Anda di halaman 1dari 11

LAPORANANALISA SINTESA TINDAKAN MANAJEMEN NYERI TERHADAP

PASIEN DENGAN ABORTUS INKOMPLIT POST OPERASI KURET


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik
Profesi Ners Keperawatan Materniitas

Disusun oleh:

Andi Safutra Suraya


P27220020227

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN MANAJEMEN NYERI TERHADAP
PASIEN DENGAN ABORTUS INKOMPLIT POST OPERASI KURET

Hari : Selasa
Tanggal : 10-11-2020
Jam : 17.00 WIB
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh merasa tidak nyaman (nyeri)
B. Diagnosa Medis
Abortus Inkomplit
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut
D. Data yang mendukung Diagnosa Keperawatan

DS :
- Pasien mengeluh merasa tidak nyaman pada perut bagian bawah (
nyeri)
DO :
1. Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegang perut bagian bawah
- Kesadaran composmentis GCS E4 M5 V6
- TD: 110/70 mmHg
- HR 80 x/mnt
- RR 20x/mnt
- SB 370C
- TB: 160Cm
- BB: 58Kg
- LLA: 24Cm
- Pengkajian Nyeri:
P: Post op Kuret
Q: Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri pada bagian abdomen kuadran bawah
S: 4 (0 – 10)
T: Nyeri hilang timbul

E. Dasar Pemikiran
Incomplete miscarriage atau abortus inkomplit adalah salah satu jenis keguguran
yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Saat kondisi ini terjadi,
jaringan janin yang telah mati tidak dapat keluar dari rahim sepenuhnya sehingga
menyebabkan wanita mengalami kondisi perdarahan terus menerus.Wanita yang
mengalami abortus inkomplit umumnya mengalami perdarahan hebat dan kram perut.
Pada sebagian besar kasus, setelah diagnosis abortus inkomplit dilakukan, secara
perlahan jaringan janin akan keluar dengan sendirinya.Meski demikian, proses tersebut
membutuhkan waktu. Sebab, masih ada jaringan janin yang tetap tertinggal di dalam
rahim dan harus dikeluarkan dengan kuret atau tindakan pengobatan lainnya.Abortus
inkomplit tidak sama dengan missed miscarriage atau keguguran yang tidak terdeteksi,
yakni suatu kondisi di mana janin tidak berkembang, tetapi leher rahim masih tertutup
dan tidak terjadi perdarahan.

Secara umum, keguguran, termasuk abortus inkomplit, dapat disebabkan oleh


berbagai macam, tetapi tidak semua kasus keguguran dapat diketahui alasannya.Jika
keguguran terjadi dalam 3 bulan pertama usia kehamilan, penyebab utamanya bisa jadi
adalah kondisi janin yang tidak optimal. Salah satu penyebab keguguran yang paling
umum adalah adanya kelainan pada kromosom bayi. Jika bayi memiliki kelebihan atau
kekurangan kromosom maka bayi tidak dapat berkembang secara normal.Akan tetapi,
apabila keguguran terjadi setelah 3 bulan pertama kehamilan, atau pada usia
kehamilan 13-24 minggu, maka kemungkinan penyebabnya adalah kondisi kesehatan
sang ibu. Beberapa contoh gangguan kesehatan pada ibu hamil yang berisiko
menyebabkan keguguran adalah:

 Penyakit infeksi, seperti yang diakibatkan oleh cytomegalovirus, rubella, atau


toksoplasma
 Penyakit kronis, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit tiroid, lupus,
atau gangguan autoimun
 Gangguan pada rahim. Misalnya, miom, leher rahim yang lemah, atau kelainan
bentuk rahim
 Efek samping penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi
nonsteroid, misoprostol, methotrexate, dan retinoid

Tak hanya itu, pola hidup buruk yang dilakukan ibu hamil juga dapat berisiko
menyebabkan keguguran. Misalnya, merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan
menyalahgunakan NAPZA.

Prinsip pengobatan abortus inkomplit adalah memastikan rahim bersih dari jaringan
janin yang masih tersisa di dalamnya. Ada beberapa cara mengobati abortus inkomplit
yang dapat dilakukan, yakni:

1. Menunggu tubuh mengeluarkan sisa jaringan janin secara alami


Pada kebanyakan kasus, tubuh secara alami dapat mengeluarkan sisa-sisa
jaringan embrio tanpa masalah. Jika cara mengobati abortus inkomplit dilakukan
dengan menunggu tubuh mengeluarkan sisa jaringan secara alami, maka sang ibu
perlu melakukan pemeriksaan secara berkala dengan dokter kandungan.Cara
mengobati abortus inkomplit satu ini tergolong paling tidak invasif dan alami. Akan
tetapi, ada risiko abortus inkomplit yang lebih membahayakan sang ibu serta risiko
prosedur operasi dilasi dan kuretase yang perlu dilakukan segera.Selain itu, metode ini
juga berisiko membuat sang ibu mengalami perdarahan parah yang lebih tinggi.
Perdarahan tersebut bisa berbahaya jika terjadi terus menerus dan tidak kunjung
berhenti. Bahkan, apabila perdarahan tersebut tidak bisa dikontrol, transfusi darah bisa
saja dilakukan oleh sang ibu.

2. Mengonsumsi obat misoprostol


Cara mengobati abortus inkomplit berikutnya adalah dengan pemberian obat
guna mempercepat proses pengeluaran sisa jaringan janin dalam rahim.Namun, perlu
diingat bahwa cara penggunaan obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi sendiri,
melainkan harus di bawah pengawasan dan petunjuk dari dokter kandungan. Obat
tersebut adalah misoprostol yang bisa digunakan dengan cara diminum melalui mulut
atau diletakkan di bawah lidah (kemudian dibiarkan hingga larut dengan sendirinya),
serta dimasukkan ke dalam vagina.Tingkat keberhasilan cara mengobati abortus
inkomplit ini cukup tinggi, yaitu sebesar 80–99%, terutama pada usia kehamilan di
trimester pertama.Obat misoprostol memiliki sejumlah efek samping, seperti sakit perut,
mual dan muntah, hingga diare. Pada kebanyakan kasus, obat misoprostol cukup
ampuh digunakan oleh beberapa perempuan, tetapi obat ini bisa jadi tidak efektif untuk
sebagian perempuan lainnya.Secara umum, penggunaan pil ini memiliki risiko lebih
rendah untuk menyebabkan rahim lengket. Akan tetapi, risiko terjadinya perdarahan
bisa lebih tinggi melalui metode pengobatan satu ini.

3. Prosedur dilasi dan kuretase


Prosedur dilasi dan kuretase adalah cara mengobati abortus inkomplit yang
paling aman dan efektif untuk dilakukan guna mencegah perdarahan yang hebat.
Sebelum melakukan tindakan ini dilakukan, pasien akan diberikan anestesi umum
terlebih dahulu.Selanjutnya, dokter akan menggunakan sebuah alat dan obat untuk
membuka dan melebarkan serviks (leher rahim) sehingga sisa jaringan yang ada di
dalam rahim dapat diangkat. Ketika dokter sudah memiliki akses ke rahim, ia akan
melakukan kuret untuk mengikis sisi-sisi rahim dan mengumpulkan jaringan sisa janin
yang masih tertinggal di dalamnya.Prosedur dilasi dan kuretase merupakan prosedur
yang aman, tetapi tetap ada potensi risiko akibat operasi ini, yaitu:

 Perdarahan
 Komplikasi anestesi yang digunakan
 Kerusakan pada leher rahim
 Evakuasi inkomplit dari sisa-sisa jaringan
 Perforasi uterus
 Infeksi
 Luka pada dinding rahim yang bisa menyebabkan kondisi langka atau dikenal
dengan sindrom Asherman

Perempuan yang mengalami perdarahan terus menerus hingga berhari-hari atau


mengalami keputihan yang tidak normal setelah prosedur dilasi dan kuretase harus
segera memeriksakan diri ke dokter. Beberapa gejala medis yang patut diwaspadai
setelah melakukan dilasi dan kuretase adalah nyeri dan kram pada perut yang tak
kunjung berhenti.Sejumlah penelitian mengatakan bahwa ketiga metode di atas
memiliki tingkat keefektifan yang sama untuk mengobati abortus inkomplit trimester
pertama.

Kuretase memiliki beberapa efek diantaranya nyeri post operasi, untuk itu
sebagai seorang perawat kita harus memberikan penanganan segera seperti
memberikan manajemen nyeri. Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi
keperawatan adalah mengobservasi TTV pasien, melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif (lokasi, durasi, karakteristik, frekuensi, kualitas), mengajarkan pasien
tekhnik nonfarmakologis ( tekhnik relaksasi dengan cara mengambil napas melalui
hidung dan mengeluarkan pelan – pelan melalui mulut.

1. Definisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat mengurangi
ketegangan otot, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, meningkatkan
efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional yaitu dapat
menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi kecemasan (Smeltzer & Bare,
2002).
3. Tahap Persiapan Teknik Relaksasi Nafas Dalama.Persiapan lingkungan:
ciptakan lingkungan tenang dan nyamanb.Persiapan responden atau klien: klien
dalam keadaan rileks
4. Tahap Pelaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Priharjo, 2013)
a) Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik.
b) Posisi dapat duduk atau jika tidak mampu dapat berbaring di tempat tidur.
c) Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup nafas dalam dari hidung
sehingga rongga paru-paru terisis oleh udara melalui hitungan 1, 2, 3, 4
kemudian ditahan sekitar 3-5 detik.d.Instruksikan klien untuk
menghembuskan nafas, hitung sampai tiga secara perlahan melalui mulut
d) Instruksikan klien untuk berkonsentrasi supaya rasa cemas yang
dirasakan bisa berkurang, bisa dengan memejamkan mata.
e) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga kecemasan pasien
berkurang.g.Ulangi sampai 10kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5
kali.h.Lakukan maksimal 5-10menit

Evaluasi
1. Evaluasi pasien
Pasien dapat melakukan teknik relaksasi napas dalam dengan baik dan
benar
2. Evaluasi tindakan
Tindakan dilakuakan secara menyeluruh dalam waku ± 10

F. Analisis Tindakan (berisi ttg dasar pemberian terapi dan manfaat pemberian
tindakan)

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,


yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Mekanisme relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada sistem pernafasan


berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi pernafasan
menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi peningkatan regangan kardiopulmonari
(Izzo, 2008:138). Stimulasi peregangan di arkus aorta dan sinus karotis diterima dan
diteruskan oleh saraf vagus ke medula oblongata (pusat regulasi kardiovaskuler),
selanjutnya merespon terjadinya peningkatan refleks baroreseptor (Gohde, 2010,
Muttaqin, 2009:12-17).

Impuls aferen dari baroreseptor mencapai pusat jantung yang akan merangsang
aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioakselerator),
sehingga menyebabkan vasodilatasi sistemik, penurunan denyut dan daya kontraksi
jantung (Muttaqin, 2009:13, Rubin, 2007:52).

Sistem saraf parasimpatis yang berjalan ke SA node melalui saraf vagus


melepaskan neurotransmiter asetilkolin yang menghambat kecepatan depolarisasi SA
node, sehingga terjadi penurunan kecepatan denyut jantung (kronotropik negatif).
Perangsangan sistem saraf parasimpatis ke bagian-bagian miokardium lainnya
mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup, curah jantung yang
menghasilkan suatu efek inotropik negatif. Keadaan tersebut mengakibatkan
penurunan volume sekuncup, dan curah jantung. Pada otot rangka beberapa serabut
vasomotor mengeluarkan asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Akibat dari penurunan curah jantung, kontraksi serat-serat otot jantung, dan volume
darah membuat tekanan darah menjadi menurun (Muttaqin, 2009:10, 22).

Menurut Priharjo (2003) manfaat dari teknik relaksasi nafas dalam;

1. Ketentraman hati,
2. Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah,
3. Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah,
4. Detak jantung lebih rendah,
5. Mengurangi tekanan darah,
6. Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit,
7. Tidur lelap,
8. Kesehatan mental menjadi lebih baik,
9. Daya ingat lebih baik,
10. Meningkatkan daya berpikir logis,
11. Meningkatkan kreativitas,
12. Meningkatkan keyakinan,
13. Meningkatkan daya kemauan,
14. Intuisi,
15. Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.

G. Bahaya dilakukannya tindakan ( berisi ttg efek yg muncul apabila dosis tidak
sesuai atau kesalahan pemberian tindakan )
-
H. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan ( sesuai dengan SIKI )
1. Berikan distraksi, imajinasi terbimbing, aromaterapi
2. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
I. Hasil yang di harapkan setelah dilakukan tindakan
S: Klien mengatakan sudah tidak mersa terlalu nyeri

O:

1) Karakteristik Nyeri
P: Post op kuret
Q: Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
R: Pada bagian perut bawah
S: Skala 3
T: Nyeri hyya jika klien mau bergerak
2) Klien dapat mempraktekan teknik relaksasi napas dalam
3) Lingkungan terasa nyaman bagi klien
4) Klien tidak memiliki riwayat alergi obat
5) Klien terpasang Infus RL 20tpm
6) Misoprostol oral 100mg
7) Cefadroxil oral 2×500mg
8) Pospargin 3×1 oral
9) Pasien menyukai bau coklat
10) Klien paham akan manfaat pemberian aroma terapi
11) TTV:
TD: 110/70 mmHg
HR 80 x/mnt
RR 20x/mnt SB 370C
A : Masalah Nyeri Akut Teratasi
P : Intervensi dihentikan

J. Evaluasi diri ( kesenjangan langkah prosedur yg telah dilakukan dengan SPO


nya )
SOP dilakukan sesuai prusedur
K. Daftar pustaka / Referensi

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R. (2003). Perawatan nyeri. Jakarta. EGC.

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa :
Agung waluyo. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai