SKRIPSI
OLEH :
APERLIANUS GULO
NIM : 1601043
1
i
LEMBAR PERSETUJUAN
APERLIANUS GULO
NIM: 1601043
Pembimbing
i
LEMBAR PENGESAHAN
APERLIANUS GULO
NIM : 1601043
Telah Diseminarkan dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Kamis, 04
September 2020 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
9/9/2020
Medan, 03 September 2020 Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas
Ilmu Kesehatan Institut Kesehatan Sumatra Utara
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Sumatera Utara
menerangkan bahwa mahasiswa dengan identitas berikut:
NIM : 1601043
Email : apergulo7709@gmail.com
Dinyatakan sudah memenuhi syarat batas maksimal plagiasi (< 35% untuk Skripsi, 30% untuk
Tesis) pada setiap bab naskah skripsi/tesis yang disusun. Surat keterangan ini digunakan
sebagai syarat untuk mengikuti ujian sidang akhir skripsi/thesis.
Ketua LPPM
PAS
Riwayat Pendidikan
Kadar gula darah adalah banyak zat gula atau glukosa didalam darah, Meskipun
senantiasa mengalami perubahan, kadar gula darah perlu dijaga dalam batas normal agar
tidak terjadi gangguan didalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan konsultasi gizi dengan pengendalian kadar gula darah pada lansia penderita
diabetes mellitus di upt puskesmas petumbukan kecamatan galang. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan antara konsultasi gizi dengan pengendalian kadar gula darah dengan
nilai p value (0,005) <α (0,05). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin
baik konsultasi gizi maka semakin tinggi tindakan pasien dalam menurunkan kadar gula
darah. dalam penelitian ini diharapkan kepada lansia penderita diabetes mellitus untuk
melakukan konsultasi gizi serta melakukan kontrol gula darah secara rutin.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Konsultasi Gizi Dengan Pengendalian Kadar
Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus di UPT Puskesmas
Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang”, penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Kesehatan Sumatera Utara.
1. Bapak Prof. Dr. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes dan Bapak Drs. Asman
Karo-Karo, M.M, selaku Senat Institut Kesehatan Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ferrial Paesha Sirait, MSc selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara.
3. Ibu Diana, SKM, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Sumatera Utara.
4. Ibu Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, Selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik Institut Kesehatan Sumatera Utara.
5. Ibu Martalena, SKM, M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi
Institut Kesehatan Sumatera Utara.
6. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan Institut Kesehatan Sumatera Utara.
7. Ibu Dameria Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Institut Kesehatan Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan.
ii
iii
8. Bapak Basri S.Kep, Ns, M.Kep selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Program Akademik.
9. Ibu Maita Sarah, S.Kep, Ns, M.Kep sekaligus Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan Ners Program Profesi.
10. Seluruh Dosen dan Staf Keperawatan Institut Kesehatan Sumatera Utara.
11. Kepada kepala UPT Puskesmas Petumbukan dan seluruh staf yang telah
memberikan saya kesempatan untuk melakukan penelitian di UPT
Puskesmas petumbukan dan bersedia untuk memberikan data terkait
penelitian saya.
12. Kepada Bg Sahudirman Giawa dan Bang Hadapi Gunawan Hulu yang
selalu memberikan masukan dan motivasi kepada saya.
13. Kepada rekan-rekan mahasiswa seperjuangan yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
Aperlianus Gulo
iii
iii
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan atau dipublikasikan dalam bentuk apapun, termasuk dalam
bentuk yang sama dengan skripsi ini untuk memperoleh gelar kesarjanaan atau
menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau yang diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis yang diacuh dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
(Aperlianus Gulo)
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
BEBAS PLAGIAT ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. .v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
v
v
DADFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
Lampiran 2. Master tabel
Lampiran 3. Hasil spss
Lampiran 4. Surat ijin survey awal
Lampiran 5. Surat ijin penelitian
Lampiran 6. Surat penelitan
Lampiran 7. Plagiat checker
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian
vi
i
BAB I
PENDAHULUAN
ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan
kerusakan, gangguan fungsi, dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya. Penderita Diabetes Melitus dapat
mengalami kematian akibat penyakit jantung iskemik dan stroke dua sampai
empat kali lebih tinggi dibandingkan populasi yang tidak mengalami Diabetes
orang penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 masih belum terdiagnosis dan belum
kegiatan jasmani yang dapat dilakukan oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.
didapatkan hasil bahwa 75% tidak menjalani diet dan kurang aktivitas fisik yang
Rosyidah, 2013).
1
2
dapat terjadi di segala umur, tingkat sosial dan ekonomi. Pola hidup masyarakat
modern telah mengubah gaya hidup masyarakat menjadi tidak sehat, termasuk
pola makan, aktivitas fisik kurang, merokok, alkoholisme, serta konsumsi obat-
Utara tahun 2013, didapatkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan terhadap
kepatuhan menjalani diet Diabetes Mellitus Tipe 2 (Senuk, Supit, & Onibala,
2013).
penyandang Diabetes Mellitus usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang (WHO,
umur >15 tahun, yaitu dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018.
Sementara itu prevalensi Diabetes Mellitus di Jawa Tengah adalah sebesar 2,1%.
Prevalensi tertinggi untuk Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin (DM
Data dari Riskesdas tahun 2013 yang diolah oleh pusat data dan informasi
sekitar 12 juta, Toleransi gula terganggu (TGT) sekitar 52 juta dan Gula Darah
kaki yang meningkatkan ulkus kaki, retinopati diabetikum yang merupakan salah
satu penyebab utama kebutaan, selain itu juga dapat meningkatkan resiko gagal
ginjal dan resiko kematian. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
sebanyak 41.071 orang. Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota
kasus. Kasus baru sebanyak 1.136 dan estimasi penderita DM tahun 2017 untuk
kunjungan, tahun 2017 terjadi penurunan jumlah kunjungan yaitu menjadi 1.215
kunjungan dan pasien DM yang berkunjung dalam satu bulan terakhir sebanyak
102 kunjungan.
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat
yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi
4
DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Sedangkan provinsi dengan
Data dari Rikesdas dalam angka Provinsi Sumatra Utara tahun 2013,
prevalensi DM pada umur ≥15 tahun di Sumatra Utara yang terdiagnosis sebesar
1,8%. Prevalensi yang tertinggi terdapat di kabupaten Deli Serdang (2,9%) dan di
ikuti oleh Kota Medan (2,7%), Kota Pematang Siantar (2,2%), Kabupaten Asahan
kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis,
status gizi lansia. Terapi diet untuk lansia dapat merupakan sebuah masalah
mobilitas, tidak mampu menyiapkan makanan (terutama pada lansia pria tanpa
istri), keterbatasan dalam mengikuti instruksi diet karena adanya gangguan fungsi
2010). Diet jarang menghasilkan penurunan berat badan pada lansia dan dapat
darah dapat dikendalikan, terapi diet merupakan salah satu cara mengelolah kadar
gula darah. Hasil penelitian yang dilakukan Rusmina (2010) dalam Hasibuan, P
bahwa lebih dari 50% pasien diabetes tidak patuh terhadap terapi diet. Maka
Sulistyarini, 2013).
tentang gambaran pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes di RSUP
berdasarkan kadar gula darah 2 jam PP dan HbA1c berada pada kategori buruk
dengan rata-rata kadar gula darah 2 jam PP sebesar 239,64 mg/dl. Pengendalian
setiap hari bila dijalankan dengan baik (Bilous dan Donelly, 2010). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah terdiri dari edukasi,
terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologis (Perkeni, 2015).
6
merupakan kegiatan dukungan dan layanan bagi pasien dan keluarga agar dapat
konsultasi gizi terhadap asupan karbohidrat dan kadar gula darah menunjukan ada
pengaruh yang bermakna antara konsultasi gizi terhadap kadar gula darah pasien
Banda Aceh. Konseling gizi individu dan kelompok terbukti memperbaiki kualitas
diet pada pasien diabetes mellitus. Konsumsi sayur, buah, susu, daging, dan
adanya pemberian edukasi diet seimbang Diabetes mellitus pada sesi konseling
Diabetes Melitus pada tahun 2019 sebanyak 151 orang dengan penderita yang
penderita diabetes mellitus terkait dengan pengendalian kadar gula darah pada
penderita DM. Rata-rata responden mengatakan bahwa, kadar gula mereka akan
cara mengontrol gula darah yang disampaikan oleh konsultan gizi. Namun
diantara mereka masih ada juga yang mengatakan bahwa sebagian besar mereka
kepada konsultan gizi yang ada di layanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena
masih kurangnya informasi yang mereka terima bahwa di Puskesmas atau layanan
kesehatan lain terdapat konsultan gizi yang bisa memberikan pemahaman untuk
melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin, sehingga kadar gula mereka tidak
terkontrol.
Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus di UPT
2019”.
penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsultasi gizi dengan pengendalian
kadar gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus di UPT Puskesmas
2019.
2. Bagi Perawat
3. Bagi Peneliti
lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan
saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya. Pada penderita diabetes, ada gangguan
hati, dan glukosa yang dikeluarkan dari hati. Akibatnya, kadar glukosa dalam
darah meningkat dan kelebihan ini akan keluar melalui urine sehingga jumlah
urine banyak dan mengandung gula. Keluhan awal dapat berupa peningkatan rasa
frekuensi berkemih (poliuria). Polifagia (rasa lapar yang berlebihan) terjadi karena
tubuh tidak mampu lagi memindahkan energi ke dalam sel, menyebabkan sel
menjadi kelaparan; di lain pihak, sel-sel itu sendiri tidak memiliki kemampuan
untuk menghasilkan energi. Kelelahan dan kelemahan, yang lazim dirasakan oleh
10
11
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.
sedemikian tinggi, ginjal tidak akan mampu lagi menyerap balik glukosa yang
tersaring sehingga glukosa akan tumpah kedalam urin. Kelimpahan glukosa dalam
dilakukan oleh WHO yaitu pada tahun 1965, 1980, 1985 dan 1994. Tahun 1997,
yang heterogen baik sebab maupun macamnya. Pada tahun 1965 WHO dengan
berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Diabetes Mellitus dan Intoleransi Glukosa yang Berhubungan
Klasifikasi sekarang Klasifikasi Ciri-ciri klinik
sebelumnya
- Tipe 1 : diabetes - Diabetes - Awiton terjadi pada segala usia,
mellitus tergantung juvenillis tetapi pada usia muda yaitu<30
insulin (IDDM) - Juvenile tahun
- Merupakan 5%-10% onset - Biasanya bertubuh kurus pada
dari seluruh penderita diabetes saat diagnosis, dengan penurunan
diabetes - Diabetes berat yang baru saja terjadi
cenderung - Etiologi mencakup faktor genetik,
ketosis imunologi atau lingkungan
- Brittle misalkan virus
diabetes - Sering memiliki antibody sel
pulau langerhans
- Sering memiliki antibody
terhadap insulin sekalipun belum
belum pernah mendapatkan terapi
insulin
- Sedikit atau tidak mempunyai
insulin endogen
- Memerlukan insulin untuk
mempertahankan kelangsungan
hidup
- Cenderung mengalami ketosis jika
tidak memiliki insulin
- Komplikasi akut hiperglikemia :
ketoasidosis diabetik
- Tipe 2 : diabetes - Diabetes - Awaitan terjadi disegala usia,
insulin tidak awitan biasanya diatas 30 tahun
tergantung insulin dewasa - Biasanya bertubuh
(NIDDM) - Maturity gemuk(obesitas) pada saat
- Merupakan 90%-95% onset diagnosa
dari seluruh diabetes - Etiologi mencakup faktor
penyandang diabetes - Diabetes obesitas, herediter atau
- 80% mengalami resiten- lingkungan
obesitas dari tipe 2 ketosis - Tidak ada antibodysel pulau
- 20% mengalami non - Diabetes langerhans
obesitas dari tipe 2 stabil (stable - Penurunan produksi insulin
diabetes) endogen atau peningkatan
resistensi insulin
- Mayoritas penderita obesitas
13
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes
Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat
diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45
tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram
atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat
badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm
pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, displidemi dan diet tidak
sehat.
Dalam Restyana Noor F (2015), faktor lain yang terkait dengan risiko
metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
seperti stroke, PJK, atau Peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,
faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein.
16
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat kolerasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
2. Hipertensi
tepatnya penyimpan dan garam dan air, atau meningnya tekanan dari dalam
bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot
4. Dislipedimia
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
5. Umur
> 45 tahun.
6. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental. Penyakit
empiris dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali
lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60 ml/hari yang setara dengan 100 ml
a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang
b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena
d. Kulit kering, esi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal
pada kulit.
ketidakseimbangan elektrolit.
i. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena
pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar
dengan bahan darah plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
seperti keluhan klasik dan keluhan lain. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
adalah :
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
(NGSP).
a. Komplikasi Akut
yang sehat, tubuh mampu menjaga kadar gula darah dalam batas
diabetisi.
b. Komplikasi Kronis
1. Komplikasi Makrovaskuler
kontrol glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang
hiperhomosisteinemeia.
DM.
2. Komplikasi Mikrovaskuler
waktu dua bulan sampai kadar gula darahnya stabil jika ingin
2.2 Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas
Pra lansia yaitu seseorang berusia antara 45-59 tahun (masa persiapan usia lanjut
tahun atau lebih; Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan; Lansia potensial adalah lansia yang masih
24
mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa ;
Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
berkualitas adalah lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif. Lanjut usia
sehat adalah lanjut usia yang tidak menderita penyakit atau walaupun menderita
penyakit tetapi dalam kondisi yang terkontrol; Lanjut usia mandiri adalah lanjut
mandiri; Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu bergerak dan
melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan beraktifitas dalam
sebagainya; Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan
massa otot dan bertambahnya massa lemak, dapat menurunkan jumlah cairan
25
tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-
garis yang menetap. Lanjut usia terlihat kurus; Gangguan indera perasa,
penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah
stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan penyakit
dengan proses degenerasi (ketuaan). Selain itu penyakit tidak menular disebut
juga new communicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya
hidup dimana gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan
komunikasi global.
lansia dapat menyebabkan nafsu makan dan kemampuan penyerapan zat- zat gizi
juga menurun terutama lemak dan kalsium. Menurunnya sekresi air ludah
pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri perut dan susah buang air
besar. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir;
26
Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka
besar juga berkurang, sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu
Masalah gizi lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi yang
Proses penuaan dapat dilihat secara fisik dengan adanya perubahan yang
terjadi pada tubuh serta penurunan fungsi pada berbagai organ tubuh. Perubahan
biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada lansia. Masalah gizi lansia yang
dialami yaitu:
1. Gizi lebih
aktifitas fisik dan kebiasaan makan yang salah pada waktu muda. Gizi
serta gangguan penyakit yang diderita. Apabila asupan zat gizi terutama
energi dan protein kurang dari kebutuhan makan dapat menyebabkan berat
Kadar gula (glukosa) darah adalah kadar gula yang terdapat dalam darah
yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka. Kadar gula darah tersebut merupakan sumber energi utama
bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Seseorang mengalami Diabetes Melitus dapat
ditandai apabila kadar glukosa darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan
kadar glukosa darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl.
28
apabila kadar gula darah pada saat puasa di atas 7,0 mmol/dl (126 mg/dl)
Menurut Perkeni (2015), kadar gula darah dapat dikelola dengan cara :
a. Edukasi
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
29
terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat
makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau insulin serta
glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah
kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit), hasil
secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan
yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi
Diabetes Melitus.
c. Latihan jasmani
5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit
aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
d. Terapi Farmakologis
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari
satu bagian dari pengelolahan diabetes mellitus. Pengendalian kadar gula darah
adalah menjaga kadar glukosa darah agar sedapat mungkin mendekati normal.
Kriteria pengendalian kadar gula darah berdasarkan Perkeni tahun 2006 dibedakan
menjadi 3 yaitu : baik (80-≤100 mg/dl, sedang (100- 125 mg/dl)dan buruk (≥126
kadar glukosa darah sering dijumpai dalam praktik pelayanan kesehatan pada
pasien Diabetes Melitus yang tidak tergantung insulin. Selain itu, kadar glukosa
Diabetes Mellitus yang baik dapat dicapai dengan melakukan evaluasi kesehatan
32
darah puasa dan glukosa 2 jam PP, serta melakukan pemeriksaan HbA1c
(Kirwanto, 2013).
ginjal, jantung, saraf dan pembuluh darah lainnya. Karena itu Diabetes Melitus
juga dikenal sebagai “Mother of Disease” karena merupakan induk atau ibu dari
Tabel 2.2
Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus
Parameter Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa 80-109 110-125 >126
(mg/dl)
Glukosa darah 2 jam 110-144 145-179 >180
PP (mg/dl)
HbA1c (%) <6,5 6,5-8 >8
Kolesterol LDL (mg/dl) <100 100-129 >130
Kolesterol HDL >45
(mg/dl)
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Trigliserida (mg/dl) <150 150-199 >200
IMT (kg/m ) 18,5-22,9 23-25 >25
33
Dalam penelitian ini kriteria pengendalian kadar gula darah dinilai dengan
a. Protein
15% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0.8 g/kg BB perhari
atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang
dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi tinggi (semua protein hewani,
b. Total lemak
lemak dikelompokkan menjadi lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Lemak
menyebabkan titik cair yang lebih rendah, dan dalam suhu kabar
Asupan lemak dianjurkan <10% energi dari lemak jenuh dan tidak
lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya
yaitu 60-70% energi dari lemak tidak jenuh tunggal dan karbohidrat
2. Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh
mg per hari.
terlalu halus
keluarga yang lain, sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi,
dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan
selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan
kalori sehari.
dianjurkan: lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda
< 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang
perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak
protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
individual. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
seperti glukosa alcohol dan fruktosa. Glukosa alkohol antara lain isomalt,
kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah
kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kg BB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut
tahun, dikurangi 10%. Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.
20% pada pasien dengan aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah
sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani, buruh, atlet, militer dalam
yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk wanita dan
Penderita Diabetes Melitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama
dan 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Jadwal makan standar
Tabel 2.2
Jadwal Makan Standart Untuk Penderita Diabetes Mellitus
Jenis Makanan Waktu Total Kalori
Makan pagi 07.00 20%
10.00 10%
Selingan
Makan siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan sore/malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber : Waspadji, 2007.
Salah satu pelayanan gizi yang sangat penting adalah konsultasi gizi,
karena setiap orang mempunyai masalah gizi yang berbeda-beda. Persatuan Ahli
serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah untuk menanamkan dan
mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman
(Supariasa, 2013).
pengetahuan dan keterampilan individu dan keluarga tentang gizi dengan suatu
memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat (Cornelia dkk,
2016).
membantu klien dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi,
sehingga status gizi dan kesehatan klien menjadi lebih baik. Perilaku yang diubah
negatif di bidang gizi, diubah menjadi perilaku positif. Perilaku negatif di bidang
gizi antara lain, tidak membiasakan sarapan pagi, tidak menerapkan gizi seimbang
dalam menu sehari-hari, makan tidak sesuai jadwal, tidak makan dari beragam
adalah: membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi yang
klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai bagi klien;
sasaran konsultasi gizi adalah klien yang mempunyai masalah kesehatan yang
terkait gizi yang sedang menjalani pengobatan di pelayanan kesehatan; klien yang
kunjungan rumah klien. Adapun tempat yang baik untuk melakukan konsultasi
adalah lingkungan yang aman, nyaman, dan tenang; ada tempat atau meja untuk
sirkulasi udara. Waktu untuk melakukan konsultasi yaitu 30-60 menit, 30 menit
pertama untuk menggali data dan selebihnya untuk diskusi serta pemecahan
masalah gizi.
Menggali Permasalahan yaitu mengumpulkan data dan fakta dari semua aspek
42
klinis dan fisik, riwayat makan, serta personal; Menegakkan diagnosa gizi dengan
melaksanakan perlakuan diet khusus serta membuat rencana yang realistis dan
dapat diterapkan, menjelaskan tujuan, prinsip diet, dan ukuran porsi makan;
berupa akhir dari sesi konseling (satu kali pertemuan), akhir suatu proses
konseling gizi pada Diabetes Melitus adalah sebagai berikut; membangun dasar-
gula darah), menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi Diabetes Melitus;
badan, dan lingkar pinggang, mengkaji data laboratorium seperti kadar gula darah
puasa, kadar gula 2 jam PP, kadar gula darah sewaktu, HbA1c; mengkaji keluhan
riwayat makan dengan metode food recall; mengkaji data riwayat personal
diagnosis gizi berupa domain intake yaitu kelebihan asupan energi, karbohidrat,
laboratorium gula darah (puasa dan 2 jam postprandial) dan HbA1c. Domain
klien menentukan jenis makanan, jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan
darah, perubahan pola makan (jenis, jumlah, jadwal); Mengakhiri konsultasi gizi
Independen Dependen
adalah ada hubungan antara konsultasi gizi dengan pengendalian gula darah pada
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
antara konsultasi gizi dengan pengendalian gula darah pada lansia penderita
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Februari 2020 sampai dengan
3.3.1 Populasi
45
46
diabetes melitus Puskesmas Petumbukan tahun 2018 jumlah rata-rata pasien yang
3.3.2 Sampel
(Arikunto, 2010). Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini adalah 60 orang lansia
Data primer adalah data pasien penderita diabetes mellitus diperoleh dari
Galang berupa data jumlah lansia penderita diabetes mellitus dan data-data
a. Konsultasi gizi adalah salah satu kegiatan komunikasi dua arah dengan
darah.
b. Pengendalian gula darah adalah salah satu tindakan dalam menjaga kadar
yang diteliti, dan sisi yang lain menusia sebagai peneliti yang melakukan
penelitian. Hal ini berarti ada hubungan timbal-balik antara orang sebagai peneliti
dengan yang diteliti. Status hubungan antara yang diteliti dengan peneliti dalam
konteks ini adalah masing-masing pihak yang mempunyai hak dan kewajibannya.
Hak-hak dan kewajibannya ini harus diakui dan dihargai oleh masing-masing
Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti atau objek sasaran adalah
menempatkan diri pada tempatnya dimana peneliti harus lebih rendah hati dan
lebih bersabar menghadapi respondennya. Selain itu, peneliti juga harus bersikap
kesediaan atau persetujuan dari responden dan menjelaskan tentang sebab dan
akibat tentang penelitian ini kepada responden. Apabila responden tidak bersedia
memberikan informasi, maka itu adalah hak mereka, dan peneliti tidak
menjawab Ya maka diberi skor 1 dan jika responden jawab Tidak maka
diberi skor 0. Nilai maksimum dalam variabel ini adalah 10 dan nilai
kategori, yaitu :
1. Editing
2. Coding
ukuran yang diperoleh dari inti analisis sesuai dengan rancangan awal.
3. Scoring
4. Tabulating
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
dari hasil penelitian. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase
dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, nilai probabilitas p < 0,05, maka tidak ada hubungan antara variabel
probabilitas p > 0,05, maka ada hubungan antara variabel independen dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
laki-laki.
51
52
(38.3%) yang berumur 65-69 tahun, sebanyak 5 responden (8.3%) yang berumur
70+ tahun.
yang ≥ 2 tahun .
sebanyak 43 responden (71.7%) kurang baik dalam melakukan konsultasi gizi dan
sebanyak 13 responden (21.7%) memiliki gula darah sedang atau normal, dan
Tabel 4.7
Hubungan Konseling Gizi dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus di UPT. Puskesmas
Petumbukan Kecamatan Galang Tahun 2020
Pengendalian Kadar Gula Darah
Konsultasi Gizi Sedang Buruk Total Prob.
f % F % f %
Kurang Baik 5 11,6 38 88,4 43 100,0
Baik 8 47,1 9 52,9 17 100,0 0.005
Total 13 21,7 47 78,3 60 100,0
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden dengan
konsultasi gizi kurang baik terdapat sebanyak 5 orang (11,6%) dengan kadar gula
sedang dan sebanyak 38 orang (88,4%) dengan kadar gula darah buruk.
(47,1%) kadar gula darah rendah dan sebanyak 9 orang (52,9%) kadar gula darah
buruk.
Berdasaekan uji chi square didapatkan nilai p value (0,005) < α(0,05).
gizi dengan pengendalian kadar gula darah lansia penderita diabetes mellitus di
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Konsultasi gizi
makanan yang disusun atas dasar diet tinggi karbohidrat yaitu dengan
energy 10-15% dari protein, 20-25% dari lemak dan 60-70% dari
karbohidrat.
bantuan yang dilakukan oleh konselor dalam situasi tatap muka. Konsultasi
55
56
dan pemahaman akan bagaimana pola makan yang baik dapat menurunkan
terdapat dalam darah. Pada tubuh yang normal, pangkreas melepas hormone
darah untuk mengukur kadar gula darah dianjurkan dilakukan setiap tahun
pada usia 45 tahun. Penelitian ini menggunakan instrumen alat cek gula
Petumbukan 2020
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan uji chi square
didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,005 atau lebih kecil dari nilai α =
signifikan antara konsultasi gizi dengan pengendalian kadar gula darah pada
konsultasi gizi terhadap asupan karbohidrat dan kadar gula darah pasien
bahwa ada pengaruh signifikan antara konsultasi gizi dengan kadar gula
sesuai dengan pola hidup yang cenderung mengadopsi pola hidup Negara
barat yaitu mengkonsumsi makanan cepat saji yang tinggi akan kandungan
karbohidrat dan lemak namun rendah serat. Diabetes mellitus juga dikenal
sangat efektif dalam menurunkan kadar gula darah. Edukasi dan informasi
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di Rsud Dr. Moewardi
Surakarta.
tipe 2 dapat mengetahui makanan apa saja yang menyebabkan kadar gula
darah naik dan mereka juga dapat menegetahui bagaimana cara agar dapat
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul Hubungan
maka yang menjadi kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan konsultasi
gizi dengan pengendalian kadar gula darah pada lansia penderita diabetes
6.2 SARAN
1. Bagi keperawatan
wawasan mahasiswa dalam upaya mengatasi kadar gula darah tinggi pada
2. Bagi peneliti.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan bagi peneliti agar bila
mana ada penelitian selanjutnya dapat dibuat lebih baik khususnya dalam
ilmu keperawatan
atau upaya dalam melakukan pengendalian kadar gula darah pada lansia.
59
60
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan dalam
mellitus.
aet Pare Pada Penderita Diabetes Millitus Di Klinik Sehat Migunani Klaten.
Kemenkes Poltekes Surakarta.
Kurniawan, I. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Lanjut. Maj Kedokt
Indon. Vol. 60, No. 12, Desember 2010. 576-583.
Opie, 2016. Standard Diet Diabetes Mellitus Adalah Tabel Jumlah Kebutuhan
Kalori Dalam Bentuk Penukar Makanan Yang Disusun Atas Dasar Diet
Tinggi Karbohidrat
Paruntu, 2018. Konseling Gizi Sangat Efektif Dalam Menurunkan Kadar Gula
Darah.
63
Pemenkes Nomor 25. 2016. Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2016-2019. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Putri, Nurlaili H.K dan Isfandiari, Muhammad A. 2013. Hubungan Empat Pilar
Pengendalian DM Tipe 2 Dengan Rerata Kadar Gula Garah. Universitas
Airlangga. Surabaya.
Rachmawati. 2015. Gambaran Kontrol Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang. Universitas Diponogoro. Semarang.
Sugandha, P.U & Lestari, A.A.W. 2014. Gambaran Pengendalian Kadar Gula
Darah dan HbA1c pada pasien Diabetes Melitus tipe-2 yang dirawat di
RSUP Sanglah. Universitas Udayana. Denpasar.
64
Widya, dkk. 2015. Konseling Gizi Mempengaruhi Kualitas Diet Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Dan
Dietetik Indonesia Vol. 3, No.1, Januari 2015: 31-40.
65
KUESIONER PENELITIAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Lama Menderita DM :
B. KONSULTASI GIZI
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan obser jawaban (Ya) atau (Tidak)
mengenai konsultasi gizi
Pilihan jawaban
No Pertanyaan
Ya (skor =1) Tidak(skor = 0)
1. Apakah bapak/ibu pernah
mendapatkan konsultasi tentang
gizi?
2. Apakah bapak/ibu pernah
diberikan penyuluhan tentang
gizi?
3. Apakah bapak/ibu pernah
diberikan gizi dari Rumah sakit
atau puskesmas terdakat
4. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi makanan manis
seperti kue/roti?
5. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi makanan
bersantan?
6. Apakah bapak/ibu sering teratur
makan dalam 1 hari?
7. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi makanan
berlemak?
8. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi buah-buahan?
9. Apakah bapak/ibu sering
mengkonsumsi susu setiap hari?
10. Apakah bapakibu sering
66
HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI UPT PUSKESMAS PETUMBUKAN
KECAMATAN GALANG TAHUN 2020
Identitas Konsultasi Kadar Gula
Responden Gizi Darah
No
Jenis Lama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Tot Ket Kadar Ket
Nama Kelami Umur K.Umu Pendidika Menderi K.L.D Gula
r n M
n ta DM Darah
1 Wagine 2 63 1 2 4 2 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 6 2 138 3
m
2 1 60 1 1 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 2 200 3
3 1 60 1 2 5 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 7 2 125 2
4 2 62 1 3 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 160 3
5 2 61 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 7 2 115 2
6 1 64 1 2 3 2 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3 1 180 3
7 1 60 1 4 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 190 3
8 2 70 3 1 5 2 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6 2 192 3
9 2 61 1 4 6 2 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6 2 122 2
10 1 63 1 1 7 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 1 210 3
11 1 66 2 2 3 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 200 3
12 2 69 2 1 4 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 1 115 2
13 2 70 3 1 6 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 210 3
14 2 63 1 2 7 2 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 125 2
15 1 60 1 3 5 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 2 190 3
16 1 61 1 1 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 2 124 2
17 1 62 1 2 5 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 3 1 170 3
18 2 65 2 1 4 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 6 2 180 3
19 2 61 1 2 8 2 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 4 1 190 3
20 1 65 2 3 5 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 2 182 3
21 1 64 1 2 5 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 1 184 3
22 2 60 1 3 3 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 7 2 190 3
23 1 67 2 2 4 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 200 3
24 1 68 2 1 6 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 195 3
25 2 70 3 2 8 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 1 190 3
26 2 67 2 1 6 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 1 120 2
27 2 61 1 2 5 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 1 213 3
28 1 65 2 3 8 2 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 2 118 2
29 1 66 2 1 6 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 220 3
30 2 60 1 2 4 2 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 4 1 190 3
31 1 68 2 1 7 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 1 200 3
32 1 61 1 3 4 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 7 2 120 2
33 1 65 2 1 6 2 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3 1 190 3
34 2 68 2 2 7 2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 1 200 3
35 2 69 2 1 6 2 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 1 170 3
36 1 60 1 3 5 2 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 2 125 3
37 2 62 1 1 4 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 1 195 3
38 1 61 1 2 7 2 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 4 1 181 3
39 2 65 2 3 6 2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 1 195 3
40 1 64 1 1 5 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 4 1 183 3
41 1 69 2 2 7 2 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4 1 193 2
42 2 60 1 1 6 2 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 6 2 118 2
43 2 63 1 3 4 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4 1 212 3
44 1 64 1 1 3 2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 1 200 3
45 2 60 1 1 5 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 4 1 193 3
46 2 65 2 2 4 2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 1 200 3
47 2 61 1 1 7 2 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 1 230 3
48 1 69 2 1 8 2 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3 1 250 3
49 2 61 1 1 5 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 4 1 197 3
50 2 67 2 1 6 2 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 1 210 3
51 2 65 2 1 7 2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 3 1 240 3
52 1 62 1 2 6 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 4 1 210 3
53 1 68 2 4 7 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 2 122 2
54 2 60 1 1 5 2 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 1 230 3
55 2 67 2 1 6 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 4 1 190 3
56 2 70 3 2 8 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 6 2 125 3
57 1 65 2 1 6 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 3 1 240 3
58 2 60 1 1 5 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3 1 220 3
59 1 66 2 2 4 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 1 112 2
60 2 70 3 1 8 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 1 210 3
66
67
Keteranga
n
Jenis Kelamin Umur: Pendidikan: Lama Menderita DM Konsultasi Pengendalian Gula Darah
Gizi
1. Laki-laki 1. 60-64 Tahun 1. Belum Sekolah 1. < 2 Tahun 1. Kurang Baik (skor 1. Baik (80- <100
0-5) mg/dl)
2. Perempuan 2. 65-69 Tahun 2. SD 2. ≥ 2 Tahun 2. Baik (skor 6-10) 2. Sedang (100-125 mg/dl)
3. 70+ 3. SMP 3. Buruk (≥26 mg/dl)
Tahun
4.SMA/Sederajat
5. PT
68
HASIL SPSS
Frequencies
[DataSet0] H:\APER\spss.sav
Statistics
lama
menderita
jenis kelamin umur pendidikan diabetes kadar gula
responden responden responden mellitus konsultasi gizi responden
N Valid 60 60 60 60 60 60
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 28 46.7 46.7 46.7
Perempuan 32 53.3 53.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
umur responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60-64 Tahun 32 53.3 53.3 53.3
65-69 Tahun 23 38.3 38.3 91.7
70+ Tahun 5 8.3 8.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
pendidikan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum Sekolah 29 48.3 48.3 48.3
SD 19 31.7 31.7 80.0
SMP 9 15.0 15.0 95.0
SMA/Sederajat 3 5.0 5.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
69
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 2 tahun 4 6.7 6.7 6.7
> 2 tahun 56 93.3 93.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
konsultasi gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 43 71.7 71.7 71.7
Baik 17 28.3 28.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang (100 -125 mg/dl) 13 21.7 21.7 21.7
Buruk (126+ mg/dl) 47 78.3 78.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
70
CROSSTABS
/TABLES=TOT BY KadarGula
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ
/CELLS= COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
konsultasi gizi * kadar gula responden Crosstabulation
[DataSet0] H:\APER\spss.sav
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
konsultasi gizi * kadar
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
gula responden
Chi-Square Tests
LEMBAR PENGESAHAN
Tim
Penguji
(Dewi Astuti
Pasaribu,
S.Kep, Ns, M,Kep)
Ketua Penguji I Ketua Penguji II
(Dameria Ginting S.Kep, Ns, M.Kep) (Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep)
Mengetahui,
1. Daftar isi
2. Fenomena
3. Plagiat
4. Refensi
1. Kerangka konsep
2. Daftar pustaka
3. Kuesioner
Aperlianus Gulo
Mengetahui :
Ketua Penguji
NIM 1601043
JUDUL SKRIPSI : HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN
PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH
PADA LANSIA PENDERITA DIABETES
MELLITUS
MATERI PARAF
NO HARI/TANGGAL SARAN
KONSULTASI DOSEN
1. 07 agustus 2020 Bab iv penelitian
2. 12 agustus 2020 Bab bab iv spss
3. 15 agustus 2020 Bab bab iv tabel
18 agustus 2020 Bab bab v
4. pembahasan
5. 20 agustus 2020 Daftar pustaka
6.
68
69
Aperlianus Gulo
Mengetahui :
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
9/9/2020
Dameria Ginting S.Kep, Ns, M.Kep Elyani Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep
70
BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Lokasi Penelitian Pada awalnya kecamatan galang
memiliki 29 desa dan 1 puskesmas, seiring berjalannya waktu pelayanan kesehatan tidak
merata dikarenakan karena desa yang jauh dan sejala dengan perkembangan
pembangunan wilayah maka pada tahun 1987 dibangunlah puskesmas petumbukan
yang mencakup 14 desa, yaitu : Desa Petumbukan,Desa Tj Siporkis,Desa Paya Kuda,Desa
Kelapa 1,Desa Juhar Baru,Kotasan,Batu Lokong,Petangguhan,Nogo Rejo,Pisang Pala,Tj
Gusti,Tanah Merah,Paya Itik,Paya Sampir,Sehingga Kecamatan Galang Memiliki 2
Puskesmas,Puskesmas Galang 15 Desa Dan Puskesmas Petumbukan Dengan 14 Desa,56
Dusun,Dengan Luas Wilayah 34,66 Km.keadaan tanah mendatar dan jarak ke ibukota
kabupaten adalah 18,0 Km.
Keadaan Alam/Topografi Dengan keadaan alam yang terletak pada 30 s/d 40 m dari
permukaan laut dan beriklim panas dan sedang,serta di pengaruhi iklim musim
penghujan.Terletak di antara 02 57 s/d 03 16 Lintang Utara,98 33 s/d 99 27 Bujur Timur
dengan kemiringan sedang. Distribusi Frekuen
71
72
73