Anda di halaman 1dari 133

PENGARUH OLESAN SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU)

TERHADAP ACNEVULGARIS PADA REMAJA PUTRI


USIA 14-15 TAHUN DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

SKRIPSI

OLEH :
DEA AYU PRATIWI
NIM. 201601018

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020

i
PENGARUH OLESAN SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU)
TERHADAP ACNEVULGARIS PADA REMAJA PUTRI
USIA 14-15 TAHUN DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :
DEA AYU PRATIWI
NIM. 201601018

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020

i
PENGARUH OLESAN SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU)
TERHADAP ACNEVULGARIS PADA REMAJA PUTRI
USIA 14-15 TAHUN DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
DEA AYU PRATIWI
NIM. 201601018

Menyetujui untuk diuji :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ns. Moch Maftuchul Huda, SKp., M.Kep., Sp.Kom Diana Rachmania, S.Kep,Ns., M.Kep
NIDN. 07-7105-6901 NIDN. 07-2507-8703

Mengetahui:
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Stikes Karya Husada Kediri,

Farida Hayati, S.Kp., M.Kep


NIDN. 07-0903-7101

ii
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH OLESAN SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU)


TERHADAP ACNEVULGARIS PADA REMAJA PUTRI
USIA 14-15 TAHUN DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

Oleh:

DEA AYU PRATIWI


NIM. 201601018

Telah diuji pada :


Hari : Senin
Tanggal : 03 Agustus 2020

Dan dinyatakan skripsi ini diterima dan lulus.

Tanda Tangan

Penguji I : Dr. Ns. Ratna Hidayati, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat ( )


NIDN. 07-0502-7101

Penguji II : Dr. Ns. Moch Maftuchul Huda, SKp., M.Kep., Sp.Kom ( )


NIDN. 07-7105-6901

Penguji III : Diana Rachmania, S.Kep,Ns., M.Kep (


NIDN. 07-2507-8703

Mengetahui:
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Stikes Karya Husada Kediri,

Farida Hayati, S.Kp., M.Kep


NIDN. 07-0903-7101

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PENGARUH OLESAN SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU)


TERHADAP ACNEVULGARIS PADA REMAJA PUTRI
USIA 14-15 TAHUN DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana


Keperawatan pada Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Karya Husada
Kediri, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
skripsi yang sudah dipublikasikan dan ataupun pernah dipakai untuk mendapatkan
gelar kesarjanaan di lingkungan STIKES Karya Husada Kediri atau di Perguruan
Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya
dicantumkan sebagaimana mestinya.

Kediri, Agustus 2020

DEA AYU PRATIWI


NIM. 201601018

iv
MOTTO

Keberhasilan Harus Diraih,

Meskipun Penuh Perjuangan

Maupun Pengorbanan

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Telah Aku Selesaikan, Untuk Itu Aku Persembahkan


Kepada :
Tuhanku Allah SWT Yang Telah Memberiku Kehidupan,
Kesehatan, Dan Kemampuan Dalam Segala Hal Serta Telah
Menjadikan Aku Dapat Menyelesaikan Skripsi Ini Dengan Baik Dan
Tepat Waktu

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

- Kedua orang tuaku, terima kasih, dukungan, semangat, nasehat dan doa restunya yang
selalu mengiringi setiap derap langkahku demi mencapai cita-citaku.

- STIKES Karya Husada Kediri Almamaterku yang aku paling banggakan

- Teman-teman seangkatan terima kasih atas dukungannya

- Semua pihak yang telah membantu sehingga Skripsi ku dapat selesai, yang tidak bisa
kusebutkan dan aku ungkapkan dengan kata-kata

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadirat dan karunia Allah SWT, peneliti

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh olesan sirahma

(sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun

diDesa Bendowulung Blitar” ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Terselesaikannya skripsi ini atas dukungan baik moral maupun spiritual dalam

menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak kepada yang terhormat :

1. Ita Eko Suparni, SSiT., M.Keb, selaku ketua STIKES Karya Husada Kediri

yang memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan Studi Sarjana Ilmu Keperawatan.

2. Hj. Farida Hayati, S.Kp., M.Kep, selaku ketua prodi Sarjana Keperawatan

STIKES Karya Husada Kediri yang telah menyediakan fasilitas untuk

mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan.

3. Dr. Ns. Moch Maftuchul Huda, SKp., M.Kep., Sp.Kom selaku dosen

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran

dalam penyusunan skripsi ini

4. Diana Rachmania, S.Kep,Ns., M.Kepselaku dosen pembimbing II yang

senantiasa menyempatkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan,

dorongan, dan motivasi dalam pembuatan skripsi.

5. Segenap dosen dan staf administrasi Sarjana Keperawatan STIKES Karya

Husada Kediri yang telah banyak sekali memberikan pengarahan, dan

motivasi dalam pembuatan skripsi.

vii
6. Teman-temanku Program Studi Sarjana Keperawatan dan semua pihak yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberi banyak dukungan

serta empati pada peneliti.

Skripsi ini disusun oleh peneliti masih jauh dari sempurna, peneliti menyadari

bahwa masih ada keterbatasan dari peneliti dan berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan peneliti berharap ada saran, arahan, dan koreksi yang

bersifat membangun dari pembaca akan memberikan perbaikan skripsi ini

kemudian hari.

Kediri, Agustus 2020

Peneliti

viii
ABSTRAK

Pratiwi, Dea Ayu. 2020. Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)
Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa
Bendowulung Blitar. Dr. Ns. Moch Maftuchul Huda, SKp., M.Kep.,
Sp.Kom. Diana Rachmania, S.Kep,Ns., M.Kep
Remaja putri mengalami acne vulgaris terutama saat menstruasi sebagai akibat
meningkatnya hormon androgen dalam tubuh. Acne Vulgaris sebagai peradangan
menahun ditandai dengan pembentukan komedo, papul, pustul, nodul. Mengatasi
jerawat dapat diberikan ramuan olesan sirahma (sirih merah dan madu). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu)
terhadap acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung
Blitar. Desain penelitian ini “One group pre-post test design”, dengan teknik
pengambilan sampel Total sampling didapatkan 20 responden remaja putri.
Variabel independen penelitian ini olesan sirahma (sirih merah dan madu),
variabel dependen acnevulgaris pada remaja putri, menggunakan instrumen
lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan acnevulgaris remaja putri
sebelum olesan sirahma sebagian besar (55%) responden memiliki acnevulgaris
kriteria skor 5-8 berarti terdapat lesi beradang beberapa tempat, lesi tak beradang
banyak tempat, lesi tak beradang beberapa tempat dan lesi beradang. dan setelah
intervensi hampir seluruh responden (85%) responden memiliki acnevulgaris
kriteria skor 1-4 yang berarti terdapat lesi tak beradang, lesi tak beradang
beberapa tempat serta lesi tak beradang banyak tempat. Analisis uji T-test
didapatkan ρ = 0,000 < α 0.05 hal ini menunjukkan H1 diterima, artinya ada
pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada
remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar. Olesan sirahma (sirih
merah dan madu) dengan kandungan zat senyawa kimia saponin, flavanoid,
alkaloid, tannin, minyak astiri dan madu antioksidan dapat memberikan efek
mengobati Acne Vulgaris. Sebaiknya remaja putri yang mengalami acne vulgaris
diatasi dengan Olesan sirahma (sirih merah dan madu) yang tidak menimbulkan
efek iritasi.
Kata kunci : Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu), Acnevulgaris , Remaja Putri

ix
ABSTRACT

Pratiwi, Dea Ayu. 2020. Effects of Sirahma (red betel and honey) Spread on
Acnevulgaris in girls adolescent Ages 14-15 Years in Bendowulung
Village, Blitar. Dr. Ns. Moch Maftuchul Huda, SKp., M.Kep., Sp.Kom.
Diana Rachmania, S.Kep, Ns., M.Kep
Girls adolescent experience acne vulgaris, especially during menstruation as a
result of increased androgen hormones in the body. Acne vulgaris as chronic
inflammation is characterized by the formation of blackheads, papules, pustules,
nodules. Overcoming acne can be given with a mixture of spread sirahma (red
betel and honey). This study aims to determine the effect of rubbing sirahma
sirahma (red betel and honey) on acnevulgaris in adolescent girls aged 14-15
years in Bendowulung Village, Blitar. The design in this study is "One group pre-
post test design", with a total sampling technique obtained 20 young female
respondents. The independent variable in this study is the spread of sirahma (red
betel and honey), the dependent variable Acnevulgaris in girls adolescent. The
results showed that acnevulgaris of girls adolescent prior to the application of
sirahma most (55%) respondents had acnevulgaris score criteria of 5-8, meaning
that there were multiple inflamed lesions, multiple non-inflamed lesions, multiple
non-inflamed lesions and multiple lesions. and after the intervention, almost all
respondents (85%) had acnevulgaris criteria score 1-4 which means that there
are non-inflamed lesions, multiple non-inflamed lesions and multiple non-
interlocutory lesions. T-test analysis showed that ρ = 0,000 <α 0.05 showed that
H1 was accepted, meaning that there was an influence of the spread of sirahma
(red betel and honey) on acnevulgaris in adolescent girls aged 14-15 years in
Bendowulung Village, Blitar. Spread of sirahma (red betel and honey) containing
chemical compounds saponins, flavonoids, alkaloids, tannins, astiri oils and
honey antioxidants can provide a healing effect Acne Vulgaris. We recommend
that girls adolescent who experience acne vulgaris be treated with a spread of
sirahma (red betel and honey) which does not cause irritating effects.
Keywords: Smear of Sirahma (red betel and honey), Acnevulgaris, Girls
adolescent

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABTRAK......................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Relevansi ................................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tanaman Sirih Merah .................................................................. 9
2.1.1 Deskripsi........................................................................................ 9
2.1.2 Taksonomi .................................................................................... 10
2.1.3 Morfologi ..................................................................................... 10
2.1.4 Kandungan Daun Sirih Merah ...................................................... 11
2.1.5 Tanaman Sirih Merah Obat Kosmetik untuk Kecantikan ............ 15
2.2 Konsep Madu ........................................................................................... 19
2.2.1 Pengertian Madu ........................................................................... 19

xi
2.2.2 Jenis Madu..................................................................................... 20
2.2.3 Kandungan madu murni terdiri dari: ............................................. 21
2.2.4 Manfaat madu ................................................................................ 21
2.3 Konsep Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) ............................................... 22
2.3.1 Definisi Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) ................................... 22
2.3.2 Cara membuat Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) ........................ 22
2.3.3 Mengatasi Jerawat dengan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu) ........................................................................................... 23
2.4 Konsep Jerawat ........................................................................................ 24
2.4.1 Pengertian Jerawat......................................................................... 24
2.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Jerawat .................................................. 24
2.4.3 Klasifikasi jerawat ........................................................................ 26
2.4.4 Etiologi jerawat ............................................................................ 27
2.4.5 Patogenesis jerawat ...................................................................... 29
2.4.6 Manifestasi klinik jerawat ............................................................ 31
2.4.7 Gradasi Tingkat Keparahan Jerawat ............................................ 32
2.5 Konsep Remaja ........................................................................................ 34
2.5.1 Pengertian Remaja......................................................................... 34
2.5.2 Tahap Perkembangan Remaja ....................................................... 35
2.5.3 Perkembangan remaja ................................................................... 36
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ ........ 39
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... ........ 42
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian ............................................................................ ........ 43
4.2. Kerangka Kerja ............................................................................... ........ 45
4.3. Sampling Desain .............................................................................. ........ 46
4.3.1 Populasi ................................................................................ ........ 46
4.3.2 Sampel .................................................................................. ........ 46
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................ ........ 47
4.3.4 Besar Sampel ........................................................................ ........ 47
4.4. Identifikasi Variabel ........................................................................ ........ 47

xii
4.4.1 Variabel Independent ........................................................... ........ 47
4.4.2 Variabel Dependent .............................................................. ........ 47
4.5. Definisi Operasional ....................................................................... ........ 48
4.6. Pengumpulan Data Dan Analisa Data ............................................. ........ 50
4.6.1 Pengumpulan Data ............................................................... ........ 50
4.6.2 Analisa Data ......................................................................... ........ 51
4.7. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... ........ 54
4.8. Etika Penelitian ............................................................................... ........ 55
4.8.1 Lembar persetujuan (informed consent) .............................. ........ 55
4.8.2 Tanpa Nama (Anonimity) ..................................................... ........ 55
4.8.3 Kerahasiaan (Confidentialy) ................................................ ........ 55
4.8.4 Keadilan (Justice) ................................................................. ........ 56
4.9 Keterbatasan ...................................................................................... ........ 56
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................... ........ 57
5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian ............................................ ........ 58
5.1.2 Data Umum .......................................................................... ........ 58
5.1.3 Data Khusus ......................................................................... ........ 60
5.2 Pembahasan ..................................................................................... ........ 62
5.2.1 Identifikasi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun
Sebelum Diberikan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Di
Desa Bendowulung Blitar ............................................................ 62
5.2.2 Identifikasi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun
Sesudah Diberikan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Di
Desa Bendowulung Blitar ............................................................. 65
5.2.3 Analisis Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)
Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di
Desa Bendowulung Blitar ............................................................. 69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... ........ 73
6.2 Saran ................................................................................................ ........ 73
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

xiii
LAMPIRAN .................................................................................................... 78

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Presentase Kandungan Kimia Daun Sirih Merah .......................... 11

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Daun Sirih Merah dalam 100 gram .................. 12

Tabel 3.1 Kandungan Nutrisi Per 100 Gram Madu Murni............................ 21

Tabel 4. 1 Definisi Operasional Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah


Dan Madu) Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-
15 tahun di Desa Bendowulung Blitar .......................................... 48

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa


Bendowulung Blitar Tanggal 8-15 Juni 2020 .............................. 58

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-
15 Tahun Sebelum Diberikan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu) Tanggal 8-15 Juni 2020 .. .................................................. 60

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-
15 Tahun Sesudah Diberikan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu) Tanggal 8-15 Juni 2020 ..................................................... 60

Tabel 5.4 Tabulasi Silang Distribusi Frekuensi Pengaruh Olesan Sirahma


(Sirih Merah Dan Madu) Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja
Putri Usia 14-15 Tahun di Desa Bendowulung Blitar Tanggal 8-
15 Juni 2020.. ................................................................................ 61

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu) Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15
Tahun di Desa Bendowulung Blitar .............................................. 40

Bagan 4.1 Kerangka Kerja Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu) Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15
Tahun di Desa Bendowulung Blitar .............................................. 45

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Kelaikan Etik................................................................... 78

Lampiran 2 Surat Ijin Permohonan Penelitian ............................................. 79

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian .................................................. 80

Lampiran 3 Surat Persetujuan Penelitian ..................................................... 81

Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden ............................... 82

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent) .... 83

Lampiran 6 Lembar Pengunduran Diri Menjadi Responden ....................... 84

Lampiran 7 Lembar Data Demografi Responden ........................................ 85

Lampiran 8 Standard Operating Prosedur (SOP) Olesan Sirahma (Sirih


Merah Dan Madu) ................................................................... 86
Lampiran 9 Standart Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Olesan
Sirhma (SOP Selama Covid-19)............................................... 89
Lampiran 10 Rekapitulasi Data Umum Hasil Penelitian ............................... 91

Lampiran 11 Rekapitulasi Data Khusus Hasil PenelitianAcnevulgaris Pada


Remaja Putri Usia 14-15 Tahun Sebelum Diberikan Olesan
Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Di Desa Bendowulung
Blitar ......................................................................................... 93

Lampiran 12 Rekapitulasi Data Khusus Hasil PenelitianAcnevulgaris Pada


Remaja Putri Usia 14-15 Tahun Sesudah Diberikan Olesan
Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Di Desa Bendowulung
Blitar ......................................................................................... 95
Lampiran 13 Hasil Analisis Penelitian dengan SPSS .................................... 98

Lampiran 14 Lembar Konsultasi.................................................................... 110

Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 114

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada banyak sekali masalah kulit yang dihadapi setiap manusia, dan salah

satunya yang banyak dijumpai di masyarakat pada remaja dan dewasa adalah

masalah kulit diantaranya jerawat atau dalam bahasa medisnya biasa disebut

Acne Vulgaris (Yuindartanto, 2013). Jerawat atau sering disebut Acne

Vulgaris merupakan suatu peradangan menahun yang ditandai dengan

pembentukan komedo, papul, pustul, nodul, atau juga kista merupakan suatu

akibat dari sumbatan dan peradangan dari unit pilosebasea (folikel rambut dan

kelenjar sebasea yang menyertainya). Acne dapat muncul pada daerah yang

banyak mengandung kelenjar pilosebasea, seperti pada daerah wajah, leher,

dada, dan punggung (Dawson et al, 2012). Jerawat sering dialami remaja putri

dari pada remaja putra kondisi ini karena meningkatkan perilaku kebersihan

diri, pemakaian bedak dan juga remaja putri mengalami haid terdapat

mekanisme peningkatan produksi hormon androgen dalam tubuh saad haid

(Yuindartanto, 2013).

Penduduk Amerika Serikat terdapat 40 sampai 50 juta atau sebesar 85% dari

penduduk usia 12-24 tahun mengalami acne vulgris. Sedangkan di Asia

khusunya Singapura oleh The National Skin Center in Singapore (NSNC)

memperoleh prevalensi sebesar 10.9% dari penduduk Singapore (Taylor,

2013). Prevalensi penderita acne vulgris di Indonesia sendiri berkisar 80-85%

pada remaja dengan usia kisaran 15-18 tahun, 12% pada wanita usia >25

1
2

tahun dan kurang lebih 3% pada usia 35-44 tahun. sekitar dari 85% remaja

pernah mengalami acne vulgaris khusunya rentan usia 15-19 tahun, dengan

berbagai jenis tingkat keparahannya (Dicky F. Saragih, dkk, 2016). Catatan

yang diperoleh kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukan

60% orang yang mengalami acne vulgaris pada tahun 2016 dan 80% pada

tahun 2017 dan juga 90% pada tahun 2019. Puncak insiden awal yang biasa

dijumpai pada wanita pada usia 14-17 tahun sedangkan pria 16-19 tahun.

Menurut Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas

Indonesia/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo-Jakarta pada waktu remaja

jerawat adalah salah satu problem, sedangkan di Indonesia sekitar 95-100%

laki-laki maupun 83-85% perempuan usia 16-17 tahun menderita jerawat.

Prevalensi jerawat pada perempuan dewasa sekitar 12% dan pada laki-

laki dewasa 3%, jerawat sebagai masalah kulit sampai melewati masa remaja

dengan prevalensi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada

rentang usia 20 tahun atau lebih (Sudharmono, 2014).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2020 di Desa

Bendowulung Blitar terdapat jumlah total remaja putri sebanyak 46 siswi

berusia 14-16, dan pada saat itu peneliti melakukan pengamatan kerkait

remaja putri yang memiliki jerawat/acne vulgaris terdapat 20 remaja putri,

dari data tersebut peneliti menggali informasi dengan bertanya secara informal

pada 10 remaja putri sebagai studi awal yaitu 7 siswi (70%) mengatakan

kurang memperhatikan kebersihan muka, jarang cuci muka sebelum tidur dan

setelah beraktivitas, mereka membiarkan apa adanya wajah mereka berminyak


3

sehingga timbul jerawat, sedangkan pada 3 siswi (30%) timbul jewawat

karena sedang menstruasi hal tersebut dipengaruhi karena hormonal saat

menstruasi kondisi ini juga membuat remaja mengeluh kurang percaya diri

karena acne vulgaris, dengan demikian menggambarkan bahwa remaja putri

yang penderita acne vulgaris lebih banyak pada usia remaja awal pubertas

yang dipengarui faktor kebersihan dan hormonal menstruasi.

Masa remaja (adolescence) sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa, dan merupakan masa periode kehidupan yang paling

banyak terjadi konflik. Selama periode peralihan anak remaja akan mengalami

berbagai perubahan baik secara fisik, psikologis, atau sosial (Sukmawati,

2016). Pada umumnya remaja bermasalah pada jerawat, menganggap jerawat

bisa menyebabkan gangguan pada psikis. Acne vulgaris biasanya disebabkan

oleh beberapa faktor seperti faktor genetik, endokrin (androgen pitutiary

sebotropic), faktor hormonal, menstruasi, faktor makanan seperti kacang-

kacangan, coklat, makanan pedas, produk susu dll, keaktifan dari kelenjar

sebasea, faktor psikis, faktor pergantian musim, faktor stress, dari infeksi

bakteri (Propionilbacterium acnes), pemakaian kosmetik atau riasan dan

bahan kimia yang lainnya, kotoran atau debu serta keringat yang menempel

pada wajah dapat menyumbat pori-pori sehingga mempermudah pertumbuhan

acne vulgaris ( Dawson et al, 2012).

Remaja yang mengalami acne vulgaris perlu adanya penatalaksanaan sebagai

solusi masalah yang dihadapi remaja putri tentang acne vulgaris, pada

penatalaksanaan sendiri terbagi menjadi 2 antara lain yaitu penatalaksanaan


4

secara umum dan secara medikamentosa. Adapun secara umum dengan

menghindari pemencetan pada luka jerawat dengan cara non higienis, memilih

kosmetik atau alat kecantikan dengan non komedogenik, juga melakukan

beberapa tritmen wajah pada dokter kecantikan. Sedangkan pada

medikamentosa dibagi menurut derajat keparahan dari acne vulgaris itu

sendiri. Pemanfaatan bahan alami sebagai obat tradisional akhir-akhir ini

sangat meningkat, karena mempunyai efek samping yang sangat sedikit,

Adapun penatalaksanaan secara non medikamentosa yaitu dengan

memberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu), sehingga intervensi (non

farmakologi) berupa olesan sirahma tersebut perlu diterapkan pada remaja

untuk mengatasi acne vulgaris.

Pada dasarnya menghilangkan jerawat dapat dilakukan dengan cara

pengobatan farmakologi maupun (non farmakologi) akan tetapi, untuk

menghindari terjadinya iritasi pada kulit, hendaknya menggunakan cara

tradisional, salah satunya dengan ramuan yang dapat diberikan pada penderita

acnevulgaris yaitu dengan pemberian olesan sirahma (sirih merah dan madu),

madu mengandung anti oksidan polyphenol, flavonoid, dan glikosida inhibilin

dan hidrogen peroksida yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan dalam

dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni minyak atsiri,

alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid, untuk meyembuhkan berbagai jenis

penyakit, banyaknya kandungan zat senyawa kimia, sehingga daun sirih

merah dan madu memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat salah

satunya untuk mengobati jerawat dan keputihan (Sadewo, 2013). Terkait

kandungan olesan sirahma (sirih merah dan madu) yang banyak kandungan
5

zat senyawa kimia dapat memberikan efek mengobati jerawat sehingga olesan

sirahma (sirih merah dan madu) dapat menjadi pengobatan alternative untuk

menyembuhkan jerawat (Dawson et al, 2012).

Olesan sirahma (sirih merah dan madu) yang dijadikan pasta dan dioleskan di

area jerawat adalah salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi jerawat

secara alami, selain kandungan alami dari sirih merah dan madu bersifat anti

bakteri yang baik untuk mengatasi jerawat, kelebihan yang lain yaitu bahan

yang mudah didapatkan, harga relatif terjangkau, serta pembuatannya ini

cukup mudah di lakukan masyarakat terutama pada remaja. Sehingga peneliti

mengambil judul penelitian “Pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu)

terhadap acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa

Bendowulung Blitar?”.

1.2 Rumusan Masalah

Acne Vulgaris sebagai suatu peradangan menahun yang ditandai dengan

pembentukan komedo, papul, pustul, nodul, atau juga kista merupakan suatu

akibat dari sumbatan dan peradangan dari unit pilosebasea, tingginya angka

kejadian acne pada remaja perlu dilakukan pengobatan farmakologis maupun

(non farmakologis). Salah satu pengobatan (non farmakologis) yaitu dengan

menggunakan bahan alami antara lain sirih merah dan madu. Pengobatan (non

farmakologis) harus dilakukan secara rutin atau bertahap untuk mengetahui

efek dari pemberian sirh merah dan madu dalam proses berkurangnya jerawat

pada remaja. Pengetahuan berpengaruh pada tingkah laku remaja dalam

melakukan perawatan atau pengobatan dalam mengatasi jerawat. Dari urainan


6

tersebut dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut : Apakah ada

Pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada

remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap

acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung

Blitar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun

sebelum diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) di Desa

Bendowulung Blitar.

2. Mengidentifikasi acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun

sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) di Desa

Bendowulung Blitar.

3. Menganalisis Pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap

acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung

Blitar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk menambah informasi, wawasan

dan pengetahuan baru, sebagai dasar penelitian untuk peneliti selanjutnya

serta sebagai suatu media pembelajaran ataupun penyuluhan tentang

berkurangnya acne vulgaris dengan menggunakan sirih merah dan madu.


7

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dan

pengembangan penelitian tentang pengaruh olesan sirahma (sirih merah

dan madu) terhadap berkurangnya acne vulgaris. Selain itu dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi pada

keperawatan khusunya pada sistem integumen dalam memberikan asuhan

keperawatan yang lebih komprehensif pada masyarakat khususnya remaja.

1.4.4 Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan dasar pada petugas kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada sistem integumen dan sebagai media penyuluhan masyarakat.

1.4.5 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan sebagai acuan

dan dasar pertimbangan dalam melakukan perawatan diri dengan cara

memberikan olesan sirih merah dan madu sebagai alternatif non

farmakologi didalam mengatasi jerawat atau acne vulgaris di masyarakat

khusunya pada remaja.

1.5 Relevansi

Acne Vulgaris merupakan salah satu masalah kulit yang sering kita jumpai

pada remaja, merupakan suatu peradangan menahun yang ditandai dengan

pembentukan komedo, papul, pustul, nodul. Munculnya acnevulgaris atau

jerawat pastinya sangat mengganggu penampilan ataupun aktivitas sehingga

bisa menyebabkan kurangnya percaya diri pada remaja. Didalam penelitian

ini, peneliti memberikan intervensi dengan bahan alami dengan cara

memberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu). Sirahma (sirih merah
8

dan madu) dipercaya sebagai zat eugenol yang berperan sebagai antijamur

mampu menghambat perkembangan sel tunas penyebab jerawat, dan zat

antiseptik berkhasiat membunuh bakteri penyebab munculnya jerawat.

Masalah jerawat juga termasuk dalam masalah kesehatan remaja, terkait

kesehatan remaja tersebut peran pemerindah dalam perhatian pada remaja,

novasi remaja peduli kesehatan dan Aplikasi Kesehatan Usia Produktif

diharapkan bisa meningkatkan standar pelayanan minimal (SPM) sebagai

layanan dasar kesehatan esensial. SPM tersebut dibentuk berdasarkan

Undang undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan

diimplementasikan melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)

Nomor 43 Tahun 2016. Pelayanan dasar kesehatan esensial ini memang

harus diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada masyarakat dan juga

terutama pada remaja. lewat kegiatan ini, remaja dilatih dalam pembentukan

Kader Posyandu Remaja. Materi pelatihan diantaranya mengenai

peningkatan pengetahuan tentang penyakit baik menular mau pun tidak

menular. Selain itu juga meningkatkan kemampuan dalam melakukan

screening kesehatan melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar

perut, tekanan darah dan pengukuran tes darah yaitu kadar gula darah,

kolesterol dan asam urat melalui alat rapid test. Remaja yang sudah dilatih

sebagai Kader kesehatan yang akan melakukan pengukuran kesehatan bagi

usia produktif Serta memasukkan data hasil screening kesehatan yang telah

dilakukan di kegiatan Posyandu Remaja


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tanaman Sirih Merah

2.1.1 Deskripsi

Tanaman sirih merah tumbuh dengan menjalar seperti sirih hijau.

Batangnya bulat bertangkai berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga.

Daunnya bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing.

Bertepi rata, dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang

daunnya bisa mencapai 15–20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak

putih keabu–abuan, bagian bawah daun berwarna merah hati cerah.

Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih.

Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm, disetiap ruas

tumbuh bakal akar (Sudewo, 2015). Sedangkan dalam jurnal Juliantina

(204) menyebutkan bahwa Sirih merah (Piper crocatum) sebagai salah

satu tanaman obat potensial yang diketahui secara empiris memiliki

khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, disamping juga

memiliki nilai spritual yang tinggi. Sirih merah termasuk dalam satu

elemen penting yang harus disediakan dalam setiap upacara adat,

khususnya di Yogyakarta.

2.1.2 Taksonomi

Sirih merah secara ilmiah dikenal dengan nama Piper crocatum yang

termasuk dalam familia Piperaceae. Nama lokal dari sirih merah yaitu

sirih merah (Indonesia). Sedangkan nama daerah tanaman sirih yaitu

suruh, sedah (jawa), seureuh (Sunda), ranub (Aceh), cambai (Lampung),

base (Bali), nahi (Bima), mata (Flores), gapura, donlite, gamjeng, perigi
10

(Sulawesi) (Mardiana, 2014). Menurut (Backer, 1965 dalam Juliantina

dkk, (2012), taksonomi tanaman sirih merah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Maqnoliophyta

Class : Maqnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper crocatum Ruiz dan Pav

Kerabat dekat : kiseureuh, sirih, sirih hutan, kemekes, kemukus, mricot

lolot, lada, cabean, daun wati.

Gambar 2.1 Tanaman Sirih Merah

2.1.3 Morfologi

2.1.3.1 Batang

Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga.

Permukaanya kasar dan bila terkena cahaya akan cepat mengering.

Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di setiap

buku tumbuh bakal akar (Sudewo, 2015).


11

2.1.3.2 Daun

Daunnya bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing,

bertepi rata, dan permukaannya mengilap atau tidak berbulu. Panjang

daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak

warna putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati

cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas

sirih (Sudewo, 2015).

2.1.3.3 Akar

Akar daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav) adalah akar

tunggang yang bentuknya bulat dan berwarna coklat (Sudewo, 2015).

2.1.3.4 Tempat Hidup

Tanaman sirih merah tergolong langka karena tidak tumbuh di setiap atau

daerah. Srih merah tidak dapat tumbuh sebur di daerah panas. Sementara

itu, di tempat berhawa dingin sirih merah dapat tumbuh dengan baik. Jika

terlalu banyak terkena sinar matahari, batangnya cepat mengering, tetapi

jika disiram secara berlebihan akar batang cepat membusuk. Tanaman

sirih merah akan tumbuh dengan baik jika mendapatkan 60-70% cahaya

matahari (Sudewo, 2015)

2.1.4 Kandungan Daun Sirih Merah

Tabel 1. Presentase Kandungan Kimia Daun Sirih Merah

Kandungan Kimia Presentase Kandungan Kimia Presentase


Minyak atsiri 1%-4,2% Caryophyllene 3,0-9,8%
Hidrokavikol Cineole 2,4-4,8%
Kavikol 7,2-16-7% Estragol 2,4-15,8%
kavibetol 2,7-6,2% terpenen. 0,8-1,8%
Seskuiterpen,
tripternoid, fenil
propane terpinil
12

Kandungan Kimia Presentase Kandungan Kimia Presentase


allypyrokatekol 0-9,6% Tannin 1-13%
karvakrol 2,2-5,6% Diastase 0,8-1,8%
eugenol
26,8-42,5% methyl eugenol 4,2-15,8 %
allyprocathechine
eugenol methyl ether 4,2-15,8% Pirokatekin
p-cymene 1,2-2,5% Gula, pati

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Sirih Merah dalam 100 gram

Komponen Kimia Jumlah Komponen Kimia Jumlah


Kadar air 85,14% Karoten (Vit.A) 960000 IU
Protein 3,1% Tiamin 70 mg
Lemak 0,8% Riboflavin 30 mg
Karbohidrat 6,1% Asam nikotiat 0,7 mg
Serat 2,3% Vit.C 5 mg
Bahan mineral 2,3% Yodium 3,4 mg
Kalsium 230 mg Kalium nitrit 0,26-0,42%
Fosfor 40 mg Kanji 1-1,2%
Besi 7 mg Glukosa non reduksi 0,6-2,5%
Besi ion 3,5 mg Glukosa reduksi 1,4-3,2%

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak

atsiri 1−4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A,

B, C, yodium, gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam

minyak atsiri terdapat fenol alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali

lebih kuat dibandingkan fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi tidak

sporasid. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan

mengandung aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih

mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya. Minyak atsiri terdiri

dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol,

karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tannin. Kavikol

merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang memberi


13

bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat

menyebabkan perubahan warna.

Minyak atsiri berperan sebagai anti bakteri dengan cara mengganggu

proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk

atau terbentuk tidak sempurna (Ajizah, 2014). Dalam kadar yang rendah

maka akan terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah

dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel

dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi

fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis

(Parwata, 2013). Pada penelitian yang dilakukan Juliantina (2014)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat sirih merah sebagai

antibakteri terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif,

khususnya Staphylococcus aureus dan Echericia coli. Sirih merah dibuat

dalam bentuk ekstrak etanol untuk mengoptimalkan zat aktif antibakteri

yang terdapat di dalamnya. Zat aktif yang diduga bersifat antibakteri

adalah alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Kemampuan sebagai antibakteri

diukur berdasar Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimal (KBM) ekstrak etanol sirih merah terhadap Staphylococcus

aureus (gram positif) dan Echericia coli (gram negatif).

Sedangkan mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai

toksin dalam protoplasma, merusak dan menembus dinding serta

mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenol bermolekul besar

mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun


14

dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan

kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan

menyebabkan kebocoran sel (Hyne, 1987; Sudewo, 2015).

Selain itu sirih merah mengandung beberapa senyawa kimia seperti

flavonoid, alkaloid, dan tannin yang bersifat bakterisid. Flavonoid

merupakan senyawa fenol yang dapat menyebabkan denaturasi protein

yang merupakan substansi penting dalam struktur bakteri. Apabila

komponen sel seperti protein terdenaturasi maka proses metabolisme

bakteri akan terganggu dan terjadi lisis yang akan menyebabkan kematian

bakteri tersebut (Jawetz et al., 2005, Sudewo, 2015).

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang

diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun

peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak

terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Tanin

memiliki aktivitas antibakteri, karena efek toksisitas tanin dapat merusak

membran sel bakteri, senyawa astringen tanin dapat menginduksi

pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat

mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam

yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri (Akiyama, 2001;

Sudewo, 2015).
15

2.1.5 Tanaman Sirih Merah Obat Kosmetik untuk Kecantikan

Pemanfaatan tanaman dalam dunia kecantikan sudah seumur dengan

peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki

sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit dan perawatan

kecantikan. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat untuk kesehatan

dan kecantikan merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat

di masyarakat. Ada beberapa manfaat daun sirih merah bagi kecantikan

(Sudewo, 2015).

2.1.5.1 Tanaman Sirih Merah sebagai Masker dan Lulur

Salah satu cara efektif mengembalikan kesegaran pada wajah adalah

mengencangkannya kembali melalui penggunaan masker. Maka, pilihlah

masker dari bahan alami. Sebab, masker dari bahan alami dianggap

mudah membuatnya dan harganya pun terjangkau. Masker wajah

merupakan perawatan kulit tertua pada terapi kecantikan. Pada zaman

Mesir Kuno, misalnya, Lumpur dari tanah lempung sudah digunakan

untuk mengenyahkan sel-sel kulit mati dan menyembuhkan luka. Dan,

wanita Eropa mulai mencoba mengoleskan wajahnya dengan masker

berbahan dasar susu dan telur. Ini dilakukan pada abad ke-17.

Para wanita pasti memiliki banyak permasalahan pada wajah mereka.

Kecantikan dan berbagai macam permasalahan lainnya membuat mereka

resah. Masker wajah alami adalah salah satu alat ampuh untuk

mengusir permasalahan lecantikan wajah. Khasiat masker wajah alami

ialah membuat muka terlihat lebih kencang, lembut dan segar,

melembutkan muka, serta mengangkat pori-pori yang tersumbat oleh

kotoran atau debu dan sisa kosmetik diwajah. cara-cara membuat dan
16

menggunakan daun sirih merah sebagai masker wajah atau lulur yaitu

dengan bahan-bahan seperti daun sirih merah sebanyak 7 lembar, perasan

jeruk nipis, perasan apel, madu, susu murni, putih telur secukupnya.

Adapun cara membuat dan penggunaannya yaiu dengan Blenderlah

semua bahan agar tercampur dengan benar, gunakan secara rutin dua kali

dalam seminggu, masker ini berfungsi menghaluskan, membersihkan,

mengen-cangkan, serta memberi nutrisi bagi kulit wajah sehingga wajah

menjadi cerah dan tidak kusam.

2.1.5.2 Tanaman Sirih Merah sebagai Penghalus Kulit

Para kaum hawa mendambakan kulit tubuhnya muali dari ujung rambut

hngga ujung kaki, halus dan mulus tanpa noda atau bercak sedikit pun.

Memiliki kulit halus merupakan dambaan setiap insan di dunia ini.

Dengan berbagai cara, setiap orang berusaha kulitnya tampak halus dan

sehat, maka banyak orang berlomba-lomba supaya kulit mereka menjadi

halus dan lembut saat disentuh Tidak puas dengan satu cara, sebagian

orang ada yang mencari produk penghalus kulit, bahkan memaksakan

diri ke luar negeri demi mengejar keinginan untuk menghaluskan kulit.

Biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.

Bagi orang yang mampu membeli itu, uang tidak menjadi kendala yang

rumit. Dan, bagi yang menginginkan resep dan ramuan penghalus kulit

sederhana, bisa menggunakan daun sirih merah, dengan cara diawali

dengan bahan-bahan sebagai berikut : daun sirih merah sebanyak 5

lembar, daun murbei sebanyak 7 lembar, temo giring 3 jari, ginseng

talinum 30 g, mengkudu 1 buah, wortel 2 jari. Cara membuat dan

penggunaannya yaitu cucilah semua bahan hingga bersih, irislah kecil-


17

kecil, rebuslah dengan air 4 gelas sampai mendidih dan tersisa gelas,

dinginkan air rebusan itu, tambahkan dengan bahan-bahan berikut :

tepung ketan putih 200 g, minyak esensial 3 tetes untuk pewangi, perasan

jeruk nipis, minyak zaitun 2 sendok teh, madu 2 sendok teh, campurkan

semua bahan atau blenderlah selama 2 menit, masukan ke dalam wadah

bersih, lulur siap digunakan.

2.1.5.3 Tanaman Sirih Merah untuk Mencegah Penuaan Dini

Pada dasarnya, proses menua merupakan proses alamiah yang akan

dialami oleh setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Akan tetapi,

mengalami penuan bukanlah masalah apabila terjadi terlalu dini. Penuan

dini merupakan mimpi buruk setiap kaum hawa. Penuaan dini dapat

mengurangi rasa percaya diri sehingga berbagai upaya akan dilakukan

untuk mencegah penuaan dini. Salah satu upaya yang dilakukan ialah

mengunakan produk sejenis krim untuk mencegah terjadinya tragedi

penuaan dini atau kulit keriput. Terlepas dari produk tersebut yang

kadang harganya mahal, sebenarnya bisa mencegah penuaan dini dengan

cara alamiah dengan memanfaatkan khasiat daun sirih merah, adapun

cara penggunaannya dengan bahan sebagai berikut daun sirih merah

sebanyak 6 lembar, kurma 10 biji, kacang hijau 100 g, ginseng talinum

40 g, madu sebanyak 2 sendok makan, perasan jeruk nipis sebanyak 2

sendok makan.

Setelah terdapat bahan tersebut, selanjutnya cara membuat dan

penggunaannya yaitu rebuslah semua bahan dengan air 4 gelas sampai

mendidih dan tersisa 2 gelas, masukkan madu dan perasan jeruk nipis,
18

aduklah hingga merata, minumlah 1 minggu sekali (2 kali sehari) selama

1 bulan, sekali minum, minumlah 1 gelas.

2.1.5.4 Tanaman Sirih Merah untuk Menghilangkan Jerawat

Jerawat bisa timbul karena banyak hal. Namun, kehadirannya bisa

dikendalikan, tentu saja harus melakukan usaha ekstra untuk menghindari

munculnya jerawat. Jerawat pada wajah memang mengganggu dan perlu

dihilangkan karena dapat mengurangi rasa percaya diri. Wajah cantik

menjadi idaman setiap wanita, demikian juga dengan kaum pria. Oleh

karena itu, butuh cara untuk merawat wajah dan mngetahui cara

mengatasi masalah yang ada pada wajah.

Pada dasarnya menghilangkan jerawat dapat dilakukan dengan cara

tradisional ataupun modern. Akan tetapi, untuk menghindari terjadinya

iritasi pada kulit, hendaknya menggunakan cara tradisional. Salah

satunya dengan ramuan daun merah, dengan bahan daun sirih merah

yang sudah tua, sebanyak 5 lembar, adapuan cara cara membuat dan

penggunaannya yaitu cucilah daun sirih merah itu berulang kali

menggunakan air yang mengalir sampai bersih. lalu dijemur hingga

kering, setelah kering, dihaluskan dengan ditumbuk/blender, satu sendok

teh bubuk daun sirih merah dicampur dengan madu 2 sendok the lalu

aduk dan diamkan selama 15 menit, cara pemakaiannya, oleskan pada

bagian wajah yang ada jerawat, lakukan ini 2 kali sehari.

Dosis tanaman sirih merah untuk menghilangkan jerawat terdapat

beberapa versi seperti dalam peneltian Sukmawati (2016) menyebutkan


19

bahwa daun sirih merah untuk mengatasi jerawat dengan mengambil

daun sirih merah 7-10 lembar, cuci bersih, dan tumbuk hingga halus,

dan kemudian gunakan seduhan air sirih tersebut untuk mencuci muka,

dengan dosis 1 seduhan 10 lembar daun ditumbuk halus, dan untuk hasil

maksimal maka pemakaian tersebut dilakukan secara rutin 2 kali sehari.

Sementara itu menurut Glory (2013) untuk mengobati jerawat dengan

Sirih merah ini bisa digunakan 2-3 lembar daun saja setelah itu daun

ditumbuk dan ditetesi air hangat ½ sendok teh untuk mengambil sarinya,

setelah itu balurkan sirih pada wajah dan tunggu 1-2 jam hingga kering

lalu cuci muka menggunakan air hangat, gunakan sirih ini 2 kali sehari

atau sebelum mandi. Luka jerawat akan mulai hilang pada 7-10 hari

(Glory, 2013). Dosis sirahman yaitu satu sendok teh bubuk daun sirih

merah dicampur dengan madu 2 sendok, lalu diamkan selama 15 menit

lakukan ini 2 kali sehari

2.2 Konsep Madu

2.2.1 Pengertian Madu

Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari nectar

bunga. Madu juga merupakan suatu campuran gula yang dibuat oleh lebah

dari larutan gula alami hasil dari bunga yang disebut nektar. Madu

hasil dari lebah yang ditampung dengan metode pengambilan moderen

berupa cairan jernih dan bebas dari benda asing (Molan, 2015).

Madu merupakan cairan kental yang dihasilkan oleh lebah, madu

mengandung inhibilin dan hidrogen peroksida yang memiliki khasiat


20

sebagai antibakteri. Selain itu, madu juga mengandung beberapa senyawa

organik yang teridentifikasi yaitu seperti polyphenol, flavonoid, dan

glikosida (Anomin, 2013). Madu memiliki antioksidan alami berperan

sebagai pembunuh bakteri dan kumuan yang menyebabkan jerawat gatal

pada kulit, antioksidan sendiripun mengandung antiseptik alami yang bisa

membunuh bakteri dan membersihkan luka pada acne. Madu mempunyai

aktifitas antibiotik spektrum luas untuk melawan bakteri patogen, madu

juga bersifat imunomodulator yaitu dengan memicu makrofag untuk

menghasilkan sitoksin yang terlibat untuk membunuh bakteri dan

perbaikan jaringan (Fitriani dkk, 2019). Karena terksturnya yang lembut

dan kaya akan vitamin dan mineral, Madu bisa melembabkan kulit

sehingga kulit bisa menjadi lebih halus, tidak berminyak dan bisa

menyembuhkan jerawat dengan cepat dan alami (Vallianoul, 2014).

2.2.2 Jenis Madu

Madu digolongkan berdasarkan bunga sumber nektarnya yaitu :

2.2.2.1 Madu monoflora

Madu monoflora merupakan madu yang sumber nektarndidominasi

oleh satu jenis tanaman, contohnya madu kapuk, marandu, madu

kelengkeng, madu karet, madu jeruk, madu kopi dmadu kaliandra.

2.2.2.2 Madu multiflora

Madu multiflora atau madu poliflora merupakan madu yangsumber

nektar dari berbagai jenis tanaman, contohnya maduNusantara, madu

Sumbawa dan madu Kalimantan. Lebah cenderung mengambil nektar

dari satu jenis tanaman dan akanmengambil dari tanaman lain

apabila belum mencukupi (Molan, 2012).


21

2.2.3 Kandungan madu murni terdiri dari:

Tabel 3 Kandungan Nutrisi Per 100 Gram Madu Murni

Komposisi Jumlah Satuan


Energi 304 Kcal
Karbohidrat 82.4 Gram
Gula 82.12 Gram
Serat Pangan 0.2 Gram
Protein 0.3 Gram
Air 17.10 Gram
Riboflavin (Vit. B2) 0.038 Mg
Niasin (Vit. B3) 0.121 Mg
Asam Pantotenat (Vit. B5) 0.068 Mg
Vitamin B6 0.0024 Mg
Folat (Vit. B9) 2 Μg
Vitamin C 0.5 Mg
Kalsium 6 Mg
Besi 0.42 Mg
Magnesium 2 Mg
Fosfor 4 Mg
Kalium 52 Mg
Natrium 4 Mg
Zink 0.22 Mg

Madu juga mengandung enzim-enzim seperti diastase, glukosa oksidase,

katalase serta vitamin A, betakaroten, vitamin B kompleks lengkap,

vitamin C, D, E dan K. Selain itu juga dilengkapi mineral berupa kalium

besi, magnesium, fosfor, tembaga, mangan, natrium dan kalsium. Bahkan

terdapat hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh glukosa oksidase dan

inhibin (Hamad, 2016).

2.2.4 Manfaat madu

2.2.4.1 Antimikroba

Madu memiliki aktivitas antimikroba, melawan peradangan dan infeksi.

Didalam kandungan fisik dan kimiawi seperti kadar keasaman dan

pengaruh osmotik berperan untuk membunuh mikroba.


22

2.2.4.2 Kemampuan penyembuh luka

Madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka,mengabsorbsi

cairan edema di sekitar luka dan menambah nutrisi.

2.2.4.3 Luka bakar

Membangkitkan reaksi pencegahan untuk menyembuhkan luka bakar.

2.2.4.4 Antioksidan

Kandungan plasma darah semakin bertambah untuk melawan

oksidasi dengan kadar yang lebih tinggi setelah minum madu. Dan

terdapat juga fenolik didalam madu yang sangat efektif untuk

ketahanan tubuh melawan stres (Khatri dkk, 2015).

2.3 Konsep Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

2.3.1 Definisi Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) adalah ramuan untuk pengobatan non

farmakologis dengan media dauh sirih merah dan madu yang dipadukan

menjadi olesan sirahma, manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat

salah satunya untuk mengobati jerawat dan keputihan (Sadewo, 2013).

2.3.2 Cara membuat Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

Cara membuat sirahma (sirih merah) yaitu daun sirih merah yang sudah

tua, sebanyak 5 lembar daun sirih merah dicuci lalu lalu dijemur. Sirih

merah dijemur hingga kering, Setelah kering, dihaluskan dengan

ditumbuk/blender satu sendok teh bubuk daun sirih merah dicampur

dengan madu 2 sendok the lalu aduk dan diamkan selama 15 menit. Cara

pemakaiannya, oleskan pada bagian wajah yang ada jerawat, Lakukan ini

2 kali sehari
23

2.3.3 Mengatasi Jerawat dengan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

Mengatasi jerawat secara non medikamentosa yaitu dengan memberikan

olesan sirahma (sirih merah dan madu), sehingga intervensi (non

farmakologi) berupa olesan sirahma tersebut perlu diterapkan pada remaja

untuk mengatasi acne vulgaris dengan dlesan sirahma (sirih merah dan

madu) yang banyak kandungan zat senyawa kimia dapat memberikan efek

mengobati jerawat sehingga olesan sirahma (sirih merah dan madu) dapat

menjadi pengobatan alternative.

Olesan sirahma (sirih merah dan madu) yang banyak kandungan zat

senyawa kimia dapat memberikan efek mengobati jerawat sehingga olesan

sirahma (sirih merah dan madu) dapat menjadi pengobatan alternative

untuk menyembuhkan jerawat (Dawson et al, 2012). Olesan sirahma (sirih

merah dan madu) yang dijadikan pasta dan dioleskan di area jerawat

adalah salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi jerawat secara alami,

selain kandungan alami dari Sirih merah yang berkhasiat untuk mengatasi

jerawat. Sirih merah sendiri mengandung saponin, flavanoid, alkaloid,

tanin dan minyak astiri. Senyawa itu sendiri diketahui memiliki sifat

antiakteri dan madu mempunyai antioksidan yang mengandung antiseptik

alami yang bisa membunuh bakteri dan membersihkan luka pada acne.

Madu mempunyai aktifitas antibiotik spektrum luas untuk melawan bakteri

patogen, madu juga bersifat imunomodulator yaitu dengan memicu

makrofag untuk menghasilkan sitoksin yang terlibat untuk membunuh

bakteri dan perbaikan jaringan (Fitriani dkk, 2019). Karena terksturnya

yang lembut dan kaya akan vitamin dan mineral, Madu bisa melembabkan

kulit sehingga kulit bisa menjadi lebih halus, tidak berminyak dan bisa
24

menyembuhkan jerawat dengan cepat dan alami (Vallianoul, 2014) selain

menyembuhkan jerawat, kelebihan yang lain yaitu bahan yang mudah

didapatkan, harga relatif terjangkau, serta pembuatannya ini cukup mudah

di lakukan masyarakat terutama pada remaja.

2.4 Konsep Jerawat

2.4.1 Pengertian Jerawat

Jerawat adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan

yang bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit. Sekresi minyak kulit

menjadi tersumbat, membesar dan akhirnya mengering menjadi jerawat

(Muliyawan dan Suriana, 2013). Gangguan kulit yang berupa peradangan

dari folikel pilosebasea ini ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul,

pustul, nodus dan kista pada tempat predileksinya (muka, leher, lengan

atas, dada dan punggung) (Wasitaatmadja, 2014).

2.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Jerawat

Faktor risiko dan penyebab akne sangat banyak, antara lain (Hamzah,

2013).

2.4.2.1 Sebum

Merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Produksi sebum

dipengaruhi oleh diet atau makanan tinggi lemak, karbohidrat, yodium,

alkohol dan makanan pedas. Pemakaian kosmetik seperti krim muka,

pelembab, sunscreen, minyak rambut juga berperan dalam meningkatkan

produksi sebum.
25

2.4.2.2 Genetik

Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas

kelenjar glandula sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai parut

bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne. (Harahap,

2014)

2.4.2.3 Usia

Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita,

16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah

komedo dan papul dan jarang terlihat lesi berat pada penderita

(Harahap, 2014)

2.4.2.4 Kebersihan wajah

Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian

akne vulgaris pada remaja (Harahap, 2014)

2.4.2.5 Psikis

Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan

eksaserbasi akne. Stresakan mengakibatkan teraktivasinya HPA

(Hipotalamus Pituitari Axis). Stresor fisiologis seperti rasa lapar, haus,

aktivitas fisik ataupun trauma bersifat umum, mengancam homeostasis

dan respon fisiologis yang akan terjadi (termasuk aktivasi HPA)

merupakan suatu tindakan untuk mempertahankan atau mengembalikan

homeostasis. Stresor psikologis tidak secara langsung mengacaukan

homeostasis, ataupun individunya dan respon stres yang terjadi dapat

dipelajari.(Hamzah, 2013)
26

Stresor psikologis menghasilkan perasaan emosional seperti gelisah,

takut, marah, frustasi, depresi, dan sebagainya, dimana timbulnya dan

besarnya perasaan tersebut bergantung pada penilaian seseorang terhadap

suatu keadaan. Kondisi stres tersebut selain dapat memicu timbulnya

akne vulgaris juga dapat memperberat kondisi akne vulgaris yang

sudah ada.

2.4.3 Klasifikasi jerawat

Berdasarkan jenisnya jerawat dapat dibedakan menjadi:

2.4.3.1 Acne punctata.

Acne punctata merupakan blackhead comedo atau whitehead comedo

yang bisa menjadi cikal bakal tumbuhnya jerawat. Bila kuman masuk ke

dalam sumbatan pori-pori kulit, maka kedua komedo tersebut

berganti rupa menjadi jerawat dengan tingkatan yang lebih tinggi.

2.4.3.2 Acne papulosa.

Acne papulosa merupakan jerawat dalam bentuk papul, yaitu

peradangan disekitar komedo yang berupa tonjolan kecil.

2.4.3.3 Acne pustulosa.

Acne pustulosa merupakan jerawat dalam bentuk pustul, yaitu jerawat

papul dengan puncak berupa pus atau nanah. Biasanya usia pustul lebih

pendek dari pada papul.

2.4.3.4 Acne indurate.

Acne indurate merupakan jerawat yang terinfeksi bakteri

Staphylococcus epidermidis sehingga menimbulkan abses.


27

2.4.3.5 Cystic acne (jerawat batu).

Cystic acne (jerawat batu) merupakan jerawat dengan ukuran yang

besar dan apabila terjadi jumlahnya bisa hampir memenuhi wajah

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.4 Etiologi jerawat

Faktor penyebab jerawat cukup banyak (multifaktorial), antara lain:

2.4.4.1 Genetik.

Jerawat merupakan penyakit genetik akibat adanya peningkatan

kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal. Faktor

genetik ini berperan dalam menentukan bentuk, gambaran klinis,

penyebaran lesi dan durasi penyakit. Pada lebih dari 80% penderita

mempunyai minimal seorang saudara kandung yang menderita

jerawat dan pada lebih dari 60% penderita mempunyai minimal

salah satu orangtua dengan jerawat juga (Efendi, 2012). Apabila

kedua orangtua pernah menderita jerawat berat, anak-anak mereka akan

memiliki kecenderungan serupa (Ramdani, dkk, 2015).

2.4.4.2 Hormonal, diantaranya:

Diantaranya seperti hormon Androgen, Hormon ini memegang peranan

yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini.

Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal).

Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi

sebum meningkat. Hormon Estrogen, pada keadaan fisiologi, estrogen

tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan

kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon


28

gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum. Hormon

Progesteron, Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai

efek pada efektifitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap

selama siklus menstruasi, akantetapi kadang-kadang progesteron dapat

menyebabkan jerawat premenstrual (Rook, dkk, 1972; Ramdani, dkk,

2015).

2.4.4.3 Makanan.

Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya jerawat

adalah makanan yang tinggi lemak (kacang, daging, susu dan es

krim), tinggi karbohidrat, beryodida tinggi (makanan asal laut) dan

makanan yang pedas. Jenis makanan diatas diyakini dapat merubah

komposisi sebum dan menaikkan produksi kelenjar sebasea (Efendi,

2012).

2.4.4.4 Psikis.

Stress emosi pada sebagian penderita dapat menyebabkan

kambuhnya jerawat, hal ini terjadi melalui mekanisme peningkatan

produksi hormon androgen dalam tubuh (Efendi, 2012).

Musim/Iklim. Suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar,

serta sinar ultraviolet yang lebih banyak menyebabkan jerawat lebih

sering timbul pada musim panas dibandingkan dengan musim dingin.

Faktor ini berhubungan dengan laju ekskresi sebum. Kenaikan suhu

udara 1ºC pada kulit mengakibatkan kenaikan laju ekskresi sebum

sebanyak 10% (Efendi, 2012).


29

2.4.4.5 Infeksi bakteri.

Bakteri yang terlibat dalam proses terbentuknya jerawat adalah

Corynebacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Propioni

bacterium acnes. Peran bakteri ini adalah membentuk enzim lipase

yang dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas yang bersifat

komedogenik (Efendi, 2012).

2.4.4.6 Kosmetika.

Menggunakan alas bedak, blush on dan bedak padat bisa memicu

munculnya jerawat, hal ini dikarenakan partikel kosmetik tersebut

bisa menyumbat pori-pori atau bersifat comedogenic (Muliyawan dan

Suriana, 2013).

2.4.4.7 Terlalu sering terpapar sinar matahari

Terlalu sering terpapar sinar matahari. Beraktivitas di bawah sinar

matahari membuat tubuh berkeringat. Kelenjar minyak pun menjadi lebih

aktif. Tumpukan minyak inilah yang menyebabkan jerawat muncul

(Muliyawan dan Suriana, 2013). Bahan kimia lainnya. Mengonsumsi

obat-obatan jenis tertentu bisa membuat jumlah bakteri penyebab

timbulnya jerawat bertambah banyak, sehingga jerawat menjadi lebih

sering muncul (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.5 Patogenesis jerawat

Patogenesis jerawat dipengaruhi banyak faktor (multifaktorial). Ada

empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya jerawat, yaitu:

2.4.5.1 Meningkatnya produksi sebum

Gollnick (2003 dalam Suriana, 2013) menyatakan bahwa hormon

androgen merangsang peningkatan produksi dan sekresi sebum.


30

Peningkatan produksi sebum secara langsung berkorelasi dengan tingkat

keparahan dan terjadinya lesi jerawat. Peningkatan produksi sebum

menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik

penyebab terjadinya lesi jerawat. Kelenjar sebasea ibawah kontrol

endokrin. Pituitari akan menstimulasi adrenal dan gonad untuk

memproduksi estrogen dan androgen yang mempunyai efek langsung

terhadap unit pilosebaseus. Stimulasi hormon androgen mengakibatkan

pembesaran kelenjar sebasea dan peningkatan produksi sebum pada

penderita jerawat, hal ini disebabkan oleh peningkatan hormon androgen

atau oleh hiperesponsif kelenjar sebasea terhadap androgen dalam

keadaan normal.

2.4.5.2 Hiperproliferasi epidermal dan pembentukan komedo

Perubahan pola keratenisasi folikel sebasea menyebabkan stratum

korneum bagian dalam dari duktus pilosebaseus menjadi lebih tebal dan

lebih melekat, akhirnya akan menimbulkan sumbatan pada saluran

folikuler. Bila aliran sebum ke permukaan kulit terhalang oleh masa

keratin tersebut, maka akan terbentuk mikrokomedo. Mikrokomedo ini

merupakan suatu proses awal dari pembentukan lesi jerawat yang dapat

berkembang menjadi lesi non inflamasi maupun lesi inflamasi. Proses

keratenisasi ini dirangsang oleh androgen, sebum, asam lemak bebas

dan skualen.

2.4.5.3 Kolonisasi mikroorganisme di dalam folikel sebaseus

Peran mikroorganisme penting dalam perkembangan jerawat. Dalam

hal ini mikroorganisme yang mungkin berperan Propionibacterium

acnes, Staphylococcus epidermidis dan Corynebacterium acnes.


31

Mikroorganisme tersebut berperan pada kemotaktik inflamasi serta pada

pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.

Propionibacterium acnes menghasilkan komponen aktif seperti lipase,

protease, hialuronidase dan faktor kemotaktik yang menyebabkan

inflamasi. Lipase berperan dalam menghidrolisis trigliserida sebum

menjadi asam lemak bebas yang berperan dalam menimbulkan

hiperkeratosis, retensi dan pembentukan mikrokomedo.

2.4.5.4 Adanya proses inflamasi

Propionibacterium acnes mempunyai aktivitas kemotaktik yang

menarik leukosit polimorfonuklear ke dalam lumen komedo. Jika

leukosit polimorfonuklear memfagosit Propionibacterium acnes dan

mengeluarkan enzim hidrolisis, maka akan menimbulkan kerusakan

dinding folikuler dan menyebabkan ruptur sehingga isi folikel (lipid dan

komponen keratin) masuk dalam dermis dan mengakibatkan terjadinya

proses inflamasi (Fox, dkk, 2016).

2.4.6 Manifestasi klinik jerawat

Tempat predileksi jerawat terutama di wajah, leher, lengan atas, dada dan

punggung (Wasitaatmadja, 2014). Jerawat ditandai dengan lesi yang

polimorfi, walaupun dapat terjadi salah satu bentuk lesi yang dominan

pada suatu saat atau sepanjang perjalanan penyakit. Manifestasi klinik

jerawat dapat berupa lesi non inflamasi (komedo terbuka dan komedo

tertutup), lesi inflamasi (papul, pustul dan nodul) (Movita, 2013).

Komedo. Komedo adalah suatu tanda awal dari jerawat, dapat berupa

komedo terbuka dan komedo tertutup. Komedo terbuka berwarna


32

hitam karena mengandung unsur melanin, berdiameter 0,1-3,0 mm dan

biasanya memerlukan waktu beberapa minggu atau lebih untuk

berkembang. Komedo tertutup berwarna putih karena letaknya lebih

dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin, berdiameter 0,1-3,0

mm (Cunliffe, 2012). Papul. Papul merupakan peninggian kulit yang solid

dengan diameter < 1cm dan bagian terbesarnya berada di atas

permukaan kulit (Jusuf, dkk, 2014). Papul adalah lesi meradang yang

bervariasi dalam ukuran dan kemerahan, 50% papul muncul dari kulit

tampak normal yang bisa menjadi tempat mikrokomedo, sementara

25% muncul dari whitehead komedo dan 25% muncul dari blackhead

komedo (Cunliffe, 1989). Pustul. Pustul merupakan papul dengan puncak

berupa pus atau nanah, berada diatas kulit yang meradang. Biasanya

usia pustul lebih pendek dari pada papul (Barakbah, dkk, 2017).

Nodul/Nodus. Nodul merupakan lesi radang dengan diameter 1 cm atau

lebih disertai nyeri (Barakbah, dkk, 2017). Lesi lebih dalam dan

cenderung bertahan sampai delapan minggu atau beberapa bulan yang

akhirnya dapat mengeras untuk membentuk kista di bawah permukaan

kulit. Baik nodul dan kista sering kali menimbulkan jaringan parut yang

dalam (Cunliffe, 2012).

2.4.7 Gradasi Tingkat Keparahan Jerawat

Gradasi yang menunjukkan tingkat keparahan suatu penyakit sangat

diperlukan bagi pemilihan pengobatan (Wasitatmadja, 2012). Salah satu

pola pembagian gradasi jerawat, yaitu:

1) Ringan, apabila terdapat :

a. Beberapa lesi tak beradang pada 1 tempat predileksi,

b. Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi,


33

c. Sedikit lesi beradang pada 1 tempat predileksi

Gambar 2.1. Acne/ Jerawat Derajat Ringan (Rook et al, 2012).

2) Sedang, apabila terdapat :

a. Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi,

b. Beberapa lesi beradang pada satu predileksi,

c. Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi

Gambar 2.2. Acne/ Jerawat Derajat Sedang (Rook et al, 2012).

3) Berat, apabila terdapat :

a. Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi,

b. Banyak lesi beradang pada 1 lebih predileksi

Gambar 2.3 Acne/ Jerawat Derajat Berat (Rook et al, 2012).


34

Dalam klasifikasi ini dikatakan sedikit apabila jumlah < 5, beberapa 5-10

dan banyak >10 lesi. Tak beradang meliputi komedo putih, komedo hitam

dan papul. Sedangkan beradang meliputi pustul, nodus dan kista.

2.5 Konsep Remaja

2.5.1 Pengertian Remaja

Istilah remaja sering disamakan dengan istilah adolesence, yaitu suatu

keadaan yang menggambarakan suatu periode perubahan psikososial yang

menyertai pubertas (Soetjiningsih, 2013). Adolesence merupakan istilah

dalam bahasa Latin yang menggambarkan remaja, yang artinya “tumbuh

atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Adolescence sebenarnya

merupakan istilah yang memiliki arti yang luas yang mencakup

kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik (Hurlock, 2012)

mendefinisikan remaja sebagai masa tumbuh kembang manusia setelah

masa anak-anak dan sebelum masa dewasadalam rentang usia 10-19 tahun

(WHO 2013).

Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa remaja tidak

diukurberdasarkan usia, namun berdasarkan status pernikahan dan tingkat

ketergantungannya terhadap orang tua. Jika seseorang menikah padausia

remaja, maka ia sudah termasuk dewasa, tidak lagi dikatakan sebagai

remaja. Sebaliknya jika seseorang tersebut belum menikah, masih

bergantung pada orang tua (tidak mandiri), namun usianyasudah bukan

lagi remaja maka tetap masuk dalam kategori remaja (Efendi dan

Makhfudli 2013). Secara umum, definisi remaja berdasarkan penjelasan


35

tersebut yaitu seseorang dengan usia antara 10-19 tahun yang sedang

dalam proses pematangan baik itu kematangan mental, emosional, sosial,

maupun kematangan secara fisik.

2.5.2 Tahap Perkembangan Remaja

Didasarkan pada kematanganpsikososial dan seksual dalam tumbuh

kembangnya menujukedewasaan, setiap remaja akan melalui tahapan

berikut : Masa remaja dini/awal (early adolescent) 11-13 tahun, masa

remaja menengah (middle adolescent) 14-16 tahun, masa remaja tingkat

lanjut/akhir (late adolescent) 17-21 tahun (Soetjiningsih, 2013). Gunarsa

(2014) mengkategorikan masa remaja berdasarkan tahapan

perkembangannya, yaitu:

2.5.2.1 Pra-pubertas (12-15 tahun)

Masa pra-pubertas ini merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa pubertas. Seorang anak, pada masa ini telah tumbuh atau

mengalami puber (menjadi besar) dan melai memilki keinginan untuk

berlaku seperti orang dewasa, kematangan seksual pun sudah terjadi,

sejalan dengan perkembangan fungsi psikologisnya.

2.5.2.2 Pubertas (15-18 tahun)

Masa pubertas merupakan masa dimana perkembangan psikososial lebih

dominan.Seorang anak tidak lagi reaktif namun 17 juga sudah mulai aktif

dalam melakukan aktivitas dalam rangka menemukan jati diri serta

pedoman hidupnya. Mereka mulai ideali, dan mulai memikirkan masa

depan.
36

2.5.2.3 Adolesen (18-21 tahun)

Anak atau remaja pada masa adolesen secara psikologis mulai stabil

dibandingkan sebelumnya. Mereka mulai mengenal dirinya,mulai

berpikir secara visioner, sudah mulai membuat rencana kehidupannya,

serta mulai memikirkan, memilih hingga menentukan jalan hidup yang

akan mereka tempuh.

2.5.3 Perkembangan remaja

Perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, sosial, emosi,moral

dan kepribadian (Sarwono, 2013).

2.5.3.1 Perkembangan fisik remaja.

Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan

individual. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki

memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak perempuan.

Hal ini menyebabkan pada saat matang anak laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan. Setelah masa puber, kekuatan anaklaki-laki

melebihi kekuatan anak perempuan. Perbedaan individual juga

dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat

cenderung mempunyai bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang

lebih awal (Sarwono, 2013).

2.5.3.2 Perkembangan sosial.

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial.Remaja harus menyesuaikan diri

dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada

dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan

keluarga dan sekolah (Sarwono, Soetjiningsih, 2013).


37

Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat

banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah

penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,

perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-

nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan

dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalamseleksi pemimpin

(Sarwono, Soetjiningsih, 2013)

2.5.3.3 Perkembangan emosi.

Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode “badai dan

tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai

akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya perubahan emosi

ini dikarenakan adanya tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru

(Monks & Haditomo, 2013).

2.5.3.4 Perkembangan moral.

Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat mempelajari apa yang

diharapkan oleh kelompok daripadanya kemudian mau membentuk

perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing,

diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu

anak-anak (Sarwono, Soetjiningsih, 2013).

Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang

berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku

umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi

sebagai pedoman bagi perilakunya (Sarwono, 2013).


38

2.5.3.5 Perkembangan kepribadian

Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan sudah menyadari

sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini

sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran

kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya

terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka (Sarwono, 2013)


39

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variabel, baik yang diteliti maupun tidak diteliti (Nursalam, 2014).

Dengan adanya kerangka konsep akan membantu peneliti dalam mengkaitkan

hasil penelitian dan teori. Kerangka konseptual adalah kerangka visualidasi

hubungan antara berbagai variabel yang telah dirumuskan peneliti

berdasarkan berbagai teori sebagai pedoman dalam pengamatan atau

pengukuran melalui penelitian (Masruroh & Anggita, 2018). Notoatmodjo,

(2015) mengatakan bahwa kerangka konsep penelitian pada dasarnya

kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati melalui

penelitian-penelitian yang akan dilakukan .

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independendan

variabel dependen. Variabel independen dalam peneliti ini adalah olesan

sirahma (sirih merah dan madu). Sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini adalah acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun. Adapun

kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut :


40

Faktor Penyebab Remaja putri


Jerawat usia 14-
15tahun
1. Faktor Internal
- Faktor hormonal,
menstruasi, Olesan Sirahma (Sirih
- Keaktifan dari Acnevulgaris
/Jerawat Merah dan Madu)
kelenjar sebasea,
- Faktor psikis,
Sirahma bersifat
Faktor Penyebab anti bakteri
o
Jerawat
o comedo blackhead ,
comedo whitehead
2. Faktor eksternal papul berupa
- faktor stress, tonjolan kecil, fenol sebagai agen anti bakteri
- Faktor usia sebagai toksin dalam protoplasma,
- Kebersihan wajah

Kriteria
1. Ringan : 1-4 menginaktifkan enzim
2. Cukup ringan: 5-8 essensial di dalam sel bakteri
3. Sedang : 9-12
4. Cukup berat : 13-16
5. Berat : 17-21 lapisan dinding sel tidak terbentuk
6. aktivitas kematian antibakteri

Tannin menginduksi senyawa


ikatanenzim atau subtract mikroba

menambah daya toksisitas dan antiosidan


madu efektif menghilangi Acnevulgaris

Keterangan :
: Tidak diteliti : Diteliti : Berpengaruh

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)
Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 tahun di Desa
Bendowulung.Blitar
41

Deskripsi kerangka konsep

Pada remaja putri mengalami Acnevulgaris dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

faktor internal. adapun faktor internal penyebab jerawat seperti faktor endokrin,

faktor hormonal, menstruasi, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis.

sedangkan faktor eksternal penyebab jerawat seperti faktor pergantian musim,

faktor stress, faktor usia, kebersihan wajah. Bentuk Acnevulgaris seperti comedo

blackhead , comedo whitehead papul berupa tonjolan kecil. Oleh karena itu

diberikan pengobatan non farmakologi dengan diberikan intervensi olesan sirih

merah dan madu, sebagaimana intervensi ini memiliki mekanisme fenol sebagai

agen anti bakteri berperan sebagai toksin dalam protoplasma, merusak dan

menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenol

bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri,

Flavonoid senyawa fenol denaturasi protein yang memberi efek substansi struktur

kematian bakteri, Alkaloid mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada

sel bakteri, lapisan dinding sel tidak terbentuk aktivitas kematian antibakteri, tanin

dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau

subtrat mikroba dan membentukan suatu komplek menambah daya toksisitas dan

antiosidan madu efektif mengurangi Acnevulgaris. Adapun intervensi ini dapat

berfungsi sebagai sebagai masker dan lulur, sebagai penghalus kulit, mencegah

penuaan dini, menghilangkan jerawat. Pada gradasi tingkat keparahan

acnevulgaris seperti terdapat kriteria yaitu ringan, sedang, serat


42

3.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya masih sementara terhadap suatu

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul

(Arikunto, 2015). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap

acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung

Blitar
43

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2015). Pada bab ini akan dibahas tentang desain
penelitian, kerangka kerja, populasi sampel, identifikasi variabel, definisi
operasional, instrument/alat ukur, pengumpulan data dan analisis data, etika
penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah berarti kegiatan penelitian

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan (Sugiono, 2015). Berdasarkan tujuan

penelitian, penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-eksperimental dengan

desain “One group pre-post test design” yaitu penelitian yang sebelum

dilakukan perlakuan variabelnya diobservasi/ diukur lebih dahulu (pre-test)

setelah itu dilakukan perlakuan dan setelah perlakuan variabelnya dilakukan

observasi/pengukuran (post-test) (Hidayat, 2014). Ciri-ciri dari penelitian

design ini adalah mengungkapkan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek. Konsep desain yang digunakan adalah intervensi dengan

pengukuran dengan membandingkan pre-test dengan pengukuran post test

sebagai berikut (Nursalam, 2014) :


44

Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan Pra Experimental jenis

“One group pra post test design” yaitu suatu penelitian yang mengungkapkan

hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek,

kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di

observasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2014).

Subjek Pra_test Intervensi Pasca-test


K O I O1

Keterangan:

K : subjek

O : Observasi Acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun (sebelum


intervensi)

I : Intervensi olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

O1 : Observasi Acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun (sesudah


intervensi)
45

4.2 Kerangka Kerja

Populasi:
Seluruh remaja putri usia 14-15 tahun yang memiliki Acnevulgaris
di Desa Bendowulung Blitar sebanyak 20 responden

Tehnik sampling

Total sampling

Sampel :
Seluruh remaja putri usia 14-15 tahun yang memiliki Acnevulgaris
di Desa Bendowulung Blitar sebanyak 20 responden

Mengidentifikasi Acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun


(sebelum intervensi)

Melakukan intervensi
olesan sirahma (sirih merah dan madu)

Mengidentifikasi Acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun


(sesudah intervensi)

Analisa data pre test dengan post test


menggunakan “uji T-test”

Kesimpulan:
P < 0,05 = H1 diterima
P>0,05 = H0 ditolak

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu) Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15
Tahun di Desa Bendowulung Blitar
46

4.3 Sampling Desain

4.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek peneliti (Arikunto, 2014). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri usia 14-15 tahun yang

memiliki Acnevulgaris di Desa Bendowulung Blitar sebanyak 20

responden

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto,

2014). Responden penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

4.3.2.1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah

harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi (Nursalam,

2014). Yang termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Remaja putri usia 14-15 tahun yang ada di Desa Bendowulung Blitar

yang bersedia menjadi responden

2) Remaja putri tanpa pemakaian obat kimia dari pabrik

3) Remaja putri usia 14-15 tahun yang memiliki jerawat/Acnevulgaris

4.3.2.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusif dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2014). Yang termasuk kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Remaja putri yang memakai produk kecantikan dari pabrik.


47

4.3.3. Teknik pengambilan sampel

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2014). Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu pengambilan

sampel dengan menentukan semua anggota populasi dijadikan sampel

(Sugiyono, 2015)

4.3.4. Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan diteliti. Semakin besar

sampel, semakin mengurangi tingkat kesalahan (Nursalam, 2014). Dalam

penelitian ini besar sampelnya remaja putri usia 14-15 tahun yang

memiliki Acnevulgaris sebanyak 20 responden

4.4 Identifikasi variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tersebut (Notoatmodjo, 2015).

4.4.1 Variabel independen (bebas)

Variabel independent atau variabel bebas merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Hidayat, 2014).

Dalam penelitian ini variabel independennya adalah olesan sirahma (sirih

merah dan madu)

4.4.2 Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependent atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2014).

Dalam penelitian ini variabel dependenya adalah acnevulgaris.


48

4.5 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau penelitian variabel-variabel yang

diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau devinisi

operasional. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel serta

pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2015).

Tabel 4. 1 Definisi Operasional Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah


Dan Madu) Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia
14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar

Definisi
Variable Parameter Alat ukur Skala Skor
operasional
Independen: Olesan Sirahma Melaksanakan intervensi SPO (standar - -
Olesan sirahma (sirih merah dan kombinasi sirih merah dan prosedur
(sirih merah madu) yang madu setiap hari selama 1 operasional)
dan madu) diberikan pada minggu, 15 menit tiap
remaja putri yang intervensi
mengalami
acnevulgaris berupa
berupa sirahma
cream hasil
kombinasi sirih
merah dengan madu
untuk meringankan
acnevulgaris
Dependen: Kondisi Acnevulgaris berdasarkan Lembar Ordinal Skor
Acnevulgaris Acnevulgaris tingkat keparahan lesi : observasi hasil - Lesi tak beradang :
yang dialami remaja 1. Ringan, terdapat : pemeriksaan skor 1
putri - Beberapa lesi tak kondisi - Lesi tak beradang
beradang pada 1 Acnevulgaris beberapa tempat :
tempat predileksi, skor 2
- Sedikit lesi tak - Lesi tak beradang
beradang pada banyak tempat :
beberapa tempat skor 3
predileksi, - Lesi beradang :
2. Cukup Ringan : skor 4
- Beberapa lesi tak - Lesi beradang
beradang pada 1 beberapa tempat :
tempat predileksi, skor 5
- Sedikit lesi tak - Lesi beradang
beradang pada banyak tempat :
beberapa tempat skor 6
49

Definisi
Variable Parameter Alat ukur Skala Skor
operasional
predileksi,
- Sedikit lesi beradang Kriteria :
pada 1 tempat - Ringan : 1-4
predileksi - Cukup ringan : 5-8
3. Sedang, terdapat : - Sedang : 9-12
- Beberapa lesi tak - Cukup berat : 13-16
beradang pada lebih - Berat : 17-21
dari 1 predileksi,
- Beberapa lesi beradang
pada satu predileksi,
- Sedikit lesi beradang
pada lebih dari 1
predileksi
4. Cukup berat terdapat :
- Banyak lesi tak
beradang pada lebih
dari 1 predileksi
- Sedikit lesi beradang
pada lebih dari 1
predileksi
5. Berat, terdapat :
- Banyak lesi tak
beradang pada lebih
dari 1 predileksi,
- Beberapa lesi beradang
pada satu predileksi,
- Banyak lesi beradang
pada 1 lebih predileksi
Dalam klasifikasi ini
dikatakan sedikit apabila
jumlah < 5, beberapa 5-10
dan banyak >10 lesi. Tak
beradang meliputi
komedo putih, komedo
hitam dan papul.
Sedangkan beradang
meliputi pustul, nodus dan
kista.
50

4.6 Pengumpulan Data Dan Analisa Data

4.6.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2014)

4.6.2 Proses pengumpulan data

Proses pengumpulan data. dalam penelitian ini yaitu dimulai dari :

1) Mengajukan ijin studi pendahuluan kepada Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri, 2) Dilanjutkan pengajuan

ijin kepala Desa Bendowulung Blitar untuk melakukan studi awal tahap

awal penelitian Identifikasi subjek dengan mendata populasi ditempat

penelitian, mendekati calon responden. 3) Pengumpulan data dilakukan

dengan cara via Daring dengan membuat grup whatsapp berisi sejumlah

responden 4) Peneliti melakukan pendekatan interpersonal kepada

responden sebelum memberikan intervensi dengan menjelaskan maksud

dan tujuan dari penelitian dengan menggunakan informed consent 5)

Peneliti memberikan intervensi Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

selama 1 minggu setiap hari selama 15 menit. 6) Pengambilan data

Pre_post test dilakukan sebelum dan setelah intervensi Olesan Sirahma

(Sirih Merah Dan Madu) dengan menggunakan instrument lembar

observasi observasi via Daring menggunakan grup Whatsapp dengan

pengontrolan via Videocall. 7) Setelah semua data terkumpul dilanjutkan

dengan proses pengolahan data yang meliputi editing, coding, scoring,

tabulating dan analisa data.


51

4.6.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah (Hidayat, 2014). Pada penelitian ini, instrumen yang

digunakan untuk variabel independennya menggunakan SOP (Standar

operasional prosedur) dan untuk variabel dependennya menggunakan

observasi dimana via Daring menggunakan grup Whatsapp dengan

pengontrolan via Videocall.

4.6.3.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2014), Dalam

editing penelitian ini peneliti mengubah nama responden dengan inisial

nama saja.

4.6.3.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Dalam pemberian kode dibuat

juga daftar kode artinya untuk memudahkan melihat lokasi dan arti suatu

kode dari sebuah variabel (Hidayat, 2014). Dalam penelitian ini coding

dilakukan peneliti dengan memberikan nomor urut responden,

memberikan kode jawaban responden dan kode pengkategorian pada


52

masing-masing hasil kuesioner dan observasi. Dalam penelitian ini

coding dilakukan dengan cara

1. Data Umum

a. Usia

Usia 14 : kode 1

Usia 15 : kode 2

b. Mulai mengalami Acnevulgaris

< 3 hari : kode 1

3-5 hari : kode 2

>5 hari : kode 3

c. Kebiasaan cuci muka

Setiap bangun tidur : kode 1

Setelah kegiatan : kode 2

Hanya saat mandi saja : kode 3

d. Jerawat muncul saat

Saat menstruasi : kode 1

Saat banyak tugas : kode 2

Setiap saat : kode 3

e. Karakter wajah

Berminyak : kode 1

Kering : kode 2

Normal : kode 3
53

f. Makanan yang biasa dimakan

Buah : kode 1

Kacang-kacangan : kode 2

Gorengan : kode 3

Makanan instan : kode 4

2. Data Khusus

Variabel dependen :

Ringan : Kode 1

Sedang : Kode 2

Berat : Kode 3

4.6.3.3 Scoring

Scoring adalah menentukan nilai skor untuk tiap item lembar observasi

serta menemukan nilai rentang skor sebagai penentu kriteria. Adapun

penskoran dalam penelitian ini sebagai berikut :

Skor Jawaban lembar observasi

Lesi tak beradang : skor 1

Lesi tak beradang beberapa tempat : skor 2

Lesi tak beradang banyak tempat : skor 3

Lesi beradang : skor 4

Lesi beradang beberapa tempat : skor 5

Lesi beradang banyak tempat : skor 6

Kriteria :

Ringan : 1-4

Cuku ringan : 5-8


54

Sedang : 9-12

Cukup berat : 13-16

Berat : 17-21

4.6.3.4 Tabulasi

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel yang merupakan

kegiatan untuk meringkas data yang masuk (data mentah) ke dalam tabel-

tabel yang telah dipersiapkan (Notoatmodjo, 2014). Dalam tabulating

data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa

data telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengambilan maupun

dalam waktu membaca kode sehingga siap untuk di analisa.

4.6.3.5 Teknik analisa data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara

sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya

bisa diteliti (Nursalam, 2014). Untuk mengetahui adanya Acnevulgaris

Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa Bendowulung Blitar

digunakan uji T-test.

Dengan tingkat kesalahan  = 0,05, yaitu :

1) Jika p value <  (0,05) H1 diterima berarti ada Acnevulgaris Pada

Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa Bendowulung Blitar

2) Jika P value >  (0,05) H1 ditolak tidak ada Acnevulgaris Pada

Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa Bendowulung Blitar

4.7 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian direncanakan akan dilakukan di Desa Bendowulung Blitar, dan

akan dilaksanakan pada bulan Juli 2020


55

4.8 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan menurut Hidayat (2015) antara lain

adalah sebagai berikut :

4.8.1 Lembar persetujuan (informed consent)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden dan diberikan

sebelum penelitian diberikan.

4.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan inisial

nama.

4.8.3 Kerahasiaan (Confidentialy)

Masalah ini merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
56

4.8.4 Keadilan (Justice)

Subyek harus diperlakukan secara adil dan baik sebelum, selama, maupun

sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi,

apabila mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden.

4.8.5 Kemanfaatan (Benefited)

Subyek menjadi mudah membuka diri dalam pergaulan dengan kelompok

teman sebaya tersebut.

4.9 Keterbatasan Penelitian

Tidak dilakukan kontrol menstuasi sebagai pengkajian pada siklus

menstruasi 1 minggu sebelum menstruasi sehingga kondisi acnevulgaris

pada remaja putri akibat peningkatan progesteron yang menyebabkan

jerawat premenstrual tidak dapat maksimal mendukung penyembuhan

jerawat.
57

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahaan penelitian tentang Pengaruh

olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada remaja putri

usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar dengan jumlah responden sebanyak

20 responden remaja putri.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8-15 Juni 2020 di Desa Bendowulung

Blitar. Hasil penelitian ini meliputi data umum dan data khusus. Data umum

responden antara lain mengenai usia, mulai mengalami acnevulgaris, kebiasaan

cuci muka, jerawat muncul saat, makanan yang biasa dimakan, karakter wajah.

Sedangkan pada data khusus akan menyajikan data tentang identifikasi

acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum diberikan olesan

sirahma (sirih merah dan madu), identifikasi acnevulgaris pada remaja putri usia

14-15 tahun sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) serta hasil

analisis Pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris

pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar dengan

menggunakan uji t-test yang dihitung untuk mengetahui pengaruh olesan sirahma

(sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun.

Setelah hasilnya didapatkan maka selanjutnya dilakukan pembahasan darih hasil

penelitian, pembahasan merupakan hasil penelitian dan teori yang ditulis dalam

tinjauan pustaka dengan penekanan pada hasil analisa data yang dilakukan dan

ditegakkan dengan teori yang mendasar sebagai penjabaran pembahasan dari hasil

penelitian.
58

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Karakteristik lokasi penelitian Desa Bendowulung Blitar, sebagaimana desa

Bendowulung dengan jumlah remaja putri usia 14-15 tahun sebanyak 46

remaja. Adapun Desa Bendowulung terdapat batas wilayah meliputi :

Barat : wilayah desa Purworejo

Timur : wilayah kelurahan Rembang

Utara : wilayah desa Tlumpu

Selatan : wilayah desa Tuliskriyo

5.1.2 Data Umum

Data ini meliputi Karakteristik responden yang terdiri dari distribusi

frekuensi berdasarkan usia usia, mulai mengalami acnevulgaris, kebiasaan

cuci muka, jerawat muncul saat, makanan yang biasa dimakan, karakter

wajah sebagai berikut :

5.1.2.1 Karakteristik Responden


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa
Bendowulung Blitar Tanggal 8-15 Juni 2020
Karakteristik Responden f (%)
Usia 14 thn 13 65
15 thn 7 35
Total 20 100
Mulai mengalami < 3 hari 7 35
acnevulgaris 3-5 hari 10 50
>5 hari 3 15
Total 20 100
Kebiasaan cuci Setiap bangun tidur 3 15
muka Setelah kegiatan 5 25
Hanya saat mandi
12 60
saja
Total 20 100
59

Karakteristik Responden f (%)


Jerawat muncul Saat menstruasi
8 40
saat
Saat banyak tugas 2 10
Setiap saat 10 50
Total 20 100
Makanan yang Buah 4 20
biasa dimakan Kacang-kacangan 2 10
Gorengan 8 40
Makanan instan 6 30
Total 20 100
Karakter wajah Berminyak 10 50
Kering 5 25
Normal 5 25
Total 20 100

Hasil penelitian karakteristik usia responden didapat sebagian besar

(65%) respoden berusia 14 tahun, karakteristik responden mulai

mengalami acnevulgaris didapatkan setengah (50%) responden

mengalami 3-5 hari, pada kebiasaan cuci muka yang dilakukan

responden didapat sebagian besar (60%) responden kebiasaan cuci muka

hanya saat mandi saja. Karakteristik munculnya jerawat didapatkan

setengah (50%) responden jerawat muncul setiap saat. Karakteristik

makanan yang biasa dimakan diapatkan hampir setengah (40%)

responden biasa makan gorengan. karakteristik karakter wajah setengah

(50%) dari responden memiliki karakteristik wajah berminyak.


60

5.1.3 Data Khusus

5.1.3.1 Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun Sebelum Diberikan
Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia
14-15 Tahun Sebelum Diberikan Olesan Sirahma (Sirih
Merah Dan Madu) Tanggal 8-15 Juni 2020
Kriteria Skor
Frekuensi %
Acnevulgaris
1-4 6 30
5-8 11 55
9-12 2 10
13-16 1 5
17-21 0 0
Total 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa acnevulgaris pada pada remaja

putri sebelum diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu)

didapatkan sebagian besar (55%) responden memiliki acnevulgaris

kriteria skor 5-8.

5.1.3.2 Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun Sesudah Diberikan
Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia


14-15 Tahun Sesudah Diberikan Olesan Sirahma (Sirih
Merah Dan Madu) Tanggal 8-15 Juni 2020

Kriteria Skor
Frekuensi %
Acnevulgaris
1-4 17 85
5-8 1 5
9-12 2 10
13-16 0 0
17-21 0 0
Total 20 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa acnevulgaris pada pada remaja

putri sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu)

didapatkan hampir seluruh responden (85%) responden memiliki

acnevulgaris kriteria skor 1-4.


61

5.1.3.3 Analisis Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap
Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa Bendowulung
Blitar
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Distribusi Frekuensi Pengaruh Olesan
Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap Acnevulgaris
Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa Bendowulung
Blitar Tanggal 8-15 Juni 2020
Intervensi Pemberian Olesan Sirahma
Kriteria Skor (Sirih Merah Dan Madu)
No
Acnevulgaris Sebelum intervensi Sesudah intervensi
Frek % Frek %
1 1-4 6 30 17 85
2 5-8 11 55 1 5
3 9-12 2 10 2 10
4 13-16 1 5 0 0
5 17-21 0 0 0 0
Total 20 100 20 100
P Value 0,000 < α 0,05 Mean Pre = 6.25, Mean Post = 2,75
Berdasarkan tabel silang diatas menunjukkan sebelum intervensi

pemberian olesan sirahma (sirih merah dan madu) sebagian besar (55%)

responden memiliki acnevulgaris kriteria skor 5-8 dan mengalami

perubahan setelah diberikan intervensi pemberian olesan sirahma (sirih

merah dan madu) menjadi hampir seluruh responden (85%) responden

acnevulgaris kriteria skor 1-4

Hasil analisis penelitian pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu)

terhadap acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun, yaitu dari hasil

uji statistik menggunakan uji T-test didapatkan nilai ρ = 0,000 < α 0.05

hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, artinya ada pengaruh olesan

sirahma (sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada remaja putri

usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar, adapun besar perbedaan

pada nilai Mean Pre = 6.25 untuk sebelum pemberian olesan sirahma

(sirih merah dan madu) dan Mean Post = 2,75 setelah olesan sirahma

(sirih merah dan madu), yang berarti pemberian intervensi olesan

sirahma (sirih merah dan madu) dapat berpengaruh menurunkan

acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun.


62

5.2 Pembahasan

5.2.1 Identifikasi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun Sebelum
Diberikan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Di Desa
Bendowulung Blitar
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa acnevulgaris pada pada

remaja putri sebelum diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu)

didapatkan sebagian besar (55%) responden memiliki acnevulgaris kriteria

skor 5-8 yang berarti kondisi jewawat cukup ringan.

Acnevulgaris sebagai reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai

peradangan yang bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit. Sekresi

minyak kulit menjadi tersumbat, membesar dan akhirnya mengering

menjadi jerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Gangguan kulit yang

berupa peradangan dari folikel pilosebasea ini ditandai dengan adanya

erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat predileksinya

(muka, leher, lengan atas, dada dan punggung) (Wasitaatmadja, 2014).

Acnevulgaris dapat muncul pada daerah yang banyak mengandung kelenjar

pilosebasea, seperti pada daerah wajah, leher, dada, dan punggung (Dawson

et al, 2012). Jerawat sering dialami remaja putri dari pada remaja putra

kondisi ini karena meningkatkan perilaku kebersihan diri, pemakaian

bedak dan juga remaja putri mengalami haid terdapat mekanisme

peningkatan produksi hormon androgen dalam tubuh saat haid

(Yuindartanto, 2013).

Menurut pendapat peneliti adanya acnevulgaris pada pada remaja putri

sebelum diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) yang sebagian

besar responden memiliki acnevulgaris kriteria skor 5-8 yang berarti kondisi

acnevulgaris yang dimiliki responden cukup ringan yang terdapat lesi


63

beradang beberapa tempat dan lesi tak beradang banyak tempat atau juga

lesi tak beradang beberapa tempat, lesi beradang, hal ini disebabkan

peningkatan produksi hormon androgen dalam tubuh remaja putri

mengalami menstruasi, selain hal tersebut remaja putri yang penderita acne

vulgaris sebagai awal pubertas yang dipengarui faktor kebersihan, mereka

kurang memperhatikan kebersihan muka, jarang cuci muka sebelum tidur

dan setelah beraktivitas, mereka membiarkan apa adanya wajah mereka

berminyak sehingga timbul jerawat.

Acnevulgaris pada remaja putri secara tidak langsung juga dipengaruhi

karakteristik data umum yang dimiliki responden yaitu usia responden

didapat sebagian besar (65%) respoden berusia 14 tahun, pada kebiasaan

cuci muka yang dilakukan responden didapat sebagian besar (60%)

responden kebiasaan cuci muka hanya saat mandi saja.

Menurut Harahap (2014), bahwa terdapat berbagai faktor penyebab jewat

beberapa diantaranya adalah faktor usia dan kebersihan wajah. Pada usia

umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-

19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah

komedo dan papul dan jarang terlihat lesi berat pada penderita (Harahap,

2014). Faktor kebersihan wajah terkait perilaku remaja, meningkatkan

perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian aknevulgaris pada

remaja (Harahap, 2014).

Kondisi acnevulgaris sebelum intervensi olesan sirahma (sirih merah dan

madu) terdapat beberapa tanda yang dominan seperti lesi tak beradang

beberapa tempat, lesi tak beradang beberapa tempat, lesi beradang di banyak

termpat, adapun faktor pengaruh timbulnya aknevulgaris pada remaja putri


64

memasuki usia remaja terutama saat usia 14-15 tahun pada umumnya

remaja bermasalah pada jerawat, menganggap jerawat bisa menyebabkan

gangguan pada psikis berkurangnya kepercayaan diri, kondisi timbulnya

aknevulgaris pada remaja putri dapat terjadi bila mereka kurang

memperhatikan kebersihan wajah, bisa jadi adanya kotoran atau debu serta

keringat yang menempel pada wajah yang menyumbat pori-pori sehingga

mempermudah pertumbuhan acne vulgaris

Bebarapa hal yang juga turut mendasari timbulnya jerawat pada remaja putri

munculnya jerawat didapatkan setengah (50%) responden jerawat muncul

setiap saat. Karakteristik makanan yang biasa dimakan diapatkan hampir

setengah (40%) responden biasa makan gorengan. Pada karakteristik

karakter wajah didapatkan setengah (50%) dari responden memiliki

karakteristik wajah berminyak.

Pada jerawat yang menjadi faktor penyebab jerawat diantaranya adalah

faktor makanan, jenis makanan yang sering dihubungkan dengan

timbulnya jerawat adalah makanan berminyak / tinggi lemak (kacang,

daging, susu dan es krim), tinggi karbohidrat, beryodida tinggi (makanan

asal laut) dan makanan yang pedas. Jenis makanan diatas diyakini dapat

merubah komposisi sebum dan menaikkan produksi kelenjar sebasea

(Efendi, 2012). Peningkatan produksi sebum secara langsung berkorelasi

dengan tingkat keparahan dan terjadinya lesi jerawat. Peningkatan

produksi sebum menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan

inflamatogenik penyebab terjadinya lesi jerawat. Kelenjar sebasea ibawah

kontrol endokrin. Pituitari akan menstimulasi adrenal dan gonad untuk


65

memproduksi estrogen dan androgen yang mempunyai efek langsung

terhadap unit pilosebaseus. Stimulasi hormon androgen mengakibatkan

pembesaran kelenjar sebasea dan peningkatan produksi sebum pada

penderita jerawat, hal ini disebabkan oleh peningkatan hormon androgen

atau oleh hiperesponsif kelenjar sebasea terhadap androgen dalam keadaan

normal.

Jerawat pada remaja putri menurut asumsi peneliti memang benar jerawat

muncul setiap saat karena danya kebiasaan makan makanan berminyak

skeperti gorengan dan makanan kacang-kacangan serta makanan berminyak,

karakteristik wajah berminyak juga memberikan kontribusi pada timbulnya

jerawat. Dengan demikian penelitian ini terdapat kesesuaian dengan teori

yang ada bahwa jenis makanan kacang-kacangan, berminyak, lemak dapat

merubah komposisi sebum, eningkatan produksi sebum secara langsung

berkorelasi dengan tingkat keparahan dan terjadinya lesi jerawat.

5.2.2 Identifikasi Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun Sesudah
Diberikan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Di Desa
Bendowulung Blitar

Hasil penelitian diketahui bahwa acnevulgaris pada pada remaja putri

sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) didapatkan

hampir seluruh responden responden (85%) responden memiliki

acnevulgaris kriteria skor 1-4 yang berarti kondisi jewawat ringan.

Pada dasarnya menghilangkan jerawat dapat dilakukan dengan cara

pengobatan farmakologi maupun (non farmakologi) akan tetapi, untuk

menghindari terjadinya iritasi pada kulit, hendaknya menggunakan cara

tradisional, salah satunya dengan ramuan yang dapat diberikan pada


66

penderita acnevulgaris yaitu dengan pemberian olesan sirahma (sirih merah

dan madu), madu mengandung anti oksidan polyphenol, flavonoid, dan

glikosida inhibilin dan hidrogen peroksida yang memiliki khasiat sebagai

antibakteri dan dalam dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia

yakni minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid, untuk

meyembuhkan berbagai jenis penyakit, banyaknya kandungan zat senyawa

kimia, sehingga daun sirih merah dan madu memiliki manfaat yang sangat

luas sebagai bahan obat salah satunya untuk mengobati jerawat dan

keputihan (Sadewo, 2013). Terkait kandungan olesan sirahma (sirih merah

dan madu) yang banyak kandungan zat senyawa kimia dapat memberikan

efek mengobati jerawat sehingga olesan sirahma (sirih merah dan madu)

dapat menjadi pengobatan alternative untuk menyembuhkan jerawat

(Dawson et al, 2012).

Menurut pendapat peneliti, terdapatnya hasil penelitian bahwa acnevulgaris

pada pada remaja putri sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan

madu) didapatkan hampir seluruh responden memiliki acnevulgaris kriteria

skor 1-4 yang berarti kondisi jewawat ringan yaitu kondisi acnevulgaris

yang dimiliki responden terdapat lesi tak beradang, lesi tak beradang

beberapa tempat serta lesi tak beradang banyak tempat, hal ini karena

intervensi olesan sirahma (sirih merah dan madu) yang diberikan pada

responden memberikan dampak pada penurunan acnevulgaris yang dialami

responden sebagaimana pada olesan sirahma (sirih merah dan madu) secara

alami mengatasi jerawat karena adanya efek kandungan alami dari sirih

merah dan madu bersifat anti bakteri yang baik untuk mengatasi jerawat,
67

Olesan Sirahma (Sirih Merah dan Madu) sebagaimana Sirahma bersifat anti

bakteri, fenol sebagai agen anti bakteri sebagai toksin dalam protoplasma,

menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri lapisan dinding sel

tidak terbentuk aktivitas kematian antibakteri, Tannin menginduksi

senyawa ikatanenzim atau subtract mikroba, menambah daya toksisitas dan

antiosidan madu efektif menghilangi Acnevulgaris, hal tersebut sejalan

dengan teori yang dikemukakan Sadewo (2013) bahwa Sirahma (Sirih

Merah Dan Madu) adalah ramuan untuk pengobatan non farmakologis

dengan media dauh sirih merah dan madu yang dipadukan menjadi olesan

sirahma, manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat salah satunya untuk

mengobati jerawat dan keputihan.

Terdapatnya Acnevulgaris pada remaja putri yang mengalami penurunan

kondisi dari banyak lesi secara tidak langsung juga dipengaruhi karakteristik

data umum yang dimiliki responden yaitu pada kebiasaan cuci muka yang

dilakukan responden didapat sebagian besar (60%) responden kebiasaan

cuci muka hanya saat mandi saja. Faktor kebersihan wajah terkait perilaku

remaja, meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian

aknevulgaris pada remaja (Harahap, 2014). Terdapatnya penyebab jewat

beberapa diantaranya adalah faktor usia dan kebersihan wajah. Pada usia

umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-

19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah

komedo, papul dan jarang terlihat lesi berat pada penderita


68

Responden setelah mendapatkan intervensi olesan sirahma (sirih merah dan

madu) terdapat beberapa lesi tak beradang beberapa tempat, lesi tak

beradang beberapa tempat, lesi beradang di banyak termpat dimana tanda

tanda lesi tersebut mulai berkurang setelah mendapatkan olesan sirahma,

selain itu kebiasaan responden yang menjaga kebersihan muka dengan cuci

muka maka semakin mendukung berkurangnya lesi yang terdapat pada

wajah.

Bebarapa hal yang juga turut mendasari timbulnya jerawat pada remaja putri

munculnya jerawat didapatkan setengah (50%) responden jerawat muncul

setiap saat dan pada karakteristik karakter wajah didapatkan setengah (50%)

dari responden memiliki karakteristik wajah berminyak. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Efendi (2012) yang menyebutkan

bahwa yang menjadi faktor penyebab jerawat diantaranya adalah faktor

makanan, jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya

jerawat adalah makanan berminyak / tinggi lemak (kacang, daging, susu

dan es krim), tinggi karbohidrat, beryodida tinggi (makanan asal laut) dan

makanan yang pedas. Jenis makanan diatas diyakini dapat merubah

komposisi sebum dan menaikkan produksi kelenjar sebasea dan terjadi

peningkatan produksi sebum secara langsung berkorelasi dengan tingkat

keparahan dan terjadinya lesi jerawat.

Responden yang memiliki jerawat secara tidak langsung juga dipenaruhi

adanya karakteristik wajah berminyak yang dimiliki remaja, semakin kulit

wajah berminyak maka semakin mudah/sering terawat akan timbul

dibandingkan dengan wajah yang tidak berminyak, dan pada kebiasaan


69

konsumsi makanan berminyak/berlemah yang dilakukan responden semakin

memperbesar resiko terjadinya Acnevulgaris seperti makanan kacang-

kacangan, berminyak, lemak lebih dapat keparahan dan terjadinya lesi

jerawat, namun demikian responden dalam penelitian ini telah mendapatkan

intervensi sirahmah dan terjadi penurunan kondisi Acnevulgaris yang

awalnya banyak lesi dan beradang semakin berkurang lesinya dan

radangpun juga semakin menghilang.

5.2.3 Analisis Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap
Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa
Bendowulung Blitar

Hasil analisis uji statistik menggunakan uji T-test didapatkan nilai ρ = 0,000

< α 0.05 hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, artinya ada pengaruh

olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada remaja

putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar, adapun besar perbedaan

pada nilai Mean Pre = 6.25 untuk sebelum pemberian olesan sirahma (sirih

merah dan madu) dan Mean Post = 2,75 setelah olesan sirahma (sirih

merah dan madu), yang berarti pemberian intervensi olesan sirahma (sirih

merah dan madu) dapat berpengaruh menurunkan acnevulgaris pada remaja

putri usia 14-15 tahun.

Sedangkan berdasarkan tabel silang menunjukkan sebelum intervensi

pemberian olesan sirahma (sirih merah dan madu) sebagian besar (55%)

responden memiliki acnevulgaris kriteria skor 5-8 kondisi jewawat kriteria

cukup ringan dan mengalami perubahan setelah diberikan intervensi

pemberian olesan sirahma (sirih merah dan madu) menjadi hampir seluruh
70

responden (85%) responden acnevulgaris kriteria skor 1-4 kondisi jewawat

kriteria ringan

Jerawat bisa timbul karena banyak hal. Namun, kehadirannya bisa

dikendalikan, tentu saja harus melakukan usaha ekstra untuk menghindari

munculnya jerawat. Jerawat pada wajah memang mengganggu dan perlu

dihilangkan karena dapat mengurangi rasa percaya diri. Wajah bersih

menjadi idaman setiap wanita, oleh karena itu, butuh cara untuk merawat

wajah dan mngetahui cara mengatasi masalah yang ada pada wajah.

Remaja yang mengalami acne vulgaris dapat diberikan penatalaksanaan

secara umum dan secara medikamentosa. Adapun secara umum dengan

menghindari pemencetan pada luka jerawat dengan cara non higienis,

memilih kosmetik atau alat kecantikan dengan non komedogenik, juga

melakukan beberapa tritmen wajah pada dokter kecantikan. Sedangkan pada

medikamentosa dibagi menurut derajat keparahan dari acne vulgaris itu

sendiri. Pemanfaatan bahan alami sebagai obat tradisional akhir-akhir ini

sangat meningkat, karena mempunyai efek samping yang sangat sedikit,

Adapun penatalaksanaan secara non medikamentosa yaitu dengan

memberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu), sehingga intervensi

(non farmakologi) berupa olesan sirahma tersebut perlu diterapkan pada

remaja untuk mengatasi acne vulgaris.

Penelitan sebelumnya Sukmawati (2016) juga mendukung penelitian ini

yang menyebutkan bahwa daun sirih merah efektif dalam mengurangi


71

jerawat pada remaja yang ditunjukkan dengan nilai t-hitung masing-

masing indikator yang meliputi indikator warna (4,041), indikator

bentuk (2,787), indikator jumlah (7,854) dan indikator volume (4,491)

yang semuanya lebih dari nilai t-tabel = 2,073. Kesimpulanya yaitu

terdapat efektivitas penggunaan sirih merah dan madu untuk mengurangi

jerawat pada remaja. diharapkan mengetahui manfaat dan pentingnya

memanfaatkan daun sirih merah untuk mengurangi jerawat.

Hasil penelitian ini ada pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu)

terhadap acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa

Bendowulung Blitar yang berarti pemberian intervensi olesan sirahma (sirih

merah dan madu) dapat berpengaruh menurunkan acnevulgaris pada remaja

putri usia 14-15 tahun dari acnevulgaris kriteria skor 5-8 termasuk kriteria

cukup ringan menjadi acnevulgaris kriteria skor 1-4 termasuk kriteria ringan

dan dibuktikan dengan penurunan mean 6.25 turun menjadi 2,75. Terkait

hasil penelitian ini, maka penelitian ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya dan tidak terdapat kesenjangan dengan teori yang ada,

sebagaimana pada penelitian sebelumnya terdapat p value ≤ 0,05 daun sirih

merah efektif dalam mengurangi jerawat pada remaja. Hal ini karena

intervensi olesan sirahma (sirih merah dan madu) yang dilakukan setiap

hari selama 1 minggu tiap intervensi 15 menit pada remaja yang memiliki

acnevulgaris efektif mengurangi Acnevulgaris, kondisi tersebut karena

adanya mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin

dalam protoplasma yang terdapat sirahma (sirih merah dan madu),

menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa


72

fenol bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam

sel bakteri, Flavonoid senyawa fenol denaturasi protein yang memberi efek

substansi struktur kematian bakteri, Alkaloid mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, lapisan dinding sel tidak terbentuk

aktivitas kematian antibakteri, tanin dapat menginduksi pembentukan

kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan

membentukan suatu komplek menambah daya toksisitas dan antiosidan

madu efektif mengurangi Acnevulgaris


73

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Bendowulung

Blitar tentang Pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap

acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

6.1.1 Sebelum diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) remaja putri

memiliki acnevulgaris kriteria skor 5-8 yang termasuk kondisi

acnevulgaris kriteria cukup ringan.

6.1.2 Sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) remaja putri

memiliki acnevulgaris kriteria skor 1-4 yang termasuk kondisi

acnevulgaris kriteria ringan.

6.1.3 Ada pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap

acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung

Blitar.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini yaitu

dengan menambah variabel penelitian kebiasaan cuci muka maupun

nenambah inklusi responden remaja laki-laki dan juga peneliti selanjutnya

sebaiknya mengkaji kontrol mesntruasi yaitu 1 minggu sebelum

menstruasi.
74

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan.

Disarankan bagi institusi pendidikan menambah referensi dan

pengembangan penyampaikan informasi pada peserta didiknya seputar

masalah pengaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap

berkurangnya acne vulgaris, yaitu dengan pemberian masteri trend terbaru

pengobatan non farmakologi untuk mengatasi jerawat sehingga peserta

didiknya lebih dapat berkompeten.

6.2.3 Bagi Petugas Kesehatan

Disarankna bagi petugas kesehatan untuk memberikan tambahan

pengetahuan dan dasar pada petugas kesehatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada sistem integumen yaitu dengan memerikan media

penyuluhan masyarakat khususnya remaja putri.

6.2.4 Bagi Responden

Sebaiknya responden dapat mengupayakan dengan membiasakan

melakukan pengobatan non farmakologi untuk mengatasi jerawat yaitu

dengan memberikan olesan olesan sirahma (sirih merah dan madu) ketika

mengalami acne vulgaris


75

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka


Cipta.

Efendi, 2012. Peranan Kulit Dalam Mengatasi Terjadinya Acne Vulgaris.


Diambil dari https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3565/3his
tology- zukesti3.pdf.txt

Damayanti. 2017. Hubungan Timbulnya Acne Vulgaris Dengan Tingkat


Kecemasan Pada Remaja. e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 No
1, Februari 2017

Ellyzabeth Sukmawati. 2016. Efektivitas Penggunaan Daun Sirih Merah Untuk


Mengurangi Jerawat Pada Remaja Jurnal Penelitian Global Health
Science, ISSN 2503-5088, Volume 1 Issue 1, March 2016

Elizabeth Risha. 2019. Gambaran Konsep Diri Remaja Putri Dengan Acne
Vulgaris Di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Psychiatry Nursing Journa (Jurnal Keperawatan Jiwa) Vol. 1, No. 1,
Maret 2019. Laman Jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/PNJ

Farida Juliantina. 2015. Manfaat Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif. JKKI
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

Gunarsa. 2014. Psikologi Perkembangan dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung


Mulia.

Hamzah, B. U. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi

Hurlock, 2012. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti Dkk. Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.

Hidayat. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta : Salemba


medika

Hidayat. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Intan Harwis T. 2016. Uji Efektivitas Air Rebusan Daun Sirih Merah (Piper
Crocatum) Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida Albicans.
Jurnal Penelitian Stikes Insan Cendekia Medik
76

Juliantina dkk, 2012. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen
Antibakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia 1 (1): 12-20.

Kurniasih & Maharani. 2018. The Influence of Red sirih (piper crocatum) and
Green Sirih (Piper betle lynn) leaf Extracts on the Neotrophil Count of
Inflammed Oral Mucosa During Healing. Journal of Archives of
Orofacial Sciences, 3(2), 56-78

Mardiana. 2014. Efek Pemberian Per Oral Infusa Daun Sirih Merah (Piper cf.
Fragile,Benth Sirih Merah. https://id.wikipedia.org/wiki/Sirih_ merah.
Diakses tanggal 22 Desember 2019.

Notoatmodjo. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2015. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Salemba Medika. Jakarta.

Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:


Sagung Seto.

Setiawan dan Saryono. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang


Kesehatan. Yogyakarta: Mulia Medika

Sugiyono. 2015. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Ikapi.

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Sarwono, 2013. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudewo. 2013. Basmi Penyakit Dengan Sirih Merah, Jakarta : Agromedia


Pustaka.

Saragih, dkk, 2016. Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri Dan Jerawat (Acne
vulgaris) pada siswa-siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Manado. Jurnal e-
Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Cetakan


Kedua. Jakarta: CV. Sagung Seto

Sudharmono, 2014. Laser Skin Resurfacing. Seminar Perspective of Laser


Dermatology. Surabaya.
77

Supriyanto. 2015. Pengaruh Teknik Pengekstrakan Terhadap Kandungan


Fitokimia Dan Sensoris Minuman Sirih Merah. Jurnal Teknovasi
Volume 02, Nomor 2, 2015, 8 –14 ISSN : 2355-701X

Tjekyan RM. 2014. Kejadian Dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika
Indonesiana.

Wasitaatmadja, 2014. Akne, erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Adi Djuanda, dkk. Ed). Edisi VI.
Jakarta: FKUI,

Yuindartanto, 2013. Acne Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Yuni tri. 2012. Efek Pemberian Per Oral Infusa Daun Sirh Merah (Piper Cf.
Fragile, Benth.) Dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif. Skripsi.
Farmasi FMIPA UI. Depok.
78
79
80
81
82

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Dea Ayu Pratiwi
NIM : 201601018

Saya sebagai Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Karya


Husada Kediri akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Olesan
SIRAHMA (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap Acnevulgaris Pada Remaja Putri
Usia 14-15 Tahun Di Desa Bendowulung Blitar”.
Peneliti mengharapkan saudarii bersedia untuk diteliti sebagai responden
dalam penelitian ini, dimana menjadi responden maka saudari akan diberikan
terapi kombinasi olesan SIRAHMA (Sirih Merah Dan Madu) pada wajah yang
mengalami acnevulgaris/ jerawat . Manfaat melakukan kombinasi SIRAHMA (Sirih
Merah Dan Madu) yaitu pengobatan non farmakologi yang memiliki kandungan
zat senyawa kimia sebagai antibakteri dan antioksidan, sehingga daun sirih merah
dan madu memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat salah satunya
untuk mengobati acnevulgaris/jerawat Mengenai identitas atau data pribadi akan
dirahasiakan oleh peneliti, Waktu intervensi olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu) dilakukan setiap hari selama 1 minggu tiap intervensi 15 menit.
Saya mengharapkan partisipasi saudari dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan dan saya berjanji akan merahasiakan hal-hal yang berhubungan dengan
hasil observasi data milik saudari, apabila saudari tidak nyaman dengan penelitian
ini, maka saudari berhak untuk undur diri.
Kediri, 2020
Peneliti

Dea Ayu Pratiwi


NIM. 201601018
83

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap


Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa
Bendowulung Blitar
Peneliti : Dea Ayu Pratiwi
NIM : 201601018
Mahasiswa : Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Karya Husada Kediri

Bahwa saya menyatakan (bersedia / tidak bersedia untuk berperan serta


dalam penelitian ini sebagai responden dengan mengikuti segala proses penelitian.
Sebelum mengisi form saya telah diberi keterangan /penjelasan mengenai
tujuan penelitian ini, dan saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan
identitas, data maupun informasi tentang saya. Apabila ada pernyataan yang
menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan
menghentikan pengumpulan data dan memberikan hak kepada saya untuk
mengundurkan diri dari penelitian tanpa resiko apapun dan tanpa kehilangan hak
saya sebagai responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan
tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.

Kediri, April 2020


Saksi Remaja Putri

___________________ ___________________
84

PERNYATAAN PENGUNDURAN DIRI


SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini ,


No. Responden : …………………………………………………………
Umur : …………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………
…………………………………………………………
Menyatakan mengundurkan diri sebagai responden pada penelitian dengan judul
“Penggaruh olesan sirahma (sirih merah dan madu) terhadap acnevulgaris pada
remaja putri usia 14-15 tahun di Desa Bendowulung Blitar” Yang dilakukan oleh
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri
atas nama Dea Ayu Pratiwi dengan NIM : 201601018.
Demikian pernyataan saya, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
siapapun, saya menyatakan mengundurkan diri menjadi responden.

Kediri, 2020
Responden Penelitian

( )
85

LEMBAR DATA DEMOGRAFI LEMBAR DATA DEMOGRAFI


RESPONDEN

Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap Acnevulgaris


Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa Bendowulung Blitar
No. Responden : .........
A. Data umum
Berilah tanda centang (√ ) pada kolom jawaban yang disediakan
1. Usia
As Usia 14
As Usia 15
2. Mulai mengalami Acnevulgaris
As < 3 hari
As 3-5 hari
As >5 hari
3. Kebiasaan cuci muka
As Setiap bangun tidur
As Setelah kegiatan
As Hanya saat mandi saja
4. Jerawat muncul saat
As Saat menstruasi
As Saat banyak tugas
As Setiap saat
5. Karakter wajah
As Berminyak
As Kering
As Normal
6. Makanan yang biasa dimakan
As Buah
As Kacang-kacangan
As Gorengan
As Makanan instan
86

STANDARD OPERATING PROSEDUR (SOP)


OLESAN SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU)

Standard Operating Prosedur Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

Pengertian Olesan sirahma (sirih merah dan madu) merupakan salah satu
pengobatan non farmakologi yang memiliki kandungan zat
senyawa kimia, sehingga daun sirih merah dan madu memiliki
manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat salah satunya
untuk mengobati jerawat
Tujuan Intervensi pemberian olesan sirahma (sirih merah dan madu)
pada remaja putri yang menderita acnevulgaris dapat sembuh
Pihak yang Peneliti dibantu teman (teman sudah dijelaskan tatacara
terkait intervensi dalam pemberian Olesan sirahma (sirih merah dan
madu), tugas teman membantu kelancara proses intervensi
Sasaran Remaja putri usia 14-15 tahun desa Bendowulung Blitar yang
mengalami acnevulgaris
Dokumentasi Catatan hasil identiikasi acnevulgaris pada remaja putri usia
14-15 tahun sebelum dan sesudah diberikan intervensi
Prosedur Kerja a. Persiapan Alat dan bahan
1) Bahan
- Daun sirih merah yang sudah tua, sebanyak 5
lembar yang sudah dihaluskan
- Madu murni (dari peternak/bukan madu olahan
pabrik)
2) Alat
- 1 paket masker (wadah, cawan, pengaduk. Cutton
but)
- Mesin blender
- Tissue
87

Standard Operating Prosedur Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

b. Pelaksanaan
Membuat Racikan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

1) 5 Daun sirih merah

2) Daun sirih merah dibersihkan


dengan dicuci sampai bersih

3) Daun sirih merah di jemur


sampai kering

4) Daun sirih merah yang sudah


kering dihaluskan dengan
diblender sampai jadi serbuk
88

Standard Operating Prosedur Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)

5) Daun sirih merah 5 lembar yang


sudah halus dituangkan dalam
cawan

6) Persiapan serbuk daun sirih


merah dan madu

7) Masukkan satu sendok teh


bubuk daun sirih merah
dicampur dengan madu 2
sendok teh lalu aduk hingga
merata.

8) Hasil daun sirih merah dicampur


dengan madu = Sirahma berupa
pasta, setelah jadi cream
diamkan selama 15 menit,
selanjutnya siap untuk
diaplikasikan
Cara Pemakaian
Cara pemakaiannya, oleskan pada bagian wajah yang ada
jerawat, Lakukan ini 2 kali sehari

Waktu Waktu intervensi olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)


dilakukan setiap hari selama 1 minggu tiap intervensi 15 menit
Evaluasi 1) Remaja kooperatif
2) Remaja tidak menghentikan intervensi
3) Remaja dapat mengikuti intervensi dengan baik
(Sadewo, 2013).
89

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN OLESAN SIRHMA
(SOP SELAMA COVID-19)

1) Tujuan Pemberian olesan SIRAHMA


Mengurangi acnevulgaris /jewarat pada remaja putri
2) Prosedur
1. Menyiapkan olesan SIRAHMA
yang menyiapkan adalah peneliti serbuk sirih merah dan madu
dalam botol kecil, diberikan kepada responden dengan jarak
minimal 1 meter dan memakai APD seperti masker)
2. Persiapan media
a. Meminta nomor HP/Whatsapp responden yang bisa di
hubungi
b. Meminta bantuan keluarga untuk memperlancar proses
komunikasi (memfasilitasi HP/Laptop)
c. Komunikasi dengan responden memalui video call atau
telepon
3. Persiapan pasien
a. Sapa klien dengan ramah
b. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
c. Posisikan klien senyaman mungkin (duduk)
d. Fokuskan responden agar mereka siap diberikan intervensi
olesan SIRAHMA
4. Persiapan lingkungan
a. Jaga privasi pasien
b. Siapkan lingkungan yang nyaman : posisi duduk (menurut
kenyamanan responden per individu dalam menerima
intervensi)
5. Pelaksanaan
a. Menjelaskan cara kerja dari olesan SIRAHMA dalam
mengurangi acnevulgaris (melalui video call/telepon)
90

b. Responden dipersilahkan mencuci muka terlebih dahulu dan


dilap dengan tissue (dilakukan oleh responden)
c. Setelah kering, oleskan SIRAHMA yang telah disiapkan pada
area yang ada acnevulgaris/ jerawat
d. Setelah merata, diamkan selama 15 menit
e. Setelah didiamkan selama 15 menit lalu cuci muka hingga
bersih dan keringkan dengan tissue
6. Waktu
a. Waktu pemberian setelah mandi sore selama 15 menit (16.00
WIB)
b. Lama waktu pemberian setiap hari selama 1 minggu
7. Mengevaluasi hasil intervensi (melalui videocall dan foto)
91

REKAPITULASI DATA UMUM HASIL PENELITIAN


PENGARUH OLESAN SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU) TERHADAP ACNEVULGARIS
PADA REMAJA PUTRI USIA 14-15 TAHUN DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

Mulai
No. Jerawat muncul Makanan yang
Usia Kode mengalami Kode Kebiasaan cuci muka Kode Kode Kode Karakter wajah Kode
Resp saat biasa dimakan
Acnevulgaris
1 14 1 >5hr 1 hanya mandi saja 3 setiap saat 3 makanan instan 4 berminyak 1
2 14 1 <3hr 1 setelah kegiatan 2 setiap saat 3 makanan instan 4 berminyak 1
3 14 1 3-5 hr 2 hanya mandi saja 3 saat menstruasi 1 gorengan 3 kering 2
4 14 1 3-5hr 2 setelah kegiatan 2 saat menstruasi 1 buah 1 normal 3
5 15 2 >5hr 3 hanya mandi saja 3 setiap saat 3 kacang-kacangan 2 berminyak 1
6 15 2 <3hr 1 hanya mandi saja 3 setiap saat 3 gorengan 3 normal 3
7 14 1 <3hr 1 hanya mandi saja 3 saat banyak tugas 2 gorengan 3 berminyak 1
8 14 1 >5hr 3 hanya mandi saja 3 setiap saat 3 buah 1 kering 2
9 14 1 <3hr 1 setiap bangun tidur 1 saat menstruasi 1 makanan instan 4 berminyak 1
10 15 2 3-5 hr 2 hanya mandi saja 3 setiap saat 3 makanan instan 4 normal 3
11 15 2 3-5 hr 2 setelah kegiatan 2 saat banyak tugas 3 makanan instan 4 kering 2
12 15 2 <3hr 1 setiap bangun tidur 1 saat menstruasi 1 gorengan 3 normal 3
13 14 1 <3hr 1 hanya mandi saja 3 saat menstruasi 1 buah 1 kering 2
14 14 1 3-5 hr 2 setelah kegiatan 2 setiap saat 3 gorengan 3 berminyak 1
15 14 1 >5hr 2 hanya mandi saja 3 setiap saat 3 kacang-kacangan 2 berminyak 1
16 14 1 >5hr 3 hanya mandi saja 3 saat menstruasi 1 gorengan 3 kering 2
17 15 2 3-5 hr 2 hanya mandi saja 3 saat menstruasi 1 gorengan 3 normal 3
92

Mulai
No. Jerawat muncul Makanan yang
Usia Kode mengalami Kode Kebiasaan cuci muka Kode Kode Kode Karakter wajah Kode
Resp saat biasa dimakan
Acnevulgaris
18 15 2 3-5 hr 2 hanya mandi saja 3 saat banyak tugas 2 buah 1 berminyak 1
19 14 1 3-5 hr 2 setiap bangun tidur 1 saat menstruasi 1 makanan instan 4 berminyak 1
20 14 1 3-5 hr 2 setelah kegiatan 2 setiap saat 3 gorengan 3 berminyak 1
93

REKAPITULASI DATA KHUSUS HASIL PENELITIAN


ACNEVULGARIS PADA REMAJA PUTRI USIA 14-15 TAHUN SEBELUM DIBERIKAN OLESAN
SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU) DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

Acnevulgaris Sebelum intervensi Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)


Lesi tak Lesi beradang
Lesi tak Lesi tak beradang Lesi Lesi beradang Jumlah Rentang Kriteria
No. beradang beberapa Kode
beradang beberapa tempat beradang banyak tempat Skor Skor Acnevulgaris
banyak tempat tempat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2 4 5 11 9-12 Sedang 3
2 2 5 7 5-8 Cukup ringan 2
3 1 3 4 1-4 Ringan 1
4 3 3 1-4 Ringan 1
5 2 3 4 9 9-12 Sedang 3
6 2 2 1-4 Ringan 1
7 3 5 8 5-8 Cukup ringan 2
8 5 5 5-8 Cukup ringan 2
9 1 2 5 8 5-8 Cukup ringan 2
10 1 3 4 1-4 Ringan 1
11 5 5 5-8 Cukup ringan 2
12 4 4 1-4 Ringan 1
13 1 5 6 5-8 Cukup ringan 2
14 3 4 7 5-8 Cukup ringan 2
15 2 3 4 5 14 13-16 Cukup Berat 4
16 3 5 8 5-8 Cukup ringan 2
94

Acnevulgaris Sebelum intervensi Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)


Lesi tak Lesi beradang
Lesi tak Lesi tak beradang Lesi Lesi beradang Jumlah Rentang Kriteria
No. beradang beberapa Kode
beradang beberapa tempat beradang banyak tempat Skor Skor Acnevulgaris
banyak tempat tempat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
17 1 5 6 5-8 Cukup ringan 2
18 4 4 1-4 Ringan 1
19 1 4 5 5-8 Cukup ringan 2
20 1 4 5 5-8 Cukup ringan 2
95

REKAPITULASI DATA KHUSUS HASIL PENELITIAN


ACNEVULGARIS PADA REMAJA PUTRI USIA 14-15 TAHUN SESUDAH DIBERIKAN OLESAN
SIRAHMA (SIRIH MERAH DAN MADU) DI DESA BENDOWULUNG BLITAR

Acnevulgaris Sesudah intervensi Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)


Lesi tak
Lesi tak Lesi tak beradang Lesi Lesi beradang Lesi beradang Jumlah Rentang Kriteria
No. beradang Kode
beradang beberapa tempat beradang beberapa tempat banyak tempat Skor Skor Acnevulgaris
banyak tempat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2 3 4 9 9-12 Sedang 3
2 3 3 1-4 Ringan 1
3 1 1 1-4 Ringan 1
4 1 1 1-4 Ringan 1
5 2 2 1-4 Ringan 1
6 1 1 1-4 Ringan 1
7 2 2 1-4 Ringan 1
8 4 4 1-4 Ringan 1
9 4 4 1-4 Ringan 1
10 1 1 1-4 Ringan 1
11 2 2 1-4 Ringan 1
12 1 1 1-4 Ringan 1
13 2 2 1-4 Ringan 1
14 2 2 1-4 Ringan 1
15 1 2 3 4 10 9-12 Sedang 3
16 2 3 5 5-8 Cukup ringan 2
96

Acnevulgaris Sesudah intervensi Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu)


Lesi tak
Lesi tak Lesi tak beradang Lesi Lesi beradang Lesi beradang Jumlah Rentang Kriteria
No. beradang Kode
beradang beberapa tempat beradang beberapa tempat banyak tempat Skor Skor Acnevulgaris
banyak tempat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
17 2 2 1-4 Ringan 1
18 1 1 1-4 Ringan 1
19 1 1 1-4 Ringan 1
20 1 1 1-4 Ringan 1
97

Lampiran : …..

Data Hasil Penelitian


Summarize
Case Summariesa
mulai mengalami
usia (tahun) usia acnevulgaris kebiasaan cuci muka
1 14 14 thn < 3 hari hanya saat mandi saja
2 14 14 thn < 3 hari setelah kegiatan
3 14 14 thn 3-5 hari hanya saat mandi saja
4 14 14 thn 3-5 hari setelah kegiatan
5 15 15 thn >5 hari hanya saat mandi saja
6 15 15 thn < 3 hari hanya saat mandi saja
7 14 14 thn < 3 hari hanya saat mandi saja
8 14 14 thn >5 hari hanya saat mandi saja
9 14 14 thn < 3 hari setiap bangun tidur
10 15 15 thn 3-5 hari hanya saat mandi saja
11 15 15 thn 3-5 hari setelah kegiatan
12 15 15 thn < 3 hari setiap bangun tidur
13 14 14 thn < 3 hari hanya saat mandi saja
14 14 14 thn 3-5 hari setelah kegiatan
15 14 14 thn 3-5 hari hanya saat mandi saja
16 14 14 thn >5 hari hanya saat mandi saja
17 15 15 thn 3-5 hari hanya saat mandi saja
18 15 15 thn 3-5 hari hanya saat mandi saja
19 14 14 thn 3-5 hari setiap bangun tidur
20 14 14 thn 3-5 hari setelah kegiatan
Total N 20 20 20 20
a. Limited to first 20 cases.

Summarize
Case Summariesa
makanan yang
jerawat muncul saat biasa dimakan karakter wajah
1 setiap saat makanan instan berminyak
2 setiap saat makanan instan berminyak
3 saat menstruasi gorengan kering
4 saat menstruasi buah normal
5 setiap saat kacang-kacangan berminyak
6 setiap saat gorengan normal
7 saat banyak tugas gorengan berminyak
8 setiap saat buah kering
9 saat menstruasi makanan instan berminyak
10 setiap saat makanan instan normal
11 setiap saat makanan instan kering
12 saat menstruasi gorengan normal
13 saat menstruasi buah kering
14 setiap saat gorengan berminyak
15 setiap saat kacang-kacangan berminyak
98

Case Summariesa
makanan yang
jerawat muncul saat biasa dimakan karakter wajah
16 saat menstruasi gorengan kering
17 saat menstruasi gorengan normal
18 saat banyak tugas buah berminyak
19 saat menstruasi makanan instan berminyak
20 setiap saat gorengan berminyak
Total N 20 20 20
a. Limited to first 20 cases.

Summarize
Case Summariesa
skor acnevulgaris kriteria skor acnevulgaris kriteria acnevulgaris
pada remaja putri pada remaja putri usia pada remaja putri usia
usia 14-15 tahun 14-15 tahun sebelum 14-15 tahun sebelum
sebelum diberikan diberikan olesan diberikan olesan
olesan sirahma (sirih sirahma (sirih merah dan sirahma (sirih merah
merah dan madu) madu) dan madu)
1 11 9-12 sedang
2 7 5-8 cukup ringan
3 4 1-4 ringan
4 3 1-4 ringan
5 9 9-12 sedang
6 2 1-4 ringan
7 8 5-8 cukup ringan
8 5 5-8 cukup ringan
9 8 5-8 cukup ringan
10 4 1-4 ringan
11 5 5-8 cukup ringan
12 4 1-4 ringan
13 6 5-8 cukup ringan
14 7 5-8 cukup ringan
15 14 13-16 cukup berat
16 8 5-8 cukup ringan
17 6 5-8 cukup ringan
18 4 1-4 ringan
19 5 5-8 cukup ringan
20 5 5-8 cukup ringan
Total N 20 20 20
a. Limited to first 20 cases.
99

Summarize

Case Summariesa
skor acnevulgaris kriteria acnevulgaris
pada remaja putri kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia
usia 14-15 tahun pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah
sesudah diberikan 14-15 tahun sesudah diberikan olesan
olesan sirahma (sirih diberikan olesan sirahma sirahma (sirih merah
merah dan madu) (sirih merah dan madu) dan madu)
1 9 9-12 sedang
2 3 1-4 ringan
3 1 1-4 ringan
4 1 1-4 ringan
5 2 1-4 ringan
6 1 1-4 ringan
7 2 1-4 ringan
8 4 1-4 ringan
9 4 1-4 ringan
10 1 1-4 ringan
11 2 1-4 ringan
12 1 1-4 ringan
13 2 1-4 ringan
14 2 1-4 ringan
15 10 9-12 sedang
16 5 5-8 cukup ringan
17 2 1-4 ringan
18 1 1-4 ringan
19 1 1-4 ringan
20 1 1-4 ringan
Total N 20 20 20
a. Limited to first 20 cases.
100

Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian

Frequency Table (Data Umum)

usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 14 thn 13 65.0 65.0 65.0
15 thn 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

mulai mengalami acnevulgaris


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 hari 7 35.0 35.0 35.0
3-5 hari 10 50.0 50.0 85.0
>5 hari 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

kebiasaan cuci muka


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setiap bangun tidur 3 15.0 15.0 15.0
setelah kegiatan 5 25.0 25.0 40.0
hanya saat mandi saja 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

jerawat muncul saat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid saat menstruasi 8 40.0 40.0 40.0
saat banyak tugas 2 10.0 10.0 50.0
setiap saat 10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

makanan yang biasa dimakan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buah 4 20.0 20.0 20.0
kacang-kacangan 2 10.0 10.0 30.0
Gorengan 8 40.0 40.0 70.0
makanan instan 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
101

karakter wajah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid berminyak 10 50.0 50.0 50.0
kering 5 25.0 25.0 75.0
normal 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Frequency Table (Data Khusus)


skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum diberikan
olesan sirahma (sirih merah dan madu)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 1 5.0 5.0 5.0
3 1 5.0 5.0 10.0
4 4 20.0 20.0 30.0
5 4 20.0 20.0 50.0
6 2 10.0 10.0 60.0
7 2 10.0 10.0 70.0
8 3 15.0 15.0 85.0
9 1 5.0 5.0 90.0
11 1 5.0 5.0 95.0
14 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-4 6 30.0 30.0 30.0
5-8 11 55.0 55.0 85.0
9-12 2 10.0 10.0 95.0
13-16 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

kriteria acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum diberikan
olesan sirahma (sirih merah dan madu)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ringan 6 30.0 30.0 30.0
cukup ringan 11 55.0 55.0 85.0
sedang 2 10.0 10.0 95.0
cukup berat 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
102

skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah diberikan
olesan sirahma (sirih merah dan madu)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 40.0 40.0 40.0
2 6 30.0 30.0 70.0
3 1 5.0 5.0 75.0
4 2 10.0 10.0 85.0
5 1 5.0 5.0 90.0
9 1 5.0 5.0 95.0
10 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-4 17 85.0 85.0 85.0
5-8 1 5.0 5.0 90.0
9-12 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

kriteria acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah diberikan
olesan sirahma (sirih merah dan madu)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ringan 17 85.0 85.0 85.0
cukup ringan 1 5.0 5.0 90.0
sedang 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
103

Tabulasi Silang Data Hasil Penelitian


Crosstabs
Data Umum >< Kriteria Skor Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia
14-15 Tahun Sebelum Diberikan Olesan Sirahma
(Sirih Merah Dan Madu)

usia * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-
15 tahun sebelum diberikan olesan sirahma (sirih
merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 13-16 Total


usia 14 thn Count 2 9 1 1 13
% of Total 10.0% 45.0% 5.0% 5.0% 65.0%
15 thn Count 4 2 1 0 7
% of Total 20.0% 10.0% 5.0% .0% 35.0%
Total Count 6 11 2 1 20
% of Total 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% 100.0%

mulai mengalami acnevulgaris * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun
sebelum diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia
14-15 tahun sebelum diberikan olesan sirahma
(sirih merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 13-16 Total


mulai mengalami < 3 hari Count 2 4 1 0 7
acnevulgaris
% of Total 10.0% 20.0% 5.0% .0% 35.0%
3-5 hari Count 4 5 0 1 10
% of Total 20.0% 25.0% .0% 5.0% 50.0%
>5 hari Count 0 2 1 0 3
% of Total .0% 10.0% 5.0% .0% 15.0%
Total Count 6 11 2 1 20
% of Total 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% 100.0%
104

kebiasaan cuci muka * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri
usia 14-15 tahun sebelum diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu)
1-4 5-8 9-12 13-16 Total
kebiasaan cuci setiap bangun Count 1 2 0 0 3
muka tidur
% of Total 5.0% 10.0% .0% .0% 15.0%
setelah kegiatan Count 1 4 0 0 5
% of Total 5.0% 20.0% .0% .0% 25.0%
hanya saat mandi Count 4 5 2 1 12
saja
% of Total 20.0% 25.0% 10.0% 5.0% 60.0%
Total Count 6 11 2 1 20
% of Total 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% 100.0%

jerawat muncul saat * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri
usia 14-15 tahun sebelum diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 13-16 Total


jerawat saat menstruasi Count 3 5 0 0 8
muncul saat
% of Total 15.0% 25.0% .0% .0% 40.0%
saat banyak tugas Count 1 1 0 0 2
% of Total 5.0% 5.0% .0% .0% 10.0%
setiap saat Count 2 5 2 1 10
% of Total 10.0% 25.0% 10.0% 5.0% 50.0%
Total Count 6 11 2 1 20
% of Total 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% 100.0%

makanan yang biasa dimakan * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun
sebelum diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia
14-15 tahun sebelum diberikan olesan sirahma
(sirih merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 13-16 Total


makanan yang Buah Count 2 2 0 0 4
biasa dimakan
% of Total 10.0% 10.0% .0% .0% 20.0%
kacang- Count 0 0 1 1 2
kacangan
% of Total .0% .0% 5.0% 5.0% 10.0%
gorengan Count 3 5 0 0 8
% of Total 15.0% 25.0% .0% .0% 40.0%
makanan Count 1 4 1 0 6
instan
% of Total 5.0% 20.0% 5.0% .0% 30.0%
Total Count 6 11 2 1 20
% of Total 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% 100.0%
105

karakter wajah * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia
14-15 tahun sebelum diberikan olesan sirahma
(sirih merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 13-16 Total


karakter berminyak Count 1 6 2 1 10
wajah
% of Total 5.0% 30.0% 10.0% 5.0% 50.0%
kering Count 1 4 0 0 5
% of Total 5.0% 20.0% .0% .0% 25.0%
normal Count 4 1 0 0 5
% of Total 20.0% 5.0% .0% .0% 25.0%
Total Count 6 11 2 1 20
% of Total 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% 100.0%

Crosstabs
Data Umum >< Kriteria Skor Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia
14-15 Tahun Sesudah Diberikan Olesan Sirahma
(Sirih Merah Dan Madu)
usia * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-
15 tahun sesudah diberikan olesan sirahma (sirih
merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 Total


usia 14 thn Count 10 1 2 13
% of Total 50.0% 5.0% 10.0% 65.0%
15 thn Count 7 0 0 7
% of Total 35.0% .0% .0% 35.0%
Total Count 17 1 2 20
% of Total 85.0% 5.0% 10.0% 100.0%
106

mulai mengalami acnevulgaris * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15
tahun sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja
putri usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih merah
dan madu)
1-4 5-8 9-12 Total
mulai mengalami < 3 hari Count 6 0 1 7
acnevulgaris
% of Total 30.0% .0% 5.0% 35.0%
3-5 hari Count 9 0 1 10
% of Total 45.0% .0% 5.0% 50.0%
>5 hari Count 2 1 0 3
% of Total 10.0% 5.0% .0% 15.0%
Total Count 17 1 2 20
% of Total 85.0% 5.0% 10.0% 100.0%

kebiasaan cuci muka * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja
putri usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih merah
dan madu)
1-4 5-8 9-12 Total
kebiasaan setiap bangun tidur Count 3 0 0 3
cuci muka
% of Total 15.0% .0% .0% 15.0%
setelah kegiatan Count 5 0 0 5
% of Total 25.0% .0% .0% 25.0%
hanya saat mandi saja Count 9 1 2 12
% of Total 45.0% 5.0% 10.0% 60.0%
Total Count 17 1 2 20
% of Total 85.0% 5.0% 10.0% 100.0%

jerawat muncul saat * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada
remaja putri usia 14-15 tahun
sesudah diberikan olesan sirahma
(sirih merah dan madu)
1-4 5-8 9-12 Total
jerawat muncul saat menstruasi Count 7 1 0 8
saat
% of Total 35.0% 5.0% .0% 40.0%
saat banyak tugas Count 2 0 0 2
% of Total 10.0% .0% .0% 10.0%
setiap saat Count 8 0 2 10
% of Total 40.0% .0% 10.0% 50.0%
Total Count 17 1 2 20
% of Total 85.0% 5.0% 10.0% 100.0%
107

makanan yang biasa dimakan * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun
sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada
remaja putri usia 14-15 tahun
sesudah diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 Total


makanan yang Buah Count 4 0 0 4
biasa dimakan
% of Total 20.0% .0% .0% 20.0%
kacang-kacangan Count 1 0 1 2
% of Total 5.0% .0% 5.0% 10.0%
Gorengan Count 7 1 0 8
% of Total 35.0% 5.0% .0% 40.0%
makanan instan Count 5 0 1 6
% of Total 25.0% .0% 5.0% 30.0%
Total Count 17 1 2 20
% of Total 85.0% 5.0% 10.0% 100.0%

karakter wajah * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri
usia 14-15 tahun sesudah diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu)

1-4 5-8 9-12 Total


karakter berminyak Count 8 0 2 10
wajah
% of Total 40.0% .0% 10.0% 50.0%
kering Count 4 1 0 5
% of Total 20.0% 5.0% .0% 25.0%
normal Count 5 0 0 5
% of Total 25.0% .0% .0% 25.0%
Total Count 17 1 2 20
% of Total 85.0% 5.0% 10.0% 100.0%
108

Crosstabs Variabel

Kriteria Skor Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun


Sebelum >< Sesudah Diberikan Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan
Madu)

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri
usia 14-15 tahun sebelum diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu) * kriteria
20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
skor acnevulgaris pada remaja putri usia
14-15 tahun sesudah diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu)

kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun sebelum diberikan olesan
sirahma (sirih merah dan madu) * kriteria skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-15 tahun
sesudah diberikan olesan sirahma (sirih merah dan madu) Crosstabulation
kriteria skor acnevulgaris pada remaja
putri usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih merah
dan madu)
1-4 5-8 9-12 Total
kriteria skor 1-4 Count 6 0 0 6
acnevulgaris pada
% of Total 30.0% .0% .0% 30.0%
remaja putri usia 14-
15 tahun sebelum 5-8 Count 10 1 0 11
diberikan olesan
% of Total 50.0% 5.0% .0% 55.0%
sirahma (sirih merah
dan madu) 9-12 Count 1 0 1 2
% of Total 5.0% .0% 5.0% 10.0%
13-16 Count 0 0 1 1
% of Total .0% .0% 5.0% 5.0%
Total Count 17 1 2 20
% of Total 85.0% 5.0% 10.0% 100.0%

Descriptives
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-
15 tahun sebelum diberikan olesan sirahma 20 2 14 6.25 2.863
(sirih merah dan madu)
skor acnevulgaris pada remaja putri usia 14-
15 tahun sesudah diberikan olesan sirahma 20 1 10 2.75 2.593
(sirih merah dan madu)
Valid N (listwise) 20
109

Analisis Data Hasil Penelitian Menggunakan uji T-test

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 skor acnevulgaris pada remaja putri usia
14-15 tahun sebelum diberikan olesan 6.25 20 2.863 .640
sirahma (sirih merah dan madu)
skor acnevulgaris pada remaja putri usia
14-15 tahun sesudah diberikan olesan 2.75 20 2.593 .580
sirahma (sirih merah dan madu)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 skor acnevulgaris pada remaja
putri usia 14-15 tahun sebelum
diberikan olesan sirahma (sirih
merah dan madu) & skor
20 .860 .000
acnevulgaris pada remaja putri
usia 14-15 tahun sesudah
diberikan olesan sirahma (sirih
merah dan madu)

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig.
Mean Deviation Mean Lower Upper t df (2-tailed)
Pair 1 skor acnevulgaris
pada remaja putri usia
14-15 tahun sebelum
diberikan olesan
sirahma (sirih merah
dan madu) - skor
3.500 1.469 .328 2.812 4.188 10.655 19 .000
acnevulgaris pada
remaja putri usia 14-
15 tahun sesudah
diberikan olesan
sirahma (sirih merah
dan madu)
110

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Dea Ayu Pratiwi


NIM : 201601018
Judul : Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap
Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di Desa
Bendowulung Blitar
Pembimbing I : Dr. Ns. Moch Maftuchul Huda, SKp., M.Kep., Sp.Kom

No. Tanggal Materi Bimbingan TTD


1. 05-11-2019 Konsul judul
2. 07-11-2019 Konsul judul
3. 18-11-2019 Acc judul
4. 11-12-2020 Konsul bab 1
5. 20-01-2020 Konsul revisi bab 1
6. 04-02-2020 Acc bab 1
7. 14-02-2020 Konsul bab 2 dan 3
8. 19-02-2020 Konsul revisi bab 3 dan 2
9. 26-02-2020 Konsul revisi bab 3 dan 2
10. 28-02-2020 Konsul revisi bab 3 dan 2
11. 05-02-2020 Acc bab 2
12. 05-02-2020 Konsul revisi bab 3
13 06-02-2020 Konsul revisi bab 3
14. 10-02-2020 Konsul revisi bab 3
15. 10-02-2020 Acc bab 3
16. 17-03-2020 Konsul bab 4
17. 18-03-2020 Konsul revisi bab 4
18. 19-03-2020 Acc bab 4
19. 30-03-2020 Ujian proposal
20. 06-04-2020 Konsul revisi ujian proposal
21. 08-04-2020 Konsul revisi ujian proposal
22. 15-04-2020 Acc proposal skripsi
111

23. 02-07-2020 Konsul Bab 5 dan 6


24. 08-07-2020 Konsul bab 5 dan 6
25. 15-07-2020 Acc bab 6
26. 16-07-2020 Konsul revisi bab 5
27. 16-07-2020 Konsul Abstrak
28. 28-07-2020 Acc bab 5
29. 28-07-2020 Acc Abstrak
30. 03-08-2020 Ujian Skripsi
31. 06-08-2020 Revisi skripsi
32. 13-08-2020 Acc skripsi
112

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Dea Ayu Pratiwi


NIM : 201601018
Judul : Pengaruh Olesan Sirahma (Sirih Merah Dan Madu) Terhadap
Acnevulgaris Pada Remaja Putri Usia 14-15 Tahun di di Desa
Bendowulung Blitar
Pembimbing II : Diana Rachmania, S.Kep,Ns., M.Kep

No. Tanggal Materi Bimbingan TTD


1. 07-11-2019 Konsul judul
2. 18-11-2019 Acc judul
3. 20-12-2020 Konsul bab 1
4. 24-12-2020 Konsul revisi bab 1
5. 14-02-2020 Acc bab 1
6. 17-02-2020 Konsul bab 2 dan 3
7. 26-02-2020 Konsul revisi bab 2 dan 3
8. 03-03-2020 Acc bab 2 dan 3
9. 04-03-2020 Konsul bab 4
10. 16-03-2020 Konsul revisi bab 4
11. 19-03-2020 Acc bab 4
12. 30-03-2020 Ujian proposal
13. 06-04-2020 Konsul revisi ujian proposal
14. 08-04-2020 Konsul revisi ujian proposal
15. 15-04-2020 Acc proposal skripsi
16. 02-07-2020 Konsul Bab 5 dan 6
17. 04-07-2020 Konsul bab 5 dan 6
18. 11-07-2020 Konsul bab 5 dan 6
19. 13-07-2020 Konsul bab 5 dan 6
20. 15-07-2020 Acc bab 6
21. 17-07-2020 Konsul revisi bab 5
22. 21-07-2020 Konsul Abstrak
113

23. 23-07-2020 Konsul revisi abstrak


24. 24-07-2020 Konsul revisi abstrak
25. 24-07-2020 Acc bab 5
26. 27-07-2020 Konsul revisi abstrak
27. 29-07-2020 Acc Abstrak
28. 03-08-2020 Ujian Skripsi
29. 06-08-2020 Revisi skripsi
30. 13-08-2020 Acc skripsi
114

DOKUMENTASI PENELITIAN
115

Anda mungkin juga menyukai