Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING INTERNASIONAL

“Food Taboos of Malay Pregnant Women Attending Antenatal Check-up at The


Maternal Health Clinic in Kuala Lumpur”

Untuk Memehuni Mata Ajar Pengkajian Maternitas Lanjut

Dosen Pengampu : Murtiningsih, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Mat.

Penulis :

Inten Herlianti Anugrah

NPM : 2250311008

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2023


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kehamilan trimester III, umumnya Wanita akan mengalami berbagai tanda
persalinan yang salah satu diantaranya adalah nyeri. Nyeri ini merupakan nyeri yang
paling parah selama hidupnya. Dan saat persalinan terjadi, ibu akan merasa sakit
pinggang, sakit perut, merasa kurang enak, Lelah, lesu, dan tidak nyaman.
Dengan kondisi tersebut, berbagai metode dalam mengatasi nyeri persalinan
diantaranya adalah dengan Teknik farmakologi maupun non farmakologi. Teknik
farmakologi diantaranya adalah dengan anestesi epidural dan Teknik non farmakologi
seperti Teknik relaksasi, Teknik manual, akupuntur, bola bersalin, dan masih banyak lagi
meskipun bukti keefktifannya tidak sekuat Teknik farmakologi (Zuarez-Easton et al.,
2023).
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang keberadaannya paling dakat dengan ibu
yang mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah melalui asuhan, tenaga
kesehatan dituntut memiliki wawasan yang luas, terampil dan sikap profesional, karena
tindakan yang kurang tepat sedikit saja dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya
diharapkan semua persalinan yang dialami ibu dapat berjalan normal dan terjamin pula
keselamatan baik ibu dan bayinya.
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar nyeri persalinan
2. Mengetahui pengkajian nyeri
3. Mengetahui Teknik farmakologi dan non farmakologi dalam mengatasi nyeri
persalinan
4. Mengetahui rekomendasi yang tepat dalam mengatasi nyeri persalinan
BAB 2

KONSEP UMUM NYERI PERSALINAN

A. Nyeri Melahirkan
1. Definisi Nyeri melahirkan
Nyeri melahirkan merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
bervariasi dari menyenangkan sampai tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
persalinan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Rasa nyeri pada persalinan adalah
manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim sehingga menimbulkan
nyeri pinggang, nyeri perut menjalar ke paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya
pembukaan mulut rahim (serviks) untuk terjadi persalinan.
2. Etiologi nyeri melahirkan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018)
a. Dilatasi servik
b. Pengeluaran janin
3. Tanda dan Gejala (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Ekspresi wajah meringis berposisi
2. Pengeluaran janin meringankan nyeri uterus teraba membulat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Tidak tersedia 1. Tekanan darah meningkst
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Ketegangan otot meningkat
4. Pola tidur berubah
5. Fungsi kemih berubah
6. Diaforesis
7. Gangguan perilaku
8. Pupil dilatasi
9. Focus pada diri sendiri
4. Fisiologi nyeri persalinan
Maryunani (2010) menyatakan bahwa, nyeri yang dialami oleh perempuan
dalam persalinan diakibatkan oleh kontraksi uterus, dilatasi serviks; dan pada
akhir kala I dan pada kala II oleh peregangan vagina dan dasar pelvis untuk
menampung bagian presentasi (Rejeki, 2020). Rasa tidak nyaman (nyeri) selama
persalinan kala I disebabkan oleh dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia
uterus hal ini dikarenakan penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal
mengalami defisit akibat kontraksi arteri miometrium, nyeri ini disebut nyeri
viseral. Sedangkan pada akhir kala I dan kala II, nyeri yang dirasakan pada daerah
perineum yang terjadi akibat peregangan perineum, tarikan peritonium dan daerah
uteroservikal saat kontraksi, penekanan vesika urinaria, usus dan struktur sensitif
panggul oleh bagian terendah janin, nyeri ini disebut nyeri somatik (Lowdermilk,
Perry, & Cashion, 2014; Lowdermilk et al., 2016; Tal, Taylor, Burney, Mooney, &
Giudice, 2015).
Impuls rasa nyeri pada tahap pertama (Kala I) persalinan ditransmisikan
melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta
saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks.
Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim disebut nyeri
viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar kedaerah
lumbar punggung dan menurun ke femur. Impuls nyeri yang berasal dari serviks
dan korpus uteri ditransmisikan oleh serabut saraf aferen melalui pleksus uterus,
pleksus pelviks, pleksus hipogastrik inferior, midle, posterior dan masuk ke
lumbal yang kemudian masuk ke spinal melaui L1, T12, T11 dan T10. Biasanya
ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri
pada interval antar kontraksi (Lowdermilk et al., 2014; Lowdermilk et al., 2016;
Tal et al., 2015).
Tahap kedua persalinan (Kala II) yakni tahap pengeluaran bayi, ibu
mengalami nyeri somatik atau nyeri pada perineum. Rasa tidak nyaman pada
perineum ini timbul akibat peregangan jaringan perineum akibat tekanan bagian
terendah janin, kandung kemih, usus atau strukstur sensitif panggul yang lain.
Impuls nyeri pada tahap kedua persalinan (kala II) dihantar melalui saraf
pudendal menuju S1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang
dirasakan terutama pada daerah vulva dan sekitarnya serta pinggang (Freudenrich,
2009; (Pearce, 2016).

Nyeri tahap ketiga (kala III) adalah nyeri lokal yang disertai kram dan
sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina atau jaringan perineum.
Rasa nyeri pada alat-alat tubuh di daerah pelvis, terutama pada daerah traktus
genitalia interna disalurkan melalui susunan saraf simpatik menyebabkan kontraksi
dan vasokonstriksi. Sebaliknya saraf parasimpatik mencegah kontraksi dan
menyebabkan vasodilatasi. Olehnya itu, efeknya terhadap uterus yaitu bahwa
simpatik menjaga tonus uterus, sedangkan saraf parasimpatik mencegah kontraksi
uterus, jadi menghambat tonus uterus. Pengaruh dari kedua jenis persarafan ini
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang intermiten. Rangkaian susunan saraf
simpatik daerah pelvik terdiri dari tiga rangkaian, yaitu rantai sakralis, plexsus
haemorhoidalis superior, dan pleksus hipogastrika superior.

B. Pengkajian Nyeri Persalinan


1. Skala VAS
Pada nyeri persalinan, umumnya menggunakan pengukuran Visual Analog Scale
(VAS) dalam menilai tingkat nyeri. Skala analog visual (Visual Analog Scale-VAS)
merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri terus-menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran
keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik
pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.

Gambar 2.14 Skala Nyeri Analog Visual


2. Intervensi Keperawatan dan Luaran
Luaran Utama Tingkat nyeri
Luaran Tambahan Kontrol nyeri
Ststus intrapartum
Status kenyamanan
Tingkat ansietas
Tingkat pengetahuan

C. Teknik Farmakologi dan Non Farmakologi Nyeri Persalinan


Intervensi yang bisa diberikan untuk meminimalisir nyeri persalinan terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Teknik Farmakologi
a. Anestesi epidural bukanlah prosedur yang wajib dilakukan saat proses persalinan.
Ada ibu yang tidak ingin bius ini sma sekali saat menjalani proses persalinan
normal namun pada yang tingakt toleransi rendah terhadap nyeri, bisa
merencanakan persalinan dengan bius ini.
b. Inhaled nitrous oxide (N2O): N2O telah digunakan di seluruh dunia oleh ahli
anestesi. Efek analgesiknya dicapai dengan stimulasi pelepasan saraf peptida
opioid endogen (dynor phins) dan aktivasi reseptor opioid postsinaptik. Campuran
yang umum digunakan adalah kombinasi 50% N2O dengan 50% oksigen yang
diambil oleh masker wajah yang diberikan sendiri. Ibu melahirkan menempelkan
masker ke hidung dan mulutnya. Dengan inhalasi, katup permintaan terbuka
untuk memungkinkan pengiriman gas, yang ditutup dengan ekshalasi.
Penggunaan N2O telah meningkat di unit persalinan di seluruh Amerika Serikat
sejak 2011. Meskipun sifat analgesiknya lebih rendah dibandingkan dengan
analgesia epidural, N2O menawarkan alternatif yang aman bagi banyak ibu
melahirkan yang menginginkan rasa kontrol dan mobilitas yang lebih besar
(Broughton et al., 2020).
c. Opioid: Opioid biasanya digunakan untuk meredakan nyeri selama persalinan,
karena tersedia secara luas, mudah digunakan, dan berbiaya rendah. Keuntungan
utama mereka adalah mereka menghasilkan analgesia dengan efek sensasi dan
propriosepsi yang lebih ringan.
d. Kelompok semisintetik dan sintetik memberikan efek seperti morfin melalui
kemampuannya untuk berikatan dengan reseptor opioid yang berbeda. Efek
opioid pada neuroaksis dimediasi melalui reseptor opioid.Reseptor opioid
didistribusikan ke seluruh sistem saraf pusat termasuk otak. struktur (yaitu,
thalamus, nu cleus raphe, locus coeruleus dan sistem limbik), dan di dorsa.
Penggunaan opioid selama persalinan dikaitkan dengan efek samping ibu
termasuk mual, muntah, pruritus, sedasi, dan depresi pernapasan. Selain itu,
opioid melintasi plasenta dan dapat menyebabkan penurunan variabilitas denyut
jantung janin, penurunan denyut jantung janin awal, depresi pernapasan neonatal,
skor Apgar yang lebih rendah, perubahan neurobehavioral, dan penurunan
pemberian ASI dini.
e. Bolus opioid sistemik: Dosis dan durasi efek opioid utama yang saat ini
digunakan secara klinis. Meperidin adalah opioid sistemik yang paling sering
digunakan. Meperidin diberikan secara intravena (IV) atau intramuskular (IM)
dengan dosis khas usia 25 hingga 50 mg IV dan 50 hingga 100 mg IM. Onset aksi
adalah 5 hingga 10 menit saat diberikan IV dan hingga 45 menit saat disuntikkan
IM. Diberikan secara parenteral, efeknya berlangsung selama 2 sampai 4 jam.
2. Teknik Non Farmakologi
a. Teknik relaksasi (latihan pernapasan, yoga, musik, hipnosis, dan mindfulness):
Tujuannya adalah untuk merilekskan tubuh dan mengurangi tekanan darah dan
laju pernapasan, yang menghasilkan rasa kesejahteraan yang meningkat. Beberapa
metode relaksasi telah dipelajari, termasuk latihan pernapasan, yoga, musik,
hipnosis, dan mindfulness. Teknik ini pernah dilakaukan dengan metode, kuasi
eksperimen (15 percobaan termasuk 1731 wanita) meneliti efek relaksasi pikiran-
tubuh dalam mengatasi nyeri persalinan. Hasilnya menunjukkan bahwa relaksasi,
yoga, dan musik dapat membantu mengurangi nyeri, tetapi tingkat buktinya
rendah. Data yang ada tidak cukup untuk menentukan peran kesadaran dan
analgesia audio, menurut ulasan ini. Sebagai catatan, sebagian besar uji coba yang
disertakan tidak mengeksplorasi tingkat hasil merugikan yang terkait dengan
intervensi ini. Sebuah uji coba terkontrol acak (RCT) baru-baru ini yang
membandingkan yoga dan meditasi selama kehamilan dan persalinan dengan
perawatan rutin menemukan metode ini efektif dalam mengurangi rasa sakit dan
ketakutan, dan meningkatkan rasa percaya diri dan pengembangan keterampilan
koping.
b. Teknik manual (pijat/masase, refleksologi, shiatsu, kompres hangat dan dingin):
Teknik ini terdiri dari berbagai macam manipulasi jaringan lunak, seperti pijat
tubuh, refleksiologi, dan shiatsu, serta menerapkan kompres hangat atau dingin ke
punggung, perut, atau perineum. Menurut tinjauan sistematik RCT, 26 metode
manual termal (yaitu, paket hangat dan pijat) dapat mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan kenyamanan emosional, meskipun tingkat buktinya rendah. Pijat
ditemukan untuk mengurangi rasa sakit yang diukur menggunakan skala nyeri
yang dilaporkan sendiri, sepanjang tahap pertama persalinan dibandingkan
perawatan biasa.
c. Akupunktur: Akupunktur, sebuah elemen pengobatan tradisional Tiongkok,
melibatkan penyisipan jarum halus ke berbagai area tubuh untuk mengatasi
ketidakseimbangan energi (dalam bentuk qi). Akupresur menggunakan paradigma
yang sama dengan akupunktur tetapi melibatkan terapis menggunakan tangan dan
jarinya untuk merangsang titik tubuh, bukan jarum ke 28 wanita, 13 melaporkan
hasil akupunktur dan 15 akupresur sebagai pengobatan untuk nyeri persalinan
dipublikasikan. Akupunktur dapat meningkatkan kepuasan dengan pengurangan
nyeri (RR, 2.38; 95% CI, 1.78e3.19; 1 percobaan; 150 wanita; bukti kepastian
sedang), dan mungkin mengurangi kebutuhan analgesia farmakologis (RR, 0.75;
95% CI, 0.63e0.89; 2 percobaan; 261 wanita, bukti kepastian sedang)
dibandingkan dengan akupunktur palsu. Studi lain menunjukkan bahwa akupresur
sedikit mengurangi nyeri.
d. Birthing ball: Birthing ball adalah bola olahraga besar yang diduduki wanita
dalam persalinan untuk melakukan gerakan seperti goyang dan rotasi panggul
untuk membantu mengurangi rasa sakit. Sebuah meta-analisis dari 7 RCT
melaporkan bahwa nyeri persalinan menurun secara signifikan pada kelompok
birthing ball dibandingkan dengan kelompok kontrol (perbedaan rata-rata, 1,70
poin; 95% CI, 2,20 hingga 1,20).30
e. Stimulasi saraf listrik transkutan (TENS): TENS terdiri dari penerapan arus listrik
ke permukaan kulit, yang menyebabkan pengurangan rasa sakit dengan berbagai
mekanisme, termasuk memblokir transmisi sinyal rasa sakit dan pelepasan
endorfin (Gambar 5) .31 The penerapan TENS selama persalinan mengarah pada
pengurangan sensitisasi saraf tanduk dorsal dan aktivasi glial dengan peningkatan
asam gamma aminobutirat dan konsentrasi glisin dan pengurangan nyeri pada ibu
bersalin. Sebuah RCT baru-baru ini yang membandingkan TENS dengan
perawatan obstetrik rutin selama tahap pertama persalinan menunjukkan skor
nyeri yang jauh lebih rendah dan durasi fase aktif persalinan yang lebih pendek di
antara wanita yang menerima TENS.35 Báez Suárez et al36 membandingkan
program TENS yang berbeda selama fase aktif persalinan dan menunjukkan
bahwa frekuensi tinggi dan lebar nadi tinggi lebih unggul dalam mengurangi nyeri
dalam ketegangan. Penelitian tentang dampak TENS pada intensitas nyeri selama
persalinan sedang berlangsung, sebagai RCT tambahan yang meneliti efek TENS
pada persalinan saat ini sedang dilakukan.
f. Injeksi air steril: Metode ini melibatkan injeksi air steril intradermal dan
subdermal. Mekanisme kerjanya terletak pada teori gate control.38 Beberapa
rejimen dijelaskan dalam praktik klinis.39 Tinjauan sistematis dari 7 RCT double-
blind (766 wanita) mengenai penggunaan injeksi air steril intrakutan atau
subkutan untuk intra partum pereda nyeri yang muncul. Kelompok kontrol
menerima injeksi plasebo (saline). Semua uji coba melaporkan pengurangan nyeri
yang lebih besar pada wanita yang menerima injeksi air steril, walaupun penulis
menyimpulkan bahwa hanya sedikit bukti kuat yang ditemukan untuk mendukung
penggunaan air steril untuk nyeri punggung bawah atau nyeri persalinan lainnya.
Sebuah meta-analisis baru-baru ini termasuk 9 percobaan (2102 peserta)
membandingkan skor Visual Analogue Scale (VAS) antara kelompok injeksi air
steril dan kelompok kontrol. Injeksi air steril menghasilkan skor VAS yang secara
signifikan lebih rendah 30e45, 60, dan 90 menit setelah intervensi.
g. Aromaterapi: Aromaterapi menggunakan minyak esensial yang melepaskan
volatil, senyawa organik harum dan diperoleh dengan penyulingan bahan
tanaman. Minyak dapat digunakan untuk memijat tubuh atau dihirup melalui infus
uap atau pembakar. Mekanisme kerjanya tidak diketahui. Sebuah meta-analisis
termasuk 27 studi (2566 wanita) menemukan bahwa aromaterapi dikaitkan
dengan pengurangan nyeri yang signifikan selama persalinan pervaginam
(perbedaan rata-rata tidak standar, 1,75; 95% CI, 1,13-2,37). Efek terbesar adalah
pada pembukaan serviks 8
sampai 10 cm.

D. Rekomendasi
Pada dua teknik manajemen nyeri persalinan yang dijelaskan dalam jurnal bisa
dilakukan untuk meminimalisir nyeri yang dirasakan oleh ibu. Teknik farmakologi
dilakukan oleh tenaga Kesehatan yaitu dokter dan Teknik non farmakologi yang
dilakukan oleh perawat kebidanan.
Pada Teknik farmakologi hanya dilakukan oleh ahli anestesi saja seperti epidural,
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan strategi penyembuhan nyeri tanpa
menggunakan obat-obatan tetapi lebih kepada perilaku caring. Untuk itu, tenaga medis
yang dominan berperan adalah para perawat karena bersentuhan langsung dengan tugas
keperawatan. Pendekatan non farmakologis sudah banyak digunakan untuk
menurunkan rasa nyeri persalinan. Teknik relaksasi, masase, akupuntur, birthing ball,
dan aromatherapy merupakan salah satu pendekatan non farmakologi yang aman, dan
murah. Akan tetapi, studi mengenai penatalaksanaan non farmakologi lainnya dalam
menurunkan rasa nyeri pada proses persalinan masih terbatas (Dewi Mayasari Cristiani,
2016).
Teknik non farmakologi tersebut sangat baik untuk dilakukan oleh ibu dalam
mengatasi nyeri bersalin karena masyarakat Indonesia cenderung mencari yang mudah
dan low budget. Adapun Teknik farmakologi juga bisa diberikan kepada ibu baik itu
atas permintaan sendiri maupun atas anjuran dokter.

BAB 3

KESIMPULAN

a. Nyeri persalinan berdasarkan SDKI merupakan suatu pengalaman sensorik dan


emosional yang bervariasi dari menyenangkan sampai tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan persalinan. Rasa nyeri pada persalinan adalah manaifestasi dari
adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa
sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha.
b. Teknik manajemen nyeri terdiri dari Teknik farmakologi dan non farmakologi

DAFTAR PUSTAKA
Broughton, K., Clark, A. G., & Ray, A. P. (2020). Nitrous Oxide for Labor Analgesia: What We Know to
Date. Ochsner Journal, 20(4), 419–421. https://doi.org/10.31486/toj.19.0102

Dewi Mayasari Cristiani. (2016). Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non Farmakologi Bagi
Seorang Perawat.

Rejeki, S. (2020). Buku Ajar Manajemen Nyeri Dalam Proses Persalinan (Non Farmaka) (A. Yanto, Ed.).
Unimus Press.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

Zuarez-Easton, S., Erez, O., Zafran, N., Carmeli, J., Garmi, G., & Salim, R. (2023). Pharmacologic and
nonpharmacologic options for pain relief during labor: an expert review. In American Journal of
Obstetrics and Gynecology. Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2023.03.003

Anda mungkin juga menyukai