Anda di halaman 1dari 94

HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN

KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA


DIABETES MELLITUS DI UPT PUSKESMAS
PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG
TAHUN 2020

SKRIPSI

OLEH :

APERLIANUS GULO
NIM : 1601043

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM


SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATRA UTARA
MEDAN
2020

1
i

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Penelitian Dengan Judul :

HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN


KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI UPTPUSKESMAS
PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG
TAHUN 2020

Yang dipersiapkan oleh :

APERLIANUS GULO
NIM: 1601043

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk


Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana


Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Kesehatan Sumatra Utara

Pembimbing

(Dewi Astuti Pasaribu, S.Kep.,Ners.,M.Kep)

Mengetahui Program Studi


Ilmu Keperawatan Program Sarjana

(Dameria Ginting, S.Kep.,Ners.,M.Kep)

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN


KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI UPT PUSKESMAS
PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2020

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

APERLIANUS GULO
NIM : 1601043

Telah Diseminarkan dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Kamis, 04
September 2020 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji
Ketua Penguji

(Dewi Astuti Pasaribu S.Kep.,Ners.,M.Kep)

Penguji I Penguji II
9/9/2020

(Dameriang Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep) (Elyani Sembiring S.Kep.,Ners.,M.Kep)

Medan, 03 September 2020 Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas
Ilmu Kesehatan Institut Kesehatan Sumatra Utara

Ketua Program Studi

(Dameriang Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep)


SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIARISME

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Sumatera Utara
menerangkan bahwa mahasiswa dengan identitas berikut:

Nama : Aperlianus Gulo

NIM : 1601043

Program Studi : S1 Keperawatan

Email : apergulo7709@gmail.com

HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH


PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI UPT PUSKESMAS
PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG TAHUN 2020

Dinyatakan sudah memenuhi syarat batas maksimal plagiasi (< 35% untuk Skripsi, 30% untuk
Tesis) pada setiap bab naskah skripsi/tesis yang disusun. Surat keterangan ini digunakan
sebagai syarat untuk mengikuti ujian sidang akhir skripsi/thesis.

Medan, 22 Oktober 2020

Ketua LPPM

Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PAS

Nama : Aperlianus Gulo

Tempat / Tanggal Lahir : Tuhemberua, 17 April 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Nikah

Anak Ke : 5 Dari 6 Bersaudara

Alamat Rumah : Beringin Lorong Madrasyah No.15 Jambi Selatan

Riwayat Pendidikan

Tahun 2004-2010 : SDN 071045 Lologolu, Kecamatan Mandrehe

Tahun 2010-2013 : SMP N.3 MANDREHE

Tahun 2013-2016 : SMK N.1 MANDREHE

Tahun 2016-2020 : Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Inkes-SU


ABSTRAK

Kadar gula darah adalah banyak zat gula atau glukosa didalam darah, Meskipun
senantiasa mengalami perubahan, kadar gula darah perlu dijaga dalam batas normal agar
tidak terjadi gangguan didalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan konsultasi gizi dengan pengendalian kadar gula darah pada lansia penderita
diabetes mellitus di upt puskesmas petumbukan kecamatan galang. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan antara konsultasi gizi dengan pengendalian kadar gula darah dengan
nilai p value (0,005) <α (0,05). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin
baik konsultasi gizi maka semakin tinggi tindakan pasien dalam menurunkan kadar gula
darah. dalam penelitian ini diharapkan kepada lansia penderita diabetes mellitus untuk
melakukan konsultasi gizi serta melakukan kontrol gula darah secara rutin.

Kata Kunci : Lansia, Konsultasi Gizi, Diabetes Mellitus.


ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Konsultasi Gizi Dengan Pengendalian Kadar
Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus di UPT Puskesmas
Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang”, penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Kesehatan Sumatera Utara.

Terimakasih kepada orangtua, dan keluarga tercinta yang memberikan


semangat dan dukungan dalam perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

Selesainya penelitian ini karena adanya bantuan moril, bimbingan dari


berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
hormat dan terimakasi yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes dan Bapak Drs. Asman
Karo-Karo, M.M, selaku Senat Institut Kesehatan Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ferrial Paesha Sirait, MSc selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara.
3. Ibu Diana, SKM, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Sumatera Utara.
4. Ibu Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, Selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik Institut Kesehatan Sumatera Utara.
5. Ibu Martalena, SKM, M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi
Institut Kesehatan Sumatera Utara.
6. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan Institut Kesehatan Sumatera Utara.
7. Ibu Dameria Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Institut Kesehatan Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan.

ii
iii

8. Bapak Basri S.Kep, Ns, M.Kep selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Program Akademik.
9. Ibu Maita Sarah, S.Kep, Ns, M.Kep sekaligus Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan Ners Program Profesi.
10. Seluruh Dosen dan Staf Keperawatan Institut Kesehatan Sumatera Utara.
11. Kepada kepala UPT Puskesmas Petumbukan dan seluruh staf yang telah
memberikan saya kesempatan untuk melakukan penelitian di UPT
Puskesmas petumbukan dan bersedia untuk memberikan data terkait
penelitian saya.
12. Kepada Bg Sahudirman Giawa dan Bang Hadapi Gunawan Hulu yang
selalu memberikan masukan dan motivasi kepada saya.
13. Kepada rekan-rekan mahasiswa seperjuangan yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

Medan, Januari 2020


Penulis

Aperlianus Gulo

iii
iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan atau dipublikasikan dalam bentuk apapun, termasuk dalam
bentuk yang sama dengan skripsi ini untuk memperoleh gelar kesarjanaan atau
menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau yang diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis yang diacuh dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2020

(Aperlianus Gulo)

iv
v

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
BEBAS PLAGIAT ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. .v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 8
1.4.1 Bagi Program Studi INKESSU..................................... 8
1.4.2 Bagi Perawat ................................................................. 9
1.4.3 Bagi Peneliti.................................................................. 9
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 10


2.1 Diabetes Mellitus ...................................................................... 10
2.1.1 Defenisi Diabetes Mellitus ........................................... 10
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus........................................ 11
2.1.3 Faktor Risiko Diabetes Mellitus ................................... 15
2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus............................ 17
2.1.5 Diagnosis Diabetes Mellitus ......................................... 18
2.1.6 Komplikasi Diabetes Mellitus ...................................... 19
2.2 Lansia ....................................................................................... 23
2.2.1 Defenisi Lansia ............................................................. 23
2.2.2 Klasifikasi Lansia ......................................................... 23
2.2.3 Proses Perubahan Biologis Pada Lansia ....................... 24
2.2.4 Masalah Gizi Lansia ..................................................... 26
2.3 Kadar Gula Darah ..................................................................... 27
2.3.1 Defenisi Kadar Gula Darah .......................................... 27
2.3.2 Jenis-Jenis Pemeriksaan Kadar Gula Darah ................. 28
2.3.3 Pengolahan Kadar Gula Darah ..................................... 28
2.3.4 Pengendalian Kadar Gula Darah .................................. 31
2.3.5 Kriteria Pengendalian Kadar Gula Darah ..................... 32
2.4 Gizi Diabetes Mellitus .............................................................. 33
2.4.1 Kebutuhan Zat Gizi....................................................... 33
2.4.2 Pemilihan Jenis Makanan ............................................. 35
2.4.3 Kebutuhan Kalori.......................................................... 37
2.4.4 Pengaturan jadwal makan ............................................. 38
2.5 Konsultasi Gizi ......................................................................... 39
2.5.1 Defenisi Konsultasi Gizi ............................................... 39
2.5.2 Tujuan Konsultasi Gizi ................................................. 40

v
v

2.5.3 Manfaat Konsultasi Gizi ............................................... 40


2.5.4 Sasaran Konsultasi Gizi ................................................ 41
2.5.5 Tempat dan Waktu Konsultasi Gizi.............................. 41
2.5.6 Langkah-Langkah Konsultasi Gizi ............................... 41
2.5.7 Konsultasi Gizi Untuk Diet Diabetes Mellitus ............. 42
2.6 Kerangka Konsep ..................................................................... 43
2.7 Hipotesis Penelitian .................................................................. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 45
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 45
3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................................... 45
3.2.1 Waktu Penelitian........................................................... 45
3.2.2 Lokasi Penelitian .......................................................... 45
3.3 Populasi Dan Sampel ................................................................ 45
3.3.1 Populasi ........................................................................ 45
3.3.2 Sampel .......................................................................... 46
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 46
3.4.1 Data Primer ................................................................... 46
3.4.2 Data Sekunder ............................................................... 47
3.5 Defenisi Operasional ................................................................ 47
3.6 Etika Penelitian ......................................................................... 47
3.7 Aspek Pengukuran .................................................................... 48
3.8 Pengolahan Data ....................................................................... 49
3.9 Teknik Analisis Data ................................................................ 50
3.9.1 Analisis Univariat ......................................................... 50
3.9.2 Analisis Bivariat ........................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 51
4.1. Gambaran lokasi penelitian ...................................................... 51
4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik… 51
4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Jenis Kelamin ........... 51
4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Umur......................... 52
4.2.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan… ........... 52
4.2.4 Distribusi Frekuensi lama menderita DM…................. 53
4.3. Distibusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Konsultasi Gizi.. 53
4.4. Distibusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Gula........ 53
4.5. Hubungan Konseling Gizi dengan Pengendalian KGD .....................54
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 55
5.1 Konsultasi Gizi… ..................................................................... 55
5.2 Kadar Gula Darah… ................................................................. 55
5.3 Hubungan Konsultasi Dengan Kadar Gula Darah .................... 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN… .................................................. 58
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 58
6.2 Saran ......................................................................................... 58
6.2.1 Bagi Program Studi INKESSU…................................. 58
6.2.2 Kepada Puskesmas….................................................... 58
6.2.3 Bagi Peneliti.................................................................. 59
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................. 59
DAFTAR PUSTAKA
vi
vi
i

DADFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
Lampiran 2. Master tabel
Lampiran 3. Hasil spss
Lampiran 4. Surat ijin survey awal
Lampiran 5. Surat ijin penelitian
Lampiran 6. Surat penelitan
Lampiran 7. Plagiat checker
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian
vi
i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik bersifat kronik yang

ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan

oleh gangguan sekresi insulin, resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia

yang berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan

kerusakan, gangguan fungsi, dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal,

saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya. Penderita Diabetes Melitus dapat

mengalami kematian akibat penyakit jantung iskemik dan stroke dua sampai

empat kali lebih tinggi dibandingkan populasi yang tidak mengalami Diabetes

Melitus (Bilous dan Donelly, 2010).

Diabetes Mellitus termasuk dalam penyakit degeneratif, 80% kejadian

Diabetes Mellitus dapat dicegah atau kejadiannya dapat ditunda. 1 diantara 2

orang penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 masih belum terdiagnosis dan belum

menyadari bahwa dirinya menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (WHO, 2016).

Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terkait pengaturan pola makan dan

kegiatan jasmani yang dapat dilakukan oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

didapatkan hasil bahwa 75% tidak menjalani diet dan kurang aktivitas fisik yang

dianjurkan dengan alasan masyarakat belum mengetahui (Perdana, Ichsan, &

Rosyidah, 2013).

1
2

Diabetes Mellitus Tipe 2 menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia yang

dapat terjadi di segala umur, tingkat sosial dan ekonomi. Pola hidup masyarakat

modern telah mengubah gaya hidup masyarakat menjadi tidak sehat, termasuk

pola makan, aktivitas fisik kurang, merokok, alkoholisme, serta konsumsi obat-

obatan yang menjadi kebiasaan buruk masyarakat modern. Kurangnya

pengetahuan masyarakat terkait Diabetes Mellitus Tipe 2 menjadi salah satu

faktor penyebab gagalnya pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. Pada penelitian

yang dilakukan di Poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku

Utara tahun 2013, didapatkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan terhadap

kepatuhan menjalani diet Diabetes Mellitus Tipe 2 (Senuk, Supit, & Onibala,

2013).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) Atlas dalam (WHO,

2016) melaporkan bahwa epidemi Diabetes Mellitus di Indonesia mengalami

peningkatan. Indonesia tercatat sebagai negara peringkat keenam setelah

Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brasil dan Meksiko dengan jumlah

penyandang Diabetes Mellitus usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang (WHO,

2016). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan

angka prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk

umur >15 tahun, yaitu dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018.

Sementara itu prevalensi Diabetes Mellitus di Jawa Tengah adalah sebesar 2,1%.

Prevalensi tertinggi untuk Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin (DM

Tipe 2) adalah Kabupaten Magelang sebesar 7,93% (Riskesdas, 2018).


3

Data dari Riskesdas tahun 2013 yang diolah oleh pusat data dan informasi

Kementerian kesehatan pada penduduk usia > 15 tahun di Indonesia didapatkan

data bahwa diperkirakan jumlah absolute penderita diabetes mellitus adalah

sekitar 12 juta, Toleransi gula terganggu (TGT) sekitar 52 juta dan Gula Darah

Puasa(GDP) terganggu sekitar 64 juta. Diabetes mellitus dapat mengakibatkan

peningkatan resiko penyakit jantung dan stroke, neuropati (kerusakan saraf) di

kaki yang meningkatkan ulkus kaki, retinopati diabetikum yang merupakan salah

satu penyebab utama kebutaan, selain itu juga dapat meningkatkan resiko gagal

ginjal dan resiko kematian. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2013 melaporkan bahwa penderita DM di Provinsi Riau terdiagnosis

sebanyak 41.071 orang. Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru (2016) menyebutkan bahwa angka kejadian DM sebanyak 15.233

kasus. Kasus baru sebanyak 1.136 dan estimasi penderita DM tahun 2017 untuk

kasus baru diperkirakan akan meningkat menjadi 6.128 kasus. Distribusi

kunjungan kasus DM di 20 Puskesmas se-kota Pekanbaru menunjukkan data

terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya dengan jumlah 2.297

kunjungan, tahun 2017 terjadi penurunan jumlah kunjungan yaitu menjadi 1.215

kunjungan dan pasien DM yang berkunjung dalam satu bulan terakhir sebanyak

102 kunjungan.

Jika dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan

diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat

menjadi 2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15 tahun

yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi
4

DM tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%. Prevalensi DM semua umur

di Indonesia pada Riskesdas 2018 sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi

DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Sedangkan provinsi dengan

prevalensi DM tertinggi semua umur berdasarkan diagnosis dokter juga masih di

DKI Jakarta dan terendah di NTT.

Data dari Rikesdas dalam angka Provinsi Sumatra Utara tahun 2013,

prevalensi DM pada umur ≥15 tahun di Sumatra Utara yang terdiagnosis sebesar

1,8%. Prevalensi yang tertinggi terdapat di kabupaten Deli Serdang (2,9%) dan di

ikuti oleh Kota Medan (2,7%), Kota Pematang Siantar (2,2%), Kabupaten Asahan

(2,1%), serta Kota Gunungsitoli (2,1%). Prevalensi terendah terdapat di

Mandailing Natal (0,3%).

Lansia merupakan saat dimana timbul berbagai permasalahan yang

kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis,

mental maupun sosial ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut, akan

mempengaruhi asupan makannya yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap

status gizi lansia. Terapi diet untuk lansia dapat merupakan sebuah masalah

tersendiri karena adanya berbagai keterbatasan, antara lain berupa: keterbatasan

finansial, tidak mampu menyediakan bahan makanan karena masalah transportasi/

mobilitas, tidak mampu menyiapkan makanan (terutama pada lansia pria tanpa

istri), keterbatasan dalam mengikuti instruksi diet karena adanya gangguan fungsi

kognitif, berkurangnya pengecapan karena berkurangnya kepekaan dan jumlah

reseptor pengecap, meningkatnya kejadian konstipasi pada lansia (Kurniawan,


5

2010). Diet jarang menghasilkan penurunan berat badan pada lansia dan dapat

membebani sehingga lansia menjadi lemah (Bilous dan Donelly, 2010).

Penyakit Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, tetapi kadar gula

darah dapat dikendalikan, terapi diet merupakan salah satu cara mengelolah kadar

gula darah. Hasil penelitian yang dilakukan Rusmina (2010) dalam Hasibuan, P

(2018) tentang kepatuhan dalam menjalani terapi diet di Jakarta menunjukan

bahwa lebih dari 50% pasien diabetes tidak patuh terhadap terapi diet. Maka

dibutuhkan suatu dukungan bagi lansia berupa pendampingan gizi untuk

mengendalikan kadar gula darahnya. Pendampingan gizi dapat mempengaruhi

kepatuhan diet karena dalam pendampingan dapat menekan munculnya stress,

memberikan informasi yang dapat memotivasi pasien dan keluarga untuk

meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional (Susanti dan

Sulistyarini, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sugandha dan Lestari (2014),

tentang gambaran pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes di RSUP

Sanglah Denpasar menunjukan bahwa 52 % status pengendalian diabetes

berdasarkan kadar gula darah 2 jam PP dan HbA1c berada pada kategori buruk

dengan rata-rata kadar gula darah 2 jam PP sebesar 239,64 mg/dl. Pengendalian

diabetes dapat mempertahankan konsentrasi glukosa yang mendekati normal

setiap hari bila dijalankan dengan baik (Bilous dan Donelly, 2010). Faktor-faktor

yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah terdiri dari edukasi,

terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologis (Perkeni, 2015).
6

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif (2016) di Banyuanyar

menunjukkan bahwa pendampingan terbukti sebagai cara yang efektif untuk

meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes mellitus. Pendampingan gizi

merupakan kegiatan dukungan dan layanan bagi pasien dan keluarga agar dapat

mencegah dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Pendampingan

dilakukan dengan cara memberikan perhatian, menyampaikan pesan,

menyemangati, mengajak,memberikan pemikiran/solusi, menyampaikan

layanan/bantuan, memberikan nasihat, merujuk, menggerakkan dan bekerjasama.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mulyani (2015) tentang pengaruh

konsultasi gizi terhadap asupan karbohidrat dan kadar gula darah menunjukan ada

pengaruh yang bermakna antara konsultasi gizi terhadap kadar gula darah pasien

Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin

Banda Aceh. Konseling gizi individu dan kelompok terbukti memperbaiki kualitas

diet pada pasien diabetes mellitus. Konsumsi sayur, buah, susu, daging, dan

kacang-kacangan mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan

adanya pemberian edukasi diet seimbang Diabetes mellitus pada sesi konseling

yang dijalani oleh subjek (Widya, 2015).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan di UPT

Puskesmas Petumbukan Kecamatan Galang, diketahui bahwa jumlah penderita

Diabetes Melitus pada tahun 2019 sebanyak 151 orang dengan penderita yang

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sebanyak 78 orang dan penderita

yang tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar sebanyak 73 orang.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 6 pasien


7

penderita diabetes mellitus terkait dengan pengendalian kadar gula darah pada

penderita DM. Rata-rata responden mengatakan bahwa, kadar gula mereka akan

lebih terkontrol ketika mereka telah mendapatkan pemahaman tentang bagaimana

cara mengontrol gula darah yang disampaikan oleh konsultan gizi. Namun

diantara mereka masih ada juga yang mengatakan bahwa sebagian besar mereka

belum pernah melakukan konsultasi tentang pengendalian kadar gula darah

kepada konsultan gizi yang ada di layanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena

masih kurangnya informasi yang mereka terima bahwa di Puskesmas atau layanan

kesehatan lain terdapat konsultan gizi yang bisa memberikan pemahaman untuk

mengontrol gula darah. Kemudian, masih banyaknya masyarakat yang malas

melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin, sehingga kadar gula mereka tidak

terkontrol.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang bertujuan untuk melihat “Hubungan Konsultasi Gizi dengan

Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus di UPT

Puskesmas Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Tahun

2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsultasi gizi dengan pengendalian

kadar gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus di UPT Puskesmas

Petumbukan Kecamatan Galang tahun 2019.


8

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan konsultasi gizi dengan pengendalian kadar gula darah pada

lansia penderita diabetes mellitus di UPT Puskesmas Petumbukan

Kecamatan Galang tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan konsultasi gizi dengan

pengendalian kadar gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus

di UPT Puskesmas Petumbukan tahun 2019.

2. Untuk mendeskripsikanpengendalian kadar gula darah pada lansia

penderita diabetes mellitus di UPT Puskesmas Petumbukan tahun

2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Program Studi INKESSU

Menambah kepustakaan tentang kajian sumber daya manusia

sehingga dapat memberikan masukan bagi peneliti di masa mendatang

mengenai hubungan konsultasi gizi dalam pengendalian kadar gula darah

pada lansia penderita diabetes mellitus.


9

2. Bagi Perawat

Memberikan masukan kepada perawat supaya ada perbaikan dan

evaluasi untuk dapat lebih meningkat wawasan, kemampuan untuk

berkonsultasi dalam pemberian layanan yang diberikan oleh perawat.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan teknik berkonsultasi perawat dalam pekayanan

b. Menambah wawasan mengenai pengendalian kadar gula darah pada

lansia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terkait dengan

variabel penelitian tentang pengendalian diabetes mellitus.


1
0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

2.1.1 Defenisi Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik bersifat kronik yang

ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan

oleh gangguan sekresi insulin, resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia

yang berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan

kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal,

saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya. Pada penderita diabetes, ada gangguan

keseimbangan antara transportasi glukosa ke dalam sel, glukosa yang disimpan di

hati, dan glukosa yang dikeluarkan dari hati. Akibatnya, kadar glukosa dalam

darah meningkat dan kelebihan ini akan keluar melalui urine sehingga jumlah

urine banyak dan mengandung gula. Keluhan awal dapat berupa peningkatan rasa

haus (polidipsia) dan lapar (polifagia) yang disertai pertambahan volume/

frekuensi berkemih (poliuria). Polifagia (rasa lapar yang berlebihan) terjadi karena

tubuh tidak mampu lagi memindahkan energi ke dalam sel, menyebabkan sel

menjadi kelaparan; di lain pihak, sel-sel itu sendiri tidak memiliki kemampuan

untuk menghasilkan energi. Kelelahan dan kelemahan, yang lazim dirasakan oleh

diabetesi merupakan cerminan ketiadaan dari energi itu (Arisman, 2018)

Diabetes Melitus (DM) atau disebut juga diabetes saja merupakan

penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup

10
11

insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara

efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.

Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (Infodatin,

2014). Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2015).

Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang

disebabkan kurangnya hormon insulin. Peningkatan kadar glukosa darah dalam

keadaan puasa merupakan cerminan dari pengurangan ambilan glukosa oleh

jaringan, atau pertambahan glukoneogenesis. Jika kadar glukosa darah meningkat

sedemikian tinggi, ginjal tidak akan mampu lagi menyerap balik glukosa yang

tersaring sehingga glukosa akan tumpah kedalam urin. Kelimpahan glukosa dalam

urin ini dinamakan glukosuria (Arisman, 2018).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Perubahan dalam diagnosis dan klasifikasi DM telah beberapa kali

dilakukan oleh WHO yaitu pada tahun 1965, 1980, 1985 dan 1994. Tahun 1997,

ADA (American Diabetes Association) memperbaharui lagi. Hasil penelitian baik

klinik maupun laboratorik menunjukkan bahwa DM merupakan suatu keadaan

yang heterogen baik sebab maupun macamnya. Pada tahun 1965 WHO dengan

Expert committee on Diabetes Mellitus nya mengeluarkan laporan yang berisi

klasifikasi pasien berdasarkan umur mulai diketahuinya penyakit. ADA (2005)


12

mengklasifikasikan DM dan intoleransi glukosa yang berhubungan sebagai

berikut:

Tabel 2.1
Klasifikasi Diabetes Mellitus dan Intoleransi Glukosa yang Berhubungan
Klasifikasi sekarang Klasifikasi Ciri-ciri klinik
sebelumnya
- Tipe 1 : diabetes - Diabetes - Awiton terjadi pada segala usia,
mellitus tergantung juvenillis tetapi pada usia muda yaitu<30
insulin (IDDM) - Juvenile tahun
- Merupakan 5%-10% onset - Biasanya bertubuh kurus pada
dari seluruh penderita diabetes saat diagnosis, dengan penurunan
diabetes - Diabetes berat yang baru saja terjadi
cenderung - Etiologi mencakup faktor genetik,
ketosis imunologi atau lingkungan
- Brittle misalkan virus
diabetes - Sering memiliki antibody sel
pulau langerhans
- Sering memiliki antibody
terhadap insulin sekalipun belum
belum pernah mendapatkan terapi
insulin
- Sedikit atau tidak mempunyai
insulin endogen
- Memerlukan insulin untuk
mempertahankan kelangsungan
hidup
- Cenderung mengalami ketosis jika
tidak memiliki insulin
- Komplikasi akut hiperglikemia :
ketoasidosis diabetik
- Tipe 2 : diabetes - Diabetes - Awaitan terjadi disegala usia,
insulin tidak awitan biasanya diatas 30 tahun
tergantung insulin dewasa - Biasanya bertubuh
(NIDDM) - Maturity gemuk(obesitas) pada saat
- Merupakan 90%-95% onset diagnosa
dari seluruh diabetes - Etiologi mencakup faktor
penyandang diabetes - Diabetes obesitas, herediter atau
- 80% mengalami resiten- lingkungan
obesitas dari tipe 2 ketosis - Tidak ada antibodysel pulau
- 20% mengalami non - Diabetes langerhans
obesitas dari tipe 2 stabil (stable - Penurunan produksi insulin
diabetes) endogen atau peningkatan
resistensi insulin
- Mayoritas penderita obesitas
13

dapat mengendalikan kadar


glukosa darahnya melalaui
penurunan berat badannya.
- Agen hipoglikemik oral dapat
memperbaiki kadar glukosa darah
bila modifikasi diet dan latihan
tidak berhasil
- Mungkin memerlukan insulin
dalam waktu yang pendek atau
panjang untuk mencegah
hiperglikemia
- Ketosis jarang terjadi, kecuali bila
dalam keadaan stres atau
menderita infeksi
- Komplikasi akut : sindrom
nonketotik
- Diabetes mellitus yang Diabetes - Disertai dengan keadaan yang
berkaitan dengan sekunder diketahui atau dicurigai dapat
keadaan atau sindrom menyebabkan penyakit seperti
lain pancreatitis, kelainan hormonal,
obat-obat seperti glukortikoid dan
preparat yang mengandung
estrogren penyandang diabetes
- Bergantung pada kemampuan
pankreas untuk menghasilkan
insulin, pasien mungkin
memerlukan terapi dengan obat
oral atau insulin
- Diabetes gestasional Diabetes - Awitan selama kehamilan,
gestasional biasanya terjadi pada trimestir
kedua atau ketiga
- Disebabkan oleh hormone yang
disekresikan plasenta dan
menghambat kerja insulin
- Risoko terjadinya komplikasi
perinatal diatas normal, khusunya
makrosomia yaitu bayi berukuran
besar
- Diatas dengan diet dan insulin
jika diperlukan untuk
mempertahankan secara ketat
kadar glukosa darah normal
- Terajadi pada sekitar 2%-5% dari
seluruh kehamilan
- Intoleransi glukosa dapat terjadi
sementara tetapi dapat kambuh
14

kembali pada kehamilan


berikutnya. 30%-40% akan
mengalami diabetes yang nyata
(diabetes tipe 2) dalam waktu 10
tahun khususnya jika obesitas
- Faktor risiko mencakup : obesitas,
usia diatas 30 tahun, riwayat
diabetes dalam keluarga pernah
melahirkan bayi yang besar atau
lebih dari 4.5 kg
- Pemeriksaan skrining / tas
toleransi glukosa harus dilakukan
pada semua wanita hamil dengan
usia kehamilan antara 24 hingga
28 minggu
- Toleransi glukosa - Diabetes - Kadar glukosa darah diantara
terganggu borderline kladar normal dan kadar diabetes
- Diabetes - Pada akhirnya 25% individu akan
laten menderita diabetes
- Diabetes - Kerentanan terhadap penyakit
kimia aterosklerosis diatas normal
- Diabetes - Komplikasi renal dan retina
subklinis biasanya tidak signifikan
- Diabetes - Dapat obesitas dan nonobesitas,
asimtomatis penderita obesitas harus
menurunkan berat badannya
- Harus menjalani pemeriksaan
skrining untuk diabetes secara
berkala
- Kelainan toleransi Diabetes - Metabolisme glukosa yang
glukosa yang terjadi laten terakhir normal
sebelumnya (PreAGT : pradiabetes - Ada riwayat hiperglikemia,
previous abnormally of misalnya selama hamil atau sakit
glukoce tolerance) - Pemeriksaan glukosa darah secara
periodik sesudah usia 40 tahun
jika terdapat riwayat diabetes
dalam keluarga atau jika
asimtomatik
- Menganjurkan berat badan yang
ideal karena penurunan 5-7. 5 kg
dapat memperbaiki pengendalian
glikemik
-Kelainan toleransi Pradiabetes - Tidak ada riwayat intoleransi
glukosa yang potensial glukosa
(PotAGT : potensial - Risiko mengalami diabetes
abnormality of glucose meningkat jika :
15

tolerance) 1. Riwayat dalam keluarga


positif
2. Obesitas
3. Ibu dengan berat bayi diatas
4.5kg pada saat dilahirkan
- Nasihat untuk pemeriksaan
skrining dan berat badan seperti
pada PreAGT

2.1.3 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,

berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,

faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes

Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat

diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45

tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram

atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat

badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas

berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm

pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, displidemi dan diet tidak

sehat.

Dalam Restyana Noor F (2015), faktor lain yang terkait dengan risiko

diabetes adalah penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom

metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah

puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler

seperti stroke, PJK, atau Peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,

faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein.
16

1. Obesitas (kegemukan)

Terdapat kolerasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada

derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabakan peningkatan

glukosa darah menjadi 200 mg %.

2. Hipertensi

Penignkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak

tepatnya penyimpan dan garam dan air, atau meningnya tekanan dari dalam

tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus

Seorang yang menderita DM diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa

bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot

dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.

4. Dislipedimia

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemah darah

(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin

dengan rendahnya HDL (<35mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.

5. Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah

> 45 tahun.

6. Faktor Genetik

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental. Penyakit

ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko


17

empiris dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali

lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

7. Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan

frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan

dengan peningkatan obesitas dan pengurangan aktivitas fisik, faktor-faktor

lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional ke

lingkungan kebarat-baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam

konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.

Alkohol akan mengganggu metabolisme gula darah dan meningkatkan

tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila

mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60 ml/hari yang setara dengan 100 ml

proof wiski, 240 ml wine.

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Tanda dan gejala diabetes mellitus menurut Smeltzer et al (2013) dan

Kowalak (2011) dalam Sari (2017), yaitu:

a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang

berlebih) yang disebabkan karena osmolalitaas serum yang tinggi akibat

kadar glukosa serum yang menigkat.

b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena

glukosuria yang menyebabkan keseimbangan kalori negatif.


18

c. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan

glukosa oleh sel menurun.

d. Kulit kering, esi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal

pada kulit.

e. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh

kadar glukosa intrasel yang rendah.

f. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang lebih akibat

ketidakseimbangan elektrolit.

g. Gangguan pengkihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan

karena pembekakan akibat glukosa.

h. Sensasi kesemutan jatau kebas ditangan dan kaki yang sisebabkan

kerusakan jaringan saraf

i. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena

neuropati otonom yang menimbulkan konstipasi

j. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit serta neuropati otonom.

2.1.5 Diagnosis Diabetes Mellitus

Menurut Perkeni (2015), diagnosis Diabetes Melitus harus didasarkan atas

pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar

adanya glukosuria saja. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa

dengan bahan darah plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan

dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.


19

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang Diabetes Melitus.

Kecurigaan adanya Diabetes Melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan

seperti keluhan klasik dan keluhan lain. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

adalah :

a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak

ada asupan kalori minimal 8 jam. Atau

b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa

Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. Atau

c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik.

Atau d. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program

(NGSP).

2.1.6 Komplikasi Diabetes Mellitus

Ernawati (2019), komplikasi diabetes mellitus terdiri dari :

a. Komplikasi Akut

1. Hipoglikemia : komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan

gawat darurat yang dapat terjadi pada perjalanan DM. Glukosa

merupakan bahan bakar utama untuk melakukan metabolisme di

otak. Sehingga kadar glukosa darah harus selalu dipertahakan

diatas kadar kritis, yang merupakan salah satu fungsi sistem

pengatur glukosa darah. Bila glukosa darah turun terlalu rendah

dalam batas 20-50 mg/100 ml lebih dari beberapa menit, timbul


20

gejala syok hipoglikemik, ditandai oleh iritabilitas progresif yang

menyebabkan pingsan, kejang dan koma. Pada individu normal

yang sehat, tubuh mampu menjaga kadar gula darah dalam batas

normal karena mampu melakukan mekanisme yang sangat peka

dan terelaborasi serta mekanisme homeosttasis glukosa endogen

berfungsi dengan efektif. Dalam keadaan puasa dan makan,

istirahat dan aktivitas jasmani, masuknya glukosa ke sirkulasi serta

ambilan dari sirkulasi sangat bervariasi.

2. Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi

kekacauan metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia,

asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi ionsulin

absolut atau relatif. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan

penangan yang tepat karena merupakan ancaman kematian bagi

diabetisi.

b. Komplikasi Kronis

1. Komplikasi Makrovaskuler

a. Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung

koroner merupakan salah satu komplikas makrovaskuler yang

sering terjadi pada penderita DM tipe 2. Proses terjadinya

penyakit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh

kontrol glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang

disertai dengan hipertensi, resistensi insulin, hiperinsulinemia,


21

hiperamilinemia, dislipedemia, gangguan sistem koagulas dan

hiperhomosisteinemeia.

b. Penyakit serebrovaskuler pasien DM memiliki kesamaan

dengan pasien non DM, namun pasien DM memiliki

kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit

kardiovaskuler. Pasien yang mengalami perubahan

eterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau

pembentukan emboli ditempat lain dalam sistem pembuluh

darah sering terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam

pembuluh darah serebral.keadaan diatas dapat mengakibatkan

serangan iskemia (TIA = Transient Ishemic Attack). Gejala

penyakit serebrovaskuler memiliki kemiripan dengan gejala

hipoglikemia seperti pusing, vertigo, gangguan penglihatan,

bicara pelo dan kelemahan. Pemerikasaan gula darah penting

dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan secara luas untuk

meyakinkan bahwa keluahan yang dialami memang

diakibatkan gangguan serebrovaskuler bukan karena

komplikasi akut DM seperti hipoglikemia.

c. Penyakit vaskuler periver, pasien DM beresiko mengalami

penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali lipat

dibandingkan pasien non DM. Hal ini disebabkan pasien DM

cenderung mengalami perubahan aterosklerotik dalam

pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah. Pasien dengan


22

gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya

denyut nadi perifer dan klaudikasio intermiten (nyeri pada

pantat atau betis ketikan berjalan). Penyakit oklusif arteri yang

parah pada ekstremitas bawah merupakan penyebab utama

terjadinya ganggren yang dapat berakibat amputasi pada pasien

DM.

2. Komplikasi Mikrovaskuler

a. Renitopatik diabetik, retina merupakan bagian dari mata yang

berfungsi menerima bayangan dan mengirimkan informasi

bayangan ke otak, retina mempunyai banyak pembuluh darah

seperti pembuluh darah arteri, vena kecil, arteriol, venula dan

kapiler. Retinopatik diabetik merupakan kelainan patologis

mata yang disebabkan perubahan dalam pembuluh darah kecil

pada retina mata.

b. Komplikas oftalmologi yang lain, katarak terjadi peningkatan

opasitas lensa mata pada penderita DM sehingga katarak terjadi

pada usia yang lebih muda dibandingkan pasien non DM.

sedangkan perubahan lensa mata mengalami pembekakan

ketika kadar gula darah naik. Pengendalian kadar gula darah

membutuhkan waktu hingga sampai dua bulan hingga

pembekakan lensa mata mereda dan penglihatan menjadi stabil

kembali. Berddasarkan hal itu, pasien dianjurkan menunggu


23

waktu dua bulan sampai kadar gula darahnya stabil jika ingin

mengganti ukuran kaca matanya.

c. Nefropati diabtik merupakan sindrom klinis pada pasien DM

yang ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam)

pada minimal dua kali pemeriksaan dalam waktu tiga hingga

enam bulan. Penyandang DM tipe 1 sering memperlihatkan

tanda-tanda penyakit renal setelah 15 hingga 20 tahun

kemudian, sedangkan penderita DM tipe 2 dapat menderita

penyakit renal setelah menderita 10 tahun kemudian.

2.2 Lansia

2.2.1 Defenisi Lansia

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lanjut usia

adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas

(Pemenkes RI, 2016).

2.2.2 Klasifikasi Lansia

Menurut Riskesdas (2013), pengelompokkan lansia dibedakan menjadi:

Pra lansia yaitu seseorang berusia antara 45-59 tahun (masa persiapan usia lanjut

yang menampakkan kematangan jiwa); Lansia ialah seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih; Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan; Lansia potensial adalah lansia yang masih
24

mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa ;

Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada orang lain.

Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 dalam

Jazmi (2016), ada beberapa batasan umur Lansia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

b. Usia lanjut (fiderly): 60-74 tahun

c. Lansia tua (old): 75-90 tahun

d. Lansia sangat tua (very old): > 90 tahun

Menurut Pemenkes RI (2016), lansia dibedakan menjadi : Lanjut usia

berkualitas adalah lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif. Lanjut usia

sehat adalah lanjut usia yang tidak menderita penyakit atau walaupun menderita

penyakit tetapi dalam kondisi yang terkontrol; Lanjut usia mandiri adalah lanjut

usia yang memiliki kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari secara

mandiri; Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu bergerak dan

melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan beraktifitas dalam

kehidupan sosialnya seperti mengikuti pengajian, arisan, mengajar dan

sebagainya; Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan

untuk berdaya guna bagi dirinya dan atau orang lain.

2.2.3 Proses Perubahan Fisiologis Pada Lansia

Proses perubahan fisiologis pada lanjut usia ditandai dengan: Pengurangan

massa otot dan bertambahnya massa lemak, dapat menurunkan jumlah cairan
25

tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-

garis yang menetap. Lanjut usia terlihat kurus; Gangguan indera perasa,

penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan menurun.

Menurut Kemenkes RI (2013) dengan bertambahnya umur, fungsi

fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah

degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi

penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi,

stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan penyakit

menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia dan hepatitis.

Penyakit tidak menular adalah penyakit degeneratif karena berhubungan

dengan proses degenerasi (ketuaan). Selain itu penyakit tidak menular disebut

juga new communicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya

hidup dimana gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan

komunikasi global.

Berhubungan dengan pola makan pada lansia, penyakit degeneratif pada

lansia dapat menyebabkan nafsu makan dan kemampuan penyerapan zat- zat gizi

juga menurun terutama lemak dan kalsium. Menurunnya sekresi air ludah

mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan makanan. Pada lambung,

faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B 12 berkurang, sehingga

dapat menyebabkan anemia; Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan

pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri perut dan susah buang air

besar. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir;
26

Penurunan kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk makan;

Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka

pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutkan sesuatu yang

dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari disebut

dengan demensia/pikun; Kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah

besar juga berkurang, sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu

pengeluaran urine diluar kesadaran (incontinensia urine) menyebabkan lanjut usia

sering mengurangi minum, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

2.2.4 Masalah Gizi Lansia

Masalah gizi lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi yang

disebabakan oleh penyakit degeneratif (penyakit yang disebabkan karena

penuaan) seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout

rematik, ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain.

Proses penuaan dapat dilihat secara fisik dengan adanya perubahan yang

terjadi pada tubuh serta penurunan fungsi pada berbagai organ tubuh. Perubahan

biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada lansia. Masalah gizi lansia yang

dialami yaitu:

1. Gizi lebih

Gizi lebih (overweight) pada lansia umumnya disebabkan oleh kurangnya

aktifitas fisik dan kebiasaan makan yang salah pada waktu muda. Gizi

lebih merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit degeneratif seperti

penyakit jantung, diabetes mellitus dan hipertensi.


27

2. Gizi kurang seringkali disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi

serta gangguan penyakit yang diderita. Apabila asupan zat gizi terutama

energi dan protein kurang dari kebutuhan makan dapat menyebabkan berat

badan kurang dari normal, terjadinya kerusakan sel-sel tubuh dan

penurunan daya tahan tubuh serta rentan terkena infeksi.

3. Kekurangan vitamin dan mineral

Jika konsumsi makanan sumber vitamin dan mineralnya khususnya buah

dan sayuran kurang maka akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan

menurun, kulit kering, lesu dan tidak semangat. Pemenuhan kebutuhan

gizi yang baik dapat mencegah timbulnya masalah-masalah gizi serta

membantu dalam proses adaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-

perubahan yang dialami lansia.

2.3 Kadar Gula Darah

2.3.1 Defenisi Kadar Gula Darah

Kadar gula (glukosa) darah adalah kadar gula yang terdapat dalam darah

yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di

hati dan otot rangka. Kadar gula darah tersebut merupakan sumber energi utama

bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Seseorang mengalami Diabetes Melitus dapat

ditandai apabila kadar glukosa darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan

kadar glukosa darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl.
28

2.3.2 Jenis-Jenis Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Menurut American Diabetes Association 2010 terdapat 3 macam

pemeriksaan gula darah, yaitu:

1. Glukosa darah sewaktu

Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

2. Kadar glukosa darah puasa

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan pada pasien yang puasa

(tidak mendapat kalori sedikitnya 8 jam). Menurut IDF, ADA, dan

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) telah sepakat bahwa

apabila kadar gula darah pada saat puasa di atas 7,0 mmol/dl (126 mg/dl)

dan 2 jam sesudah makan di atas 11,1mmol/dl (200 mg/dl) maka

seseorang diagnosis mengalami Diabetes Melitus.

3. Kadar glukosa darah 2 jam PP (2 jam setelah makan)

Tes toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO,

menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus

yang dilarutkan ke dalam air.

2.3.3 Pengolahan Kadar Gula Darah

Menurut Perkeni (2015), kadar gula darah dapat dikelola dengan cara :

a. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan

sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
29

penting dari pengelolaan Diabetes Melitus secara holistik . Materi edukasi

terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat

lanjutan. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Primer yang meliputi: materi tentang perjalanan penyakit,

makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan Diabetes Melitus

secara berkelanjutan, penyulit dan risikonya, intervensi non-farmakologis

dan farmakologis serta target pengobatan, interaksi antara asupan

makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau insulin serta

obat-obatan lain, cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil

glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah

mandiri tidak tersedia), mengenal gejala dan penanganan awal

hipoglikemia, pentingnya latihan jasmani yang teratur, pentingnya

perawatan kaki, cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di pelayanan kesehatan

sekunder dan/ atau tersier, yang meliputi: mengenal dan mencegah

penyulit akut Diabetes Melitus, pengetahuan mengenai penyulit menahun

Diabetes Melitus, penatalaksanaan Diabetes Melitus selama menderita

penyakit lain, rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi),

kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit), hasil

penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang

Diabetes Melitus, pemeliharaan/perawatan kaki.


30

b. Terapi nutrisi medis (TNM)

TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan Diabetes

Melitus secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan

secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan

yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi

TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang

Diabetes Melitus.

c. Latihan jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan

Diabetes Melitus apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani

sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-

5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit

perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan

jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan untuk

menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari

bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu

aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga

dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang

dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas

sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda

santai, jogging, dan berenang.


31

d. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan

dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari

obat oral dan bentuk suntikan. Obat antihiperglikemia oral berdasarkan

cara kerjanya, dibagi menjadi 5 golongan: Pemacu Sekresi Insulin

(surfonilurea, glinid); Peningkat sensitivitas terhadap insulin (metformin,

tiazolidindion (TZD); Penghambat absorbs glukosa di saluran pencernaan

(penghambat alfa glukosidase); Penghambat DPP-IV; Penghambat SGLT-

2. Obat antihiperglikemia suntik (insulin, agonis GLP-1/incretin mimetic.

2.3.4 Pengendalian Kadar Gula Darah

Pemantauan status metabolik penderita diabetes mellitus merupakan salah

satu bagian dari pengelolahan diabetes mellitus. Pengendalian kadar gula darah

adalah menjaga kadar glukosa darah agar sedapat mungkin mendekati normal.

Kriteria pengendalian kadar gula darah berdasarkan Perkeni tahun 2006 dibedakan

menjadi 3 yaitu : baik (80-≤100 mg/dl, sedang (100- 125 mg/dl)dan buruk (≥126

mg/dl). Penggunaan kadar glukosa darah puasa sebagai indikator pengendalian

kadar glukosa darah sering dijumpai dalam praktik pelayanan kesehatan pada

pasien Diabetes Melitus yang tidak tergantung insulin. Selain itu, kadar glukosa

darah puasa memiliki korelasi dengan kadar HbA1C. Pengendalian Diabetes

Mellitus yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita dan mencegah timbulnya komplikasi di kemudian hari. Pengendalian

Diabetes Mellitus yang baik dapat dicapai dengan melakukan evaluasi kesehatan
32

secara berkala diantaranya dengan melakukan pemeriksaan kadar glukosa (gula)

darah puasa dan glukosa 2 jam PP, serta melakukan pemeriksaan HbA1c

(Kirwanto, 2013).

Hasil dari Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan

bahwa pengendalian Diabetes Melitus yang baik dapat mengurangi komplikasi

kronik Diabetes Melitus antara 20–30%. Bila diremehkan, komplikasi penyakit

Diabetes Melitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh. Dapat menyebabkan

kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ,

ginjal, jantung, saraf dan pembuluh darah lainnya. Karena itu Diabetes Melitus

juga dikenal sebagai “Mother of Disease” karena merupakan induk atau ibu dari

penyakit-penyakit lainnya seperti hipertensi, pembuluh darah, jantung, stroke,

gagal ginjal dan kebutaan (Nurlaili dkk, 2013).

2.3.5 Kriteria Pengendalian Kadar Gula Darah

Tabel 2.2
Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus
Parameter Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa 80-109 110-125 >126
(mg/dl)
Glukosa darah 2 jam 110-144 145-179 >180
PP (mg/dl)
HbA1c (%) <6,5 6,5-8 >8
Kolesterol LDL (mg/dl) <100 100-129 >130
Kolesterol HDL >45
(mg/dl)
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Trigliserida (mg/dl) <150 150-199 >200
IMT (kg/m ) 18,5-22,9 23-25 >25
33

Tekanan darah (mmHg) <130/80 40/90 >140/90


Sumber : Dalam Konsensus Perkeni, 2006.

Dalam penelitian ini kriteria pengendalian kadar gula darah dinilai dengan

pengukuran kadar gula darah 2 jam PP (mg/dl).

2.4 Gizi Diabetes Mellitus

2.4.1 Kebutuhan Zat Gizi

a. Protein

Kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes berkisar antara 10-

15% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0.8 g/kg BB perhari

atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang

dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi tinggi (semua protein hewani,

kacang kedelai dan kacang-kacang lain). Penderita DM dengan

pembatasan protein perlu penambahan suplementasi asam amino esensial

(Perkeni, 2006, Almatsier, 2004).

b. Total lemak

Lemak sangat penting untuk membawa vitamin yang larut dalam

lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. berdasarkan ikatan rantai karbonnya

lemak dikelompokkan menjadi lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Lemak

nabati mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh, yang

menyebabkan titik cair yang lebih rendah, dan dalam suhu kabar

berbentuk cair disebut minyak. Pembatasan asupan lemak jenuh dan

kolestrol sangat dianjurkan karena sudah terbukti dapat memperbaiki

profil lipit yang tidak normal.


34

Asupan lemak dianjurkan <10% energi dari lemak jenuh dan tidak

lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya

yaitu 60-70% energi dari lemak tidak jenuh tunggal dan karbohidrat

(Soebardi & Yuniar, 2006)

1. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah

maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari

2. Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh

diturunkan sampai maksimal 7% dari total kalori perhari.

3. Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kolesterol LDL ≥

100 mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200

mg per hari.

4. Batasi asupan asam lemak bentuk trans

5. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan

asam lemak tidak jenuh rantai panjang

6. Konsumsi asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10%

dari asupan kalori per hari.

c. Karbohidrat dan pemanis

Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang DM di Indonesia

adalah 60-70 % energi

d. Serat (Dietary Fiber)

Serat adalah bagian dari karbohidrat yang tidak dapat dicerna.

Kelompok ini banyak terdapat pada buah, sayuran, padi-padian dan

produksi sereal. Rekomendasi asupan serat untuk penderita DM sama


35

dengan orang yang tidak menderita DM yaitu dianjurkan mengkonsumsi

20-35 gram serat dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia

anjurannya adalah kira-kira 25 gram/hari denagn mengutamakan serat

larut. Serat makanan terbagi dua yaitu:

1. Serat larut (Soluble Fiber)

2. Serat tidak larut (Insoluble Fiber)

e. Mikronutrien : vitamin dan mineral

Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah

suplementasi vitamin dan mineral.

Kehilangan vitamin dapat dicegah dengan cara :

1. Menggunakan suhu tidak terlalu tinggi

2. Waktu memasak tidak terlalu lama

3. Menggunakan air pemasak sesedikit mungkin

4. Memotong dengan pisau tajam dengan menjadi potongan tidak

terlalu halus

5. Panci memasak ditutup

6. Sisa air perebus digunakan untuk masakan lain

2.4.2 Pemilihan Jenis Makanan

Komposisi makanan yang dianjurkan bagi penderita Diabetes Mellitus

(Perkeni, 2015) terdiri dari :

a. Karbohidrat : Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan

energi terutama karbohidrat yang berserat tinggi, pembatasan karbohidrat


36

total <130g/hari tidak dianjurkan, glukosa dalam bumbu diperbolehkan

sehingga penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan

keluarga yang lain, sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi,

pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak

melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI),

dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan

selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan

kalori sehari.

b. Lemak : Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan

tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi, komposisi yang

dianjurkan: lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda

< 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang

perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak

trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream. Konsumsi

kolesterol dianjurkan < 200mg/hari.

c. Protein : Kebutuhan protein sebesar 10–20% total asupan energi. Sumber

protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam

tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.

d. Natrium : Anjuran asupan natrium untuk penyandang Diabetes Melitus

sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari, penyandang DM yang

juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan natrium secara

individual. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,

dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit.


37

e. Serat : Penyandang Diabetes Melitus dianjurkan mengonsumsi serat dari

kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi

serat. Anjuran konsumsi serat adalah 20-35gram/hari yang berasal dari

berbagai sumber bahan makanan.

f. Pemanis Alternatif : aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman

(Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi

pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Pemanis berkalori perlu

diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori,

seperti glukosa alcohol dan fruktosa. Glukosa alkohol antara lain isomalt,

lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol. Fruktosa tidak dianjurkan

digunakan pada penyandang Diabetes Melitus karena dapat meningkatkan

kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah

dan sayuran yang mengandung fruktosa alami. Pemanis tak berkalori

termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, neotame.

2.4.3 Kebutuhan Kalori

Beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

penyandang Diabetes Melitus antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan

kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kg BB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut

ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu:jenis kelamin,

umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Faktor-faktor yang menentukan

kebutuhan kalori antara lain:


38

a. Jenis Kelamin; Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan sebesar

25 kal/kg BB sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB.

b. Umur; Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk

setiap dekade antara 40 dan 59 tahun. Pasien usia diantara 60 dan 69

tahun, dikurangi 10%. Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.

c. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan; Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai

dengan intensitas aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10% dari

kebutuhan basal diberikan pada keadaan istirahat. Penambahan sejumlah

20% pada pasien dengan aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah

tangga. Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang: pegawai

industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang. Penambahan

sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani, buruh, atlet, militer dalam

keadaan latihan. Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat:

tukang becak, tukang gali.

d. Stres Metabolik ; Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress

metabolik (sepsis, operasi, trauma).

e. Berat Badan; Penyandang Diabetes Melitus yang gemuk, kebutuhan kalori

dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.

Penyandang Diabetes Melitus kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar

20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Jumlah kalori

yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk wanita dan

1200-1600 kal per hari untuk pria.


39

2.4.4 Pengaturan Jadwal Makan

Penderita Diabetes Melitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama

dan 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Jadwal makan standar

untuk penderita Diabetes Melitus yaitu :

Tabel 2.2
Jadwal Makan Standart Untuk Penderita Diabetes Mellitus
Jenis Makanan Waktu Total Kalori
Makan pagi 07.00 20%
10.00 10%
Selingan
Makan siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan sore/malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber : Waspadji, 2007.

2.5 Konsultasi Gizi

2.5.1 Defenisi Konsultasi Gizi

Salah satu pelayanan gizi yang sangat penting adalah konsultasi gizi,

karena setiap orang mempunyai masalah gizi yang berbeda-beda. Persatuan Ahli

Gizi Indonesia (Persaji), 2010 mendefinisikan bahwa konseling gizi adalah

serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah untuk menanamkan dan

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga membantu klien

mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman

(Supariasa, 2013).

Kegiatan konseling merupakan salah satu upaya meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan individu dan keluarga tentang gizi dengan suatu

bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi. Setelah melakukan


40

konseling, diharapkan individu dan keluarga mampu mengambil langkah-langkah

untuk mengatasi masalah gizinya termasuk perubahan pola makan serta

memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat (Cornelia dkk,

2016).

2.5.2 Tujuan Konsultasi Gizi

Menurut Supariasa, (2013) tujuan konsultasi dan konseling gizi adalah:

membantu klien dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi,

sehingga status gizi dan kesehatan klien menjadi lebih baik. Perilaku yang diubah

meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan di bidang gizi. Perilaku

negatif di bidang gizi, diubah menjadi perilaku positif. Perilaku negatif di bidang

gizi antara lain, tidak membiasakan sarapan pagi, tidak menerapkan gizi seimbang

dalam menu sehari-hari, makan tidak sesuai jadwal, tidak makan dari beragam

makanan dan beberapa pantangan yang merugikan gizi.

2.5.3 Manfaat Konsultasi Gizi

Menurut Persaji (2010) dalam Supariasa (2013) manfaat konsultasi gizi

adalah: membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi yang

dihadapi; membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah; membantu

klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai bagi klien;

membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien.


41

2.5.4 Sasaran Konsultasi Gizi

Menurut Persaji (2010) dalam Supariasa (2013) menyatakan bahwa

sasaran konsultasi gizi adalah klien yang mempunyai masalah kesehatan yang

terkait gizi yang sedang menjalani pengobatan di pelayanan kesehatan; klien yang

ingin melakukan tindakan pencegahan; klien yang ingin mempertahankan dan

mencapai status gizi yang lebih baik.

2.5.5 Tempat dan Waktu Konsultasi Gizi

Menurut Cornelia dkk, (2016) konsultasi dapat dilakukan dimana saja

seperti di rumah sakit, posyandu, poliklinik, puskesmas, dan atau melalui

kunjungan rumah klien. Adapun tempat yang baik untuk melakukan konsultasi

adalah lingkungan yang aman, nyaman, dan tenang; ada tempat atau meja untuk

mendemonstrasikan materi konsultasi; ruangan memiliki cukup cahaya dan

sirkulasi udara. Waktu untuk melakukan konsultasi yaitu 30-60 menit, 30 menit

pertama untuk menggali data dan selebihnya untuk diskusi serta pemecahan

masalah gizi.

2.5.6 Langkah-langkah Konsultasi Gizi

Menurut Cornelia dkk, (2016) langkah-langkah konseling gizi adalah

sebagai berikut; Membangun dasar-dasar konseling, dilakukan dengan

memberikan salam, perkenalan diri, mengenal klien, membangun hubungan,

memahami tujuan konsultasi, serta menjelaskan tujuan dan proses konsultasi;

Menggali Permasalahan yaitu mengumpulkan data dan fakta dari semua aspek
42

dengan melakukan pengkajian gizi menggunakan data antropometri, biokimia,

klinis dan fisik, riwayat makan, serta personal; Menegakkan diagnosa gizi dengan

melakukan identifikasi masalah, penyebab dan tanda/gejala yang disimpulkan dari

pengkajian; Intervensi gizi dengan memilih rencana alternatif upaya perubahan

perilaku diet yang dapat diimplementasikan, memperoleh komitmen untuk

melaksanakan perlakuan diet khusus serta membuat rencana yang realistis dan

dapat diterapkan, menjelaskan tujuan, prinsip diet, dan ukuran porsi makan;

Monitoring dan Evaluasi dengan mengulangi dan tanyakan kembali apakah

kesimpulan dari konseling dapat dimengerti oleh klien, pada kunjungan

berikutnya, lihat proses dan dampaknya; Mengakhiri Konsultasi (terminasi)

berupa akhir dari sesi konseling (satu kali pertemuan), akhir suatu proses

konseling (beberapa kali pertemuan).

2.5.7 Konsultasi Gizi untuk Diet Diabetes Mellitus

Menurut Cornelia dkk, (2016) adapun tahapan proses dalam melakukan

konseling gizi pada Diabetes Melitus adalah sebagai berikut; membangun dasar-

dasar konseling dengan konsultan mengucapkan salam dan selanjutnya

memperkenalkan diri, selanjutnya konsultan meminta data laboratorium (kadar

gula darah), menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi Diabetes Melitus;

melakukan pengkajian gizi dengan melakukan pengukuran berat badan, tinggi

badan, dan lingkar pinggang, mengkaji data laboratorium seperti kadar gula darah

puasa, kadar gula 2 jam PP, kadar gula darah sewaktu, HbA1c; mengkaji keluhan

data klinis berupa hipoglikemi, hiperglikemi, dan infeksi; mengidentifikasi


43

riwayat makan dengan metode food recall; mengkaji data riwayat personal

meliputi adanya riwayat keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Menentukan

diagnosis gizi berupa domain intake yaitu kelebihan asupan energi, karbohidrat,

dan lemak berkaitan dengan ketidaksiapan melakukan perubahan diet, pemilihan

bahan makanan, jadwal makan. Domain klinis berupa perubahan nilai

laboratorium gula darah (puasa dan 2 jam postprandial) dan HbA1c. Domain

lingkungan berupa pemilihan makanan yang berkaitan dengan kurangnya

pengetahuan tentang makanan yang seimbang; Melakukan intervensi gizi dengan

menyusun rencana intervensi berupa menetapkan tujuan diet berdasarkan masalah

klien menentukan jenis makanan, jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan

yang sesuai, selanjutnya memperoleh komitmen menjalani diet; monitoring dan

evaluasi pada kunjungan berikutnya dengan mengkaji perubahan kadar gula

darah, perubahan pola makan (jenis, jumlah, jadwal); Mengakhiri konsultasi gizi

dengan mengingatkan tentang waktu kunjungan selanjutnya.

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Independen Dependen

Pengendalian Gula Darah


Konsultasi Gizi
-Baik
-baik
-Sedang
-kurang baik
-buruk
Gambar. 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
44

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah ada hubungan antara konsultasi gizi dengan pengendalian gula darah pada

lansia penderita diabetes mellitus di UPT Puskesmas Petumbukan Kecamatan

Galang Kabupaten Deli Serdang tahun 2019.


4
5

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan

antara konsultasi gizi dengan pengendalian gula darah pada lansia penderita

diabetes mellitus di UPT Puskesmas Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten

Deli Serdang tahun 2019.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Februari 2020 sampai dengan

bulan April 2020.

3.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja UPT Puskesmas

Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam

45
46

penelitian ini adalah lansia penderita diabetes mellitus yang menjalani

pemeriksaan di Puskesmas Petumbukan. Berdasarkan data rekapan pasien

diabetes melitus Puskesmas Petumbukan tahun 2018 jumlah rata-rata pasien yang

melakukan pemeriksaan diabetes mellitus adalah 151 orang setiap bulan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian unsur populasi untuk dijadikan objek penelitian

(Arikunto, 2010). Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini adalah 60 orang lansia

Perhitungan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus :

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data pasien penderita diabetes mellitus diperoleh dari

hasil wawancara langsung dengan menggunakan lembaran kuesioner.


47

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari UPT Puskesmas Petumbukan Kecamatan

Galang berupa data jumlah lansia penderita diabetes mellitus dan data-data

lainnya yang bekaitan dengan penelitian ini.

3.5 Defenisi Operasional

a. Konsultasi gizi adalah salah satu kegiatan komunikasi dua arah dengan

menggali, mengidentifikasi masalah, memilih rencana alternatif upaya

perubahan perilaku responden dalam melakukan pencegahan kadar gula

darah.

b. Pengendalian gula darah adalah salah satu tindakan dalam menjaga kadar

gula darah agar kadar gula darah tetap normal (<200).

3.6 Etika Penelitian

Penelitian kesehatan pada umumnya menggunakan manusia sebagai objek

yang diteliti, dan sisi yang lain menusia sebagai peneliti yang melakukan

penelitian. Hal ini berarti ada hubungan timbal-balik antara orang sebagai peneliti

dengan yang diteliti. Status hubungan antara yang diteliti dengan peneliti dalam

konteks ini adalah masing-masing pihak yang mempunyai hak dan kewajibannya.

Hak-hak dan kewajibannya ini harus diakui dan dihargai oleh masing-masing

pihak tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti atau objek sasaran adalah

sebagai hubungan antara mereka yang memberikan (peneliti) Informasi dengan


48

yang memberikan (responden) informasi. Sebagai seorang peneliti harus lebih

menempatkan diri pada tempatnya dimana peneliti harus lebih rendah hati dan

lebih bersabar menghadapi respondennya. Selain itu, peneliti juga harus bersikap

sopan, memahami responden dan mampu bersikap profesional sebagaimana

seorang peneliti yang seharusnya. Kemudian, peneliti sebelum melakukan

pengambilan data terhadap responden, peneliti terlebih dahulu menanyakan

kesediaan atau persetujuan dari responden dan menjelaskan tentang sebab dan

akibat tentang penelitian ini kepada responden. Apabila responden tidak bersedia

memberikan informasi, maka itu adalah hak mereka, dan peneliti tidak

melanjutkan pengambilan data atau wawancara (Notoatmodjo, 2010).

3.7 Aspek Pengukuran

a. Konsultasi gizi diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10

pertanyaan dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak. Apabila responden

menjawab Ya maka diberi skor 1 dan jika responden jawab Tidak maka

diberi skor 0. Nilai maksimum dalam variabel ini adalah 10 dan nilai

minimum 0. Pengukuran konsultasi gizi dapat dibedakan menjadi dua

kategori, yaitu :

1. Kurang baik, jika skor 0-5

2. Baik, jika skor 6-10.

b. Pengendalian kadar gula darah dapat diukur dengan menggunakan alat

(Easy Touch). Pengendalian kadar gula darah dapat dibedakan menjadi

tiga kategori, yaitu:


49

1. Baik (80 - ≤ 100 mg/dl)

2. Sedang ( 100 – 125 mg/dl)

3. Buruk ( ≥ 126 mg/dl)

3.8 Pengolahan Data

1. Editing

Pemeriksaan data yang telah dikumpulkan utnuk menyesuaikan

terhadap apa yang seharusnya, baik pengisian kuesioner maupun terhadap

ukuran-ukuran dan kejelasan yang harus dilakukan sedini mungkin.

2. Coding

Memberi kode pada jawaban-jawaban responden atau ukuran-

ukuran yang diperoleh dari inti analisis sesuai dengan rancangan awal.

3. Scoring

Menghitung skor yang diperoleh setiap responden berdasarkan

jawaban atas pernyataan yang diajukan.

4. Tabulating

Proses yang akan dilakukan untuk menghitung setiap variabel

berdasarkan kategori-kategori yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai

dengan tujuan penelitian.


50

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari

dari hasil penelitian. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase

dari setiap variabel (Notoadmojo, 2008).

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisa data menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat

kemaknaan. Menguji penerimaan atau penolakan hipotesis penelitan ini maka

dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, nilai probabilitas p < 0,05, maka tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen sedangkan Ho diterima atau ditolak, nilai

probabilitas p > 0,05, maka ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen (Notoadmojo, 2008).


5
1

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Pada awalnya kecamatan galang memiliki 29 desa dan 1 puskesmas,


seiring berjalannya waktu pelayanan kesehatan tidak merata dikarenakan
karena desa yang jauh dan sejala dengan perkembangan pembangunan
wilayah maka pada tahun 1987 dibangunlah puskesmas petumbukan yang
mencakup 14 desa, yaitu : Desa Petumbukan,Desa Tj Siporkis,Desa Paya
Kuda,Desa Kelapa 1,Desa Juhar Baru,Kotasan,Batu
Lokong,Petangguhan,Nogo Rejo,Pisang Pala,Tj Gusti,Tanah Merah,Paya
Itik,Paya Sampir,Sehingga Kecamatan Galang Memiliki 2
Puskesmas,Puskesmas Galang 15 Desa Dan Puskesmas Petumbukan Dengan
14 Desa,56 Dusun,Dengan Luas Wilayah 34,66 Km.keadaan tanah mendatar
dan jarak ke ibukota kabupaten adalah 18,0 Km. Keadaan Alam/Topografi
Dengan keadaan alam yang terletak pada 30 s/d 40 m dari permukaan

laut dan beriklim panas dan sedang,serta di pengaruhi iklim musim

penghujan.Terletak di antara 02 57 s/d 03 16 Lintang Utara,98 33 s/d 99

27 Bujur Timur dengan kemiringan sedang.

4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

4.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 28 46.7
2 Perempuan 32 53.3
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat

sebanyak 32 responden (53.5%) perempuan dan sebanyak 28 responden (46.7%)

laki-laki.

51
52

4.2.6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 60-64 Tahun 32 53.3
2 65-69 Tahun 23 38.3
3 70+ Tahun 5 8.3
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat

sebanyak 32 responden (53.3%) yang berumur 60-64, sebanyak 23 responden

(38.3%) yang berumur 65-69 tahun, sebanyak 5 responden (8.3%) yang berumur

70+ tahun.

4.2.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Belum Sekolah 29 48.3
2 SD 19 31.7
3 SMP 9 15.0
4 SMA/Sederajat 3 5.0
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat

sebanyak 29 responden (48.3%) belum sekolah, dan sebanyak 19 responden

(31.7%) yang pendidikan SD, dan sebanyak 9 responden (15.0%) yang

pendidikan SMP, dan sebanyak 3 responden (5.0%) SMA/Sederajat.


53

4.2.8 Distribusi Frekuensi Responden lama menderita diabetes mellitus


Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Lama menderita Frekuensi Persentase (%)
1 ≤ 2 tahun 4 6.7
2 ≥ 2 tahun 56 93.3
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat

sebanyak 4 responden (6.7%) yang ≤ 2 tahun , sebanyak 56 responden (93.3%)

yang ≥ 2 tahun .

4.3 Distibusi Frekuensi Responden Berdasarkan hubungan konsultasi gizi


Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan konsultasi gizi
No Konsultasi Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang Baik 43 71.7
2 Baik 17 28.3
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat

sebanyak 43 responden (71.7%) kurang baik dalam melakukan konsultasi gizi dan

sebanyak 17 responden (28.3%) yang baik dalam melakukan konsultasi gizi.

4.4 Distibusi Frekuensi Responden Berdasarkan kadar gula


Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan gula darah
No Kadar gula Frekuensi Persentase (%)
1 Sedang (100 -125 mg/dl) 13 21.7
2 Buruk (126⁺ mg/dl 47 78.3
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat

sebanyak 13 responden (21.7%) memiliki gula darah sedang atau normal, dan

sebanyak 47 responden (78.3%) memiliki gula darah buruk.


54
4.5 Hubungan Konseling Gizi dengan Pengendalian Kadar Gula Darah

Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus di UPT. Puskesmas

Petumbukan Kecamatan Galang Tahun 2020

Tabel 4.7
Hubungan Konseling Gizi dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus di UPT. Puskesmas
Petumbukan Kecamatan Galang Tahun 2020
Pengendalian Kadar Gula Darah
Konsultasi Gizi Sedang Buruk Total Prob.
f % F % f %
Kurang Baik 5 11,6 38 88,4 43 100,0
Baik 8 47,1 9 52,9 17 100,0 0.005
Total 13 21,7 47 78,3 60 100,0
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden dengan

konsultasi gizi kurang baik terdapat sebanyak 5 orang (11,6%) dengan kadar gula

sedang dan sebanyak 38 orang (88,4%) dengan kadar gula darah buruk.

Sedangkan dari 17 responden dengan konsultasi gizi terdapat sebanyak 8 orang

(47,1%) kadar gula darah rendah dan sebanyak 9 orang (52,9%) kadar gula darah

buruk.

Berdasaekan uji chi square didapatkan nilai p value (0,005) < α(0,05).

Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada hubungan antara konsultasi

gizi dengan pengendalian kadar gula darah lansia penderita diabetes mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Petumbukan Kecamatan Galang tahun 2020.


5
4

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Konsultasi gizi

Konsultasi gizi merupakan pengaturan diet adalah salah satu untuk

mengetahui anatara kepatuhan diet diabetes mellitus dengan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus (opie,2016). Standard diet diabetes

mellitus adalah tabel jumlah kebutuhan kalori dalam bentuk penukar

makanan yang disusun atas dasar diet tinggi karbohidrat yaitu dengan

energy 10-15% dari protein, 20-25% dari lemak dan 60-70% dari

karbohidrat.

Menurut cornelia (2011), konsultasi adalah suatau proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh konselor dalam situasi tatap muka. Konsultasi

gizi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan

karbohidrat pasien diabetes mellitus. Tujuan dari seorang pasien diabetes

mellitus tipe 2 melakukan konsultasi gizi adalah penderita mudah

memperoleh keterangan yang jelas tentang diabetes mellitus tipe 2 baik

mengenai penanganan maupun obatnya, serta mengenai anjuran makanan

yang boleh dikonsumsi dan pantangannya ( Rahmat,2009). Penelitian ini

menggunakan instrumen (kuesioner).

5.2 Kadar gula darah

Kadar gula darah pada prinsipnya menerangkan beberapa banyak jumlah

kandungan gula (glukosa) yang terdapat dalam darah. Penyakit diabetes

mellitus tipe 2 merupakan penyakit dimana meningkatnya kadar gula dalam

darah yang disebabkan oleh meningkatnya asupan karbohidrat akibat

salahnya pola makanan. Kejadian ini terjadi akibat seorang kurang

55
56

mendapat pengetahuan dan pemahaman akan pola makanan yang baik.

Dengan adanya kegiatan konsultasi gizi dapat meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman akan bagaimana pola makan yang baik dapat menurunkan

kadar gula dalam darah, (opie,2016).

Menurut penelitian (syuqy,2015), kadar gula darah dalam prinsipnya

menerangkan beberapa banyak jumlah kandungan gula (glukosa) yang

terdapat dalam darah. Pada tubuh yang normal, pangkreas melepas hormone

insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan

jaringan lain untuk memasuk energy. Menurut (khairani,2016), pemeriksaan

darah untuk mengukur kadar gula darah dianjurkan dilakukan setiap tahun

pada usia 45 tahun. Penelitian ini menggunakan instrumen alat cek gula

darah (one touch,strip)

5.3 Hubungan Konsultasi Gizi Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah

Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Upt Puskesmas

Petumbukan 2020

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan uji chi square

didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,005 atau lebih kecil dari nilai α =

0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang

signifikan antara konsultasi gizi dengan pengendalian kadar gula darah pada

lansia penderita diabetes mellitus di UPT Puskesmas petumbukan

kecamatan galang tahun 2020.

Penelitian yang dilakukan oleh mulyani (2019), tentang pengaruh

konsultasi gizi terhadap asupan karbohidrat dan kadar gula darah pasien

diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik endokrin rsuza banda aceh dengan


57

menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif analitk menyatakan

bahwa ada pengaruh signifikan antara konsultasi gizi dengan kadar gula

darah pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan nilai p<0,01.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh schulze (2008), yang menyatakan

bahwa ada hubungan asupan karbohidrat dengan peningkatan kadar gula

darah, sehingga menyebabkan timbulnya penyakit DM tipe 2.

Menurut khairani (2016), kasus DM di Indonesia semakin meningkat

sesuai dengan pola hidup yang cenderung mengadopsi pola hidup Negara

barat yaitu mengkonsumsi makanan cepat saji yang tinggi akan kandungan

karbohidrat dan lemak namun rendah serat. Diabetes mellitus juga dikenal

sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan makanan, baik sebagai

faktor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan

merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. asupan

makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat, protein, lemak dan energy

(perkumpulan endrokrinologi Indonesia,2015).

Hasil penelitian paruntu (2018), yang menyimpulkan konseling gizi

sangat efektif dalam menurunkan kadar gula darah. Edukasi dan informasi

yang tepat dapat meningkatkan kepatuhan penderita dalam menjalani

program pengobatan yang komprenhesif, sehingga proses pengendalian

kadar glukosa darah dapat tercapai.

Menurut penelitian farudin (2011), bahwa pemberian konseling gizi

menggunakan media bloklet dapat untuk mengendalikan atau menurunkan


58

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di Rsud Dr. Moewardi

Surakarta.

Dengan adanya kegiatan konsultasi gizi , para pasien diabetes mellitus

tipe 2 dapat mengetahui makanan apa saja yang menyebabkan kadar gula

darah naik dan mereka juga dapat menegetahui bagaimana cara agar dapat

menurunkan kadar gula darah yang meningkat (paruntu,2018).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

hasibuan (2018) tentang Pengaruh Pendampingan Konsultasi Gizi Terhadap

Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di

Puskesmas Padang Bulan Medan dengan menggunakan desain penelitian

quasi eksperiment one group pretest-posttest mengatakan bahwa ada

pengaruh pendampingan konsultasi gizi terhadap pengendaqlian kadar gula

darah pada pasien penderitaq DM dengan nilai p value = 0,000.


5
8

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul Hubungan

Konsultasi Gizi Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Lansia

Penderita Diabetes Mellitus Di Upt Puskesmas Petumbukan Tahun 2020,

maka yang menjadi kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan konsultasi

gizi dengan pengendalian kadar gula darah pada lansia penderita diabetes

mellitus dengan nilai probabilitas sebesar 0,005. Dengan semakin baiknya

konsultasi gizi di upt puskesmas petumbukan maka, semakin baiknya

pencegahan dan pengendalian diabetes mellitus pada lansia.

6.2 SARAN

1. Bagi keperawatan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukkan dan menambah

wawasan mahasiswa dalam upaya mengatasi kadar gula darah tinggi pada

lansia dengan melakukan konsultasi gizi yang baik.

2. Bagi peneliti.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan bagi peneliti agar bila

mana ada penelitian selanjutnya dapat dibuat lebih baik khususnya dalam

ilmu keperawatan

3. Bagi lanjut usia.

Diharapkan bagi responden agar melakukan konsultasi gizi sebagai pilihan

atau upaya dalam melakukan pengendalian kadar gula darah pada lansia.

59
60

4. Bagi institut kesehatan Sumatra utara

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan tentang hubungan konsultasi gizi

dengan pengendalian kadar gula darah pada lansia penderita diabetes

mellitus.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian

ini dengan menggunakan variable-variabel yang berbeda agar konsultasi

gizi ini berjalan dengan baik dilingkungan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2005. Defining And Reporting Hypoglycemia In


Diabetes. Diabetes Care. Vol. 28, No. 5. 1245-1248. Diakses 03 Januari
2020.

American Diabetes Association. 2010. Standards Of Medical Care In Diabetes.


Diabetes Care. Vol. 33, No. 1. Diakses 01 Januari 2010.

Arif, D. 2016. Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet Pada


Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Di Wilayah Puskesmas Banyuanyar
Surakarta. Stikes Kusuma Husada.

Arisman. 2018. Obesitas, Diabetes Mellitus, Dan Displidemia. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Cornelia 2011, Konsultasi Adalah Suatau Proses Pemberian Bantuan Yang


Dilakukan Oleh Konselor Dalam Situasi Tatap Muka

Ernawati. 2019. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu


Dengan Penerapan Teori Keperawatan Self Care Orem. Mitra Wacana
Media. Jakarta.

Fahmiyah, I dan Latra, I Nyoman. 2016. Faktor Yang Memp’engaruhi Kadar


Gula Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poli Diabetes
RSUD Dr. Soetomo Surabaya Menggunakan Regresi Probit Biner. Jurnal
Sains dan Seni ITS, Vol. 5 No.2, 2337-3520.

Farudin, 2011, Bahwa Pemberian Konseling Gizi Menggunakan Media Bloklet


Dapat Untuk Mengendalikan Atau Menurunkan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

Fatimah, R Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Universitas Lampung. Vol. 4,


No. 5, Februari 2015. 93-101.

Hasibuan, P Ningsih. 2018. Pengaruh Pendampingan ; Konsultasi Gizi Terhadap


Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes
Mellitus Di Puskesmas Padang Bulan Medan. Fakultas Keperawatan.
Universitas Sumatera Utara.

Infodatin. 2014. Situasi Dan Analisis Diabetes. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.
61
62

Juwita, L dan Febrina, W. 2017. Model Pengendalian Kadar Gula Darah


Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Endurance Vol. 3 No.1. 102-111.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hasil Riskesdas 2013. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Riskesdas 2018. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Khairani, 2016, Pemeriksaan Darah Untuk Mengukur Kadar Gula Darah

Dianjurkan Dilakukan Setiap Tahun Pada Usia 45 Tahun.

Kirwanto, A. 2013. Upaya pengendalian Kadar Gula Darah Dengan


Menggunakan Modifikasi Di

aet Pare Pada Penderita Diabetes Millitus Di Klinik Sehat Migunani Klaten.
Kemenkes Poltekes Surakarta.

Kurniawan, I. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Lanjut. Maj Kedokt
Indon. Vol. 60, No. 12, Desember 2010. 576-583.

Mona, E, Bintanah, S dan Astuti, R. 2012. Hubungan Frekuensi Pemberian


Konsultasi Gizi dengan Kepatuhan Diet Serta Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di RS Tugurejo
Semarang. FKM. Universitas Muhamadiyah Semarang.

Mulyani, N. 2015. Pengaruh Konsultasi Gizi Terhadap Asupan Karbohidrat Dan


Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poliklinik
Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 8 No.2, Nopember 2015, 144-
151.

Opie, 2016. Standard Diet Diabetes Mellitus Adalah Tabel Jumlah Kebutuhan
Kalori Dalam Bentuk Penukar Makanan Yang Disusun Atas Dasar Diet
Tinggi Karbohidrat

Paruntu, 2018. Konseling Gizi Sangat Efektif Dalam Menurunkan Kadar Gula
Darah.
63

Pemenkes Nomor 25. 2016. Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2016-2019. Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Perdana, A.A, Ichsan, B dan Rosyidah, D.U. 2013. Hubungan Tingkat


Pengetahuan Tentang Penyakit DM Dengan Pengendalian Kadar
Gluoksa Darah Pada Pasien DM Tipe II Di RSU PKU Muhammadiyah
Surakarta. Biomedika, Vol. 5 No. 2, Agustus 2013.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Konsesus Pengelolaan Dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia.

Putri, H, Yeni, F dan Handayani, T. 2013. Hubungan Peran Keluarga Dengan


Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang. Ners Jurnal Keperawatan. Vol.
9 No.2, Oktober 2013, 133-139.

Putri, Nurlaili H.K dan Isfandiari, Muhammad A. 2013. Hubungan Empat Pilar
Pengendalian DM Tipe 2 Dengan Rerata Kadar Gula Garah. Universitas
Airlangga. Surabaya.

Rachmawati. 2015. Gambaran Kontrol Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang. Universitas Diponogoro. Semarang.

Rahmat, 2009. Anjuran Makanan Yang Boleh Dikonsumsi Dan Pantangannya.

Sari, Y Kartika. 2017. Pengalaman Pencegahan Dan Penanganan Hipoglikemia


Pada Pasien Diabetes Melitus Di Kelurahan Sendang Mulyo Kota
Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Schulze, 2008. Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Peningkatan Kadar Gula


Darah, Sehingga Menyebabkan Timbulnya Penyakit DM Tipe 2.

Senuk, A, Supit, W dan Onibala, F. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan


Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalani Diet Diabetes
Melitus Di Poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan Provinisi Maluku
Utara. Ejournal Keperawatan. Vol. 1, No. 1, Agustus 2013.

Sugandha, P.U & Lestari, A.A.W. 2014. Gambaran Pengendalian Kadar Gula
Darah dan HbA1c pada pasien Diabetes Melitus tipe-2 yang dirawat di
RSUP Sanglah. Universitas Udayana. Denpasar.
64

Susanti, M.L dan Sulistyarini, T. 2013. Dukungan Keluarga Meningkatkan


Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap RS.
Baptis Kediri. Jurnal STIKES. Vol. 6, No. 1, Juli 2013.

Syuqy, 2015. Kadar Gula Darah Dalam Prinsipnya Menerangkan Beberapa


Banyak Jumlah Kandungan Gula (Glukosa) Yang Terdapat Dalam
Darah.

Widya, dkk. 2015. Konseling Gizi Mempengaruhi Kualitas Diet Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Dan
Dietetik Indonesia Vol. 3, No.1, Januari 2015: 31-40.
65

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN


KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELLITUS

A. IDENTITAS RESPONDEN
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Lama Menderita DM :

B. KONSULTASI GIZI
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan obser jawaban (Ya) atau (Tidak)
mengenai konsultasi gizi
Pilihan jawaban
No Pertanyaan
Ya (skor =1) Tidak(skor = 0)
1. Apakah bapak/ibu pernah
mendapatkan konsultasi tentang
gizi?
2. Apakah bapak/ibu pernah
diberikan penyuluhan tentang
gizi?
3. Apakah bapak/ibu pernah
diberikan gizi dari Rumah sakit
atau puskesmas terdakat
4. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi makanan manis
seperti kue/roti?
5. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi makanan
bersantan?
6. Apakah bapak/ibu sering teratur
makan dalam 1 hari?
7. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi makanan
berlemak?
8. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi buah-buahan?
9. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi susu setiap hari?
10. Apakah bapakibu sering
66

mengkonsumsi daging setiap hari?


Konsultasi Gizi

C. KADAR GULA DARAH


Hasil pemeriksaan gula darah :……… mmHg
MASTER TABEL
PENELITIAN

HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI UPT PUSKESMAS PETUMBUKAN
KECAMATAN GALANG TAHUN 2020
Identitas Konsultasi Kadar Gula
Responden Gizi Darah
No
Jenis Lama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Tot Ket Kadar Ket
Nama Kelami Umur K.Umu Pendidika Menderi K.L.D Gula
r n M
n ta DM Darah
1 Wagine 2 63 1 2 4 2 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 6 2 138 3
m
2 1 60 1 1 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 2 200 3
3 1 60 1 2 5 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 7 2 125 2
4 2 62 1 3 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 160 3
5 2 61 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 7 2 115 2
6 1 64 1 2 3 2 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3 1 180 3
7 1 60 1 4 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 190 3
8 2 70 3 1 5 2 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6 2 192 3
9 2 61 1 4 6 2 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6 2 122 2
10 1 63 1 1 7 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 1 210 3
11 1 66 2 2 3 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 200 3
12 2 69 2 1 4 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 1 115 2
13 2 70 3 1 6 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 210 3
14 2 63 1 2 7 2 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 125 2
15 1 60 1 3 5 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 2 190 3
16 1 61 1 1 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 2 124 2
17 1 62 1 2 5 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 3 1 170 3
18 2 65 2 1 4 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 6 2 180 3
19 2 61 1 2 8 2 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 4 1 190 3
20 1 65 2 3 5 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 2 182 3
21 1 64 1 2 5 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 1 184 3
22 2 60 1 3 3 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 7 2 190 3
23 1 67 2 2 4 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 200 3
24 1 68 2 1 6 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 195 3
25 2 70 3 2 8 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 1 190 3
26 2 67 2 1 6 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 1 120 2
27 2 61 1 2 5 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 1 213 3
28 1 65 2 3 8 2 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 2 118 2
29 1 66 2 1 6 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 220 3
30 2 60 1 2 4 2 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 4 1 190 3
31 1 68 2 1 7 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 1 200 3
32 1 61 1 3 4 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 7 2 120 2
33 1 65 2 1 6 2 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3 1 190 3
34 2 68 2 2 7 2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 1 200 3
35 2 69 2 1 6 2 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 1 170 3
36 1 60 1 3 5 2 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 2 125 3
37 2 62 1 1 4 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 1 195 3
38 1 61 1 2 7 2 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 4 1 181 3
39 2 65 2 3 6 2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 1 195 3
40 1 64 1 1 5 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 4 1 183 3
41 1 69 2 2 7 2 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4 1 193 2
42 2 60 1 1 6 2 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 6 2 118 2
43 2 63 1 3 4 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4 1 212 3
44 1 64 1 1 3 2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 1 200 3
45 2 60 1 1 5 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 4 1 193 3
46 2 65 2 2 4 2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 1 200 3
47 2 61 1 1 7 2 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 1 230 3
48 1 69 2 1 8 2 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3 1 250 3
49 2 61 1 1 5 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 4 1 197 3
50 2 67 2 1 6 2 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 1 210 3
51 2 65 2 1 7 2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 3 1 240 3
52 1 62 1 2 6 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 4 1 210 3
53 1 68 2 4 7 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 2 122 2
54 2 60 1 1 5 2 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 1 230 3
55 2 67 2 1 6 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 4 1 190 3
56 2 70 3 2 8 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 6 2 125 3
57 1 65 2 1 6 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 3 1 240 3
58 2 60 1 1 5 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3 1 220 3
59 1 66 2 2 4 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 1 112 2
60 2 70 3 1 8 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 1 210 3

66
67

Keteranga
n

Jenis Kelamin Umur: Pendidikan: Lama Menderita DM Konsultasi Pengendalian Gula Darah
Gizi
1. Laki-laki 1. 60-64 Tahun 1. Belum Sekolah 1. < 2 Tahun 1. Kurang Baik (skor 1. Baik (80- <100
0-5) mg/dl)
2. Perempuan 2. 65-69 Tahun 2. SD 2. ≥ 2 Tahun 2. Baik (skor 6-10) 2. Sedang (100-125 mg/dl)
3. 70+ 3. SMP 3. Buruk (≥26 mg/dl)
Tahun
4.SMA/Sederajat
5. PT
68

HASIL SPSS

Frequencies
[DataSet0] H:\APER\spss.sav

Statistics

lama
menderita
jenis kelamin umur pendidikan diabetes kadar gula
responden responden responden mellitus konsultasi gizi responden
N Valid 60 60 60 60 60 60
Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

jenis kelamin responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 28 46.7 46.7 46.7
Perempuan 32 53.3 53.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60-64 Tahun 32 53.3 53.3 53.3
65-69 Tahun 23 38.3 38.3 91.7
70+ Tahun 5 8.3 8.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

pendidikan responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum Sekolah 29 48.3 48.3 48.3
SD 19 31.7 31.7 80.0
SMP 9 15.0 15.0 95.0
SMA/Sederajat 3 5.0 5.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
69

lama menderita diabetes mellitus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 2 tahun 4 6.7 6.7 6.7
> 2 tahun 56 93.3 93.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

konsultasi gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 43 71.7 71.7 71.7
Baik 17 28.3 28.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

kadar gula responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang (100 -125 mg/dl) 13 21.7 21.7 21.7
Buruk (126+ mg/dl) 47 78.3 78.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
70

CROSSTABS
/TABLES=TOT BY KadarGula
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ
/CELLS= COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL .

Crosstabs
konsultasi gizi * kadar gula responden Crosstabulation

kadar gula responden


Sedang (100 Buruk (126+
-125 mg/dl) mg/dl) Total
konsultasi Kurang Baik Count 5 38 43
gizi % within konsultasi gizi 11.6% 88.4% 100.0%
Baik Count 8 9 17
% within konsultasi gizi 47.1% 52.9% 100.0%
Total Count 13 47 60
% within konsultasi gizi 21.7% 78.3% 100.0%

[DataSet0] H:\APER\spss.sav

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
konsultasi gizi * kadar
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
gula responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.011b 1 .003
Continuity Correctiona 7.045 1 .008
Likelihood Ratio 8.298 1 .004
Fisher's Exact Tes t .005 .005
Linear-by-Linear
8.861 1 .003
Association
N of Valid Cases 60
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
68.
71
72
73
74

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL DENGAN JUDUL :

HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN KADAR


GULAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUSDI
UPT PUSKESMAS PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG
TAHUN 2020

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : APERLIANUS GULO


Nim : 1601043

Telah diseminarkan dan dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 04


februari 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Tim
Penguji

(Dewi Astuti
Pasaribu,
S.Kep, Ns, M,Kep)
Ketua Penguji I Ketua Penguji II

(Dameria Ginting S.Kep, Ns, M.Kep) (Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep)

Mengetahui,

Program Studi S-1 Keperawatan Institut Kesehatan


Sumatra Utara

Ketua Program Studi

(Dameria Ginting S.Kep, Ns, M.Kep


75

BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama : Aperlianus Gulo


Nim 1601043
Judul : Hubungan Konsultasi Gizi Dengan Pengendalian Kadar Gula
Darah Pada Lansia Penderita DM di UPT Puskesmas
Petumbukan Kecamatan Galang Tahun 2020.

Penguji I : Dameria Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep

1. Daftar isi
2. Fenomena
3. Plagiat
4. Refensi

Penguji II : Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep

1. Kerangka konsep
2. Daftar pustaka
3. Kuesioner

Ketua penguji : Dewi Astuti Pasaribu, S.Kep, Ns, M.Kep

Medan, Februari 2020

Aperlianus Gulo

Mengetahui :
Ketua Penguji

(Dewi Astuti Pasaribu S.Kep, Ns, M.Kep)

Ketua Penguji I Ketua Penguji II

(Dameria Ginting S.Kep, Ns, M.Kep)


(Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

NAMA : APERLIANUS GULO

NIM 1601043
JUDUL SKRIPSI : HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN
PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH
PADA LANSIA PENDERITA DIABETES
MELLITUS

MATERI PARAF
NO HARI/TANGGAL SARAN
KONSULTASI DOSEN
1. 07 agustus 2020 Bab iv penelitian
2. 12 agustus 2020 Bab bab iv spss
3. 15 agustus 2020 Bab bab iv tabel
18 agustus 2020 Bab bab v
4. pembahasan
5. 20 agustus 2020 Daftar pustaka
6.

68
69

BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama : Aperlianus Gulo


Nim : 1601043
Judul : Hubungan Konsultasi Gizi Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
Lansia Penderita diabetes mellitus di UPT Puskesmas Petumbukan
Kecamatan Galang kabupaten deli serdang tahun 2020

Penguji I : Dameria Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep


1. Abstrak
2. Instrumen Konsultasi Gizi
3. Instrumen Kadar Gula Darah
4. Plagiat Checker

Penguji II : Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep


1. Sampel
2. Daftar Pustaka
3. Pembahasan

Ketua penguji : Dewi Astuti Pasaribu, S.Kep, Ns, M.Kep

Medan, Februari 2020

Aperlianus Gulo

Mengetahui :
Ketua Penguji

Dewi Astuti Pasaribu S.Kep, Ns, M.Kep

Penguji I Penguji II
9/9/2020

Dameria Ginting S.Kep, Ns, M.Kep Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep
70

Plagiarism Checker X Originality Report


Similarity Found: 16%

Date: Wednesday, September 09, 2020


Statistics: 21 words Plagiarized / 132 Total words
Remarks: Low plagiarism detected, you can improve the document if required.
-------------------------------------------------------------------------------------------

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Lokasi Penelitian Pada awalnya kecamatan galang
memiliki 29 desa dan 1 puskesmas, seiring berjalannya waktu pelayanan kesehatan tidak
merata dikarenakan karena desa yang jauh dan sejala dengan perkembangan
pembangunan wilayah maka pada tahun 1987 dibangunlah puskesmas petumbukan
yang mencakup 14 desa, yaitu : Desa Petumbukan,Desa Tj Siporkis,Desa Paya Kuda,Desa
Kelapa 1,Desa Juhar Baru,Kotasan,Batu Lokong,Petangguhan,Nogo Rejo,Pisang Pala,Tj
Gusti,Tanah Merah,Paya Itik,Paya Sampir,Sehingga Kecamatan Galang Memiliki 2
Puskesmas,Puskesmas Galang 15 Desa Dan Puskesmas Petumbukan Dengan 14 Desa,56
Dusun,Dengan Luas Wilayah 34,66 Km.keadaan tanah mendatar dan jarak ke ibukota
kabupaten adalah 18,0 Km.

Keadaan Alam/Topografi Dengan keadaan alam yang terletak pada 30 s/d 40 m dari
permukaan laut dan beriklim panas dan sedang,serta di pengaruhi iklim musim
penghujan.Terletak di antara 02 57 s/d 03 16 Lintang Utara,98 33 s/d 99 27 Bujur Timur
dengan kemiringan sedang. Distribusi Frekuen
71
72
73

Anda mungkin juga menyukai