Anda di halaman 1dari 47

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

KANKER ORGAN REPRODUKSI PRIA DAN WANITA SERTA


UPAYA-UPAYA PENCEGAHANNYA

OLEH
KELOMPOK 3

1. Haqqi Ismah Latifah (1711211012)


2. Mivtahurrahimah (1711211041)
3. Hafiza Utami Syukri (1711212001)
4. Hanifatun Nabilah (1711212051)
5. Yesa Melam Sari (1711216010)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kanker Organ Reproduksi Pria dan Wanita serta Upaya-Upaya
Pencegahannya” ini.
Penyusunan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan
Masyarakat sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Penyusunan makalah ini
dilaksanakan atas kerja sama rekan kelompok serta bimbingan dari berbagai
pihak. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Epidemiologi
Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan bimbingan materi dalam
pembelajaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat mengoreksi kekurangan tersebut. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Padang, 7 April 2020

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5

2.1 Definisi Kanker Organ Reproduksi ........................................................ 5

2.2 Kanker Organ Reproduksi Pria .............................................................. 5

2.2.1 Kanker Penis .................................................................................. 5

2.2.2 Kanker Testikular ......................................................................... 11

2.2.3 Kanker Prostat .............................................................................. 16

2.3 Kanker Organ Reproduksi Wanita........................................................ 23

2.3.1 Kanker Indung Telur (Ovarium) ................................................... 24

2.3.2 Kanker Rahim (Endometrium) ...................................................... 30

2.3.3 Kanker Leher Rahim (Serviks)...................................................... 35

2.3.4 Kanker Vulva ............................................................................... 39

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 45

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 45

3.2 Saran ................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit pada sistem reproduksi bisa menyerang pria dan wanita. Penyakit
ini bisa disebabkan oleh infeksi, peradangan, kelainan genetik, gangguan hormon,
bahkan kanker. Penyakit yang menyerang sistem reproduksi ini berpeluang tinggi
untuk menyebabkan masalah kesuburan.
Salah satu penyakit pada sistem reproduksi manusia yaitu nya kanker,
Kanker adalah keadaan dimana adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali (sel
mengalami pembelahan terus menerus). Risiko meningkat di usia 30-40 tahun,
dan akan terus meningkat setiap pertambahan umur. Kanker pada sistem
rerpoduksi adalah penyakit pada sistem reproduksi akibat pertumbuhan tidak
normal dari jaringan tubuh yang berubah jadi sel kanker. Dalam
perkembangannya sel sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga
dapat menyebabkan kematian.
Kanker ini juga dapat terjadi pada pria dan wanita, penyakit kanker
merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi didunia,
termasuk di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 data penderita
kanker mengalami peningkatan yaitu dari 1,4 % menjadi 1,8 %. Salah satu kanker
yang menjadi penyebab kematian tertinggi di kalangan wanita adalah kanker
serviks.
Kanker serviks di Indonesia merupakan kanker yang paling umum terjadi
dengan tingkat kejadian 23,4 per 100.000 penduduk dengan kematian 13,9 per
100.000 penduduk. Kondisi ini membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit
pembunuh wanita nomor satu di Indonesia. Secara keseluruhan angka kejadian
penyakit kanker di Indonesia sebanyak 136,2/100.000 dan berada pada urutan ke-
8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke-23.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa salah satu permasalahan
kesehatan terkait dengan penyakit kanker yaitu kanker pada organ reproduksi,

3
sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang kanker pada organ reproduksi
dan upaya-upaya pencegahannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kanker pada organ reproduksi?
2. Apa saja jenis kanker pada organ reproduksi pria?
3. Bagaimana epidemiologi kanker pada organ reproduksi pria?
4. Bagaimana upaya pencegahan kanker pada organ reproduksi pria?
5. Apa saja jenis kanker pada organ reproduksi wanita?
6. Bagaimana epidemiologi kanker pada organ reproduksi wanita?
7. Bagaimana upaya pencegahan kanker pada organ reproduksi wanita?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi kanker pada organ reproduksi.
2. Mengetahui jenis kanker pada organ reproduksi pria.
3. Mengetahui epidemiologi kanker pada organ reproduksi pria.
4. Mengetahui upaya pencegahan kanker pada organ reproduksi pria.
5. Mengetahui jenis kanker pada organ reproduksi wanita.
6. Mengetahui epidemiologi kanker pada organ reproduksi wanita.
7. Mengetahui upaya pencegahan kanker pada organ reproduksi wanita.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kanker Organ Reproduksi


Kanker adalah keadaan dimana adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkendali (sel mengalami pembelahan terus menerus). Kanker pada sistem
rerpoduksi adalah penyakit pada sistem reproduksi akibat pertumbuhan tidak
normal dari jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker, kanker organ
reproduksi ini bisa terjadi pada organ reproduksi laki-laki dan wanita. Dalam
perkembangannya sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain
sehingga dapat menyebabkan kematian.

2.2 Kanker Organ Reproduksi Pria


Terdapat beberapa jenis kanker yang bisa muncul pada alat reproduksi pria,
yaitu antara lain :
2.2.1 Kanker Penis
2.2.1.1 Definisi Kanker Penis

Kanker penis adalah salah satu jenis kanker langka yang terjadi pada kulit
dan jaringan penis. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel yang terdapat di penis
berkembang secara tidak terkendali. Penis merupakan organ seks pria yang juga
merupakan bagian dari sistem reproduksi dan saluran kemih pada tubuh. Di dalam
penis, terdapat uretra yang mengalirkan urin dari kandung kemih menuju ke luar
tubuh, serta sperma dari testis. Beberapa pria melakukan prosedur sunat, yaitu
proses pemotongan kulup pada ujung penis. Umumnya, kanker berkembang di

5
bawah kulup penis yang tidak disunat, atau pada bagian ujung penis. Namun, sel
kanker sebenarnya dapat berkembang di bagian penis mana pun.
Umumnya, kanker penis timbul pada orang yang berusia 50 tahun ke atas
dan sebenarnya merupakan jenis kanker yang jarang terjadi. Kanker penis terbagi
menjadi berbagai tipe berdasarkan dari daerah kemunculannya.

2.2.1.2 Jenis Kanker Penis


Berikut adalah jenis-jenis sel kanker yang berkembang di penis:
1. Sel karsinoma skuamosa
Sebanyak 96% kasus kanker terjadi pada sel-sel kulit yang disebut dengan sel
skuamosa. Kanker sel skuamosa dapat muncul di bagian mana saja pada penis,
namun paling banyak ditemukan di kulup atau kulit ujung penis yang belum
disunat. Tumor jenis ini berkembang sangat lambat. Apabila ditemukan pada
stadium awal, kondisi ini umumnya dapat disembuhkan.

2. Sarkoma
Sarkoma adalah sel-sel kanker yang berkembang pada jaringan-jaringan
penghubung tubuh, seperti tulang, otot, lemak, dan tulang rawan. Jenis sel ini
sangat jarang ditemukan pada penis, namun perkembangannya termasuk sangat
cepat apabila dibandingkan dengan sel jenis lainnya.

3. Melanoma
Melanoma merupakan tipe kanker yang berawal di melanosit, yaitu sel-sel
yang memberikan warna pada kulit serta melindungi kulit dari matahari. Sel-sel
ini cenderung bertumbuh dan menyebar dengan cepat. Karena umumnya
melanoma muncul pada bagian kulit yang sering terpapar matahari, sel ini jarang
ditemukan pada penis.

4. Karsinoma sel basal


Sel kanker basal adalah jenis kanker lainnya yang berkembang pada kulit
penis. Sama seperti melanoma, sel kanker jenis ini lebih umum ditemukan pada
kulit yang sering terkena sinar matahari, sehingga angka kejadiannya pada penis
cukup rendah.

6
5. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma merupakan sel-sel kanker yang berkembang di sel-sel
kelenjar keringat. Sel-sel tersebut berfungsi untuk memproduksi keringat pada
kulit penis.

2.2.1.3 Faktor Risiko Kanker Penis


Penyebab dari kanker alat reproduksi pria ini belum diketahui secara pasti.
Namun, terdapat beberapa faktor yang berpotensi memicu kemunculan kanker.
Orang-orang yang berusia 50 tahun ke atas lebih berisiko untuk mengalami kanker
penis. Selain dari faktor usia, merokok menyebabkan kerusakan pada sel di penis
dan meningkatkan potensi terkena kanker penis. Terinfeksi human papilloma
virus (HPV) dan mengalami fimosis (kondisi saat kulup penis sulit untuk ditarik
kembali) mampu menambah kemungkinan seorang pria terserang kanker penis.
Diduga penyebab penyakit kanker penis adalah smegma (cairan berbau
yang menyerupai keju, yang terdapat di bawah kulit depan glans penis). Pria tidak
disunat yang tidak menjaga kebersihan daerah di bawah kulit depan glans penis
dan pria yang pernah menderita herpes genitalis memiliki resiko tinggi menderita
penyakit kanker penis.
Adapun beberapa faktor risiko terjadinya kanker penis yaitu :
1. Usia
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia 60-80 tahun ke atas.
2. Belum atau tidak disunat
Tidak menyunat penis menyebabkan terjadinya penumpukkan keringat dan
bakteri di balik kulup, seperti fimosis dan smegma. Hal tersebut dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker.
3. Sistem imun tubuh yang buruk
Sistem imun manusia berperan dalam melawan infeksi dan penyakit,
termasuk kanker.
4. Virus HPV
Virus HPV adalah infeksi yang umum terjadi melalui hubungan seksual.
Sebanyak 60% kanker penis dikaitkan dengan adanya infeksi HPV.

7
5. Memiliki masalah phimosis, yaitu suatu kondisi di mana kulup penis (kulit
penutup kepala penis) tidak dapat ditarik dari glans / kepala penis.
6. Jarang membersihkan daerah penis menyebabkan kuman atau virus mudah
berkembang.
7. Bergonta-ganti pasangan seksual.
8. Merokok atau menggunakan produk-produk tembakau.

2.2.1.4 Tanda dan Gejala Kanker Penis


Tanda-tanda dan gejala kanker penis umumnya sulit dibedakan dengan
kondisi kesehatan lainnya. Namun, ada beberapa keadaan, yang jika dirasakan,
sebaiknya segera menghubungi petugas kesehatan.
1. Perubahan kondisi kulit penis
Salah satu tanda dan gejala yang paling mudah terdeteksi adalah
perubahan pada kondisi kulit penis. Perubahan ini dapat terlihat di bagian ujung
penis atau pada kulup penis (pada pria yang tidak disunat).
Perubahan-perubahan tersebut meliputi:
 Penebalan pada bagian kulit yang terdampak.
 Adanya benjolan.
 Luka terbuka yang mungkin berdarah.
 Adanya benjolan-benjolan kecil yang terkelupas.
 Munjul jaringan atau bengkak berwarna biru kecoklatan.
 Keluar cairan berbau tak sedap atau pendarahan pada kulup penis.
 Timbulnya ruam pada penis.
 Keluarnya kotoran atau cairan yang berbau dari penis.
 Adanya perubahan warna kulit pada penis atau kulup penis.
 Pendarahan pada penis.
 Selain itu, penderita kanker penis bisa menemukan adanya luka di penis yang
tidak kunjung sembuh dalam empat minggu, serta penebalan pada kulit penis
yang menimbulkan fimosis.

8
2. Pembengkakan
Ujung penis yang membengkak menyebabkan kulup penis sulit untuk ditarik.
Kondisi ini biasanya merupakan salah satu gejala kanker.

3. Benjolan pada kelenjar getah bening


Apabila kanker telah menyebar, umumnya kelenjar getah bening di sekitar
penis akan terdampak.

2.2.1.5 Diagnosa Kanker Penis


Diagnosa yang dapat dilakukan pada penyakit kanker penis yaitu :
1. Biopsi
Dalam prosedur biopsi, akan dilakukan pengambilan sampel dari kulit atau
jaringan pada penis. Sampel ini akan diperiksa untuk mengetahui adanya sel-sel
kanker.

2. Sitoskopi
Sitoskopi adalah tes yang menggunakan alat kecil berupa tabung yang disebut
dengan sitoskop. Alat ini dilengkapi dengan kamera kecil dan senter di bagian
ujungnya. Sitoskop akan dimasukkan perlahan melalui ujung penis dan menuju
kandung kemih. Dengan prosedur ini, dokter dapat melihat bagian-bagian penis
dengan jelas.

3. Tes pengambilan gambar


Hal ini dilakukan dengan menjalani tes pengambilan gambar, seperti CT scan
dan MRI scan.

2.2.1.6 Pengobatan dan Penanganan Kanker Penis


Apabila sel-sel kanker belum menyebar ke jaringan-jaringan lain serta
kelenjar getah bening, berikut adalah pilihan penanganan yang mungkin akan
direkomendasikan:
 Sunat
 Terapi laser
 Kemoterapi

9
 Terapi radiasi atau radioterapi
 Cryosurgery
Jika sel-sel kanker telah menyebar ke jaringan terdalam penis serta bagian
tubuh lainnya, penanganan yang mungkin akan direkomendasikan adalah operasi.
Prosedur ini mungkin akan melibatkan pengangkatan tumor, seluruh bagian penis,
atau kelenjar getah bening yang terdapat di panggul dan pangkal paha.

2.2.1.7 Pencegahan Kanker Penis


Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, upaya pencegahan
dan deteksi dini penyakit tidak menular termasuk kanker adalah dengan
melakukan CERDIK:
 C = Cek Kesehatan Berkala
 E = Enyahkan Rokok
 R = Rajin Berolahraga
 D = Diet Teratur
 I = Istirahat yang Cukup
 K = Kelola Stress

Menurut World Cancer Research Fund (WCRF) dan American Institute of


Cancer Research (AICR) yaitu :
- Mempertahankan berat badan sehat.
- Tetap fit – olahraga rutin 30 menit sehari berupa aktivitas tingkat menengah.
- Tidak merokok.
- Targetkan makan 5 porsi buah atau sayur tiap hari.
- Ikuti diet rendah lemak.
- Kurangi asupan alkohol.
- Lakukan seks aman dan gunakan kondom.
- Kunjungi tenaga medis secara rutin untuk meningkatkan peluang menemukan
kankser secara dini.

10
Gaya hidup yang dapat diterapkan untuk mendukung pencegahan kanker
organ reproduksi diantaranya:
a. Menjaga kebersihan penis.
b. Melakukan sunat sesegera mungkin.
c. Hindari merokok.
d. Hindari berhubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti.
e. Menggunakan pengaman atau kondom saat berhubungan seksual.

2.2.2 Kanker Testikular


2.2.2.1 Definisi Kanker Testis

Alat reproduksi pria lainnya selain penis adalah testis atau yang juga
dikenal sebagai skrotum atau buah zakar berfungsi untuk memproduksi sperma.
Kanker yang timbul di bagian testis dikenal dengan sebutan kanker testikular.
Kanker testis adalah tumor ganas yang tumbuh di testis atau buah zakar.
Kanker testis biasanya ditandai dengan benjolan yang disertai nyeri pada salah
satu testis. Testis adalah organ reproduksi pria yang berada di dalam skrotum atau
kantong testis. Organ ini berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron
yang berperan penting dalam perkembangan dan fungsi seksual pria.
Kanker testis termasuk jenis kanker yang cukup langka. Kondisi ini
biasanya terjadi pada pria usia 15–49 tahun. Terbanyak terjadi pada Ras kaucasian
dan jarang pada ras Africa dan Asia and Africa. Prevalensi terbanyak di
Scandinavia, Germany, and New Zealand.
Usia puncak sesorang mengidap kanker testis adalah 15-35 tahun. Insiden
meningkat perlahan setelah 40 tahun. Tumor testis hampir seluruhnya ganas dan
termasuk tumor ganas yang derajat keganasannya tinggi. Kebanyakan penderita

11
berumur antara 24-34 tahun dengan frekwensi tumor testis kira – kira 2 %
daripada seluruh tumor ganas pada pria atau kira – kira 10 % daripada tumor
ganas tractus urogenitalis .
Prevalensi meningkat 70 persen dalam 20 tahun terakhir.Jika ditemukan
sejak awal, kanker testis bisa disembuhkan pada lebih dari 90 persen kasus.
Bahkan jika tumor menyebar, ini bisa disembuhkan dalam 80 persen kasus. Jenis
kanker testis yang paling banyak dijumpai biasanya ditangani dengan
pengangkatan testis disertai radioterapi dan jika diperlukan, berbagai jenis terapi
obat.

2.2.2.2 Jenis Kanker Testis


Kanker testis terbagi ke dalam beberapa jenis. Pembagian ini berdasarkan
jenis sel di mana kanker testis bermula. Jenis yang paling sering terjadi adalah
kanker testis sel nutfah (germ cell). Sel nutfah merupakan jenis sel yang
digunakan oleh tubuh untuk membentuk sperma.
Kanker testis sel nutfah dibagi lagi menjadi 2, yaitu seminoma dan
nonseminoma. Jenis seminoma berkembang lebih lambat daripada jenis
nonseminoma.
Selain kanker testis sel nutfah, ada jenis kanker testis lain yang jarang
terjadi, yaitu tumor sel leydig dan tumor sel sertoli. Kedua jenis kanker testis ini
hanya terjadi pada 1–3% dari keseluruhan kasus kanker testis.

2.2.2.3 Faktor Risiko Kanker Testis


Kanker testikular belum diketahui penyebabnya, tetapi kondisi medis
tertentu pada testis, perkembangan testis yang tidak normal, ras, genetik, dan usia
mampu meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker testikular. Untuk
faktor usia, pria yang berusia 15 sampai 35 tahun memiliki potensi yang lebih
besar untuk mengalami kanker testikular. Sementara ras yang lebih mungkin
untuk terjangkit kanker testikular adalah ras kulit putih.
Kanker testis terjadi ketika sel-sel di dalam testis tumbuh tidak normal dan
tidak terkendali. Tidak diketahui penyebab pasti kondisi ini, tetapi ada beberapa

12
faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terserang kanker testis,
yaitu:
a. Menderita kriptorkismus, yaitu kondisi testis yang tidak turun.
b. Menderita kelainan perkembangan testis misalnya akibat sindrom Klinefelter.
c. Pernah menderita kanker testis sebelumnya.
d. Memiliki keluarga dengan riwayat kanker testis.
e. Menderita HIV/AIDS.
f. Berusia 15–49 tahun.

2.2.2.4 Tanda dan Gejala Kanker Testis


Kanker testis biasanya hanya tumbuh di satu testis. Gejala yang paling
sering terjadi adalah munculnya benjolan atau pembengkakan di testis. Benjolan
tersebut bisa sebesar kacang atau lebih besar. Selain itu, ada beberapa gejala lain
yang muncul akibat kanker testis, di antaranya:
a. Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya).
b. Benjolan atau pembengkakan pada selangkangan atau salah satu atau kedua
testis.
c. Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah.
d. Ginekomastia.
e. Rasa tidak nyaman / rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.
f. Gejala kanker testikular lain yang timbul di buah zakar atau skrotum dapat
berupa adanya pengumpulan cairan pada skrotum dan rasa berat di bagian
skrotum.
Jika tidak segera ditangani, kanker testis bisa menyebar (metastasis) ke organ
tubuh lain. Kondisi tersebut dapat memunculkan sejumlah gejala sesuai dengan
tempat penyebaran sel-sel kanker, seperti:
 Batuk terus-menerus atau batuk berdarah.
 Muncul benjolan atau pembengkakan di leher.
 Sakit punggung bawah.
 Sesak napas.

13
2.2.2.5 Diagnosis Kanker Testis
Diagnosa dapat dilakukan dengan beberapa jenis tes, seperti:
a. USG skrotum, untuk melihat apakah jenis benjolan yang ada di testis.
b. Tes darah, untuk mengukur kadar tumor marker (penanda tumor) yang ada di
dalam darah, seperti hormon AFP (alpha feto-protein), HCG (human
chorionic gonadotrophin), dan LDH (lactate dehydrogenate).

Jika benjolan yang muncul diduga bersifat kanker, akan dilakukan biopsi
testis, yaitu pengambilan sampel jaringan testis untuk melihat jenis sel-sel yang
tumbuh. Berbeda dengan biopsi pada kanker lain, biopsi kanker testis biasanya
dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan seluruh bagian testis yang
terserang kanker. Tindakan ini disebut orkiektomi. Tujuannya adalah untuk
mencegah penyebaran sel kanker. Selanjutnya, akan dilakukan Rontgen, CT scan,
atau MRI untuk menentukan stadium atau tingkat penyebaran kanker. Penentuan
stadium ini penting agar pasien mendapat pengobatan yang akurat.
Berikut adalah penjelasan mengenai stadium kanker testis:
1) Stadium 1: kanker hanya terdapat di saluran testis (seminiferous tubules)
2) Stadium 2: kanker sudah menyebar ke jaringan lain di sekitar testis
3) Stadium 3: kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
4) Stadium 4: kanker sudah menyebar ke organ lain, seperti paru, hati, atau otak

2.2.2.6 Pengobatan Kanker Testis


Pengobatan kanker testis tergantung pada jenis dan stadium kanker yang
dialami pasien. Metode pengobatannya meliputi:
1. Orkiektomi
Orkiektomi adalah operasi pengangkatan testis yang terkena kanker. Operasi
ini adalah pilihan pertama untuk mengatasi semua jenis dan stadium kanker
testis.

2. Pengangkatan kelenjar getah bening


Pengangkatan kelenjar getah bening dilakukan pada kanker testis yang sudah
menyebar ke kelenjar getah bening di area perut.

14
3. Radioterapi
Terapi radiasi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker dengan
menggunakan sinar radiasi tinggi. Radioterapi biasanya dilakukan setelah
orkiektomi pada kanker testis jenis seminoma, terutama yang telah menyebar ke
kelenjar getah bening.

4. Kemoterapi
Kemoterapi bisa dilakukan sebagai terapi untuk menghentikan pertumbuhan
sel kanker, juga sebagai terapi sebelum dan setelah dilakukan operasi
pengangkatan benjolan dan kelenjar getah bening.

5. Terapi pengganti hormon testosteron


Pengangkatan testis dapat memengaruhi produksi hormon testosteron. Untuk
mengatasinya, pasien akan diberikan terapi pengganti hormon berupa hormon
testosteron sintetis.

2.2.2.7 Komplikasi Kanker Testis


Jika tidak segera ditangani, kanker testis bisa menyebar (metastasis) ke
bagian tubuh lainnya. Banyak ditemukan kasus yang kanker testis kemudian
menyebar ke kelenjar getah bening, perut, atau paru-paru. Meskipun jarang
terjadi, kanker testis juga bisa menyebar ke organ hati, tulang, dan otak.
Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah kemandulan setelah prosedur
orkiektomi, tetapi hal tersebut biasanya hanya terjadi bila kedua testis diangkat.
Jika hanya satu testis yang diangkat, fungsi seksual dan kemampuan pasien untuk
memiliki anak tidak akan terganggu.

2.2.2.8 Pencegahan Kanker Testis


Pada dasarnya, kanker testis itu sendiri tidak dapat dicegah, tetapi, deteksi
dini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan mandiri pada testis. Bila
kanker testis terdeteksi lebih awal, penyebaran sel-sel kanker dapat dicegah.
Selain itu, peluang untuk sembuh juga akan lebih besar. Pemeriksaan testis secara
mandiri sebaiknya dilakukan setelah mandi saat kondisi testis sedang rileks.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan paling tidak sekali dalam sebulan.

15
Gejala yang harus diwaspadai:
 Testis terasa nyeri saat diraba.
 Pembengkakan atau benjolan pada testis.
 Adanya perbedaan tekstur, ukuran, bentuk, atau kekerasan antara satu testis
dengan testis yang lain.
Penderita kanker testis yang telah sembuh total tetap berisiko mengalami
kekambuhan. Kekambuhan kanker testis biasanya terjadi 2–3 tahun setelah
pengobatan selesai. Oleh karena itu, penderita kanker testis yang sudah sembuh
tetap perlu melakukan kontrol rutin sesuai anjuran dokter.

2.2.3 Kanker Prostat


2.2.3.1 Definisi Kanker Prostat

Kanker lain yang bisa timbul pada bagian alat reproduksi pria adalah
kanker prostat atau kanker di bagian alat reproduksi pria yang membuat air mani.
Kanker prostat jarang memunculkan gejala dan terkadang berkembang secara
lambat. Namun, kanker prostat yang belum menyebar keluar dari prostat akan
lebih mudah untuk diobati. Serupa dengan kanker testikular dan kanker penis,
kanker prostat belum diketahui secara jelas penyebabnya.
Kanker prostat adalah tumor ganas yang tumbuh pada prostat, kelenjar
seukuran kacang kenari di bawah kandung kemih pria yang fungsinya
memproduksi sperma. Kanker prostat juga diartikan sebagai keadaan
pertumbuhan sel berlebih yang tidak wajar di kelenjar prostat. Kelenjar prostat
adalah salah satu bagian organ reproduksi yang dimiliki oleh pria. Organ ini
berfungsi untuk memproduksi cairan untuk melindungi sperma. Prostat terletak di

16
bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra atau saluran kencing. Ukurannya
bervariasi seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki muda, ukurannya
seperti kacang kenari, tapi bisa bertambah besar ketika memasuki usia dewasa.
Umumnya, sel kanker muncul pertama kali di sel-sel bagian luar kelenjar
prostat. Pertumbuhannya cenderung sangat lambat dan tidak berpotensi menyebar.
Namun, pada beberapa kasus, sel kanker dapat berkembang dengan cepat dan
menjalar ke bagian tubuh lain. Apabila kanker terdeteksi sedini mungkin dan
masih tergolong di stadium awal, peluang keberhasilan pengobatan akan lebih
besar.
Pria berusia diatas 50 tahun dan pada semua pria yang berusia diatas 90
tahun. Jarang ditemukan usia kurang dari 40. Penyebab kematian akibat kanker no
3 pada pria dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada pria
diatas 74 tahun. Penyebabnya tidak diketahui, meskipun beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar
hormon testosteron.

2.2.3.2 Jenis Kanker Prostat


Jenis-jenis kanker prostat tergantung pada tipe sel tempat awal mulanya
kanker berkembang. Berikut adalah beberapa jenisnya:
1. Adenokarsinoma asinar
Adenokarsinoma asinar adalah sel kanker yang berkembang di sel-sel
kelenjar yang melapisi prostat. Jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan.
Hampir semua pasien penderita penyakit ini memiliki sel kanker jenis ini.

2. Adenokarsinoma duktal
Kanker jenis adenokarsinoma duktal pertama kali muncul di sel-sel yang
melapisi tabung atau saluran kelenjar prostat. Kanker jenis ini berkembang dan
menyebar lebih cepat dibanding dengan adenokarsinoma asinar.

3. Sel kanker transisional (urotelial)


Sel kanker jenis ini berkembang di sel-sel yang terletak di lapisan saluran
kencing atau uretra. Jenis kanker ini umumnya berawal di kandung kemih dan

17
menyebar ke prostat. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, sel ini kemungkinan
muncul pertama kali di kelenjar prostat dan menyebar ke saluran kandung kemih
serta jaringan-jaringan di sekitarnya.

4. Sel kanker skuamosa


Jenis sel kanker ini muncul dan berkembang di sel-sel pipih yang
menyelimuti prostat. Pertumbuhan dan penyebarannya cenderung lebih cepat
dibanding sel-sel kanker jenis adenokarsinoma.

5. Sel kanker prostat kecil


Sel kanker jenis ini berkembang di sel-sel kecil prostat. Jenis ini termasuk
dalam kanker neuroendokrin.

6. Tipe lainnya
Beberapa jenis sel kanker lainnya juga dapat muncul di kelenjar prostat,
yaitu:
 Karsinoid
 Sarkoma

2.2.3.3 Faktor Risiko Kanker Prostat


Pada dasarnya, kanker prostat berawal dari perubahan atau mutasi DNA di
sel prostat yang sehat. DNA adalah zat kimia yang terdapat di sel-sel dan
menentukan gen manusia. Gen berfungsi untuk mengatur bagaimana fungsi dan
kerja sel-sel di dalam tubuh. Sel-sel yang sehat seharusnya tumbuh dan membelah
diri dalam jumlah yang wajar, kemudian akan mati dan digantikan dengan sel-sel
baru. Namun, apabila mutasi DNA terjadi, sel-sel tersebut berkembang biak dan
tumbuh secara tidak terkendali. Jika hal tersebut dibiarkan, sel-sel yang
mengalami kerusakan ini akan menumpuk dan menyebabkan jaringan tumor
berkembang. Beberapa sel tersebut juga dapat menyebar ke organ tubuh lainnya.
Proses penyebaran ini disebut dengan metastasis.
Mutasi genetik dapat terjadi, dan kasus ini ditemukan pada sebanyak 5
hingga 10 persen kasus kanker prostat. Namun, beberapa penderita kanker

18
kemungkinan baru mengembangkan sel kanker pada satu waktu dalam hidupnya
dan bukan kondisi bawaan lahir. Kondisi ini disebut juga sebagai acquired gene
mutations. Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kanker prostat yaitu :
1. Usia
Kanker prostat lebih banyak ditemukan pada laki-laki berusia 50 atau 60
tahun ke atas.

2. Keturunan keluarga
Bagi orang yang anggota keluarganya ada yang menderita penyakit ini, atau
memiliki kelainan genetik lainnya, lebih beresiko terhadap penyakit ini. -
Riwayat keluarga dan faktor keturunan. Bila ayah atau abang Anda terkena
kanker prostat pada usia relatif muda (di bawah 60), risiko Anda lebih tinggi.
Juga bila saudara perempuan Anda terkena kanker payudara.

3. Obesitas
Orang dengan berat badan berlebih dengan aktifitas fisik yang rendah, lebih
beresiko terkena kanker prostat dibandingkan orang yang menjaga berat
badannya.

4. Pola makan
Kurang asupan sayur dan buah-buahandapat meningkatkan resiko penyakit
ini. Selain itu, konsumsi kalsium berlebihan dinilai berpotensi meningkatkan
risiko seseorang terkena kanker prostat.

5. Perokok
Merokok tidak hanya berakibat buruk bagi kesehatan secara keseluruhan,
termasuk meningkatkan resiko terkena kanker prostat.

6. Memiliki penyakit menular seksual


IMS atau penyakit menular seksual seperti gonorrhea dan klamidia, peluang
Anda untuk memiliki penyakit ini lebih besar.

19
7. Pernah menderita kanker di bagian tubuh lain
Laki-laki yang pernah memiliki kanker di organ atau bagian tubuh lain
kemungkinan juga memiliki sel kanker yang berkembang di prostatnya. Kanker
yang diyakini dapat memicu munculnya penyakit ini adalah ginjal, kandung
kemih, paru-paru, kelenjar tiroid, dan kanker kulit.

8. Pernah menjalani operasi vasektomi


Vasektomi adalah prosedur operasi yang dilakukan untuk menghentikan masa
subur pria secara permanen. Sejalan dengan itu,kanker prostat menjadi lebih
tinggi resikonya pada orang yang pernah menjalani vasektomi.

9. Ras
Ras orang berkulit hitam lebih cenderung berisiko tinggi terkena kanker
prostat. Potensi munculnya kanker prostat juga akan meningkatkan seiring
dengan usia. Suku bangsa. Pria Asia memiliki risiko lebih rendah dibandingkan
pria kulit hitam atau kulit putih.

10. Paparan logam cadmium

2.2.3.4 Tanda dan Gejala Kanker Prostat


Gejala kanker prostat biasanya tidak terlihat. Kanker ini biasanya tumbuh
dengan lambat, umumnya, orang yang menderita kanker ini meninggal, karena
faktor usia yang telah lanjut. Namun, saat gejala muncul, yang biasanya dirasakan
pada saat stadium kanker sudah tinggi adalah sebagai berikut:
a. Darah dalam air mani.
b. Sakit pada bagian tulang.
c. Disfungsi ereksi atau kesulitan untuk ereksi.
d. Kesulitan buang air kecil.
e. Rasa tidak nyaman pada bagian pinggul.
f. Penurunan pancaran urin.
g. Tetesan. Sedikit air seni mungkin menetes dan menodai celana dalam anda
tidak lama setelah anda selesai kencing di toilet.
h. Frekuensi. Anda lebih sering kencing daripada biasanya.

20
i. Urgensi. Anda merasa sangat ‘kebelet’ kencing tiba-tiba.
j. Sakit di pangkal penis atau air seni berdarah hanya terjadi pada kanker prostat
stadium lanjut.

Selain itu, apabila kanker telah menyebar ke organ lainnya seperti tulang
(panggul, iga, atau tulang belakang) dan ginjal, pasien akan sering merasakan
sakit di punggung bawah dan panggul. Tulang pun akan menjadi lebih rapuh dan
mudah patah. Kanker prostat juga dapat menyebar ke otak, sehingga
menyebabkan kejang, bingung, sakit kepala, depresi, atau gejala neurologi
lainnya. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.

2.2.3.5 Epidemiologi Kanker Prostat


Merupakan keganasan tersering dan penyebab kematian karena kanker
paling utama pada pria di negara Barat, menyebabkan 94.000 kematian di Eropa
pada 2008 dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika Serikat pada 2012. Data di
AS menunjukkan bahwa lebih dari 90% Kanker prostat ditemukan pada stadium
dini dan regional, dengan angka kesintasan (Survival rate) 5 tahun mendekati
100%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun lalu, yang hanya
mencapai 69%.
Barnes pada tahun 1969 menemukan angka kesintasan 10 tahun dan 15
tahun untuk Kanker prostat stadium dini hanya sebesar 50% dan 30%. Rasio
insidensi terhadap mortalitas sebesar 5.3 pada tahun 2000. Angka mortalitas juga
berbeda pada tiap negara, yang tertinggi di Swedia (23 per 100.000 penduduk)
dan terendah di Asia (<5 per 100.000 penduduk).
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-
tahun. Di Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat pendidikan
(Jakarta, Surabaya dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah 1.102 pasien
dengan rerata usia 67,18 tahun.

2.2.3.6 Diagnosis
Diagnosis yang dilakukan untuk kanker prostat adalah :
1. Tes screening

21
Bagi laki-laki, pemeriksaan dini kanker prostat sebaiknya dilakukan sejak
berusia 50 tahun ke atas. Jenis-jenis screening atau pemeriksaan untuk penyakit
ini adalah:
 Digital rectal exam (DRE)
 Tes prostate-specific antigen (PSA)

2. Diagnosis kanker
Jika ditemukan ketidakwajaran dari hasil tes PSA atau DRE, dokter akan
merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut, seperti:
 Tes USG
 Pengambilan sampel jaringan prostat (biopsi)
Biopsi prostat dilakukan dengan memasukkan jarum kecil untuk mengambil
sebagian jaringan. Biopsi dilakukan jika hasil tes PSA Anda tinggi atau pada
pemeriksaan DRE menunjukan adanya benjolan dengan permukaan yang tidak
rata atau keras.

3. Menentukan tingkat keganasan kanker


Satuan yang seringkali digunakan oleh tim medis untuk menentukan tingkat
keganasan sel kanker adalah skor Gleason. Penilaiannya berupa kombinasi 2
angka, mulai dari 2 (nonagresif) hingga 10 (sangat agresif). Kebanyakan sel
kanker memiliki skor Gleason sebesar 6 hingga 10. Skor 6 artinya sel kanker
masih di tingkatan yang belum terlalu agresif. Sel kanker yang dinilai agresif dan
berbahaya memiliki skor 8 hingga 10.

4. Menentukan seberapa jauh kanker telah menyebar


Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tes pengambilan gambar
seperti Scan tulang, USG, CT scan, MRI scan, atau PET scan.

2.2.3.7 Pengobatan Kanker Prostat


Pengobatan yang diberikan tergantung pada tingkat keparahan, penyebaran
sel kanker, serta kondisi pasien. Namun, apabila sel kanker yang ada mulai

22
berkembang dan mulai memasuki stadium yang lebih tinggi, berikut adalah
beberapa jenis penanganan yang mungkin Anda dapatkan:
1. Operasi
Prosedur bedah atau operasi dilakukan dengan cara mengangkat kelenjar
prostat dan sebagian jaringan di sekitarnya. Prosedur ini dinamakan dengan
prostatektomi radikal.

2. Terapi radiasi (radioterapi)


Terapi ini dilakukan dengan menggunakan energi berkekuatan tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Radioterapi untuk kanker dilakukan dengan dua cara:
 Radiasi dari luar tubuh (radioterapi eksternal)
 Radiasi dari dalam tubuh (brakiterapi)
Terapi radiasi juga mungkin akan menimbulkan beberapa efek samping,
seperti rasa sakit saat buang air kecil maupun besar.

3. Terapi hormon
Terapi hormon dilakukan dengan cara menghentikan produksi hormon
testosteron di dalam tubuh. Dengan menghentikan atau mengurangi produksi
hormon testosterone di dalam tubuh, diharapkan pertumbuhan sel-sel kanker akan
melambat, kemudian mati.

4. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi biasanya
dilakukan pada pasien dengan stadium akhir, dan juga bagi orang yang tidak
menunjukkan perkembangan setelah terapi hormon.

2.3 Kanker Organ Reproduksi Wanita


Resiko kanker organ reproduksi pada meningkat di usia 30 - 40 tahun dan
akan terus meningkat disetiap tahapan usia. Artinya adalah wanita usia 70 tahun
beresiko menderita kanker dua kali lebih besar dari pada wanita usia 60 tahun dan
sampai 16 kali dari pada mereka berusia 30 tahun.

23
Organ reproduksi yang rawan kanker antara lain : Kanker Indung Telur
(Ovarium), Kanker Rahim (Uterus), Kanker Leher Rahim (Serviks), dan Kanker
Vulva.

2.3.1 Kanker Indung Telur (Ovarium)


2.3.1.1 Pengertian Kanker Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita di rongga panggul. Ada satu
indung telur seukuran kenari di setiap sisi rahim yang terhubung dengan tuba
falopi. Ovarium menghasilkan sel telur dan mensekresikan hormon wanita. Setiap
bulan, ovarium akan melepaskan satu sel telur. Jika tidak dibuahi, sel telur akan
dikeluarkan bersamaan dengan peluruhan lapisan dalam rahim, dan menyebabkan
wanita mengalami menstruasi. Tumor ganas yang ditemukan di ovarium disebut
sebagai kanker ovarium.

2.3.1.2 Patologi Kanker Ovarium


Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan
sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung nafsu makan menurun.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa
reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignancy atau
carcinoma of low-malignant potensial) dan yang jelas ganas (true malignant).
Penetapan tingkat klinis keganasan

24
2.3.1.3 Penyebab Kanker Ovarium
Penyebab kanker ovarium masih belum jelas hingga saat ini.
Dipostulasikan bahwa kerusakan kecil dan pemulihan jaringan ovarium akibat
ovulasi (produksi sel telur) atau fluktuasi hormon selama ovulasi bisa
menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal.

2.3.1.4 Faktor Resiko Kanker Ovarium


Penyebab kanker ovarium masih belum bisa dipastikan, namun kelompok
wanita berikut lebih rentan terhadap penyakit ini:
a. Menopause terjadi pada usia yang relatif lebih tinggi.
b. Belum pernah melahirkan.
c. Riwayat medis keluarga penderita kanker ovarium (terutama ibu, saudara
perempuan, dan bibi).
d. Kelebihan berat badan, diet yang tinggi kandungan lemak.
e. Aborsi spontan atau infertilitas.
f. Riwayat kanker payudara.
g. Terapi penggantian hormon selama lebih dari 5 tahun setelah menopause.

2.3.1.5 Gejala Kanker Ovarium


Karena ovarium tersembunyi jauh di dalam rongga panggul, gejala
awalnya bersifat tidak jelas. Perhatikan gejala-gejala berikut ini:
1) Dapat terjadi pada semua usia, namun beresiko paling tinggi pada wanita
berusia 50 tahun.
2) Sulit dideteksi pada stadium awal.
3) Pembengkakan seringkali tidak nampak sampai mencapai stadium lanjut.
4) Gejalanya yang dirasakan pada stadium lanjut adalah timbul rasa sakit pada
perut bagian bawah.
5) Berat badan menurun.
6) Sakit perut dan gangguan pencernaan yang terus-menerus dan makin
memburuk.
7) Rasa tidak nyaman pada perut, kembung.
8) Sering buang air kecil.

25
9) Sembelit.
10) Sakit saat melakukan hubungan seksual.
11) Sakit punggung.

2.3.1.6 Diagnosis Kanker Ovarium


Diagnosis didasarkan atas 3 tanda dan gejala yang biasanya muncul dalam
perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut:
a. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi
ke jaringan sekitar.
b. Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal
dan bermanifestasi adanya ascites.
c. Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi
atau hiperesterogenisme.
Jika kanker ovarium dicurigai setelah dilakukan pengambilan riwayat medis
individu, dokter mungkin akan meminta pasien mengikuti beberapa atau semua
tes kesehatan berikut ini, selain daripada pemeriksaan klinis untuk memastikan
diagnosisnya:
1) Pemeriksaan vagina: rahim, rektum, dan rongga panggul melalui vagina
untuk mendeteksi adanya massa atau hiperplasia (proliferasi sel tidak normal)
di dalam ovarium.
2) Ultrasound: untuk mendeteksi lokasi di mana tumor berada.
3) Tes darah: wanita penderita kanker ovarium atau lesi ovarium jinak mungkin
memiliki kadar CA125 yang lebih tinggi. Namun, ada juga kemungkinan di
mana kadar CA125 tetap normal pada kanker ovarium stadium awal.
4) Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT scan) dan pencitraan resonansi
magnetik (pemindaian MRI) bisa membantu mendeteksi lokasi tumor.
5) Laparoskopi (prosedur untuk memeriksa bagian dalam perut secara visual)
dan diagnosis: sayatan kecil dilakukan di dekat pusar setelah pasien
menerima anestesi umum/bius total. Laparoskopi (mikroskop tipis yang bisa
dibengkokkan dengan lampu di ujungnya) digunakan untuk memeriksa

26
jaringan di dalam rongga perut dan sampel tumor diambil untuk keperluan
diagnosis patologis.
6) Laparotomi eksplorasi (sayatan di abdomen): operasi untuk memeriksa,
mendiagnosis, dan merawat pasien bila diperlukan.
7) Biopsi: untuk mengklasifikasikan jenis sel
Jika ada tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap kanker ovarium, pemeriksaan
lain mungkin diperlukan untuk menentukan area yang terkena tumor:
a. Sinar X dada.
b. Pemindaian CT.
c. Pemindaian MRI.
d. Endoskopi saluran pencernaan bagian atas (pemeriksaan bagian dalam
kerongkongan, lambung, dan usus dua belas jari dengan endoskopi) atau
kolonoskopi (pemeriksaan lapisan usus dengan endoskopi).

Kanker ovarium bisa dikelompokkan menjadi 4 stadium berikut ini:


1) Stadium I - Tumor kanker terbatas pada ovarium.
2) Stadium II - Tumor kanker telah menyebar ke jaringan sekitar ovarium
namun masih terbatas pada rongga panggul.
3) Stadium III - Tumor kanker telah menyebar ke peritoneum (lapisan di bagian
dalam perut) atau sistem getah bening. Sebagian besar pasien diagnosis
menderita kanker Stadium III.
4) Stadium IV - Sel kanker telah menyebar ke organ utama lainnya di dalam
tubuh, seperti hati dan paru-paru.

2.3.1.7 Pencegahan Kanker Ovarium


Metode berikut bisa mencegah kanker ovarium secara efektif:
a. Diet yang seimbang, hindari diet yang tinggi kandungan lemak.
b. Berolahraga secara rutin.
c. Emosi yang stabil dan manajemen stres yang efektif.
d. Wanita yang memiliki disfungsi ovarium jangka panjang harus menjalani
perawatan aktif.

27
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral selama lebih dari 5 tahun memiliki risiko kanker ovarium yang
lebih rendah. Hamil setidaknya satu kali, menyusui, atau pernah menjalani ligasi
tuba (operasi untuk menutup tuba falopi) atau pengangkatan serviks juga
mengurangi risiko kanker ovarium. Wanita yang berusia di atas 50 tahun mungkin
perlu melakukan tes darah untuk mengetahui indeks CA125 dan pemeriksaan
ultrasound untuk mendeteksi penyakit ini pada stadium awal.

2.3.1.8 Pengobatan Kanker Ovarium


Kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan segera, termasuk operasi
bedah dan kemoterapi. Tindak lanjut terhadap penyakit secara berkala sangat
penting untuk memperbaiki tingkat kelangsungan hidup penderita.
1. Reseksi bedah
Mengangkat area termasuk ovarium di kedua sisi perut, tuba falopi, rahim,
omentum besar (membran besar yang menggantung dari perut), kelenjar getah
bening di dekatnya, dan jaringan yang mengalami tanda-tanda penyebaran. Untuk
penderita kanker stadium dini (tumor yang terbatas pada satu ovarium), dokter
mungkin mempertimbangkan untuk hanya mengangkat ovarium dan tuba falopi
yang terdampak, dan mempertahankan ovarium yang lain setelah operasi
penilaian stadium, sehingga sekresi hormon bisa dipertahankan dan pasien masih
bisa mengalami kehamilan bila diinginkan.

2. Kemoterapi
Setelah operasi bedah, dokter akan menggunakan obat anti kanker sebagai
terapi adjuvan untuk menghancurkan dan mengganggu pertumbuhan sel kanker
untuk menurunkan tingkat kemungkinan kambuhnya kanker.
Obat anti kanker biasanya disuntikkan ke dalam tubuh melalui pembuluh
darah. Pengobatan secara menyeluruh mencakup 6 kali suntikan, diberikan setiap
3 atau 4 minggu sekali. Efek samping kemoterapi yang umum terjadi adalah
mual, muntah, rambut rontok, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan. Anemia,

28
jumlah trombosit yang rendah, dan risiko infeksi juga umum terjadi karena
dampaknya pada sumsum tulang.

2.3.1.9 Perawatan Kanker Ovarium


Ada banyak hal yang harus diperhatikan selama proses pemulihan.
Pemahaman yang lebih mendalam bisa membantu pasien menghadapi penyakit
yang dideritanya secara positif.
a. Tindak lanjut secara berkala: segera informasikan kepada dokter jika Anda
mengalami sakit perut secara terus menerus atau distensi atau sesak napas.
b. Mengelola gaya hidup: banyak istirahat, hindari bekerja secara berlebihan,
dan pertahankan kekuatan tubuh.
c. Diet: gizi yang seimbang, konsumsi lebih banyak buah dan sayuran segar
serta suplemen protein yang sesuai.
d. Kesehatan mental: tetap optimis bisa meningkatkan efek pengobatan.
e. Kehidupan seksual: hindari kegiatan seksual selama kemoterapi, setelah
tindakan operasi bedah, dan pada kanker stadium lanjut.

2.3.1.10 Komplikasi Kanker Ovarium


Komplikasi umum dari kanker ovarium adalah sebagai berikut:
a. Pecahnya tumor: menyebabkan gejala sakit perut, mual, dan muntah yang
parah.
b. Torsi tumor (twist): drainase vena terhalang oleh tumor yang menyebabkan
penyumbatan. Penderita diserang rasa sakit yang sangat parah di perut bagian
bawah disertai rasa mual, muntah, dan syok bila kondisinya menjadi lebih
parah.
c. Infeksi: demam, sakit perut, distensi perut, peningkatan jumlah sel darah
putih, dan peningkatan suhu tubuh yang akan menyebabkan perbedaan
peritonitis (radang pada lapisan dalam perut yang melapisi organ tubuh).
d. Perubahan tumor jinak menjadi ganas: tumor tumbuh dengan cepat dalam
waktu singkat. Pasien merasa kembung di bagian perut atau lambung,
kehilangan nafsu makan.

29
e. Gejala anemia: pasien stadium lanjut mengalami gejala pendarahan,
kehilangan nafsu makan, obstruksi usus, penurunan berat badan, kehilangan
energi, rasa tidak nyaman pada perut.

2.3.2 Kanker Rahim (Endometrium)


2.3.2.1 Definisi Kanker Endometrium

Kanker endometrium atau lebih sering dikenal sebagai kanker rahim


adalah kanker yang mengenai lapisan dalam rahim. Terdapat dua jenis kanker
endometrium, yaitu kanker endometrium tipe I dan tipe II. Tipe I cenderung
tumbuh lambat dan umumnya terbatas pada endometrium, sedangkan tipe II
memiliki tipe jaringan yang lebih buruk, menginvasi otot polos rahim
(miometrium), dan tumbuh dengan cepat. Oleh sebab itu, kanker endometrium
tipe II umumnya memiliki hasil akhir (prognosis) yang kurang baik apabila
dibandingkan dengan tipe I.
Kanker jenis ini paling banyak dialami oleh kaum wanita. Biasanya terjadi
antara usia 50 sampai dengan 70 tahun. Pertumbuhannya sangat lambat sehingga
resiko untuk menjadi parah lebih rendah. Gejala yang harus diwaspadai adalah
perdarahan dari vagina dan keputihan yang tidak normal. Faktor resiko kanker
rahim ini adalah belum pernah melahirkan, hipertensi, obesitas dan diabetes
mellitus.

2.3.2.2 Epidemiologi Kanker Endometrium


Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologi tersering di
Amerika Serikat dan terdapat 287.100 wanita yang didiagnosa mengalami kanker
endometrium tiap tahun di seluruh dunia. Insidensi atau kasus baru kanker
endometrium pada wanita di bawah usia 40 tahun adalah 2 dari 100.000 wanita

30
per tahun. Akan tetapi, ketika memasuki dekade keenam hingga kedelapan, angka
ini dapat meningkat menjadi 40-50 dari 100.000 wanita per tahun.
Umumnya, kanker endometrium dijumpai pada wanita yang berusia 50-65
tahun dengan rerata usia 61 tahun, terutama di negara maju. Hal ini dikarenakan
75% kanker endometrium terjadi setelah menopause sehingga gejala yang paling
umum adalah perdarahan setelah menopause. Sementara di negara berkembang
seperti Indonesia, usia penderita kanker endometrium cenderung lebih muda, yaitu
sebanyak 63,9% pada usia 50 tahun ke atas dan sebanyak 12,5% pada usia 40
tahun ke bawah.

2.3.2.3 Faktor Penyebab Kanker Endometrium


Hingga saat ini, penyebab kanker endometrium masih belum diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
kanker endometrium. Umumnya, faktor-faktor tersebut menyebabkan kadar
hormon estrogen di dalam tubuh meningkat atau paparan terhadap hormon
estrogen menjadi lebih lama, sementara kadar hormon progesteron di dalam tubuh
menurun sehingga sel-sel pada lapisan dalam rahim (endometrium) terus
memperbanyak diri. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kelenjar baru pada
endometrium. Apabila jaringan endometrium tumbuh tak terkendali, jaringan ini
akan menebal dan dapat membentuk sebuah massa yang akhirnya menjadi kanker.
Sel-sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian tubuh yang lain.
Awalnya, kanker akan menyebar ke lapisan otot polos rahim (miometrium),
kemudian menyebar hingga ke kelenjar getah bening.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Usia
Usia tua meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium dengan jumlah
kasus terbanyak pada wanita di atas 70 tahun. Hanya sekitar 5% kanker
endometrium ditemukan pada wanita berusia di bawah 40 tahun.

2) Kondisi reproduksi
Kondisi reproduksi yang berhubungan dengan risiko kanker endometrium,
antara lain usia menarche (awal menstruasi) dini (<12 tahun) dan usia menopause

31
yang lambat (>52 tahun) karena terkait dengan paparan estrogen yang lebih lama.
Menopause merupakan keadaan tidak adanya periode haid atau menstruasi
selama 12 bulan dan merupakan suatu kondisi normal ketika wanita telah
memasuki usia lanjut. Sebelum menopause, indung telur (ovarium) merupakan
sumber utama penghasil hormon pada wanita, yaitu estrogen dan progesteron.
Keseimbangan kedua hormon ini berubah selama siklus haid setiap bulan,
sehingga terjadi haid atau menstruasi. Kondisi tersebut menjaga jaringan
endometrium tetap sehat karena sisa jaringan akan meluruh bersama darah haid
dan digantikan oleh jaringan baru. Setelah menopause, indung telur akan berhenti
menghasilkan kedua hormon tersebut, tetapi sejumlah kecil estrogen akan tetap
dihasilkan oleh lemak tubuh.
Kanker endometrium dapat terjadi pada wanita usia reproduksi dengan siklus
haid yang tidak teratur. Selain itu, wanita yang tidak pernah melahirkan
(nulipara) mempunyai risiko 3 kali lebih besar menderita kanker endometrium
dibandingkan dengan wanita yang memiliki riwayat sering melahirkan
(multipara). Hal ini disebabkan kehamilan mengurangi paparan wanita terhadap
hormon estrogen. Salah satu penelitian menyatakan bahwa wanita yang sudah
menikah, tetapi tidak pernah melahirkan anak memiliki risiko tinggi untuk
terkena kanker endometrium dibandingkan wanita yang tidak pernah menikah.
Ketidaksuburan atau infertilitas juga menjadi faktor yang berperan dalam hal
ini. Hal ini terkait dengan paparan terhadap hormon estrogen yang lama tanpa
diimbangi dengan hormon progesteron yang cukup, dan tidak mengelupasnya
sisa jaringan endometrium setiap bulan ketika haid.

3) Terapi sulit hormon


Penggunaan terapi sulit hormon, yaitu hormon estrogen dari luar (eksogen)
pada wanita menopause yang digunakan dalam jangka lama diperkirakan
meningkatkan risiko kanker endometrium sebesar 4,5-13,9 kali. Terapi sulih
hormon biasanya digunakan untuk mengurangi gejala yang timbul akibat
menopause, antara lain serangan rasa panas (hot flashes), kekeringan vagina, dan
kekeroposan tulang (osteoporosis). Akan tetapi, penggunaannya harus diberikan

32
bersama dengan progesteron atau derivatnya untuk menurunkan risiko kanker
endometrium.

4) Obesitas
Perempuan dengan kelebihan berat badan 11-25 kg mempunyai peningkatan
risiko 3 kali lipat untuk mengalami kanker endometrium, bahkan risiko dapat
meningkat hingga 10 kali pada wanita yang mempunyai kelebihan berat badan
>25 kg.

5) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga yang menderita kanker endometrium atau riwayat pribadi
yang menderita kanker tipe lainnya (misalnya kanker usus besar dan kanker
payudara) juga dapat meningkatkan risiko kanker endometrium.

6) Kondisi medis lain


Kondisi medis lain antara lain sindrom polikistik ovarium, diabetes melitus,
dan hipertensi.

2.3.2.4 Gejala Kanker Endometrium


Berikut gejala kanker endometrium, diantaranya:
1) Perdarahan dari rahim pada wanita yang sudah menopause.
2) Gangguan menstruasi (siklus mentruasi tidak teratur).
3) Perdarahan di luar siklus menstruasi.
4) Nyeri perut atau pinggul.
5) Kembung atau cepat merasa kenyang.
6) Perubahan kebiasaan buang air kecil dan buang air besar.
7) Tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung).
8) Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual).
9) Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang.
10) Lemas & letih lesu yang berkelanjutan.

33
2.3.2.5 Diagnosis Kanker Endometrium
Tidak ada uji penapisan (screening) untuk mendeteksi kanker
endometrium pada wanita yang tidak memiliki gejala. Oleh karena itu, apabila
Anda sudah memasuki masa menopause, setiap perdarahan yang muncul harus
diperiksakan. Dokter Anda akan melakukan sejumlah pemeriksaan fisik, antara
lain inspeksi vagina menggunakan spekulum untuk mengetahui dari sumber
perdarahan, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi
rektovagina untuk mengetahui apakah terdapat massa atau benjolan yang dapat
diraba.
Setelah itu, dilakukan ultrasonografi (USG) transvaginal (melalui vagina)
untuk menentukan ukuran rahim dan ketebalan endometrium. Apabila terdapat
penebalan endometrium >4 mm, maka Anda akan dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan berikutnya, yaitu biopsi endometrium. Biopsi merupakan baku emas
atau standar penegakkan diagnosis kanker endometrium dengan mengambil
sampel jaringan dan diperiksa di bawah mikroskop. Cara lainnya untuk
mendapatkan sampel endometrium adalah dengan dilatasi dan kuretase (D&C),
tetapi hal ini membutuhkan pembiusan agar Anda merasa lebih nyaman.
Pada wanita yang belum menopause, dokter akan mempertimbangkan
beberapa hal sebelum melakukan pemeriksaan biopsi, seperti usia, gejala, dan
kondisi medis lain karena USG saja tidak banyak membantu dalam menegakkan
diagnosis kanker endometrium. Penelitian lain menyebutkan bahwa MRI
(magnetic resonance imaging) juga dapat digunakan untuk mendeteksi kanker
endometrium.

2.3.2.6 Stadium Kanker Endometrium


Menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO),
terdapat empat stadium kanker endometrium, yaitu:
1) Stadium I: Tumor terbatas pada endometrium.
2) Stadium II: Tumor menginvasi stroma serviks tetapi tidak meluas ke luar
uterus.
3) Stadium III: Penyebaran lokal atau regional dari tumor.

34
4) Stadium IV: Perluasan ke dinding pelvis, sepertiga bawah vagina, atau
hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi.

2.3.2.7 Pencegahan Kanker Endometrium


Tidak ada cara untuk mencegah kanker sepenuhnya, tetapi Anda dapat
menurunkan risiko untuk menderita kanker. Cara menurunkan risiko terjadinya
kanker endometrium antara lain mempertahankan berat badan yang sehat, aktif
secara fisik, mendiskusikan penggunaan terapi sulih hormon (jika ingin
menggunakan), dan memeriksakan diri ke dokter jika ada perdarahan yang tidak
normal keluar dari organ reproduksi.

2.3.3 Kanker Leher Rahim (Serviks)


2.3.3.1 Definisi Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim)

Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam


leher rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Anonim, 2007).
Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang
paling dapat dicegah dan disembuhkan dari semua kasus kanker.

2.3.3.2 Faktor Resiko Kanker Serviks


Faktor resiko kanker leher rahim (Anonim, 2008b) :
1) Infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus).
2) Penyakit menular seksual.

35
3) Memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda.
4) Berganti-ganti pasangan seks.
5) Pemakaian kontrasepsi.
6) Pemakaian Dietilstilbestrol (DES).
7) Sering melahirkan.
8) Penyakit yang menekan sistem imun.
9) Merokok.
10) Genetik.
11) Timbul setelah usia 40 tahun. Namun dengan deteksi dini kanker leher rahim
yang dapat dilakukan di puskesmas dan penanganan tepat dapat mencegah
penyebaran dan kemungkinan sembuh cukup besar.

2.3.3.3 Stadium Kanker Serviks


Menurut International Federation of Gynecologists and Obstetricians,
perkembangan kanker leher rahim dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan ukuran
tumor, kedalaman penetrasi pada leher rahim dan penyebaran kanker di dalam
maupun diluar leher rahim. Stadium-stadium tersebut adalah sebagai berikut
(Canavan dan Doshi, 2000) :
1) Stadium 0 Terjadi pertumbuhan kanker (karsinoma) pada jaringan epitel leher
rahim.
2) Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada leher rahim.
3) Stadium II Karsinoma meluas sampai keluar leher rahim tetapi belum sampai
dinding pelvis; karsinoma menyerang vagina tapi belum mencapai 1/3 vagina
bagian bawah.
4) Stadium III Karsinoma meluas ke dinding pelvis; pada pemeriksaan rektal,
tidak terlihat adanya ruang kosong antara tumor dan dinding pelvis; tumor
menyerang 1/3 vagina bagian bawah; pada semua kasus juga ditemukan
adanya hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi.
5) Stadium IV Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa kandung kemih
atau rektal.

36
2.3.3.4 Gejala Kanker Serviks
Gejala yang terjadi pada kanker jenis ini biasanya adalah
a. Keputihan encer, berdarah, banyak dan berbau tidak enak.
b. Perdarahan dari vagina di antara siklus menstruasi, setelah senggama atau
setelah menopause.

2.3.3.5 Deteksi Kanker Serviks


Layaknya semua kanker, terjadinya kanker leher rahim ditandai dengan
adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi
sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang
dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu
sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker.
Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-
sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang
abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut
“Pap smear test”, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin
rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim.
Pap smear test merupakan suatu test yang aman, cepat dan murah dan telah
dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-
sel leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou,
sehingga dinamakan Pap smear test. Pap smear test adalah suatu metode
pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di
bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel
tersebut. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan
spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk
membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga
memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-
sel leher rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan
sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es
krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke
laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti (Dolinsky, 2002).

37
Jika terjadi pendarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa
menstruasi terjadi dan terjadi keluarnya cairan (discharge) maka harus segera
dilakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan tersebut bukanlah suatu hal
yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun baru
saja melakukan Pap smear test. Hasil ‘Pap Smear’ dikatakan abnormal jika sel-sel
leher rahim ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan
yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10
pemeriksaan ‘Pap Smear’ (Sofyan, 2000).

2.3.3.6 Pengobatan Kanker Serviks


Terapi untuk kanker leher rahim berbeda untuk tiap stadium kanker. Pada
stadium awal dapat dilakukan pembedahan terhadap jaringan yang mengandung
sel kanker. Pada stadium selanjutnya, terapi dilakukan dengan radioterapi,
kemoterapi, maupun kemoradioterapi. Jenis terapi ini dapat berpengaruh pada sel
normal (La Russo, 2004).
Jika perubahan awal sel leher rahim telah diketahui, pengobatan yang
umum diberikan adalah dengan:
1) Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
2) Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim,
termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan
pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang
mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan
(Anonim, 2007).

Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher
rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang
dapat dilakukan adalah:
1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya
uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal (Tyagi, 2000).

38
2.3.3.7 Pencegahan Kanker Serviks
Jika seseorang pernah melakukan hubungan seksual, maka harus
melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai
berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk
melakukan Pap smear test lebih sering. Hal yang ke dua adalah melaporkan
adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama
setelah coitus (senggama). Hal yang ke tiga adalah tidak merokok.
Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan
menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan
yang dapat memperkecil resiko tersebut, maka kejadian kanker leher rahim ini
dapat dihindari (Zhao, 2004).

2.3.4 Kanker Vulva


2.3.4.1 Definisi Kanker Vulva
Kanker vulva adalah jenis kanker yang menyerang bagian luar alat
kelamin perempuan. Vulva adalah bagian luar dari organ genitalia wanita yang
mengelilingi orificium urethra externa (lubang kencing) dan vagina, termasuk di
dalamnya labia mayora dan minora (bibir kemaluan), klitoris dan kelenjar
bartholini yang ada pada kedua sisi vagina. Kanker vulva biasanya muncul
sebagai benjolan atau nyeri pada vulva dan menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini
umumnya menyerang perempuan dewasa. Kanker vulva sering bermula dari tepi
bagian dalam labia mayora atau labia minora.
Kanker Vulva atau alat kelamin luar wanita di awali oleh benjolan yang
kecil dan mengeras pada kulit. Benjolan ini akan pecah dan membentuk borok
yang tebal, monjol dan mengeluarkan darah. Perkembangannya sangat lambat
sehingga dengan penanganan penyembuhan dapat mengarah sempurna.
Penyakit yang mendahului terjadinya kanker vulva adalah Kondiloma
akuminata, infeksi virus papiloma manusia (Tipe 2, 16, dan 18), keadaan vulvitis
atropikan. Lokasi keganasan vulva paling sering pada bibir besar (60%), bibir
kecil (20%), klitoris (6%), dan sebagian ditempat lain. Karsinoma vulva adalah

39
penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker genetalia primer pada perempuan.
(Price,2005:1299).

2.3.4.2 Jenis Kanker Vulva


Ada beberapa jenis kanker vulva, diantaranya:
1) Karsinoma sel skuamosa
Jenis kanker vulva yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa. Kanker
ini bermula pada sel skuamosa yang merupakan jenis utama sel kulit. Terdapat
beberapa subtipe dari karsinoma ini, yaitu:
a. Jenis keratinisasi
Jenis ini paling umum terjadi dan menyerang perempuan berusia lanjut.
Kanker vulva jenis ini tidak memiliki hubungan dengan infeksi yang disebabkan
oleh Human Papillomavirus (HPV).
b. Jenis basaloid
Jenis ini lebih sering ditemukan pada wanita muda dengan infeksi HPV.
c. Jenis karsinoma verukosa
Jenis kanker ini jarang terjadi, tetapi penting untuk dikenali karena
pertumbuhannya lambat dan cenderung mempunyai prognosis (harapan) yang
baik. Kanker ini muncul seperti kutil besar dan memerlukan pemeriksaan biopsi
untuk memastikan tingkat keganasannya.

2) Adenokarsinoma
Kanker yang bermula pada sel kelenjar yang disebut adenokarsinoma. Vulva
adenokarsinoma paling sering berawal pada kelenjar Bartholin yang berada di
dalam pembukaan vagina. Kanker kelenjar Bartholin biasanya dicurigai sebagai
kista (penumpukan cairan di dalam kelenjar). Maka dari itu, diperlukan waktu
yang cukup lama untuk memastikan penyakit ini. Kanker ini juga dapat timbul
pada kelenjar keringat pada kulit vulva.

3) Melanoma
Melanoma bermula pada sel-sel penghasil pigmen yang memberi warna pada
kulit. Kanker ini lebih sering menyerang daerah kulit yang sering terpapar sinar

40
matahari. Namun tidak menutup kemungkinan pada daerah yang tidak terpapar
sinar matahari, seperti vulva. Meski demikian, hal ini cukup jarang terjadi.

4) Sarkoma
Sarkoma merupakan jenis kanker yang bermula pada tulang, otot, atau
jaringan ikat. Kanker sarkoma ini agak berbeda dari jenis kanker vulva yang lain.
Kanker ini dapat terjadi pada perempuan di berbagai usia tanpa kecuali.

5) Karsinoma sel basal


Karsinoma sel basal merupakan jenis kanker pada kulit yang terkena sinar
matahari dan kanker ini jarang terjadi pada vulva.

2.3.4.3 Etiologi Kanker Vulva


Belum diketahui secara pasti, namun yang menjadi faktor risikonya:
a. Penyakit menular seksual.
b. Diabetes.
c. Obesitas.
d. Hipertensi.
e. Usia.
f. Hubungan seksual pada usia dini.
g. Berganti-ganti pasangan seksual.
h. Merokok, dan lain-lain.

2.3.4.4 Stadium Kanker Vulva


Stadium dari kanker vulva yaitu :

41
2.3.4.5 Epidemiologi kanker vulva
Usia rata – rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun;
untuk karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma invasive yang
sebenarnya adalah 61 tahun. (Price, 2005;1299) Wanita kulit putih lebih banyak
yang terserang disbanding wanita nonkulit putih. Angka kejadiannya lebih tinggi
pada wanita hipertensi, obesitas dan diabetes. (Smeltzer, 2002; 1565).

2.3.4.6 Tanda dan Gejala Kanker Vulva


Tanda dan gejala kanker vulva adalah :
a. Rasa gatal di kemaluan secara terus menerus.
b. Rasa nyeri dan sakit.
c. Pendarahan yang bukan berasal dari menstruasi.
d. Perubahan struktur kulit dan warna kulit.
e. Benjolan yang menyerupai kutil, jerawat atau luka terbuka (ulkus).
f. Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian
dapatditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan menjadi keras,
mengalami ulserasi seperti bunga kol (Smeltzer, 2002;1565).

42
g. Gejala awal yang perlu mendapatkan perhatian, rasa sangat gatal, disertai rasa
panas dan nyeri, terdapat benjolan kecil, terdapat perubahan kulit berwarna
putih (memerlukan pemeriksaan lanjut), leukoplakia, terdapat ulkus mulai
kecil tepi meninggi dan menebal, dapat disertai ulkus yang selalu
mengeluarkan cairan.

2.3.4.7 Faktor Resiko Kanker Vulva


Kanker terjadi ketika sel-sel sehat di vulva bermutasi yang mengakibatkan
sel berkembang secara cepat dan tidak terkendali. Sel-sel yang sehat perlahan
akan mati, dan sel-sel kanker terus bertumbuh secara tidak terkendali. Kemudian,
sel menumpuk menjadi tumor dan sel kanker tersebut dapat menyebar ke area
tubuh lainnya.
1) Usia lanjut.
2) Terkena human papillomavirus (HPV) yang dapat ditularkan melalui kontak
langsung antara kulit dan kulit, aktivitas seksual termasuk di dalamnya
vaginal, anal dan oral seks.
3) Merokok.
4) Sistem kekebalan yang lemah, mengonsumsi obat-obatan yang menekan
sistem imun (pada orang yang menjalani operasi transplantasi organ) dan
pada penderita HIV.
5) Riwayat kondisi pra-kanker vulva seperti vulvar intraepithelial neoplasia.
6) Penyakit kulit vulva, seperti Lichen sklerosus yang menyebabkan kulit vulva
menjadi tipis dan gatal.
7) Riwayat kanker genitalia lainnya seperti kanker serviks. Sebab, HPV yang
memiliki hubungan dengan kanker serviks juga memiliki kaitan dengan
kanker vulva.
8) Riwayat melanoma pada keluarga.

2.3.4.8 Pengobatan Kanker Vulva


1) Operasi
Operasi bertujuan untuk mengangkat seluruh bagian yang terjangkit tumor
maupun kanker.

43
2) Kemoterapi
Kemoterapi dapat menjadi pilihan pengobatan bagi pasien dengan kanker
vulva stadium lanjut yang telah menyebar ke area tubuh lain. Kemoterapi kadang
dikombinasikan dengan radioterapi untuk mengecilkan atau menyusutkan ukuran
kanker sebelum operasi. Tujuannya, untuk meningkatkan potensi keberhasilan
operasi, atau jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening. Pengobatan
kemoterapi menggunakan obat untuk mematikan sel kanker.

3) Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar bertenaga tinggi yaitu sinar-X, untuk
membunuh sel-sel kanker. Selain untuk membunuh sel kanker, terapi ini juga
dapat memperkecil kanker vulva agar lebih mudah dioperasi. Radiasi yang
dikombinasikan dengan kemoterapi digunakan agar sel kanker lebih rentan
terhadap terapi radiasi. Apabila sel kanker berada di kelenjar getah bening, akan
dilakukan terapi radiasi pada daerah sekitar kelenjar getah bening, untuk
membunuh sel kanker yang tersisa setelah operasi.

2.3.4.9 Pencegahan Kanker Vulva


Untuk mengurangi risiko terserang kanker vulva, maka potensi terhadap
penyakit menular seksual harus ditekan. Hal yang dapat dilakukan untuk
menghindari kanker vulva adalah:
a. Menghindari infeksi yang disebabkan oleh HPV (Human Papillomavirus)
dengan tidak berganti pasangan seks.
b. Menggunakan kondom.
c. Mendapatkan vaksin HPV.
d. Tidak merokok.
e. Cegah kanker organ reproduksi wanita dengan deteksi dini.
f. Jaga kebersihan alat reproduksi dan jalani hidup seimbang antara jiwa dan
raga.
g. Berperilaku hidup bersih dan sehat sangat bermanfaat untuk kesehatan.
h. Yang paling penting adalah rutin melakukan pap smear setahun 1 - 2 kali.

44
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker pada sistem rerpoduksi adalah penyakit pada sistem reproduksi
akibat pertumbuhan tidak normal dari jaringan tubuh yang berubah jadi sel
kanker, kanker organ reproduksi ini bisa terjadi pada organ reproduksi laki laki
dan wanita.
Kanker organ reproduksi pada laki- laki yaitu : (1) Kanker Penis (Sel
karsinoma skuamosa, Sarkoma, Melanoma, Karsinoma sel basal,
Adenokarsinoma), (2) Kanker Testikular (testis sel nutfah, tumor sel leydig dan
tumor sel sertoli), (3) Kanker Prostat (Adenokarsinoma asinar, Adenokarsinoma
duktal, Sel kanker transisional (urotelial), Sel kanker skuamosa, Sel kanker prostat
kecil). Faktor resiko kanker pada organ reprosuksi laki laki pada umumnya adalah
usia, pola hidup, kebiasaan merokok, dan penyakit menular seksual.
Kanker pada organ reproduksi wanita diantaranya yaitu : (1) Kanker
Indung Telur (Ovarium), (2) Kanker Rahim (Uterus), (3) Kanker Leher Rahim
(Serviks), dan (4) Kanker Vulva. Adapun faktor resiko dalam penyakit kanker
pada organ reproduksi ini pada umumnya adalah umur, obesitas, pola hidup,
gangguang resproduksi, KB, keturunan.

3.2 Saran
Dalam makalah ini kelompok menyadari masih terdapat kekurangan, oleh
sebab itu kelompok sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Selain itu,
makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang dapat menambah
wawasan pembaca terutama tentang kanker pada organ reproduksi pada pria dan
wanita serta menerapkan upaya-upaya pencegahannya.

45
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. Prostate Cancer Risk Factors. Dalam


https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/causes-risks-
prevention/risk-factors.html. Diakses pada 1 April 2020.

Hospital Authority. 2018. Ovarian Cancer. Dalam


https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/O
varian-Cancer_Indonesian.pdf?ext=.pdf. Diunduh pada 1 April 2020.

Mardiana L. Kanker pada Wanita. Jakarta: Niaga Swadaya; 2007.

Mayo Clinic (2018). Disease and Conditions. Prostate Cancer

Mayo Clinic (2018). Disease and Conditions. Testicular Cancer.

Mayo Clinic. Vulvar Cancer. Disease and Condition. Dalam


www.mayoclinic.org/diseases-conditions/vulvar-cancer/symptoms-
causes/syc-20368051. Diakses pada 3 April 2020.

NHS. Penile Cancer. Dalam https://www.nhs.uk/conditions/penile-cancer/.


Diakses pada 1 April 2020.

Reiza. Kanker Endometrium. Dalam https://kankere.com/article/content/kanker-


endometrium-23. Diakses pada 2 April 2020.

UGM. Cancer Chemoprevention Research Center. Kanker Leher Rahim


(Serviks). Dalam https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=893. Diakses
pada 1 April 2020.

46

Anda mungkin juga menyukai