Anda di halaman 1dari 12

I.

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung kemih,
dimana akan terasa nyeri ketika buang air kecil (disuria), kencing yang
tidak tuntas, dan demam yang harus dicurigai (Gupte, 2016). Sistitis
(chystitis) merupakan peradangan yang terjadi di kantung urinaria.
Biasanya terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh
(Ferdinand & Ariebowo, 20017). Chystitis virus dan kimiawi harus
dibedakan dari chystitis bakterial berdasarkan atas riwayat penyakit dan
hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan displastik, atau
ginjal kecil akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan pielonefritis
kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks
vesikureter.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cystitis primer dan
cystitis sekunder. Cystitis primer merupakan radang yang mengenai
kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain, seperti batu
pada kandung kemih, divertikel/ penonjolan mukosa buli, hipertropi
prostat dan striktur uretra (penyempitan akibat dari adanya pembentukan
jaringan fibrotik/jaringan parut pada uretra atau daerah urethra).
Sedangkan cystitis sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian
sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis/peradangan yang
terjadi pada uretra dan prostatitis/peradangan yang terjadi pada prostat
(Benson & Pernoll, 2016).
Menurut Taber (2017), cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu tipe
infeksi dan tipe non infeksi. Tipe infeksi disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan parasit. Sedangkan tipe non infeksi disebabkan oleh bahan
kimia, radiasi, dan interstisial (tidak diketahui penyebabnya/ideopatik).

B. Etiologi
1. Infeksi :
a. Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara
normal terletak pada gastrointestinal.
b. Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
c. Virus dan parasit
Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi.
Contohnya adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina,
juga dapat berada dalam urin.
2. Non infeksi :
a. Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya
cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox).
b. Radio terapi
c. Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus
Erytematous)

C. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang
secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia
Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun
akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik
dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut
berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia
eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu
tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme
gram negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang
berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui
urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa
mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa
bakteri dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis.
Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media
yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya.Masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat
saluran kemih yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk
melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih
yang masuk melalui darah dari suplai jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang
disalurkan melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistoskopi.
Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh
bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar
sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen.
Tiga faktor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah virulensi
(kemampuan untuk menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari
jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari
mekanisme pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya bakteri yang
menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami
pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya
infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding
mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial
yang memproduksi mucin yaitu unsur yang membantu mempertahankan
integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi
bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain
itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi
urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas
mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan
mengeluarkannya.
D. Tanda dan Gejala
1. Disuria.
2. Rasa panas seperti terbakar saat kencing.
3. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah.
4. Urgensi (rasa terdesak saat kencing).
5. Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat
penurunan kapasitas kandung kemih).
6. Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna.
7. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).
8. Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih
dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.
9. Nyeri suprapubik

E. Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal
3. Sepsis

F. Pemeriksaan diangkostik
1. Urinalisis dengan makroskopik yaitu urin berwarna keruh dan
berbau, dan dengan mikroskopik yaitu piuria, hematuria, dan
bakteriuria. Leukosuria atau piuria terdapat >5/lapang pandang
besar sedimen air kemih dan hematuria 5-10 eritrosit/lpb sedimen
air kemih.
2. Kultur Urin, dilakukan untuk mengetahui jenis kuman penyebab
infeksi.
3. Sistograf, dilakukan bila pada anamnesa ditemukan hematuria atau
peda pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria, yaitu untuk
mengetahui asal dari perdarahan yang ada.
4. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL).
5. Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan batu yang
menjadi penyebab dasar.
6. Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi ginjal dan kandung
kemih, IVU (kelainan struktural), dan sistoskopi.

G. penatalaksanaan medis
1. jangan menahan buang air kecil
2. perbanyak minum air putih untuk membantu membersihkan bakteri
atau mikoorganisme lain dari kandung kemih
3. kompres perut dengan botol berisi air hangat guna meredakan nyeri
perut dan rasa tidak nyaman
4. jangan menggunakan sabung yang dapat mengiritasi organ inti
5. jangan berhubungan intim sampai benar-benar sembuh
II. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan prose sang sistematik dalam pengumpulana data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien (Lyer et al, 1996). Data yang dikumpulkan dalam
pengkajian ini meliputi bio-psiko- sosio-spriitual. Dalam proses
pengkajian ada dua tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data
dan analisa data.
a. Identitas
Meliputi nama pasien, nama panggilan, jenis kelamin
perempuan lebih mendominasi terjadinya goiter daripada laki-laki
(DEPKES, 2017), jumlah saudara, alamat atau tempat tinggal
penderita Goiter lebih berisiko di daerah dataran tinggi karena
kurangnya yodium, bahasa yang digunakan, usia sering terjadi
pada usia dibawah 40 tahun (halodoc, 2019), namun besar
kemungkian dapat terjadi pada remaja ataupun dewasa.
b. Keluhan Utama
Menurut (Sdwijo, 2011) pada pasien post operasi tiroidektomi
keluhan yang dirasakan adalah rasa nyeri pada luka operasi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut (Sdwijo, 2011)perlu ditanyakan mengenai apakah pasien
penah mengalami gondok lebih dari satu kali.
e. Riwayat Psikososial
Menurut (Sdwijo, 2011) akibat dari bekas luka operasi akan
meninggalkan bekas luka, sehingga ada kemungkinan pasien
merasa malu dengan orang lain.
f. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum, keadaan pasien terlihat lemah serta perubahan
pada tandatanda vital.
b) Kepala dan leher, pada pasien post op tiroidektomi didapatkan
adanya luka operasi yang ditutup dengan kassa steril serta
terpasang drain.
c) Sistem pernapasan, biasanya pasien merasa sesak karena
adanya penumpukan sekret efek dari anastesi.
d) Sistem neurologi, pada pemeriksaan reflek didapatkan hasil
positif.
e) Sistem gastrointestinal, biasanya pasien merasa mual akibat
f) peningkatan asam lambung akibat anastesi umum.
g) Aktivitas/istirahat, biasanya pasien akan merasa lemah dan
sulit tidur
h) Eliminasi, output urine pasien akan mengalami pertambahan
sekitar 1000 ml
i) Integritas ego, mengalami stres yang berat baik emosional
maupun fisik, emosi labil, depresi.
j) Makanan/cairan, kehilangan berat badan yang mendadak,
nafsu makan menurun.
k) Rasa nyeri/kenyamanan, nyeri orbital, fotofobia.
l) Keamanan, tidak toleransi terhadap panas, keringat yang
berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada
pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan
lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan
berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang
menjadi sangat parah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran
kemih.
Gejala dan tanda mayor
DS:
a. Desakan berkemih (urgensi)
b. Urin menetes (dribbling)
c. Sering buang air kecil
d. Nokturia
e. Mengompol
f. Enuresis
DO:
a. Distensi kandung kemih
b. Berkemih tidak tuntas
c. Volume residu urin meningkat
Gejalah dan tanda minor
DS:-
DO:-
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
Gejala dan tanda mayor
DS:
a. Menanyakan masalah yang dihadapi
DO:
a. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
b. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan tanda minor
DS:-
DO:
a. Menjalankan pemeriksaan yang tidak tepat
b. Menunjukkan perilaku berlebihan
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan mengembangkan tujuan untuk mencegah,
mengurangi atau mengatasi masalah untuk mengidentifikasi intervensi
keperawatan untuk menetapkan proritas masalah menetapkan hasil
yang akan diharapkan dan memilih intervensi keperawatan untuk
menghasilkan asuhan keperawatan (Rosdahl & Kowalski,2017).
D. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Koerniawan et
al., 2020) Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi
(Koesnadi, 2019)
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan
kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan (Adinda, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. 2017. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku
dari Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2016. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Ferdinand, F., & Ariebowo, M. 2017. Praktis Belajar Biologi: untuk Kelas XI Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Visindo.

Gupte, S. 2016. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

NANDA Internasional. 2016. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC.

Suharyanto, Toto, & Madjid. A. 2016. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.

Tambayong, J. 2017 . Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai