OLEH
KELOMPOK 3
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kanker Organ Reproduksi Pria dan Wanita serta Upaya-Upaya
Pencegahannya” ini.
Penyusunan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan
Masyarakat sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Penyusunan makalah ini
dilaksanakan atas kerja sama rekan kelompok serta bimbingan dari berbagai
pihak. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Epidemiologi
Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan bimbingan materi dalam
pembelajaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat mengoreksi kekurangan tersebut. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 45
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang kanker pada organ reproduksi
dan upaya-upaya pencegahannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker penis adalah salah satu jenis kanker langka yang terjadi pada kulit
dan jaringan penis. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel yang terdapat di penis
berkembang secara tidak terkendali. Penis merupakan organ seks pria yang juga
merupakan bagian dari sistem reproduksi dan saluran kemih pada tubuh. Di dalam
penis, terdapat uretra yang mengalirkan urin dari kandung kemih menuju ke luar
tubuh, serta sperma dari testis. Beberapa pria melakukan prosedur sunat, yaitu
proses pemotongan kulup pada ujung penis. Umumnya, kanker berkembang di
5
bawah kulup penis yang tidak disunat, atau pada bagian ujung penis. Namun, sel
kanker sebenarnya dapat berkembang di bagian penis mana pun.
Umumnya, kanker penis timbul pada orang yang berusia 50 tahun ke atas
dan sebenarnya merupakan jenis kanker yang jarang terjadi. Kanker penis terbagi
menjadi berbagai tipe berdasarkan dari daerah kemunculannya.
2. Sarkoma
Sarkoma adalah sel-sel kanker yang berkembang pada jaringan-jaringan
penghubung tubuh, seperti tulang, otot, lemak, dan tulang rawan. Jenis sel ini
sangat jarang ditemukan pada penis, namun perkembangannya termasuk sangat
cepat apabila dibandingkan dengan sel jenis lainnya.
3. Melanoma
Melanoma merupakan tipe kanker yang berawal di melanosit, yaitu sel-sel
yang memberikan warna pada kulit serta melindungi kulit dari matahari. Sel-sel
ini cenderung bertumbuh dan menyebar dengan cepat. Karena umumnya
melanoma muncul pada bagian kulit yang sering terpapar matahari, sel ini jarang
ditemukan pada penis.
6
5. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma merupakan sel-sel kanker yang berkembang di sel-sel
kelenjar keringat. Sel-sel tersebut berfungsi untuk memproduksi keringat pada
kulit penis.
7
5. Memiliki masalah phimosis, yaitu suatu kondisi di mana kulup penis (kulit
penutup kepala penis) tidak dapat ditarik dari glans / kepala penis.
6. Jarang membersihkan daerah penis menyebabkan kuman atau virus mudah
berkembang.
7. Bergonta-ganti pasangan seksual.
8. Merokok atau menggunakan produk-produk tembakau.
8
2. Pembengkakan
Ujung penis yang membengkak menyebabkan kulup penis sulit untuk ditarik.
Kondisi ini biasanya merupakan salah satu gejala kanker.
2. Sitoskopi
Sitoskopi adalah tes yang menggunakan alat kecil berupa tabung yang disebut
dengan sitoskop. Alat ini dilengkapi dengan kamera kecil dan senter di bagian
ujungnya. Sitoskop akan dimasukkan perlahan melalui ujung penis dan menuju
kandung kemih. Dengan prosedur ini, dokter dapat melihat bagian-bagian penis
dengan jelas.
9
Terapi radiasi atau radioterapi
Cryosurgery
Jika sel-sel kanker telah menyebar ke jaringan terdalam penis serta bagian
tubuh lainnya, penanganan yang mungkin akan direkomendasikan adalah operasi.
Prosedur ini mungkin akan melibatkan pengangkatan tumor, seluruh bagian penis,
atau kelenjar getah bening yang terdapat di panggul dan pangkal paha.
10
Gaya hidup yang dapat diterapkan untuk mendukung pencegahan kanker
organ reproduksi diantaranya:
a. Menjaga kebersihan penis.
b. Melakukan sunat sesegera mungkin.
c. Hindari merokok.
d. Hindari berhubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti.
e. Menggunakan pengaman atau kondom saat berhubungan seksual.
Alat reproduksi pria lainnya selain penis adalah testis atau yang juga
dikenal sebagai skrotum atau buah zakar berfungsi untuk memproduksi sperma.
Kanker yang timbul di bagian testis dikenal dengan sebutan kanker testikular.
Kanker testis adalah tumor ganas yang tumbuh di testis atau buah zakar.
Kanker testis biasanya ditandai dengan benjolan yang disertai nyeri pada salah
satu testis. Testis adalah organ reproduksi pria yang berada di dalam skrotum atau
kantong testis. Organ ini berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron
yang berperan penting dalam perkembangan dan fungsi seksual pria.
Kanker testis termasuk jenis kanker yang cukup langka. Kondisi ini
biasanya terjadi pada pria usia 15–49 tahun. Terbanyak terjadi pada Ras kaucasian
dan jarang pada ras Africa dan Asia and Africa. Prevalensi terbanyak di
Scandinavia, Germany, and New Zealand.
Usia puncak sesorang mengidap kanker testis adalah 15-35 tahun. Insiden
meningkat perlahan setelah 40 tahun. Tumor testis hampir seluruhnya ganas dan
termasuk tumor ganas yang derajat keganasannya tinggi. Kebanyakan penderita
11
berumur antara 24-34 tahun dengan frekwensi tumor testis kira – kira 2 %
daripada seluruh tumor ganas pada pria atau kira – kira 10 % daripada tumor
ganas tractus urogenitalis .
Prevalensi meningkat 70 persen dalam 20 tahun terakhir.Jika ditemukan
sejak awal, kanker testis bisa disembuhkan pada lebih dari 90 persen kasus.
Bahkan jika tumor menyebar, ini bisa disembuhkan dalam 80 persen kasus. Jenis
kanker testis yang paling banyak dijumpai biasanya ditangani dengan
pengangkatan testis disertai radioterapi dan jika diperlukan, berbagai jenis terapi
obat.
12
faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terserang kanker testis,
yaitu:
a. Menderita kriptorkismus, yaitu kondisi testis yang tidak turun.
b. Menderita kelainan perkembangan testis misalnya akibat sindrom Klinefelter.
c. Pernah menderita kanker testis sebelumnya.
d. Memiliki keluarga dengan riwayat kanker testis.
e. Menderita HIV/AIDS.
f. Berusia 15–49 tahun.
13
2.2.2.5 Diagnosis Kanker Testis
Diagnosa dapat dilakukan dengan beberapa jenis tes, seperti:
a. USG skrotum, untuk melihat apakah jenis benjolan yang ada di testis.
b. Tes darah, untuk mengukur kadar tumor marker (penanda tumor) yang ada di
dalam darah, seperti hormon AFP (alpha feto-protein), HCG (human
chorionic gonadotrophin), dan LDH (lactate dehydrogenate).
Jika benjolan yang muncul diduga bersifat kanker, akan dilakukan biopsi
testis, yaitu pengambilan sampel jaringan testis untuk melihat jenis sel-sel yang
tumbuh. Berbeda dengan biopsi pada kanker lain, biopsi kanker testis biasanya
dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan seluruh bagian testis yang
terserang kanker. Tindakan ini disebut orkiektomi. Tujuannya adalah untuk
mencegah penyebaran sel kanker. Selanjutnya, akan dilakukan Rontgen, CT scan,
atau MRI untuk menentukan stadium atau tingkat penyebaran kanker. Penentuan
stadium ini penting agar pasien mendapat pengobatan yang akurat.
Berikut adalah penjelasan mengenai stadium kanker testis:
1) Stadium 1: kanker hanya terdapat di saluran testis (seminiferous tubules)
2) Stadium 2: kanker sudah menyebar ke jaringan lain di sekitar testis
3) Stadium 3: kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
4) Stadium 4: kanker sudah menyebar ke organ lain, seperti paru, hati, atau otak
14
3. Radioterapi
Terapi radiasi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker dengan
menggunakan sinar radiasi tinggi. Radioterapi biasanya dilakukan setelah
orkiektomi pada kanker testis jenis seminoma, terutama yang telah menyebar ke
kelenjar getah bening.
4. Kemoterapi
Kemoterapi bisa dilakukan sebagai terapi untuk menghentikan pertumbuhan
sel kanker, juga sebagai terapi sebelum dan setelah dilakukan operasi
pengangkatan benjolan dan kelenjar getah bening.
15
Gejala yang harus diwaspadai:
Testis terasa nyeri saat diraba.
Pembengkakan atau benjolan pada testis.
Adanya perbedaan tekstur, ukuran, bentuk, atau kekerasan antara satu testis
dengan testis yang lain.
Penderita kanker testis yang telah sembuh total tetap berisiko mengalami
kekambuhan. Kekambuhan kanker testis biasanya terjadi 2–3 tahun setelah
pengobatan selesai. Oleh karena itu, penderita kanker testis yang sudah sembuh
tetap perlu melakukan kontrol rutin sesuai anjuran dokter.
Kanker lain yang bisa timbul pada bagian alat reproduksi pria adalah
kanker prostat atau kanker di bagian alat reproduksi pria yang membuat air mani.
Kanker prostat jarang memunculkan gejala dan terkadang berkembang secara
lambat. Namun, kanker prostat yang belum menyebar keluar dari prostat akan
lebih mudah untuk diobati. Serupa dengan kanker testikular dan kanker penis,
kanker prostat belum diketahui secara jelas penyebabnya.
Kanker prostat adalah tumor ganas yang tumbuh pada prostat, kelenjar
seukuran kacang kenari di bawah kandung kemih pria yang fungsinya
memproduksi sperma. Kanker prostat juga diartikan sebagai keadaan
pertumbuhan sel berlebih yang tidak wajar di kelenjar prostat. Kelenjar prostat
adalah salah satu bagian organ reproduksi yang dimiliki oleh pria. Organ ini
berfungsi untuk memproduksi cairan untuk melindungi sperma. Prostat terletak di
16
bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra atau saluran kencing. Ukurannya
bervariasi seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki muda, ukurannya
seperti kacang kenari, tapi bisa bertambah besar ketika memasuki usia dewasa.
Umumnya, sel kanker muncul pertama kali di sel-sel bagian luar kelenjar
prostat. Pertumbuhannya cenderung sangat lambat dan tidak berpotensi menyebar.
Namun, pada beberapa kasus, sel kanker dapat berkembang dengan cepat dan
menjalar ke bagian tubuh lain. Apabila kanker terdeteksi sedini mungkin dan
masih tergolong di stadium awal, peluang keberhasilan pengobatan akan lebih
besar.
Pria berusia diatas 50 tahun dan pada semua pria yang berusia diatas 90
tahun. Jarang ditemukan usia kurang dari 40. Penyebab kematian akibat kanker no
3 pada pria dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada pria
diatas 74 tahun. Penyebabnya tidak diketahui, meskipun beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar
hormon testosteron.
2. Adenokarsinoma duktal
Kanker jenis adenokarsinoma duktal pertama kali muncul di sel-sel yang
melapisi tabung atau saluran kelenjar prostat. Kanker jenis ini berkembang dan
menyebar lebih cepat dibanding dengan adenokarsinoma asinar.
17
menyebar ke prostat. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, sel ini kemungkinan
muncul pertama kali di kelenjar prostat dan menyebar ke saluran kandung kemih
serta jaringan-jaringan di sekitarnya.
6. Tipe lainnya
Beberapa jenis sel kanker lainnya juga dapat muncul di kelenjar prostat,
yaitu:
Karsinoid
Sarkoma
18
kemungkinan baru mengembangkan sel kanker pada satu waktu dalam hidupnya
dan bukan kondisi bawaan lahir. Kondisi ini disebut juga sebagai acquired gene
mutations. Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kanker prostat yaitu :
1. Usia
Kanker prostat lebih banyak ditemukan pada laki-laki berusia 50 atau 60
tahun ke atas.
2. Keturunan keluarga
Bagi orang yang anggota keluarganya ada yang menderita penyakit ini, atau
memiliki kelainan genetik lainnya, lebih beresiko terhadap penyakit ini. -
Riwayat keluarga dan faktor keturunan. Bila ayah atau abang Anda terkena
kanker prostat pada usia relatif muda (di bawah 60), risiko Anda lebih tinggi.
Juga bila saudara perempuan Anda terkena kanker payudara.
3. Obesitas
Orang dengan berat badan berlebih dengan aktifitas fisik yang rendah, lebih
beresiko terkena kanker prostat dibandingkan orang yang menjaga berat
badannya.
4. Pola makan
Kurang asupan sayur dan buah-buahandapat meningkatkan resiko penyakit
ini. Selain itu, konsumsi kalsium berlebihan dinilai berpotensi meningkatkan
risiko seseorang terkena kanker prostat.
5. Perokok
Merokok tidak hanya berakibat buruk bagi kesehatan secara keseluruhan,
termasuk meningkatkan resiko terkena kanker prostat.
19
7. Pernah menderita kanker di bagian tubuh lain
Laki-laki yang pernah memiliki kanker di organ atau bagian tubuh lain
kemungkinan juga memiliki sel kanker yang berkembang di prostatnya. Kanker
yang diyakini dapat memicu munculnya penyakit ini adalah ginjal, kandung
kemih, paru-paru, kelenjar tiroid, dan kanker kulit.
9. Ras
Ras orang berkulit hitam lebih cenderung berisiko tinggi terkena kanker
prostat. Potensi munculnya kanker prostat juga akan meningkatkan seiring
dengan usia. Suku bangsa. Pria Asia memiliki risiko lebih rendah dibandingkan
pria kulit hitam atau kulit putih.
20
i. Urgensi. Anda merasa sangat ‘kebelet’ kencing tiba-tiba.
j. Sakit di pangkal penis atau air seni berdarah hanya terjadi pada kanker prostat
stadium lanjut.
Selain itu, apabila kanker telah menyebar ke organ lainnya seperti tulang
(panggul, iga, atau tulang belakang) dan ginjal, pasien akan sering merasakan
sakit di punggung bawah dan panggul. Tulang pun akan menjadi lebih rapuh dan
mudah patah. Kanker prostat juga dapat menyebar ke otak, sehingga
menyebabkan kejang, bingung, sakit kepala, depresi, atau gejala neurologi
lainnya. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.
2.2.3.6 Diagnosis
Diagnosis yang dilakukan untuk kanker prostat adalah :
1. Tes screening
21
Bagi laki-laki, pemeriksaan dini kanker prostat sebaiknya dilakukan sejak
berusia 50 tahun ke atas. Jenis-jenis screening atau pemeriksaan untuk penyakit
ini adalah:
Digital rectal exam (DRE)
Tes prostate-specific antigen (PSA)
2. Diagnosis kanker
Jika ditemukan ketidakwajaran dari hasil tes PSA atau DRE, dokter akan
merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut, seperti:
Tes USG
Pengambilan sampel jaringan prostat (biopsi)
Biopsi prostat dilakukan dengan memasukkan jarum kecil untuk mengambil
sebagian jaringan. Biopsi dilakukan jika hasil tes PSA Anda tinggi atau pada
pemeriksaan DRE menunjukan adanya benjolan dengan permukaan yang tidak
rata atau keras.
22
berkembang dan mulai memasuki stadium yang lebih tinggi, berikut adalah
beberapa jenis penanganan yang mungkin Anda dapatkan:
1. Operasi
Prosedur bedah atau operasi dilakukan dengan cara mengangkat kelenjar
prostat dan sebagian jaringan di sekitarnya. Prosedur ini dinamakan dengan
prostatektomi radikal.
3. Terapi hormon
Terapi hormon dilakukan dengan cara menghentikan produksi hormon
testosteron di dalam tubuh. Dengan menghentikan atau mengurangi produksi
hormon testosterone di dalam tubuh, diharapkan pertumbuhan sel-sel kanker akan
melambat, kemudian mati.
4. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi biasanya
dilakukan pada pasien dengan stadium akhir, dan juga bagi orang yang tidak
menunjukkan perkembangan setelah terapi hormon.
23
Organ reproduksi yang rawan kanker antara lain : Kanker Indung Telur
(Ovarium), Kanker Rahim (Uterus), Kanker Leher Rahim (Serviks), dan Kanker
Vulva.
24
2.3.1.3 Penyebab Kanker Ovarium
Penyebab kanker ovarium masih belum jelas hingga saat ini.
Dipostulasikan bahwa kerusakan kecil dan pemulihan jaringan ovarium akibat
ovulasi (produksi sel telur) atau fluktuasi hormon selama ovulasi bisa
menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal.
25
9) Sembelit.
10) Sakit saat melakukan hubungan seksual.
11) Sakit punggung.
26
jaringan di dalam rongga perut dan sampel tumor diambil untuk keperluan
diagnosis patologis.
6) Laparotomi eksplorasi (sayatan di abdomen): operasi untuk memeriksa,
mendiagnosis, dan merawat pasien bila diperlukan.
7) Biopsi: untuk mengklasifikasikan jenis sel
Jika ada tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap kanker ovarium, pemeriksaan
lain mungkin diperlukan untuk menentukan area yang terkena tumor:
a. Sinar X dada.
b. Pemindaian CT.
c. Pemindaian MRI.
d. Endoskopi saluran pencernaan bagian atas (pemeriksaan bagian dalam
kerongkongan, lambung, dan usus dua belas jari dengan endoskopi) atau
kolonoskopi (pemeriksaan lapisan usus dengan endoskopi).
27
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral selama lebih dari 5 tahun memiliki risiko kanker ovarium yang
lebih rendah. Hamil setidaknya satu kali, menyusui, atau pernah menjalani ligasi
tuba (operasi untuk menutup tuba falopi) atau pengangkatan serviks juga
mengurangi risiko kanker ovarium. Wanita yang berusia di atas 50 tahun mungkin
perlu melakukan tes darah untuk mengetahui indeks CA125 dan pemeriksaan
ultrasound untuk mendeteksi penyakit ini pada stadium awal.
2. Kemoterapi
Setelah operasi bedah, dokter akan menggunakan obat anti kanker sebagai
terapi adjuvan untuk menghancurkan dan mengganggu pertumbuhan sel kanker
untuk menurunkan tingkat kemungkinan kambuhnya kanker.
Obat anti kanker biasanya disuntikkan ke dalam tubuh melalui pembuluh
darah. Pengobatan secara menyeluruh mencakup 6 kali suntikan, diberikan setiap
3 atau 4 minggu sekali. Efek samping kemoterapi yang umum terjadi adalah
mual, muntah, rambut rontok, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan. Anemia,
28
jumlah trombosit yang rendah, dan risiko infeksi juga umum terjadi karena
dampaknya pada sumsum tulang.
29
e. Gejala anemia: pasien stadium lanjut mengalami gejala pendarahan,
kehilangan nafsu makan, obstruksi usus, penurunan berat badan, kehilangan
energi, rasa tidak nyaman pada perut.
30
per tahun. Akan tetapi, ketika memasuki dekade keenam hingga kedelapan, angka
ini dapat meningkat menjadi 40-50 dari 100.000 wanita per tahun.
Umumnya, kanker endometrium dijumpai pada wanita yang berusia 50-65
tahun dengan rerata usia 61 tahun, terutama di negara maju. Hal ini dikarenakan
75% kanker endometrium terjadi setelah menopause sehingga gejala yang paling
umum adalah perdarahan setelah menopause. Sementara di negara berkembang
seperti Indonesia, usia penderita kanker endometrium cenderung lebih muda, yaitu
sebanyak 63,9% pada usia 50 tahun ke atas dan sebanyak 12,5% pada usia 40
tahun ke bawah.
2) Kondisi reproduksi
Kondisi reproduksi yang berhubungan dengan risiko kanker endometrium,
antara lain usia menarche (awal menstruasi) dini (<12 tahun) dan usia menopause
31
yang lambat (>52 tahun) karena terkait dengan paparan estrogen yang lebih lama.
Menopause merupakan keadaan tidak adanya periode haid atau menstruasi
selama 12 bulan dan merupakan suatu kondisi normal ketika wanita telah
memasuki usia lanjut. Sebelum menopause, indung telur (ovarium) merupakan
sumber utama penghasil hormon pada wanita, yaitu estrogen dan progesteron.
Keseimbangan kedua hormon ini berubah selama siklus haid setiap bulan,
sehingga terjadi haid atau menstruasi. Kondisi tersebut menjaga jaringan
endometrium tetap sehat karena sisa jaringan akan meluruh bersama darah haid
dan digantikan oleh jaringan baru. Setelah menopause, indung telur akan berhenti
menghasilkan kedua hormon tersebut, tetapi sejumlah kecil estrogen akan tetap
dihasilkan oleh lemak tubuh.
Kanker endometrium dapat terjadi pada wanita usia reproduksi dengan siklus
haid yang tidak teratur. Selain itu, wanita yang tidak pernah melahirkan
(nulipara) mempunyai risiko 3 kali lebih besar menderita kanker endometrium
dibandingkan dengan wanita yang memiliki riwayat sering melahirkan
(multipara). Hal ini disebabkan kehamilan mengurangi paparan wanita terhadap
hormon estrogen. Salah satu penelitian menyatakan bahwa wanita yang sudah
menikah, tetapi tidak pernah melahirkan anak memiliki risiko tinggi untuk
terkena kanker endometrium dibandingkan wanita yang tidak pernah menikah.
Ketidaksuburan atau infertilitas juga menjadi faktor yang berperan dalam hal
ini. Hal ini terkait dengan paparan terhadap hormon estrogen yang lama tanpa
diimbangi dengan hormon progesteron yang cukup, dan tidak mengelupasnya
sisa jaringan endometrium setiap bulan ketika haid.
32
bersama dengan progesteron atau derivatnya untuk menurunkan risiko kanker
endometrium.
4) Obesitas
Perempuan dengan kelebihan berat badan 11-25 kg mempunyai peningkatan
risiko 3 kali lipat untuk mengalami kanker endometrium, bahkan risiko dapat
meningkat hingga 10 kali pada wanita yang mempunyai kelebihan berat badan
>25 kg.
5) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga yang menderita kanker endometrium atau riwayat pribadi
yang menderita kanker tipe lainnya (misalnya kanker usus besar dan kanker
payudara) juga dapat meningkatkan risiko kanker endometrium.
33
2.3.2.5 Diagnosis Kanker Endometrium
Tidak ada uji penapisan (screening) untuk mendeteksi kanker
endometrium pada wanita yang tidak memiliki gejala. Oleh karena itu, apabila
Anda sudah memasuki masa menopause, setiap perdarahan yang muncul harus
diperiksakan. Dokter Anda akan melakukan sejumlah pemeriksaan fisik, antara
lain inspeksi vagina menggunakan spekulum untuk mengetahui dari sumber
perdarahan, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi
rektovagina untuk mengetahui apakah terdapat massa atau benjolan yang dapat
diraba.
Setelah itu, dilakukan ultrasonografi (USG) transvaginal (melalui vagina)
untuk menentukan ukuran rahim dan ketebalan endometrium. Apabila terdapat
penebalan endometrium >4 mm, maka Anda akan dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan berikutnya, yaitu biopsi endometrium. Biopsi merupakan baku emas
atau standar penegakkan diagnosis kanker endometrium dengan mengambil
sampel jaringan dan diperiksa di bawah mikroskop. Cara lainnya untuk
mendapatkan sampel endometrium adalah dengan dilatasi dan kuretase (D&C),
tetapi hal ini membutuhkan pembiusan agar Anda merasa lebih nyaman.
Pada wanita yang belum menopause, dokter akan mempertimbangkan
beberapa hal sebelum melakukan pemeriksaan biopsi, seperti usia, gejala, dan
kondisi medis lain karena USG saja tidak banyak membantu dalam menegakkan
diagnosis kanker endometrium. Penelitian lain menyebutkan bahwa MRI
(magnetic resonance imaging) juga dapat digunakan untuk mendeteksi kanker
endometrium.
34
4) Stadium IV: Perluasan ke dinding pelvis, sepertiga bawah vagina, atau
hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi.
35
3) Memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda.
4) Berganti-ganti pasangan seks.
5) Pemakaian kontrasepsi.
6) Pemakaian Dietilstilbestrol (DES).
7) Sering melahirkan.
8) Penyakit yang menekan sistem imun.
9) Merokok.
10) Genetik.
11) Timbul setelah usia 40 tahun. Namun dengan deteksi dini kanker leher rahim
yang dapat dilakukan di puskesmas dan penanganan tepat dapat mencegah
penyebaran dan kemungkinan sembuh cukup besar.
36
2.3.3.4 Gejala Kanker Serviks
Gejala yang terjadi pada kanker jenis ini biasanya adalah
a. Keputihan encer, berdarah, banyak dan berbau tidak enak.
b. Perdarahan dari vagina di antara siklus menstruasi, setelah senggama atau
setelah menopause.
37
Jika terjadi pendarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa
menstruasi terjadi dan terjadi keluarnya cairan (discharge) maka harus segera
dilakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan tersebut bukanlah suatu hal
yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun baru
saja melakukan Pap smear test. Hasil ‘Pap Smear’ dikatakan abnormal jika sel-sel
leher rahim ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan
yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10
pemeriksaan ‘Pap Smear’ (Sofyan, 2000).
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher
rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang
dapat dilakukan adalah:
1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya
uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal (Tyagi, 2000).
38
2.3.3.7 Pencegahan Kanker Serviks
Jika seseorang pernah melakukan hubungan seksual, maka harus
melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai
berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk
melakukan Pap smear test lebih sering. Hal yang ke dua adalah melaporkan
adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama
setelah coitus (senggama). Hal yang ke tiga adalah tidak merokok.
Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan
menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan
yang dapat memperkecil resiko tersebut, maka kejadian kanker leher rahim ini
dapat dihindari (Zhao, 2004).
39
penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker genetalia primer pada perempuan.
(Price,2005:1299).
2) Adenokarsinoma
Kanker yang bermula pada sel kelenjar yang disebut adenokarsinoma. Vulva
adenokarsinoma paling sering berawal pada kelenjar Bartholin yang berada di
dalam pembukaan vagina. Kanker kelenjar Bartholin biasanya dicurigai sebagai
kista (penumpukan cairan di dalam kelenjar). Maka dari itu, diperlukan waktu
yang cukup lama untuk memastikan penyakit ini. Kanker ini juga dapat timbul
pada kelenjar keringat pada kulit vulva.
3) Melanoma
Melanoma bermula pada sel-sel penghasil pigmen yang memberi warna pada
kulit. Kanker ini lebih sering menyerang daerah kulit yang sering terpapar sinar
40
matahari. Namun tidak menutup kemungkinan pada daerah yang tidak terpapar
sinar matahari, seperti vulva. Meski demikian, hal ini cukup jarang terjadi.
4) Sarkoma
Sarkoma merupakan jenis kanker yang bermula pada tulang, otot, atau
jaringan ikat. Kanker sarkoma ini agak berbeda dari jenis kanker vulva yang lain.
Kanker ini dapat terjadi pada perempuan di berbagai usia tanpa kecuali.
41
2.3.4.5 Epidemiologi kanker vulva
Usia rata – rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun;
untuk karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma invasive yang
sebenarnya adalah 61 tahun. (Price, 2005;1299) Wanita kulit putih lebih banyak
yang terserang disbanding wanita nonkulit putih. Angka kejadiannya lebih tinggi
pada wanita hipertensi, obesitas dan diabetes. (Smeltzer, 2002; 1565).
42
g. Gejala awal yang perlu mendapatkan perhatian, rasa sangat gatal, disertai rasa
panas dan nyeri, terdapat benjolan kecil, terdapat perubahan kulit berwarna
putih (memerlukan pemeriksaan lanjut), leukoplakia, terdapat ulkus mulai
kecil tepi meninggi dan menebal, dapat disertai ulkus yang selalu
mengeluarkan cairan.
43
2) Kemoterapi
Kemoterapi dapat menjadi pilihan pengobatan bagi pasien dengan kanker
vulva stadium lanjut yang telah menyebar ke area tubuh lain. Kemoterapi kadang
dikombinasikan dengan radioterapi untuk mengecilkan atau menyusutkan ukuran
kanker sebelum operasi. Tujuannya, untuk meningkatkan potensi keberhasilan
operasi, atau jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening. Pengobatan
kemoterapi menggunakan obat untuk mematikan sel kanker.
3) Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar bertenaga tinggi yaitu sinar-X, untuk
membunuh sel-sel kanker. Selain untuk membunuh sel kanker, terapi ini juga
dapat memperkecil kanker vulva agar lebih mudah dioperasi. Radiasi yang
dikombinasikan dengan kemoterapi digunakan agar sel kanker lebih rentan
terhadap terapi radiasi. Apabila sel kanker berada di kelenjar getah bening, akan
dilakukan terapi radiasi pada daerah sekitar kelenjar getah bening, untuk
membunuh sel kanker yang tersisa setelah operasi.
44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker pada sistem rerpoduksi adalah penyakit pada sistem reproduksi
akibat pertumbuhan tidak normal dari jaringan tubuh yang berubah jadi sel
kanker, kanker organ reproduksi ini bisa terjadi pada organ reproduksi laki laki
dan wanita.
Kanker organ reproduksi pada laki- laki yaitu : (1) Kanker Penis (Sel
karsinoma skuamosa, Sarkoma, Melanoma, Karsinoma sel basal,
Adenokarsinoma), (2) Kanker Testikular (testis sel nutfah, tumor sel leydig dan
tumor sel sertoli), (3) Kanker Prostat (Adenokarsinoma asinar, Adenokarsinoma
duktal, Sel kanker transisional (urotelial), Sel kanker skuamosa, Sel kanker prostat
kecil). Faktor resiko kanker pada organ reprosuksi laki laki pada umumnya adalah
usia, pola hidup, kebiasaan merokok, dan penyakit menular seksual.
Kanker pada organ reproduksi wanita diantaranya yaitu : (1) Kanker
Indung Telur (Ovarium), (2) Kanker Rahim (Uterus), (3) Kanker Leher Rahim
(Serviks), dan (4) Kanker Vulva. Adapun faktor resiko dalam penyakit kanker
pada organ reproduksi ini pada umumnya adalah umur, obesitas, pola hidup,
gangguang resproduksi, KB, keturunan.
3.2 Saran
Dalam makalah ini kelompok menyadari masih terdapat kekurangan, oleh
sebab itu kelompok sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Selain itu,
makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang dapat menambah
wawasan pembaca terutama tentang kanker pada organ reproduksi pada pria dan
wanita serta menerapkan upaya-upaya pencegahannya.
45
DAFTAR PUSTAKA
46