Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah mengenai
Asuhan Keperawatan dengan Kehamilan Ektopik Terganggu .
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah kami ini boleh selesai sesuai dengngan waktu yang ditetapkan.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi kami sebagai seorang pelajar
dan semua yang membaca Makalah ini, dan mudah-mudahan dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan Makalah kami ini.
Terimakasih.

Cirebon, 19 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula
dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul,
pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim
IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan
berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.
Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak
mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama
pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan
angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kehamilan etropik terganggu ?
2. Bagaimana etiologi kehamilan etropik terganggu?
3. Apa klasifikasi dari kehamilan etropik terganggu?
4. Bagaiamana patofisiologi dari kehamilan etropik terganggu ?
5. Apa manifestasi klinis dari kehamilan etropik terganggu?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang kehamilan etropik terganggu?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan kehamilan etropik terganggu?
8. Apa saja komplikasi dari kehamilan etropik terganggu ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan etropik terganggu?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan etropik terganggu
2. Untuk mengetahui etiologi kehamilan etropik terganggu
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari kehamilan etropik terganggu
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kehamilan etropik terganggu
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kehamilan etropik terganggu
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kehamilan etropik terganggu
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan kehamilan etropik terganggu
8. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi dari kehamilan etropik terganggu
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan etropik
terganggu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian
besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga
perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.
(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.
Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih
besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat
yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter
rahim (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan
ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri.
B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa
faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan
mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan
lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia
f. Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal
b. Refluks menstruasi
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron
d. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
e. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
C. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.

D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering,
ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan
ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara
intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot,
endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di
reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh
beberapa faktor,  yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya
perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti
tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua,
meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik,
intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut
sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak
ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.           
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba.

E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur.
Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam.
Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea
dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik.
1. Tanda :
a. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
b. Menstruasi abnormal.
c. Abdomen dan pelvis yang lunak.
d. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada
endometrium uterus.
e. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
f. Kolaps dan kelelahan
g. pucat
h. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
i. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
j. Gangguan kencing

2. Gejala :
a. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
b. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan
dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang
banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan
abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
c. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil

F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Kadar HCG menurun
3. Laparaskopi
4. HB
5. Leukosit
6. Kuldossintesis

G. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan
ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan
kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG
rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

H. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara
cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi
kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu
ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
I. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik
dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular
seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul
dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Riwayat menstruasi terakhir
b. Adanya atau tidak perdarahan yang berasal dari vagina
c. Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama
abdomen bagian kanan / kiri bawah
d. Jenis kontrasepsi
e. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
f. Tanda-tanda vital
g. Tes laboratorium : Ht dan Hb menurun
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Mulut            :           bibir pucat
2) Payudara       :           hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
3) Abdomen      :           terdapat pembesaran abdomen.
4) Genetalia       :           terdapat perdarahan pervaginam
5) Ekstremitas   :           dingin
b. Palpasi
1) Abdomen      :     uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
2) Genetalia           : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
c. Auskultasi
Abdomen            : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
3. Pemeriksaan fisik umum :
a. Pasien tampak anemis dan sakit
b. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
c. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
d. Daerah ujung (ekstremitas) dingin
e. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-
tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding abdomen.
f. Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
g. Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
4. Pemeriksaan khusus :
a. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b. Kavum douglas menonjol dan nyeri
c. Mungkin tersa tumor di samping uterus
d. Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
e. Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris
kanan dan kiri
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium
1) Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
2) Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3.  Laju endap darah meningkat.
3) Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif.
Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap
dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial
hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG
yang normal. Kadar hormon yang rendah  menunjukkan adanya suatu masalah
seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
1) Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
2) Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan
isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana
lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur,
maupun di tempat lain.

B. Analisa Data
Analisa data adalah merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya brfikir
dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,pengalaman,dan
pengertian keperawatan.Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan mengaitkan
data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep,teori dan prinsip yang relevab untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
(Nursalam, 2008)

C. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan ruptur
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : ruptur tuba falopi
3. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

D. Intervensi Keperawatan

Hari/tgl No Tujuan & kriteria Rencana keperawatan


Dx hasil ( SLKI) ( SIKI)
Jumat,19 1 Setelah dilakukan Manajemen Cairan ( I.03098)
Maret 2021 tindakan keperawatan Observasi :
selama 2 x 8 jam defisit 1. Monitor status dehidrasi (mis
volume cairan dapat frekuensi nadi,kekuatan
teratasi, dengan kriteria nadi,pengisian
hasil: kapiler,kelembapan
1. Kekuatan nadi mukosa,tekanan darah)
meningkat 2. Monitor berat badan
2. Frekuensi nadi 3. Monitor hasil pemeriksaan
membaik laboratorium (mis
3. Tekanan darah hemakrokit,Na,K,Cl)
membaik Terapeutik :
4. Membran 4. Catat intake-output dan
mukosa hitung cairan 24 jam
membaik 5. Berikan asupan cairan, sesuai
5. Kadar Hb kebutuhan
membaik 6. Berikan cairan intravena, jika
6. Kadar Ht perlu
membaik Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
diuretik , jika perlu
Jumat,19 2 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri ( I.08238)
Maret 2021 tindakan keperawatan Observasi :
selama 2 x 8 jam nyeri 1. Identifikasi
akut dapat teratasi, lokasi,karakteristik,durasi
dengan kriteria hasil: frekuensi kualitas,intensitas
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis 3. Identifikasi faktor
menurun memperberat dan
3. Gelisah memperingan nyeri
menurun Terapeutik :
4. Pola nafas 4. Berikan teknik
teratur nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis
kompres hangat,relaksasi
nafas dalam,terapi music)
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis
suhu
ruangan,pencahayaan,kebisin
gan)
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
7. Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
9. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu
Jumat,19 3 Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan ( I.12383)
Maret 2021 tindakan keperawatan Observasi :
selama 2 x 8 jam defisit 1. Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan dapat kemampuan menerima
teratasi, dengan kriteria informasi
hasil: 2. Identifikasi faktor – faktor
1. Perilaku sesuai yanga dapat meningkatkan
anjuran dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup sehat dan
2. Verbalisasi sehat
minat dalam Terapeutik :
belajar 3. Sediakan materi dan media
meningkat pendidikan kesehatan
3. Perilaku sesuai 4. Jadwalkan pendidikan
dengan kesehatan sesuai kesepakatan
pengetahuan 5. Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
4. Kemampuan Edukasi :
menjelaskan 6. Jelaskan faktor risiko yang
pengetahuan dapat mempengaruhi
tentang suatu kesehatan
topik 7. Ajarkan perilaku hidup sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehatan

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat,
dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas
kesehatan lain.

F. Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan 
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.  Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami
abortus ruptur pada dinding tuba.
2. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu,
yaitu:
a. Faktor mekanis
b. Faktor fungsional
c. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
d. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
3. Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah antara 20-
40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
B. Saran
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
kegiatan seperti ini agar kiranya dapat selalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun
dimasyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI
Nursalam. 2008. Pedoman Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu
Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005
Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai