Anda di halaman 1dari 8

BAB I

NYERI PERSALINAN

1. Definisi Nyeri Persalinan.

Definisi Nyeri:

Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan semacam
itu (International Asociation for Study of Pain, 1979).

Rasa sakit dapat dipahami, dirasakan, dimengerti sebagai perasaan tidak menyenangkan.
Rasa sakit diuraikan sebagai suatu kerumitan pengalaman dari manusia, merupakan suatu
peristiwa keanekaragaman yang sangat luas dari fisiologi, psikologi, dan sosiologi.

Beberapa orang konsekuen percaya bahwa semua rasa sakit tidak menyenangkan. Oleh
karena itu harus dihilangkan dengan menggunakan apapun yang tersedia. Balaskas tahun
1989 memberi kesan bahwa rasa sakit dapat digambarkan oleh ibu melahirkan sebagai
pengalaman ’positive atau memberi kehidupan’. Menandakan bahwa beberapa ibu
sebenarnya merasa senang bahwa nyeri itu sebagai akibat dari persalinan.

Para ibu yang telah mengalami pengalaman melahirkan tentunya telah merasakan sakit
persalinan itu. Namun persepsi nyeri tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Diantaranya adalah faktor budaya (Zborowsky, 1952), pengalaman terdahulu (Beecher,
1956), agama (Illich, 1976) dan perkiraan nyeri tersebut( Johnson & Rice,1974). Upaya
pengendalian nyeri dari setiap individu mempengaruhi toleransi nyeri dan tingkah laku
yang dihasilkan (Johnson at al. 1971). Seperti budaya negara Mesir, Cina, Yahudi,
Babilonia dan beberapa suku di Indonesia sendiri seperti Papua, Batak, NTT, Maluku dan
mungkin masih ada yang lain mengatakan bahwa persalinan itu sakit bahkan sampai
diskspresikan dengan berbagai macam tingkah laku. Tapi suku lain di Indonesi
mengatakan bahwa sakit bersalin itu biasa atau wajar seperti suku Jawa. Meskipun tidak
semua dari kelompok tersebut diatas memiliki persepsi yang sama. Dari segi agama
misalnya menganjurkan menerima nyeri, mengadopsi pendekatan prospektif atau
retrospektif. Contohnya ’kismet’ (takdir) Muslim, ’karma’ Hindu (beban reinkarnasi) atau
tobat Kristen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan (Niven, 1992): bayi besar, primipara,
tubuh ibu yang kecil dan intervensi obstetric misalnya amniotomi, meningkatkan momok
iatrogenesis. Dampak dari durasi persalinan memiliki makna yang tidak jelas.

2. Fisiologi Nyeri Persalinan


Untuk menjelaskan fisiologi secara tradisional sebagai perjalanan nyeri dimana sinyal
nyeri ditransmisi dari daerah perifer tubuh ke pusat otak. Nyeri persalinan biasanya
dikaitkan dengan regangan, tekanan dan robekan struktur-struktur lokal.

1
Unit struktur Nyeri
Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dan dua aset tonjolan yang terutama
bertanggung jawab untuk transmisi impuls saraf, termasuk impuls nyeri. Tonjolan pendek
bercabang dari badan sel disebut dendrit yang menerima rangsang sensorik dari
lingkungan luar sel dan mentransmisikannya menuju badan sel. Tonjolan ini disebut
neuron atau serat saraf aferen (sensorik) dan merupakan reseptor untuk semua stimuli,
termasuk impuls yang tidak menyenangkan (nyeri)
Komponen simpatis dan parasimpatis menyuplai sebagian besar organ abdomen pelvis,
termasuk uterus. Secara anatomis otot polos uterus disuplai sebagian besar oleh serat-C
yang tidak bermielin dan sebagian oleh serat A-delta kecil yang bermielin. Gambaran
jaras nyeri persalinan terlihat pada gambar dibawah ini.

Serat nonsoseptif dalam uterus dan servik melewati pleksus uterina dan servikalis dan
kemudian(secara berurutan) melewati pleksus pelvikulus, nervus hipogastrikus medius,
nervus hipogastrikus superior dan kemudian menuju rantai simpatis lumbalis. Dari sini
serat nosiseptif melewati rantai torasikus bagian bawah dan meninggalkannya dengan
berjalan melalui rami komunikantens albus yang berkaitan dengan nervus spinalis T10,
T11, T12 dan L1. Akhirnya serat nonsisetif berjalan melalui saraf-saraf spinalis ini dan
radiks posteriornya untuk memasuki medula spinalis dan berkaitan dengan neuron kornu
dorsalis. Serat nosiseptif dari perineum melalui nervus pudendus dan masuk kedalam
medula spinalis melalui radiks posterior S2, S3 dan S4. Selain itu segmen lumbalis bagian
bawah dan sakralis bagian atas menyuplai saraf menuju struktur pelvis yang terlibat
dalam nyeri persalinan.

Nyeri pada kala I Persalinan


Pada kala I persalinan nyeri disebabkan oleh dilatasi servik dan segmen bawah uterus dan
distensi korpus uteri (Bonica & Chadwik,1989). Intensitas nyeri selama kala I ini
disebabkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan. Hal ini disebabkan
oleh tekanan cairan amnion lebih dari 15 mmHg diatas tonus yang dibutuhkan untuk
meregangkan segmen bawah uterus dan servik sehingga menghasilkan nyeri (Caldeyro-
Barcia & Poseiro, 1960). Oleh sebab itu maka dapat diatarik kesimpulan bahwa semakin
banyak volume amnion, maka semakin besar distensi sehingga menyebabkan nyeri yang

2
lebih hebat. Nyeri ini dialihkan ke dermaton yang disuplay oleh segmen medula spinalis
yang sama dengan segmen yang menerima input nosiseptif dari uterus dan serviks.
Dermaton adalah daerah tubuh yag dipersarafi oleh saraf spinalis khusus, misalnya
dermaton 12 mengacu kepada dermaton torasikus ke-12 (T12). Nyeri dirasakan sebagai
nyeri tumpul yang lama pada awal kala I dan terbatas pada dermaton torasikus ke-
11(T11) dan ke-12(T12). Kemudian pada kala I persalinan nyeri pada dermaton T-11 dan
12 menjadi lebih berat, tajam dan kram dan menyebar ke dermaton T10 dan L1.
Penurunan kepala janin memasuki panggul pada akhir kala I menyebabkan distensi
struktur pelvis dan tekanan pada radiks pleksus lumbosakralis, yang menyebabkan nyeri
alih pada perjalanan segmen L2 ke bawah. Akibatnya nyeri dirasakan pada regio L2 ke
bawah, bagian bawah punggung serta paha dan tungkai.
Nyeri yang meyertai kontraksi uterus mempengaruhi mekanisme fisiologis sejumlah
sistem tubuh yang selalu menyebabkan respon stres fisiologis yang umum dan
menyeluruh (Brownridge, 1995). Nyeri persalinan yang berat dan lama dapat
mempengaruhi ventilasi, sirkulasi, metabolisme dan aktivitas uterus.
Nyeri yang menyertai kontraksi uterus menyebabkan hiperventilasi, dengan frekuensi
pernapasan tercatat 60-70 kali/menit (Cole & Nainby-Luxmoore,1962). Hiperventilasi
sebaliknya menyebabkan penurunan kadar PaCO2 (kadar pada kehamilan normal 32
mmHg, kadar yang menurun adalah 16-20 mmHg, Bonica,1973). Konsekuensinya adalah
peningkatan kadar pH yang konsisten. Bahaya kadar PaCO2 ibu rendah adalah penurunan
kadar PaCO2 janin yang menyebabkan deselerasi lambat FHR.
Ventilasi dapat meningkat nyata apabila ibu mengunakan latihan pernapasan
(Brownridge, 1995). Hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan asam basa sirkulasi,
menghasilkan alkalosis dengan pH 7,5 atau lebih. Bahaya alkalosis selama persalinan
adalah penurunan transfer oksigen bagi janin. Alkalosis juga dapat menginduksi
vasokonstriksi uterus (Motoyama, 1966), memperlama persalinan, dan alkalosis yang
makin memburuk sehingga terjadi lingkaran setan.

Nyeri Pada Kala II Persalinan


Nyeri pada kala II & III persalinan berbeda dengan nyeri pada kala I. Pada kala II serviks
telah membuka sepenuhnya dan stimulasi nervus sudah menurun. Bagaimanapun juga
kontraksi dari badan uterus masih tetap ada dan menurun perlahan-lahan. Pada saat kepala
mulai turun ke panggul, terjadi penekanan pada nociceptor seluruhnya pada dasar panggul
dan perineum. Nyeri pada fase ini terjadi karena pengaruh peregangan pada ligamen
peritoneum pelvis dan ligamen uterus, bladder, uretra, dan rektum. Juga terjadi penekanan
pada lumbosacral nerve plexus. Pada keadaaan abnormal seperti letak defleksi kepala
dengan posisi occipito-posterior, dapat meningkatkan nyeri. Pada akhir kala 1 dan akhir
kala 2, nyeri dapat digambarkan seperti kram dan terbakar. Nyeri ini dapat dirasakan pada
bagian paha dan kaki. Peningkatan ventilasi bersamaan dengan penggunaan energi selama
persalinan kala II, dapat meningkatkan konsumsi oksigen ibu sehingga memperburuk
oksigenasi janin.

3. Psikologi Nyeri Persalinan

Pada dasarnya sifat nyeri persalinan itu unik dan berbeda pada setiap wanita. Persepsi ini
bergantung pada keadaan emosional ibu. Seiring dengan pemahaman kita tentang proses
fisiologis nyeri persalinan, makin jelas bahwa faktor psikologis berperan dalam sensasi
nyeri. Stress dan ketakutan akan nyeri persalinan serta intensitas dan pengalaman nyeri
semuanya penting dan mempengaruhi sensasi nyeri dalam persalinan. Dengan demikian

3
pemahaman tentang dasar fisiologis dan faktor psikologis yang mempengaruhi, perlu
untuk pengendalian nyeri yang efektif selama persalinan.

4. Manajemen nyeri persalinan oleh Bidan

Cara mengurangi rasa sakit bersalin yaitu dengan lebih memahami proses persalinan:
 Falsafah Lamaze: Tehnik relaksasi dan membiasakan mengubah respon dari sakit
kontraksi dari respon negatif ke respon positif dan bermanfaat. Pendamping
persalinan dilibatkan.
 Falsafah Bradley: Diet dan latihan untuk mempersiapkan otot persalinan serta
payudara untuk laktasi. Kemungkinan 94% peserta kursus bradley dapat
melahirkan tanpa pereda rasa sakit.
 Falsafah Dick - Read: Kombinasi antara tehnik relaksasi dan pendidikan pralahir.
Populer di Amerika sejak 1940-an.
 Melakukanlah tour ke RS/Klinik tempat melahirkan, memperkenalkan tim medis
yang akan mendampingi saat melahirkan.

Dibawah ini beberapa metode yang digunakan sebagai pereda nyeri persalinan.
Non-pharmacologic pain relief measures in labor by Nurse-Midwives in U.S.
(N=4,171)
Non-pharmacologic method Percentage using
Paced breathing 55.2%
Activity/Position change 42.4%
Massage/Therapeutic touch 17.3%
Visualization/Relaxation 17.0%
Hydrotherapy (bath, shower, jacuzzi) 14.9%
Local application of heat or cold 2.2%
Music/ Audio analgesia 0.8%
Other methods 0.4%
Any methods used 84.8%
No methods used 15.2%

(The CNM Data Group, 1998. J Nurse-Midwifery 43:77-82)

Metode pengendalian nyeri yang secara langsung diberikan oleh bidan adalah sebagai
berikut:
 Masase
Dikenal sebagai ‘counter pressure’ (Simkin,1989), atau masase punggung. Ada juga
respon terhadap nyeri yang lebih primitive yaitu memegang, melakukan masase atau
meremas bagian yang sakit yang dapat dilakukan sendiri. Meskipun sentuhan manusia
secara langsung dapat memberikan keuntungan secara psikologis (Malkin,1994), efek
pengendalian nyeri hanya berlangsung selama masase dilakukan. Efek yang relative
singkat ini dapat membantu kendali nyeri ibu. Jika ibu menghendaki masase ini
dihentikan maka tindakan dan pengaruh masase berhenti saat itu juga. Pendamping
persalinan lainnya seperti suami atau keluarganya dapat melakukan masase punggung
atau mengusap muka diantara kontraksi.

 Obat-obatan Golongan opioid


Fairley (1978) menjelaskan penggunaan opioid yang paling pertama. Opium tercatat
digunakan pertama kali pada tahun 5500 tahun yang lalu.

4
Menurut UKKC tahun 1989, ibu didampingi bidannya mampu mengontrol melalui
pengambilan keputusan apakah analgesic sistemik seperti diamorfin atau petidin
merupakan metode penghilang rasa nyeri yang sesuai. Karena terdapat resiko depresi
penapasan neonatus, keputusan untuk menggunakan obat-obatan ini dipengaruhi oleh
kemajuan persalinan ibu.

Pereda sakit Persalinan dengan Metode alternative:

 Homeophaty
 Pijat aromaterapi dalam persalinan, pijat cara lembut membantu ibu merasa lebih
segar, rileks, dan nyaman selama persalinan
 Hipnosis, pada tahun 2000 sudah populer namun sekarang menjadi marak lagi sebagai
metode alternatif penghilang nyeri persalinan. Di Indonesia dipolpulerkan oleh (alm)
DR. Dr. A.J. Hulkom seorang Psikiater Neurologi.
 Visualisasi Persalinan, proses ini penekanannya kepada kepercayaaan bahwa
persalinan dapat menjadi nikmat dan menyenangkan jika ibu melibatkan otak kanan
dalam proses persalinan. Pemberdayaan otak kanan untuk persalinan tanpa rasa sakit
pada dasarnya menanamkan keyakinan bahwa melahirkan itu tidak sakit.
 Tehnik Auditori dan Imej Visual Persalinan, cara mengelola rasa sakit selama
persalinan. Pada saat sakit, ibu berusaha memisahkan rasa sakit yang dideritanya
yaitu dengan menggunakan sensasi kelahirannya untuk menciptakan imej atau
khayalan yang terjadi didalam tubuhnya.
 Relaksasi, perkembangan lain dari tehnik psichoprophylaxsis, manfaatnya adalah
mencegah otot-otot kelelahan, khususnya otot besar pada rahim, menolong ibu
mengatasi stres sehingga lebih menikmati pengalamnnya, menolong menghemat
energi sehingga ibu lebih sedikit membutuhkan pertolongan dalam mengalami
kontraksi kuat atau saat mengejan, membantu ibu berkomunikasi lebih efektif, dan
membantu bayi dalam kelahirannya. Jika ibu rileks, tidak mengalirkan hormon
stress/adrenalin ke dalam tubuh janin
 Posisi melahirkan, berbaring saja tidak dianjurkan karena dapat menurunkan
kekuatan dan frekuensi kontraksi sehingga memperlambat proses kelahiran.
Sebaliknya jika posisi ibu tegak atau tetap mobilisasi, gravitasi bumi mendorong
kepala bayi turun ke mulut rahim sehingga terjadi peregangan mulut rahim, dengan
demikian bayi dapat turung ke panggul. Riset menunjukan bahwa ibu yang bergerak
selama proses persalinan akan mendapatkan persalinan lebih singkat dan bantuan
pereda rasa sakit lebih sedikit daripada ibu yang terus berbaring.
 Terapi Bola – bola Persalinan, menggunakan bola-bola yang dari bahan vinil. Metode
ini popoler di berbagai klinik dan RS di Amerika. Caranya ibu duduk diatas bola-
bola sambil berlutut atau tengkurap
 Persalinan didalam air, sejumlah antrpologis, khususnya Sheila Kitzinger yang
berkebangsaan Ingris mengatakan bahwa para ibu-ibu dari suku-suku diberbagai
belahan bumi telah lama melakukan metode ini untuk meredakan nyeri persalinan.
 Tehnik Pernapasan Zilgrey, landasan latihan ini adalah latihan pernapasan, gerakan
dan posisi tubuh. Mengatur napas merupakan kunci kelenturan otot dan tenaga
mendorong. Pada dasarnya latihan pernapasan zilgrey melatih peregangan tulang-
tulang rusuk dan punggung serta mengumpulkan tenaga untuk mendorong janin.
 Metode Hypnobirthing, pada intinya tehnik ini adalah relaksasi dengan menambah
sugesti melalui usapan. Metode ini dikembangkan dari berbagai riset di Amerika.
Hypnobirthing membiasakan ibu relaksasi sehingga jalan lahir cepat terbuka.
 Terapi Akupuntur, merupakan pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik
akupuntur mempengaruhi aliran bio-energi tubuh.

5
 Yoga dan peregangan, menolong ibu bernapas dan rileks yaitu dua hal yang
membantu meredakan rasa sakit. Yang pertamam dipelajari dalam yoga adalah cara
bernapas atau ujayi. Caranya hirup napas perlahan melalui hidung, kemudian penuhi
seluruh paru-paru, lelu hembuskan napas sampi perut kempis. Metode ini membuat
ibu tetap tenang disaat yang paling dibutuhkan.
 Metode Pernapasan Alif atau Zikir, pada saat pengobatan ibu berbaring atau duduk
dengan menutupui aurat dalam keadaan berwudu. Sementara itu berzikir dengan
mengingat dan menyebut nama Allah. Jika menganut agama lain, mengingat dan
menyebut nama Tuhannya, berdoa sesuai denan agama dan keyakinannya masing-
masing. Terapis juga melakukan zikir selanjutnya menyalurkan tenaga ilahiah
dengan cara menyapu menyapu seluruh tubuh ibu dengan kedua tangannya tanpa
menyentuh sejauh 5 cm sehingga tidak terjadi kontak fisik. Efeknya ibu merasakan
getaran, disusul hawa panas, kemudian berganti sejuk pada bagian tertentu tubuhnya.
Batin ibu tenang dan enak, berbagai pikiran surut, stres hilang seiring dengan
meredannya rasa sakit.
 Metode Persalinan Aktif ,mengikuti insting & panggilan psikologis tubuh ibu untuk
melalui persalinan dan memgurangi rasa sakit. Tubuh yang rileks dan pikiran yang
terbuka merupakan syarat utama menjalankan metode ini. Tujuannya adalah untuk
menghindari berbagai intervensi yang tidak perlu.
 Metode Reiki, suatu tehnik esoterik yaitu mengambil energi dari luar tubuh. Reiki
megakses energi dari alam semesta dan memanfaatkannya untuk berbagai keperluan.
Metode ini tidak hanya untuk penyembuhan fisik, tetapi juga untuk penyembuhan
mental, emosional, dan spiritual.

6
BAB II
ANALISA

Nyeri persalinan telah dibahas sejak bertahun – tahun yang lalu dan teorinya sudah
dikenal baik dari pandangan agama, geografis, tingkat pendidikan maupun budaya. Teori
ini terus berkembang karena penelitian terus dilakukan untuk memperoleh jawaban yang
mememuaskan dan penatalaksanaan yang benar seiring dengan perkembangan dan
kemajuan jaman. Sehingga nyeri itu dapat diuraikan secara ilmiah bahkan sudah ada cara
untuk meringankannya baik secara farmakologis maupun non farmakologis.
Pada prakteknya tidak jauh dari teori yang mengatakan bahwa nyeri persalinan tidak
hanya disebabkan oleh kerusakan yang terjadi dalam tubuh, namun juga dipengaruhi oleh
faktor psikologis, budaya, tingkat pengetahuan dan penerimaan nyeri, serta pengalaman
terdahulu.
Kadang kala karena tidak dapat mengendalikan nyeri tersebut, persalinan diakhiri dengan
intervensi medis baik itu vakum ekstrasi maupun seksio sesarea. Rata-rata intervensi
tersebut dikarenakan persalinan yang tidak maju, kelelahan ibu, maupun keadaan gawat
janin. Ada pula kelompok ini lebih dapat menerima rasa sakit persalinan sebagai hal yang
wajar bahkan merasa bangga karena mereka telah melewati ujian tersebut untuk menjadi
wanita yang sesungguhnya yaitu seorang ibu. Pandangan ini akan tidak terasa bermakna
bila persalinan yang dilakukan tanpa merasa nyeri.
Biasanya apabila persalinan itu didampingi oleh orang terdekat dipercaya seperti ibu
kandung, saudara perempuan, suami atau bidan yang hubungannya sudah seperti teman
atau saudara, persalinan dapat berlangsung dengan lancar.

Dalam pandangan penulis, bila ibu dipersiapkan sebelum persalinan baik dari segi
pengetahuan tentang fisiologis nyeri, juga penguatan secara religius, serta memupuk rasa
percaya, komunikasi yang baik dengan bidan atau petugas kesehatan lainnya; para ibu
atau keluarganya dapat lebih dapat secara baik dan bijak menerima dan menjalani proses
persalinan sehingga proses ini dapat berjalan lancar. Hal ini terjadi pada suku manapun
walaupun tentunya reaksi nyeri tidak sama pada setiap individu. Kejadian persalinan
dengan intervensi medis, maupun kejadian kelahiran bayi asfiksia dapat menurun.
Dari teori-teori yang telah dibahas diatas, makna yang paling penting bagi kita sebagai
bidan adalah bagaimana kita memanajemen nyeri itu ditinjau dari latar belakang semua
pasien sehingga asuhan yang diberikan menggunakan asuhan berpusat pada wanita; bidan
sebagai patner ibu, saling percaya dan mendengar serta memahami perasaan ibu. Dengan
demikian pandangan bahwa bidan tidak mengabaikan nyeri persalinan pasien dapat
ditinggalkan.
Bidan sesuai dengan perkembangan jaman seyogyanya dapat mengikuti dan menerapkan
teori atau metoda baru seperti yang dijelaskan diatas, namun perlu ketelatenan dan latihan
yang terus menerus sehingga siap untuk melakukannya. Disamping itu yang tidak kalah
pentingnya yaitu memperhatikan berbagai aspek baik itu budaya, agama dan kepercayaan,
pengalaman ibu dan lain sebagainya sebelum memberikan asuhan. Tidak ada salahnya
asuhan yang kita memberikan adalah asuhan yang merupakan perpaduan antara ilmu
kebidanan/kedokteran tradisional dan modern, yang penting keputusan itu bukanlah
keputusan bidan tetapi merupakan keputusan ibu dan keluarganya. Misalnya
membolehkan mereka melakukan kebiasaan sesuai dengan kepercayaan yang tidak

7
merugikan kesehatan ibu karena dapat memberikan rasa aman pada ibu. Sugesti juga
sangat mempengaruhi proses persalinan seseorang. Tentunya diperlukan dasar ilmu
pengetahuan dan ketrampilan bagi setiap kita sebagai bidan.

Referensi :
 Hendersen, Christine, Jones, Kathleen. (2005) Konsep Kebidanan, EGC, Jakarta.
 Mander, R. (2003) Nyeri Persalinan, EGC, Jakarta.
 Moore, Sue. (1997) Understanding Pain and its Relief in Labour, Churchill
Livingstone.
 Danuatmaja, D, Meiliasari,M. (2004), Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit,
Puspa Sehat, Jakarta.
 Anonim, Pain Relief During Labor and Birth. http://www.maternitywise.org.

Anda mungkin juga menyukai