Disusun Oleh:
NIM : 20210109345
Kelas : A
C -
O Rerata skor fungsi kognitif sebelum dan sesudah dilakukan senam otak
adalah 15,038 (pretest), 19,92 (Posttest 1), 21,73 (Posttest 2), 24,12
(Posttest 3), 26,04 (Posttest 4). Terdapat peningkatan bermakna skor
fungsi kognitif antara sebelum dan sesudah senam otak (p<0,05).
Senam otak dapat meningkatakan daya ingat (fungsi kognitif) pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu Raya
C -
O Hasil penelitian kadar gula darah lebih baik pada lansia sesudah
diberikan senam kaki (p value 0,000). Sensitivitas kaki lebih baik pada
lansia sesudah diberikan latihan senam kaki (p value 0,000).
ABSTRAK
Latar belakang : Pertambahan penduduk lansia di Kalimantan Barat, menurut Badan Pusat
Statistika (BPS) Provinsi Kalimantan barat, pada tahun 2015, mengalami peningkatan yaitu 325,
506 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini menimbulkan berbagai masalah sosial,
ekonomi dan kesehatan. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut antara
lain gangguan fungsi kognitif dan keseimbangan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
didapatkan bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma merupakan panti sosial yang
memiliki jumlah lansia terbanyak di Kubu Raya. Lansia yang mengalami penurunan fungsi
kognitif, diperlukan suatu cara guna mencegah penurunan fungsi kognitif tersebut, satu
diantaranya dengan menggunakan terapi senam otak.
Tujuan : Mengetahui pengaruh senam otak terhadap perubahan daya ingat (fungsi kognitif) pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu Raya.
Metodelogi : Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan quasy experiment dengan time
series design. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.Sampel
penelitian berjumlah 26 responden. Penilaian skor fungsi kognitif menggunakan kuesioner
Montreal Cognitife Assesment Versi Indonesia (Mo-CA-Ina) untuk membandingkan skor fungsi
kognitif sebelum dan sesudah dilakukan senam otak. Analisis Data diambil menggunakan uji
Repeated ANOVA.
Hasil : Rerata skor fungsi kognitif sebelum dan sesudah dilakukan senam otak adalah 15,038
(pretest), 19,92 (Posttest 1), 21,73 (Posttest 2), 24,12 (Posttest 3), 26,04 (Posttest 4). Terdapat
peningkatan bermakna skor fungsi kognitif antara sebelum dan sesudah senam otak (p<0,05).
Kesimpulan : Senam otak dapat meningkatakan daya ingat (fungsi kognitif) pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu Raya.
1
PENDAHULUAN diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%)
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun .
Lansia adalah seseorang yang
Jumlah tersebut termasuk terbesar
berusia ≥ 60 tahun, baik pria maupun
keempat setelah China, India dan
wanita, yang masih aktif beraktifitas dan
Jepang(3).
bekerja ataupun mereka yang tidak
berdaya untuk mencari nafkah sendiri Fenomena pertambahan penduduk
sehingga bergantung kepada orang lain lansia juga tampak di Kalimantan Barat.
untuk menghidupi dirinya. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS)
provinsi Kalimantan Barat, pada tahun
Saat ini di dunia, diperkirakan
2006 jumlah penduduk lansia di
lebih dari 625 juta jiwa (satu dari 10 orang
Kalimantan Barat adalah 227.739 jiwa,
berusia lebih dari 60 tahun). Sedangkan
kemudian bertambah sebanyak 38.893
menurut WHO (World Health
jiwa menjadi 266.632 jiwa pada tahun
Organization), di kawasan Asia Tenggara
2007 dan tahun 2010 bertambah lagi
populasi lansia sebesar 8% atau sekitar
menjadi 290.400 jiwa. Penduduk lansia ini
142 juta jiwa. Pada tahun 2050
tersebar di 4 Kabupaten/Kota. Proporsi
diperkirakan populasi lansia meningkat 3
terbesar ( >10% ) berada di Kabupaten
kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000
Pontianak (14,75%), Kota Pontianak
jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%)
(13,36%), Kabupaten Sambas (12,19%),
dari total populasi sedangkan pada tahun
dan Kabupaten Kubu Raya (10,61%). Pada
2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%)
tahun 2015, diketahui jumlah penduduk
dari total populasi dan tahun 2020
lansia di Kalimantan Barat kembali
diperkirakan jumlah lansia mencapai
mengalami peningkatan yaitu 139.421
28.800.000 (11,34%) dari total
jiwa (60-64 tahun), 102.834 jiwa (65-69
populasi(1,2).
tahun), 70.954 jiwa (70-74 tahun) dan
Di Indonesia, jumlah penduduk 75.297 jiwa (>75 tahun)(4). Peningkatan
lansia pada tahun 2006 sebesar kurang jumlah penduduk lansia ini menimbulkan
lebih 19 juta (8,9%) dengan usia harapan berbagai masalah sosial, ekonomi dan
hidup 66,2 tahun, tahun 2010 sebesar 23,9 kesehatan. Beberapa masalah kesehatan
juta (9,77%) dengan usia harapan hidup yang sering terjadi pada usia lanjut antara
67, 4 tahun dan pada tahun 2020
2
lain gangguan fungsi kognitif dan kognitif) pada lansia belum pernah
keseimbangan(5). dilakukan di Panti tersebut.
Dari hasil studi pendahuluan yang Menurut ahli senam otak sekaligus
dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna penemu senam otak dari lembaga
Werdha Puspa Mulia Dharma Pontianak Educational Kinesiology Amerika Serikat
terdapat jumlah lansia 70 orang. Panti Paul E, denisson Ph. D., meski sederhana,
tresna werdha ini merupakan panti tresna senam otak mampu memudahkan kegiatan
werdha yang memiliki jumlah lansia belajar dan melakukan penyesuaian
terbanyak di Kabupaten Pontianak. Dari terhadap ketegangan, tantang dan tuntutan
hasil wawancara dengan petugas panti di hidup sehari- hari. Selain itu senam otak
Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Mulia juga akan meningkatkan kemampuan
Dharma Pontianak, mengatakan berbahasa dan daya ingat. Pada lansia,
keluhanyang sering dirasakan lansia penurunan kemampuan otak dan tubuh
adalah sering lupa menaruh barang, mudah akan membuat tubuh mudah terserang
lupa dengan nama sesama lansia, dan penyakit, pikun dan frustasi. Meski
sering kebingungan saat ditanya demikian, penurunan ini, bisa diperbaiki
seseorang. Petugas panti juga mengatakan dengan melakukan senam otak, dengan
penelitian tentang pengaruh senam otak tujuan untuk memperlancar aliran darah
terhadap peningkatan daya ingat (fungsi dan oksigen ke otak serta merangsang
kedua belah otak bekerja(7,8).
3
Berdasarkan hasil penelitian yang lansia di Panti Sosial Graha Werdha Puspa
dilakukan oleh Rochmad Agus Setiawan, Mulia Dharma Pontianak .
2014, didapatkan hasil bahwa terjadi
Penelitian ini diharapkan
peningkatan skor fungsi kognitif secara
bermanfaat bagi Panti Sosial Tresna
bermakna, setelah diberikan senam otak
Werdha untuk dijadikan sebagai olahraga
terbanyak adalah skor nilai kognitif
dari jadwal mingguan secara berkala yang
ringan, di Panti Werdha Darma Bakti
dapat diberikan oleh petugas kesehatan di
Kasih Surakarta adalah sebanyak 8
Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma
responden (53%)(9).
Kubu Raya dalam mencegah gangguan
Dalam penelitian lainnya, yang fungsi kognitif pada lansia. Hasil
dilakukan oleh Guslinda, dkk. 2013, penelitian tentang terapi senam otak ini
membuktikan bahwa gerakan senam otak juga dapat digunakan sebagai sumbangan
(Brain gym) dapat bermanfaat dalam pemikiran bagi penentu kebijakan, dalam
melancarkan aliran darah dan oksigen hal ini pihak Dinas Kesehatan Kubu Raya
keotak sehingga dapat meningkatkan untuk mengambil keputusan, merumuskan
koordinasi dan konsentrasi, menjernihkan kebijakan dan membuat perencanaan
fikiran, menjaga badan tetap rileks dan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
mengurangi kelelahan mental (stress) pada para lansia khususnya mengenai
sehingga fungsi kognitif dapat dijaga dan informasi dan sosialisasi tentang senam
dipertahankan(10). otak, sehingga dapat dipakai dalam
pembuatan kebijakan baru bagi program
Berdasarkan keterangan di atas,
lansia. Bagi Keperawatan Gerontik, hasil
peneliti merasa penting untuk melakukan
penelitian ini dapat memberikan masukan
penelitian dengan judul pengaruh senam
kepada kesehatan komunitas khususnya
otak terhadap peningkatan daya ingat
keperawatan gerontik untuk dapat
(fungsi kognitif) lansia di Panti Sosial
dijadikan sebagai upaya mengembangkan
Tresna Werdha Puspa Mulia Dharma
program dalam rangka meningkatkan
Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah
kesehatan lansia dengan senam otak
untuk mengetahui pengaruh senam otak
sebagai salah satu kegiatan olahraga untuk
terhadap peningkatan daya ingat pada
mengoptimalkan fungsi kognitif lansia.
Bagi penelitian selanjutnya, hasil
4
penelitian ini dapat mendorong dan Pengumpulan data dilakukan
membantu penelitian lebih lanjut dalam dengan penilaian skor fungsi kognitif
hal pengembangan metode penelitian. menggunakan kuesioner Montreal
Cognitife Assesment Versi Indonesia (Mo-
METODE
CA-Ina) untuk membandingkan skor
Penelitian ini bersifat kuantitatif fungsi kognitif sebelum dan sesudah
menggunakan quasy experiment dengan dilakukan senam otak.
time series design. Populasi target dalam
Analisia statistik yang digunakan
penelitian ini adalah lansia yang
melalui dua tahapan yaitu analisa univariat
mengalami gangguan fungsi kognitif
dan analisa bivariat. Adapun analisa
ringan, sedangkan populasi terjangkaunya
bivariat yang digunakan adalah uji
adalah lansia di Panti Sosial Tresna
Repeated ANOVA.
Werdha Mulia Dharma Kubu Raya yang
mengalami ganggguan fungsi kognitif HASIL
ringan. Sampel penelitian berjumlah 26
1. Analisa Univariat
orang responden. Metode pengambilan
Tabel 1. Karakteristik lansia di Panti
sampel yang digunakan adalah purposive
Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma
sampling. Adapun kriteria inklusi dalam
Kubu Raya pada bulan Pebruari 2016
penelitian ini adalah lansia yang berusia
60-85 tahun, lansia yang mengalami Karakteristik
Responden (n=26)
penurunan daya ingat (fungsi kognitif) Frekuensi Persentas
(F) e (%)
ringan, lansia yang mampu berkomunikasi Umur
60-74 14 53,8%
dengan baik, dan dapat melakukan 75-85 12 46,2%
aktifitas fisik seperti senam. Jenis Kelamin
Laki-laki 14 53,8%
Perempuan 12 46,2%
Penelitian ini dilakukan di Panti Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 13 50%
Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma SD 8 30,8%
SMP 2 7,7%
Kubu Raya. Intervensi senam otak SMA 3 11,5%
diberikan tiga kali dalam satu bulan yaitu Sumber : Data Primer, Pebruari 2016
dari tanggal 5-28 Pebruari 2016. Berdasarkan tabel 1. dapat
diketahui bahwa sebagian besar umur
responden adalah kelompok umur 60-74
5
tahun sebanyak 14 orang (53,8%) dan senam otak menunjukkan bahwa 26
umur responden yang berumur antara 75- responden (100%) mengalami
85 tahun sebanyak 12 orang (46,2%). ketidaknormalan atau gangguan pada fungsi
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin kognitifnya. Sedangkan setelah dilakukan
dapat diketahui bahwa responden laki-laki senam otak pada posttest 1 didapatkan hasil
sebanyak 14 orang (53,8%) dan responden bahwa 6 responden (23,1%) dari 26
perempuan sebanyak 12 orang (46,2%). responden menunjukkan fungsi kognitif
Pada tingkat pendidikan, responden yang normal. Pada posttest ke 2 yag berarti
tidak bersekolah sebanyak 13 orang intervensi senam otak telah diberikan
(50,0%), SD sebanyak 8 orang (30,8%), selama dua minggu, didapatkan hasil yang
SMP sebanyak 2 orang (7,7%) dan SMA menunjukkan 7 responden (27,0%) dari 26
sebanyak 3 orang (11,5%). responden memiliki fungsi kognitif normal.
Pada posttest ke 3, 11 responden (42,3%)
Tabel 2. Distribusi fungsi kognitif lansia memiliki skor fungsi kognitif normal dan
di panti Sosial Tresna Werdha pada posttest ke 4 (posttest terakhir),
Mulia Dharma Kubu Raya didapatkan hasil bahwa >50% yaitu 61,54%
pada bulan Pebruari 2016 (16 responden) memilki skor fungsi kognitif
normal. Hal ini menunjukkan bahwa
Karakteristik Responden (n=26)
Frekuensi (F) Persentase semakin lama intervensi diberikan, semakin
(%)
Pretest meningkatkan skor fungsi kognitif pada
Normal 0 0%
Tidak Normal 100 100% responden.
Posttest 1
Normal 6 23,1%
Tidak Normal 20 76,9% 2. Analisa Bivariat
Posttest 2
Normal 7 27% Tabel 2.1 Hasil uji repeated anova
Tidak Normal 19 73
Posttest 3 Variabel Mean SD Min- p
Normal 11 42,3% Max
Tidak Normal 15 57,7% Prestest 15,038 6,089 4-24 <0,01
Posttest 4 Posttest 1 19,92 5,440 10-28 <0,01
Normal 16 61,54% Posttest 2 21,73 5,235 12-29 <0,01
Tidak Normal 10 38,46% Posttest 3 24,12 4,625 13-30 <0,01
Posttest 4 26,04 3,177 19-30 <0,01
Sumber : Data Primer, Pebruari 2016
Sumber : Data Primer, Pebruari 2016
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui
bahwa pada saat dilakukan pretest skor
fungsi kognitif sebelum diberikan intervensi
6
Tabel 2.2 Hasil uji repeated anova kesimpulan bahwa ada pengaruh yang
(pairwise comparison) didapatkan pada semua pengukuran.
Variabel Mean p
Awal vs minggu 1 4,885 <0,001 PEMBAHASAN
Awal vs minggu 2 6,692 <0,001
Awal vs minggu 3 9,077 <0,001
Awal vs minggu 4 11,000 <0,001 5.1. Skor Fungsi Kognitif Pada Lansia
Minggu 1 vs minggu 2 1,808 <0,001
Minggu 1 vs minggu 3 4,192 <0,001 Sebelum Diberikan Senam Otak
Minggu 1 vs minggu 4 5,692 <0,001
Minggu 2 vs minggu 3 2,385 <0,001 Di Panti Sosial Tresna Werdha
Minggu 2 vs minggu 4 4,308 <0,001 Mulia Dharma Kubu Raya
Minggu 3 vs minggu 4 1,923 <0,001
Sumber : Data Primer, Pebruari 2016 Sebelum dilakukan senam otak, dapat
Pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 dilihat pada tabel 2 dan pada tabel 2.1
menyajikan hasil analisis uji repeated menunjukkan bahwa skor fungsi kognitif
anova yang dilanjutkan dengan post hoc pada 26 lansia, semuanya mengalami
paired wise comparasion. Pada tabel 2.1 gangguan pada fungsi kognitif. Nilai rata-
hasil uji repeated anova, rerata skor fungsi rata pada skor fungsi kognitif pada saat
kognitif sebelum diberikan intervensi pretest sebesar 15,038 (95%CI : 12,58-
adalah 15,038, sedangkan rerata skor 17,50), dengan nilai minimum pada
fungsi kognitif sesudah dilakukan pengukuran pretest adalah 4 dan nilai
pengukuran dilihat sampai pada tertinggi adalah 24. Hal ini dikarenakan
pengukuran terakhir adalah 26, 04. Nilai adanya beberapa faktor yang dapat
significancy yang diperoleh <0,05. mempengaruhi skor fungsi kognitif pada
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan lansia. Faktor yang paling berpengaruh
bahwa H0 ditolak yang berarti ada adalah perubahan sel yang dialami lansia
pengaruh senam otak terhadap perubahan akibat dari proses degeneratif, dimana
daya ingat (fungsi kognitif) pada lansia . adanya perubahan genetika yang
Pada tabel 2.2 hasil uji paired wise mengakibatkan terjadi penurunan protein
comparasion, dilakukan untuk mengetahui beta amyloid pada ekstraseluler sel neuron
pengukuran mana yang berpengaruh pada dan abnormalitas protein tau pada
semua pengukuran. Nilai significancy intraneuron sehingga impuls saraf ke otak
untuk setiap pengukuran adalah <0,001 mengalami gangguan. Pada lansia, otak
(p<0,05), dengan demikian dapat ditarik juga mengalami atrofi, dimana berat otak
menurun 5-10%, jumlah neuron dan
7
neurotransmitter (seperti asetilkolin, Berdasarkan uji Repeated ANOVA juga
glutamat, neurotropil, dan endorfin) juga didapatkan hasil p<0,05 yang mengandung
mengalami penurunan sehingga arti ada pengaruh senam otak terhadap
mengakibatkan penurunan sinapsis antar perubahan daya ingat (fungsi kognitif)
sel dan otak tidak mampu menyampaikan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
dan menyimpan informasi. Selain dari Mulia Dharma Kubu Raya.
faktor proses degeneratif, kurangnya Peningkatan skor fungsi kognitif
stimulus pada otak juga menyebabkan yang didapat setelah dilakukan intervensi
penurunan fungsi kognitif pada lansia(21). senam otak adalah karena pemberian
5.2. Skor Fungsi Kognitif Pada Lansia stimulus pada otak yang dilakukan dengan
Sesudah Diberikan Senam Otak menggunakan gerakan-gerakan senam
Di Panti Sosial Tresna Werdha otak. Otak bukanlah organ yang statis,
Mulia Dharma Kubu Raya melainkan dinamis yang senantiasa
Dari hasil pengolahan data yang dibuat tumbuh dan berkembang membentuk
dalam bentuk tabel 4.4. dan tabel 4.5, jaringan antar sel saraf. Pembentukan dan
dapat dijelaskan bahwa terdapat pertumbuhan jaringan ini dipengaruhi oleh
peningkatan skor fungsi kognitif yang stimulasi dari lingkungan. Otak
signifikan pada lansia di Panti Sosial beradaptasi terhadap stimulasi lingkungan,
Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu Raya dimana semakin banyak dan semakin
sesudah dilakukan intervensi senam otak. sering otak diberikan stimulus, maka
Sebelum dilakukan intervensi senam otak semakin banyak dan kuat jalinan antar sel
rerata skor fungsi kognitif lansia adalah saraf(20).
15,083, sedangkan setelah diberikan Penelitian Greenough (2006),
senam otak skor rerata fungsi kognitif menyebutkan bahwa saat ada stimulasi
lansia meningkat menjadi 26,04 pada maka struktur otak akan berubah secara
posttest terakhir. Dilihat dari jumlah signifikan, hubungan antar neuron lebih
responden juga didapatkan bahwa dari 26 banyak, sel glia yang menyongkong fungsi
lansia (100%) yang awalnya memiliki neuron bertambah dan kapiler-kapiler
fungsi kognitif tidak normal, setelah darah yang menyuplai darah dan oksigen
dilakukan senam otak, 16 lansia (61,54%) ke otak menjadi lebih padat. Stimulasi
memiliki fungsi kognitif normal. otak mempunyai banyak efek positif pada
8
struktur dan fungsi otak, termasuk pernafasan perut (dimensi pemusatan).
menambah jumlah cabang-cabang dendrit, Guslinda pada penelitiannya juga
memperbanyak sinapsis (hubungan antar menggunakan gerakan khusus untuk
sel saraf), meningkatkan jumlah sel meningkatkan fungsi kognitif pada lansia
penyongkong saraf, dan kemamapuan dengan demensia(12).
memperbaiki memori(22). Menurut Brown Gerakan- gerakan yang dilakukan
(2003), stimulasi disertai aktifitas fisik akan menstimulasi otak untuk bekerja.
dapat meningkatkan neurogenesis sel-sel Pada dimensi lateralis, gerakan yang
di gyrus dentata hipocampus, dan digunakan adalah gerakan delapan tidur
meningkatkan peran hipocampus pada dan putaran leher. Gerakan delapan tidur
proses belajar sehingga dapat adalah gerakan menyeberangi garis
meningkatkan kemampuan memori(23). tengah visual tanpa henti, gerakan ini
Intervensi yang digunakan dalam dilakukan dengan cara menggerakkan
penelitian ini adalah senam otak. Senam tangan seperti membuat angka delapan
otak (brain gym) adalah rangkaian latihan tidur di udara, sehingga dapat
berbasis gerakan tubuh sederhana. Senam mengaktifkan mata kanan dan mata kiri,
otak merupakan stimulasi yang baik dalam meningkatkan kinerja otak kanan dan kiri
mengoptimalkan fungsi otak, dimana serta meningkatkan kemampuan
gerakan pada senam otak cenderung memori(9). Gunadi juga menjelaskan
ritmenya lambat dan mempunyai tujuan bahwa gerakan delapan tidur bermanfaat
tertentu. Senam otak diakui sebagai teknik meningkatkan konsentrasi dan
belajar yang paling baik oleh National meningkatkan kemampuan visual(20).
Learning Foundation USA(9). Gerakan lain yang dilakukan pada
Aplikasi gerakan-gerakan senam dimensi lateralis adalah gerakan putaran
otak dalam kehidupan sehari-hari leher, dimana gerakan ini dilakukan
tergantung dari kebutuhan seseorang. dengan memutar leher ke kanan, ke kiri
Gerakan yang dipilih dalam penelitian ini dan kebawah. Gerakan ini dapat
adalah delapan tidur dan putaran leher mempengaruhi kemampuan memori
(dimensi lateralis), burung hantu dan jangka pendek karena kemampuan
mengaktifkan tangan (dimensi memori yang rendah dapat disebabkan
pemfokusan), dan pasang telinga dan oleh ketegangan pada leher sehingga
9
gerakan putar leher yang nantinya dapat meningkatkan kelancaran pembuluh
meningkatkan kemampuan memori(9). darah arteri ke otak, meningkatkan
Gerakan yang dilakukan pada energi ke mata, dan mengaktifkan kedua
dimensi pemfokusan adalah gerakan belah otak bagian depan. Gerakan saklar
mengaktifkan tangan dan gerakan burung otak ini dilakukan dengan melakukan
hantu. Gerakan mengaktifkan tangan pemijatan pada daerah saklar otak yaitu
adalah gerakan yang dilakukan dengan terletak di dada dan merupakan jaringan
meluruskan satu tangan ke atas, ke lunak di bawah tulang selangka di kiri
samping telinga dan sambil mengatur dan kanan tulang dada menggunakan jari
napas. Tujuan dilakukan gerakan pada salah satu tangan dan tangan
mengaktifkan tangan ini adalah untuk lainnya berada di pusar(9).
memperbaiki kelenturan dan fleksibilitas Peningkatan skor fungsi kognitif
lengan dan tangan, mengkoordinasi yang terjadi setelah dilakukan penelitian
kemampuan mata dan tangan untuk tentang pengaruh senam otak ini juga
menggunakan alat tertentu serta telah dibuktikan pada penelitian yang
meningkatkan energi di tangan. telah dilakukan oleh Rochmad Agus
Sedangkan gerakan burung hantu adalah Setiawan pada tahun 2014 di Panti
gerakan memijat bahu kiri dan kanan Werdha Dharma Kasih Surakarta,
yang dapat bermanfaat untuk mengasah didapatkan hasil bahwa terjadi
indra penglihatan dan pendengaran(9). peningkatan skor fungsi kognitif secara
Gerakan senam otak pada dimensi bermakna setelah diberikan senam otak,
pemusatan yang dipilih adalah gerakan terbanyak adalah skor nilai kognitif
pasang telingga dan gerakan saklar otak. ringan yaitu delapan resonden (53%)(11).
Pada gerakan pasang telingga ini Pada penelitian lain yaitu Verany yang
dilakukan dengan cara memijat daun memberikan senam otak empat kali
telinga dari atas ke bawah dengan seminggu selama dua minggu pada 32
lembut. Gerakan ini dapat memusatkan orang di Panti Sosial Tresna Werdha
perhatian dan indra pendengaran dengan Warga Tama indralaya, didapatkan hasil
mengaktifkan 400 titik akupuntur yang terdapat peningkatan fungsi kognitif
ada di telinga(9). Sedangkan gerakan sebelum dan sesudah dilakukan senam
saklar otak dilakukan untuk otak, yang menyatakan bahwa ada
10
pengaruh senam otak dengan fungsi terhadap daya ingat dalam kemampuan
kognitif lansia demensia(15). menghafal ayat Al Quran(18).
Penelitian yang dilakukan pada 24 Peningkatan skor fungsi kognitif
pasien Alzheimer di Clinic for ini didapatkan karena kedua belah
Neurology and for Medical hemisfer dapat berfungsi optimal secara
Rehabilitation and Geriatric di Jerman bersamaan sehingga akan mencapai
oleh Draabben-Thiemana, menunjukan kemampuan berpikir dan kreatifitas yang
terdapat peningkatan skor fungsi tinggi. Satu diantaranya cara untuk
kognitif, dari 24 pasien, 16 pasien mengoptimalkan hemisfer adalah dengan
mengalami peningkatan skor fungsi gerakan-gerakan fisik, seperti senam
kognitif(16). Pada penelitian Cancela yang otak(21). Senam otak memberi manfaat
memberikan senam otak kepada lansia dalam meningkatkan keterampilan
yang berusia 65-80 tahun di Spanyol khusus dalam hal berpikir dan
sebanyak satu kali dalam seminggu koordinasi, memudahkan kegiatan
selama 16 minggu, didapatkan hasil belajar dan melindungi sel saraf dari
terdapat peningkatan fungsi kognitif proses neurodegeneratif(9, 21)
. Meskipun
pada semua responden(17). rata-rata skor fungsi kognitif pada lansia
Penelitian Guslinda di Panti Sosial mengalami peningkatan setelah
Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin dilakukan senam otak, namun pada
Padang Pariaman, hasil penelitian penelitan ini juga ditemukan beberapa
menunjukan ada pengaruh yang lansia yang memiliki skor fungsi kognitif
bermakna antara fungsi kognitif yang tidak mengalami peningkatan pada
kelompok yang diberikan senam otak posttest ke dua hingga posttest ke empat,
yaitu selisih 4,41 poin(12). Penelitian yang hal ini dikarenakan lansia kesulitan
dilakukan oleh Ari Mei Leni terhadap dalam menjawab pertanyaan kuesioner
pengaruh senam otak terhadap daya ingat MoCA-Ina pada bagian A2 yaitu
pada 14 wanita post menopause juga kemampuan visokontruksional
menunjukkan ada perbedaan pengaruh (menggambar kubus). Lansia sulit
yang signifikan antara kelompok mengintegrasikan garis yang saling
intervensi dan kelompok kontrol terhubung untuk membuat sebuah
bangun ruang. Selain itu faktor tingkat
11
pendidikan lansia yang kebanyakan tidak Rerata skor fungsi kognitif
bersekolah menyebabkan lansia belum lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
mengenal pembelajaran mengenai Mulia Dharma Kubu Raya sebelum
bangun ruang. diberikan senam otak adalah
Berdasarkan pembahasan di atas, 15,038.Sedangkan erata skor fungsi
dapat disimpulkan bahwa dengan latihan kognitif lansia di Panti Sosial Tresna
senam otak tiga kali dalam seminggu Werdha Mulia Dharma Kubu Raya
selama satu bulan dapat meningkatkan setelah diberikan senam otak dalam
fungsi kognitif pada lansia di Panti empat kali pengukuran yang dilakukan
Sosial Tresna werdha Mulia Dharma setiap minggu,dari post test 1 sampai
Kubu Raya. post test 4 masing-masing adalah
(19,923), (21,731), (24,115), dan
PENUTUP (25,615).
1. Kesimpulan
Pada uji repeated ANOVA
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil yaitu p<0,05 yang
yang telah dilakukan pada 26
mengandung arti bahwa terdapat
responden yang mengikuti senam otak
peningkatan yang bermakna antara
di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia
skor fungsi kognitif sebelum dan
Dharma Kubu Raya dapat diambil
sesudah pemeberian senam otak tiga
simpulan yaitu, gambaran karakteristik
kali seminggu selama satu bulan pada
lansia otak di Panti Sosial Tresna
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Werdha Mulia Dharma Kubu Raya,
Mulia Dharma Kubu Raya.
yaitu sebagian besar adalah kelompok
umur 60-74 tahun (53,8%). 2. Saran
Berdasarkan jenis kelamin diketahui Untuk menghambat penurunan
bahwa lansia laki-laki lebih banyak fungsi kognitif pada lansia disarankan
dari pada lansia perempuan yaitu tenaga kesehatan di Panti Sosial
sebanyak 14 orang (53,8%). Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu
Sedangkan berdasarkan tingkat Raya secara rutin seminggu tiga kali
pendidikan sebagian besar lansia tidak melakukan senam otak pada lansia dan
sekolah yaitu sebesar (50%). mengingat pentingnya senam otak,
12
Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Kemenkes RI. 2013.
3. Badan Pusat Statistik. Data
Dharma Kubu Raya dapat mendorong
Statistik Indonesia : Jumlah
segera menunjuk instruktur senam otak Penduduk Menurut Kelompok
Umur, Jenis Kelamin, Provinsi,
dengan memberikan pelatihan senam
dan Kabupaten/Kota. 2010.
otak terhadap petugas kesehatan panti. 4. BKKBN, 2010. Potret Penduduk
Lansia Di Kalimantan Barat.
Dinas Kesehatan Kubu raya Diperoleh:www.bkkbn.go.id/.../Pot
ret%20Penduduk%20Lansia%20di
sebagai institusi penentu kebijakan %20Kalimant. Diakses 14 Oktober
termasuk program lansia diharapkan 2015.
5. Hesti. Pengaruh Gangguan
dapat merumuskan kebijakan yang Kognitif Terhadap Gangguan
berkenaan dengan terlaksananya Keseimbangan Pada Lanjut Usia.
2004. Diperoleh dari
senam otak di setiap panti werdha http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/
maupun pusat kesehatan masyarakat Search.html?act=tampil&id=54416
&idc=24. Diakses 15 November
lainnya yang terdapat di Kabupaten 2015.
Kubu Raya, dengan merencanakan 6. Willson B, Emsile H, Quirk K,
Evans J. 2001. Journal of
anggaran bagi kegiatan dan pelatihan neurology, neurosurgery, and
instruktur senam otak. psychiatry, volume: 70(4),pp.477-
82. Diperoleh dari at:
http:www.pubmedcentral.nih.go/ar
Bagi penelitian selanjutnya,
ticlerender.fcgi?artid=1737370&to
perlunya dilakukan penelitian yang ol=p mcentrez &r endertypa.
Diakses 14 Oktober 2015.
memiliki kelompok kontrol, penelitian
7. Denisson. Brain gym (Senam
yang bisa menggambarkan faktor- Otak). Jakarta : Grasindo. 2009.
8. Yanuarita, Franc Andri.
faktor yang mempengaruhi fungsi
Memaksimalkan Otak Melalui
kognitif, mengetahui hubungan Senam Otak (BrainGym).
Sukoharjo.Teranova Books. 2012.
kualitas tidur dengan fungsi kognitif
9. Rochmad Agus Setiawan.
dan mengukur lama efek senam otak Pengaruh Senam Otak Dengan
Fungsi Kognitif Lansia Demensia
dapat bertahan.
Di Panti Werdha Dharma Bakti
Kasih Surakarta. 2014. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Surakarta : Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
1. Nugroho W. Keperawatan Diperoleh dari RA Setiawan, W
Gerontik dan Geratrik. Jakarta: Safitri, A Setiyaja digilib.
EGC. 2008. stikeskusumahusada.ac.id. Diakses
2. Kemenkes RI. Survei Demografi 28 Oktober 2015. (Skripsi).
dan Kesehatan Indonesia Jakarta :
13
10. Guslinda,Yola Yolanda, Delvi ofAlzheimer’s patients. Brain Gym
Hamdayani. Pengaruh Senam Otak Journal 2002;16 (1): 10.
Terhadap Fungsi Kognitif Pada 17. Cancela JM, Suarez HV,
Lansia Dengan Dimensia Di Panti Vasconcelos J, Lima A, Ayan C.
Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Efficacy of Brain Gym Training on
Aluih Sicincin Padang Pariaman The Cognitive Performance and
Tahun 2013. Jurnal Keperawatan Fitness Level of Active Older
Padang : STIKes Mercubaktijaya Adult : A Pliminary Study, J Aging
Padang. Diperoleh dari journal. Phys Act 2015; 23 (4); 653-8.
mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.p 18. Ari Sapti Mei Leni, Isbaini
hp?file=1e.pdf. Diakses tanggal 20 Herawati, Agus Widodo. 2012.
Oktober 2015. (Skripsi). Pengaruh Senam Otak Terhadap
11. Keliat, 1999 dalam Maryam, Daya Ingat Pada Wanita Post
Fatma, Rosidawati, Juabed, Menopause. Surakarta : Aisyiyah
Batubara. Mengenal Usia Lanjut Surakarta.
DanPerawatannya. Jakarta: 19. Sularyo TS, Handryastuti S. Senam
Salemba Medika. 2011. otak. Sari Pediatri, Juni 2002; 4(1):
12. Maryam, Fatma, Rosidawati, 37.
Juabed, Batubara. 2011. Mengenal 20. Macias M, Nowicka D, Czupryn
Usia Lanjut DanPerawatannya. A, Sulejczak D, Skup M, Skangiel-
Jakarta: Salemba Medika. . 2011. Kramska J. Exercise-induced
13. Darmajo B. Teori Proses Menua. motor improvement after complete
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. spinal cord transection and its
2009. relation to expression of brain-
14. Lanawati. Hubungan Antara derived neurotrophic factor and
Senam Kesegaran Jasmani Lansia presynaptic markers. BMC
Dengan Fungsi Kognitif Dan Neuroscience 2009; 10:144.
Keseimbangan Tubuh Di Posyandu 21. Dince Setianingsih. Pengaruh
Lansia Desa Dauh Puri Kauh Senam Otak Terhadap
Denpasar. 2015. Universitas Kemampuan Memori Jangka
Udayana. Diperoleh dari : Pendek Pada Anak Tuna Drahita
www.pps.unud.ac.id/.../unud-1458- Ringan Di SDLB Negeri Patrang
1595108714-. Diakses 10 Kabupaten Jember; 2012. Jember:
November 2015. (Tesis). Program Studi Ilmu Keperawatan
Jember. (Diakses tanggal 9April
15. Verany R, Santoso B, Fanada M. 2016).
2013. Pengaruh Brain Gym 22. Greenough, W. Perspective: Rich
Terhadap Tingkat Kognitif Lansia Experience, Physical Activity
di Panti Sosial Tresna Werdha Healthy Brains; 2006. National
Warga Tama Indralaya. Palembang Scientific Council on the
: Universitas Sriwijaya. (Skripsi) Developing Child. (Diakses
16. Drabben-Thiemann G, Hedwig D, tanggal 9April 2016).
Kenklies M, Von Blumberg A, 23. Brown & Jason. Enriched
Marahrens A, Marahrens G, Hager Environment and Physical Activity
K. The Effect of Brain Gym on Stimulate Hippocampal but not
The Cognitive Performance Olfactory Bulb Neurogenesis;
14
2003. Eureopean Journal of
Neurosciences, Vol.7. pp2042-
2046. (Diakses tanggal 9April
2016).
15
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017
ABSTRAK
Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia umumnya adalah
penurunan fungsi organ yang memicu terjadinya berbagai penyakit
degeneratif termasuk hipertensi. Penyakit degeneratif pada lansia jika
tidak ditangani dengan baik maka menurunkan kualitas hidup lansia.
Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degeneratif
kardiovaskuler yang paling banyak di alami oleh lansia dan belum
dapat diketahui dengan pasti penyebabnya. Penatalaksanaan hipertensi
pada lansia selain dengan farmakologi dapat pula dilakukan dengan
non farmakologi seperti senam hipertensi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi lansia terhadap
penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi di Panti Wredha
Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan rancangan preexperiment design One
Group Pre test-post test. Pengumpulan data menggunakan
Sphygmomanometer air raksa, sedangkan analisis data menggunakan
uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil dari penelitian ini adalah
tekanan darah sebelum pemberian intervensi sebagian besar adalah
prehypertension (39%), tekanan darah setelah pemberian intervensi
senam hipertensi sebagian besar adalah normal (56%), danterdapat
pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah lansia di Panti
Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta (p-value = 0,001).
ABSTRACT
Health problems that occur in the elderly generally are the decline in
organ function that triggers the occurrence of various degenerative
diseases including hypertension. Degenerative disease in elderly if not
handled properly hence decrease the quality of life of elderly.
Hypertension is a symptom of the cardiovascular degenerative disease
that has not been known the cause, which many experienced by the
elderly. Management of hypertension in the elderly in addition to
pharmacology can also be done with non-pharmacology such as
hypertension gymnastics. The purpose of the study was to determine
the influence of elderly hypertensive gymnastics on decreased blood
pressure elderly with hypertension in Panti Wredha Darma Bhakti
Pajang, Surakarta. This research was a quantitative research with the
26
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017
27
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017
28
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017
29
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017
30
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2013, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Kemenkes RI,
Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)., 2013, Kementrian Kesehatan RI, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Wahyuni, S., 2015, Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Tekanan Darah ansia di
Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri, Skripsi, Program
Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta, Surakarta.
31
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013
Abstrak
Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada
aggregate lansia diabetes melitus di Magelang. Penelitian eksperimen semu desain pre and post test group
design with control group. Sampel secara aksidental atau convenience sampling, 125 responden (62 lansia
kelompok intervensi dan 63 kelompok kontrol). Instrumen penilaian menggunakan skala sensitivitas dan nilai
kadar gula darah. Senam kaki dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu. Hasil penelitian kadar gula darah
lebih baik pada lansia sesudah diberikan senam kaki (p value 0,000). Sensitivitas kaki lebih baik pada lansia
sesudah diberikan latihan senam kaki (p value 0,000).
76 . Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah
Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang
Sigit Priyanto, Junaiti Sahar, Widyatuti
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013
. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah 77
Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang
Sigit Priyanto, Junaiti Sahar, Widyatuti
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013
Menunjukkan rata-rata kadar gula darah Catatan: *) sampel sebelum dan sesudah
sebelum perlakuan pada kelompok intervensi intervensi sama
sebesar 271,94 (SD= 60,53) dan pada kelompok Menunjukkan ada perbedaan secara bermakna
kontrol rata-rata kadar gula darah sebesar rata-rata kadar gula darah sebelum dilakukan
264,08 (SD= 52,64). senam kaki dengan kadar gula darah sesudah
dilakukan senam kaki pada kelompok intervensi
Rata-rata kadar gula darah sesudah perlakuan (t= 7,59; p value = 0,000).
pada kelompok intervensi sebesar 243,73 (SD=
49,73) dan pada kelompok kontrol rata-rata Ada perbedaan secara bermakna rata-rata kadar
kadar gula darah sebesar 273,35 (SD= 50,85). gula darah sebelum dilakukan senam kaki
dengan kadar gula darah sesudah dilakukan
Analisis Sensitivitas Kaki Sebelum dan senam kaki pada kelompok kontrol (t= 3,18; p
Sesudah Perlakuan Senam Kaki Pada Lansia di value= 0,02).
Magelang tahun 2012 (n=125)
Analisis Perbedaan Sensitivitas Kaki Sebelum
Tabel 5.2 menunjukkan rata-rata sensitivitas kaki dengan Sesudah Perlakuan Senam Kaki Pada
sebelum perlakuan pada kelompok intervensi sebesar Lansia di Magelang tahun 2012 (n=125)
1,81 (SD= 0,72) dan pada kelompok kontrol rata-rata
sensitivitas kaki sebesar 1,92 (SD= 0,75). Sebelum Sesudah
Kelompok Intervensi Intervensi Selisih mean
Sebelum Sesudah
Selisih Mean SD Mean SD
Kelompok Intervensi Intervensi
mean Intervensi 271,94 60,53 243,23 49,73 28,71
Mean SD Mean SD
Intervensi 1,81 0,72 2,68 0,47 0,87 Kontrol 264,08 52,64 273,35 50,85 9,27
Kontrol 1,92 0,75 1,87 0,73 0,48
Catatan: *) sampel sebelum dan sesudah intervensi sama
Catatan: *) sampel sebelum dan sesudah intervensi sama
Menunjukkan ada perbedaan secara bermakna
Rata-rata sensitivitas kaki sesudah perlakuan rata-rata sensitivitas kaki sebelum dilakukan
pada kelompok intervensi sebesar 2,68 (SD= senam kaki dengan sensitivitas kaki sesudah
0,47) dan pada kelompok kontrol rata-rata dilakukan senam kaki pada kelompok intervensi
sensitivitas kaki sebesar 1,87 (SD= 0,73). (t= 14,87; p value= 0,000).
Selisih mean sensitivitas kaki sebelum dengan Tidak ada perbedaan secara bermakna rata-rata
sesudah pada kelompok intervensi sebesar sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam kaki
28,71 sedangkan pada kelompok kontrol dengan sensitivitas kaki sesudah dilakukan
sebesar 9,27. senam kaki pada kelompok kontrol (t= 1,76; p
value= 0,083).
Analisis Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Analisis Perbedaan Kadar Gula Darah Sesudah
dengan Sesudah Perlakuan Senam Kaki Pada Perlakuan Senam Kaki Kelompok Intervensi
Lansia di Magelang tahun 2012 (n=125) dengan Kelompok Kontrol Pada Lansia di
Magelang tahun 2012 (n=125)
Sebelum Sesudah
t p value t p value
Kelompok Intervensi Intervensi
Mean SD Mean SD
Intervensi 60,5 243,2
271,94 0,56 0,581 49,73 6,34 0,000
3 3
Kontrol 52,6 273,3
264,08 50,85
4 5
Menunjukkan tidak ada perbedaan secara Ada perbedaan secara bermakna rata-rata kadar
bermakna rata-rata kadar gula darah sebelum gula darah sesudah dilakukan senam kaki pada
dilakukan senam kaki pada kelompok intervensi kelompok intervensi dengan kadar gula darah
dengan kadar gula darah sebelum dilakukan sesudah dilakukan senam kaki pada kelompok
senam kaki pada kelompok kontrol (t= 0,56; p kontrol (t= 6,34; p value= 0,000)
value= 0,581)
78 . Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah
Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang
Sigit Priyanto, Junaiti Sahar, Widyatuti
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013
Analisis Perbedaan Sensitivitas Kaki Sesudah Perlakuan Senam Kaki Kelompok Intervensi dengan
Kelompok Kontrol Pada Lansia di Magelang tahun 2012 (n=125)
Sebelum Sesudah
t p value t p value
Kelompok Intervensi Intervensi
Mean SD Mean SD
Intervensi
1,81 0,72 1,93 0,059 2,68 0,47 10,64 0,000
Kontrol
1,92 0,75 1,87 0,73
Menunjukkan tidak ada perbedaan secara Hal tersebut sejalan pernyataan dari WHO,
bermakna rata-rata kadar gula darah sebelum 2008, diabetes melitus merupakan keadaan
dilakukan senam kaki pada kelompok intervensi hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh
dengan kadar gula darah sebelum dilakukan faktor lingkungan dan keturunan secara
senam kaki pada kelompok kontrol (t= 1,93; p bersama-sama, dan mempunyai karakteristik
value= 0,059). hiperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol. Faktor utama yang harus
Ada perbedaan secara bermakna rata-rata kadar dikendalikan adalah nilai kadar gula darah,
gula darah sesudah dilakukan senam kaki pada diupayakan dalam rentang normal atau
kelompok intervensi dengan kadar gula darah mendekati rentang normal. Tingginya angka
sesudah dilakukan senam kaki pada kelompok atau kadar gula darah menunjukkan tingkat
kontrol (t= 10,636; p value= 0,000) kesakitan yang terjadi. Tanda-tanda awal yang
Sensitivitas kaki lebih baik pada lansia sesudah biasanya dirasakan lansia seperti banyak
diberikan senam kaki pada kelompok intervensi makan, banyak kencing, banyak minum
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini seandainya dilakukan pemeriksaan gula darah
menunjukkan bahwa ada pengaruh senam kaki lebih lanjut akan menunjukkan adanya
terhadap sensitivitas kaki. peningkatan.
. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah 79
Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang
Sigit Priyanto, Junaiti Sahar, Widyatuti
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013
bermakna dengan gangguan ekstremitas dimana yang tidak mendapatkan perlakunan senam
aktivitas fisik yang rendah, salah satunya tidak kaki.
teratur berolahraga berisiko untuk terjadinya
gangguan gerak. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian di Spanyol yang
Masalah lain yang sering terjadi pada lansia dilakukan oleh Calle dkk. Pada 318 diabetisi
berkaitan pengendalian gula darah adalah sering dengan neuropati dilakukan perawatan kaki
terjadinya kebosanan, tidak adanya motivasi diabet yang dilakukan dengan menjaga sirkulasi
dan keputusasaan pada lansia. Kondisi tersebut darah kaki dihasilkan kelompok yang tidak
menurut teori Health Promotion Model perlu melakukan perawatan kaki 13 kali berisiko
diberikan intervensi melalui edukasi, supporting terjadi ulkus diabetika dibandingkan kelompok
dari perawat, dengan juga menerapkan prinsip- yang melakukan perawatan kaki secara teratur
prinsip teori psikososial, sehingga (Calle, Pascual, Duran, 2001).
permasalahan kurangnya motivasi untuk
menjaga kesehatan pada lansia dapat diatasi. Senam kaki merupakan salah satu bentuk
keterampilan dimana untuk mencapai
Penulis berpendapat, kalau akan mengatasi atau peningkatannya diperlukan waktu yang lama
mengelola diabetes melitus, harus diikuti dan teratur serta harus dipraktekkan. Hal ini
dengan mengendalikan kadar gula darah. sesuai dengan penelitian Sahar (2002) yang
Kondisi ini mutlak harus dilakukan karena menyebutkan bahwa ada peningkatan
tingkat kesakitan yang terjadi disebabkan atau keterampilan secara signifikan setelah 6 bulan
ditunjukkan seberapa tinggi terjadinya latihan. Begitu pula penelitian Barnett, et al.
penyimpangan kadar gula darah dari ambang (2003, dalam Anonim, 2007) yang mendapati
normal. Upaya mengendalikan gula darah tidak bahwa latihan fisik yang dilakukan 1 jam per
efektif hanya dilakukan dengan pengobatan minggu selama satu tahun dapat menurunkan
saja. Hal tersebut dikarenakan lansia yang angka kerusakan sebesar 40 %. Oleh karena itu,
mengalami diabetes melitus disebabkan oleh senam kaki yang dilakukan secara teratur dan
kerusakan pancreas dalam memproduksi seimbang dapat berdampak positif bagi lansia.
insulin, dimana insulin ini berfungsi dalam
mengendalikan kadar gula darah. Untuk Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2008)
menunjang peran pankreas yang mengalami didapatkan proporsi perawatan kaki diabetisi
kerusakan tadi, perlu didukung faktor lain yang tidak teratur pada kasus sebesar 88,9% dan
mempunyai fungsi yang sama yaitu dalam kontrol 52,8%. Sedang menurut Perkeni, 2006,
mempengaruhi produksi gula darah. Faktor perawatan kaki diabetisi yang teratur akan
penting lain yang mempengaruhi produksi mencegah atau mengurangi terjadinya
insulin adalah diit dan latihan. Diit berkaitan komplikasi kronik pada kaki. Menurut penulis,
pemilihan dan kepatuhan dalam mengkonsumsi aktivitas fisik khususnya senam kaki akan
makanan yang mengandung kadar gula yang membantu meningkatkan aliran darah di daerah
dianjurkan. Terutama makan makanan yang kaki sehingga akan membantu menstimuli
rendah gula. Sedang latihan yang dianjurkan syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang.
adalah aktivitas yang dapat membantu Hal ini akan meningkatkan sensitivitas kaki
menurunkan kadar gula darah seperti jala-jalan, terutama pada penderita diabetes melitus.
senam tubuh dan senam kaki sesuai kebutuhan. Kondisi tersebut didukung hasil penelitian yang
dilakukan di Magelang yang menunjukkan
Perubahan nilai sensitivitas kaki sebelum dan peningkatan rata-rata sensitivitas kaki pada
sesudah lansia diberikan intervensi di kelompok intervensi yang dilakukan senam
Kabupaten Magelang. kaki dibanding kelompok yang tidak dilakukan
Berdasar hasil penelitian yang dilakukan senam kaki. Lansia yang melakukan senam kaki
menunjukkan perbedaan selisih mean rata-rata mempunyai sensitivitas lebih baik
sensitivitas kaki sebelum dengan sesudah dibandingkan lansia yang tidak melakukan
intervensi pada kelompok intervensi lebih senam kaki.
tinggi dibanding selisih mean rata-rata
sensitivitas kaki sebelum dengan sesudah Pada kelompok kontrol, responden tidak
intervensi pada kelompok kontrol. Hal ini dilakukan intervensi berupa senam kaki ataupun
menggambarkan bahwa lansia yang diberikan pergerakan daerah kaki, hasil penelitian
intervensi atau perlakuan relatif memiliki didapatkan ada perbedaan sensitivitas kaki
sensitivitas lebih tinggi dibandingkan lansia sebelum dan sesudah, tetapi perubahan rata-rata
80 . Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah
Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang
Sigit Priyanto, Junaiti Sahar, Widyatuti
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013
mean nya lebih kecil daripada perubahan rata- terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma
rata mean kelompok intervensi. Hasil penelitian darah penderita diabetes yang tidak terkontrol
ini senada dengan penelitian di Swiss oleh dengan baik, mempunyai kekentalan
Rocher dikutip oleh Wibisono pada penderita (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah
diabetes melitus dengan neuropati, hasil menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan
penelitian olah raga tidak teratur akan beresiko oksigen jaringan tidak cukup. Hal ini
terjadi ulkus diabetika lebih tinggi 4 kali menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
dibandingkan dengan olah raga yang teratur. anaerob berkembang biak.
. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah 81
Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang
Sigit Priyanto, Junaiti Sahar, Widyatuti
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013
salah satunya dalam memberikan asuhan dan and Utilization. (4th edition).
merancang suatu model pelatihan yang efektif Philadelphia: W.B. Saunders Company.
berdasar hasil-hasil penelitian yang dapat Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic
diterapkan petugas puskesmas dalam melatih Nursing. (2nd Edition). St. Louis,
senam kaki. Perlunya pemberian informasi Missouri: Mosby, Inc.
kepada pihak puskesmas khususnya dalam Meiner, S.E., & Lueckenotte, A.G. (2006).
meningkatkan pemahaman mengenai perubahan Gerontologic Nursing. (3rd Edition). St.
yang terjadi pada lansia dan cara mencegah Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
serta mengatasinya melalui kegiatan workshop Miller, C.A. (2004). Nursing for Wellness in
maupun pertemuan ilmiah lainnya. Older Adults. Theory and Practice. (4th
Penelitian berikutnya, perlu diteliti lebih lanjut Edition). Philadelphia: Lippincott
dengan menggunakan variabel perancu lain Williams & Wilkins.
yang dapat mempengaruhi sensitivitas kaki dan Nies, M.A., & McEwen, M. (2007).
kadar gula darah seperti faktor obat-obatan, Community/ Public Health Nursing:
penyakit yang diderita, makanan dan minuman Promoting the Health of Populations. St.
serta kekuatan otot. Perlu dikembangkan untuk Louis, Missouri: Saunders Elsevier.
penelitian yang akan datang mengenai lamanya Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Dasar-
intervensi, waktu latihan senam kaki, pagi atau dasar metodologi penelitian klinis. Edisi
sore. ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
Soegondo, (2008), Melawan diabetes dengan
KEPUSTAKAAN banyak beraktivitas, diakses dari
Allender, & Spradley. 2001. Community Health http://www.indodiabetes.com, 12
Nursing: Concepts and Practice, fifth Pebruari 2012.
edition. Philadelphia: Lippincott. Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004).
Berg Balance Test oleh Berg, K., Dauphinee, Community & public health nursing.
W., Williams, J.I., & Maki, Sixth edition. St Louis Missouri: Mosby.
B.,(1992,http://www.fallspreventiontaskf Stanley, M., & Beare, P.G. (1999).
orce.org/pdf/BergbalanceScale.pdf, Gerontological Nursing. (2nd Edition).
diperolah 23 Februari 2012). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Burn, N., & Grove, S.K. (2005). The Practice WHO (2008), Technical brief for Policy Maker,
of Nursing Research Conduct, Critique, Geneva, Switzerland
.
82 . Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah
Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang
Sigit Priyanto, Junaiti Sahar, Widyatuti
PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA
DI PSTW UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA
Sri Adiyati
Prodi Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Semarang
ABSTRAK
Tabel 1. Distribusi Hasil Analisis Paired Sample t Test Derajat Insomnia kelompok perlakuan pada Lansia
yang Mengalami Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta April
2009.
Mean Mean
Std. Dev t Sig. (2tailed)
pre-test Post-test
12,27 8,53 5,351 2,702 0,017
Tabel 2. Distribusi Hasil Analisis Paired Sample t Test Derajat Insomnia kelompok kontrol pada Lansia yang
Mengalami Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
Mean Mean
Std. Dev t Sig. (2tailed)
pre-test Post-test
12,07 11,67 2,898 0,535 0,601
Tabel 3. Distribusi Hasil Analisis Independent Sample t Test Derajat Insomnia post-test Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol pada Lansia yang Mengalami Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha unit Budi
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta April 2009
Post-test F Sig. t Sig. (2-tailed)
Perlakuan
0,865 0,360 -2,024 0,053
kontrol
Jeri Hermanto
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2014
ABSTRCT
Hypertension is health problems experienced by many elderly. One of the complementary
therapies that can be used to lower blood pressure is meditation therapy. Meditation can make
arrangements and manage emotions and stress in patients with hypertension, so that will help the
management of hypertension.
The purpose of this study is to determine the effect of therapy meditation toward blood pressure
on elderly with hypertention at Pucang Gading Semarang Social Rehabilitation Unit
Rehabilitation Unit . This research used a quantitative approach, was quasy experiments non
equivalent control group design . The population is elderly with which history of hypertension at
Pucang Gading Semarang Social Rehabilitation Unit wich amount to 90 people. The sampling
method used accidental sampling with a sample of 30 people divided in two groups, 15
intervention group and 15 control group.
The result show that there is effect of giving meditation to decrease systolic and diastolic
blood pressure in the elderly with hypertension at Pucang Gading Semarang Social
Rehabilitation Unit (p-value 0.000 and p-value 0.004). Based on the results of this study,
meditation may be an hypertension alternative therapy for the elderl. For health professionals,
therapeutic meditation can be used as a complementary therapy for the treatment of lowering
blood pressure in elderly with hypertension.
PENDAHULUAN
1
Jurnal Keperawatan
kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan). Proses menua merupakan suatu proses
Oleh karena itu dalam dalam analisa hasil menghilangnya secara perlahan-perlahan
penelitian ini didasarkan dari jumlah kemampuan jaringan untuk memperbaiki
responden yang mengikuti perlakuan yaitu diri (mengganti ) diri dan mempertahankan
n = 15 responden kelomppok eksperimen. struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (
HASIL DAN BAHASAN termasuk infeksi ) dan memperbaiki
Gambaran Umum Responden kerusakan yang diderita “.
Responden dalam penelitian ini adalah (Constantinides, 1994).
lansia yang berada di Unit Rehabilitsi Proses menua sudah mulai berlangsung
Sosial Pucang Gading Semarang dengan sejak seseorang mencapai dewasa,
kriteria usia antara 60 – 76 tahun, misalnya dengan terjadinya kehilangan
mempunyai riwayat tekanan darah tinggi, jaringan pada otot, susunan syaraf dan
mengikuti terapi meditasi dengan durasi 2 jaringan lain sehingga tubuh „mati‟ sedikit
kali sehari pagi dan soore hari selama 15 demi sedikit. Proses menua merupakan
menit dalam 1 mainggu, jumlah responden proses sepanjang hidup, yang ditandai
yang diteliti sebesar 15 orang, dimana dengan kegagalan tubuh dalam
responden yang diteliti rata – rata berumur mempertahankan homeostasis tubuh
68,8 ttahun dengan umur yang paling terhadap tekanan fisiologis yang
muda 60 tahun dan tertua 76 tahun. menyebabkan terjadinya perubahan
Lansia merupakan fenomena baru struktur tubuh dan perubahan fungsional
dinegara yang sedang berkkembang yang sehingga menyebabkan adanya gangguan,
mau menuju kearah proses kemajuan pada ketidakmampuan, dan sering menjadi
berbagai bidang, sungguhpun indonesia penyakit. Lanjut usia diharapkan dapat
masih banyak masalah akibat krisis yang menyesuaikan diri terhadap penurunan
berkepanjangan, namun fenomena yang kekuatan dan kesehatan secara bertahap.
tampak untuk lansia justru berbeda, Mereka diharapkan mencari kegiatan
dimana kemajuan dalam bidang pelayanan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu
kesehatan, ekonomi justru memicu yang menghabiskan sebagian besar waktu
permasalahan baru dimana angka harapan mereka saat mereka masih muda ( Wahit
hidup meningkat, terutama untuk wanita Iqbal Mubarak, 2006). Salah satu
yang jauh dibandingkan dengan laki – laki, perubahan yang menonjol pada adalah
rata – rata umur lansia berkisar 60 – pada sistem kardiovaskuler dimana massa
sampai 76 tahun dengan rata – rata 68,8 jantung bertambah, ventrikel kiri
tahun, usia termasuk kategori lanjut usia mengalami hipertrhofi dan kemampuan
(WHO dalam Azizah, 2011), dengan peregangan jantung berkurang karena
demikian berdasarkan kategori ini maka perubahan jaringan ikat dan penumpukan
konsekuensi kesehatan, psikologi dan lipofusin, hal ini akan mempengaruhi
sosial juga harus dipertimbangkan dalam elastisitas dan permeabilitas, sehingga
proses pembinaannya. menyebabkan peningkatan tekanan sistolik
4
Jurnal Keperawatan
dan perfusi jaringan (Pudjiastuti & Utomo, prevalensi hipertensi meningkat (Hayens
2003), dengan demikian tekanan darah et all, 2006).
akan meningkat, inilah yang menyebabkan
Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Tekanan Darah
Tabel 1. Perbedaan Tekanan Darah pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi
Meditasi pada Kelompok Intervensi pada Lansia Penderita Hipertensi
Mean SD
Variabel Intevensi N t p-value
(mmHg) (mmHg)
5
Jurnal Keperawatan
6
Jurnal Keperawatan
yang berarti lebih besar dari nilai hipertensi. 3). Bagi Unit Rehabilitasi
(0,005). Sosial Pucang Gading Semarang, terapi
Berdasarkan hasil penelitian yang meditasi dapat dignakan sebagai sebagai
telah dilakukan dan mengingat salah satu pengobatan alternatif yaitu
keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, sebagai terapi nonfarmakologi atau
maka ada beberap saran yang perlu sebagai piñatalaksanaan pada lansia untuk
disampaikan peneliti sebagai berikut: menurunkan tekanan darah bagi penderita
1).Bagi Perawat, terapi meditasi dapat hipertensi. Diharapkan dapat membantu
dijadikan sebagai salah satu alternative dan membimbing penderita penderita
intervensi yang dapat dimanfaatkan oleh hipertensi dan menerapkan dengan benar
tenaga kesehatan, khususnya perawat terapi meditasi. 4). Bagi Peniliti Lain,
dipanti werda untuk digunakan sebagai untuk memperkuat validitas internal
terapi komplementer atau pelaksanaan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
nonfarmakologi untuk menurunkan pemberian meditasi terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan riwayat tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. 2). Bagi Lansia dan hipertensi, sebaiknya dilakukan dengan
Masyarakat, terapi meditasi dapat menjadi sistem continue dengan sesi yang lebih
bahan pertimbangan untuk pada lansia dan intens, serta melakukan kontrol terhadap
masyarakat yang menderita hipertensi. faktor yang dapat mempengaruhi tekanan
Mengingat manfaat terapi meditasi yang darah.
dapat digunakan sebagai untuk
menurunkan tekanan darah, maka
diharapkan pada lansia dan masyarakat
dapat memanfaatkan terapi meditasi untuk
menurunkan tekanan darah bagi penderita
7
Jurnal Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, I. (2010). Hipertensi Pengenalan,
Pengenalan, Pencegahan, dan
Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pengobatan. Jakarta; PT. Bhuana Ilmu
Pendekatan Praktek . Jakarta : PT. Rineka Populer
Cipta
Kemenkes Ri.(2013). Data Dan Informasi
Azizah, Lilik Ma‟rifatul. (2011). Keperawatan Kesehatan, Gambaran Kesehatan Lanjut
Lanjut Usia ed. Pertama. Yogayakarta : Usia Di Indonesia Jakarta: kementrian
Graha Ilmu kesehatan RI
Aziz, A. H. (2008). Riset keperawatan dan teknik Kemenkes RI. (2013). Panduan Hari
penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Peringatan Hari Kesehatan Sedunia :
Waspadai Hipertensi Kendaikan
Bob Losyk, (2005). Cara Mengatasi Stress Dan Tekanan Darah. Jakarta : Kementrian
Sukses di Temppat Kerja. Jakarta PT Kesehatan RI
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Margono. (2004). Metodologi Penelitian
Casey & Benson.(2011). Panduan Harvard Untuk Pendidikan. Jakarta. P.T Rineka
Medical School Menurunkan Tekanan Cipta
Darah. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
Mary Baradero. (2008). Klien Gangguan
Dalimartha, et. al. (2008). Care Your Sakfe Kardiovaskular: seri asuhan
Hipertensi; Penebar Plus. keperawatan / Mary Baradero, Mary
Baradero, Mary Wilfrid Dayrit,
Darmodjo, et al.2006. Buku Ajar: Geriatrik (Ilmu Yakobus Siswadi, editor , Monica Ester
Kesehatan Usia Lnajut). Jakarta: FKUI – Jakarta : EGC
Handoyo. (2004). Meditasi dan Muara Hati. Iskandar Munadjad.(2010). Health Triad
Jakarta: P.T Jakarta (Body, Mind, And System) Sehat,
Antusias, Energik Melalui Sinkronisasi
Hayens, B. dkk.(2003). Buku Pintar Menaklukkan Tubuh, Jakarta. Gramedia
Hipertensi. Alih bahasa: anugrah, P Jakarta ;
Lading Pustaka Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Indriana, Yeniar.(2012).Gerontology & Progeria. Jakarta: Rineka Cipta
Yogyakarta: Putaka Pelajar.
. (2005). Metodologi
Iskandar, alex et al Endi Novianto. (2008). Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Mediated And Growrich, Sehat, Kaya, Dan Jakarta: Rineka Cipta
Bahagia Duniawi Spiritual. Jakarta :
PT.Elex Media Komputindo Nugroho, W.2007. Keperawatan gerontik.
Jakarta: EGC
Joko Sukmono, et al.Rizki. (2009) Training
Meditasi “NSR‟ Natural Stress Reduction Prawita Sari,et al.E Johana. (2002).
ed.1 Jakarta: Muri Kencana Psikoterapi Pendekatan Konvensional
8
Jurnal Keperawatan