutnya
berhasil mendirikan Dinasti Chi’in. setelah menjadi penguasa Ch’eng menggunakan gelar Shih Huang
Ti (Chi’in Shih Huang Ti). Memang raja Ch’eng menganggap dirinya lebih kuat dari tiga raja dan
lima kaisar. Untuk menunjukkan kebijakan dan kepandaiannya ia menggunakan gelar Huang Ti.
Seumur hidupnya Shih Huang Ti memperlihatkan tenaga kerja yang jarang terdapat dalam
keluarga raja-raja. Ia dilukiskan sebagai berikut: “Raja Negara Chi;in adalah orang yang berhidung
besar, bermata besar dan mempunyai dada seperti dada seokor burung elang, suaranya seperti
seekor anjing hutan, ia sedikit sekali menaruh rasa kasihan dan ia berani seperti seekor harimau atau
seekor serigala”.
Shih Huang ti memegang kendali pemerintahan sejak umur 13 tahun. Keberhasilan Shih
Huang Ti mempersatukan Cina. Pertama, karena Negara Chi’in terletak diantara Shensi dan Kansu,
letak yang sangat strategis yakni mudah mengadakan serangan dan sulit untuk diserang. Kedua,
karena dia mempunyai banyak ahli tatanegara yang pandai, seperti Hertog Mu, Hertog Hsio, Shang
Yang, Lu Pu Wei, Han Fei Tze dan Li Ssu.
Memang pada masa itu, di Ch’in banyak orang-orang pandai dibidang pemerintahan.
Berdirinya Dinasti Ch’in membuka lembaran baru dalam sejarah Cina. Dinasti Chi’in dibangun diatas
konsepsi ajaran golongan legalitas dibawah pimpinan perdana mentri Shang Yang, yang menerapkan
hukum dengan tegas sebagai landasan bagi pembangunan Negara, tetapi bukan memerintah dengan
kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Seorang bangsawan juga harus dihukum
sesuai dengan undang-undang yang berlaku. sehingga kerajaan Ch’in menjadi kuat. Kebijakan yang
dilakukannya yaitu:
 Menghapus gelar bangsawan berdasarkan warisan dan hanya orang yang berjasa dalam
peperangan yang dapat memperoleh gelar bangsawan.
 Menata atministrasi pemerintah dengan jalur mengelompokkan kota-kota kecil menjadi
31 kabupaten dan mengangkat pejabat sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.
 Melaksanakan reformasi pertanahan.
 Melarang terbentuknya keluarga besar
 Memberikan hadiah kepada petani yang sukses dan menghukum mereka yang hasilnya
kurang.
 Menerapkan undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya.
Reformasi Shang Yang tersebut diterapkan pada masa pemerintahan Raja Xiaogong, kurang
lebih seratus tahun sebelum lahirnya Ying Zheng yang kelak mempersatukan kembali seluruh china.
Pada tahun 214 SM Chi’in telah berhasil mengadakan ekspansi ke Chekiang, Fukien dan
Kwangtung sampai disungati merah di Indocina. Tahun 215 SM ekspansi dilanjutkan kedaerah-daerah
Huann, Szechuan, Kweichow bahkan sampai ke korea.
Penasehat utama Ch’in Shih Huang Ti ialah Li Ssu, murid Shu Tze. Yang dilihat oleh Li Ssu
dari ajaran-ajaran gurunya hanya bagian yang menyatakan bahwa sifat manusia pada dasarnya buruk
dan ia berharap memperbaiki itu bahkan dengan memberikan pelajaran melainkan dengan
menggunakan hukuman-hukuman yang berat.

2.1.2 Tindakan-tindakan Shih Huang Ti


1. Untuk menahan serangan dari Luar atau serangan dari bangsa bar-bar (bangsa Hsiung Nu), maka
Ch’in Shih Huang Ti membuat Tembok besar yang terkenal dengan nama “Great Wall” atau
bisa disebut Wan Li Chang Cheng (Tembok Raksasa). Panjang tembok ini kurang lebih 10.000
li (kurang lebih 6.450 Km) tembok ini memanjang dari barat daya yakni dari wilayah kansu,
melintasi sungai Hoang Ho dan masuk wilayah Mongolia dalam, terus menembus arah selatan
ke Shensi dan Hopei dan membelok kearah timur sampai ke Teluk Liaotung dipantai Pasifik.
2. Menghapuskan feodalisme dan membentuk pemerintahan yang bersifat sentralis. Seluruh Cina
dibagi menjadi daerah-daerah propinsi, yang masing-masing dikusai seorang gubernur.
3. Mengadakan pembakaran terhadap buku-buku kuno karya Confusius kecuali buku-buku tentang
pertanian, pengobatan dan ramalan.
4. Mengadakan peyeragaman tulisan-tulisan diseluruh Cina.
5. Mengadakan penyeragaman ukuran-ukuran, Timbangan-timbangan, perkakas pertanian, Ukuran
roda dan sebagainya.
6. Membuat jalan-jalan raya yang menghubungkan pusat dan Daerah-daerah, membuat jembatan-
jembatan dan saluran-saluran. Yang terkenal sekali yang dinamakan “jalur Kerajaan”, yang
melewati daerah sungai Kuning dan lembah sungai Yangtze Kiang. Jalan tersebut “jalur lurus”
7. Untuk menjaga supaya tidak terjadi pemberontakan dari bawah atau daerah, maka benteng-
benteng didaerah yang tidak digunakan untuk pertahanan dimusnahkan.

Pada kenyataanya tidak semua buku-buku terlarang musnah buktinya pada masa Dinasti han
masih banyak orang yang memiliki buku konfusianisme. Para sarjana konfusianisme di semua
wilayahnya dikumpulkan hingga 700 sarjana. Mereka dilempari batu hingga mati di sebuah lembah
yang belakangan disebut deangan “Lembah Pembantaian para Sarjana Konfuisianisme”
Pembangunan tembok besar menimbulkan bayak korban jiwa. Hal ini terjadi karena buasnya
alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan, karena tidak ada waktu untuk memakamkanya,
mayat-mayat orang yang meninggal ikut ditembok begitu saja.

2.1.3 Masa Berakhirnya Dinasti Ch’in


Pada tahun 210 SM Shih Huang Ti meninggal dunia, hal ini terjadi sedang dalam perjalanan
(inspeksi). Hal meninggalnya kaisar dirahasiakan selama rombongan belum sampai ke istana
(dikawatirkan akan timbul pemberontakan) sebab pada masa pemerintahannya penuh dengan
kekejaman dan kebengisan. Untuk mengelabuhi mata orang banyak, maka seorang hamba istana
didudukan dalam suatu kreta tertutup yang memuat peti jenazah kaisar berlaku sebagai Shih Huang Ti
dalam perjalanan menuju ke istana dengan memberikan jawaban-jawaban atas laporan-laporan para
opsir.
Segera setelah Shih Huang Ti meninggal, mulailah timbul suatu komplotan. Memang sebelum
ia meninggal sebenarnya telah menulis sepucuk surat kepada putra sulungnya, yakni Fu Su yang
ketika itu berada diperbatasan utara sebagai orang buangan (sebagai mandor dalam pembuatan tembok
raksasa karena menentang ayahnya ketika menghukum para sastrawan yang tidak mau menyerahkan
bukunya untuk dimusnahkan). Dengan surat itu sebenarnya Shih Huang Ti mengangkat putranya
sebagai pengganti. Akan tetapi karena pada masa itu timbul komplotan yang terdiri dari Li Su
(penasehat utama Shih Huang Ti) dan Chao Kao membuat surat palsu yang ditujukan kepada fu Su
agara supaya bunuh diri. Selanjutnya komplotan itu memaklumkan suatu sabda kaisar palsu yang
mengangkat putra kedua, yakni Hu Hai sebagai penggantinya. Putra kedua inilah yang kemudian
menaiki singgasana dengan gelar “Erl Shih Huang Ti”, yakni kaisar kedua, suatu gelar yang
digunakan menurut Shih Huang Ti, yang ingin melihat sejarah Tiongkok dimulai dengan kejayaannya
dan ia sendiri sebagai kaisar pertama, putranya sebagai kaisar kedua dan cucunya sebagai kaisar
ketiga dan seterusnya.
Erl Shih Huang Ti, ternyata dalam hal kesombongan dan pembawaan sama dengan ayahnya
akan tetapi tidak cakap dan bahkan dibawah pengaruh Chao kao. Dengan demikian orang yang
berpengaruh saat itu ialah Chao kao dan Li Ssu. Namun diistana akhirnya timbul kekacauan akibat
pemalsuan surat waisat. Selanjutnya Chao Kao membunuh pembantu-pembantu Shih Huang Ti seperti
Meng Tien, dan Li Ssu. Bersamaan dengan itu didaerah muncul suatu pemberontakan dibawah
pimpinan Chen She. Adapun latar belakangnya, rombongan mereka datang terlambat untuk membuat
tembok didaerah utara. Padahal ada sanksinya, siapa yang datang terlambat akan dihukum, maka
rombongan ini memutuskan sebelum hukuman dijatuhkan lebih baik mereka memberontak terlebih
dahulu. Pemberontakan akhirnya dapat dipadamkan, namun kemudian pada tahun 207 SM Erl Shih
Huang Ti dibunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya diangkatlah cucu Shih Huang Ti yakni Tze
Ying.
Setekah Tze ying menaiki singgasana, ia mengetahui perbuatan-perbuatan Chao Kao yang
begitu keji, maka akhirnya ia memerintahkan untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya.
Dengan ini berarti situasi kerajaan menajdi semakin kacau. Kekacauan ini kemudian digunakan oleh
kaum pemberontak untuk merebut tahta kerajaan. Pemberontakan yang dipimpin oleh Hsiang Yu
berhasil memasuki istana dan berhasil membunuh Tze Ying. Dengan meninggalnya Tze Ying berarti
berakhirlah dinasti Chi’in. biarpun Shih Huang Ti berusaha sekuat tenaga gar tiongkok (Cina) tetap
diperintah oleh keturunannya, namun dinastinya hanya bertahan selama 15 tahun.
Semenatra itu terjadilah perebutan kekuasaan antara Hsiang Yu dengan Liu Pang dan berakhir
dengan kemenangan Liu Pang dan berhasil mendirikan Dinasti baru yakni Diansti Han.

2.1.4 Perkembangan Seni dan Teknologi Semasa Dinasti Ch’in


Salah satu peninggalan terbesar Dinasti Ch’in adalah makam Kaisar Ch’in Shi Huang Ti yang
terletak di Xi’an, Provinsi Shaanxi. Penemuan ini terjadi secara tidak kebetulan ketika beberapa orang
pekerja sedang melakukan pengeboran guna mencari sumber air. Mereka menemukan patung-patung
prajurit dan kuda dalam ukuran sebenarnya.
Kaisar Ch’in Shih Huang Ti memang memerintahkan pembuatan patung-patung itu prajurit itu
dengan maksud agar dapat menyertainya di alam baka. Patung-patung itu di beri warna terang atau
sampai sejumlah 12 hingga 13 warna. Sehingga inilah yang menyebabkan mengapa patung-patung itu
tidak ada yang sama sepenuhnya. Secara keseluruhan, terdapat delapan jenis patung:
1. Jenderal yang dikenali melalui ukuran tubuhnya, penampilanya yang berwibawa, serta
pengerjaan yang teliti hingga rincian sekecil-kecilnya.
2. Pejabat militer tingkat tinggi, yang dikenali melalui ukuran tubuhnya, sikapnya yang
berwibawa, serta baju zirah penuh hiasan yang dikenakannya.
3. Pasukan kavaleri
4. Pengemudi kereta perang.
5. Anggota pasukan penunggang kuda, yang digambarkan sedang mengenakan pelindung kepala.
6. Pasukan infanteri, baik yang mengenakan baju zirah atau tidak. Masing-masing memegang
senjata yang berbeda.
7. Pasukan panah yang digambarkan sedang berlutut dalam posisi menembakkan panah.
8. Pasukan yang bertarung dengan tangan kosong. Digambarkan tidak bersenjata dan tidak
memakai baju zirah.
Sebagai tambahan, senjata yang dipegang oleh patung-patung ini adalah senjata asli. Barang
kali agar terkesan lebih hidup. Patung-patung ini memperlihatkan tingginya mutu karya seni semasa
dinasti Ch’in. Makam luar biasa ini, juga dilengkapi dengan peta China beserta tiruan sungai-
sungainya yang dialiri dengan air raksa.
Karya besar lainnya yang dihasilkan semasa Dinasti Ch’in adalah istana kerajaan yang disebut
dengan Istana E pang. Tetapi istana ini hanya salah satu diantara sekian banyak istana yang didirikan
oleh kaisar pertamaa dinasti Ch’in. Sayangnya, kompleks istana ini habis dibakar oleh Xiang Yu, dan
konon karena luasnya yang luar biasa itu, api terus berkobar selama 3 bulan. Prestasi lain yang
dilakukan kaisar pertama Dinasti Ch’in adalah penyatuan system penulisan, anak timbangan, ukuran,
mata uang dan lain sebagainya.

2.2 DINASTI HAN (206 SM – 220 M)


Pada tahun 202 SM, Liu Bang berhasil mengalahkan Xiang Yu serta mengangkat dirinya
sebagai kaisar baru dengan gelar Han Gaodi (206-195 SM).
Zaman han merupakan jaman kejayaan yang paling lama dalam sejarah Cina. Dinasti ini
berhasil mencapai kesatuan politik dan kebudayan. Oleh karena itu orang-orang Cina bangga akan
adanya Dinasti Han ini. Dinasti Han disisipi oleh Dinasti lain yakni Dinasti Hsin (8-23 M). Oleh
karena Dinasti Han terbagi menjadi dua masa yakni: pertama, masa Han sebelum Dinasti Hsin disebut
Han Barat (206 SM - 8 M) dengan pusat pemerintahannya di Chang An, dan Kedua, masa Han
sesudah diasti Hsin disebut Han Timur (23 – 220 M) dengan pusat pemerintahannya di Loi (Loyang).

2.2.1 HAN BARAT (206 SM – 8 M)


Sesudah Dinasti Ch’in runtuh munculah Dinasti Han yang didirikan oleh Liu Bang, setelah
naik tahta bergelar Han Kao tsu (206 – 195 SM). Untuk memperkuat kedudukannya, banyak bekas
teman seperjuangannya dan anggota keluarganya yag diangkat menjadi kepala daerah dengan gelar
Wang (raja kecil).
Han Kao Tsu tampaknya banyak belajar dari keruntuhan Dinasti Chi’in. Kao Tsu menyatakan
bahwa keruntuhan Dinasti Chi’in dikarenakan kurangnya dukungan dari pemerintahan daerah. Oleh
karena itu, ia banyak mengangkat teman seperjuangannya menjadi kepala daerah. Dengan demikian
muncul kembali Feodalisme.
Pada tahun 195 SM Han Kao Tsu meninggal dunia digantikan oleh Huidi (195 – 188 SM).
Kaisar ini sangat lemah, ia meninggal tanpa meninggallam putera. Anak angkatnya yang masih kecil
dinobatkan menajdi kaisar dengan Li Hou (bekas permasiuri Han Kao Tsu) sebagai walinya. Setelah
Lu Hou berkuasa ia menginginkan agar kekuasaannya jatuh ketangan anggota keluarganya dan ingin
mendesak kekuasaan liu Pang. Banyak para pejabat tinggi yang digantikan dengan keluarga Liu Pang
masih kuat.
Setelah Lu Hou meninggal pada tahun 180 SM, keluarga Liu Bang dapat merebut kembali
kekuasaannya dan kemudian diangkatlah Han Wudi (180-156). Han Wendi seorang kaisar yang
bijaksana. Sistem pemerintahannya di dasarkan pada ajaran lao Tze. Ia tidak mengganggu rakyat
tetapi juga tidak mengikut sertakan rakyat dalam pemerintahan. Pada masa pemerintahannya diadakan
“Civil Service Examinations” ujian jabatan.
Han Wudi digantikan oleh putranya bergelar jin Ti (157-141 SM). Dibawah pemerintahannya,
diperkuatlah penekanan terhadap unsur moralitas dalam ujian Negara serta arti penting pertanian
sebagai tulang punggung Negara. Semasa pemerintahan Jin ti, terjadi pemberontakan oleh tujuh
Negara bagian yang berhasil dipadamkannya dengan bengis. Dibawah pemerintahannya, Cina
memperoleh persatuannya, biar pun hanya administrative belaka.
Kaisar terbesar dalam dinasti han ialah Han Wu Ti (141 – 87 SM), yang membawa kebesaran
dan kemasyuran Dinasti Han. Banyak memajukan negerinya baik kedalam maupun keluar.
Pengangkatan para pegawai menggunakan Sistem, sebagaian berdasarkan pemilihan dan sebagian
berdasarkan usulan pembesar-pembesar setempat. Peraturan ini dilakukan atas inisiatif Tung Chung
Shu. Atas Anjuran Tung Chung Shu pula, ajaran Confusianisme dijadikan asas pemerintahan. Banyak
pujangga-pujangga Confusius yang diberi kedudukan penting dalam jabatan-jabatan sipil.
Jika Han Kao tsu menghidupkan Feodalisme, maka Han Wu Ti mengadakan peraturan-
peraturan yang tidak memungkinkan feodalisme menimbulkan bencana seperti yang terjadi pada masa
Dinasti Chou. Han Wu Ti menetapkan bahwa jika seorang kepala daerah meninggal, maka tanah
daerah itu dibagi rata kepada putra-putranya dan tidak hanya diwariskan kepada anak sulungnya saja.
Dengan demikian tidak ada Negara bagian yang cukup kuat, yang berarti tidak akan mengkhawatirkan
kekuasaan kaisar.
Pada masa ini gangguan dari bangsa bar-bar (Hsiung Nu) masih sering terjadi. Untuk
mengurangi serangan dari bangsa tersebut, Han Wu Ti menempuh jalan dengan mengadakan
persekutuan dengan bangsa jueh Chih, yang berhasil mendirikan pusat pertahanannya di Bakhara,
yakni dilembah sungai Oxus. Han Wu Ti mengirim Jendral Chang Chi’ien untuk mengadakan
persekutuan dengan bangsa Jueh Chih dalam menghadapi bangsa Hsiung Nu. akan tetapi usaha
Chang’ien ini gagal, sebab ia dapat ditangkap dan ditahan selama 10 tahun. Akhirnya setelah selama
12 tahun, Chang Chi’ien baru dapat kembali dengan hanya diikuti oleh 2 orang dari 100 orang
serdadunya yang dulu mengikutinya.
Walaupun perjalanan Chang Chi’ien ini gagal, namun mempunyai arti yang sangat penting
bagi Cina. Pertama, Cina mengenal dan mendapatkan kontak dengan Negara-negara di Asia tengah
yang dulu belum dikenal. Kedua, dengan perjalanan tersebut Han Wu Ti menaruh perhatian yang
besar terhadap perdagangan dengan pihak laur (asing). Dengan demikian perjalanan Chang Chi’ien
memiliki dua sifat, yakni bersifat militer dan ekonomi.
Berkat Han Wu Ti juga beberapa daerah yang sekarang disebut Turkistan berhasil
ditaklukannya. Selanjutany diketahui ada dua jaan menuju padang pasir, yang satu diutara di
sepanjang tepi utara daerah torin dengan melalui Turfan; dan yang lain di selatan dengan melalui
Chotan, Yrkand dan Kashmir. Juga didengar kabar bahwa didaerah Fergana banyak mengahasilkan
kuda yang bagus-bagus. Han Wu Ti mengirim jendral Li Kuang lid an berhasil merampas Fergana
serta dapat mendapatkan kuda-kuda yang dimaksud. Sejak itu pula han Wu Ti menempatkan pasukan-
pasukan untuk menjaga keamanan di kedua jalan yang semakin ramai tersebut. Jalan-jalan itu
kemudian dikenal dengan nama “jalan Sutra”, karena banyak diantar mereka yang berjulan sutera.
Jalan Sutera itu merupakan tali penghubung antara dua kerajaan besar yakni Roma dan Cina.
Memang pada waktu itu telah ada orang-orang Romawi yang mengetahui bahwa dari negrinya ada
jalan menuju Cina. Menurut mereka antara Cina dan roma telah lama berhubungan dagang. Sutera,
the, porselin, dna lain-lain memasuki Eropa; sebaliknya buah anggur, barang-barang gelas dan lain-
lain memasuki Cina. Dengan demikian perjalanan Chang Chi’ien telah menghubungkan Cina di Satu
pihak dengan india dan Roma di pihak lain. Dengan hubungan dagang ini pula, maka terjadilah
asimilasi kebudayan dan masing-masing saling memperkaya.
Han Wu Ti meninggal pada tahun 87 SM, setelah itu terjadilah disintegrasi, dimana
permaisuri-permaisuri memberikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga mereka. Akhirnya
setelah Ch’eng Ti, tampilah Wang Mang dengan mendirikan dinasti baru yakni Dinasti Hsin (8 – 23
M).

2.2.2 Dinasti Hsin (8 -23 M)


Setelah Keluarga Wang menempatkan 4 orang dalam jabatan tertinggi Dinasti Han, Keluarga
Wang makin kuat. Pada Saat Wafatnya Han Wu Ti, ibu suri lalu memberikan jabatan tertinggi pada
Wang Mang.
Tampillah Wang Mang dan mengambil alih materai kerjaan dan mengangkat dirinya sendiri
sebagai Kaisar, ia berdalih bahwa kini mandat langit telah beralih ketangannya.
Wang mang adalah seorang yang bercita-cita besar untuk kemakmuran rakyatnya. Ia berusaha
untuk mengadakan perubahan-perubahan politik dan sosial. Usaha-usaha yang dilakukan antara lain:
1. Menasionalisasi tanah-tanah milik tuan tanah dan membaginya kepada para petani secara
merata, yakni dengan sistem Sembilan sawah.
2. Melarang perdagangan budak.
3. Mengadakan monopoli pembuatan dan penjualan garam, arak , besi, tambang dan juga sumber-
sumber lain serta percetakan uang.
4. Mendirikan lumbung-lumbung desa, ia mencoba untuk mengendalikan harga dengan cara
membeli barang-barag diwaktu panen dan menjualnya diwaktu paceklik.
5. Mengadakan peminjaman uang dengan bunga 10%, pelunasannya pada waktu panen. Pabila
panen mengalami kegagalan, dapat ditangguhkan pada waktu panen berikutnya.
Namun perubahan-perubahan yang diadakan kemudian mendapatkan perlawanan dari pihak-
pihak yang bersangkutan,sehingga timbul kekacauan. Akhirnya pada tahun 23 timbulah suatu
pemberontakan dibawah pimpinan Liu Hsiu yang berhasil mengahancurkan Chang An dan membunuh
Wang Mang. Dengan meninggalnya Wang Mang, maka berakhirlah Dinasi Hsin dan muncul kembali
dinasti Han.

2.2.3 HAN TIMUR ( 8 – 220 M)


Setelah Liu Hsiu berhasil mengakhiri pemerintahan Wang Mang, kemudian menaiki
singgasana dengan gelar Kuang Wu Ti. Dengan tampilnya Kuang Wu Ti mulailah masa Han timur
denagn ibukota di Loi atau Loyang.
Hal penting dalam masa pemerintahan :
1. Pada masa ini muncul pemberontakan didaerah Annam, namun berhasil dipadamkan berkat
jenderal perangnya yakni Ma Yuan. Bahkan berhasil mengatasi kekacauan- kekacauan yang
ditimbulkan oleh bangsa Hsiung Nu.
2. Memajukan pendidikan, antara lain mendirikan sekolah untuk mempelajari ajaran confusius. Hal
ini berarti mempertinggi kebaktian dan semangat.
3. Berhasil mempersatukan cina, bahkan pengaruhnya terasa sampai ke jepang, terbukti datang
utusan dari jepang untuk menyerahkan upeti kepada kaisar tahun 57 M, kearah barat
pengaruhnya sampai ke sinkiang.
Ming Ti
Setelah kaisar Kuang Wu Ti meninggal, digantikan oleh kaisar Ming Ti (58-75), yang
namanya juga terkenal dalam sejarah cina karena banyak hal penting dalam masa pemerintahannya.
Hal penting dalam masa pemerintahan :
1. Adanya perluasan wilayah kekuasan Han berkat adanya ekspedisi jenderal Pan Cha’o yang
dikirim Ming Ti untuk mengadakan persekutuan dengan kawan-kawan bangsa Hsiung Nu, yang
kemudian berhasil menguasai Asia Tengah temasuk turkistan barat.
2. Masa pemerintahan Ming Ti agama budha masuk cina, menurut cerita dalam suatu mimpi kaisar
melihat seorang berbadan emas terbang masuk kehalaman istana. Perawakan orang itu tinggi,
sedang dari kepalanya memancar sinar terang. Keesokan harinya kaisar Ming Ti menuturkan
mimpinya kepada menteri-menterinya . salah seorang dari mereka menerangkan bahwa
disebelah barat berdiam seorang sakti bernama budha, tingginya 16 kaki dan tubuhnya berwarna
emas. Ming Ti lalu mengirim utusan ke India untuk mendapatkan sang budha itu. Utusan itu
kembali dengan membawa 2 orang budhis (pendeta budha) dan buku-buku suci agama budha
yang dibawa oleh seorang kuda putih. Untuk tempat tinggal kedua budhis itu, Ming Ti
kemudian mendirikan “ kuil kuda putih” pada tahun 68 M. Walaupun agama budha telah masuk
ke china pada masa pemerintahannya, akan tetapi Ming Ti, sebagaimana juga penggantinya
Chang Ti (78-88) M terkenal sebagai pelindung ajaran confusius.
Setelah Chang Ti meninggal, han timur makin lemah dan makin mundur. Banyak kaisar yang
hanya sebagai boneka, akibatnya timbullah kekacauan- kekacauan yang membawa keruntuhan Dinasti
Han.
Kita telah mengetahui dari bagian sebelumnya pad masa akhir hayatnya, dinasti Han
diperintah oleh kaisa-kaisar bocah serta lemah yang memerintah secara singkat. Kekuasaan jatuh
ketangan klan-klan tertentu dan kaum keberi. Pemberontakan didaerah-daerah pun pecah, anatara lain
yang terpenting adalah pemberontakan Topi Kuning (huang Cin), yang dipimpin oleh tiga bersaudara
Zhang. Dinasti Han benar-benar lemah oleh pemberontakan ini. Akhirnya, kekuasaan secara
berangsur-angsur jatuh ketangan keluarga Cao yang berhasil menumbangkan Dinasti Han dan
mendirikan kerajaan Wei.

2.2.4 PERKEMBANGAN BIDANG KEAGAMAAN DAN FILSAFAT SEMASA DINASTI


HAN

1. MASUKNYA BUDDISME KE CHINA


Catatan sejarah menunjukkan bahwa Buddhisme masuk ke china semasa dinasti Han. Hal ini
diperkuat dengan adanya karya-karya sejarah seperti Sanguo zhi, weilei (kitab catatan ringkas dinasti
Wei), dan Dongyi Zhuan, menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada pemerintahan kaisar Aidi(1
SM-6SM) dari dinasti Han Barat. Fu tu adalah kitab sebutan untuk Buddha pada zaman dahulu, dan
sekarang disebut Fu Tuo. Kita akan mengutip sedikit dari Kitab Weilie yang berbunyi sebagai berikut:
Sebelumnya pada tahun Yuanshou yang pertama(2 SM) semasa Pemerintahan Kaisar Han
Aidi, Jing lu telah menerima dari Yi Chun, duta negri Yuezhi. Yuezhi adalah suku yang mendiami
daerah Dunhuang, pegunungan Jilian Shan. Kira-kira abad ke-2 SM, suku ini dikalahkan oleh suku
Xiongnu dan terusir ke sebelah barat. Pada abad pertama SM, mereka kemudian berhasil mendirikan
sebuah kerajaan bernama Guixiang. Wilayah kediaman suku Yuezhi itu merupakan tempat
berkembangnya Buddhisme. Para biksu pertama yang dating ke daratan China adalah Gobharana (Ni
Mopeng) dan Kasyappa Matanga (zhu Falan) yang diundang oleh Kaisar Han, yaitu Qin Jing dan Cai
Yin. Kedua utusan yang dikirim kaisar itu berjumpa dengan mereka diwilayah kediaman suku Yuezhi.
Pada tahun 68 M,dan mereka tiba di Luo Yang serta tinggal di Vihara Baimasi (Vihara Kuda Putih)
serta menerjemahkan Sutra Empat Puluh Dua Bagian,ini adalah naskah Buddhis pertama yang di
terjemahkan ke dalam bahasa mandarin.
Catatn riwayat hidup Pangeran Ying menyatakan Bahwa pada tahun 65 M di china sudah
terdapat komunitas Buddhis. Yang adalah saudara tiri Kaisar Mingdi yang diangkat sebagai
bangsawan denagn pangkat gong pada tahun 39 dan pangeran pada tahun 41. Pada mulanya ia tinggal
di ibukota, tetapi pindah ke Pengcheng pada tahun 52. Pangeran Ying pernah melakukan kesalahan
yang dapat di jatuhi hukuman mati , namun pada tahun 65 Kaisar mengdi pernah mengeluarkan
Undang-undang bahwa orang yang telah dijatuhi hukuman mati dapat membebaskan dirinya sendiri
dengan mempersembahkan gulungan kain sutra dalam jumlah tertentu.ying memanfaatkan
kesempatan pengampunan hukuman ini dengan mempersembahkan 30 gulung kain sutera pada kaisar.
Meskipun demikian , kaisar tidak menganggap Ying bersalah dan menolak persembahan kain sutera
itu. Kaisar malah menyatakan bahwa Ying telah menjunjung tinggi ajaran kaisar Kuning (Huangdi)-
seorang kaisar kaisar purba pada jaman dahulu yang telah kita bahas pada bab 2-, Laozi, dan Buddha.
Ying kemudian bertaubat atas kesalahannya yang terdahulu dan memanfaatkan hartanya untuk
mengadakan jamuan makan sayuran bagi para biksu dan umat yang saleh di negerinya. Catatan ini
memperlihatkan bahwa komunitas buddhis telah ada di China sebelum masa pemerintahan Kaisar
MengTi.
Terlepas dari semua itu, terdapat legenda menarik yang menyatakan bahwa Buddhisme telah
ada di China sebelum zaman dinasti Han. Salah satu Legenda itu menyatakan bahwa Buddhisme telah
masuk di China pada tahun 317 SM, yakni tatkala seorang sakti dating dengan membawa tongkat
serta mangkuk peminta-minta ke istana Zhao dari Yan. Lebih jauh lagi, diriwayatkan bahwa ia
mendirikan stupa dengan tinggi tiga kaki dengan kekuatan gaibnya. Cerita lain mengatakan bahwa
seorang biksu asing bernama Shilifang telah dating dengan membawa kitab-kitab Buddhis semasa
pemerintahan Kaisar Qinshihuangdi, dimana ia merupakan seorang menisionaris Buddhis yang
dikirim oleh raja Asoka.
Legenda berikutnya mengisahkan bahwa masuknya Buddhism eke China berhubungan dengan
mimpi Kaisar Han Mingdi. Alkisah, kaisar suatu malam bermimpi melihat suatu makhluk suci
bertubuh keemasan melayang di depan istananya. Keesokan harinya, ia menanyakan pada para
menterinya mengenai arti mimpi itu. Seorang menteri bernama Fu Yi menyatakan bahwa ia pernah
mendengar mengenai seorang suci di indiayang telah mencapai pencerahan, dapat terbang, dan
tubuhnya berwarna keemasan. Fu Yi menyatakan lebih lanjut bahwa makhluk suci itu adalah Buddha.
Kaisar menerima penjelasan ini dan mengirimkan utusan untuk mempelajari lebih jauh mengenai
makhluk suci ini beserta ajarannya. Seluruh legenda di atas tidak memiliki bukti sejarah nyata
sehingga diragukan kebenarannya.

2. BERDIRINYA DAOISME SEBAGAI LEMBAGA KEAGAMAAN


Daoisme baru menjelama menjadi suatu agama yang terorganisasi pada masa Zhang Daoling
yang hidup semasa Dinasti Han Timur. Meskipun demikian, proses transformasi ini tidak akan terjadi
begitu saja tanpa factor-faktor pendukungnya.
Pada masa akhir dinasti Zhou yang terpecah menjadi beberapa Negara feudal, banyak orang
terpelajar yang berkeliling untuk menjajakan kemampuan mereka sebagai ahli ketata negaraan
maupun penasihat politik. Mereka berkeliling untuk mencari raja atau penguasa yang bersedia
memanfaatkan jasa mereka. Profesi mereka pada masa sekarang dapat disamakan dengan konsulatan
dari berbagai bidang. Dengan penyatuanChina dibawah dinasti Qin, praktis jasa mereka tidak
dibutuhkan lagi. Dinasti Han yang merupakan kelanjutan Dinasti Qin juga memerintah seluruh China.
Tidak berbeda dengan Dinasti Qin, mereka menerapkan system pemerintahan terpusat serta
membatasi kekuasaan para bangsawan, sehingga persatuan Negara menjadi kuat. System sentralisasi
kekuasaan tersebut menjadikan kaum terpelajar yang sebelumnya berkeliling menjajakan jasa mereka
tidak diperlukan lagi keberadaannya.
Sebelumnya, banyak dari mereka yang juga menguasai ilmu gaib, seperti meramal nasib,
penyembukan, dan memperpanjang usia. Karena pengetahuan mereka dalam bidang ketatanegaraan
serta politik tidak diperlukan lagi, dilakukan alih profesi dengan memanfaatkan kemampuan
sampingan tersebut. Pada Dinasti Qin dan Han awal, mereka membentuk suatu kelompok masyarakat
tersendiri yang disebut fangshi. Kata ini sendiri berarti “ahli ilmu gaib” (masters of formulae). Secara
umum, mereka terbagi menjadi dua golongan, yakni yang mengkhususkan diri pada ilmu gaib,
peramalan, serta penyembuhan dan yang memusatkan perhatian pada ilmu pemanjang usia serta
rahasia hidup abadi. Masing-masing golongan ini hadir guna memenuhi harapan kedua kelompok
masyarakat zaman itu. Kaum kaya lebih menginginkan umur panjang serta hidup abadi, sedangkan
kaum miskin tidak memerlukannya. Kehidupan mereka diliputi kesengsaraaan, sehingga
memperpanjang hidup bagi mereka sama saja dengan memperpanjang penderitaan. Sebaliknya, kaum
miskin yang sebagian besar terdiri dari para petani, lebih mendambakan hasil panen yang baik dan
kesehatan bagi diri sendiri beserta anggota keluarganya, sehinga dapat bekerja di lading dengan
lancer.

3. KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN


Keyakinan yang sudah ada sebelumnya menyatakan bahwa jiwa manusia terdiri dari dua
bagian. Setelah seorang meninggal, bagian yang lebih ringan akan naik ke atas menuju ke kerajaan
para dewa, sementara bagian yang lebih berat atau bagian duniawi akan tetap tinggal di kuburan.

4. KONFUSIANISME
Berdirinya Dinasti Han merupakan masa kebangkitan kembali konfusianisme. Hal ini terjadi
pada dinasti Han ke dua. Semenjak itu, mulailah usaha yang melelehkan untuk merestorasi kembali
tulisan-tulisan yang dimusnahkan semasa Dinasti Qin.
Dukungan yang sungguh-sungguh terhadap konfusianisme baru diberiakan pada masa
pemerintahan Kaisar Wudi. Tidak diragukan lagi, bahwa keberhasilan konfusianisme ini juga
didukung oleh usaha keras mereka dalam membangkitkan kembali kitab-kitab kuno yang pernah
dimusnahjan pada zaman dinasti sebelumnya. Ajaran konfusius pada mulanya adalah suatu system
filosofi dan etika. Sebagaimana aliran filsafat lainnya konfusius berusaha menemukan suatu prinsip
otoritas moral di tengah zaman yang serba kacau itu. Namun semasa dinasti Han, pertanyaan sperti ini
tadak begitu diminati lagi, karena keadaan telah menjadi relative damai dan tertib. Oleh karena itu,
secara bertahap Konfusianisme mulai mengalami evolusi selama berkusa di dinasti ini.

 Zaman Tiga Kerajaan dan Enam Dinasti


Runtuhnya Dinasti Han membawa akibat-akibat yang menyedihkan dalam sejarah Cina. Cina
mengalami disintegarasi, dimana antara kerajaan yang satu dengan yang lain saling menyerang .
dalam masa kacau ini, di Cina berdiri Tiga Kerajaan yang bersamaan dengan zaman Enam Dinasti
yang saling berperang, sehingga masa ini disebut” Zaman Kegelapan Bagi Cina”.
1 Ketiga kerajaan yang dimaksud adalah :
a. Kerajaan Wei (220-265), didirikan oleh Ts’ao P’ei.Daerah kekuasaannya meliputi daerah
barat laut dan utara dengan Loyang, sebagai pusat pemerintahannya.
b. Kerajaan Shu (221-263), didirikan oleh Liu Pei. Daerah kekuasaannya meliputi Szuchuan
dengan Chengtu sebagai pusat pemerintahannya.
c. Kerajaan Whu (222-280), didirikan oleh Shun Chuan. Daerah kekuasaannya meliputi
tenggara dan selatan dengan Nanking sebagai pusat pemerintahannya.
Zaman Tiga Kerajaan bukanlah suatu zaman damai di China, melainkan penuh dengan
peperangan terus menerus. Ketiga negara saling berperang, saling berebut pengaruh.
2 Zaman Enam Dinasti
Sebagian dari Zaman Enam Dinasti berjalan sejajar dengan Zaman tiga Kerajaan. Masa ini
penuh dengan kekacauan dan peperangan, sehingga masa ini merupakan maas gelap bagi Cina dimana
orang barat menyebutnya denga istilah “The Dark Ages”.
Pada masa ini penyerbuan bangsa Hsiung Nu makin mengganas dan dapat menguasai daerah
Cina utara, sedang Cina selatan masih berada didalam kekuasaan orang Cina. Dimasa inilah muncul
dinasti-dinasti kecil yang dinamakan “Masa Enam Dinasti” yakni :
Dinasti Chin, didirikan oleh Sze-ma Yen pada tahun 265 dengan Loyang sebagai pusat
pemerintahannya. Dinasti ini dapat berlangsung hingga tahun 317.
 Dinasti Chin Timur (317 - 420) didirikan oleh keluarga Sze ma Yen.
 Dinasti Liu Sung (420 – 479) didirikan oleh Liu Yu.
 Dinasti Chin Selatan (479 – 502) didirikan oleh Hsiao Tao yen.
 Dinasti Liang, didirikan oleh Hsiao Yen dengan gelar Liang Yu Ti pada tahun 502. Ia
berhasil memegang kendali pemerinthan samapai tahun 549. Dinasti ini runtuh pada
tahun 557.
 Dinasti Chen (557 – 590) didirikan oleh Chen Pa Hsien. Dinasti ini akhirnya dapat
diruntuhkan oleh yang Chien. Dengan demikina berakhirlah masa enam Dinasti dan
muncul Dinasti baru yakni Dinasti Sui.

PERIODE PEPERANGAN

2.1 Definisi zaman negara perang


Zaman peperangan juga disebut dengan Zaman Tiga Negara atau juga dikenal dengan
nama Samkok , bahasa Inggris: Three Kingdoms Era) (220 - 280) adalah sebuah zaman di penghujung
Dinasti Han di mana Cina terpecah menjadi tiga negara yang saling bermusuhan.

Zaman tiga negara ini muncul karena tidak ada dinasti yang dapat mempersatukan atau
menguasai satu wilayah sehingga masing-masing kekaisaran pecahan dinasti sebelumnya mendirikan
kekaisaran atau negara sendiri. Menurut buku Hystory of China terdapat tiga kekaisaran besar yang
berkuasa pada zaman tiga negara ini, yaitu Wei, Wu, dan Shu.

2.2 Latar belakang munculnya Zaman Perang

1. Runtuhnya Dinasti Han


Dinasti Han mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa
yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi pemerintahan. Beberapa
pemberontakan petani pecah sebagai bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun
ketidakmampuan kaisar lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan
kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah masa yang
didominasi oleh pemerintahan kasim.
2. Pengangkatan kaisar tanpa pandang usia dan tingkat kematangan
Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini
menyebabkan tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan dijalankan
oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang kemudian melakukan kudeta untuk
menyingkirkan kaisar yang tengah beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka.
Ini menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memurukkan situasi Dinasti Han.
3. Adanya disintegrasi internal kekaisaran Han

Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian
merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini
dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta.
Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian sebagai pewaris
tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo
untuk kembali ke ibu kota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin
merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para
menteri di dalam istana.

Yuan Shao kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan


pembunuhan sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan
kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan adiknya Liu Xie ke luar
istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi
dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya, Dong Zhuo kemudian
memulai kelalimannya.

4. Kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo


Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan kekaisaran di
Cina dengan membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu Bu untuk
membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk
memperkuat diri sendiri. Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi
wewenang para menteri dan memusatkan kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi
diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar
dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini
adalah awal Zaman Tiga Negara.

2.3 Berkuasanya raja-raja perang

Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan
kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa
daerah memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan
munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang
terkenal dan kuat pada masa ini adalah :

 Yuan Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai Kuning.


 Cao Cao, menguasai Chenliu dan kemudian Xuchang.
 Yuan Shu, menguasai daerah Huainan dan mengangkat diri sebagai kaisar karena mempunyai
stempel kekaisaran di tangannya.
 Sun Jian, menguasai Changsha.
 Dong Zhuo, gubernur Prefektur Liang, namun kemudian merebut ibu kota Luoyang dan
memindahkannya ke Chang'an, Prefektur Sili.
 Liu Biao, menguasai Prefektur Jing.
 Liu Zhang, menguasai Prefektur Yi.
 Zhang Lu, menguasai Hanzhong.
 Ma Teng, menguasai Prefektur Liang.
 Gongsun Zan, menguasai Semenanjung Liaodong.

2.4 Negara yang terbentuk setelah zaman peperangan


1. Negara Han

Negara han berkuasa selama 4 abad (dari 206 s.M-221 M) kecuali tahun 8 sampai 23 M atau
ketika wang mang merebut kekuasaan .akan tetapi dinasti han lebih berhasil bila di bandingkan
dengan dinasti chi”in .keberhasilan dinasti han tersebut dapat di lihat sebagai berikut:

 Liu Pang dan kawan-kawannya yaitu pendiri negara han tidak terikat pada elite lama
atau pada salah satu dari aliran fi;safat lama.
 Pendiri Negara han dapat memulai dengan lembaran putih dan bersih.
 Pendiri Negara han merebut kekeasaan alam sebuah pemberontakan terhadap
pemerinthan yang kejam sehingga mereka menapat banyak simpati dari masyarakat.
 Negara han lebih moderat dari resim lama.
 Beban pajak dan kerja rodi di buat lebih ringan
 Negara kesauan di pertahankn.
 Negara han di bagi menjadi provensi dan kabupaten-kabupaten.

Akan tetapi perjalanan setiap negar tidak selamanya berjalan mulus dah hal ini juga terjadi
pada perjalanan Negara han yang masih baru ,berbagai masalah yang mengancam stabilitas Negara
mulai bermunculan,masalah tersebut di antaranya :

 Masalah raja-raja muda atau politik


 Permasaahaan social yaitu masalah kesultanan di istana khusnya yang di sebabkan
oleh keluarga permaisuri dan orang kasim.
 Masalah budaya yaitu masalah suku pengembara.
 Selain masalah di atas masalah ekonomi juga muncul yaitu tentang kepemilikan tanah.

Pada 206-140 SM keadaan Negara Han masih cukup stabil akan tetapi pada 141 -87 SM
Negara Han mengalami kesulitan uang di sebabkan dari peperangan melawan suku-suku pengembara.

Selain beberapa permasalah di atas yang muncul pada saat Negara Han juga terjadi beberapa
masalah sebagai berikut:

 Kaisar Wu dan masalah bangsa ilun


 Perebutan kuasa oleh Wang Mang
 Pemberontakan dari kening merah

Setelah Negara han berhasil menjadi suatu pemerintahan yang kokoh akhirnya Negara Han
runtuh , ada beberapa aspek yang meyebabkan runtuhnya Negara Han di antaranya :

 Desakan yang menjatuhkan Negara Han berasal dari dua pemberontakan rakyat yang
keduanya memiliki latar belakang agama.
 Aspek ekonomi dan sosial
 Hubungan dengan bangsa barat.
 Naskah-naskah klasik
2. Negara Wei

Pada abad (220-226) setelah Cao Bei mengangkat dirinya sebagai kaisar wendi, suku-suku
barbar di utara seperti xiongnu, shanshan, guichi, dan yutian tahluk kepada kaisar baru ini. Cao Bei
menamai dinastinya Wei. Dalam usaha memperkokoh kekuasaannya, Cao Bei banyak belajar dari
Dinasti Han. Dimana kekuasaan kaisar pada waktu itu menjadi lemah karena campur tangan para ratu
dalam urusan pemerintahan. Untuk mengatasi hal ini Cao Bei melarang seseorang untuk mengajukan
petisi, usulan, atau permohonan kepada ratu, sehingga melangkahi wewenang kaisar.

Setelah wafat, cao bei digantikan oleh putranya yang bernama cao rui dengan gelar mingdi
(226-239). Ia dibantu oleh para pejabat seperti chao zhen, chen qun, chao xiu, dn sima yi. Semasa
pemerintahan cao rui, terjadi beberapa peperangan melawan kerajaan shu dan wu. Sementara itu,
bangsa yuan, penguasa daerah liadong, menerbitkan pemberontakan, tetapi berhasil ditumpas.

Cao rui wafat tanpa meninggalkan seorang putra, dan kemudian diangkatlah seorang anak
dibawah umur bernama cao fang (239-254) dangan gelar saodi. Dan siman yi sebagai wali. Semenjak
saat itu pengaruh keluarga sima semakin besar terhadap kerajaan wei.
Peperangan, banjir, dan bencana lainnya yang melanda cina pada akhir dinasti han tidak hanya
berpengaruh terhadap ekonomi dan kemakmuran negara saja. Melainkan juga perpindahan populasi
masyarakat untuk mengatasi kekacauan dalam bidang ekonomi masyarakat. Cao-cao berpandangan
bahwa bidang pertanian perlu diarahkan dan dikendalikan oleh negara. Para petani yang berpindah-
pindah diharuskan untuk menetap disuatu tempat dan dipaksa membuka ladang baru. Para prajurit
juga diharuskan membuka ladang untuk menghidupi dirinya sendiri. Dengan kata lain mereka menjadi
peteni sekaligus prajurit.

Karena itu kini ada dua komunitas pertanian, yaitu komunitas pertanian sipil/rakyat dan
komunitas pertanian militer.

 Perkembangan ekonomi kerajaan wei

Peperangan,banjir, dan bencana lainnya yang melanda cina pada akhir dinasti han tidak hanya
berpengaruh terhadap ekonomi dan kemakmuran negara saja. Melainkan juga perpindahan populasi
masyarakat untuk mengatasi kekacauan dalam bidang ekonomi masyarakat. Cao-cao berpandangan
bahwa bidang pertanian perlu diarahkan dan dikendalikan oleh negara. Para petani yang berpindah-
pindah diharuskan untuk menetap disuatu tempat dan dipaksa membuka ladang baru. Para prajurit
juga diharuskan membuka ladang untuk menghidupi dirinya sendiri. Dengan kata lain mereka menjadi
peteni sekaligus prajurit.

Karena itu kini ada dua komunitas pertanian, yaitu komunitas pertanian sipil/rakyat dan
komunitas pertanian militer.

3. Negara shu

Kerajaan shu didirikan oleh liu bei. Ketika para pemberontak topi kuning menyerbu dan
menguasai wilayah shuoxien, liu bei bersama guan yu dan shang fei bertempur dibawah pimpinan
seorang xiaowei yang bernama soujing. Ketika akhirnya kaum pemberontakan dapat diusir dari
wilayah itu, shoujing merekomendasikan liu bei sebagai kapten di distrik anxi-xian.

Pada saat memangku jabatan itu, liu bei beserta saudara-saudaranya menghajar seorang pejabat
korup yang sombong. Sehingga mereka harus melarikan diri dan berpindah-pindah tempat tinggal
untuk mencari perlindungan kepada para penguasa. Dan kemudian liu bi bertemu dengan seorang
penasehat dan pakar tersohor bernama shuge lie. Pada tahun 211, ia berhasil mengukuhkan
kedudukannya di daerah yie hou. Ketika cao bei menggulingkan tahta kerajaan han, liu bei yang
merasa sebagai keturunan dinasti han, mengangkat dirinya sebagai seorang kaisar pada tahun 211,
negrinya diberi nama shu.

Liu bei wafat tidak lama setelah kekalahan fatalnya pada pertempuran yiling. Sebelum
meninggal liu bei berpesan kepada shuge liang agar membantu putranya dalam pemerintahan. Liu
shan menggantikan liu bei sebagai raja dengan gelar houshu (223-263). Untuk memperkuat kerajaan
shu, shuge liang mengadakan persekutuan dengan wu, persekutuan ini dapat menciptakan
perimbangan kekuatan serta keamanan daerah perbatasan. Meng huo, seorang pemimpin suku barbar
disebelah selatan dekat perbatasan burma melakukan pemberontakan terhadap shu.shuge liang segera
memimpin ekspedisi untuk memadamkan pemberontakan itu.
Dengan siasat jitu, meng huo berhasil ditangkap, tetapi ia belum bersedia mengakui
kekalahannya. Ia mengatakan bahwa keberhasilan shu itu adalah tipu muslihat belaka. Namun dengan
kebijaksanaannya shuge liang melepas meng huo. Dan pada pertempuran berikutnya berhasil
dikalahkan dan ditawan kembali . shuge liang menangkap dan melepaskan meng huo sebanyak 7 kali.
Baru pada kekalahan terakhirnya meng huo menyerah pada pihak shu.

Pada tahun 227 shuge liang malakukan serangan terhadap kerajaan wei, tetapi tidak
mendapatkan hasil yang berarti. Meskipun demikian, shuge liang berhasil melakukan siasat jitu saat
terkepung oleh sima yi,panglima perang wei. Pada saat sima yi akan melakukan serangan shuge liang
membuka gerbang kota selebar-lebarnya dan ia duduk dengan tenang sambil memainkan alat music.
Melihat hal itu sima yi merasa shuge liang menyebunyikan perangkap di dalam kota. Sehingga sima
yi mengundurkan pasukannya. Setelah shuge liang wafat kedudukannya digantikan oleh jiang wan
dan fan yi.

Tidak lama setelah wafatnya shuge liang, pihak wei melakukan serangan terhadap kerajaan
shu, karena melihat bahwa tidak ada lagi sosok yang dapat diandalkan oleh kerajaan itu. Serangan itu
terjadi pada tahun 263 dan dipimpin oleh jendral deng ai dan shong hui. Strategi yang mereka
gunakan untuk menghindari tempat-tempat yang dipertahankan dengan kuat dan masuk melalui
tempat-tempat tidak terduga serta lemah pertahanannya. Jenderal andalan shu yang bernama jiang wei
gagal memukul mundur serangan itu. Sehingga liu san terpaksa menyerah pada pihak wei,
demikianlah berakhir sudah kerajaan yang dibangun dengan susah payah oleh liu bei tersebut.

 situasi ekonomi kerajaan shu

Kerajaan shu yang berlokasi diwilayah propinsi sichuen modern kondisinya relatif tenang dan
damai bila dibandingkan dengan cina utara yang dikuasai oleh kerajaan wei.kampanye militer
keselatan yang dilekukan shuge liang untuk menaklukkan men huo yang memberontak serta usaha
penyerangan ke utara tidaklah berpengaruh banyak bagi perekonomian negara ini. Ini dikeranakan
oleh kedatangan para pengungsi dari utara yang menjadi sumber tenaga kerja bagi negari ini. Selain
itu, shuge liang juga mengundang suku barbar di selatan untuk menjadi pekerja kerajaan shu.
Cukupnya tegana kerja ini menyebabkan pihak shu tidak perlu menciptakan komunitas pertanian.

Pembangunan pertanian yang insentif tidak dilakukan pada daerah sichuen saja, melainkan
juga di daerah pegunungan selatan, dimana daerah ini untuk pertama kalinya benar-benar berkembang
secara ekonomis. Meneruskan tradisi yang telah berlangsung sejak dinasti han, negara juga
memonopoli geram, besi, sutera. Mate uang yang banyak digunakan di negri ini adalah uang logam
tembaga.

4. Negara wu

Kerajaan wu berawal dari peperangan melawan dhong shuo. Sun jiang yang ikut serta dalam
peperangan itu menemukan materai kerajaan di puing-puing kota. Ia beranggapan bahwa puing-puing
tersebut akan membawa nasib baik bagi negrinya, ia pun memohon kepada yuan shao sebagai
pemimpin pasukan untuk kembali ke negrinya. Namun, yuan shao juga menginginkan materai itu.
Tetapi sun jieng menolaknya.
Namun yuan shao membujuk liu biao, seorang pembesar kota untuk mencegat sun jiang dalam
perjalanan pulangnya untuk merebut materai kerajaannya. Tetapi usaha ini gagal. Dan kemudian
terjadi peperangan antara sun jiang dan liu biao. Pertempuran ini menewaskan sun jian.

Setelah sun jiang tewas, ia digantikan oleh sun ce, putra sulung sun jin. Sun ce meninggal
karena terluka anak panah beracun yg ditembakkan musuhnya den digentiken oleh zun quan.

Ketika cou bei menurunkan kaisar terakhir dinasti han pada tahun 220 dan liu bei menyusul
mengangkat dirinya sebagai kaisar, zun quan pada tahun 222 mengikuti jejak mereka berdua. Gelar
setelah menjadi kaisar adalah wudi (222-252) dan kerajaannya diberi nama wu. Dengan jianya sebagai
ibu kotanya. Pada masa pemerintahannya terjadi persekutuan dengan shu untuk bersama-sama
memerangi wei.

Setelah zunn quqa wafat digantikan oleh zun liang yang bergelar feidi (252-258). Wafatnya
zun quan dimanfaatkan oleh pihak wei untuk menyerang wu, tetapi gagal. Bahkan wu malah berbalik
menyerang wei. zhuge guo pemimpin pasukan wu meminta bantuan jiang wei, panglima perang shu
untuk bersama-sama menyerang wei. Namun, usaha penyerangan itu tidak membuahkan hasil berarti.

Pada masa pemerintahan kaisar feidi, kekuasaan negri wu digerogoti oleh su lin, lalu ia segera
mengambil tindakan dengan menurunkan kaisar dan membinasakan para mentri yang bersekongkol
untuk membunuhnya. Sebagai pengganttinya, diangkatlah sun xiu dengan gelar jing di (258-264).
Kaisar ini pun merasakan kesewenang-wenangan sun lin. akhirnya, dengan sesuatu strategi jitu sun lin
berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Ketika sun xiu wafat yang dijadikan penggantinya adalah sun hao yang bergelar modi (264-
280). Ia ternyata bukanlah seorang penguasa yang baik dan senang mabuk-mabukan. Kebobrokan
penguasa negri wu ini tersiar hingga ke telinga kaisar jin, yang sebelumnya telah menurunkan
penguasa terakhir wei. Sima yan pun memutuskan untuk menyerang dan menahlukkan wu. Kerajaan
wu pun kalah dan menyerah pada pihak jin. Peristiwa ini terjadi pada tahun 280 dan mengakhiri
riwayat kerajaan wu.

 Situasi ekonomi kerajaan wu

Kerajaan ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Meskipun demikian, penduduknya masih
belum memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kekayaan ini secara maksimal, karena harus
menghadapi ancaman suku barbar, penghuni pegunungan selatan. Kerena kesuburan tanahnya,
penduduk selatan cina tidak merasa perlu untuk mengembangkan pertanian semaju di utera cina.
Namun, seiring dengan kedetangan para pengungsi dari utara, timbul dorongan untuk memajukan
pertanian demi meningkatkan hasil yang telah dicapai. Para pengungsi dari utara juga menjadi sumber
tenaga kerja baru di negeri ini.

Zun quan memberlakukan adanya komunitas pertanian sipil (mintuntien) dan militer
(juntuntien)sebagaimana yang terdapat di wei. Hanya saja, ada beberapa perbedaan . Pertama,
dikerejaan wu, komunitas pertenian militer tidak hanya dihuni oleh para prajurit saja, melainkan juga
keluarga mereke. Kedua, masing-masing komunitas itu diawasi oleh rantai birokrasi sipil dan militer
sendiri.
Selain komunitas pertanian yang dimiliki oleh negara, terdapat pula tanah-tanah pertanian
yang dimiliki oleh pribadi, seperti para tuan tanah kaya. Sesuai dengan tradisi yang berlaku semejak
dinesti han, pembuatan garam, besi, dan sutera dikuasai oleh negera. Kerajinan khas negera ini adalah
keramik berglasur hijau (gingci). Pembuatan kapal-kapal yang dilakukan pihak wu memungkinkan
negri ini untuk menjalin hubungan dengan negara asing, seperti koguryo, funan, linyi, serta india.
Meskipun mata uang tembaga menjadi alat tukar resmi, tetapi garam dan sutera dapat pula
dipergunakan sebagai alat tukar( bartar).

2.5 Berakhirnya Zaman Tiga Negara


Keluarga sima pada mulanya mengabdi pada kerajaan wei dan ikut bertempur melawankedua
negara lainnya. Leluhur keluarga sima yang bernama sima yi adalah anak buah cao-cao. Lama-
kelamaan kekuasaan keluarga sima semakin besar dan sanggup mengendalikan tumpuk pemerintahan
kerajaan wei, terutama semanjak sima yi diangkat sebagai wali bagi kaisar cou fang yang masih anak-
anak. Semakin besarnya kekuasaan ini tampak ketika putra tertua sima yi menurunkan kaisar cao fang
dan menggantikan dengan kaisar cao mou (254-260). Sima zhao, putra lain sima yi, membunuh cao
mou dan mengangkat cao huan sebagai kaisar baru (260-265).

Sima zhou lalu mengirimkan jenderal zhong hui dan deng ai untuk menahlukkan shu pada
tahun 264.atas jasanya menaklukkan kerajaan shu itu, sima zhou diangkat sebagai xiangguoyang
setara dengan jabatan perdana mentri dan diberi gelar bangsawan jin. Setelah wafat, ia digantikan oleh
sima yan. Sima yan memaksa kaisar chou huan untuk menyerahkan singgasesana kepadanya, sehingga
dengan demikian berakhir pulalah kekuasaan keluarga cao.

Peristiwa runtuhnya kerajaan wei terjadi pada tahun 265. Sima yan mengangkat dirinya
sebagai kaisar dan menamai dinastinya dengan jin. Luoyang dijadikan ibukotanya. Kerajaan wu
berhasil ditaklukkan peda tahun 280, sehingga cina pun bersatu padu kembali.

2.6 Perkembangan bidang keagamaan dan filsafat


Diawal kita membahas tentang berakhirnya dinasti han pada tahun 220 dan terpecah menjadi
tiga negara, yakni: wei, wu, shu. Organisasi keegamaan yang didirikan oleh shang daoling kini
dipimpin oleh zhang lu, cucu zhang daoling, dan diakui oleh kerajaan wei sebagai shangyi mengwei
(aliran ortodoks utama) dari taoisme. aliran tersebut juga disebut dengan tiensi dao (aliran para guru
kedewaan).

Kitab daois penting yang tertulis pada zaman ini adalah teishang lingbao wufijing ( kitab
pewahyuan tertinggi lima jimat dari ruh suci). Ini merupakan kitab pertama dari kumpulan kitab-kitab
ling bao (ruh suci). Di dalam kitab ini, dapat dijumpai jimat untuk melindungi dan memanggil ruh-ruh
suci, penggambaran kosmologi alam kedewaan, teknik meditasi, serta resep-resep untuk meramu obat
hidup abadi.

Aliran filosofi daois lain yang berkembang adalah apa yang dinamakan aliran misteri. Tokoh-
tokohnya adalah he yan (wafat tahun 249), yang mengarang sebuah karya yang berjudul wuminglun
(risalah mengenai yang tak bernama), wang bi (226-249), seorang ahli filsafat cendikia yang wafat
pada usia 23 tahun dan telah menulis komentar tehadap kitab laoi dan yijing, xieng xiu (223-300),
pengarang komentar terhadap kitab karangan juangji, guo xieng wafat pada tahun 312 yang
menambahkan komentarnya sendiri pada kitab karangan xieng xiu, dan pai wei (267-300) yang
mengarang chongyoulun (risalah mengenai keberadaan).aliran misteri membahas masalah metafisika
yang rumit, seperti masalah keberadaan dan ketidak beradaan, yang dipandang bukan sebagai sesuatu
yang berlawanan, melainkan sesuatu yang tak terpisahkan satu sama lain.

Hubungan perdagangan lewat laut dengan negara asing yang dikembangkan kerajaan wu
menyebabkan makin budhisme. Pada tahun 247, datanglah salah seorang penerjemah kitab duddhis
yang bernama kang sang hui ke nenjing. Ia merupakan keturunan bangsa sogdia dan berasal dari
keluarga pedagang yang berdiam di vietnam.

DINASTI SUI, TANG DAN PEMBERONTAKAN CINA PRA MODEREN

2.1 Dinasti Sui (581-618)

Persatuan China baru dapat dipulihkan di bawah pemerintahan Sui. Dinasti Sui didirikan
oleh Yang Jian yang bergelar Sui Wendi. Ia adalah tokoh yang berjasa dalam mengakhiri zaman
kacau yang telah berlangsung selama beberapa ratusan tahun Dinasti Utara-Selatan. Tetapi
kekuasaan Dinasti Sui bisa dibilang sangat singkat, yaitu 37 tahun.

Yang Jian ingin menjadi penguasa tunggal China, maka dari itu ia harus menaklukkan
Kerajaan Chen yang berkuasa di selatan. Raja terakhir kerajaan ini yaitu Chen Shubao yang
merupakan raja lemah dan egois serta gila wanita. Yang Jian menyadari kelemahan penguasa Chen
akhirnya memutuskan penyerangan terhadap Kerajaan Chen. Melalui Jenderal He Nuobi, Yang
Jian mengutusnya untuk kampanye penaklukkan ke selatan. Ternyata, trewpian selatan Sungai
Yangzi yang menjadi batas antara kedua kerajaan dilindungi oleh banyak benteng, akhirnya
Jenderal He menghindari bentrokan langsung dan hanya menempatkan pasukannya secara tersebar
pada tepian Sungai Yangzi. Pihak Chen tyang menyaksikan kejadian ini langsung menyiagakan
pasukannya karena akan mengira Sui akan menyerang, tetapi karena pasukan Chen jemu
menunggu serangan dari Sui, akhirnya mengundurkan kewaspadaan mereka.

Akhirnya pada saat tahun baru imlek 589, ketika Kaisar Chen sedang mabuk dan terlelap
setelah bersenang-senang pada malam harinya, Jenderal He memimpin pasukannya menyeberangi
Sungai Yangzi serta menyerbu ibu kota Chen. Ketika mengetahui dirinya terkepung, Chen Shubao
membawa selir kesayangan dan seorang istri yang masih muda untuk bersama dengannya
menceburkan diri ke sumur, tetapi karena air sumurnya dangkal yang tidak bisa merenggut
nyawanya, akhirnya Kaisar Chen ditemukan musuh dan di tarik keluar. Para selir di hukum mati
dan Chen dijadikan tawanan. Berakhirlah kekuasaan Dinasti Chen di selatan dan Yang Jian
menjadi penguasa tunggal China.

Yang Jian menunjuk menteri-menteriyang pandai untuk membantunya dalam


pemerintahan dan untuk meningkatkan hasil pertanian. Karena semenjak lama telah mengabdi pada
Kerajaan Zhou Utara, Yang Jian memiliki pengalaman politik dan administrasi pemerintahan,
sehingga menjadikannya penguasa yang cakap.
2.2 Perkembangan yang di capai saat Dinasti Sui memerintah

 Perkembangan Ilmu Pengatahuan dan Teknologi

Mahakarya Dinasti Sui dalam bidang transprortasi adalah pembangunan terusan raksasa
yang menghubungkan China bagian utara dan selatan. Terusan sepanjang 2.000 km itu dimulai
dari Hangzhou selatan, meuju Yangzhou, dan selanjutnya ke Luoyang. Terusan ini merupakan
kemajuan dramatis dalam bidang transportasi, semenjak sistem jalan raya yang dikembangkan
oleh Kaisar Qin Shihuangdi, karena memperlancar hubungan antara belahan utara dan selatan
kekaisaran

Jadi walaupun pembangunannya menimbulkan banyak korban, tetapi pada akhirnya


mendatangkan manfaat juga bagi rakyat.

 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat

Yang Jian menyadari bahwa ajaran Buddhisme yang mengajarkan penyelamatan setiap
orang tanpa memendang suku atau derajat seseorang merupakan alat pemersatu yang ampuh bagi
kekaisarannya. Oleh karena itu, 4.000 vihara telah didirikan dan lebih dari 100.000 patung telah
di buat semasa pemerintahannya.

Tokoh Buddhis termasyhur yang hidup pada masa ini adalah Zhiyi. (538-597), pendiri
Aliran Tiantai yang hidup pada akhir masa Dinasti Utara-Selatan dan awal Dinasti Sui. Ia
menekankan pengajarannya pada salah satu kitab Buddhis yang berjudul Saddharmapundarika
Sutra atau Sutra Teratai.

2.3 Runtuhnya Dinasti Sui

Kaisar Yang Jian memiliki dua orang putra. Putra bungsunya Yang Guang sangat pandai
bermain muka demi mengambil hati ayahnya, sehingga kakaknya yang telah menjadi putra
mahkota dipecat dan digantikan olehnya. Ketika kaisar sakit keras, Yang Guang bersekongkol
dengan seorang perdana menteri untuk menggulingkan ayahnya. Namun karena kecerobohannya,
surat yang ditulis perdana menteri jatuh ke tangan kaisar, sehingga mengetahui persekongkolan
ini. Kaisar amat murka terhadap putra mahkota dan memanggilnya , tetapi Yang Guang bertindak
lebih cepat dengan membunuh ayahnya terlebih dahulu. Yang Guang kemudian naik tahta dengan
gelar Sui Yangdi (604-617).

Yang Guang merupakan kaisar yang tidak cakap dan lebih mementingkan bersenang-
senang ketimbang mengurus masalah kenegaraan. Dihabiskannya uang negara dengan
membangun berbagai proyek yang sesungguhnya merupakan pemborosan belaka dan masih
banyak lagi pemborosan-pemborosan yang dilakukan olehnya

Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh kegagalannya menaklukkan Korea,dimana hal tersebut


sangat menguras sumber daya. Pada masa akhir pemerintahannya, Sungai Huanghe meluap yang
mengakibatkan penderitaan terhadap rakyat. Kesengsaraan tersebut menyebabkan pemberontakan
dimana-mana. Yangdi yang merasa ketakutan melarikan diri ke ibukota selatan di Yangzhou,
tetapi salah seorang pemimpin pemberontakan yang bernama Yuwen Huazhi menghancurkan
Yangzhou dan membunuh Yangdi. Ia lalu mengangkat kaisar lain, tetapi tak lama dibunuhnya
dan mengangkat dirinya sebagai kaisar.

Li Yuan seorang tokoh militer dari utara menaklukkan ibukota Chang’an dan melawan
pemerintahan baru itu. Setelah berhasil mengalahkan Yuwen Huazhi, Li Yuan mengangkat
seorang keturunan Sui yang lain sebagai Kaisar Gongdi (617-618) dxengan ia sendiri sebagai
walinya. Tetapi setahun kemudian, diturunkannya kaisar itu sendiri dari tahta dan mengangkat
dirinya sebagai kaisar baru dengan gelar Tang Gaozong (618-626). Dengan demikian berakhirlah
Dinasti Sui dan digantikan dengan Dinasti T’ang.

2.4 Pemerintahan dinasti Tang

Setelah runtuhnya Dinasti Sui, berdirilah dinasti Tnag yang berkuasa dalam sejarah antara
tahun 618-907 M. Dinasti Tang terbagi menjadi paruh pertama dan kedua dengan Insiden Anshi
sebagai tanda batasnya. Paruh pertama dinasti Tang adalah masa makmur dan paruh kedua dinasti
Tang adalah masa kebobrokan Dinasti Tang. Walaupun Dinasti tang didirikan oleh kaisar Tang
Taizong, berhasil menyatukan Cina dalam waktu 10 tahun. Setelah Li Shimin naik tahta, Dinasti
Tang yang berada di bawah kekuasaanya mencapai perkembangan dan kemakmuran yang tiada
taranya adalam sejarah., bahkan muncul “ Pemerintahan Zhenguan Yang Unggul”, yaitu ketika
Cina berada di urutan depan dunia dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.

Setelah itu, muncul pemerintahan Kaiyuan yang makmur pada kekuasaan Kaisar Tang
Xuanzong, yaitu negara menjadi kuat dan rakyat menjadi kaya. Namun, justru pada masa
berkuasanya Kaisar Tang Xuanzong, terjadi insiden Anzhi yang mengakibatkan Dinasti Tang
menempuh jalan bangkrut dan runtuh. Kaisar yang merasa dirinya aman-aman saja dibawah
perlindungan pasukan elite Xiaoguo di Jiangdu, padahal keadaan negara saat itu sangat gawat. Ia
tidak terlalu peduli untuk menangani pemberontakan dan hanya mengirim jendral Wang Shichong
ke Luoyang untuk memepertahankan kota itu dari serbuan pasukan Li Mi. Kaisar bahkan tidak
berniat untuk kembali ke utara dan bermaksut memindahkan ibu kota ke Danyang ( sekarang
Nanjing, Jiangsu), di wilayah selatan sungai Yangtze. Namun, anggota pasukan Xiaoguo yang
sebagian besar dari utara dan mengkhawatirkan keluarga mereka disana, mulai melakukan
desersi, mereka yang terrtangkap dikenai hukuman berat.

Keresahan melanda tubuh pasukan elite itu, sehingga para perwiranya berkomplot untuk
melakukam kudeta. Mereka mendukung Yuwen Huaji, Adipati Xu ( putra Yuwen Shu) sebagai
pemimpin kudeta. Pada musim semi 618, mereka melaksanakan rencana itu dan membunuh
Kaisar Yang. Kemudian, Yuwen mengangkat keponakan Kaisar Yang, Yang Hao, Pangeran Qin
sebagai Kaisar boneka, dan ia sendiri sebagai walinya. Ia lalu bertolak dari Jiangdu ke utara
bersama pasukan Xiaoguo untuk memerangi pemberontak. Kabar kematian Kaisar segera
menyebar ke seantero wilayah Cina. Di Chang-an, Li Yuan meresponnya dengan menuntut kaisar
Gong menyerahkan tahta padanya. Ia mendirikan Dinasti baru, Dinasti Tang, dengan dirinya
sebagai kaisar pertama. Sementara di louyang, tujuh orang pejabat terkemuka mengangkat cucu
lain kaisar Yang,Yang Tong,Pangeran Yue,sebagai kaisar dan ia di akui sebagai kaisar yang sah
oleh sebagian pos militer yang masih setia pada Sui. Li Mi yang posisinya terjepit antara
pemerintah Sui di louyang dan asukan Yuwen yang sedang menuju utara, untuk sementara
menjalin persekutuan dengan pemerintah di Louyang dan mengakui Yang Tong sebagai
pemimpin yang sah. Setelah Li mengalahkan Yuwen,Wang Shichong yang menentang
persekutuan itu,mengambil alih kekuasaan dan menjadi wali atas Yang Tong.Dengan
demikian,persekutuan dengan Li Mi putus. Pada akhir tahun itu, Wang melakukan serangan
dadakan terhadap Li. Li yang kalah terpaksa melarikan diri ke wilayah Tang.

Pada tahun berikutnya, ia mencoba berontak dan dikalahkan pemerintah Tang,lalu


dihukum mati. Di tempat lain,Xue Ju telah wafat pada awal 618 dan digantikan oleh putranya,xue
Rengao. Li Shimin, Pangeran Qin, putra Li Yuan, mengalahkan dan membunuh Xue, seluruh
wilayah kekuasaannya pun dianeksasi oleh Tang. Pada saat yang sama, dou Jiande
mengonsolidasikan wilayahnya di utara Sungai kuning. Ia mengalahkan dan menghukum mati
Yuen yang telah meracuni Yang Hao dan mengangkat dirinya sebagai kaisar Xu,namun dou tidak
pernah berhasil mengalahkan Lou yi. Lou akhirnya menyerah pada pemerintah Tang.

Sementara Zhu Can menghadapi perlawanan sengit dari rakyat yang membenci
kekejamannya, ia mempertimbangkan antara menyerah pada Yang Tong di Louyang atau pada
dinasti Tang. Akhirnya, ia memilih pilihan pertama. Pada musim panas 619,Wang
menggulinhkan Yang Tong dan mendirikan dinastinya sendiri,Dinasti Zheng, dengan dirinya
sebagai kaisar. Sementara di Gansu, Li Gui di kudeta oleh bawahannya, An Xinggui dan
diserahkan pada Tang. Tang sendiri sedang menghadapi ancaman dari front lain,yaitu liu Wuzhou
melakukan ekspansi ke selatan dan merebut sebagian besar wilayah Shanxi yang ternyata adalah
milik Tang sehingga ibukota Tang,Chang-an terancam. Di wilayah bawah sungai Yangtze, yang
juga bergolak sejak kematian kaisar Yang, terjadi perebutan kekuasaan tiga tokoh penting di sana,
yaitu :

1. Shen Faxing, mantan pejabat Sui, mengangkat diri sebagai Pangeran Liang dan menguasai
sebagian besar wilayah selatan sungai Yangtze.
2. Li Zhitong,pemimpin pemberontak, yang menguasai Jiangdu dan sekitarnya dan
mengangkat diri sebagai Kaisar Wu.
3. Du Fuwei, yang menyerah pada Tang dan menerima gelar Pangeran Fu.

Pada akhir 619, Li Shimin melakukan serangan balasan terhadap Liu Wuzhou. Pada
musim panas 620, ia berhasil mengalahkan Liu. Liu kabur kewilayah tujue Timur dan wilayahnya
jatuh ke tangan pemerintah Tang. Setelah mengalahkan Liu, Li mengalihkan sasarannya ke
Kerajaan Zheng pimpinan Wang shichong. Ia memimpin pasukannya ke ibukota Zheng,louyang
dan mengepungnya. Banyak kota-kota Zheng menyerah pada Tang sehingga Wang terpaksa
meminta bantuan pada Kerajaan Xia pimpinan Dou Jiande. Dou, yang walaupun secara pribadi
tidak menyukai Wang,berpikir bila Tang berhasil mengalahkan Wang, wilayahnya akan terancam
dan menjadi sasaran berikutnya. Maka,Dou memimpin pasukannya ke louyang untuk
membebaskan kota itu. Pada saat yang sama, Du Fuwei (yang pernah berganti marga menjadi Li
atas anugrah Kaisar Gaozu) berhasil mengalahkan Li Zhitong yang baru mengalahkan Shen
Faxing dan memaksanya bunuh diri. Li mencaplok bekas wilayah Shen sementara bekas
wilayahnya di caplok oleh Li Fuwui di bawah panji din asti Tang.
Pada musim gugur 621, Li Shimin menahan pasukan Dou yang menuju ke louyang di
Terusan Hulao untuk mencegah mereka bergabung dengan pasukan Zheng. Dalam pertempuran
Hulao, Li mengalahkan Dou dan menangkapnya. Dengan tidak adanya bala bantuan, Wang
terpaksa menyatakan menyerah. Kaisar gaozu menjatuhkan hukuman mati terhadap Dou dan
hukuman pengasingan terhadap Wang. Namun, ketika dalam penahanan untuk menanti dikirim ke
tempat pengasingan ia dibunuh oleh Dugu Xiude, yang menaruh dendam padanya karena ayahnya
dibunuh Wang.

Wilayah Wang dan Dou dianeksasi Tang, namun pada akhir tahun itu bekas wilayah Dou
berontak di bawah pimpunan Liu Heita, seorang jenderal dou yang mengangkat dirinya sebagai
Pangeran Handong. Pemberontakan ini di ikuti oleh Xu Yuanlang, pemimpin pemberontak dari
Shandong yang pernah menyerah pada Zheng dan Tang. Ia mengangkat dirinya sebagai pangeran
Lu. Pada tahun itu juga, jenderal Li Xiaogong menyerang kerajaan liang pimpinan Xiao X. Ia
mengepung ibukota Liang, Jiangling(sekarang Jingzhou, Hubei ). Xiao yang berhasil dikelabuhi
siasat Jenderal Li Jing, tidak menyadari bahwa bala bantuan sedang mendekat,menyerah, dan
sebagian besar wilayahnya jatuh ke tangan Tang dan sebgian lainnya pada Lin Shihong.

Pada saat yang hampir bersamaan,Li Fuwei berhasil mengalahkan Li Zitong dan
memaksanya menyerah,wilayahnya pun dikuasai oleh pemerintah Tang. Pada musim semi 622, Li
Shimin berhasil mengalahkan Liu Heita dan memaksanya kabur kewilayah tujue. Namun,Liu
kembali ke china akhir tahun itu dengan bala bantuan dari Tujue dan berhasil merebut kembali
bekas wilayah Xia. Musim dingin tahun itu,Liu kembali menerima kekalahan, kali ini dari kakak
Lhi Shimin,putra mahkota Li jiancheng. Pada musim gugur 263,Liu yang dalam pelarian,
dikhianati oleh bawahannya, Zhuge Dewei, yang meringkus dan menyerahkannya pada Li
Jiancheng yang lalu menghukum mati Liu. Dengan kematiam Liu, Xu Yuanlang yang telah
berkali-kali dikalahkan pasukan Tang, kabur dan akhirnya di bunuh dalam pelariannya.

Lin Shihong meninggal pada 622. Sepeninggallannya, kerajaannya tercerai-berai dan satu
per satu wilayahnya menyerah pada Tang. Maka,hingga saat itu, rezim separatis tinggal Liang
Shidu dan Gao Kaidao. Sebagian besar China telah dipersatukan dibawah dinasti Tang. Pada
musim gugur 623, salah satu letnan Li Fuwei bernama Fu Gongshi memberontak di Danyang. Ia
mengangkat diri sebagai kaisar Song dan menguasai daerah bekas kekuasaan Li. Tahun
berikutnya, ia dikalahkan dan dibunuh oleh Li Xiaogong dan wilayahnya kembali dikuasai Tang.

Sementara itu, Gao dikudeta oleh bawahannya,Zhang Jinshu, dan kemudian ia bunuh diri.
Kerajaan Yang yang didirikannya uuga dianeksasi oleh Tang. Liang Shidu yang aman dalam
perlindungan Tujue Timur terus bertahan dari Tang yang sering mengalami gangguan dari
serbuan suku barbar itu. Pada 626, terjadi Kudeta di gerbang Xuanwu yang merupakan puncak
perselisihan antara Li Shimin dan kakaknya, Li Jiancheng, Li Shimin membunuh Li Jiancheng
dan adiknya, Li Yuanji, yang mendukung kakaknya. Lalu, memaksa ayahnya mengangkatnya
sebagai pewaris tahta. Setelah ayahnya mengundurkan diri bulan berikutnya, Li naik tahta sebagai
kaisar Tang Taizhong. Kini situasi mulai berbalik, tujue Timur dilanda konflik internal karena
perselisihan antara Jiali khan, Ashina Duobi(adik Ashina Duojishi),tuli Khan, dan Ashina
Shibobi(putra Ashina Duojishi). Mereka kini tidak sanggup lagi melindungi Liang Shidu dari
serbuan Tang yang mengepungnya. Liang Louren, sepupu Liang, membunuhnya dan
menyerahkan diri pada Tang.

Seluruh China kini telah dipersatukan oleh dinasti Tang. Pada masa pemerintahan Taizong
pula, China mencapai masa keemasannya. Bala tentara yang ditempatkan diperbtasan membuat
gentar bangsa-bangsa barbar. Budaya dan ekonomi berkembang pesat sehingga menarik bangsa-
bangsa lain untuk membuka hubungan diplomatik dan belajar dari China.

2.5 Masa kejayaan dinasti Tang

Pada Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang, China banyak berprestasi dalam pembaruan
perundang-undangan dan sistem. Misalnya, pada kedua dinasti itu di dirikan sistem jajaran pejabat
“tiga provinsi dan enam kementrian”, sistem ujian kenegaraan, dan undang-undang perpajakan
baru yang semuanya menimbulkan pengaruh menjangkau jauh terhadap masa kemudian. Pada
zaman dinasti Sui dan Dinasti Tang,dijalankan kebijakan terbuka terhadap dinia liar sehingga
pertukaran ekinomi dan kebudayaan antara China dan luar negeri sangat makmur.

Pada masa pemerintahan Taizong , China mencapai masa keemasannya. Bala tentara yang
ditempatkan diperbtasan membuat gentar bangsa-bangsa barbar. Budaya dan ekonomi berkembang pesat
sehingga menarik bangsa-bangsa lain untuk membuka hubungan diplomatik dan belajar dari China.
Pada masa kekuasaan Taizong hubungan antara timur dan barat makin terbuka dan Chang-an, ibu
kota Dinasti Tang menjadi kota terbesar dan termegah pada jamannya. Salah satu prestasi terkenal
pada masa kini adalah perjalanan Bhikshu Xuanzang (kembali ke Chang-an pada tahun 645) untuk
mengambil kitab suci Tripitaka di India, dimana perjalanan ini mengandung semangat penjelajahan
yang baru menghinggapi bangsa barat sekitar 600 tahun kemudian. Rute perjalanannya mirip
dengan rute Marcopolo, sehingga Xuanzang terkadang disebut sebagai Marcopolonya Tiongkok.
Taizong menaruh perhatian besar pada seni kaligrafi. Ia mendirikan Istana Hongwen dan menunjuk
para pelukis kaligrafi terkenal untuk mengajarkan para pelajar. Ia memberikan perintah bagi semua
pejabat yang pangkat kedudukannya di atas tingkat kelima harus pergi ke Istana Hongwen untuk
mempelajari seni kaligrafi. Taizong mengagumi seni kaligrafi dari Wang Xizhi (303–361), seorang
diantara pelukis kaligrafi yang terkenal, sebagai “sempurna dalam kenaikan dan seni” dan diakui
sebagai gaya kaligrafi Wang.

Di bawah pengaruh Taizong, kaisar-kaisar selanjutnya seperti Gaozong dan Zhongzong


juga dicintai dan diakui sebagai pelukis kaligrafi yang baik. Hasilnya, kaligrafi nencapai
puncaknya selama era Dinasti Tang. Dinasti Tang juga menghasilkan pelukis kaligrafi terbanyak di
antara seluruh dinasti. Ouyang Xun, Yu Shinan, Yan Zhenqing, dan Liu Gongquan adalah
diantaranya. Kaligrafi mereka masih berfungsi sebagai contoh terbaik bagi pecinta kaligrafi.

Pada Dinasti Tang, penciptaan karya sajak sangat makmur dan muncul banyak penyair
yang brilian. Sedangkan gerakan bahasa kuno yang di prakarasi oleh Han Yu dan Liu Zongyuan
juga berpengaruh besar terhadap masa kemudian. Puisi Lengkap Dinasti Tang”, disusun selama era
pemerintahan Kaisar Kangxi (Dinasti Qing), adalah koleksi lebih dari 48.000 puisi ditulis oleh
lebih dari 2.200 penyair. Jumlah penyair ulung dan keaneka ragaman puisi mereka adalah sebuah
bintang gemilang di dalam sejarah kesusastraan China. Puisi-puisi yang ditulis selama era Dinasti
Tang bukan hanya berjumlah banyak namun juga mengandung nilai artistik tinggi.
Zaman keemasan Dinasti Tang menghasilkan banyak penyair terkenal seperti “Dewa
Penyair” Li Bai (701-762), “Penyair Suci” Du Fu (712-770), Meng Hao-ran (691-740) dan Wang
Wei (699–759), dimana keduanya terkenal akan puisi-puisinya yang menggambarkan kealamian
pemandangan, Gao Shi dan Cen Shen yang kebanyakan puisi-puisinya tentang keterbatasan dalam
hidup, “Penyair konfusius” Wang Changling (698–765), dan seterusnya. Pada tahun-tahun
berikutnya, penyair Bai Juyi (772–846) mewakili banyak penyair di era tengah hingga akhir
Dinasti Tang. Puisi-puisi mereka mengandung makna yang dalam, mengesankan dan berjangkauan
luas. Mereka melebihi penyair yang biasanya dan melambangkan semangat Dinasti Tang. Dalam
penambahan seni membuat puisi, gaya sastra Tang dan cerita tentang keajaiban juga meraih
tingkatan artistik yang sangat tinggi. Para sarjana Dinasti Tang menuliskan tentang kehidupan
penduduk sipil dan mengungkapkan sisi gelap yang ada di dalam masyarakat, dan menunjukkan
ketajaman di dalamnya, keberanian, rasa tanggung jawab, pandangan ke masa depan yang luar
biasa dan cara pandang yang luas. Di antara garis yang ada kita dapat memahami keinginan mereka
“menyelamatkan banyak orang, dan memelihara perdamaian dan kemakmuran masyarakat”.

Dinasti Tang juga adalah suatu masa ketika penciptaan karya kaligrafi dan karya lukis
mengalami perkembangan sangat besar. Perputaran lukisan sangat aktif selama Dinasti Tang, dan
cakupan subyeknya lebih luas dibandingkan era sebelumnya. “Gambaran Sebenarnya Taizong” dan
“Dua puluh empat pejabat luar biasa” oleh pelukis Yan Liben (600-673) terlihat realistis dan
dengan jelas mewakili gambaran dan ekspresi Taizong dan para pejabatnya. Oleh karena itu Yan
dinyatakan sebagai dewa pelukis. Pelukis lain, Wu Daozi (680-740), membuat lukisan dinding
lebih dari 400 penganut Buddha dan Tao dalam kuil di Chang’an dan Luoyang. Masing-masing
gambar pengikut Buddha dan Tao; selain itu, lukisannya sepenuhnya menggambarkan keagungan
Buddha dan Dewa, dan kemegahan surga. Ia mampu menyelesaikan sebuah lukisan dengan satu
goresan kuas, dan lukisannya dengan cepat membuat penduduk kota Chang’an terpesona. Generasi
selanjutnya memujanya sebagai “Pelukis Suci” dan menggambarkan lukisannya sebagai berikut:
“Lambaian kuas seperti pusaran angin, seperti dewa tengah membantunya. “Para Pelukis dan
seniman pahat menganugerahinya sebagai “Master Pelukis Ulung Tari-tarian dan kesenian lukisan
gua Batu di Dinasti Tang juga men capai taraf yang sangat tinggi. Di bidang ilmu pengetahuan,
teknik cetak dan mesiu (dua penemuan besar dalam sejarah) juga muncul dalam kedua Dinasti itu.

Kebudayaan dan kesenian dinasti Tang makin berkibar pada masa kaisar berikutnya yang
bergelar Xuanzong (712 – 756), dimana ia juga merupakan seorang seniman. Salah satu prestasi
besarnya adalah pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi tuang, dimana patung tersebut
ditemukan kembali pada tahun 1989 sejumlah empat buah. Hasil karya tersebut menunjukkan
betapa majunya Tiongkok di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam. Ilmuwan terkenal pada
masa Xuanzong adalah Yixing (683 – 727), yang sekaligus merupakan seorang Bhikshu Buddha. Ia
adalah orang pertama yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah alat yang
khusus dipergunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur. Yixing juga merupakan
penterjemah beberapa kitab-kitab suci Buddhis dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin (antara
lain Kitab Mahavairocana Sutra) sehingga memperkaya kesusasteraan Tiongkok.

Zaman ini merupakan zaman perkembangan dan kemakmuran seni dan teknologi China.
Agam Budha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan.
Sejak sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena kemunculannya
pemberontakan-pemberontakan.

Selama berlangsungnya Dinasti Tang, sistem administrasi China kemudian didirikan.


Provinsi diperintah dengan persetujuan administrator, yang selanjutnya dibagi dalam 300
administratif dan 1500 kabupaten. Kemudian, Dinasti Tang memperlihatkan perkembangan di
bidang budaya,seni,ilmu, dan agama, yang sebelumnya tidak dikenl dalam proses internasionalisasi
China, melalui pedagang asing yang tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga
mendirikan sekolah baru untuk belajar.

2.6 Masa keruntuhan Dinasti Tang

Pengganti Taizong adalah kaisar-kaisar lemah. Berturut-turut Tiongkok diperintah oleh


Gaozong (649 – 683), Zhongzong (684; 705 – 710), dan Ruizong (684 – 690; 710 – 712). Kaisar
Gaozong adalah seorang yang lemah secara fisik, sehingga akhirnya sedikit demi sedikit kekuasaan
jatuh pada selir kesayanganya yang ambisius, bernama Wu Zetian (690 – 705). Ketika Gaozong
terkena stroke pada tahun 660 dan mengalami kebutaan serta kelumpuhan, Wu mulai bertindak atas
nama suaminya di dalam memegang kekuasaan kenegaraan.

Setelah kematian suaminya, Wu mengangkat berturut-turut dua orang kaisar, yakni


Zhongzong dan Ruizong sebagai kaisar boneka, sebelum akhirnya pada tahun 690, ia mengangkat
dirinya sendiri sebagai kaisar dan menyebut Dinastinya dengan nama Zhou. Namun sayang sekali
Wu lupa diri dan melakukan tindakan yang bertentangan dengan moralitas di istananya. Penyuapan
dan korupsi marak di mana-mana, sehingga sang kaisar wanitapun kehilangan simpati rakyat. Pada
tahun 705 setelah gagal menyelamatkan kekasih-kekasihnya dari pembunuhan oleh pengawal
istana yang marah, Ratu Wu turun tahta. Kaisar Zhongzong dan Ruizong naik tahta kembali,
sehingga dengan demikian Dinasti Tang bangkit kembali.

Kaisar-kaisar Dinasti Tang setelah Xuanzong merupakan kaisar-kaisar yang lemah dan
masa akhir Dinasti Tang ditandai dengan kekacauan dan pemberontakan. Salah satu
pemberontakan terbesar yang menggoyahkan Dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushan yang
berlangsung hingga tahun 763 selama pemerintahan dua kaisar, yakni Suzong (756 – 762) dan
Daizong (762 – 779). Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan Dinasti Tang. Kelemahan
Dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh Bangsa Tibet yang berulang kali menyerang Tiongkok
hingga tahun 777. Hingga menjelang akhir hayatnya, para kaisar terakhir Dinasti Tang gagal untuk
mempertahankan kekuasaannya atas para gubernur setempat. Bahkan jarang dari para kaisar
tersebut yang memerintah lebih dari 15 tahun. Salah seorang dari para gubernur yang makin kuat
tersebut, Zhu Wen, membunuh Kaisar Zhaozong (888 ¡V 904), serta mengangkat putera
kesembilannya, Aidi (904 – 907) sebagai kaisar boneka. Namun pada akhirnya ia sendiri
mengangkat dirinya sebagai kaisar serta memproklamasikan berdirinya Dinasti Liang Akhir,
sehingga berakhirlah Dinasti Tang.

Selama periode berikutnya, Tiongkok kembali mengalami perpecahan dan kekacauan.


Lima dinasti secara berturut-turut berkuasa di utara (Liang Akhir, Tang Akhir, Jin Akhir, Han
Akhir, dan Zhou Akhir), sementara itu di selatan terdapat sepuluh kerajaan. Oleh karenanya
periode sejarah ini dinamakan Wu Dai Shi Guo (Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan).

Pada masa akhir Dinasti Tang, politik dan pemerintahannya sangat kacau dan sering
terjadi pertarungan politik dan kekuasaan. Pemberontakan petani pun ering terjadi, diantaranya di
beri nama pemberontakan Huang Cao. Salah seorang pemimpinnya, Zhu Wen mula-mula
membelot dan menyerah pada pasukan Dinasti Tang, tetapi kemudian ia menggulingkan Dinasti
Tang dan mendirikan Dinasti Hou Liang, Dinasti pertama lima zaman yang berkuasa sesudah
Dinasti Tang, dengan mengangkat dirinya sebagai kaisar.

2.7 China Pra Modern

Sejarah Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan
arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang
lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada
zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Cina dimulai sejak Dinasti Shang ( 1750 SM - 1045 SM).
Cangkang kura-kura dengan tulisan Cina kuno yang berasal dari Dinasti Shang memiliki
penanggalan radiokarbon hingga 1500 SM.[2] Budaya, sastra, dan filsafat Cina berkembang pada
zaman Dinasti Zhou (1045 SM hingga 256 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini
merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah tulisan Cina modern
mulai berkembang.

Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan Periode Negara
Perang. Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan berbagai kerajaan ini dan mendirikan
kekaisaran pertama Cina. Pergantian dinasti dalam sejarah Cina telah mengembangkan suatu
sistem birokrasi yang memungkinkan Kaisar Cina memiliki kendali langsung terhadap wilayah
yang luas.

Pandangan konvensional terhadap sejarah Cina adalah bahwa Cina merupakan suatu
negara yang mengalami pergantian antara periode persatuan dan perpecahan politis yang kadang-
kadang dikuasai oleh orang-orang asing, yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam populasi Suku
Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang
imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Cina modern.

2.7.1 Prasejarah

Paleolitik

Homo erectus telah mendiami daerah yang sekarang dikenal sebagai Cina sejak zaman
Paleolitik, lebih dari satu juta tahun yang lalu. Kajian menunjukkan bahwa peralatan batu yang
ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun Situs arkeologi Xihoudu di
provinsi Shanxi menunjukkan catatan paling awal penggunaan api oleh Homo erectus, yang
berumur 1,27 juta tahun yang lalu. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan pemukiman
yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Cina adalah
Manusia Peking yang ditemukan pada tahun 1965.
Neolitik

Zaman Neolitik di Cina dapat dilacak hingga 10.000 SM. Bukti-bukti awal pertanian milet
memiliki penanggalan radiokarbon sekitar 7000 SM . Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan
berhasil diekskavasi pada tahun 1977. Dengan berkembangnya pertanian, muncul peningkatan
populasi, kemampuan menyimpan dan mendistribusikan hasil panen, serta pengerajin dan pengelola.
Pada akhir Neolitikum, lembah Sungai Kuning mulai berkembang menjadi pusat kebudayaan dengan
penemuan arkeologis signifikan ditemukan di Banpo, Xi'an. Sungai Kuning dinamakan demikian
disebabkan terdapatnya debu sedimen (loess) yang bertumpuk di tepi sungai dan tanah sekitarnya,
yang kemudian setelah terbenam di sungai menimbulkan warna yang kekuning-kuningan pada air
sungai tersebut.

Sejarah awal Cina dibuat rumit oleh kurangnya tulisan pada periode ini dan dokumen-
dokumen pada masa sesudahnya yang mencampurkan fakta dan fiksi pada zaman ini. Pada 7000 SM,
penduduk Cina bercocok tanam milet, menumbuhkan kebudayaan Jiahu. Di Damaidi di Ningxia,
ditemukan 3.172 lukisan gua berasal dari 6000-5000 SM yang mirip dengan karakter-karakter awal
yang dikonfirmasi sebagai tulisan Cina. Kebudayaan Yangshao yang muncul belakangan dilanjutkan
dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM

2.7.2 Zaman kuno

Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)

Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan sejarah seperti Catatan
Sejarah Agung dan Sejarah Bambu. Dinasti ini didirikan oleh Yu yang Agung. Sebagian besar
arkeolog sekarang menghubungkan Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou, provinsi
Henan, yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tahun 2000 SM. Beragam tanda-tanda
yang terdapat pada tembikar dan kulit kerang yang ditemukan pada periode ini, diduga adalah
bentuk pendahulu dari aksara moderen Cina.[16]

Menurut kronogi tradisional berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara
2205 SM sampai 1766 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah
antara 1989 SM dan 1558 SM. Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou yang diselenggarakan
oleh pemerintah Republik Rakyat Cina pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070 SM
hingga 1600 SM.

Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)

Dinasti Shang menurut sumber tradisional adalah dinasti pertama Cina. Menurut kronologi
berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766 SM dan 1122 SM, sedangkan
menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556 SM dan 1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia
Shang Zhou pemerintah Republik Rakyat Cina pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini
memerintah antara 1600 SM sampai 1046 SM. Informasi langsung tentang dinasti ini berasal dari
inskripsi pada artefak perunggu dan tulang orakel,[19] serta dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya
Sima Qian.

Temuan arkeologi memberikan bukti keberadaan Dinasti Shang sekitar 1600-1046 SM,
yang terbagi menjadi dua periode. Bukti keberadaan Dinasti Shang periode awal (k. 1600-1300
SM) berasal dari penemuan-penemuan di Erlitou, Zhengzhou dan Shangcheng. Sedangkan bukti
keberadaan Dinasti Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM) atau periode Yin, berasal dari
kumpulan besar tulisan pada tulang orakel. Para arkeolog mengkonfirmasikan bahwa kota Anyang
di provinsi Henan adalah ibukota terakhir Dinasti Shang,dari sembilan ibukota lainnya. Dinasti
Shang diperintah 31 orang raja, sejak Raja Tang sampai dengan Raja Zhou sebagai raja terakhir.
Masyarakat Cina masa ini mempercayai banyak dewa, antara lain dewa-dewa cuaca dan langit,
serta dewa tertinggi yang dinamakan Shang-Ti. Mereka juga percaya bahwa nenek moyang
mereka, termasuk orang tua dan kakek-nenek mereka, setelah meninggal akan menjadi seperti
dewa pula dan layak disembah. Sekitar tahun 1500 SM, orang Cina mulai menggunakan tulang
orakel untuk memprediksi masa depan.

Para ilmuwan Barat cenderung ragu-ragu untuk menghubungkan berbagai permukiman


yang sezaman dengan pemukiman Anyang sebagai bagian dari dinasti Shang. Hipotesa terkuat
ialah telah terjadinya ko-eksistensi antara Anyang yang diperintah oleh Dinasti Shang, dengan
pemukiman-pemukiman berbudaya lain di wilayah yang sekarang dikenal sebagai "Cina
sebenarnya" (China proper).

MONGOL
2.1 Penaklukan Bangsa Mongol

Sekitar tahun 1200 seorang pangeran Mongol yang yang bernama Timujin berhasil
menundukkan dan mempersatukan suku-suku Mongol di sebelah utara pegunungan Atlai, dan pada
tahun 1206 Timujin di proklamirkan senagai Chengiz Khan ”Raja Dunia”. Dia menciptakan sebuah
mesin perang yang sangat efisien serta mobil. Meskipun jumlahnya tidak begitu besar (menurut
perkiraan yang paling tinggi, bangsa Mongol terdiri dari sekitar 2,5 juta jiwa, dan pasti tidak lebih dari
10% menjadi tentara aktif). Tentara ini dapat menaklukan suatu wilayah yang sangat luas dari Chin
sampai Rusia Selatan, berkat taktik perang yang unggul dan politik terror yang sistematis.

Penaklukan kerajaan Hsi-Hsiadirampungkan pada tahun 1227, dimana pada tahun itu Chengiz
Khan wafat. Anaknya Ogodei (wafat1241) menaklukkan Dinasti Chin pada tahun 1234, sedangkan
Sung Selatan baru dapat diduduki seluruhnya pada tahun 1279, setelah perlawanan yang sengit
(terkenal dengan pengepungan dari kota Ilsiang-Yang yang berlangsung lima tahun, 1268 -1273,
dimana bangsa Mongol untuk pertama kalinya menggunakan senjata api). Sementara itu, pada tahun
1253 kerajaan bangsa Dal, Nan-Chao, telah jatuh. Setelah itu emigrasi bangsa Thai ke daerah Siam
(Thailand) di mulai. Daerah Nan-Chao, propinsi Yunnan, sampai sekarang hanya sebagian di huni
oleh Orang China; di bawah kekuasaan Mongol sebagian dari penduduk daerah ini dijadikan islam,
terutama karena usaha seorang gubernur yang beragama islam.
Sudah disebutkan bahwa bangsa Mongol harus belajar teknik perkapalan dari Sung Selatan
sebelum China Selatan dapat di duduki. Dengan kemampuan yang baru ini, mereka mempersiapkan
beberapa ekspedisi ke Jepang. Tetapi ekspedisi ini dipukul mundur dan di hantam oleh badai besar
(Kamikaze, ‘Angin Dewa’ yang terkenal). Meskipun demikian mereka berhasi menundukkan
beberapa kerajaan yang terletak pada jalur laut di Asia Tenggara, tetapi ekspedisi untuk menaklukkan
Jawa (1292) gagal dengan kekalahan.

Kesuksesan Bangsa Mongol di daratan jauh lebih besar. Setelah menaklukan Rusia Selatan,
tentara Mongol masuk Eropa. Di bagian selatan mereka menguasai Hongaria, Pantai Dalmatia,
sedangkan di sebelah utara mereka menguasai Polandia, manghancurkan kota Krakaow, dan
mengalahkan Raja Silesia dekat Kota Liengnitz pada tahun 1241. Pada tahun 1242 mereka mundur ke
Rusia selatan dimana mereka masih akan bertahan beberapa abad. Juga sebagian dari dunia islam
ditaklukkan: Persia dianeksasikan dan bahkan ibukota dari Khalifah Timur, Baghdad, dirampas oleh
tentara Mongol, pada tahun 1258 India masih terhindar dari bahaya Bangsa Mongol.

Bangsa Mongol memiliki Ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berpindahnya pusat ilmu.

Kegiatan ilmu pada masa Abasiyah berpusat di kota-kota Baghdad, Bukhara, Naisabur, Ray,
Cordova, sevilla, Ketika kota-kota tersebut hancur maka kegiatan ilmu berpindah ke kota-kota Kairo,
Iskandar, Usyuth, faiyun, damaskus, Hims, Halab, dan lain-lain kota di kota Mesir dan di Syam.

b. Tumbuhnya ilmu-ilmu baru.

Dalam masa ini mulai matang ilmu Umron (Sosiologi ) dan filsafat Tarikh ( Philosophy of history
) dengan munculnya Muqaddimah Ibn Khaldun sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga mulai di
sempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan, ilmu kritik sejarah.

c. Kurangnya Kutubul khanah.

Dalam zaman ini banyak perpustakaan besar yang musnah bersama segala kitabnya karena
terbakar atau tenggelam di tengah-tengah suasana yang kacau waktu penaklukan Mongol di Timur
dan penyerangan Spayol di Barat. Atau pemusnahan kitab-kitab dan perpustakaan sebagai akibat
terjadinya pertentangan sengit antara Firqah-firqah agama. Atau karena menjadi rusaknya dan
mengaburnya tinta akibat lapuk dimakan usia.

d. Banyaknya Sekolah dan Mausu’at.

Dalam masa ini sekolah-sekolah yang teratur tumbuh subur, terutama Mesir dan Syam, dan yang
menjadi pusatnya adalah Kairo dan Damaskus. Pembangun sekolah pertama adalah Sultan Nurudin
Zanky yang kemudian di ikuti oleh para raja dan sultan sesudahnya. Berdirilah berbagai corak sekolah
baik karena perbedaan madzhab atau pun karena ke khususan ilmu. Ada sekolah untuk ilmu Tafsir dan
Hadits, dan sekolah untuk Fiqh berbagai madzhab, ada sekolah untuk ilmu Thib dan Filsafat, ada
sekolah untuk ilmu Riyad-Hiya’at ( ilmu pasti, ilmu music dan ilmu eksakta lainnya ). Dari sekolah
ini keluarlah para ulama dan sarjana yang jumlahnya cukup banyak. Keadaan di Mesir pun demikian
juga, bahkan Jami’ah Al-Azhar Kairo menjadi bintangnya segala sekolah, tidak saja yang usianya
yang lebih tua tetapi yang terutama karena mutu ilmu yang tinggi. Kecuali banyaknya sekolah, zaman
ini istimewa dengan lahirnya Mausu’at dan Majmu’at ( buku kumpulan berbagai ilmu dan masalah
kira-kira seperti Encyclopedia ).

e. Penyelewengan ilmu.

Dalam zaman ini ummat islam dan kaum terpelajar banyak yang melarikan diri kedunia
pembahasan agama, apalagi ketika persatuan politik tidak ada lagi dan sultan-sultannya tidak
memperhatikan perkembangan dan kemurnian agama, ummat islam makin tenggelam kepada
pembahasan bidang agama saja, bahkan lama-kelamaan jatuh ke lembah mistik dan khurofat. Hal ini
mungkin karena kebanyakan manusia telah di hinggapi rasa takut sehingga mereka mengungsi ke
dunia agama dan mistik untuk menghibur diri. Dalam masa ini berbagai ilmu mereka pergunakan
untuk mengkhidmati agama saja atau mistik dan khurofat. Misalnya ilmu Falak hanya untuk
menetapkan waktu sholat, sementara ilmu Bintang untuk meramal.

f. Kondisi keagamaan

Penguasa Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan bahasanya, selama
peperangan maka ratalah kota dan daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas
hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya mereka bakar Kutubul Khanahnya, maka musnahlah
perbendaharaan kebudayaannya. Namun suatu hal yang luar biasa bahwa Jenghis Khan yang
meruntuhkan semua itu, diantara keturunannya ada yang bangun menjadi pemelihara dan pembangun
kembali agama dan kebudayaan Islam.

Timur lenk, salah satu keturunan Jenghis Khan misalnya, pada akhir hayatnya memeluk Islam,
berkat usaha sultan Faraj, seorang dari raja Mamluk yang mengutus delegasi dengan pimpinan Ibn
Khaldun Bapak Sosiologi Islam yang termashur saat itu. Sementara itu kekejaman Timur Lenk
mereda dan ia mengamalkan agama Islam secara tekun serta membelanya dengan semangat sampai
wafatnya tahun 1404 M. tidak berbeda keadaannya dengan keturunan Jenghis Khan yang lain Islam
menyusupi diri mereka.

a. Juchi Khan keturunan dari Junghis Khan yang menguasai lembah Wolga, eropa Timur dan
Eropa Tengah, menurunkan seorang namanya Barka Khan ( 1256-1266 ). Barka Khan inilah
menurut Arnold dalam The Preaching of Islam, merupakan keturunan Jenghis Khan yang
perama-tama masuk Islam. Ia banyak membangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-
perguruan tinggi Islam pada kota belahan Utara itu. Ia banyak berhubungan surat-menyurat
dengan sultan Baibars, seorang raja Mamluk Mesir. Sementara itu, misi Islam dari Mesir
banyak berdatangan dan Islam makin tersiar di belahan Utara.

b. Chagatai Khan putra Jenghis Khan yang menguasai lembah Tarim Turkisan Timur, sin-hiang,
Asia Tengah ( Turkistan Barat, Tran-soxiana ) menurunkan seorang bernama Tagluk Timur
Khan (1347-1363 M) yang menjadi sultan Islam pertama dari keturunan Chagatai Khan. Di
tangannya kerajaan yang di bentuk moyangnya itu menjadi kesultanan Islam.

c. Demikian juga keturunannya yang lain yang masuk menguasai India, Akhirnya mendirikan
Kerajaan Moghal (1526-1962 ) di India, suatu kesultanan Islam yang banyak berjasa
dalammeninggikan Islam. Kenyataan menunjukkan bahwa bangsa yang ketika masih biadab
menghancurkan segala yang dimiliki Islam, ketika ia telah bergaul dan meresapi ketinggian
Islam bukannya masyarakat Islam yang musnah tapi mereka yang lambat laun terpengaruh,
bahkan menjadi pembela dan penjunjung tinggi Islam.

2.2 Kerajaan Mongol

Kerajaan Mongol merupakan kerajaan baru yang terlalu luas untuk dapat dikuasai dari satu
pusat saja. Setelah Chengiz Khan wafat, kerajaan ini dibagikan dalam empat kerajaan dibawah
seorang Khan: kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang Khan Besar yang memerintah langsung
Asia Timur; Rusia Selatan dan Siberia Barat menjadi wilayah Khan dari pasukan keemasan; Persia
dan Mesopotamia Barat dibawah II-Khan, dan akhirnya daerah Turkestan merupakan wilayah dari
Khan keempat. Lama-kelamaan ikatan diantara keempat kerajaan ini makin lemah, dan lapisan atas
yang terdiri dari Bangsa Mongol hanya tipis saja dan akhirnya membaur dengan penduduk pribumi di
kerajaan masing-masing. Akan tetapi selama kira-kira sari abad (1250-1350), setelah pengamukan
pertama agak mereda, Kerajaan Mongol dapat menciptakan perdamaian dan kestabilan politik dalam
suatu wilayah yang luas sekali di antara Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur. Hal ini menciiptakan
kesempatan kesempatan besar yang sebelunmnya belum pernah ada, untuk hubungan langsung di
antara Timur dan Barat.

2.2.1 Misi Agama Katolik

Pedagang-pedagang menggunakan kesemptan ini dan juga duta dari Gereja Katolik. Gereja
Katolik mengharapkan bantuan dari Bnagsa Mongol untuk melawan islam, dan harapan ini diperkuat
oleh desas-desus bahwa Aaia di perintah oleh seorang raja Kristen, bernama Pendeta Yohanes,
keturunan dari salah seorang ketiga raja. Barangkali desas desus uni berdasarkan kenyataan bahwa di
antara suku Uigur dan suku Mongol agama Nastrianisme (salah satu sekte Kristen) mempunyai
banyak pengikut. Biarawan orde Fransiskan di utus ke Khan Besar, yang beribukota di Katakorum di
Mongolia. Yang paling terkenal di antara mereka adalah orang Belanda Selatan yaitu William Van
Ruusbroec (duta dari raja Louis IX dari Perancis) yang menulis sebuah laporan yang panjang lebar
mengenai perjalanannya. Dalam laporannya dia menunjukkan bahwa ‘Cathay’ dan Negara ‘Seres’
yang muncul di buku zaman Romawi sebagai Negara yang menghasilkan sutera, sebenarnya sama.
Bangsa Mongol juga mengirimkan utusan ke Barat, seperti Rabban Sauma, seorang pendeta Nestorian
dari Peking, yang juga meninggalkan sebuah laporan perjalanan. Akan tetapi semua kegiatan ini tidak
menghasilkan suatu perjanjian politik. Gereja Roma sangat mendorong usaha penyebaran agama di
Kerajaan Mongol, dan akhirnya bahkan mengangkat seorang uskup Agung di Peking, Yohanes De
Montecorvino.

2.2.2 Para Pedagang


Banyak pedagang Barat menggunakan kesempatan dari ‘Pax Mongolica’, dan salah seorang di
antara mereka meninggalkan sebuah laporan tertulis seorang dar Venesia yaitu Marco Polo. Selama
tujuhbelas tahun dia mengsbdi kepada Khan Besar, Kubilai, dan selama beberapa abad ceritannya
akan menjadi satu-satunya laporan saksi mata negenai China di Dunia Barat. Sebagai pedagang dan
pengawal dari pengusa asing, pandangannya tentu sagak terbatas: dia sama sekali tidak menyebutkan
ciri khas kebudayaan China, seperti bahasa dan aksara. Tetapi dia banyak membicarakan system
pemerintahan Kerajaan Mongol dan kemungkinan untuk berdagang: secara terperinci di catat harga
barang dan kebutuhan hidup.

Pada zaman Mongol hubungan langsung dengan Arab melalui laut bertambah banyak. Kita
masih memiliki sebuah laporan perjalanan dari Ibnu Batuta, yang bertemu di China dengan seorang
Arab, yang saudarannya pernah di temukannya di Gurun Sahara, yang merupakan sebuah detail yang
membuktikan bahwa hubungan internasional pada waktu itu sangat intensif.

2.3 Dinasti Yuan

Khan Besar, Ogodei dan khusunya Kubilai, semakin memusatkan perhatian mereka pada
wilayah China. Pada tahun 1271, Kubulai memproklamirkan Dinasti Yuan sebagai Dinasti China
yang sah. Ibukota di pindahkan dari Karakorum ke Peking (Khan-baligh, ‘kota dari Khan-Cambaluc
dalam sumber Barat), yang pada masa dinasti Liao telah menjadi pusat pemerintahan bagi bagian
selatan dari Kerajaan, dan pada masa Dinasti Chin sebagai ibukota Negara. Di samping itu Shang-Tu,
di sebelah utara Pagar Agung, menjadi ibukota kedua (ditulis Xanadu oleh orang Eropa).

2.3.1 Bangsa Mongol sebagai Penjajah Asing

Bangsa Mongol tidak begitu berbaur dengan Bangsa China seperti penjajah yang lain, dan
akhirnya pada tahun 1368 mereka bahkan diusir dari China. Dari banyak segi, mereka merupakan
semacam pengecualian di antara para penjajah asing, karena mereka merupakan suku Nomad yang
murni. Selanjutnya China hanya merupakan sebagian dari Kerajaan Dunia mereka. Di samping itu
mereka sama sekali tidak mengambi alih unsure kebudayaan China sebelum kampanye militer mereka
mulai. Sebaliknya mereka justru mengambil alih unsur kebudayaan bangsa lain, khususnya Bangsa
Uigur, dari siapa mereka mengambil alih system aksara (yang melalui Bahasa Sogdia dan Bahasa
Suria-Yahudi berasal dari system aksara Fenesia). Orang Uigur dan orang asing yang lain seperti
misalnya Marco Polo, di angkat di jabatan tinggi dengan mengesampingkan orang China. System
ujian Negara tidak berfungsi lagi. Dan meskipun konfusius sedikit dihormati, agama lain lebih
dilindungi, seperti agama agama Kristen, agama islam agama Budha dan Taoisme. Istana sendiri
menjadi penganut dari agama Lamaisme Tibet, semacam campuran di antara agama Budha agama
Bon yang bercorak shamanisme yang asli Tibet.

Dinasti Yuan tetap bertindak sebagai penjajah asing dengan tindakan keras dan diskriminasi
diantara empat golongan penduduk yaitu: Orang Mongol sendiri, Sekutu mereka, Bekas warga dari
Dinasti Chin, Bekas warga dari Dinasti Sung Selatan, yang paling akhir tunduk kepada Mongol dan
oleh kaena itu dipredikatkan paling jelek. Mereka di hina sebagai Man-tzu (orang biadab selatan).
Akan tetapi semakin lepas ikatan di dalam kerajaan Mongol, semakin besar perhatian dari Dinasti
Yuan untuk wilayah China, dan hal ini berarti bahwa Dinasti Yuan mulai lebih banyak mengambil
alih unsure kebudayaan China. Pada tahun 1313 sistem ujian Negara dipulihkan kembali dan
interpretasi Chu Shi dari kitab klasik untuk pertama kali dijadikan wajib. Meskipun demikian orang
selatan tetap didiskriminasikan dalam pembagian kota: bagian China selatan yang begitu padat
penduduk tidak dapat lebih dari 25% dari tempat calon.

2.3.2 Pemerintahan, Ekonomi, Kebudyaan

Pemerintahan tetap disusun menurut model dari T’ang dan Sung, meskipun system pembagian
wilayah dirobah sedikit. Perkembangan ekonomi tidak di ganggu oleh pendudukan Mongol, tetapi di
dorong oleh perdagangan bebas dan aman di seluruh Negara Mongol. Resim baru menciptakan system
jalan raya yang baik, dan seperti disebutkan di atas, Terusan kekaisaran ini sekarang diteruskan di
kota Peking. Banyak penemuan teknik China pada zaman itu disebarkan ke dunia Barat sering secara
tidak langsung melalui Persia dan dunia Arab. Yang paling pentung adalah serbuk mesiu dan gagasan
ilmu mencetak buku. Dari dunia islam China khususnya mengambil alih ilmu astronomi.

Yang menarik di bidang kebudayaan adalah bahwa sarjana China yang pada saat itu tidak bias
masuk pemerintahan, mulai menulis jenis sastra yang tidak ortodoks. Mereka menulis cerita dan
sandiwara dalam bahasa sehari-hari, yang saat itu menjadi lebih penting karena pemerintah dengan
banyak pegawai asing atau pegawai yang tidak dididik dalam system ujian Negara, mulai
menggunakan bahasa yang lebih biasa digunakan dalam laporan resmi.

Dinasti Yuan menjadi masa keemasan bagi teater, khususnya sejenis sandiwara dimana
nyanyian, tarian,dialog, dan lain-lain di campur adukkan. Seni lukis membebaskan diri dari konvensi
Dinasti Sung Selatan, dan pada umumnya kembali pada gaya lukis Dinasti Sung Utara, khususnya
dalam lukisan pemandangan alam. Di samping ahli kaligrafi dan pelukis istana Chao Meng-fu
(1254:1322) yang menjadi terkenal sebagai pelukis kuda, pelukis terkemuka yang lain justru adalah
sarjana China tanpa ada hubungan dengan istana.

2.3.3 Jatuhnya Dinasti Yuan

Orang China tetap membenci resim Mongol, dan hal ini merupakan penyebab penting
mengapa Dinasti Yuan jatuh. Pada tahun 1328 meletus peperangan yang berbahaya di antara beberapa
pangeran dari Dinasti Yuan sendiri, dan juga juga terjadi banjir besar dari sungai Huang-ho yang dari
tahun 1194-1853 bermuara di sebelah selatan Shantung, sehingga khusunya propinsi Anhui terlanda
banjir.

Sejak tahun 1350 muncuk gerakan pemberontakan di berbagai propinsi yang pimpinannya
juga saling bermusuhan. Kegiatan dari perkumpulan rahasia yang diilhami oleh harapan mesianistis,
berkembang dimana-mana. Yang sangat penting adalah peranan dari perkumpulan Teratai Putih, Pai-
Lien Hui, yang berasal dari sekte Budha, T’ien-t’ai. Yang akhirnya akan menjatuhkan Dinasti
Mongol, Chu Yuan-Chang, seorang anak petani yang di didik dalam sebuah vihara Budha tapi
kemudian menjadi perampik dan biang keladi sebuah gerombolan penjahat. Juga pernah menjadi
anggota dari sekte Teratai Putih.

Chu Yuan-Chang dapat mengumpulkan begitu banyak pengikut sehingga pada tahun 1356
berhasil menduduki kota Nanking, dan pada tahun-tahun berikut dapat menguasai seluruh daerah
kunci ekonomi China, lembah sungai Yangtze. Sementara itu, orang Mongol di China utara terlalu
sibuk dengan perebutan kekuasaan diantara mereka sendiri untuk dapat membendung perluasan dari
pemberontakan Chu Yuan-Chang. Para pemberontak menyerang Cina Utara dan pada tahun 1368,
ibukota Peking di duduki. Istana Mongol melarikan diri, Chu Yuan-Chang memproklamirkan diri
sebagai kaisar pertama Dinasti Ming. Sebagai kaisar dia selalu disebut menurut nma dari periode
pemerintahannya, Iling-Wu (1368-1399). Seperti telah disebutkan di atas, setelah tahu 1368 semua
kaisar biasanya disebut sesuai dengan nama periode, atau semboyan pemerintahan mereka. Pada tahun
1382 penaklukan dari propinsi barat (Kansu, Szechuan, dan Zunnan) selesai. Nanking menjadi ibukota
dari Dinasti yang baru.

DINASTI Ming
Berdiri dan berkembangnya Dinasti Ming
Awal berdirinya Ming dimulai sejak runtuhnya Dinasti Yuan, Dinasti Yuan adalah
dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol yang dianggap sebagai bangsa asing oleh suku Han.
Diskriminasi kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat dominan dengan sistem
pembagian kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di dua kasta terendah
pada zaman tersebut. Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup,
pajak dan inflasi yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang
sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman
Kublai Khan dengan mata uang baru. Mata uang baru ini kemudian dicetak dalam jumlah besar
sehingga menyebabkan hiperinflasi. Perekonomian ambruk dan bencana kelaparan merebak di
mana-mana.
Tahun 1351, Sungai Kuning meluap menyebabkan banjir besar. Bencana ini
memperparah kondisi perekonomian yang telah sangat kacau. Kekaisaran kemudian
memerintahkan seluruh ratusan ribu petani dan tentara untuk memperbaiki bendungan Sungau
Kuning. Kerja paksa ini menyebabkan rasa ketidakpuasan rakyat mencapai puncaknya.
Akhirnya hiperinflasi dan ketidakpuasan atas kerja paksa menanggulangi bencana banjir Sungai
Kuning menyebabkan pecahnya pemberontakan petani secara massal. Pemberontakan ini
dikenal dengan Pemberontakan Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351.
Tahun berikutnya, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai
wilayah Haozhou (sekarang Kabupaten Fengyang, Anhui). Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut
berpartisipasi dan berjasa dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian
Guo yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu. Setelahnya, Zhu kemudian
meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri sendiri. Tahun 1356, dengan kekuatannya sendiri,
ia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing, Jiangsu) dan mengganti nama menjadi
Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang baru setelah Dinasti Ming
berdiri.
Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian dan untuk
memusatkan kekuatan demi mempersatukan semua daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di
wilayah Yingtian sangat tidak strategis untuk mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat.
Kemudian ia menerima nasihat Zhu Sheng untuk memperkuat pertahanan dan memusatkan
perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri
menjadi raja. Kebijakan ini menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat.
Ia kemudian menyerang kekuatan pemberontak lainnya, Chen Youliang pada tahun 1360. Ia
kemudian berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur
Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen.
Tahun 1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan
menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga
menghancurkan kekuatan Fang Guozhen yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang.
Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar pada tahun 1368,
memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai
tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu. Di tahun itu juga, Kaisar
Hongwu melakukan sebuah ekspedisi ke utara untuk mempersatukan seluruh daratan Cina.
Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming yang saat
itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan yang telah didapatkanya. Ibukota
Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku
Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke padang rumput Mongol. Setelah berhasil
menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen di
Sichuan pada tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari Dinasti
Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming.
Setelah Zhu Yuanzhang berhasil mendirikan Dinasti Ming dan tahun pemerintahanya
disebut dengan Hongwu, kemudian Zhu Yuanzhang digantikan oleh cucunya yaitu Zhu Yunwen
dengan gelar Jianwen tetapi kekuasaanya tetap dipegang oleh putra-putra Zhu Yuanzhang.
Kaisar Jianwen berusaha membatasi kekuasaan para pamannya tetapi hal itu sia-sia, sebagai
akibatnya timbul perang saudara yang terjadi selama empat tahun. Dilihat dari segi
kemampuanya kaisar Jianwen tidak dapat menandingi pamanya Zhu Di hal tersebut terbukti saat
pamanya berhasil menguasai ibukota, setelah itu kaisar Jianwen menghilang dan tidak diketahui
rimbanya.
Kemudian Zhu Di mengangkat dirinya sebagai kaisar Yongle, pada masa
pemerintahanya lebih menekankan pada pelayaran samudera. Ia memerintahkan Admiral Zheng
He untuk melakukan pelayaran ke selatan hingga sampai ke Afrika, Kalkuta, Kolombo sebelum
bangsa barat tiba disana. Yongle digantikan oleh putranya Hongxi, kaisar ini hanya memerintah
selama satu tahun ia juga tidak tertarik pada dunia kemiliteran tetapi ia adalah penguasa yang
sangat manusawi serta memiliki kecakapan didalam pemerintahan negara.
Pengganti Honxi adalah cucu Yongle yaitu Zhu Zhanzi dengan gelar Xuande kaisar ini
sangat piawai dalam segala hal, pada masa pemerintahanya dapat dikatakan stabil karena banyak
pertikaian yang dapat diredam sehingga tidak sampai berlarut-larut. Tetapi kesalahan terbesar
Xuande adalah andilnya dalam meningkatkan kekuasan kaum keberi, diman ia mendirikan
sekolah khusus bagi mereka dan mengangkatnya sebagai penasehat militernya. Kaum keberi
juga diutus untuk mencari gadis-gadis korea yang terkenal akan kecantikanya guna dijadikan
seorang selir. Xuande adalah kaisar pertama yang sangat melindungi seni, bahkan ia sendiri
adalah seniman berakat.
Kaisar berikutnya adalah Zhu Qizhen ia naik tahta dengan gelar Zhengtong karena
usianya yang masih belia maka kekuasaan masih dipegang oleh neneknya sebagai wali. Pada
masa ini kondisi kerajaan dapat dibilang baik karena meskipun masih belia dapat dikatakan ia
juga sangat cerdas. Sementara itu bangsa mongol yang dahulu diusir kini mulai kembali, tetai
akhirnya kaisar Zhengtong melakukan kesalahan dengan mengikuti saran gurunya yang
merupakan kasim bernama Wang untuk menyerang Esen Khan. Meski memiliki pasukan yang
banyak tetapi untuk perbekalan masih sangat buruk akibatnya kaisar Zhengtong tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya ditawan oleh mereka.
Sebagai penggantinya naiklah adik Zhengtong yaitu Zhu Qiyu dengan gelar Jingtai, ia
adalah kaisar yang lemah tetapi karena bantuan mentrinya maka ia dapat mempertahankan
ibukotanya. Dengan mengankat kaisar baru, pihak china telah berhasil menurunkan nilai penting
bekas kaisarnya yang disandera oleh bangsa mongol, akhirnya satu tahun kemudian kaisar
Zhengtong dibebaskan oleh para musuhnya setelah itu terjadilah kudeta untuk menggullingkan
kaisar Jingtai hingga Jingtai pun wafat. Setelah itu Zhengtong mengganti gelarnya menjadi
Tianshun dan melakukan gerakan pembersihan serta meminta jasa kaum keberi dan dinas
rahasia untuk memata-matai orang yang berniat menentangnya.
Kemudian Chenghua putra tertua Zhengtong naik tahta kaisar ini memiliki kepribadian
lemah, peragu dan gagap. Tetapi ia tersohor sebagai seorang ahli kaligrafi dan pelukis handal,
pada saat akhir pemerintahanya didominasi oleh selirnya bernama Wan Guefei. Suatu dewan
dengan anggota 12 orang diangkat sebagai wali pada awal pemerintahan ini, mereka melakukan
reformasi disegala bidang. Tetapi setelah kekuasaan jatuh ketangan selir Wan Guefei hal itu
dikarenakan istri pertama Chenghua memukul selir ini, selir ini kemudian membunuh anak-anak
selir yang lainya. Chenghua sendiri membiarkan saja sepak terjang dari selirnnya tersebut
hingga kekuasaanya semakin menjadi-jadi. Ia kemudian bekerja sama dengan para kasim dan
kaum keberi untuk menguasai istana.
Kekuasaan Wan Guefei akhirnya berakhir setelah Hongzhi naik tahta ia adalah penguasa
yang terkenal akan kebajikanya dan satu-satunya kaisar yang memiliki satu istri saja, begitu naik
tahta ia melakukan pembersihan dalam segala bidang. Keadaan istana menjadi stabil karena
pemerintahanya yang cermat dan bijaksana. Penguasa dinasti Ming berikutnya adalah putra
Hongzhi yaitu Zhengde, karena menyadari akan kelemahan putranya ia meminta bantuan
kepada dewan istana guna membantu dan membimbing putranya dalam menjalankan istana.
Tetapi sayang Zhengde sama sekali tidak berminat dalam bidang kenegaraan sehingga
kahidupanya hanya diwarnai dengan bersenang-senang, karena kaisar Zhengde tidak
mempunyai seorang keturunan jadi Dinasti Ming diserahkan kepada putera angkatnya dengan
gelar Jiajing.
Ia adalah putra bungsu Chenghua dengan seorang selir dan seorang penganut Daoisme
yang fanatik, masa pemerintahanya cukup lama hingga memberikan kestabilan bagi China.
Meskipun demikian tetapi pertahanan dari kaisar ini sangat lemah hal ini dibuktikan dengan
serangan dari bangsa Mongol yang menimbulkan banyak kerusakan dan kerugian bagi Istana.
Longqing merupakan kaisar berikutnya ia dapat dibilang kaisar yang tidak berpengalaman
dalam urusan kenegaraan. Sebagai penguasa yang lemah ia tidak tertarik pada urusan negara,
tetapi ai sanggup untuk mengembalikan keadaan istana kekeadaan yang semula.
Kaisar dinasti ming berikutnya adalah Wanli, pada masa kekuasaanya terjadi
transformasi china menuju negara moderen dimulai. Pada masa ini terjadi kemajuan didalam
segala bidang, pada mulanya pemerintahan Wanli dapat dikatakan baik karena didukung oleh
menteri-menteri yang cakap dan loyal, salah satunya adalah Zhang Zhuzheng tetapi setelah
kematian Zheng semuanya berubah perseteruan dengan mongolpun mulai bangkit, selain itu
terjadi permasalahan serius dengan suku minoritas di bagian barat daya.
Akhirnya Jepang berhasil menaklukan korea, sehingga menimbulkan perang dahsyat
selama lima tahun meskipun Dinasti Ming memenagkan peperangan tetapi hal ini membuat
keuangan negara menjadi sangat memperihatinkan hal ini diperkuat dengan gaya hidup Wanli
yang boros. Kaisar berikutnya adalah Thaichang tetapi ia hanya memerintah selam satu bulan
karena meninggal, penggantinya adlah putranya dengan gelar Tianqi, ia adlah penguasa yang
buta huruf tetapi sangat terampil dalam bidang pertukangan sehingga urusan kenegaraan
diberikan kepada seorang keberi Wei Zhongxian, tetapi ia banyak melakukan kekejaman
sehingga Dinasti Ming kehilangan pamornya. Tianqi digantikan oleh adiknya dengan gelar
Chongzhen ia juga merupakan kaisar Ming yang terakhir, pada saat itu keadaan kerajaan dalam
keadaan kacau balau, bandit, pemberontakan timbul dimana-mana. Hingga munculah bangsa
Manchu.

2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan Dinasti Ming diawali dengan kaisar Hongxi
yang tertarik dengan astronomi telah berhasil mengenali adanya bintik matahari jauh sebelum
bangsa barat mengenalnya. Selama masa pemerintahan Dinasti Ming, pengamatan terhadap
gerhana matahari total dapat dijumpai dalam catatan-catatan sejarah provinsi. Salah satu di
antara catatan itu berasal dari tanggal 20 Agustus 1514, yang berbunyi:
Pada jam wu, tiba-tiba matahari mengalami gerhana matahari total. Bintang-bintang
mulai tampak dan suasana sangat itu sungguh gelap. Segala sesuatu tidak dapat dilihat dari
jarak yang lebih jauh dibandingkan sejangkauan tangan. Hewan-hewan domestik dan manusia
merasa takut. Namun, dua jam kemudian keadaan menjadi terang kembali ( catatan sejarah
lokal daerah Dongxiang, Provinsi Jiangxi )
Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan Dinasti Ming juga ditunjang oleh
kedatangan para Yesuit. Atas permintaan Matteo Ricci, didatanagkan seorang ahli bintang yang
bernama Sabbation De Ursis pada tahun 1606 ke Beijing. Ketika ahli-ahli astronomi kerajaan
melakukan kekeliruan dalam meramalkan suatu gerhana matahari, pada tahun 1611, kaum
Yesuit itu diminta untuk melakukan perbaikan terhadap penanggalan serta menerjemahkan
buku-buku Barat mengenai astronomi dan matematika. Penerjemahan ini dilakukan De Ursis
dengan bantuan Paul Xu ( Xu Guanqi (1562-1633), seorang sastrawan Tionghoa yang telah
menganut agama kristen dan menjadi murid Matteo Ricci).
Salah satu karya Barat yang diterjemahkan adalah risalah matematika karangan Euklides
yang tersohor itu. Penangan observatorium kerajaan lalu diserahkan ke tangan kaum Yesuit
tersebut. Tokoh Yesuit penting lain yang memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan
Dinasti Ming adalah Johann Adam Schall. Ia membantu penyusunan penanggalan dan selain itu
mengajar bangsa Tionghoa cara pembuatan meriam. Setelah Dinasti Ming jatuh, Schall diangkat
oleh Sunzhi, kaisar Dinasti Qing pertama, sebagai direktur observatorium kerajaan di Peking.
Ketika terjadi penangkapan terhadap imam-imam Katolik pada tahun 1664, Schall juga ikut
ditangkap namun belakangan dibebaskan dan meninggal dunia pada tahun 1666.
Ensiklopedi dalam bidang teknik dan ilmu pengetahuan banyak pula dihasilkan semasa
Dinasti Ming. Pada tahun 1615, terbitlah suatu karya berjudul Gongbu changku xuzhi ( apa yang
orang perlu ketahui mengenai perbengkelan dan pergudangan pada kementerian pekerjaan
umum ). Buku ini merupakan informasi yang kaya bagi sejarah perkembangan teknik di China.
Menyusul kemudian terbitlah Tiangong kaiwu pada tahun 1637 yang berisikan pembahasan
mengenai teknik pertanian, pemintalan, pembuatan keramik, pengecoran besi atau baja,
transportasi air, produksi senjata, kuas, serta kertas. Kedua karya ini sama-sama dihiasi dengan
banyak gambar.
Wang Zheng ( 1571-1644 ) menulis buku yang mengulas mengenai seluk beluk peralatan
militer serta hidrolis. Bekerja sama dengan seorang imam Yesuit bernama Johann Schreck,
dihasilkan suatu karya yang mengupas mesin-mesin Barat dengan judul Yuanxi qiqi tushuo (
penjelasan bergambar mengenai mesin-mesin aneh dari Barat ). Teknik pertanian tidak luput
dari perhatian para sarjana. Pada masa akhir Dinasti Ming, terbit pula berbagai buku mengenai
pertanian, seperti Nongshu karya Ma Yilong (1490-1571) ; Shengshi Nongshu mengenai
metode-metode pertanian di Zhejian Utara; Nongpu Liushu tentang pertanian serta pertamanan;
dan yang terpenting dari semua itu adalah Nongzheng quanshu ( 1636 ) karya ilmu pengetahuan
Barat, sebagaimana yang telah kita singgung diatas. Karya Xu yang merupakan murid Matteo
Ricci merupakan ensiklopedi teknik-teknik pertanian sejati dalam sejarah China.

2.3 Perkembangan Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Ming


Li Shizhen ( 1518-1593 ) adalah tabib terkenal yang hidup semasa Dinasti Ming. Hasil
karyanya yang terpenting adalah Materia Medica ( Bencao Gangmu ) dalam 52 jilid, yang
memuat penjelasan mengenai 1.892 obat Tionghoa ( baik berupa tumbuhan , hewan, maupun
mineral ) serta memiliki lebih dari 1000 ilustrasi. Selain itu, diulas pula didalamnya berbagai
gejala penyakit. Karya besar ini merupakan intisari pengetahuan medis China kuno selama 200
tahun terakhir. Dua puluh tujuh tahun masa hidupnya diabdikan untuk menyusun ensiklopedi
ini. Tidak jarang ia harus bepergian ke gunung-gunung serta tempat-tempat terpencil demi
mempelajari dan mengumpulkan contoh bahan obat-obatan. Pada perkembangan selanjutnya,
karya ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, termasuk beberapa bahasa Barat.
Li Shizhen sendiri berasal dari keluarga tabib. Semenjak kecil, ia telah mengagumi
pekerjaan sebagai tabib yang sanggup menyelamatkan banyak nyawa, sehingga berscita-cita
pula untuk menjadi tabib seperti ayah dan kakeknya. Meskipun demikian, ayahnya
menginginkan agar Li mengikuti ujian negara dan menjadi pejabat. Tetapi setelah toga kali
mengalami kegagalan dalam ujian negara, ayahnya mengizinkan Li untuk mempelajari
pengobatan, dan dengan segera ia menjadi tabib terkenal. Dari hasil pengamatannya terhadap
literatur pengobatan lama, ditemukannya berbagai kesalahan fatal didalamnya, sehingga inilah
yang mendorong Li untuk menyusun Materia Medica yang tersohor itu.

2.4 Perkembangan Seni Semasa Dinasti Ming


Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok Besar Cina selesai
dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Cina atas invasi dari bangsa-bangsa asing.
Meskipun pembangunannya telah dimulai di masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar
tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming.
Bangunan bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta meriam-
meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.
Pada masa Dinasti Ming, penciptaan novel sangat makmur. Ketika itu muncul banyak
novel yang terkenal, antara lain, Tepi Air, Sam Kokatau Tiga Negara Ziarah Ke Baratdan
Jinpingmei. Sementara itu di Dinasti Ming muncul pula sejumlah buku yang berpengaruh cukup
besar, antara lain, Catatan Wisata Xu Xiake di bidang geografi, Bencao Gangmu karya Li
Shizhen di bidang kedokteran, Kitab Ilmu Pertanian karya Xu Guangqi di bidang pertanian,
Tian Gong Kaiwu karya Song Yingxing di bidang industri dan kerajinan tangan serta
Ensiklopedia Yong Le, kitab literatur yang sangat berharga.
Dinasti Ming antara tahun 1368 dan 1644 Masehi adalah masa puncak produksi porselin
Tiongkok dengan jumlah produksi maupun mutunya yang mencapai puncaknya. Kota Jindezhen
di bagian selatan Tiongkok dijuluki orang sebagai "ibukota porselin". Produk porselin hasil
Jingdezhen populer pada dinasti tersebut selama ratusan tahun. Bahkan sampai hari ini, porselin
bermutu top di Tiongkok tetap dihasilkan di Jingdezhen. Sejarah ekspor porselin Tiongkok ke
luar negeri dimulai pada abad ke-8. Sebelumnya, "jalan sutra" sudah lama menjadi jembatan
bagi perdagangan dan pertukaran kebudayaan Tiongkok dan luar negeri. Tiongkok pada waktu
itu disebut sebagai "negara sutra". Setelah memasuki abad ke-8, seiring dengan meningkatnya
ekspor barang-barang porselin Tiongkok ke luar negeri, Tiongkok pun mulai terkenal sebagai
"negara porselin".
Dinasti Ming terkenal pula dengan keramiknya yang diekspor ke seantero penjuru dunia.
Hasil kesenian keramik Ming mengagumkan. Pembakaran keramik terkenal di King-te-tsyen, di
daerah Kiangsi, Cina Tengah.. Di antara jenis-jenis keramik Ming terkenal ialah keramik Fukien
putih-biru, keramik “Persia” (fayence), keramik putih merata atau Kiang nan-ting, keramik putih
cina (blanc de Chine), keramik Cina Muslim. Keramik merupakan salah satu peninggalan
budaya bangsa China yang bermutu tinggi. Keramik yang berglasur atau diberi lapisan keras
yang berkilap serta porselen China yang indah dibuat dengan teknik yang tinggi. Mangkuk,
cawan, dan piring-piring keramik China dikenal di Eropa juga di Indonesia
Setelah akhir Dinasti Ming (akhir abad 17) hampir tidak ada patung yang dikoleksi
museum, lebih banyak berupa perhiasan, batu mulia, atau gerabah--dan pada abad 20 yang
gegap gempita sama sekali tidak ada karya yang dikenali sebagai karya patung, meskipun saat
itu terdapat sekolah patung yang bercorak sosial realis pengaruh Soviet di awal dekade rezim
komunis, dan pada pergantian abad, para pengrajin Tiongkok mulai mendominasi genre karya
patung komersial (patung figur miniatur, mainan dsb) dan seniman garda depan Tiongkok mulai
berpartisipasi dalam seni kontemporer Eropa Amerika.

2.5 Perkembangan Ekonomi dan Kemasyarakatan semasa Dinasti Ming


Semasa pemerintahan Chenghua (1465-1487), terjadi perkembangan yang pesat dalam
bidang indutri, seperti sutra yang dihasilkan di Suzhou. Ini menciptakan golongan kaya baru
yang berlomba-lomba dengan kaum bangsawan dalam mengumpulkan benda-benda seni. Pusat
kebudayaan berpindah kesebelah selatan, yakni kelembah sungai Yangzi. Sementara itu, di
desa-desa para petani miskin yang tidak mempunyai tanah berbondong-bondong ke kota,
sehingga terjadi arus urbanisani.
Akibat dari urbanisasi tersebut terjadi ledakan kemiskinan dan kesemrawutan ekonomi
social sehingga pada masa Dinasti Ming terdapat seorang negarawan bernama Zhang Juzheng.
Ia mengusulkan pemerintah mengadakan reformasi untuk meredakan kontradiksi sosial dan
menyelamatkan kekuasaan Dinasti Ming. Berkat reformasi yang diprakarsai oleh Zhang
Juzheng, penyelenggaraan pemerintahan berhasil dibenahi, pertanian dibangkitkan, irigasi
diperbaiki dan bermacam-macam pajak dapat disatukan sehingga pada derajat tertentu
meringankan beban rakyat.
Pada masa ini, pertanian mengalami perkembangan yang lebih besar daripada di masa
dinasti-dinasti sebelumnya. Selain pertanian, industri tekstil, pembuatan porselin, penambangan
besi, pengecoran perunggu, pembuatan kertas dan pembuatan kapal juga mengalami
perkembangan yang relatif cepat. Sementara itu, kegiatan ekonomi dan kebudayaan Dinasti
Ming dengan luar negeri sangat berkembang. Yang patut disebut ialah Zheng He, pelayar
terkenal Dinasti Ming. Ia berturut-turut untuk tujuh kali memimpin armada berlayar ke
“Samudera Barat”, yaitu Pasifik Selatan dan Barat serta Samudera India. Selama pelayarannya,
Zheng He dan armadanya pernah berkunjung ke 30 lebih negara dan daerah Asia dan Afrika.
Selain itu ekonomi komoditas mengalami perkembangan besar dan muncul benih
kapitalisme. Pada awal masa Dinasti Ming, di masyarakat terdapat banyak tanah tandus tanpa
pemilik. Untuk mengembangkan pertanian, Kaisar Ming Taizu memberikan tanah tandus
kepada para pengungsi yang mengembara ke sana kemari supaya mereka menetap di suatu
daerah. Selain itu, Kaisar Ming Taizu melaksanakan kebijakan peringanan dan pembebasan
pajak pertanian sehingga jumlah petani yang memiliki tanahnya sendiri bertambah dengan
besar-besaran. Pada waktu itu banyak jenis baru tanaman, antara lain, tembakau, kentang,
jagung dan kacang tanah berturut-turut memasuki Tiongkok. Pada waktu itu, industri kerajinan
tangan Tiongkok, antara lain, pembuatan porselin dan tekstil juga mencapai taraf yang cukup
tinggi. Bahkan di Tiongkok muncul pemilik puluhan perkakas tenun dan “buruh tenun” yang
khusus untuk dipekerjakan. Kesemua itu menyatakan bahwa kapitalisme sudah menunjukkan
benihnya di Tiongkok. Pada masa Dinasti Ming, di daerah-daerah yang mana kaya akan produk
dan mudah lalu lintasnya terbentuk banyak pusat perdagangan, baik yang besar maupun yang
kecil. Kota-kota besar seperti Beijing, Nanjing, Suzhou, Hangzhou dan Guangzhou merupakan
daerah yang cukup makmur di Tiongkok pada waktu itu.
Bukti kemakmuran ekonomi ditunjang dengan apresiasi seni yang tinggi, hal ini
ditunjukkan dengan penciptaan novel yang sangat makmur. Ketika itu muncul banyak novel
yang terkenal, antara lain, “Tepi Air”, “Sam Kok” atau “Tiga Negara”, “Ziarah Ke Barat” dan
“Jinpingmei”. Sementara itu di Dinasti Ming muncul pula sejumlah buku yang berpengaruh
cukup besar, antara lain, “Catatan Wisata Xu Xiake” di bidang geografi, “Bencao Gangmu”
karya Li Shizhen di bidang kedokteran, “Kitab Ilmu Pertanian” karya Xu Guangqi di bidang
pertanian, “Tian Gong Kaiwu” karya Song Yingxing di bidang industri dan kerajinan tangan
serta “Ensiklopedia Yong Le”, kitab literatur yang sangat berharga.
Pada masa akhir Dinasti Ming, gejala terpusatnya tanah garapan sangat serius; tanah
garapan yang dimiliki oleh keluarga kekaisaran dan raja terdapat di mana-mana. Sementara itu,
pajak pertanian yang dikenakan oleh pemerintah juga semakin bertambah sehingga kontradiksi
sosial semakin meruncing. Sebagian pejabat berharap agar kontradiksi sosial dapat diredakan
dan meminta pemerintah membendung kekuasaan istimewa yang dinikmati oleh pejabat orang
kasim dan keluarga ningrat. Pejabat yang berpandangan demikian sering memberi kuliah dan
komentar tentang pemerintahan dan disebut sebagai “Golongan Partai Donglin”. Kemudian
pejabat “Golongan Partai Donglin” mengalami persekusi oleh bangsawan dan pejabat orang
kasim dan ini lebih-lebih meningkatkan ketidaktenteraman sosial.
Sementara itu, perjuangan di pedesaan juga semakin menajam. Pada tahun 1627, di
Propinsi Shaanxi Tiongkok Barat Laut terjadi bencana alam, tapi pemerintah setempat tetap
mengenakan pajak berat terhadap rakyat sehingga penduduk di sana mengadakan
pemberontakan. Pasukan pemberontakan petani kemudian berhasil mengalahkan pasukan
Dinasti Ming dan menyerbu masuk ke Beijing pada tahun 1644. Kaisar Chongzhen yang
berkuasa pada masa itu terpaksa gantung diri di Beijing, berakhirlah Dinasti Ming.

2.6 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Ming


A. Konfusianisme
Tokoh konfusianisme terkenal pada zaman ini adalah Wang Yangming (1472-1528/9),
seorang keturunan keluarga sarjana serta pejabat terpandang. Meski mencapai tingkat kedua
dalam ujian negara pada usia 21 tahun, tetapi hanya memangku jabatan kecil saja hingga
berusia sekitar 30 tahun saat diserai jabatan sebagai hakim provinsi. Setahun kemudian Wang
mengundurkan diri dan mempelajari Buddhisme serta Daoisme untukin sementar waktu. Saat
berusia 33 tahun, negara meamnggilnya kembali dan mengutusnya sebagai komandan
pasukan.
Dua tahun kemudian, Wang menulis petisi pembelaan kepada kaisar bagi dua orang
pejabat yang ditahan secara tidak adil. Karena isinya menghina seorang kasim yang korup
pada masa itu, Wnag dijatuhi hukuman pukulan dan dibuang ditempat terpencil. Ditempat
yang terpencil itu, Wang mencurahkan waktunya untuk menyistimasikan buak pemikiran
filosofisnya. Wang baru diundag kembali ke Nanjing saat berusia 42 tahun. Hasil
pemikirannya menarik perhatian para sarjana dari seluruh penjuru kerajaan. Pada masa akhir
hayatnya, Wang mengundurkan diri kedesa asalnya untuk mengajar, di mana banayak orang
terpelajar pada masa itu datang mengunjunginya.
Pemikiran Wang Yangming dapat diringkaskan ebagai berikut :
1) Pikiran dan gagasan (principles) adalah satu. Sehingga kita boleh mengatakan bahwa
gagasan-gagasan itu adalah berbagai hal yang hadir dalam pikiran seseorang. Dahulu pada
zaman Song, para filosof berusaha mencari kebenaran diluar dirinya sendiri. Namun,
Wang mencoba beralih pada dirinya sendiriuntuk menemukan kebanaran tersebut.
Gagasan Wang Yangming ini dikemudian disebut sebagai “mempelajari pikiran” (study of
mind) yang berbeda dengan para filosof Dinasti Song metode “penelaahan atas gagasan”.
Mereka.
2) Kesadaran adalah kemampuan dalam diri manusia untuk membedakan baik dan buruk.
Wang pendapat bahwa kesadaran ini identik dengan perinsip alami adalah standar untuk
membedakan baik dan buruk. Kesadaran adalah hadirnya perinsip alami didalam pikiran
seseorang. Jadi, tujuan pelatihan diri adalah untuk membebaskan seseorang dari hawa
nafsu keinginan, sehingga memungkinkan kesadaran itu untuk hadir sepenuhnya dan
mencerahi peri8nsip alami tersebut.
3) Kesatuan antara pengetahuan dan tindakan. Wang mengajarkan para siswa untuk beralih
dari mempelajari kebaenaran terhadap kitab-kitab semata dan menganjurkan mereka untuk
mencari kebenaran yang timbul melalui tindakan. Ia berkata “Metode belajar yang mulia
untuk mencapai pengetahuan yang sepenuhnya hanyalah sat. Pengetahuan dan tindakan
hendaknya tidak dipisahkan.”
Lebih jauh lagi, Wang Yangming menyakini bahwa setiap orang sebenarnya sanggu
untuk menjadi orang suci, sebagaimana yang dikatakan Mangzi bahwa tiap orang tidak
mustahil untuk menjadi seperti Yao dan Shun (dua orang kaisar purba yang mulia dan
bijaksana).
B. Buddhisme
Pada masa akhir dinasti Yuan, timbul keyakinan yang kuat terhadap Maitreya atau
Buddha yang akan datang.menurut keyakinan yang populer saat itu, seorang penguasa
bijaksana akan datang dan akan hadir di muka bumi ini ketika makhaluk suci tersebut turun ke
bumi dan surga Tushita Istilah mingwang ini dipergunakan pula karena eratnya hubungan
antara ......... Maitreya dengan pengikut Manikheanisme, yang disebut Mingjiao oleh bangsa
Tionghoa karena pemujaannya terhadap api. Bahkan pada saat itu, terdapat naskah
Manikheanisme yang berjudul Daxia mingwang chaushi (Kemunculan Didunia Penguasa
Mulai Manor Dan Minor). Oleh karena itu, Han Shantong, pemimpin perkumpulan teratai
putih yang memberontak terhadap bangsa Mongol pada taun 1351 memandang dirinya sendiri
sebagai Pnguasa Mayor, sedangkaj putranya, Liner dianggap sebagai penguasa Minor.
Kareena Zhu Yunzhang merupakan anggota kaum pemberontak yang dipengaruhi oleh
gagasan penguasa mulia ini, ia lalu menguasai dinastinya sebagai Ming atau dengan kata lain,
ia memandang dirinyasendiri sebagai penguasa mulia dan sejati tersebut.
Karena Zhu Yuanzhang pernah menjadi boara wati buddhis, ia sangat mendukung
buddhisme. Kerap dikumpulkannya para biksu diistanah untuk mengajar berbagai naskah suci
buddhis seperti prajnaparamita dan lenkaatara. Kejaraan menyokong orang-orang yang
hendak mejadi biarawan. Sehingga jumlah mereka makin meningkat pesat. Jumlah orang yang
ingin menjadi biarawan meningkat pesat, sehingga akhirnya kerajaan merasa perlu untuk
melakukan berbagai pembatasan, seperti larangan bagi mereka yang perusia di bawah 20 tahun
untuk menjadi biarawan serta pengujian niat mereka.
C. Kedatangan misonaris keristen
Setelah masa pemerintahan Wanli. Seorang imam Yesuit bernama Metteo Ricci (1552-
1616) memperkenalkan kembali Agama Kristen di China yang sebelumnya sudah pernah
masuk pada negara tersebut dalam bentuk Nestorianisme sebelumnya, Fransiskus Xaverius
sudah pernah tiba di Macao...... terburu meninggal pada tahun 1552, sebelum sempat mem.....
China. Metteo Ricci dilahirkan didekat Roma dan ....... pada usia 30 tahun. Saat hendak
menjalankan misinya, Metteo Ricci menyadari bahwa bangsa Tionghoan sangat menjunjung
tinggi pengetahuan karya-karya kelasik Konfusianisme, sehingga demi menunjukkan
keberhasilan misinya, Metteo Ricci mulai mempelajari karya-karya tersebut. Bahwa
penguasaannya terhadap literatur Tionghoa tersebut akan membangkitkan kekaguman para
sarjana dan bangsawan dinasti Ming. Ia sanggup penghafalkan halaman yang terdiri dari 500
huruf serta mengucapkannya kembali di luar kepala baik scara maju ataupun mundur.
Kekaguman ini masih ditambah lagi dalam keahliannya dalam bidang matematiaka., georafi,
astronomi dan musik.
Metteo Ricci menyakini bahwa bangsa Tionghoa hnaya dapat diperkenalkan pada
Kekeristenan jiaka ia dapat menghasilkan suatu bentuk agama tersebut yang selaras dengan
konfusianisme (mengizinkan penghormatan pada leluhur). Kebijaksanaan inilah yang
ke4mudian mendorong beberapa sarjana Tionghoa menganut kieristen. Di bawah penganti
Metteo Ricci, yakni Johan Adam on Schall dan John (Johann) Schreck (Terrentius) yang tiba
di Baijing pada tahun 1662, jumlah umat Keristen di Tionghoa meningkat menjadi ribua.
Namun dekirit kepausan pada saat ke-18 yang melarang masuknya peraktik-peraktik
tradisional ini kedalam agama keristen menghambat kegiatan misionaris setelah itu. Para
misonaris yang diperintahkan untuk mengajar agama Kristen secara murni di kejar-kejar oleh
pemerintah dan dipenjara karena berusaha menghapuskan kepercayaan tradisional bangsa
Tionghoa.
Misionaris yang terkenal lainnya adalah Etienne Feber. Toko legendaris ini hidup pada
masa akhir dinasti Ming dan berkarya di Shanzi. Ia telah mengarang banyak karya mengenai
hagiografi Buddais dan Daois. Biarawan ini telah melakukan banyak mukjizat, seperti
berdekatan dengan binatang buas tampa di mangsa oleh mereka, memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan penyakit, mengusir setan dari tempat-tempat angker, menghalau hama
belalang dengan air suci, dapat mengetahui sebelumnya saat kematiannya, mayatnya tidak
membusuk dan pada saat banjir makamnya tidak terkena amukan air. Misionaris ini setelah
meninggal diangkat sebagai dewa bumi (fangtudi).

D. Masuknya Agama Islam


Ajaran Islam pertama kali tiba di Cina ketika Sa’ad Abi Waqqas dan tiga sahabatnya
berlayar ke Cina dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah sampai di Cina, Sa’ad kembali ke
Arab dan 21 tahun kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran. Ada
pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M – kurang lebih 20
tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang
menugaskan Sa’ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Konon,
Sa’ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys’ Mazars.
Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang
pada tahun 651 M. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau
masjid Memorial di Canton – masjid pertama yang berdiri di daratan Cina. Ketika Dinasti
Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan
budaya.Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Pada zaman Dinasti Ming, perkembangan agama Islam di China telah menghadapi
rintangan, maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah terhadap agama Islam. Baginda
mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih lembu secara tersendiri dan
beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang Islam tidak boleh menjadi
pegawai kerajaan dan lain-lainnya. Ini telah mencetuskan kemarahan umat Islam di China dan
penduduk Islam mengadakan pemberontakan di ibu kota negara.
Selain itu saat Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang
dan dibatasi.Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri.Muslim di Cina pun
mulai menggunakan dialek bahasa Cina.Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti tradisi
Cina.Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting. Setelah itu hubungan
penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk
Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat Cina lainnya menjadi
makin sulit.Dinasti Ming melarang berbagai kegiatan Keislaman.Menyembelih hewan qurban
pada setiap Idul Adha dilarang.Umat Islam tak boleh lagi membangun masjid.Bahkan,
penguasa dari Dinasti Ming juga tak membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam
kelima – menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.Taktik adu domba pun diterapkan
penguasa untuk memecah belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan
Mogol.Akibatnya ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan.Tindakan represif Dinasti
Ming itu memicu pemberontakan hingga berakhirnya Dinasti Ming.
2.7 Keruntuhan Dinasti Ming
Runtuhnya Dinasti Ming adalah urusan yang berlarut-larut, akarnya dimulai sedini 1600
dengan munculnya Manchu di bawah Nurhaci . Awalnya pengikut dari kaisar Ming , Nurhaci
pada tahun 1582 memulai sebuah perseteruan antar-suku yang meningkat menjadi kampanye
untuk menyatukan suku-suku Jurchen Jianzhou. Kemudian Nurhaci mengumumkan Tujuh
Keluhan dan terbuka menolak kedaulatan penguasa atasan Ming dalam rangka untuk
menyelesaikan penyatuan suku Jurchen mereka masih bersekutu dengan kaisar Ming. Dengan
artileri unggul, Ming mampu berulang kali melawan orang Manchu, terutama pada tahun 1623
dan pada tahun 1628. Namun, mereka tidak dapat merebut kembali kekuasaan mereka atas
Manchu dan daerah. Dari 1629 dan seterusnya, Ming itu lelah dengan kombinasi perselisihan
internal dan pelecehan konstan Cina Utara oleh Manchu, yang telah beralih ke taktik menyerang
sehingga untuk menghindari menghadapi pasukan Ming dalam pertempuran terbuka.
Tidak dapat menyerang jantung Ming secara langsung, Manchu, bukan menunggu waktu
mereka, mengembangkan artileri mereka sendiri dan mengumpulkan sekutu. Mereka mampu
untuk daftar Ming pejabat pemerintah sebagai penasehat strategis mereka. Pada 1633, mereka
menyelesaikan penaklukan Mongolia , mengakibatkan rekrutmen skala besar pasukan Mongol di
bawah bendera Manchu dan pengamanan rute tambahan ke jantung Ming.
Dengan 1636, penguasa Manchu Huang Taiji adalah cukup percaya diri untuk
memberitakan Imperial Dinasti Qing di Shenyang , yang telah jatuh ke Manchu karena
pengkhianatan pada tahun 1621, mengambil judul Chongde Imperial. Akhir 1637 melihat
kekalahan dan penaklukan tradisional Ming sekutu Korea oleh tentara Manchu 100.000 yang
kuat, dan penolakan Korea dari Dinasti Ming.
Pada tanggal 26 Mei 1644, Beijing dipecat oleh koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Li
Zicheng , seorang pejabat Ming kecil berubah pemimpin pemberontakan petani. Akhirnya kaisar
Ming, Kaisar Chongzhen , bunuh diri ketika kota itu jatuh, menandai akhir resmi dari dinasti .
Manchu dinasti Qing kemudian bersekutu dengan Dinasti Ming umum Wu Sangui dan menguasai
Beijing dan cepat singkat menggulingkan Li Dinasti Shun . Meskipun kehilangan Beijing (yang
kelemahan sebagai ibukota Kekaisaran telah diramalkan oleh Zhu Yuanzhang) dan kematian dari
Kaisar Chongzhen , kekuasaan Ming adalah dengan tidak berarti hancur. Nanjing , Fujian ,
Guangdong , Shanxi dan Yunnan semua bisa telah dan sedang di benteng kenyataan dari Ming
perlawanan. Namun, hilangnya otoritas pusat berpura-pura melihat beberapa untuk tahta Ming,
mampu bekerja sama. Setiap benteng perlawanan individual dikalahkan oleh Qing sampai 1662,
ketika harapan nyata terakhir dari kebangakitan Ming meninggal dengan Yongli kaisar Zhu Youlang

Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM)

Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Cina yang menurut Proyek
Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046 SM hingga 256 SM. Dinasti ini mulai tumbuh
dari lembah Sungai Kuning, di sebelah barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil
mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep
"Mandat Langit" sebagai legitimasi pergantian kekuasaan,[23] dan konsep ini seterusnya
berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di Cina. Ibukota Zhou awalnya berada di
wilayah barat, yaitu dekat kota Xi'an moderen sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian
ekpansi ke arah lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Cina, ini menjadi awal dari migrasi-
migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan.

Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722 SM-476 SM)

Pada sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dan
Musim Gugur, yang diberi nama berdasarkan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur).
Pada zaman ini, pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya
dan berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa
Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur, yaitu ke Luoyang. Ini menandai fase kedua
Dinasti Zhou: Zhou Timur. Ratusan negara bermunculan, beberapa di antaranya hanya seluas satu
desa, dengan penguasa setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang menggunakan
gelar kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat Cina berkembang pada zaman
ini, berikut juga beberapa gerakan intelektual berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme,
Legalisme, dan Mohisme.

Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)

Setelah berbagai konsolidasi politik, tujuh negara terkemuka bertahan pada akhir abad ke-
5 SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari Dinasti Zhou sampai 256 SM, namun ia hanya
seorang pemimpin nominal yang tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada masa itu, daerah
tetangga dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan dan menjadi wilayah baru, antara lain
Sichuan dan Liaoning; yang kemudian diatur di bawah sistem administrasi lokal baru berupa
commandery dan prefektur .Negara Qin berhasil menyatukan ketujuh negara yang ada, serta
melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, dan Guangxi pada 214 SM.
Periode saat negara-negara saling berperang hingga penyatuan seluruh Cina oleh Dinasti Qin pada
tahun 221 SM, dikenal dengan nama "Periode Negara Perang", yaitu penamaan yang diambil dari
nama karya sejarah Zhan Guo Ce (Strategi Negara Berperang).

2.7.3 Zaman kekaisaran

Dinasti Qin (221 SM–206 SM)

Dinasti Qin berhasil menyatukan Cina yang terpecah menjadi beberapa kerajaan pada
Periode Negara Perang melalui serangkaian penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan
penaklukan terakhir adalah terhadap kerajaan Qi pada sekitar tahun 221 SM.[25] Qin Shi Huang
dinobatkan menjadi kaisar pertama Cina bersatu pada tahun tersebut. Dinasti ini terkenal
mengawali pembangunan Tembok Besar Cina yang belakangan diselesaikan oleh Dinasti Ming
serta peninggalan Terakota di makam Qin Shi Huang. Beberapa kontribusi besar Dinasti Qin,
antara termasuk terbentuknya konsep pemerintahan terpusat, penyatuan undang-undang hukum,
diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata uang bersama seluruh Cina, setelah
berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur. Bahkan hal-hal yang
mendasar seperti panjangnya as roda untuk gerobak dagang, saat itu mengalami penyeragaman
demi menjamin berkembangnya sistem perdagangan yang baik di seluruh kekaisaran.
Dinasti Han (206 SM–220)

Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan
rakyat dan meruntuhkan dinasti sebelumnya, Dinasti Qin, pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan
Dinasti Han terbagi menjadi dua periode yaitu Dinasti Han Barat (206 SM - 9) dan Dinasti Han
Timur (23 - 220) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9 - 23). Kaisar Wu (Han Wudi
) berhasil mengeratkan persatuan dan memperluas kekaisaran Cina dengan mendesak bangsa
Xiongnu (sering disamakan dengan bangsa Hun) ke arah stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan
demikian merebut wilayah-wilayah Gansu, Ningxia, dan Qinghai. Hal tersebut menyebabkan
terbukanya untuk pertama kali perdagangan antara Cina dan Eropa, melalui Jalur Sutra. Jenderal
Ban Chao dari Dinasti Han bahkan memperluas penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi
ke Laut Kaspia. Kedutaan pertama dari Kekaisaran Romawi tercatat pada sumber-sumber Cina
pertama kali dibuka (melalui jalur laut) pada tahun 166, dan yang kedua pada tahun 284.

Zaman Tiga Negara (220–280)

Zaman Tiga Negara (Wei, Wu, dan Shu) adalah suatu periode perpecahan Cina yang
berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara umum periode ini dianggap
berlangsung sejak pendirian Wei (220) hingga penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280), walau
banyak sejarawan Cina yang menganggap bahwa periode ini berlangsung sejak Pemberontakan
Serban Kuning (184).

Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420)

Cina berhasil dipersatukan sementara pada tahun 280 oleh Dinasti Jin. Meskipun
demikian, kelompok etnis di luar suku Han (Wu Hu) masih menguasai sebagian besar wilayah pada
awal abad ke-4 dan menyebabkan migrasi besar-besaran suku Han ke selatan Sungai Yangtze.
Bagian utara Cina terpecah menjadi negara-negara kecil yang membentuk suatu era turbulen yang
dikenal dengan Zaman Enam Belas Negara (304 - 469).

Dinasti Utara dan Selatan (420–589)

Menyusul keruntuhan Dinasti Jin Timur pada tahun 420, Cina memasuki era Dinasti Utara
dan Selatan. Zaman ini merupakan masa perang saudara dan perpecahan politik, walaupun juga
merupakan masa berkembangnya seni dan budaya, kemajuan teknologi, serta penyebaran Agama
Buddha dan Taoisme.

Dinasti Sui (589–618)

mempersatukan kembali Cina pada tahun 589 dengan penaklukan Yang Jian, pendiri
Dinasti Sui, terhadap Dinasti Chen di selatan. Periode kekuasaan dinasti ini antara lain ditandai
dengan pembangunan Terusan Besar Cina dan pembentukan banyak lembaga pemerintahan yang
nantinya akan diadopsi oleh Dinasti Tang.
Dinasti Tang (618–907)

Pada 18 Juni 618, Li Yuan naik tahta dan memulai era Dinasti Tang yang menggantikan
Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan perkembangan seni dan teknologi Cina.
Agama Buddha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan.
Sejak sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena munculnya
pemberontakan-pemberontakan.

Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907–960)

Antara tahun 907 sampai 960, sejak runtuhnya Dinasti Tang sampai berkuasanya Dinasti
Song, terjadi suatu periode perpecahan politik yang dikenal sebagai Zaman Lima Dinasti dan
Sepuluh Negara. Pada masa yang cukup singkat ini, lima dinasti (Liang, Tang, Jin, Han, dan Zhou)
secara bergantian menguasai jantung wilayah kerajaan lama di utara Cina. Pada saat yang
bersamaan, sepuluh negara kecil lain (Wu, Wuyue, Min, Nanping, Chu, Tang Selatan, Han Selatan,
Han Utara, Shu Awal, dan Shu Akhir) berkuasa di selatan dan barat Cina.

Dinasti Song, Liao, Jin, serta Xia Barat (960-1279)

Antara tahun 960 hingga 1279, Cina dikuasai oleh beberapa dinasti. Pada tahun 960,
Dinasti Song (960-1279) yang beribu kota di Kaifeng menguasai sebagian besar Cina dan
mengawali suatu periode kesejahteraan ekonomi. Wilayah Manchuria (sekarang dikenal dengan
Mongolia) dikuasai oleh Dinasti Liao (907-1125) yang selanjutnya digantikan oleh Dinasti Jin
(1115-1234). Sementara itu, wilayah barat laut Cina yang sekarang dikenal dengan provinsi-
provinsi Gansu, Shaanxi, dan Ningxia dikuasai oleh Dinasti Xia Barat antara tahun 1032 hingga
1227.

Dinasti Yuan (1279–1368)

Antara tahun 1279 hingga tahun 1368, Cina dikuasai oleh Dinasti Yuan yang berasal dari
Mongolia dan didirikan oleh Kublai Khan. Dinasti ini menguasai Cina setelah berhasil
meruntuhkan Dinasti Jin di utara sebelum bergerak ke selatan dan mengakhiri kekuasaan Dinasti
Song. Dinasti ini adalah dinasti pertama yang memerintah seluruh Cina dari ibu kota Beijing.

Sebelum invasi bangsa Mongol, laporan dari dinasti-dinasti Cina memperkirakan terdapat
sekitar 120 juta penduduk; namun setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun 1279,
sensus tahun 1300 menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk.[28] Demikian pula pada
pemerintahan Dinasti Yuan terjadi epidemi abad ke-14 berupa wabah penyakit pes (Kematian
Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30% populasi Cina saat itu.
Dinasti Ming (1368–1644)

Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, terjadi penentangan yang cukup kuat terhadap
kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini, ditambah sering timbulnya bencana
alam sejak 1340-an, akhirnya menimbulkan pemberontakan petani yang menumbangkan kekuasaan
Dinasti Yuan. Zhu Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah berhasil mengusir
Dinasti Yuan pada tahun 1368.

Tahun 1449, Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat melakukan penyerangan ke wilayah
Cina utara, dan bahkan sampai berhasil menawan Kaisar Zhengtong di Tumu. Tahun 1542, Altan
Khan memimpin bangsa Mongol terus-menerus mengganggu perbatasan utara Cina, dan pada
tahun 1550 ia berhasil menyerang sampai ke pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming juga
menghadapi serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara Cina; [31] peranan
Jenderal Qi Jiguang sangat penting dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut. Suatu gempa
bumi terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxi tahun 1556, diperkirakan telah menewaskan sekitar
830.000 penduduk, yang terjadi di masa pemerintahan Kaisar Jiajing.

Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok Besar Cina selesai
dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Cina atas invasi dari bangsa-bangsa asing.
Meskipun pembangunannya telah dimulai di masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar
tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming.
Bangunan bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta meriam-meriam
ditempatkan di sepanjang sisinya.

Dinasti Qing (1644–1911)

Dinasti Qing ( 1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir
Han Cina, oleh suku Manchu dari sebelah timur laut Cina pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan
dinasti feodal terakhir yang memerintah Cina. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam
periode penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644).[32] Bangsa Manchu kemudian
mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang
dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti pribumi Cina sebelumnya.

Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga wilayah Cina sempat jatuh dalam
kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan
yang menyebut dirinya "Raja Langit". Setelah empat belas tahun, barulah pemberontakan tersebut
berhasil dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tahun 1864.
Kematian yang terjadi selama 15 tahun pemberontakan tersebut diperkirakan mencapai 20 juta
penduduk.

Beberapa pemberontakan yang memakan korban jiwa dan harta yang lebih besar
kemudian terjadi, yaitu Perang Suku Punti-Hakka, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Minoritas
Hui, Pemberontakan Panthay, dan Pemberontakan Boxer.[34] Dalam banyak hal, pemberontakan-
pemberontakan tersebut dan perjanjian tidak adil yang berhasil dipaksakan oleh kekuatan
imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda ketidakmampuan Dinasti Qing
dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul di abad ke-19.

DINASTI QING SAMPAI TAHUN 1800

2.1 Berdirinya Dinasti Qing

Dinasti Qing yang didirikan oleh Bangsa Manchu merupakan dinasti asing di China. Sebagai
penguasa pertama, Shunzhi harus berjuang keras untuk membersihkan negerinya dari sisa-sisa kaum
pemberontakan dan menarik simpati rakyat. Guna memperoleh simpati rakyat, Bangsa Manchu
memakamkan kaisar terakhir Dinasti Ming dalam suatu upacara kehormatan serta memberikan
penghargaan bagi para pejabat yang gugur dalam pemberontakan itu. Pada than 1647, pihak Qing
berhasil mengalahkan dan membunuh pimpinan pemberontak lainnya yang bernama Zhang
Xianzhong di Provinsi Sichuan.
Meskipun Bangsa Manchu menyatakan bahwa tujuan mereka memasuki China adalah demi
membalaskan kematian kaisar terakhir Dinasti Ming dan menyelamatkan negeri itu dari kau
pemberontak, tetapi terdapat bukti yang menyatakan tidak sepenuhnya mulia. Mereka menolak untuk
meninggalkan Beijing dengan alasan bahwa mereka tidak merebutnya dari Dinasti Ming, melainkan
mereka mengamankannya dari kaum pemberontak. Bahkan pada bulan Oktober 1644, mereka
memindahkan ibukota mereka dari Mukden ke Beijing, sehingga secara resmi mengawali berdirinya
Dinasti Qing.
Selanjutnya yang harus dihadapi oleh Dinasti Qing adalah orang-orang yang masih setia pada
Dinasti Ming. Mereka melakukan perlawanan terhadap bangsa asing itu setelah mengetahui bahwa
tujuan bangsa Manchu sesungguhnya adalah untuk menjajah China. Pada masa awal pemerintahannya
bangsa Manchu hanya bias menguasai China sebelah utara sedangkan sebelah selatan masih dibawah
kekuasaan kaum loyalis Dinasti Ming. Bersamaan dengan itu, fraksi-fraksi pendukung Dinasti Ming
lainnya melakukan perlawanan yang tak terkoordinasi satu sama lainnya terhadap bangsa Manchu.
Ketika semua pemberontakan ini berhasi dipadamkan, bangkitlah Pangeran Gui, cucu kaisar Wanli,
untuk meneruskan perlawanan terhadap bangsa Manchu di Provinsi Guangdong. Ia berhasil merebut
kembali tujuh provinsi yang terletak di bagian selatan dan barat laut China pada tahun 1648. Tetapi ,
pemberontakan ini kembali harus mengalami kekalahan karena para penghianat yang bekerjasama
dengan bangsa Manchu.
Diantara semua perlawanan ini, yang bertahan lama adalah yang dipimpin oleh seorang
panglima yang setia pada Dinasti Ming, bernama Zheng Chenggong (1624-1662). Ia lebih dikenal
sebagai Koxinga oleh Bangsa Barat.
Pada tahun 1653, ia merampas Xiamen (Amoy) yang terletak di provinsi pesisir pantai
Provinsi Fujian serta menempatkan pangkalannya disana. Beberapa tahun kemudian, ia mengirimkan
pasukannya untuk merebut Nanjing tetapi gagal. Ketika kedudukan Pangeran Gui makin terdesak,
Koxinga mengundurkan dirinya ke pulau Taiwan yang saat itu diduduki pasukan belanda. Oleh
karenanya, terjadi pertempuran dengan pasukan Belanda untuk merebut itu. Dan pertempuran tersebut
dimenangkan oleh Zheng pada tanggal 1 Februari 1662. Zheng kemudian menjadi raja di pulau
tersebut. Pada tahun yng sama Koxinga wafat, dan digantikan oleh putranya. Baru setelah Koxinga
wafat, Dinasti dapat menaklukkan pulau tersebut.
a. Masa Pemerintahan Shunzhi hingga Qianlong
Hingga Shunzhi berusia 14 tahun, kendali pemerintahan dipegang oleh walinya yang bernama
Dorghon. Ia memusatkan perhtian pada konsolidasi wilayah China yang baru dikusai oleh bangsa
mereka. Ketika Gordhon wafat pada tahun 1651, Shunzi memegang kendali pemerintahan
sepenuhnya. Penguasa pertama Dinasti Qing ini merupakan sosok pribadi yan selalu ingin tahu dan
gemar belaja. Ia mempelajari baha Tionghoa agar dapat membaca dokumen dan arsip-arsip kerajaan.
Setelah kematian selir kesayangannya, empat setengah bulan kemudin ia meninggal karena penyakit.
Kangxi (1661-1722), penguasa kedua Dinasti Qing ini adalah putra ketiga Shunzhi. Semenjak
usia muda, bakat kepemimpinannya sudah terlihat. Ketika naik tahta ia masih terlalu muda sehingga
kendali pemerintahan dikendalikan oleh Oboi. Tetapi ketika usianya 14 tahun, dengan dukungan
Songgotu, paman permaisurinya yang bernama Raatu Ren, direbutnya kendali kekuasaan dari tangan
Oboi.
Tiga jenderal kawakan dengan dipimpin oleh Wu Sangui melakukan pemberontakan dan
brhasil menguasai sebagian besar wilayah barat dan selatan China pada tahun 1673. Kangxi
melibatkan dirinya secara langsung untuk memadamkannya.
Hingga saat itu, politik Dinasti Qing melakukan politik pemisahan antara bangsa Manchu dan
Tionghoa. Bangsa Tinghoa yang ditaklukkan itu dianggap sebagai budak, dimana mereka harus
tinggal di tempat terpisah. Seluruh bangsa Tionghoa diusir dari Manchuria dan lahan mereka banyak
yan disita. Perkawinan campur antara kedua bangsa itu dilarang. Lebih jauh lagi mereka juga diusir
dari kota terlarang disebelah utara dan diharuskan tinggal di kota “ Tionghoa” di selatan. Kangxi
memperlunak politi ini dengan melarang penyitaan tanah dan memperingan pajak. Sehingga akhirnya
meningkatkan pertanian serta menjamin pendapatan Negara yang stabil. Kaisar berusaha menekan
korupsi dengan menikkan gaji para pejabat.
Karena kecintaannya pada literature China kuno, Kangxi mengumpulakan para sarjana serta
memimpin penulisan sejarahChina termasuk Dinasti Ming. Ia juga penggemar ilmu pengetahuan,
yang mempelajari tentang cabang ilmu pengetahuan danmusik dari para Yesuit serta menunjuk
mereka sebagai para astronom, dokter dan juru pembuat peta kerajaan.
Penguasa Dinasti Qing ini juga dikenal sebagai seseorang yang gemar berpergian. Selama
pemerintahannya diselenggarakan enam kali perjalanan besar-besaran ke seantero negeri untuk
memperkenalkan dirinya pada rakya serta melakukan inspeksi berbgai bendungan serta terusan.
Kangxi berhasil pula mengembalikan dominasi China atas Asia Tengah dan Tibet. Pada tahun 1690-
an, Kangxi melakukan ekspedisi militer melawan Galdan yang hendak mendirikan suatu kekaisaran di
Asia Tengah. Perbatasannya dengan Rusrhia di daerah Amur berhasil diamankannya melalui
perjanjian dengan pihak Rusia. Selanjutnya, demi memperkuat perbtasan di wilah barat,
dikirimkannya pasukannya ke Tibet pada tahun 1720. Di ranjang kematiaanya, kaisar Dinasti Qing
sibuk menuliskan prinsip-prinsip pemerintahannya, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
Berbaik hatilah pada orang yang dating dari jauh serta dekatkan diri dengan orang yang
brkompetensi tinggi, cukup kebutuhan rakyatmu, (senantiasa) ingatlah keuntungan semua
orang, semua keuntungan sejati, dan pikiran warga seluruh negeri sebgai pikiran sejati,
lindungi Negara sebelum bahaya (benar-benar) datang serta memerintahlah dengan baik
sebelum timbul gangguan, senantiasa rajin dan waspada…94
Masalah suksesi kepemimpinan membayangi akhir hayat Kangxi. Pada mulanya yang
diangkat sebagai putra mahkota adalah putra keduanya, yang bernama Yinreng, tetapi dikarenakan
tindakan tidak bermoral yang dilakukannya serta usaha unuk menggulingkan kaisar, ia dipecat dari
jabatannya. Kangxi menolak untuk menyebutkan calon penggantinya hingga saat kematiannya,
dimana putra keempatnya Aishingioro Yinchen, menyatakan bhwa ia yang dipilih.
Yinchen naik tahta dengan gelar Yongzheng (1723-1735), begitu menduduki singgasana ia
dengan cepat berusaha menyingkirkan lawan-lawannya. Saudara dan pamannya yang dirasa
mengancam kedudukannya dipenjara dan dibunauh. Untuk memperkokoh kekusaannya, ia
mengeluarkan peraturan bahwa seluruh keputusan penting harus disetujui olehnya. Ia mengawasi para
pejabat dengan ketat dan bersedia menganugerahkan penghargaan atas kesetiaan mereka, ia juga
menekankan dan menyebarkan pula nilai-nilai moral serta memajukan pendidikan. Khawatir akan
timbulnya persilisihan di istana akibat memperebutkan tahta, Yongzheng merahasiakan nama pewaris
tahtanya. Ia menuliskan nama calon tersebut dalam sebuah kotak yang tersegel rapat dibelakang papan
nama peringatan para leluhur yang hnya boleh dibuka setelah kematiaanya.

b. Masa Pemerintahan Qianlong


Ia adalah kaisar keempat dan sekaligus terbesar di sinasti Qing, pada masa kepemerintahannya
Cina tidak diragukan lagi kebesarannya dan merupakan wilayah terkaya di dunia. Keberanian
Qianlong sudah tampak ketika ia berusia 8 tahun. Yakni saat dia diserang beruang dengan salah satu
kegiatan berburu yang diikutinya. Dengan gagah berani dia duduk di atas punggung kudanya kendati
bahaya mengancam.
Qianlong memiliki sumbangsih besar dalam bidang kesustareaan. Sekitar 30.000 syair telah
ditulisnya dalam bahasa Tionghoa serta Manchu dan The. Ia mencurahkan pula tenaganya untuk
memeperbaiki tata bahasa Manchu.peristiwa penting yang patut dicatat adalah kunjungan duta besar
Macartney dari Inggris untuk membuka jalur dagang antar Cina dan Dunia Barat. Puhak Inggris
menyampaikan atas keinginaannya menjalin hubungan dagang dengan Cina. Menjelang akhir
kekuasaannya, kekukasaannya jatuh ke tangan seorang pengawal istana yang bernama Heshan.

c. Masa pemerintahan Jiajing hingga Daoguang


Penguasa tertinggi dinasti qing ialah putra kelima Qianlong. Saat kematian Qianlong pada tahun
17999 Jianjing dengan segera merebut kendali pemerintahan yang masih berada di tangan Heshan dan
memaksanya untuk bunuh diri. Jiajing merupaka tokoh yang bertubuh sehat dan menyukai hal yang
berbau kemiliteran. Antara tahun 1799-1803 dia harus erjuang melawan pemberontakan yang timbul
di daerah Cina tengah dan selatan.
Jianiing wafat karena sengatan panas dan menunjuk putranya sebagai npenggantinya yaitu
MInning. Daoguang beginilah gelar minning setelah dia naik tahta. Dia mmembantu ayahnya daln
penumpasan beberapa pemberontakan. Daogoang merupakan raja yang lemah dan tdak dapat
mengatasi realita Cina pada saat itu. Kesalahan lain yang dilakukannnya ialah saat memaksa
masyarakat wilayah pesisir utnutk membayar kekalahan perang.

d. Masa Pemerintahan Xianfeng dan Pemberontakan Taiping

Daoguang digantikan oleh putera keempatnya, Aishingioro Yichu, yang bergelar Xianfeng
(1851-1860). Ia adalah seorang penguasa lemah yang tidak berpengalaman serta tampa kompetensi
sedikitpun. Saat itu kerajaan benar-benar dalam keadaan kacau, baik karena karena pemberontakan
dalam negeri maupun kekalahan terhadap kedigdayaan bangsa Barat. Cina dapat dikatakan berada
dibawah kekuasaan mereka dan dipaksa menandatangani perjanjian yang memberatkan. Karena tidak
sanggup menghadapi permasalahan itu, kaisar mengundurkan diri ke istana musim panasnya dan
menyerahkan urusan pemerintahan pada para pejabatnya. Peristiwa penting yang terjadi pada masa
pemerintahannya adalah Perang Candun II dan Pemberontakan Taiping.

Pemberontakan Taiping merupakan pemberontakan paling dahsyat sepanjang sejarah Dinasti


Qing. Pemberontakan yang berlangsung antara 1850-1864 ini telah menelan korban sebanyak dua
puluh juta jiwa. Pemimpinnya, Hong Xiuquan (1814-1864) adalah petra seorang petani di selatan
China yang beberapa kali mengikuti ujian negara agar dapat menjadi pejabat namun gagal. Saat
berdiam untuk sementara waktu di Kanton guna mengikuti ujian negara itu, Hong menerima beberapa
traktat tentang agama kristen dari para misionaris beserta kutipan-kutipan dari Alkitab Perjanjian
Lama dan Baru.

Kecewa dengan kegagalan itu, pada tahun 1837 Hong sakit keras. Di tengah sakitnya itu, Ia
mendapatkan mimpi yang aneh. Dalam mimpinya itu Ia melihat istana surgawi yang indah berkilauan.
Hong lalu dibawa oleh seorang wanita tua ke sebuah sungai dan dimandikan. Seorang pria tua
memberinya hati dan usus baru. Selanjutnya Ia dibimbing memasuki suatu ruangan yang didalamnya
duduk seorang pria yang telah lanjut usianya dan memberinya sebuah pedang dan segel dari emas. Ia
kemudian dibawa ke suatu tempat untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di seluruh dunia ini.
Disaksikannya berbagai kejahatan yang dilakukan umat manusia. Di surga Hong menerima berbagai
ajaran kebenaran dan sangat bergembira karenanya. Tetapi Ia lalu diperintahkan oleh pria tua itu
untuk kembali ke bumi guna memerangi iblis dan kejahatan.

Saat terjaga dari mimpinya, Ia berteriak “ Bantailah iblis-iblis! Bantailah iblis-iblis” seolah-
olah mereka hendak menyerangnya. Selanjutnya terus-menerus Ia menceritakan mimpi yang
dialaminya itu pada kaum kerabatnya, sehingga Ia dianggap gila, tetapi setelah Hong menenangkan
dirinya keluarganya mulai bersedia memanggilnya dengan nama barunya. Pada mulanya tak seorang
pun mengetahui dengan pasti arti mimpi tersebut.

Beberapa tahun kemudian, Hong membaca kembali buku-buku Kristen yang pernah
diterimanya itu dan merasa bahwa apa yang tercantum di dalamnya dapat menjelaskan arti mimpinya.
Hong balik kembali ke Kanton dan belajar pada seorang pendeta Kristen. Pada tahun 1847 Hong
mengajukan keinginannya untuk dibabtis, tetapi ditolak karena dianggap pemahamannya tentang
agama kristen masih belum memadai. Hong merasa yakin bahwa Tuhan telah memilihnya untuk
membebaskan bangsa Tionghoa dari penyembahan berhala. Oleh karena itu Ia mulai membeberkan
versi agama kristen yang sesuai dengan pemahamannya pada orang-orang sedesanya. Bahkan Ia
mengangkat dirinya sebagai adik Yesus, yang ditugaskan untuk mendirikan kerajaan surga di muka
bumi serta menyerahkan kekuasaan bangsa Manchu.

Ia mendirikan perkumpulan keagamaan yang disebut Shangdihui (Kelompok Pemuja Tuhan).


Perkumpulan itu lalu merusakan patung-patung dewa yang ada. Perkumpulan ini dengan cepat meluas
ke provinsi lainnya. Pemerintah Manchu khawatir dengan pertumbuhannya yang cepat sehingga
mengambil keputusan untuk melarangnya. Namun, ini justru mengakibatkan tumbuhnya rasa
nasionalismedikalangan pengikutnya, sehingga sifat gerakan akhirnya berubah menjadi anti-Manchu
serta bersifat militeris. Para pengikut gerakan ini memotong kuncir yang wajib dikenakan oleh bangsa
Tionghoa, mengikat kepala mereka dengan kain merah, serta melakukan pemberontakan secara
terang-terangan pada tahun 1850. Mereka mengikuti tradisi agama kristen dengan beribadah setiap
minggu serta memusnahkan patung-patung dewa yang dijumpai. Disiplin dan moralitas dipegang
teguh oleh mereka.

Pasukan Hong maju terus ke utara memasuki provinsi Hunan dan berhasil merebut Nanjing
setelah mengepungnya selama sepuluh hari pada tahun 1853. Hong Xiuchuan menyatakan dirinya
sebagai Raja langit, mendirikan Dinasti batu dengan nama Taiping, dan menjadikan Nanjing sebagai
ibukotanya. Dalam waktu tiga tahun, Hong dapat menguasai seluruh Lembah sungai Yangzi. Tentara
Taiping maju ke utara untuk merebut Beijing, tetapi dapat dipukul mundur oleh pasukan pemerintah
yang dipimpin seorang Pangeran Mongol.

Sesungguhnya ajaran Hong adalah sinkretisme antara tradisi China kuno dengan agama
kristen. Saat itu Perang Candu baru saja berlalu menyadari bahwa Candu sehingga melarangnya.
Berbagai gebrakan dilakukannya untuk memperbaiki kondisi masyarakat saat itu seperti melarang
minuman keras, pengikatan kaki wanita, persamaan antara pria daan wanita, serta menghukum mati
pelaku perzinahan.

Mulanya para pendeta kristen sangat tertarik pada gerakan Taiping, mereka menyangka bahwa
bangsa Tionghoa banyak yang telah menganut agama kristen, bahkan mereka mendesak
pemerintahannya agar segera mengakui kerajaan Taiping ini. Tapi setelah menguasai Nanjing, Hong
menjadi lupa daratan, Ia hidup dengan kemewahan. Selain itu timbul perpecahan dalam gerakannya.
Masing-masing anggota saling mencurigai dan bersaing. Inilah sebabnya mengapa simpati bangsa
Barat lambat laun lenyap.

Sementara itu, pihak Qing Zeng Guofan, seorang jenderal yang pandai untuk memadamkan
pemberontakan. Persiapan Zeng selesai pada tahun 1854. Dengan kekuatan 12000 pasukan, Ia
berangkat dari Provinsi Hunan. Meski mengalami kemenangan dan kekalahan silih berganti selama
enam tahun, pasukan Zeng terus mengalami kemajuan serta berhasil merebut wilayah-wilayah yang
dikuasai Taiping. Pada akhirnya Taiping hanya tinggal mempunyai dua kota saja yakni Nanjing dan
Anjing. Tetapi tidak lama kemudian berkobar Perang Candu II, sehingga pemerintah kewalahan
menghadapinya. Kesempatan ini dipergunakan baik-baik oleh gerakan Taiping untuk mengonsolidasi
kekuatannya kembali. Beberapa provinsi dapat mereka rebut kembali antara tahun 1858 sampai 1862.
Setelah Perang Candu II berakhir, pemerintah Dinasti Qing mencurahkan kembali tenaganya untuk
menumpas pemberontakan Taiping.

Negara-negara barat sendiri menyadari bahwa lebih menguntungkan Dinasti Qing, yang
bersedia meluluskan seluruh permintaan mereka meskipun dengan protes, daripada pihak Taiping
yang tidak kenal kompromi sama sekali. Pasukan Manchu dibantu seorang mayor Inggris Charles
George Gordon melanjutkan penumpasan gerakan Taiping. Dalam tiga tahun mereka dapat merebut
sekitar lima puluh kota dari kaum pemberontak. Nanjing, basis pemberontakan mulai mereka kepung.
Hong Xiuquan yang putus asa mengakhiri hidupnya dengan minum racun pada tanggal 30 Juni 1854.
Namun kota tersebut masih bertahan dan baru jatuh pada tanggal 19 Juli. Pemberontakan Taiping
dengan demikian berakhir.

G. Pemberontakan Nian dan Panthay


Pemberontakan Nian diawali pada tahun 1853 dan bertahan hingga tahun 1868.pusat gerakan
ini adalah China utara bagian selatan. Nian sendiri adalah nama bagi suatu serikat rahasia yang aktif di
daerah Shandong, Henan, Jiangsu, dan Anhui. Anggotanya terdiri dari para bandit dan perampok. Saat
pemberontakan Tiping meletus anggota serikat Nian ikut memberontak pula sebagai simpati terhadap
usaha penggulingan bangsa Manchu. Pemimpin anggota Nian paling utama dalah Zhang Loxing.
Dengannya bergabung sisa-sisa pasukan Taiping yang dikalahkan. Zhang dianugerahi sebagai Raja
Wo oleh Hong Xiuchuan, dan para pengikutnya mengenakan rambut panjang serta berusaha meniru
sistem kemiliteran Taiping. Nian dan Taiping sering bekerja sama dalam operasi-operasi militernya.
Pada tahun 1855, gerakan Nian yang saat itu masih buruk organisasinya, mulai ditata menjadi lima
kelompok yang dibedakan oleh warna panji-panjinya. Meniru sistem kemiliteran Dinasti Qing awal.

Taktik yang dipergunakan oleh gerombolan Nian adalah perang gerilya, mereka dengan
didukung oleh mobilitas kavalerinyayang tinggi menghindari bentrokan langsung dengan pasukan
kerajaan dan hanya menyerang saat musuh lengah. Setelah mengalami kegaagalan selama bertahun-
tahun untuk memadamkan pemberontakan ini, pemerintah mengirimkan seorang jendral Mongol
bernama Pangeran Senggelinqin untuk menumpas pemberontakan ini. Zhan berhasiil ditewaskan pada
tahun 1863. Meskipun demikian, pemberontakan Nian masih terus berlangsung.

Ketika Senggelinqin terbunuh pada tahun 1865, pemerintah Dinasti Qing menggantinya
dengan Zeng Guofan. Setelah tidak mengalami kemajuan berarti selama setahun 1867 Zeng yang
mendapatkan kritik dari para pejabat tinggi mengundurkan diri dan menyerahkan kedudukannya pada
Li Hongzhang. Pada akhir tahun itu Li berhasil menumpas gerombolan Nian divisi Timur, sedangkan
divisi baratnya mendapatkan serangan dahsyat dari Zuo Zongtang, pejabat militer provinsi Shaanxi
serta Gansu. Pemberontakan Nian akhirnya dapat ditumpas pada bulan Agustus 1868

Pemberontakan Panthay yang dilakukan oleh umat muslim, meletus di provinsi Yunnan tahun
1855-1873. Kata Panthay berasal dari bahasa Burma bagi muslim yang diambil alih oleh bangsa barat.
Diyakini bahwa kaum muslim yang hidup di Yunnan berasal dari Xinjiang. Mereka bermigrasi ke
wilayah itu semasa Dinasti Yuan. Jumlah warga muslim sekitar 20-30% dari seluruh populasi
penduduk Yunnan. Pemberontakan ini meletus karena diskriminasi terhadap mereka. Ketika
mengajukan ketidak adilan yang menimpa mereka ke pengadilan jarang sekali diperoleh penanganan
yang adil terhadap kasus mereka.

Pemberontakan umat muslim itu dipicu ketika terjadi perselisihan hak milik atas berbagai
tambang dengan bangsa Tionghoa pada tahun 1855. Pemimpin pemberontakan, Du Wenxiu merebut
Dali dan memproklamasikan dirinya sebagai Sultan Suleiman. Pejabat militer provinsi tidak sanggup
membendungnya dan membunuh dirinya sendiri. Pada tahun 1868, anak buah Du telah berjumlah
360.000 orang dan berhasil menguasai 53 kota. Putra Du pergi ke Inggris dan Turki untuk memohon
bantuan tapi tidak membawa hasil. Akhirnya pasukan pemerintah dapat menumpas pemberontakan
ini pada bulan Januari 1873. Du yang putus asa membunuh terlebih dahulu keluarganya dan setelah
itu Ia meneguk racun.

Pemberontakan lainnya yang dilancarkan umat muslim adalah pemberontakan Dongan.


Gerakan ini dilancarkan oleh umat muslim yang hidup di provinsi Shaanxi dan Ganxu. Latar
belakangnya adalah juga masalah diskriminasi dan ketidak adlilan. Pimpinannya adalah Ma Hualong
yang berhasil menguasai Ganxu, Shaanxi, Ningxia, dan Xinjiang tahun 1864. Kekuatan kaum
pemberontak makin bertambah besar ketika kaum Nian di Shaanxi ikut bergabung dengan mereka.
Dengan susah payah pasukan pemerintah berhasil menindas pemberontakan ini pada tahun 1873.

e. Masa pemerintahan Tongzhi dan Guangxu serta kekuasaan Cixi

Menjelang kematian Xiangfeng,cixi mengamankan kedudukan Tongzhi (1862-1874) sebagai


pewaris tahta melalui persekutuannya dengan Ratu Xiao Chen,yang hanya memiliki satu anak
perempuan.Adik Xianfeng,pengeran kong,mendukung mereka berdua.dan di angkat sebagai wali.Cixi
adalah pengusa wanita kedua terbesar dalam sejarah cina setelah wu Zetian,hanya saja bedanya,ia
tidak mengangkat diri sebagai kaisar serta hanya menjadi penguasa di belakang layar bagi kaisar
Dinasti Qing.Ia terlahir di kalangan bangsawan Manchu rendahan dari klan yehenala.

Sementara itu pengeran Kong merupakan anggota kelompok reformis yang berpendapat bahwa
kerja sama dengan bangsa barat jauh menguntungkan ketimbang konflik dengan mereka.Ia memeberi
kesempatan kepada Zeng Guofan untuk memodernisasi pasukan china serta menerima bantuan barat
dalam memadamkan sepenuhnya pemberontakan taiping pada tahun 1864.Ketika pemberontakan
orang muslim dan suku minoritas di provinsi Yunnan serta Guizho berhasil di padamkan pada tahun
1873,keamanan dalam negeri boleh dikatakan pulih.

Bangsa china kini memsuki kancah perpolitikan Internasional dengan membuka kementerian
urusan asig dan suatu institute guna mempelajari bahasa asing.Demi melanggengkan kekuasaannya
Cixi mengangangkat kaisar balita berusia 4 tahun dengan gelar Guangxu (1875-1908).Guangsu yang
yang memiliki nama asli Aishinggioro Zaitian itu adalah keponakan Cixi.Setelah kematian Ratu Xiao
Chen pada tahun 1881,Cixi menjadi penguasa tunggal Cina yang sebenarnya .Ia melakukan banyak
pemborosan untuk memperindah kota terlarang serta istana musim panas uang yang sedianya untuk
memodernkan angkatan laut cina di gunakan untuk membangun istana berbentuk kapal dari marmer
yang menghabiskan banyak biaya.

Pada saat korea memohon bala bantuan china,Negara pelindungnya.China mengirim beberapa
ribu pasukannya dan mengabarkan pula pemberontakan itu kepada jepang.Pemerintah jepang melihat
hal tersebut sebagai kesempatan untuk meluaskan engaruhya dan mengirimkan 18.000
pasukan.Ternyata sebelum pasukan dari kedua negeri itu tiba,korea telah berhasil menumpas sendiri
pemberontakan itu.Namun pasukan china dan jepang terlanjur di kirimkan.Khawatir terjadi
pemberontakan antara china dan jepang,raja korea meminta supaya pasukan China di undur dari
Negeri gingseng tersebut.China menyanggupinya tetapi 500 serdadu jepang telah mendarat di
chemulpho dan tiba di seoul beberapa hari kemudian.China meminta kepada jepang agar menarik
mundur pasukan masing masing secara bersamaaan.tetapi jepang menuntut agar pasukan china
menuntut terlebih dahulu.Akhirinya,tidak ada satu pihak pun yang bersedia mengalah.

Tentara jepang berhasil mendesak pasukan china keluar dari china keluar dari korea dan
bahkan memasuki wilayah china.Mereka menduduki Manchuria dan semenanjung Liaodong.Dalam
pertempuran laut di Wheihaiwei,armada china mengalami kekalahan setelah bertempur dengan gagah
berani melawan imperialism jepang.Ini terjadi karena dana yang seharusnya di pakek untuk
modernisasi angkatan perang di boroskan oleh Cixi untuk memperindah istana.Setelah jengkal demi
jengkal wilayah cina seperti port Arthur,dairen,weihaiwei,Taiwan dan kepulauan Pescadores jatuh ke
tangan jepang,barulah pemerintah Dinasti Qing bahwa pihaknya telah kalah.Li hongzang di utus untuk
merundinhkan perdamaian dengan jepang.Perjanjian damai dengan jepang di tandatangani pada
tanggal 19 Maret 1895 yang di kenal sebagai perjanjian Shimonoseki.Isinya adalah sebagai berikut :

1) China mengakui kemerdekaan korea


2) Menyerahkan semwnanjung liaodong,Taiwan dan kepulauan Pescadores kepada jepang.
3) Membayar pampas an perang sebesar 200 juta mata uang perak kepada jepang
4) Membuka lebih banak kota pelabuhan bagi jepang
5) Kapal kapal dagang jepang boleh memasuki aliran sungai yang menghubungkankan
shanghai,Xuzhou,dan huangzhou.

Hasil persetujuan ini mengecewakan kaisar,sehinnga saat menerima kedatangan Li,ia


memerintah agar raja muda yang telah tua usianya itu berjalan di atas lututnya saat mendekati
singgasana.Sebenarnya Li sudah mengetahui bahwa jepang tidak akan mungkin mendapatkan
liaodong,karena pasti akan di tentang oleh rusia yang menganggap Manchuria sebagai lapangan
pengaruhnya.Akhirnya,setelah di desak oleh rusia,prancis,dan jerman,jepang mengembalikan
wilayah ini dan menerima kompensasi sebesar 30 juta mata uang perak.Kemenangan jepang ini
membuktikan keberhasilan reformasi yang di lakukannya semenjak zaman kaisar meiji,dimana
jepang bersedia menyerap pengetahuan pengetahuan teknologi barat sehingga sanggup
memodernkan dirinya,serta menunjukkan keunggulannya terhadap china.

Gerakan Boxer

Sikap anti Manchu sering di tuangkan dalam bentuk perkumpulan perkumpulan rahasia,seperti
senhehui (tiga kecocokan,gaolauhui (usia lanjut),dan dadaohai (golok besar).Anggota rahasia
rahasia itu sering mengklaim bahwa mereka memiliki kesaktian serta kebal senjata.Yihetuan atau
Yihequan (gerombolan harmoni adil atau tinju harmoni adil) adalah perkumpulan perkumpulan
semacam itu,yang karena anggota anggotanya mahir kungfu,di namai boxer (petinju) oleh bansa
barat.

Meluasnya gerakan yihetuan yang kini murni antia-barat menyenangkan hati Cixi.Ia lalu
mengundang ke istana.Kaum yihetuan menerima undangan itu dan berkemah dekat ibukota.Cixi
dan istana lainnya mereka yajin bahwa pengikut yihetuan itu memiliki kesaktian.

Pada saat yang bersamaan,pasukan tambahan yang di pimpin admiral Seymour dari inggris
gagal mencapai Beijing dan telah kembali ke taijin.Tetapi,karena kawat telegram di putuskan para
duta asing tidak mengetahui hal ini dan tetap menunggu di stasiun.Berbagai wakil kedutaan
mengirimkan kendaraan untuk menjemput pasukan yang sedianya tiba tanggal 12 juni 1900
itu.ketika pasukan yang di nantikan tidak kunjung datang,mereka pulang ke tempat kediaman
masing masing.Pejabat kedutaan jepang,suyimura,juga ikut menjemput di stasiun.Ketika pulang
ia melewati kubu kubu kaum boxer dan di keroyok hingga tewas.suyimura adalah korban pertama
gerakan ini.

Pengepungan daerah kedutaan berlangsung selama 2 bulan (20 juni-14 agustus).Para duta
asing dan orang Kristen tionghoa yang di kepung dapat di selamatkan,Karena tidak sema pejabat
istana sepakat dengan tindakan tersebut.Mereka berpendapa bahwa saat itu china tidak sedang
berperang dengan bangsa asing serta berusaha mempengaruhi Cixi untuk mengubah
pendiriannya.Dua kali Cixi manintahkan agar pengepungan di hentikan,tetapi pangeran tuan yang
anti asing berkeras agar pengepungan itu di lanjutkan.Di wilayah china lainnya terdapat pula
pejabat pejabat provinsi yang menentang penbantaian terhadap orang asing itu.

Untuk membebaskan wakil wakilnya dari pengepungan oleh kaum Boxer,8 negeri asing :
jerman, perancis, rusia, inggris, amerika serikat, Australia, italia, dan jepang,mengirimkan
tentaranya ke Beijing.Pasukan internasional ini dapat menaklukkan Beijing pada tanggal 14
agustus 1900.Dini hari keesokan harinya,Cixi melarikan diri ke Xianfu dengan menyamar sebagai
seorang wanita petani dengan membawa serta kaisar Guangxu.Pasukan asing melakukan
pembalasan dendam dengan merusak istana istana serta melakukan pembantaian terhadap bangsa
tionghoa.

Setelah situasi yang kacau itu agak mereda,Lihongzhang di beri tugas oleh kerajaan untuk
berunding dengan mereka.Wakil wakil bangsa asing menyatakan bahwa mereka bukannya hendak
berperang dengan cina,melainkan berusaha melindungi warganya serta menindas kaum Boxer.

2.2 Runtuhnya Dinasti Qing

Runtuhnya dinasti Qing bermula dari melemahnya pemberontakan .Mulai pertengahan abad
ke-17 ( 1644), Cina berada di bawah kekuasaan dinasti asing yakni Dinasti Machu. Di bawah
pemerintahan Kaisar K'ang Hsi (1662 1722) dan Ch'ien Lung (1736–1796), Cina mengalami masa
kejayaan. Akan tetapi, setelah meninggalnya kedua kaisar tersebut. Dinasti Manchu berangsur-angsur
mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh.
Perang Candu (1839–1842).
Berawal dari aktivitas Inggris yang memasukkan candu secara besar-besaran ke Cina tanpa
membayar bea cukai menyebabkan Cina (Lin Tse Hsu) membuang 20.000 peti candu seharga 9 juta
dollar ke laut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Cina dan Inggris sehingga meletuslah Perang
Candu. Perang berakhir dengan kemenangan Inggris dan diakhiri dengan Perjanjian Nanking, 29
Agustus1842.
Perjanjian Nanking isinya, antara lain sebagai berikut.
a) Cina menyerahkan Hongkong kepada Inggris.
b) Cina mengganti kerugian perang sebesar 6 juta dollar.
c) Lima kota pelabuhan (Canton, Amoy, Foochow, Ningpo, dan Shanghai) dibuka untuk perdagangan
asing. Kekalahan Cina dalam Perang Candu ini mengakibatkan martabat bangsa Cina menurun dan
suramnya Dinasti Manchu di dunia internasional.

Pemberontakan T'ai Ping.


Pemberontakan ini dilakukan oleh rakyat Cina yang bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan
Dinasti Manchu. Adapun sebab-sebab timbulnya pemberontakan T'ai Ping, antara lain sebagai berikut.
a) Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchuakibat kekalahannya dalam Perang
Candu.
b) Rakyat yang sudah menderita masih dibebani pajak yang tinggi untuk ganti kerugian perang.
c) Timbulnya semangat nasionalisme.
d) Berkembangnya agama Kristen
Pemberontakan meletus pada tahun 1851 di Kwangsi di bawah pimpinan Hung Hsiu Chuan. Dengan
paham Kristennya, Hung ingin membebaskan rakyat Cina dari kekuasaan Dinasti Mancu yang korup
dan bobrok. Di Nanking, Hung Hsiu Chuan berhasil mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar
T'ien Wang (Kaisar Langit) dan kerajaannya dinamakan T'ai Ping Tien Kuo (Kerajaan Surga yang
Abadi). Namun, pemberontakan ini akhirnya berhasil dipadamkan oleh Dinasti Manchu pada tahun
1864.

Perang Cina Jepang I (1894–1895)


Lama sebelum perang berlangsung, Korea adalah negeri jajahan Cina. Namun, mulai 1894 Jepang
menaruh perhatian yang sangat besar kepada Korea sehingga berusaha merebutnya dengan melawan
Cina. Perang berakhir dengan kemenangan Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian Shimonoseki, 17
April 1895. Perjanjian Shimonseki isinya, antara lain sebagai berikut.
a) Cina mengakui kemerdekaan Korea.
b) Cina harus menyerahkan Kepulauan Pescadores dan Taiwan kepada Jepang.
c) Cina harus membayar ganti kerugian besar sebesar 200 juta tael.
4) Pemberontakan Boxers
Gerakan Boxers semula anti terhadap Dinasti Manchu, namun oleh Kaisar Janda Tua, yakni Ibu Tzu
Hsi, kemudian dibujuk supaya anti terhadap Barat. Boxes mengepung perwakilan Barat yang ada di
Peking. Karena merasa terancam, negara-negara Barat yang mempunyai perwakilan di Peking
kemudian membentuk pasukan internasional. Berkat pasukan internasional gerakan Boxers berhasil
dipadamkan dan diakhiri dengan Protokol Peking 1901.

b. Timbulnya Nasionalisme Cina


Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut.
1) Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang pernah
membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang Hsi dan Ch'ien
Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
2) Pemerintahan Manchu dianggap kolot dan telah bobrok.
3) Adanya korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan Istana Manchu.
4) Kekalahan Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
5) Munculnya kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal pahampaham Barat, seperti liberalisme,
nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk
menggulingkan pemerintahan Manchu.
c. Ajaran Dr. Sun Yat Sen
Kekalahan demi kekalahan diderita oleh Cina akibat pemerintahan Manchu yang makin lemah.
Hal ini menyadarkan rakyat Cina, terutama kaum muda untuk bangkit menyelamatkan bangsa dan
negaranya. Dari kelompok inilah, kemudian tampil salah seorang tokoh nasional Sun Yat Sen dengan
ajarannya San Min Chu I (Tiga Asas Kerakyatan), yakni min t'sen (kebangsaan atau nasionalisme),
min tsu (kerakyatan atau demokrasi ), dan min sheng (kesejahteraan atau sosialisme).
Dengan asas San Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita setelah Manchu runtuh akan dibentuk
satu pemerintahan pusat yang demokratis. Di samping itu, akan mengangkat harkat dan martabat
bangsa Cina sejajar dengan negara-negara Barat. Ia berhasil mengadakan pendekatan kepada rakyat
dan menghimpun kekuatan rakyat di Cina Selatan untuk menggulingkan Manchu.
Pada tanggal 10 Oktober 1911 meletuslah revolusi di Wuchang (Wuchang Day) di bawah pimpinan Li
Yuan Hung dan berhasil menggulingkan kekuasaan Manchu. Itulah sebabnya, tanggal 10 Oktober
1911 kemudian dijadikan hari Kemerdekaan Cina. Dengan Revolusi Cina 1911, berarti runtuhlah
kekuasaan Manchu. Selanjutnya, pada tanggal 1 Januari 1912 Sun Yat Sen dipilih sebagai Presiden
Cina yang baru. Saat itu, wilayah Cina baru meliputi wilayah Cina Selatan dengan Nanking sebagai
ibu kotanya.
Cina Utara diperintah oleh Kaisar Hsuan Tsung (yang masih kanak-kanak) dengan
didampingi oleh Yuan Shih Kai menyerahkan kekuasaan kepada rakyat Cina (12 Februari 1912).
demikian berakhirlah kekuasaan Manchu di Cina. Wuilayah Cina Selatan dan Cina Utara berhasil
dipersatukan. Yuan Shih Kai yang turut menandatangani penyerahan kekuasaan dan diberi kekuasaan
untuk mengaturnya. Ia pun berambisi besar untuk menjadi presiden. Demi tetap tegaknya Republik
Cina dan untuk terhindar dari perang saudara maka Sun Yat Sen mengundurkan diri dari jabatan
presiden (15 Februari 1912) dan menyerahkannya kepada Yuan Shih Kai. Sun Yat Sen mengundurkan
diri ke Canton pada bulan Agustus 1912 dan mendirikan Partai Kuo Min Tang (nasional) dengan asas
San Min Chu I. Pada perkembangannya, setelah Yuan Shih Kai menjadi presiden, ia bertindak
diktator seperti kaisar. Pada tahun 1916, Yuan Shih Kai meninggal sehingga memberi kesempatan
Sun Yat Sen kembali memimpin Cina Selatan. Di Cina Utara kemudian berdiri Partai Kung Chang
Tang (komunis) di bawah pimpinan Li Li-san sebagai tandingan Partai Kuo Min Tang. Sun yat Sen
bercita-cita untuk menyatukan seluruh Cina, namun sayang citacitanya belum terwujud telah
meninggal dunia ( 1925) dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.

Anda mungkin juga menyukai