Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

CHILD ABUSE

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Fini Heryani, S. Kep

Disusun Oleh :
Dela Indriyana Yuliana NIM (742003.S.19005)
Diana Purnamasari NIM (742003.S.19008)
Iffa Rifani Rahman NIM (742003.S.19014)
Lidiya NIM (742003.S.19016)
Nurakhmawati NIM (742003.S.19021)
Sri Intan NIM (742003.S.19030)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA
CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Child Abuse ”. Shalawat serta salam tak lupa kami
ucapkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia maupun di akherat.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak selanjutnya kami
berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama menyusun makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 7 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................3

A. Pengertin Child Abuse....................................................................................................3

B. Klasifikasi Child Abuse..................................................................................................3

C. Etiologi............................................................................................................................5

D. Manifestasi Klinis...........................................................................................................6

E. Komplikasi......................................................................................................................9

F. Pathway pada Child Abuse...........................................................................................10

G. Diagnosa Banding.........................................................................................................11

H. Prognosis pada Child Abuse.........................................................................................12

I. Penatalaksanaan pada Child Abuse...............................................................................13

BAB III......... KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CHILD


ABUSE....................................................................................................................................15

A. PENGKAJIAN..............................................................................................................15

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................18

C. INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................................18

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................................20

E. EVALUASI KEPERAWATAN.........................................................................20

ii
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................21

A. Kesimpilan.......................................................................................................................21

B. Saran...............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mencapai Indonesia sehat peningkatan mutu kesehatan yang berkualitas
merupakan kebutuhan masyarakat. Hal ini penting mengingat makin berkembangnya
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang yang sering
menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan
menimbulkan kesehatan fisik mental dan sosial serta kesejahteraan masyarakat.
Gangguan jiwa artinya menonjolnya gejala-gejala psikogenik hal ini tidak berarti
berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu lagi,yang sakit dan yang menderita
ialah, manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya, dan lingkungannya.
Pada anak dibawah 18 tahun sering tidak sedikit juga yang mengalami kelalaian dari
orang tua maupum orang yang merawat lainnya baik berupa tindakan fisik,
psikologi maupun mentalnya.
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan perilaku kekerasan di
perlukan sikap perawatan yang menerima klien, hangat, sederhana, dimana prinsip
intervensi aktif adalah menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan
atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Sehingga Makalah ini
disusun untuk mempelajari bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang
menderita child abuse.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan klasifikasi dari Child Abuse?
2. Bagaimana etiologi dan manifestasi dari Child Abuse?
3. Apa komplikasi dan penatalaksanaan dari Child Abuse?
4. Apa diagnosa banding dari Child Abuse?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse?

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada anak dengan Child
Abuse.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian dari Child Abuse.
b) Untuk mengetahui klasifikasi dari Child Abuse.
c) Untuk mengetahui etiologi dari Child Abuse.
d) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Child Abuse.
e) Untuk mengetahui Komplikasi dari Child Abuse.
f) Untuk mengetahui pathway dari Child Abuse.
g) Untuk mengetahui diagnosa banding dari Child Abuse.
h) Untuk mengetahui prognosis dari Child Abuse.
i) Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Child Abuse.
j) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak child abuse.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertin Child Abuse
Menurut Sutanto (2013), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/ anak yang
lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya
yang seharusnya menjadi tanggung jawab atau pengasuhnya, jawab/pengasuhnya,
berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau. kematian. Kekerasan anak lebih
bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka
pada tubuh sang anak.
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan atau perbuatan
orangtua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi
terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak
secara umum.
Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan
definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, ,kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang
yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak terancam.

B. Klasifikasi Child Abuse


1. Emotional Abuse, yaitu perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak
anak, meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan
membuat anak merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai.
Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional
anak.
a) Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan.
b) Indikator perilaku kelainan kebiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-
mukul)
2. Physical Abuse, yaitu cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena
kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau
dapat juga diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga

3
4

mencederai anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala
atau lengan.
a) Indikator fisik
luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaran.
b) Indikator perilaku
waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku ekstrem seperti
agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah,
menipu, berbohong, mencuri.
3. Neglect, yaitu kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai
bagi anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian,
pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak
dapat merawatnya .
a) Indikator fisik
kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya
perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
b) Indikator kebiasaan
Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada
masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang
kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.
4. Sexual Abuse, yaitu Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual,
mengambil gambar pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada
anak.
a) Indikator fisik
kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam,
nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital/
rektal, berpenyakit kelamin.
b) Indikator kebiasaan
pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual yang tidak sesuai
dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman
sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/
berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah,
gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol).
5

C. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik
maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah
1. Stress yang berasal dari anak
a) Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak
berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak
mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak
lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b) Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak
mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan
lingkungan di sekitarnya.
c) Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung
mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki
temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen
keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen
lemah.
d) Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya
dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di
dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e) Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan
orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil
perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang
kuat antara anak angkat dan orang tua.
2. Stress keluarga
a) Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini
berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan
oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus
mengorbankan keluarga.
b) Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan
sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan
tingkah laku anak.
6

c) Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan


kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d) Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:
a) Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab
anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b) Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami
perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang
lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah
dialaminya.
c) Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan
membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu
memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak
sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.

D. Manifestasi Klinis
1. Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar,
patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya
kerusakan organ dalam lainnya. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya
jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat
lainnya atau bahkan kematian. Adapun tanda dan gejala fisik lainnya adalah
a) Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling
mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan
bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar
pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah
mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan
menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek
yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.
b) Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai
untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat
7

memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat


membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-
penganiayaan.
c) Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak
adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma
yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap
anak.
d) Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir
pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata
biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya
penganiayaan.
e) Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil- kecil dan
banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar
daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan
jahat yang disengaja.
f) Sindroma Bayi Terguncang
Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak,
menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat
menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera
eksternal.
2. Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan
Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau
dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang
tidak terjadi secara kebetulan.
a) Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal,
yaitu
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya yang
tidak mendapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu
8

Kecerdasan
 Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
 Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga
karena malnutrisi.
 Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak
adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.

Emosi
 Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif,
atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
 Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau
bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik
diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh,
kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
b) Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak
dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas
dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
c) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresif terhadap
teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orangtua
mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai
hasil miskinnya konsep diri.
d) Hubungan social
Pada anak sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan
orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang
dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan - kriminal lainnya.
e) Akibat dari penganiayaan seksual. Tanda-tanda penganiayaan seksual antara
lain :
9

1) Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret
vagina, dan perdarahan anus.
2) Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis,
enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
3) Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai
dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan
memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.

E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang menyertai Child abuse diantaranya adalah
1. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2. Kejang-kejang
3. Hidrocepalus
4. Ataksia
5. Kenakalan remaja
6. Depresi dan percobaan bunuh diri
7. Gangguan stress post traumatic
8. Gangguan makan
10

F. Pathway pada Child Abuse


11

G. Diagnosa Banding
Diagnosis banding tergantung pada jenis cedera, usia anak, dan tanda dan gejala.
Sebagian besar waktu, diagnosis cedera adalah antara trauma yang tidak disengaja dan
yang ditimbulkan. Diagnosis banding yang terkait dengan memar adalah sebagai berikut :
1. Terkadang memar
2. elanositosis dendeng kongenital (bintik-bintik Mongolia).
3. Hemangioma
4. Phytophotodermatitis
5. Purpura thrombocytopenic idiopatik
6. Purpura Henoch-Schönlein
7. Perdarahan Petechiae atau subconjunctival dari muntah atau batuk
8. Gigitan serangga
9. Penyakit hemoragik pada bayi baru lahir
10. Gangguan pendarahan (bawaan atau didapat)
11. Trauma lahir
12. Hemofilia
13. Erythema multiforme

Diagnosis banding fraktur skeletal terkait adalah sebagai berikut :


1. Fraktur yang tidak disengaja
2. Fraktur balita
3. Osteogenesis imperfect
4. Rakhitis
5. Osteomielitis
6. Kerapuhan tulang dengan penyakit kronis
7. Fisiologis subperiosteal tulang baru
8. Hipervitaminosis A
9. Sifilis kongenital
10. Trauma lahir
11. Osteopenia prematuritas
12. Osteopenia
12

Diagnosis banding yang terkait dengan Burn adalah sebagai berikut:


1. Luka bakar yang tidak disengaja
2. Impetigo
3. Praktik penyembuhan rakyat (misalnya, coining, cupping)
4. Dermatitis atopic
5. Kondisi peradangan pada kulit
6. Terbakar sinar matahari
7. Bahan bakar kimiawi
8. Dermatitis kontak

Diagnosis banding yang kejam (AHT) berhubungan dengan orang sulit adalah sebagai
berikut :
1. Cedera kepala yang tidak disengaja
2. Koagulopati kongenital atau yang didapat (misalnya, hemofilia, kekurangan vitamin
K, trombositopenia alloimun neonatal).
3. Penyakit metabolik (contohnya, glutaric aciduria tipe 1)
4. Tebal berdosa serebral
5. Malformasi arteri
6. Asfiksia yang tidak disengaja
7. Trauma lahir
8. Meningitis bakter
9. Leukemia
10. Tumor otak yang solid

H. Prognosis pada Child Abuse


Pemulihan fisik anak tergantung pada tingkat keparahan luka-luka. Pemulihan psikologis
bergantung pada hasil terapi dan apakah anak dapat mengembangkan hubungan saling
percaya dengan pengasuh dewasa.
Pihak berwenang akan menentukan apakah pelaku mendapat bantuan psikiatri, seperti
pelatihan pengasuhan anak dan pelatihan manajemen impuls/ kemarahan. Lembaga
perlindungan pada anak umumnya berusaha untuk menyatukan kembali keluarga jika
memungkinkan.
13

I. Penatalaksanaan pada Child Abuse


Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan
pada individu, keluarga, dan masyarakat. Prevensi primer dengan tujuan: promosi
orangtua dan keluarga sejahtera.
a) Individu :
1) Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat
2) Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
3) Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
4) Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
5) Pelayanan referensi perawatan jiwa
6) Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku kekerasan.
b) Keluarga :
1) Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat
2) Memfasilitasi jalinan kasih 14ocial pada orangtua baru
3) Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut Pelayanan
untuk keluarga.
c) Komunitas:
1) Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
2) Mengurangi media yang berisi kekerasan
3) Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti : pelayanan
krisis,tempat penampungan anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang dianiaya
4) Kontrol pemegang senjata api dan tajam
2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat
pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu
ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan haru dijaga agar tidak
diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.
Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya
emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda- tanda aniaya fisik dan
pengabaian perawatan pada anak.
14

3. Penegak hukum dan keamanan


Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara
konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan
kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan
terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-
anak pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka
pendek maupun jangka panjang diberitakan agar program pencegahan lebih
ditekankan.
Kemudian adapun penatalaksanaan yang lain dimana psikologi anak sudah mengalami
masalah akibat child abuse adalah dengan mekanisme koping yaitu upaya yang
diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Akankah
lebih baiknya juga anak yang mengalami kasus child abuse dibawa ke psikiater untuk
mengobati rasa trauma dan memberikan sugesti baru yang lebih baik untuk masa
depan anak.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN CHILD ABUSE
A. PENGKAJIAN
1. Epidemiologi
Sistem Data Nasional Penyiksaan dan Penyianyiaan anak menunjukkan bahwa 24%
dari 838.232 laporan adalah karena penyiksaan fisik; 7% anak sebelum umur 1
tahun, 27% sebelum umur 4 tahun, dan 28% adalah anak berumur 4-8 tahun.
Anggota keluarga dekat adalah pelaksana pada 55% kasus penyiksaan. Pelaksana
yang paling sering adalah ayah 21%, ibu 21% teman kencan ibu 9%, pengasuh bayi
8%, dan ayah tiri 5%. Umur rata rata peyiksa adalah 25 tahun. Dari 10-40% orang
tua penyiksa telah mengalami penyiksaan fisik waktu masa kanak kanak.
Penyiksaan fisik paling mungkin terjadi pada orang tua beresiko tinggi yang
bertanggung jawab pada perawatan anak beresiko tinggi adalah bayi, prematur,
bayi dengan keadaan medikronik, bayi yang menderita polip, dan anak anak
dengan masalah perilaku. Anak mungkin normal tetapi mungkin disalah artikan
oleh orang tua yang bersahaja sebagai sukar,tidak biasa/abnormal. Perilaku
normal seperti menangis, kencing malam (ngompol), mengotori, menumpahkan
dapat menyebabkan orang tua kehilangan kendali dan melukai anak.
Peluang yang mempercepat penyiksaan mungkin akibat krisis keluarga, seperti
kehilangan pekerjaan, atau rumah, percekcokan perkawinan, kematian saudara
kandung, kelelahan fisik, atau menderita sakit fisik atau mental akut atau kronik
pada orang tua atau anak. Penentuan faktor resiko untuk penyiksaan harus
merupakan bagian dari riwayat medik pada semua kasus luka masa anak. Walaupun
bukan diagnostik, adanya faktor resiko menambah kecurigaan penyiksaan dan
bahkan jika tidak ada penyiksaan yang didokumentasikan, mungkin perlu merujuk
ke pelayanan pencegahan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Perlukaan pada permukaan badan yang memiliki bentuk yang khas menyerupai
benda, seperti bekas cubitan, sapu lidi, setrika sundutan rokok, luka bekas gigitan.
Lecet, hematom, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina, sekuel/cacat sebagai

15
16

akibat trauma misalnya jaringan parut. waspada saat bertemu degan orang dewasa,
agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke
rumah,,kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya
perhatian, kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju
dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital/
rektal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau masalah
psikiatrik. orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang lain
atau saudaranya untuk beberapa waktu. Pernah mengalami luka (tidak ad
penanganan medis) penundaan mencari bantuan medis dapat memperkuat adanya
penyiksaan. Kecelakaan yang berulang ulang dengan frakur/memar/ jaringan yang
berbeda waktu sembuhnya.

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : Tekanan darah, Frekuensi nadi, Frekuensi respirasi, dan suhu.
a) Pemeriksaan B1- B6
1) B1 / Breathing
 Inspeksi : Bentuk dada simetris/tidak, memar atau lebam pada dada,
frekuensi pernafasan cepat (takipnea) karena anak mengalami ansietas
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada, vokal fremitus getaran
seimbang kiri dan kanan.
 Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
 Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler di seluruh lapang paru.
2) B2 (Blood)
 Inspeksi : Ictus cordis tidak teraba, kulit pucat
 Palpasi : Nadi 96x/menit, pengisian kapiler lebih dari 2 detik
 Perkusi : Pekak pada daerah jantung ICS 3 – 5 dada kiri
 Auskultasi: Irama jantung regular
17

3) B3 (Brain)
 kesadaran compos mentis
 Inspeksi : Pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva anemis, lesi,
bengkak pada area wajah
 Stastus mental : cara berpakaian lusuh, kebersihan diri buruk, ekspresi
wajah takut, menyengir saat nyeri, apatis
4) B4 (Bladder)
 Inspeksi : tidak terpasang kateter urine
 Palpasi : tidak nyeri tekan, tidak ada distensi kandung kemih
 BAK : frekuensi: kurang lebih 3-6x/hari, warna kuning, bau khas
5) B5 (Bowel)
 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, umbilikus masuk kedalam,
adanya perubahan berat badan
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : peristaltik menurun, bising usus 2x/menit
6) B6 (Bone)
 Inspeksi : Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena
rokok) Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi, Tanda2 gigitan
manusia yang tidak dapat dijelaskan, bengkak, fraktur dislokasi, keseleo
(sprain).

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
Peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak,
yaitu untuk identifiaksi fokus dari jejas, dokumentasi. Pemeriksaan radiologi
pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang,
sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa
nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik.
18

b. CT-scan
lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya
diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami
trauma kepala yang berat.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural
dan sub arakhnoid.Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi
visceral
d. Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi cidera b/d perilaku agresif. Perilaku anti sosial, penyalah gunaan
obat, masalah disekolah dan pekerjaan
2. Tidak efektifnya koping keluarga kompromi b/d faktor – faktor yang
menyebabkan child abuse
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak b/d tidak adekuatnya perawatan
4. Resiko perilaku kekerasan oleh anggota yang lain b/d kelakuan yang maladaptive
5. Peran orang tua berubah b/d ikatan keluarga yang terganggu

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx` : Resiko tinggi cidera b/d perilaku agresif. Perilaku anti sosial, penyalah
gunaan obat, masalah disekolah dan pekerjaan
Tujuan : anak tidak mengalami cidera
Intervensi :
a) Lindungi anak dari cidera lebih lanjut
b) Bantu diagnosis penganiayaan anak : fisik, seksual atau emosional
c) Laporkan adanya kecurigaan
d) Lakukan resusitasi dan stabilisasi seperlunya
2. Dx : Tidak efektifnya koping keluarga kompromi b/d faktor – faktor yang
menyebabkan child abuse
Tujuan : mekanisme koping keluarga menjadi efektif
19

Intervensi :
a) identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya mekanisme koping
pada keluarga, usia orang tua, anak keberapa, sosial ekonomi terhadap
perkembangan keluarga, adanya suport sistem dan kejadian lainnya.
b) Konsulkan pada pekerja sosial dan pelayannan kesehatan yang tepat
c) Dorong anak dn keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang apa yag
mungkin menyebabkan prilaku kekerasan
d) Ajarkan orang tua tentang perkembangan pertumbuhan anak sesuai tingkat
umur. Ajarkan kemampuan merawat spesifik dan terapkan teknik disiplim
3. Dx : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak b/d tidak adekuatnya
perawatan
Tujuan : perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psiko sosial dapat
ditingkatkan sesuai dengan tingkatan umurnya
Intervensi :
a) Diskusikan hasil test kepada orang tua dan anak
b) Melakukan aktivitas (membaca, bermain, bersepeda, dll)
c) Tentukan tahap perkembangan anak seperi 1 bulan, 2 bulan, 6 bulan dan 1
tahun.
d) Libatkan keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan yang normal
4. Dx : resiko prilaku kekerasan b/d kelakuan yang maladaptive
Tujuan: perilaku kekerasan pada anak berkurang
Intervensi :
Identifikasi prilaku kekerasan, saat menggunakan/mengkonsumsi alkohol atau obat
saat menganggur
a) Selidiki faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasan seperti minuman
alkohol atau obat-obatan
b) Lakukan konseling kerjasama multidisiplin, termasuk organisasi komunitas
dan psikologis
c) Menyarankan keluarga kepada seseorang trapi keluarga yang tepat
d) Melaporkan seluruh kejadian yang aktual yang mungkin terjadi kepada pejabat
yang berwenang
20

5. Dx : peran orang tua berubah b/d ikatan keluarga yang terganggu


Tujuan : perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif
Intervensi :
a) Diskusikan ikatan yang wajar dan perikatan dengan orang tua yang keras
b) Berikan model peran untuk orang tua
c) Dukung pasien untuk mendaftarkan dalam kelas yang mengajarkan keahlian
orang tua
d) Arahkan orang tua ke pelayanan kesehatan yang tepat untuk konsultasi dan
intervensi seperlunya.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana


tindakan yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent,
interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberap kegiatan,validasi,
rencan keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan
asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Susan Martin, 2013).

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat


terhadap pasien.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data


subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
(Santosa.NI, 2013;162). Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan
outcome. 
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpilan

Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik,seksual atau


emosional atau penelantaran anak. Departemen anak dan keluarga
mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian
tindakan atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang
mengakibatkan kerugian, potensi bahaya, atau ancaman membahayakan
anak. Penyalahgunaan anakdapat terjadi di rumah anak, dalam organisasi,
sekolah atau komunitas anak berinteraksi. Ada empat kategori utama
kekerasan terhadap anak yaitu pengabaian, kekerasan fisik, kekerasan
psikologi atau emosionaldan kekerasan seksual. Pencegahan dan
penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui
Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegak hukum dan Keamanan dan Media
massa.

B. Saran
Kekerasan memang tidak dapat ditolerir apalagi terjadi terhadap anak. Oleh
karena itu menyarankan agar orang tuan bahkan semua orang bergerak bila
mengetahui anak mengalami kekerasan. Tidak perlu ragu meski pelaku
kekerasan datang dari kerabat atau pasangan, sebab bila ada seseorang yang
mengetahui anak yang mendapat kekerasan, namun tidak ada tindakan akan
terancam tahanan lima tahun penjara sesuai pasal no. 78 tahun 2002.
Berpikir untuk bertindak menyudahi kekerasan ini merupakan langkah tepat
yang pertama yang dilakukan.
Pentingnya orang tua khususnya peran ibu dalam membimbing dan mendidik
anak baik dalam beretika dan susila untuk bertingkah laku yang baik. Peran
orang tua bertanggung jawab menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak,
memikirkan keadaan ekonomi dan gizi untuk anak – anaknya, memberi
teladan akhlak serta mencurahkan kasih sayang bagi kebahagiaan dan
tumbuh kembang anak.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryawan PK, Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Dalam Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Anak. Jakarta Selatan.: Salemba Medika.

Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan,& Kesehatan Ed.4. (2013).


Dalam d. h. Mahanani (Penyunt.), Kamus Saku Mosby:
Kedokteran, Keperawatan,& Kesehatan Ed.4 (4 ed.). Jakarta:
EGC.

Nelson. (2013). Ilmu Kesehatan Anak. Dalam S. Prof. DR. dr. A. Samik
Wahab (Penyunt.).Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai