Latar Belakang Meningkatnya angka tindakan episiotomi yang tidak perlu Meningkatnya keluhan – keluhan wanita pasca episiotomi Mythos dan Persepsi yang salah tentang episiotomi Tujuan: Selektif episiotomi pada persalinan normal Meningkatkan mutu pertolongan persalinan Mengapa Tindakan Episiotomi meningkat Persalinan di Rumah Sakit meningkat Kontrol persalinan beralih dari Ibu dan Bidan ke tim Dokter Mythos yang mengatakan bahwa episiotomi lebih baik, rapih dan mudah dijahit kembali. Rutin episiotomi (1920) Mencegah gawat janin Mencegah trauma pada kepala bayi Mencegah incontinentia urie Mencegah luka perineum yang dalam Memudahkan untuk menjahit kembali perineum Pernyataan ini tidak didukung oleh bukti penelitian (Mythos) Penilaian terhadap Hasil Persalinan (1985) Trauma vagina/perineum yang parah Diperlukannya penjahitan Trauma perineum pada bagian posterior/anterior Nyeri pada perineum Dispareunia Ketidakmampuan mengendalikan rasa ingin berkemih Penyembuhan dengan komplikasi Infeksi perineum Beberapa kesimpulan bermakna tentang episiotomi (hasil penelitian): Episiotomi mencegah robekan melebar ke spingter anus. Kemyataannya luka yang dalam hampir tidak pernah terjadi pada persalinan tanpa eisiotomi. Menjahit luka episiotomi tidak lebih mudah daripada menjahit luka robekan. Luka episiotomi tidak lebih cepat sembuh. Episiotomi meningkatkan kehilangan darah Episiotomi mencegah terjadi relaxasi otot dasar panggul, sehingga episiotomi tidak mencegah terjadinya incontinentia urie maupun kepuasan hubungan sexual. Aspek fisik terhadap episiotomi Pemotongan otot perineum Proses menjahit perineum yang lama dan menggunakan pembiusan menghambat proses pengeluaran colostrum Aspek Sosial Persalinan normal menjadi patologis Biaya persalinan menjadi lebih mahal Rasa nyaman terganggu Kepercayaan diri wanita menjadi kurang Proses menyusui terhambat Pertimbangan etik (pasien sering tidak diinformasikan) Penggunaan Episiotomi Terbatas: Hasil-Hasil Kajian Cochrane
Morbiditas yang relevan Risiko Relatif 95% CI
secara klinis Trauma perineum posterior 0.88 0.84–0.92 Penjahitan 0.74 0.71–0.77 Penyembuhan dengan 0.69 0.56–0.85 komplikasi selama 7 hari Trauma perineum anterior 1.79 1.55–2.07
Tidak ada peningkatan kejadian pada hasil-hasil utama (misalnya:
trauma atau nyeri pada vagina atau perineum, dispareunia atau ketidak-mampuan mengendalikan berkemih) Berkurangnya angka kejadian robekan tingkat 3 (1.2% dengan episiotomi, 0.4% tanpa episiotomi) Tidak ada penelitian pada persalinan terkendali dengan upaya melindungi perineum untuk mencegah trauma Kesimpulan Pada persalinan normal penerapan Episiotomi terbatas hanya atas indikasi yang tepat Penelitian dan percobaan lebih lanjut diperlukan untuk menilai penggunaan episiotomi pada : Persalinan dengan bantuan (forsep atau vakum)
Persalinan prematur
Persalinan Sungsang
Makrosomia yang dapat diprediksi
Asumsi akan terjadinya robekan (kemungkinan
besar robekan tingkat 3 atau riwayat robekan tingkat 3 pada persalinan sebelumnya) Rekomendasi Kajilah dengan akurat apakah perlu melakukan episiotomi Rujukan: Kitzinger, S (1085) Epsiotomy, Physical and emotional aspects,The National Childbirth Trust, London Sweet, B. (1998) Mayes’ Midwifery, A Textbook for Midwives, 12 Ed. Baillierre Tindall, ondon Bennett,R; Brown,L (1999) Myles Textbook for Midwives, 13 Ed, Churchill Livingstone, Edinburgh WHO,(2000) Maternal Neonatal Health, JHPIEGO, Jakarta http://www.efn.org/-djz/birth/obmyth/epishtml, 7/19/2005