Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa
pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dalam penulisan
karya ilmiah ini saya tidak mengalami kendala yang berarti hingga terselesaikannya karya ilmiah yang
saya beri judul “EPIDIDIMITIS”.

Pada kesempatan ini, dalam penulisan karya ilmiah ini saya mendapatkan banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karenanya dari hati yang terdalam saya juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya
kepada :

Kedua orangtua saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya baik itu berupa dukungan moril
maupun dukungan materil.

Bapak/Ibu “PERRY PRIBADI” selaku Dosen Mata Kuliah TEHNOLOGI INFORMASI DALAM KEPERAWATAN
Yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan baik dalam pembuatan karya ilmiah ini maupun
dalam bidang lainnya.

Teman-teman seperjuangan yang juga selalu memberikan motivasi baik berupa sharing pendapat,
motivasi dan hal-hal lainnya dalam rangka pembuatan karya ilmiah ini.

Pihak-pihak terkait lainnya yang juga turut serta membantu saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Saya sangat menyadari tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dalam penulisan karya tulis ilmiah
ini, apabila nantinya terdapat kekurangan, kesalahan dalam karya tulis ilmiah ini, saya selaku penulis
sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran seperlunya.Akhir
kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan bahan pembelajaran kepada kita
semua.
WATANSOPPENG, 28 OKTOBER 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENULISAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.DEFENISI

B. ETIOILOGI

C. PATOFISIOLOGI
D. GEJALA KLINIS

E. TANDA KLINIS

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

G. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

H. DIAGNOSIS

I. DIAGNOSIS BANDING

J. PENATALAKSANAAN

K.KOMPLIKASI

L.PROGNOSIS

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Epididimitis adalah penyebab paling umum dari peradangan intrascrotal , 5 dan pendakian
retrogradepatogen adalah rute biasa infeksi . Meskipun epididimitis secara historis diduga disebabkan
oleh iritasikimia dari refluks urin , sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1979 menunjukkan
bahwabakteri yang bertanggung jawab untuk sebagian besar cases.6 Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa jenis bakteri bervariasi dengan usia pasien .Pada pria 14-35 tahun , epididimitis ini paling sering
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae menularseksual atau Chlamydia trachomatis infection.7 , 8
nonspesifik epididimitis bakteri disebabkan olehberbagai bakteri aerobik dan sering dikaitkan dengan
kelainan anatomi . Dalam lebih muda dari 14tahun atau lebih tua dari 35 tahun , epididimitis umumnya
disebabkan oleh infeksi saluran kemih umumpatogen , seperti Escherichia coli . Pada pria yang
mempraktekkan seks anal insertif , bakteri coliform (misalnya , E. coli ) adalah patogen penyebab umum ,
walaupun infeksi Haemophilus influenzae jugatelah dihubungkan . Patogen lain yang kurang umumnya
terkait dengan epididimitis includeUreaplasmaurealyticum , Proteus mirabilis , Klebsiella pneumoniae ,
dan Pseudomonas aeruginosa . Epididimitissekunder terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis
jarang tetapi harus dipertimbangkan antaramereka yang berisiko tinggi .

B.Tujuan

1. Untuk mengetahui beberapa penyakit infeksi pada system reproduksi pada pria

2. Untuk mengetahui beberapa penyakit kelainan anatomi pada system reproduksi pria

3. Untuk mengetahui mengenai penyakit epididimitis

C.RUMUSAN MASALAH

1. Apakah DEFENISI dari penyakit epididimitis

2. Apakah ETIOLOGI dari epididimitis

3. Apakah PATOFISIOLOGI dari epididimitis

4. Apakah GEJALA KLINIS dari epididimitis

5. Apakah TANDA KLINIS dari epididimitis

6. Apakah PEMERIKSAAN LABORATORIUM dari epididimitis

7. Apakah PEMERIKSAAN RADIOLOGIS dari epididimitis

8. Apakah DIAGNOSIS dari epididimitis

9. Apakah DIAGNOSIS BANDING dari epididimitis

10. Apakah PENATALAKSANAAN dari epididimitis

11. Apakah KOMPLIKASI dari epididimitis

12. Apakah PROGNOSIS dari epididimitis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.DEFENISI

Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis. Epididimis merupakan
suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel dibelakang testis dan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sperma yang matur ( B-win Irawan )

B.ETIOLOGI

Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien sehngga penyebab dari
timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :

1. 1. INFEKSI BAKTERI NON SPESIFIK

Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas,Proteus,Klebsiella) menjadi penyebab umum terjadinya


epididimitis pada anak-anak, dewasa dengan usia lebih dari 35 tahun dan homoseksual.Ureaplasma
urealyticum, Corynebacterium,Mycoplasma,and Mima polymorpha juga dapat ditemukan pada golongan
penderita tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae and meningitides sangat jarang
terjadi.

2. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Chlamydia merupakan penyebab tersering pada periaberusia kurang dari 35 tahun dengan aktivitas
seksual aktif.

3. 3. VIRUS

Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada epididimitis yang disebabkan oleh
virus tidak didapatkan adanya pyuria.

4 TUBERKULOSIS

Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberkulosis seringterjadi di daerah endemis TB dan menjadi
penyebab utama terjadinya TB urogenitalis.

5PROSTATITIS

Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostatyang dapat disebabkan oleh bakteri maupun
non bakteri dapat menyebar ke skrotum, menyebabkan timbulnya epididimitis dengan rasa nyeriyang
hebat, pembengkakan, kemerahan danjika disentuh terasa sangat nyeri.Gejala yang juga sering
menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara penis dan anus serta punggung bagian bawah,
demam dan menggigil. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan terasa
nyeri jika disentuh.

6Tindakan pembedahan seperti prostatektomi.

Prostatektomi dapat menimbulkan epididimitis karena terjadinya infeksi preoperasi pada traktus
urinarius. Hal initerjadi pada 13% kasus yang dilakukan prostatektomi suprapubik.

7. 7Kateterisasi dan instrumentasi

Terjadinya epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun pemasangan instrumentasi dipicu oleh
adanya infeksi padaurethra yang menyebar hingga ke epididimis.

( B-win Irawan )

C.PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, dimana diperkirkan terjadinya epididimitis
disebabkan oleh aliran balik dari urine yang mengandung bakteri, dari uretra pars prostatika menuju
epididimitis melalui duktus ejakulatorius vesika seminalis, ampula dan vas deferens. Oleh karena itu,
penyumbatan yang terjadi di prostat dan uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genito
urinaria sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena tekanan inggi sewaktu miksi. Setiap
kateterisasi maupun instrumentasi seperti sistoskopi merupakan faktor resiko yang sering menimbulkan
epipidimitis bakterial.

Infeksi berawal daari kauda epipidimis dan biasanya meluas ketubuh dan hulu epipidimis.
Kemudian mungkin terjadi orkitis melalui radang kolateral. Tidak jarang berkembang abses yang dapat
menembus kulit dorsal skrotum. Jarang sekali epididimitis disebabkan oleh refluks dari jalan kemih
akibat tekanan tinggi intra abdomen karena cedera perut. ( B-win Irawan )

D.GEJALA KLINIS
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari sumber infeksi
yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh uretra dan nyeri atau itching
pada uretra (akibat uretritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat
miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystis), demam, nyeri pada daerah perinium,
frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada
prostat yang disebut prostatitis), demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang
disebut pielonefritis).

Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul dari bagian belakang
salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar keseluruh testis, skrotum dan kadang kalah
kedaerah inguinal disertai peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu
skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah. ( B-win Irawan )

E.TANDA KLINIS

Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik adalah :

1. Testis pada posisi normal,ukuran kedua testis sama besar dan tidak teerdapat meninggian pada salah
satu testis dan epididimis membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri.

2. Kulit skrotum teraba panas, merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat

3. Funikulus spermatikus turut meradang menjadi bengkak dan nyeri

4. Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal

5. Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat keatas karena
mengurangi regangan pada testis

6. Pembesaran kelenjar getah bening di regio inguinalis

7. Adanya pengeluaran sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat

( B-win Irawan )

F.PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya infeksi adalah:

1. Pemeriksaan darah dimana hasil yang terdapat leukosit meningkat dengan shift to the left (10.000-
30.000/ )

2. Kultur urin dan pengecetan gram untuk kuman penyebab infeksi


3. Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak

4. Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae

5. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita ( B-win Irawan )

G.PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Sampai saat ini pemeriksaan yang dapat digunakaan adalah :

1. Color Doppler Ultrasonography

2. Nuclear Scintigraphy

3. VCUG (VesiCoUretroGram)

4. Cystourethroscopy

5. USG abdomen

( B-win Irawan )

H.DIAGNOSIS

Diagnosis epididimitis dapat ditegakkan melalui :

1. Anamnesa

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan Laboratorium

4. Pemeriksaan penunjang lainnya

( B-win Irawan )

I.DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding epididimitis meliputi :

1. Orkitis

2. Hernia Inguinalis Inkarserata

3. Torsio Testis
4. Seminoma Testis

5. Trauma Testis

( B-win Irawan )

J.PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaa epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah :

1. Penatalaksanaan Medis

a. Antibiotik yang sering digunakan:

· Fluorokuinolon

· Sefalosforin

· Levofloxacin

· Doksisiklin

· Azithromycin

· Tetrasiklin

b. Penangan lainnya :

· Pengurangan aktivitas

· Istirahat dan skrotum ditinggikan dengan tirah baring total selama dua sampai tiga hari untuk
mencegah regangan berlebihan pada skrotum

· Kompres es

· Pemberian analgesik dan NSAID

· Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra

2. Penatalaksanaan Bedah

· Scrotal exploration

· Epididymectomy

(Smeltzer SC.2001)

K.KOMPLIKASI
Komplikasi dari epipidimitis adalah :

1. Abses dan pyocele pada skrotum

2. Infark pada testis

3. Epididimitis dan orchalgia

4. Infertilitas skunder

5. Atofi testis

6. Fistula kutaneus

( B-win Irawan )

L.PROGNOSIS

Epididimitis akan sembuh total apabila menggunakan antibiotik yang tepat dan adekuat serta
melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner seksualnya. Kekambuhan epididimitis
pada seorang pasien adalah hal yang biasa terjadi. ( B-win Irawan )

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Epididimis adalah struktur yang terletak di sekeliling testis. Epididimis berfungsi sebagai pengangkut
sekaligus tempat menyimpan dan mematangkan sperma. Epididimis ini terkadang mengalami
peradangan. Peradangan pada epididimis itu disebut sebagai epididimitis.

Penyebab epididimitis bisa karena bakteri, penyakit menular seksual infeksi prostat. Pria yang berganti-
ganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom beresiko tinggi mengidap penyakit ini.
Penderita mengalami nyeri dan pembengkakan skrotum (kantung zakar), Infeksi hebat bisa
menyebabkan demam dan kadang pembentukan abses (pernanahan). Gejala lain berupa, testis benjol,
bengkak, sakit saat kencing, sakit di selangkangan.

Untuk mengatasi infeksi, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan obat pereda nyeri dan anti
peradangan. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring dengan skrotum diangkat dan dikompres dingin.

B.SARAN

Demikian karya tulis yang dibuat oleh penulis, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena penulis karya
tulis ini adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

Wabillah Taufik Walhidayah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Epididimitis and Orchitis. American Urology Association.

Asuhan Keperawatan Epididimitis.

B-win Irawan

http://www.reocities.com/ResearchTriangle/invention/5332/zakar-nl.html (diakses tanggal : 19 Februari


2013)Saktya. 2011.
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/18/asuhan-keperawatan-epididimitis/ (diaksesTanggal :
19 Februari 2013)

http://www. urologyhealth.com (diakses tanggal : 19 Februari 2013)

Saladdin, Arianto. 2009. Penyakit-penyakit Intraskrotal-Penyakit yang berhubungan denganskrotum


(kantung buah zakar).

Smeltzer SC.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner and Suddarth Edisi 8 .Jakarta : EGC

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT karena pada hari ini penulis bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul Epididimitis . Penulis berharap dengan adanya makalah ini bisa memberikan
pengetahahuan dan ilmu baru bagi kita semua. Penulis juga mengucapkan kepada pihak yang telah
menyumbangkan materi-materinya guna memperlengkap isi makalah ini. Penulis juga menerima kritik
dan saran guna memperlengkap makalah ini.

Bangkalan, 19 September 2015


DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

1.2.Rumusan Masalah

1.3.Tujuan Umum

BAB II

ISI MAKALAH

2.1.Anatomi Fisiologi Epididimitis

2.2 Definisi Epididimitis

2.3 Etiologi

2.4 Patofisiologi
2.5 Manifestasi Klinis

2.6 Pencegahan

2.7 WOC Leiomioma Uterine

2.8 Pemeriksaan Penunjang

2.9 Penata Laksanaan

2.10 Komplikasi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa

3.3 Interfensi

3.4 Implementasi

3.5 Evaluasi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelamin merupakan hal penting bagi kita semua, pada alat kelamin ini kita bisa menentukan berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki. Alat kelamin juga sangat diperlukan sebagai sistem reproduksi. Pada
bab ini akan membahas penyakit yang ada pada alat kelamin yang sering terjadi pada laki-laki yaitu
Epididimitis. Pengetahuan tentang Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan
ilmu yang paling dasar/basic bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi khususnya para wanita. Dalam
makalah ini akan dibahas dua hal yaitu tentang ANATOMI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA yng
menerngkan tentang Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki dan Anatomi Saluran Reproduksi Wanita.
Selain itu juga dibahas mengenai FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA yang meliputi : Pubertas
pada Anak laki-laki,Pubertas pada Anak wanita,Fisiologi reproduksi laki-laki,Siklus mestruasi,Respon
Seksual Manusia,Fertlisasi dan terjadinya kehamilan, serta Menopause.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN UMUM

BAB II

ISI MAKALAH

2.1 Anatomi fisiologi Epididimitis

Organ reproduksi membentuk traktus genetalis yang berkembang setelah traktus urinarius. Kelamin laki-
laki maupun wanita semenjak lahir sudah dapat ditentukan, tetapi sifat-sifat kelamin belum dapat
dikenal (Syaifudin,1997).

1. Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki


A. TESTIS

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan
diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung
ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis
disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke
dalam skrotum primitive selama perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam skrotum,
saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.

B. EPIDIDIMIS

Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis. Epididimis
dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut duktus epididimis. Panjang
duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini berawal dari puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan
berliku-liku, kemudian berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens. Epididimis
merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma.

C. SCROTUM

Skrotum pada dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis dan epididimis dari
cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa sangat sensitive terhadap suhu karena
testis dan epididimis berada di luar rongga tubuh, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah daripada
suhu di dalam abdomen.

D. VAS DEFERENS

Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari ujung
bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk gulungan-gulungan bebas,
kemudian meninggalkan bagian belakang testis, duktus ini melewati korda spermatika menuju abdomen.

E. VESICULA SEMINALIS

Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan
rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat pada kandung kemih
daripada pada rectum. Pasokan darah ke vas deferens dan vesikula seminalis berasal dari arteri
vesikulkaris inferior. Arteri ini berjalan bersama vas deferens menuju skrotum beranastomosis dengan
arteri testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka interna dan eksterna. Vesikula
seminalis memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen
yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin.

F. KELENJAR PROSTAT
Kelenjar prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi
otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini mengililingi uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh
lapisan jaringan ikat di belakang simpisis pubis. Lobus media prostat secara histologis sebagai zona
transisional berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan memisahkannya dengan duktus ejakulatorius. Saat
terjadi hipertropi, lobus media dapat menyumbat aliran urin. Hipertropi lobus media banyak terjadi pada
pria usia lanjut.

G. PENIS

Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua permukaan yaitu permukaan
posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam
tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian
tengah. Ujung penis disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus
spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium
(kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai
penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus.

1. Anatomi Saluran Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ reproduksi wanita yang terdapat di luar
dan di dalam tubuh. Organ reproduksi wanita ada di dalam rongga pelvis.

A. RONGGA PELVIS

Terletak di bawah,berhubungan dengan rongga abdomen, dibentuk oleh os iski dan os pubis pada sisi
samping dan depan, os sakrum dan os koksigis membentuk batas belakang dan pinggiran pelvis dibentuk
oleh promontorium sakrum di belakang iliopektinal sebelah sisi samping dan depan dari tulang sakrum
(Syaifudin,1997).

B. PINTU KELUAR PELVIS (PINTU BAWAH)

Dibatasi oleh os koksigis dibelakang simfisis pubis, di depan lengkung os pubis,os iski, serta ligamentum
yang berjalan dari os iski dan os sakrum disetiap sisi, pintu keluar ini membentuk lantai pelvis
(Syaifudin,1997).

C. ISI PELVIS

Kandung kemih dan dua buah ureter terletak dibelakang simfisis, kolon sigmoid sebelah kiri fosa iliaka
dan rektum terletak di sebelah belakang rongga mengikuti lengkung sakrum. Kelenjar limfe, serabut saraf
fleksus lumbosakralis untuk anggota gerak bawah cabang pembuluh darah a.iliaka interna dan v.iliaka
interna berada di dalam pelvis (Syaifudin,1997).

Genetalia pada wanita terpisah dari urethra, dan mempunyai saluran tersendiri. Alat reproduksi wanita
dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. ALAT GENITALIA LUAR (VULVA)


Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan labia.Hanya mons dan labia mayora yang
dapat terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri
ini berasal dari arteri iliaka interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik dari vulva mengalir ke
nodus inguinalis.

Alat genetalia luar terdiri dari :

1). Mons veneris/pubis (Tundun)

Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak di di atas simfisis pubis. Area ini mulai
ditumbuhi bulu pada masa pubertas

2). Labia Mayora (bibir besar)

Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora banyak mengandung urat syaraf
(Syaifudin, 1997). Labia mayora merupakan struktur terbesar genetalia eksterna wanita dan mengelilingi
organ lainnya, yang berakhir pada mons pubis.

3) Labia Minora (bibir kecil)

Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia minora, harus membuka labia mayora
terlebih dahulu.

4). Klitoris (Kelentit)

Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau yang dapat mengeras dan tegang
(erectil) yang mengandung urat saraf, jadi homolog dengan penis dan merupakan organ perangsang
seksual pada wanita.

5). Vestibulum (serambi)

Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora), muka belakang dibatasi oleh klitoris
dan perineum. Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari : liang senggama (introitus
vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan

6). Himen (selaput dara)

Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama, ditengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya
berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku, dan ada yang lunak,
lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Himen mungkin tetap ada selama
pubertas atau saat hubungan seksual pertama kali.

7). Perineum (kerampang)


Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang menyambung kedua tuberositas iski,
daerah depan segitiga kongenital dan bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya disebut badan
perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah depan

2.2 DEFINISI EPIDIDIMITIS

Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis. Epididimis merupakan suatu
struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di belakang testis dan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sperma yang matur. Berdasarkan timbulnya nyeri, epididimitis dibedakan menjadi
epididimitis akut dan kronik. Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya dalam
beberapa harisedangkan pada epididimitis kronik, timbulnya nyeri dan peradangan pada epididimis telah
berlangsung sedikitnya selamaenam minggu disertai dengan timbulnya indurasi pada skrotum.
Epididymitis menyebabkan hilangnya fungsi seksual pria secara menyeluruh. Penyakit ini juga merupakan
penyakit pada alat kelamin yang dapat menginduksi penyakit berat seperti verikorel, peradangan statis,
protastis, penyakit endokrin, nefritis, dan penyakit ginjal lainnya, infeksi saluran kemih,kanker dan
sebagainya

2.3 ETIOLOGI PADA PENYAKIT EPIDIDIMITIS

Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantungdari usia pasien, sehingga penyebab dari
timbulnya epididymitis dibedakan menjadi :

Infeksi bakteri non spesifik Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas Proteus Klebsiella) menjadi
penyebab umum terjadinya epididimitispada anak-anak, dewasa dengan usia lebih dari 35 tahun
danhomoseksual.

1. Ureaplasma urealyticum

2. Corynebacterium

3. Mycoplasma

4. Mima polymorpha

juga dapat ditemukan pada golongan penderita tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus
influenza

Penyakit Menular Seksual Chlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia kurang dari
35 tahun dengan aktivitas seksual aktif.Infeksi yang disebabkan oleh :
1. Neisseria gonorrhoeae

2. Treponema pallidum

3. Trichomonas

4. Gardnerella vaginalis

juga sering terjadi pada populasi ini VirusVirus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak.
Pada epididimitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria. Mumps merupakan virus
yang sering menyebabkan epididimitis selain coxsackie virus A danvaricella· Tuberkulosis Epididimitis
yang disebabkan oleh basil tuberkulosis sering terjadi di daerah endemis TB dan menjadi penyebab
utamaterjadinya TB urogenitalis

Penyebab lainnya yaitu :

1. coccidioidomycosis

2. blastomycosis

3. Cytomegaloviruscandidiasis

CMV pada HIV) dapat menjadi penyebab terjadinya epididimitis namun biasanya hanyaterjadi pada
individu dengan sistem imun tubuh yangrendah atau menurun.· Obstruksi (seperti BPH, malformasi
urogenital) memicuterjadinya refluks.· Vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein purpura pada anak-anak)
sering menyebabkan epididimitis akibat adanyaproses infeksi sistemik.· Penggunaan Amiodarone dosis
tinggi Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasusaritmia jantung dengan dosis awal 600
mg/hari – 800 mg/ hariselama 1 – 3 minggu secara bertahap dan dosis pemeliharaan400 mg/hari.
Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebihdari 200 mg/hari) akan menimbulkan antibodi
amiodarone HCLyang kemudian akan menyerang epidididmis sehinggatimbullah gejala epididimitis.
Bagian yang sering terkena adalahbagian cranial dari epididimis dan kasus ini terjadi pada 3-11 %pasien
yang menggunakan obat amiodarone.

2.4 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas,dimana diperkirakan terjadinya epididimitis


disebabkan oleh aliran balik dari urin yang mengandung bakteri, dari uretra pars prostatika menuju
epididimis melalui duktus ejakulatorius vesika seminalis,ampula dan vas deferens. Oleh karena itu,
penyumbatan yang terjadidi prostat dan uretra serta adanya anomali kongenital pada bagiangenito-
urinaria sering menyebabkan timbulnya epididimitis karenatekanan tinggi sewaktu miksi. Setiap
kateterisasi maupuninstrumentasi seperti sistoskopi merupakan faktor resiko yang seringmenimbulkan
epididimitis bakterial. 4,17 Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya meluaske tubuh dan hulu
epididimis. Kemudian mungkin terjadi orkitismelalui radang kolateral. Tidak jarang berkembang abses
yang dapatmenembus kulit dorsal skrotum. Jarang sekali epididimitisdisebabkan oleh refluks dari jalan
kemih akibat tekanan tinggi intraabdomen karena cedera perut.

2.5 MANIVESTASI KLINIS

Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi local namun juga berasal dari sumber infeksi yang asli.
Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh uretra dan nyeri atau itching pada uretra
(akibat uretritis), nyeri panggul dan frekuensimiksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat
infeksipada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri padadaerah perineum, frekuensi miksi
yang meningkat, urgensi, dan rasaperih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yangdisebut
prostatitis), demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksipada ginjal yang disebut pielonefritis).
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum.Nyeri mulai timbul dari bagian belakang salah
satu testis namundengan cepat akan menyebar ke seluruh testis, skrotum dankadangkala ke daerah
inguinal disertai peningkatan suhu badan yangtinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja
dan tidak disertai dengan mual dan muntah.

2.6 PENCEGAHAN EPIDIMITIS

1. KONDOM

Kondom dapat membantu untuk mengurangi penyebaran penyakit menular seksual, dalam hal ini
termasuk bakteri/virus klamidia dan genore

2. Menjaga kebersihan tubuh terutama pada derah vital

3. Pada saat pembedahan sering diberikan antibiotic profilaktik


2.7 WOC PENYAKIT EPIDIDIMITIS
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan urin kultur

Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)

Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)

Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya
abses pada skrotum

Testicular scan

Analisa air kemih

Pemeriksaan kimia darah


2.9 PENATA LAKSANAAN

Jika penyebab orkitis adalah bakteri, virus, jamur maka terapi diarahkan pada organisme spesifik
yang menginfeksi. Selebihnya evaluasi skrotum, kantong es untuk mengurangi udem skrotum, antibiotic,
analgetik, dan medikasi antiinflamasi diberikan. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring
(Smeltzer&Bare, 2002 :1640). Menurut Lemone (2004 : 1533) bila terjadi hidrokel maka diperlukan
aspirasi.

2.10 KOMPLIKASI

McCance & Hueter, 2002 dalam Lemone (2004 : 1533) menyatakan bahwa kurang lebih 30% kasus orkitis
terjadi atrofi testis dengan kerusakan irreversibel terhadap spermatogenesis. Disamping hal tersebut
potensial komplikasi lainnya yaitu abses skrotum, infark testis, fistula kulit skrotum, dan epididimitis
kronik (Gilbert, 2004).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Meliputi riwayat penyakit sebelumnya seperti penyakit menular seksual, mumps


2. riwayat pengobatan sebelumnya

3. pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan testis (terhadap adanya pembesaran, pengerasan,


kelunakan, kemerahan kulit skrotum, udem kulit skrotum, dan pembesaran epididimis), pemeriksaan
rectal (kondisi prostate, adanya darah pada feses), parotitis, dan demam .

4. Uretral smear untuk mengetahui adanya chlamidia dan gonorrhea, Doppler ultrasound untuk
mengetahui adanya abses skrotum, testicular scan untuk mengetahui adanya peningkatan blood flow.

5. Kultur urin untuk mengetahui jenis bakteri (Association for Genitourinary Medicine, 2002)

6. Laboratorium darah untuk mengetahui tanda-tanda infeksi, adanya peningkatan sel darah putih.

3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien orkitis berdasarkan pathways adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan terinfeksi

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme akibat peradangan (proses penyakit)

3. Resiko infeksi sistemik berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer (kerusakan
integritas kulit skrotum)

4. Kurang perawatan diri : mandi/hygiene, toileting, makan berhubungan dengan nyeri

5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan mempunyai keturunan

6. Perubahan pola seksual berhubungan nyeri, sekunder terhadap peradangan

3.3 Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan terinfeksi (Carpenito, 2000 : 45)

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

– Klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang

– Ekspresi wajah rileks

– Klien dapat beristirahat

Intervensi :

– Kaji nyeri dengan PQRST


– Beri posisi yang nyaman bagi klien

– Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti distraksi dan relaksasi

– Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman

– Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri

– Kolaborasi pemberian analgetik

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme akibat peradangan (proses penyakit)


(Doenges, 1999 : 875)

Tujuan : Klien terbebas dari hipertermi

Kriteria hasil :

– Klien bebas dari demam

– Suhu badan klien dalam batas normal

Intervensi :

– Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil, diaforesis

– Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

– Tambahkan atau kurangi selimut sesuai indikasi

– Berikan kompres hangat atau dingin sesuai indikasi

– Kolaborasi pemberian antipiretik

Resiko infeksi sistemik berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer (kerusakan integritas
kulit skrotum) (doenges, 1999 : 515)

Tujuan : Tidak terjadi infeksi sistemik

Kriteria Hasil :

– Luka mengalami penyembuhan sesuai waktunya, bebas dari pus purulen, dan eritema

– Leukosit dalam batas normal

Intervensi :

– Batasi pengunjung sesuai indikasi

– Motivasi untuk tirah baring sesuai toleransi sesering mungkin


– Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perasat pada klien

– Gunakan teknik septic antiseptic dalam perawatan luka, gunakkan sarung tangan dan hindari
kontak langsung dengan cairan tubuh klien

– Buang balutan atau bahan kotor dari klien dalam kantong sampah infeksius

– Motivasi klien untuk mejaga kebersihan diri terutama daerah sekitar luka

– Pantau suhu klien

– Motivasi peningkatan asupan nutrisi

– Kolaborasi pemeriksaan leukosit dan lainnya sesuai indikasi

– Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai

Kurang perawatan diri : mandi/hygiene, toileting, makan berhubungan dengan nyeri (carpenito, 2000 :
330)

Tujuan : Perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria Hasil :

– Klien menyatakan puas terhadap perawatan dirinya

– Klien aktif dalam perawatan dirinya secara fisik atau verbal sesuai kemampuan

2. Intervensi :

– Kaji faktor penyebab ketidakmampuan klien dalam merawat diri

– Evaluasi kemampuann klien dan keluarga dalam perawatan diri klien

– Dorong untuk mengekspresikan perasaan tentang kurang perawatan diri

– Berikan perawatan diri seperti memberi makan, memandikan klien, dan membantu toileting sesuai
indikasi

– Libatkan keluarga dalam perawatan diri klien

– Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri secara seoptimal mungkin

Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan mempunyai keturunan (Carpenito, 2000 :
357)

Tujuan : Klien mempunyai harga diri yang positif

Kriteria Hasil :
– Klien mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai dirinya

– Klien mengungkapkan penerimaan keterbatasan dirinya dengan sabar

– Klien dapat berinteraksi sosial dengan orang lain

Intervensi :

– Terapkan hubungan saling percaya perawat-klien dengan mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaan khususnya cara klien memandang atau berpikir mengenai dirinya, mendorong klien untuk
bertanya mengenai masalah kesehatannya, memberikan informasi yang dapat dipercaya, memperjelas
mengenai berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, menghindari konflik negative, dan
memberikan privasi dan lingkungan nyaman saat interaksi

– Tingkatkan interaksi sosoal klien dengan membantu klien untuk menerima bantuan orang lain,
mendorong keluarga untuk menjaga hubungan dan komunikasi demgan klien

– Gali kekuatan dan sumber-sumber positif pada klien

– Beri reinforcement positif

– Kolaborasi dengan psikiater atau psikolog

Perubahan pola seksual berhubungan nyeri, sekunder terhadap peradangan (Carpenito, 2000 :374)

Tujuan : Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan pola seksual yang sedang dialami

Kriteria Hasil :

– Klien menceritakan kepedulian mengenai fungsi seksual

– Klien mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual yang dialami

Intervensi :

– Kaji riwayat pola seksual klien

– Berikan dorongan untuk bertanya tentang fungsi seksual yang mungkin mengganggu klien

– Gali hubungan klien denganpasangannya

– Dorong pasangan untuk memperhatikan kebutuhan seksualitas klien tanpa hubungan intim

– Beri pengertian kepada klien dan pasangan bahwa kepuasan seksualitas tidak harus dengan
hubungan sek

3.4 Implementasi
1. Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negative

2. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaanya mengenani tindakan pembedahan dan


pengaruhnya terhadap diri klien

3. Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan keluhan –keluhannya

3.5 Evaluasi

1. Monitor keadaan pasien

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam

3. Berikan oksigenasi

4. Kolaborasi pemberian cairan

5. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium

Epididimitis adalah peradangan epididimis.[1]. Epididimis adalah saluran yang bergulung yang terletak di
belakang setiap testis.[2] Epididimis berperan dalam mengumpulkan dan menyimpan sperma sebelum
ejakulasi sewaktu berhubungan seksual dan sebagai tempat maturasi dari sperma.[2] Epididimitis
biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan kelamin, biasanya Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.[1] Penyakit ini biasanya terjadi dari infeksi uretra asendens.[1]
Pada epididimitis, peradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri menyebabkan pembengkakakn dan
nyeri pada skrotum (sepasang struktur seperti kantung luar yang berisi testis dan epididimis).[2] Gejala
yang timbul adalah demam, nyeri saat berkemih dan sekret abnormal dari penis.[2] Kondisi ini dapat
terjadi pada pria dengan berbagai usia, namun usia muda lebih rentan karena aktivitas seksual yang
berhubungan dengan penyakit menular seksual seperi klamidia dan gonore.[2] Untuk mengobati kondisi
ini, antibiotik biasanya digunakan untuk terapi.[2] Risiko terjangkit epididimitis dapat meningkat jika
memiliki pasangan seks lebih dari satu, sedang menderita infeksi saluran kemih, penyakit menular
seksual, tuberkulosis, sering menggunakan kateter urin, terlibat dalam seks yang tidak menggunakan alat
pengaman, dan tidak disunat.[2] Epididimitis ini dapat menimbulkan komplikasi seperti abses pada
skrotum, kematian jaringan testis karena kurangnya aliran darah yang disebabkan oleh infarksi testis,
infertilitas pada pria, serta penyusutan testis atau atrofi testis.[2]

Penyebab epididimitis biasanya infeksi bakteri. Bakteri biasanya masuk ke epididimis dengan bergerak
kembali melalui retrograde dari uretra, prostat, vas deferens ke epididimis. Bakteri bertanggung jawab
dalam sekitar 80 persen kasus.

Penyebab Epididimitis

Dua kelompok utama organisme menyebabkan kebanyakan kasus epididimitis: organisme penyebab
infeksi menular seksual dan coliform –organisme yang umumnya hidup di usus.

Pada pria usia 25-39 tahun, penyebab biasanya organisme yang sama yang menyebabkan penyakit
menular seksual klamidia yang bertanggung jawab untuk hampir 50-60 persen dari kasus– oleh bakteri
Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhea yang membawa infeksi gonore

Pada mereka yang lebih tua dari usia 39 tahun, penyebabnya biasanya coliform, merupakan bakteri E-coli
yang hidup di usus. Organisme ini juga sering menyebabkan infeksi kandung kemih. Orang-orang yang
berpartisipasi dalam hubungan seks anal lebih mungkin untuk terinfeksi E. coli atau bakteri fecal lainnya.
Epididimitis jarang disebabkan oleh jamur atau Mycobacterium spp

Epididimitis kimia (jarang) adalah peradangan yang disebabkan oleh aliran urine retrograde (mundur)
saat berolahraga atau melakukan seks dengan kandung kemih penuh

Amiodaron (Nexterone), obat jantung yang sering digunakan, kadang-kadang menyebabkan peradangan
pada epididimis

Infeksi virus (termasuk gondok), terutama pada populasi pediatrik.

Gejala Epididimitis

Gejala epididimitis mulai secara bertahap dan sering memuncak dalam waktu 24 jam. Nyeri biasanya
dimulai di skrotum atau pangkal paha.

Nyeri perut atau nyeri panggul: Pada awalnya, peradangan dimulai di vas deferens (yang merupakan
saluran yang membawa sperma ke uretra) dan kemudian turun ke epididimis. Penurunan anatomi ini
menjelaskan mengapa gejala dapat mulai awalnya di flank (punggung bawah) dan pangkal paha. Satu sisi
pangkal paha atau testis mungkin jauh lebih menyakitkan daripada yang lain

Nyeri skrotum dan bengkak: Epididimis mungkin membengkak dua kali ukuran normal dalam waktu 3-4
jam (derajat pembengkakan variabel)

Nyeri saat buang air kecil, kadang-kadang ada darah dalam urine

Discharge dari uretra –keluar cairan di ujung penis, terutama pada pria yang lebih muda dari 39 tahun)

Demam dan menggigil

Mual.

Anda mungkin juga menyukai