Anda di halaman 1dari 58

KELOMPOK 5

1. MIRAARNITA
2. AUWILLA MARTA TASMAN
3. RAHMAYNI AFRAH
4. IKKE KRISTIYA
5. KIRAN NANDINI FIJRI
H
I
D
R
Hidrokel adalah penumpukkan cairan O
berbatas tegas yang berlebihan di antar
lapisan parietalis dan viseralis tunika K
vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan E
yang berada di dalam rongga itu memang L
ada dan berada dalam keseimbangan
antara produksi dan reabsorbsioleh
sistem limfatik di sekitarnya.
EPIDEMIOLOGI

Di amerika serikat, insidensi hidrokel adalah sekitar


10-20 per 1000 KH dan lebih sering terjadi pada bayi
prematur

Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi prematur


dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gr,
dibandingkan dengan bayi aterm. Kelainan ini
ditemukan pada 80-90 % bayi laki-laki,90-95 % di
antaranya akan menghilang spontan sebelum usia 2
tahun

Hidrokel juga ditemukan pada laki – laki dewasa


ETIOLOGI

Pada orang dewasa, penyebab hidrokel terjadi secara


idiopatik (primer).

Penyebab sekunder dapat terjadi karena adanya kelainan


pada testis atau epididimis yang menyebakan terganggunya
sistem sekresi atau reabsorbsi cairan dikantong hidrokel.
Kelainan pada testis itu dapat berupa suatu tumor, infeksi
atau trauma pada testis / epididimis. Kondisi ini dapat
menyebakan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus.
PATOFISIOLOGI

Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak


lahir) berupa ketidaksempurnaan proses obliterasi tunika
vaginalis parientalis dan visceralis.

Hal ini menyebabkan tidak menutupnya kanalis inguinalis


sehingga terjadi hubungan antara peritoneum dengan tunika
vaginalis, rongga yang terbentuk antara tunika vaginalis
dengan cavum peritoneal merupakan tempat terakumulasinya
cairan yang berasal dari sistem limfatik di sekitar dan atau
cairan dari intraperitoneal.
LANJUTAN PATOFISIOLOGI

Hidrokel funikuli atau cord hydrocele terjadi ketika prosesus


vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat
hubungan dengan peritoneum, dan prosesus vaginalis
mungkin tetap terbuka sejauh batas skrotum. Area seper ti
kantung di dalam kanalis inguinalis terisi dengan cairan.
Pada kondisi normal terjadi keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi cairan oleh sistem limfatik di
sekitarnya, namun pada penyakit ini terjadi gangguan sistem
sekresi atau reabsorbsi cairan limfe, sehingga terjadi
penimbunan di tunika vaginalis tersebut.tekanan yang terus
menerus mengakibatkan obstruksi aliran limfe atau vena di
dalam funikulus spermatikus yang dapat menyebabkan
terjadinya atrofi testis.
ANAMNESIS

Pada anamnesis pasien mengeluh adanya benjolan di kantong


skrotum yang tidak nyeri
Mengeluh benjolan dan besar dan berat di daerah skrotum
Pasien mengeluh tidak nyaman yang menjalar sepanjang
daerah inguinal
Benjolan atau masa kistik yang lunak dan kecil pada pagi hari
dan malam menegang
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong
hidrokel tidak berubah. Pada hidrokel komunikan besar
kantongnya dapat berubah ubah dan semkain besar jika anak
menangis
PEMERIKSAAN FISIK

Tes transluminasi
Sumber cahaya di letakkan pada sisi pembesaran skrotum
Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika
vaginalis dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar
Tranmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan
rongga yang mengandung cairan serosa, seper ti hidrokel.

Pemeriksaan penunjang yaitu USG inguinal - scrotal


Hidrokelektomi
Pendekatan Scrotal
Teknik Jaboulay dilakukan eksisi pada kantong hidrokel
secara tipis dengan meninggalkan sisa lapisan kantong yang
cukup banyak sehingga dapat di jahit bersamaan setelah
dilakukan eversi kantong kebalakang testis dan funikulus
spermatikus
Teknik pilkasi lord
Membuka kantong hidrokel, mengeluarkan testis dari
kantong. Menjahit tepi kantong hidrokel dan dengan
menggunakan jahitan interrupted, secara radikal dijahit untuk
plikasi kantong
LANJUTAN TATA LAKSANA

Pendekatan inguinal
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal
karena seringkali hidrokel ini diser tai dengan hernia
inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel sekaligus
melakukan herniorafi
Pada laki – laki yang di diagnosa denga hidrokel dimana
dicurigai adanya keganasan , sebaiknya dilakukan
pembedahan dengan pendekatan inguinal agar dapat
mengendalikan funikulus spermatikus untuk persiapan
kemungkinan dilakukan orchiektomi.
E
P
I
D
I
D
I
M
I
Epididimitis adalah infeksi atau peradangan
pada epididimis, yaitu struktur tubular yang T
terletak di aspek posterior dan superior testis I
tempat sperma matang sebelum ejakulasi.
S
Perbedaan Epidemiologi Akut Dan Kronis

Epididimitis akut Epididimitis kronis

•Berlangsung kurang dari •Berlangsung lebih dari


6 minggu. tiga bulan
•Ditandai dengan rasa •Ditandai dengan nyeri
sakit dan bengkak pada tanpa adanya
skrotum pembengkakan skrotum.
•Dalam beberapa hari
tanpa terapi yang
memadai, terjadi
penyebaran lebih lanjut
ke testis.
EPIDEMIOLOGI

Lebih dari 600.000 pria terkena epididimitis setiap tahun di


Amerika Serikat.

Studi mengenai epidemiologi epididimitis di Indonesia sampai


sekarang masih sangat terbatas.

penyakit infeksi menular seksual,


seperti klamidia dan gonorrhea, telah ditemukan sebanyak 23%
dan 29,7% dalam studi skrining WHO di Indonesia.

Kasus infeksi menular seksual yang disebabkan oleh C.


trachomatis dan N. gonorrhoeae juga telah dilaporkan sebanyak
7,2 juta dan 25,4 juta kasus di benua Asia Tenggara
FACTOR RISIKO

Perilaku seksual yang dapat menyebabkan


epididimitis menular seksual adalah :
•Berhubungan seks dengan pasangan yang memiliki IMS
•Seks tanpa kondom
•Memiliiki riwayat IMS

Faktor risiko untuk epididimitis menular nonseksual


meliputi:
•Riwayat infeksi prostat atau saluran kemih
•Riwayat prosedur medis yang memengaruhi saluran kemih, seperti
pemasangan kateter urin atau teropong ke dalam penis
•Penis yang tidak disunat atau kelainan anatomi saluran kemih
•Pembesaran prostat, yang meningkatkan risiko infeksi kandung
kemih dan epididimitis
ETIOLOGI

Pria yang aktif secara


•Penyebab paling umum adalah chlamydia trachomatis dan
seksual berusia 14 neisseria gonorrhoeae
sampai 35 tahun.

Pria lebih tua dari 35 •Paling sering disebabkan oleh aliran retrograde urin yang terinfeksi
(bakteriuria) ke dalam saluran ejakulasi dalam pengaturan
tahun obstruksi outlet kandung kemih, biasanya hipertrofi prostat.

Anak laki-laki yang •Penyebabnya sebagian besar tidak diketahui tetapi mungkin
lebih muda dari 14 berhubungan dengan kelainan anatomi yang menyebabkan refluks
urin yang terinfeksi ke dalam saluran ejakulasi.
tahun

Epididimitis non •Disebabkan oleh efek samping penggunaan obat amiodarone


infeksi
MEKANISME PENYAKIT

Epididimitis umumnya terjadi akibat infeksi menular seksual yang kemudian


diikuti dengan migrasi patogen ke traktus genitourinaria. Rute infeksi yang
sering terjadi juga adalah melalui penjalaran patogen secara retrograde
ascending dari uretra dan kandung kemih, melalui duktus ejakulatorius dan
vas deferens yang menyebabkan kolonisasi dan inflamasi pada epididimis.
Penyebaran patogen juga dapat terjadi melalui jalur limfatik korda
spermatikus.

Pada epididimitis yang disebabkan oleh penggunaan amiodarone, terdapat


hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat kemungkinan adanya akumulasi
dari konsentrasi tinggi obat amiodarone dan metabolitnya pada jaringan
epididimal. Selain itu, perubahan histologis, seperti fibrosis epididimal fokal
dan infiltrasi limfositik juga ditemukan
GEJALA DAN TANDA

Nyeri testis dan nyeri Buang air kecil yang


tekan, biasanya di menyakitkan atau
Skrotum bengkak,
satu sisi, yang kebutuhan mendesak
merah atau hangat
biasanya muncul atau sering untuk
secara bertahap buang air kecil

Nyeri atau
ketidaknyamanan di
Ada sekresi dari penis Darah dalam air mani
perut bagian bawah
atau daerah panggul

Demam
DIAGNOSIS

• Mengungkapkan pembengkakan skrotum, dan palpasi


skrotum kemungkinan akan mengungkapkan nyeri tekan
skrotum
Pemeriksaan fisik • Mengangkat skrotum dapat mengurangi rasa sakit (tanda
prehn).
• Pemeriksaan fisik penis dapat menunjukkan sekret
uretra.
• Nyeri tekan pada palpasi epididimis sepanjang aspek
posterior dan superior testis merupakan ciri epididimitis.
Palpasi Kulit di atas skrotum tampak hangat, eritematosa,
meradang, dan indurasi akibat infeksi.
Pemeriksaan rektal
• Menunjukkan nyeri tekan pada palpasi kelenjar prostat.
digital
• Dilakukan untuk mengevaluasi penyebab infeksi. Kultur
Urinalisis
urin harus diperoleh untuk semua anak, dan untuk orang
midstream
dewasa dengan hasil urinalisis positif.
CONT..

• Untuk N. Gonorrhoeae dan C. Trachomatis


Pengujian
amplifikasi • Untuk pasien yang aktif secara seksual
asam nukleat lebih muda dari 35 tahun harus
dilakukan.
• Hiperemia, pembengkakan, dan
Ultrasonografi
peningkatan aliran darah dari epididimis
doppler
adalah temuan usg umum pada pasien
warna .
dengan epididymitis.
• Membantu dalam membedakan antara
Pengukuran
epididimitis dan torsio testis. Epididimitis
reaktan fase
sering dikaitkan dengan peningkatan
akut
kadar protein c-reaktif.
TERAPI

Pengobatan epididimitis didasarkan pada identifikasi


organisme penyebab
• Untuk kasus yang dicurigai menular seksual, ceftriaxone
intramuskular (dosis tunggal 250 mg) ditambah doksisiklin oral (100
mg dua kali sehari selama 10 hari) dianjurkan meskipun azitromisin
dapat digunakan sebagai alternatif.
• Pada pria yang melakukan hubungan seks anal insertif, organisme
enterik berkemungkinan selain gonore atau klamidia; ceftriaxone
intramuskular (dosis tunggal 250 mg) ditambah levofloxacin oral
(Levaquin; 500 mg sekali sehari selama 10 hari) atau ofloxacin oral
(300 mg dua kali sehari selama 10 hari)
• Pada anak-anak usia dua sampai 14 tahun tanpa tanda-tanda
sistemik (misalnya, demam), antibiotik dapat diberikan jika hasil
urinalisis atau kultur urin positif.
CONT..

Pada pasien yang lebih tua dari 35 tahun, infeksi menular


seksual lebih kecil kemungkinannya, dan monoterapi dengan
levofloxacin atau ofloxacin cukup untuk mengobati kemungkinan
organisme enterik. Karena peningkatan resistensi klamidia,
ciprofloxacin tidak lagi menjadi fluoroquinolone alternatif yang
memadai untuk pengobatan epididimitis.
Pasien dengan rasa sakit yang parah atau sulit diobati atau
tanda-tanda infeksi sistemik mungkin memerlukan rawat inap
untuk perawatan.
Pengobatan awal epididimitis kronis idiopatik mencakup
pengobatan antiinflamasi nonsteroid selama dua minggu dengan
lapisan es dan peninggian skrotum.
Disfungsi ereksi adalah
ketidakmampuan untuk mencapai D
atau mempertahankan ereksi yang
cukup untuk memuaskan kinerja I
seksual. E
S
Dua aspek utama ereksi adalah R
ereksi reflex dan ereksi F
psikogenik. Ereksi refleks dicapai E
U
dengan menyentuh penis secara K
langsung dan berada dibawah N
kendali saraf perifer dan tulang S
belakang (S2-4 dan Th12-L2). G
I
Ereksi psikogenik dicapai dengan S
rangsangan erotis atau emosional,
dan menggunakan sistem limbic I
otak.
EPIDEMIOLOGI

Data menunjukkan tingkat kejadian Erectile Dysfunction (ED) di


Asia adalah 7-15% untuk usia 40-49 tahun dan 39-49% untuk
usia 60-70 tahun.
Sedangkan prevalensi disfungsi ereksi di Indonesia menurut
sur vey dari Asia Pasific Sexual Health and Overall Wellness (AP
SHOW) yang dilakukan di 13 negara termasuk Indonesia,
didapatkan bahwa 1 dari 4 pria mengalami disfungsi ereksi.
FISIOLOGI EREKSI

Ereksi yang normal memerlukan fungsi penuh dari berbagai


sistem fisiologik: vaskuler, saraf dan hormonal. Pasien juga
harus menerima stimulus seksual. Ereksi penis berlangsung
melalui beberapa fase.
LANJUTAN….

Fase flasid.
Fase pengisian lambat
Fase tumescent (pengisian cepat)
Fase ereksi maksimal
Fase ereksi rigid atau skeletal
Fase detumescent (pengosongan)
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Disfungsi ereksi dapat diakibatkan abnormalitas tunggal


ataupun kombinasi dari keempat sistem yang penting dalam
fungsi ereksi. Etiologi sistem vaskuler, neurologik dan
hormonal pada disfungsi ereksi disebut disfungsi ereksi
organic (80%) dan disfungsi ereksi psikogenik (20%).
Penyakit-penyakit sistemik yang berpengaruh pada aliran
vaskuler ke corpus cavernosus yang mempengaruhi konduksi
saraf ke otak atau ke vaskulatur penis, dapat menyebabkan
disfungsi ereksi.
OBAT YANG MENYEBABKAN DISFUNGSI
EREKSI
DIAGNOSIS

Dalam mendiagnosa disfungsi ereksi, selain menggali riwayat


penyakit dahulu maupun riwayat sosial dari pasien, pemeriksa
juga harus melakukan beberapa pemeriksaan terhadap pasien.
Hal ini ber tujuan selain untuk memastikan diagnosa pasien,
tetapi juga dapat memastikan tingkat keparahan dari disfungsi
ereksi yang dialami pasien dan jenis terapi yang akan diberikan
kepada pasien.
Etiologi dari disfungsi ereksi terbagi dalam beberapa hal,
namun seringnya pasien yang datang ke dokter dengan keluhan
disfungsi ereksi mempunyai keluhan pada sistem
kardiovaskularnya . Dengan banyaknya evidence based
mengenai keterkaitan antara kelainan sistem kardiovaskular
dan disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh faktor psikogen biasanya
menunjukkan ciri ciri sebagai berikut:

Timbulnya mendadak Situasional Ereksi Nocturnal


TATALAKSANA

Tujuan utama dari tatalaksana terhadap pasien dengan


disfungsi ereksi ialah untuk menentukan etiologi/penyebab dan
dilakukan penatalaksanaan terhadap penyebabnya, bukan saja
terhadap gejala.

Terapi lini per tama Farmakologi oral


Terapi lini kedua
Terapi lini ketiga
OBAT DISFUNGSI EREKSI
T
E T
R E
A S
T T
O I
M S
A
PENDAHULUAN

Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas


di dalam testis (buah zakar), yang dapat
menyebabkan testis membesar atau
menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum (kantung zakar)

Teratoma testis adalah subtipe dari non-


seminomatous germ cell tumours (NSGCT)
yang terjadi pada testis. Teratoma ini
mempunyai elemen yang terdiferensiasi
secara total atau inkomplit dari minimal
dua lapisan sel germinal, yakni endoderm,
ektoderm, atau mesoderm.
DEFINISI

Teratoma adalah tumor sel germinal yang


umumnya terdiri dari beberapa jenis sel
yang berasal dari satu atau lebih dari 3
lapisan germinal endoderm, mesoderm, dan Teratoma imatur merupakan
ekktoderm. Teratoma berasal dari bahasa keganasan tumor sel germinal ke tiga
yunani yaitu teras yang berarti monster. tersering setelah disgerminoma dan
Teratoma dibagi dalam tiga kategori yaitu tumor sinus endodermal. Selain itu,
teratoma matur (jinak), teratoma imatur, ada juga yang memiliki komponen
dan teratoma monodermal dengan tertentu (umumnya squamous) yang
diferensiasi khusus. Teratoma bervariasi mengalami transformasi maligna,
dari bentuk yang jinak yaitu lesi kistik well namun jarang ditemukan.
differentiated (mature) sampai bentuk yang
solid dan maligna (immature). Umumnya
teratoma kistik adalah jinak dan yang padat
adalah ganas.
EPIDEMIOLOGI TERATOMA TESTIS

Secara epidemiologi, teratoma testis merupakan neoplasma


tersering kedua pada anak-anak setelah yolk sac tumour, dengan
frekuensi relatif sebesar 13–19%. Hanya sekitar 2–6% teratoma
testis merupakan teratoma murni dan sisanya adalah teratoma
dengan sel tumor campuran.
Teratoma testis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang
dewasa. Pada anak-anak, teratoma testis merupakan tumor
jinak, sedangkan pada orang dewasa dan remaja, teratoma
testis cenderung bermetastasis. Transformasi teratoma menjadi
ganas terjadi hanya pada 3–6% teratoma testis.
Teratoma testis prapubertas bersifat jinak dan tidak memiliki
kasus metastasis yang terdokumentasi, sehingga mortalitasnya
tidak tercatat dan dinilai hanya berkaitan dengan komplikasi
bedah. Namun, pada teratoma testis pascapubertas yang ganas,
mortalitas diperkirakan lebih tinggi, meskipun data yang ada
masih terbatas.
ETIOLOGI TERATOMA TESTIS

Etiologi teratoma testis sampai saat ini belum diketahui secara


pasti. Kelainan genetik dan kelainan kromosom diduga dapat
menjadi penyebab. Teratoma prapubertas adalah suatu diploid
yang sering kali memiliki ketidakseimbangan kromosom dan tidak
memiliki pembentukan isokromosom (i(12p)). Sebaliknya,
teratoma pada kelompok dewasa, yang sebagian besar
merupakan tipe campuran, bersifat hipotriploid dan berhubungan
dengan kelainan kromosom.
Perubahan genetik lain yang ditemukan pada sebagian besar
tumor adalah hilangnya sebagian kromosom 13 (q31) dan
bertambahnya kromosom 7 (q11), kromosom 8, dan kromosom X.
FAKTOR RISIKO TERATOMA TESTIS

Faktor risiko teratoma testis adalah ras Kaukasian (perbandingan risiko 9:1
dengan ras Afrika-Amerika), gangguan spermatogenesis, riwayat tumor
pada testis kontralateral, disgenesis testikular, orchitis, infeksi HIV, dan
riwayat trauma groin.

Selain itu, pasien dengan riwayat undescended testis juga memiliki


peningkatan risiko, yakni sebesar 10–40 kali lipat. Sekitar 10% teratoma
testis berhubungan dengan riwayat undescended testis. Mikrolitiasis
testikular juga dapat meningkatkan risiko teratoma testis, yakni hingga
sebesar 8 kali lipat.

Riwayat germ cell tumor pada keluarga juga dinilai dapat menjadi
faktor risiko. Risiko dilaporkan meningkat 4 kali lipat jika ayah
menderita germ cell tumor dan meningkat 9 kali lipat jika saudara
kandung menderita germ cell tumor.
MEKANISME PENYAKIT/ GANGGUAN
TERATOMA TESTIS

•malignansi yang memiliki tingkat metastasis 20%.


Secara makroskopis, teratoma testis matur
pascapubertas tampak sebagai tumor solid, sedangkan
Teratoma testis secara mikroskopis, teratoma ini tampak sebagai
tatanan tidak teratur yang menggambarkan atipia

pascapubertas sitologis. Tubulus seminiferus yang berdekatan sering


menunjukkan karsinoma in situ atau intratubular germ
cell neoplasia (ITGCN), yang dikaitkan dengan potensi
keganasan

•tumor jinak yang mewakili 30% dari seluruh tumor sel

Teratoma germinal testikular pada anak-anak. Pada teratoma


prapubertas, gambaran yang ditemukan jarang
berhubungan dengan ITGCN. Tumor ini tidak memiliki
matur potensi metastasis dan proses spermatogenesis
umumnya masih dapat berlangsung

prapubertas
TANDA DAN GEJALA TERATOMA TESTIS

Benjolan atau pembesaran disalah satu testis

Perasaan berat pada skrotum

Nyeri tumpul pada perut bagian bawah atau


pangkal paha

Skrotum membesar karena terisi cairan

Pembesaran dan nyeri pada payudara


GAMBARAN KLINIS TERATOMA TESTIS

Skrotum terasa berat


Benjolan di dalam
dan rasa sesak dalam
skrotum yang tidak nyeri
skrotum

Testis menjadi lebih


besar dengan perabaan
Nyeri pada punggung
yang terasa aneh beda
atau perut bagian
dari biasanya, atau bisa
bawah,
jadi tidak mengalami
gejala sama sekali.
DIAGNOSA TERATOMA TESTIS

Anamnesa
Seringkali muncul sebagai massa di skrotum yang tidak
menimbulkan rasa sakit, kecuali pada teratoma yang
mengalami tor si. Dalam kebanyakan kasus, massa tegas atau
keras, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ber transiluminasi.
Hidrokel sering dikaitkan dengan teratoma di masa
kecil. Pada pemeriksaan, testis mengalami pembesaran yang
difus, bukan nodular. Sebuah karsinoma testis terdapat
campuran tulang rawan kebiruan dengan warna
merah dan jaringan tumor putih.
Secara mikroskopis terdiri dari teratoma, tetapi terdapat
pula daerah karsinoma embrional.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Radiologi

Histologi
STADIUM

Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang


dimodifikasi oleh Robboy dan Scully:
Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor
Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama
ganglia. Mitosis dapat ditemukan, tetapi epitel neural tidak
ditemukan atau terbatas pada 1 lapangan pandang per slaid
Derajat 2 : Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1 -3
per slaid
Derajat 3 : Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4
per slaid dan sering menyerupai koriokarsinoma.
TERAPI TERATOMA TESTIS

penataksanaan kanker testis dapat dilakukan dengan empat


cara, yaitu:
Pembedahan, pengangkatan tetis (orkiektomi dan
pengangkatan kelenjar getah bening/limfadenektomi).
Terapi penyinaran, mengunakan sinar X dosis tinggi atau sinar
tinggi lainnya, sering dilakukan setelah limfa denektomi pada
tumor nin- seminoma. Juga, dapat digunakan sebagai
pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium
awal
Kemoterapi, digunakan obat-obatan (misalnya, cisplastin,
bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.
Pencangkokan sumsum tulang belakang, dilakukan jika
kemoterapi telah menyebabkan kerusakan pada sumsum
tulang penderita
Sekresi, produksi dan
pengaturan hormon reproduksi
wanita
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu
kelenjar dan langsung di edarkan oleh darah.
Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran
khusus sehingga sering disebut sebagai kelenjar
buntu atau kelenjar endokrin. Hormone
diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit,
tetapi mempunyai pengaruh yang amat besar .
Bila terjadi kekurangan hormone, dapat
ditambah dengan hormone sejenis dari luar.
Namun demikian, bila terjadi kelebihan
hormone, akan mengakibatkan berbagai
gangguan kerja organ tubuh.
GONADOTROPIN RELEASING HORMONE
(GNRH)

GnRH merupakan hormone yang diproduksi di hipotalamus


GnRH merupakan salah satu hormone reproduksi wanita yang
sekresinya terjadi dengan mekanisme umpan balik. GnRH
sendiri di sekresi oleh hipotalamus akibat adanya stimulus
internal dan eksternal, kemudian akan merangsang pituitar y
anterior untuk mensekresi LH dan FSH. LH dan FSH akan
merangsang sel gonad (ovarium) untuk menghasilkan hormon
steroid. GnRH harus dihentikan produksinya. Yaitu dengan
feedback negative, terdapat 2 mekanisme yaitu shor t term
dan long term.
Shor t Term terjadi apabila
LH dan FSH yang dihasilkan
pituitar y anterior telah
mencukupi kebutuhan.
Sehingga memberikan
“Feedback” ke hipotalamus
untuk berhenti memproduksi
GnRH.
Long Term terjadi apabila
Hormon steroid yang
dihasilkan sel gonad telah
mencukupi kebutuhan.
Sehingga memberikan
“feedback” ke hipotalamus
untuk memproduksi GnRH
FSH (FOLIKEL STIMULATING HORMON)
DAN LH (LITHUINEZING HORMON)
FSH
hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan folikel dalam di ovarium sebelum ovulasi.
Pelepasannya periodik/pulsatif, waktu eliminasi nya pendek.
Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa
ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.

LH
Luteinizing Hormone berperan penting dalam menimbulkan
proses ovulasi dan sekresi hormone progesterone oleh korpus
luteum setelah ovulasi.

Produksi hormon FSH dan LH di pengaruhi oleh rangsangan dari


GnRH di hipotalamus.
HIPOTALAMUS

GnRH

ADENOHIPOFISIS

FSH LH
ACTIVIN
GONAD
INHIBIN

TESTOSTERON
/ESTRADIOL
STIMULASI
INHIBISI
ESTROGEN

Merupakan kelompok hormon. Hormon utama adalah


estradiol.
Dihasilkan oleh follikel di ovarium.
Dirangsang gonadotropin pada saat puber tas
Estrogen berperan dalam merangsang perkembangan organ
seks primer dan sekunder pada wanita.
PROGESTERON

Pembentukan di korpus luteum


Progesterone bersama-sama dengan estrogen memegang
peranan penting di dalam regulasi seks hormon wanita.
Hormon ini ber fungsi pada uterus dan tuba falopii dalam
memengaruhi sekresi endometrium dalam mempersiapkan
implantasi produk konsepsi, yaitu zigot dan mempengaruhi
sekresi tuba falopii sebagai nutrisi bagi ovum.
Progesterone juga ber fungsi terhadap mammae, yaitu dalam
perkembangan lobuli dan alveoli laktiferus, proliferasi alveoli,
membesar, sekretori, serta meningkatkan cairan di bawah
kulit.
PROLAKTIN

Prolaktin dihasilkan oleh hipotalamus, akan pergi ke hipofisis


posterior, setelah sampai ke hipofisi posterior akan di bawa ke
dalam sirkulasi.
Peran prolaktin stimulasi yaitu perkembangan payudara dan sekresi
ASI.
Selama kehamilan : sekresi ASI akan dihambat oleh estrogen dan
progesteron
Segera setelah lahir : hilangnya efek estrogen dan progesteron
sekresi ASI
Agar ASI ini di sekresi kan terus menerus maka dibutuhkan sekresi
prolaktin yang terjadi dengan proses laktasi.
Laktasi meningkatkan sekresi prolaktin 10-20x selama 1 jam
Pada organ seksual pada wanita : prolaktin akan menstimulasi
produksi reseptor LH yang akan mengakibatkan ovulasi dan
pembentukan cor vus luteum
LANJUTAN……

Mekanisme penghasilan prolaktin termasuk bentuk feedback


positif dalam sistem kerja hormon. Semakin tinggi
rangsangan dari isapan bayi, semakin tinggi prolaktin
dihasilkan dan semakin tinggi juga produksi susu yang di
simpan di sinus lactifeus, yang dapat di hisap oleh bayi
OKSITOSIN

Setelah bayi lahir, oksitosin


berperan dalam proses laktasi. Pada
proses laktasi, hormon oksitosin
berperan dalam memproduksi ASI
dan mengalirkan ASI ke payudara.
Saat bayi menghisap payudara ibu,
hormon oksitosin menyebabkan ASI
keluar sehingga bayi dapat menyusu
dengan mudah.
Oksitosin dihasilkan oleh
hipotalamus, kemudian pergi ke
hipofisis interior. Rangsangan
ter tentu hanya mengaktifkan
aktivasi hormon ter tentu. Pada saat
ibu menyusui, ADH stabil tetapi
oksitosin akan naik turun dengan
sangat tinggi sekali.
PENGATURAN HORMONAL ORGAN
REPRODUKSI
Ketepatan pola siklus fungsi system reproduksi perempuan
diatur melalui keseimbangan hormon hipotalamus (GnRH),
hipofisis (FSH dan LH), dan hormon ovarium (estrogen dan
progesterone). Mekanisme umpan balik positif dan negative
juga turut terlibat.

Pengaturan sekresi hormon


Melalui mekanisme umpan balik (feedback mechanism). Jika
gejala biologik yang dimaksud menghambat pelepasan
hormon perangsangnya maka disebut umpan balik
negatif/negative feedback. Sedangkan jika gejala biologik
yang dimaksud menambah hormon perangsangnya maka
disebut umpan balik positif/positive feedback.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai