Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN DERAJAT INSOMNIA DENGAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING


PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL BUDI SEJAHTERA
BANJARBARU 2019

Yosra Sigit Pramono*, Yuniarti1, Luciana Anggraini2

*
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
1
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
2
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
*Correspondence author: Telepon: 085249505665, E-mail: bukanyosra@gmail.com;
lucianaanggraini29@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Pada lansia sudah mulai terjadi penurunan degenarasi sel yang menyebabkan berbagai
macam gangguan salah satunya gangguan pola istirahat dan tidur. Salah satu gangguan tidur yang paling
banyak dialami terutama oleh lansia adalah insomnia. Insomnia adalah kesulitan untuk tidur, kesulitan
untuk tetap tidur atau tidur tidak nyenyak. Insomnia memiliki berbagai macam dampak yang dapat
menyebabkan kekurangan energi dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Penilaian tingkat derajat
insomnia dan pemenuhan aktifitas sehari-hari pada lansia diharapkan dapat mempermudah untuk
melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat derajat insomnia dengan
pemenuhan kebutuhan activity of daily living pada lansia di panti sosial tresna werdha budi sejahtera
Banjarbaru
Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, sampel adalah
lansia yang mengalami gangguan tidur yaitu insomnia di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru, yang
diambil dengan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Spearman Rank.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan tingkat derajat insomnia lansia adalah ringan (14,3%), sedang
(45,7%), berat (40%). Responden yang mengalami ketergantungan (5,7%), sangat ketergantungan
(5,7%), ketergantungan berat (22,9%), ketergantungan ringan (17%), dan mandiri (17,1%). Terdapat
korelasi yang bermakna antara tingkat derajat insomnia dengan activiy of daily living dan kekuatan
hubungan kuat.

Kata kunci: Activiy of Daily Living, Insomnia, Lansia

ABSTRACT
Background: The population of the elderly in the world is increasing year by year. As people age, the
total time of sleep needs decrease. In the elderly have begun to decrease cell degeneration which
causes various kinds of disorders, one of which is a disturbance of rest and sleep patterns. One of the
most common sleep disorders experienced by the elderly is insomnia. Insomnia is difficulty sleeping,
difficulty staying asleep or sleeping badly. Insomnia has a variety of effects that can cause a lack of
energy in carrying out daily activities, especially in the elderly.
Objective: to knowing the correlation of degree of insomnia levels with activity of daily living for the
eldery at pstw budi sejahtera institution
Method: The research method used analytical research design with cross sectional approach, the
sample was elderly who experience sleep disorders, especially insomnia at the PSTW Budi Sejahtera
Banjarbaru, with total of 35 people. The sample is taken by purposive sampling method. Data were
analyzed using the Spearman-Rank test.
Result: The results showed that the degree of insomnia of the elderly was mild (14.3%), moderate
(45.7%), severe (40%). Respondents were dependent (5.7%), very dependent (5.7%), heavy dependence
(22.9%), mild dependence (17%), and independent (17.1%). There is a significant correlation between
the degree of insomnia and activiy of daily living and the strength of strong correlations.
Keywords: Activity of Daily Living, Insomnia, The Eldery.
Pendahuluan atau lebih diproyeksikan akan tumbuh

Proses menua adalah proses terus sekitar 56 persen, dari 901 juta menjadi

menerus secara ilmiah, yang dimulai sejak 1.4 milyar, dan pada tahun 2050 populasi

lahir dan umumnya dialami oleh semua lansia diproyeksikan lebih dari 2 kalo

makhluk hidup. Menua adalah suatu lipat di tahun 2015, yaitu mencapai 2.1

proses menghilangnya kemampuan secara milyar (United Nations, 2015)

perlahan–lahan untuk memperbaiki diri Asia menempati urutan pertama

atau mengganti diri dan mempertahankan dengan populasi lansia terbesar, dimana

struktur dan fungsi normal sehingga tidak pada tahun 2015 berjumlah 508 juta

dapat bertahan terhadap infeksi dan populasi lansia, menyumbang 56 persen

memperbaiki kerusakan yang diderita. dari total populasi lansia di dunia.

Walaupun demikian memang harus diakui (Kemenkes RI, 2014).

bahwa ada berbagai penyakit yang sering Dilansir dari Badan Pusat

terjadi pada kaum lansia (Nugroho, 2010). Statistik (2017) terdapat 8,97% (23,4 juta)

Proses penuaan merupakan proses yang lansia di Indonesia. Sedangkan di

berhubungan dengan umur seseorang, Kalimantan Selatan data lansia yang

manusia mengalami perubahan sesuai berusia diatas 60 tahun berjumlah 288.056

dengan bertambahnya umur tersebut. orang dan jumlah lansia di kota

Semakin bertambah umur semakin Banjarmasin ada 46.896 orang.

berkurang fungsi-fungsi organ tubuh. Pada umumnya lansia mengalami

Populasi lansia di dunia dari gangguan tidur. Istirahat dan tidur mutlak

tahun ke tahun semakin meningkat. Data dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat

World Population Prospects the 2015 menjaga status kesehatan pada tingkat

Revision, pada tahun 2015 ada yang optimal. Orang yang kelelahan juga

901.000.000 orang berusia 60 tahun atau membutuhkan istirahat dan tidur untuk

lebih, yang terdiri dari atas 12 persen dari memulihkan kondisi tubuh. Istirahat

jumlah populasi global. Pada tahun 2015 merupakan keadaan rileks dan tenang

dan 2030, jumlah orang berusia 30 tahun tanpa ada tekanan emosional seperti
berjalan-jalan di taman, membaca buku Di dunia, angka prevalensi

atau melakukan kegemaran lain dapat insomnia pada lansia diperkirakan sebesar

juga disebut sebagai beristirahat (Saputra, 13-47% dengan proporsi sekitar 50-70%

2013). Pemenuhan kebutuhan terpenuhi terjadi pada usia diatas 65 tahun. Sebuah

dengan baik. Ada yang kebutuhannya penelitian Aging Multicenter melaporkan

terpenuhi dengan baik. Ada pula yang bahwa sebesar 42% dari 9.000 lansia yang

mengalami gangguan. Seseorang bisa berusia diatas 65 tahun mengalami gejala

tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh insomnia. Di Indonesia, angka prevalensi

beberapa faktor, salah satunya adalah usia insomnia pada lansia sekitar 67%. Namun

terutama pada lansia. (Aspiani, 2014). sayangnya hanya satu dari delapan

Berdasarkan penelitian yang telah penderita insomnia yang diketahui karena

dilakukan oleh Dewi dan Ardani, (2013) mencari pengobatan kedokter. (Suasari,et.

menyatakan bahwa semakin al. 2014).

bertambahnya umur seseorang maka Insomnia sendiri didefinisikan

semakin sulit pula untuk mendapatkan sebagai kesulitan untuk tidur, kesulitan

kualitas dan kuantitas tidur yang efektif. untuk tetap tidur, bangun terlalu pagi, atau

Semakin bertambah umur tidur yang tidak nyenyak walaupun waktu

manusia semakin berkurang total waktu dan kesempatannya cukup (Atkins, 2017).

kebutuhan tidur. Pada lansia sudah mulai Hal ini menyebabkan terganggunya

terjadi degenerasi sel dan organ yang pemenuhan aktifitas sehari-hari atau

mempengaruhi fungsi dan mekanisme Activity Daily Living (ADL) pada lansia

tidur. Menurut (Aspiani, 2014) pada usia karena kurangnya istirahat dan tidur pada

dewasa tua (60 tahun keatas) jumlah malam harinya.

kebutuhan tidurnya adalah 6 jam sehari Menurut penelitian yang

dan kemungkinan besar mengalami dilakukan oleh Dewi & Ardani, (2013)

insomnia dam sering terbangun sewaktu dengan judul angka kejadian serta faktor-

tidur malam hari. Gangguan tidur yang faktor yang mempengaruhi gangguan

paling sering dialami oleh lansia adalah tidur (insomnia) pada lansia di Panti

insomnia. Sosial Tresna Werdha Wana Seraya


Denpasar Bali. Dari hasil penelitiannya masyarakat, sebanyak 39% melaporkan

mengemukan bahwa beberapa faktor yang mengalami mengantuk yang berlebihan

mempengaruhi gangguan tidur (insomnia) dan kelelahan seperti kehilangan energi

pada lansia adalah sebagai berikut, disiang hari, lansia menjadi tidak optimal

berdasarkan kebiasaan tidur yang buruk, dalam beraktivitas, kelelahan juga

sebanyak 16.6%. Berdasarkan penyakit menjadikan lansia terlihat mengantuk

yang mendasari sebanyak 66,6%. sepanjang hari sehingga menurunkan

Berdasarkan adanya penyakit gangguan minatnya untuk beraktivitas dan

jiwa seperti depresi mayor atau pun menurunkan ketahanan seorang lansia

kecemasan sekitar 50%. (Darmojo, 2011)

Menurut Brunner & Suddarth Berdasarkan uraian diatas,

(2002) mengemukakan ADL atau Activity peneliti tertarik untuk meniliti masalah

Daily Living adalah aktivitas perawatan hubungan tingkat derajat insomnia dengan

diri yang harus pasien lakukan setiap hari pemenuhan kebutuhan Activity of Daily

untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan Living pada lansia di Panti Sosial Tresna

hidup sehari-hari. ADL adalah aktivitas Werdha Banjarbaru.

yang biasanya dilakukan dalam sepanjang Bahan dan Metode

hari normal; aktivitas tersebut mencakup, Jenis penelitian yang digunakan

ambulasi, makan, berpakaian, mandi, dalam penelitian ini adalah cross

menyikat gigi dan berhias dengan tujuan sectional dengan populasi seluruh lansia

untuk memenuhi/berhubungan dengan penghuni PSTW Budi Sejahtera

perannya sebagai pribadi dalam keluarga Banjarbaru sebanyak 112 orang, sampel

dan masyarakat. Kondisi yang sebanyak 35 orang. Pengambilan sampel

mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan dilakukan dengan teknik purposive

dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, sampling. Penelitiaan ini dilakukan di

temporer, permanen atau rehabilitative PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru pada

(Potter dan Perry, 2005). Bulan Januari - Juli 2019.

Sebuah survey yang dilakukan Teknik dan pengumpul data

pada 427 lansia yang tinggal dalam menggunakan lembar kuesioner Insomnia
Rating Scale dari KSPBJ (Kelompok Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden

Studi Psikiatri Biologi Jakarta) untuk No Jenis Kelamis f %

mengukur tingkat derajat insomnia. dan 1 Laki-laki 13 37,1

lembar kuesioner Indeks Barthel untuk 2 Perempuan 22 62,9

Total 35 100
mengukur Activity of Daily Living
Pada tabel 2, diketahui bahwa
Analisis data yang digunakan dalam
sebagian besar responden yang dijadikan
penelitian ini adalah analisis univariat dan
sebagai sampel penelitian ini berjenis
bivariat dengan uji Spearman-Rank.
kelamin laki-laki 37,1% dan perempuan
Hasil
62,9%.
Adapun hasil analisa univariat dalam
Tabel 3. Distribusi Lama Tinggal Responden
penelitian ini disajikan berdasarkan di PSTW Budi Sejahtera
No Lama Tinggal f %
masing-masing variabel sebagai berikut.
1 > 1 tahun 2 5,7
Tabel 1. Distribusi Umur Responden
2 1-3 tahun 17 48,5
No Umur f %
3 < 3 tahun 16 45,8
1 60-65 tahun 14 40
Total 35 100
2 66-70 tahun 4 11,4

3 71-75 tahun 11 31,4


Pada tabel 3 menunjukkan bahwa
4 76-100 tahun 6 17,2
karakteristik lama tinggal lansia pada
Total 35 100
Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Pada tabel 1 diketahui mayoritas
Sejahtera Banjarbaru saat pengambilan
responden berumur 60-65 tahun (40%).
kuesioner adalah sebagian besar lama
Responden yang berumur 66-70 tahun
tinggal 1 - 3 tahun yaitu sebanyak 17
adalah sebanyak 11,4% , berumur 71-75
responden (48,5%).
tahun sebanyak 31,4%, dan berumur 76-
Tabel 4. Distribusi Tingkat Derajat Insomnia
100 tahun sebanyak 17,2%.
No Tingkat Derajat f %
Diketahui bahwa sebagian besar
Insomnia
responden yang dijadikan sebagai sampel 1 Insomnia Ringan 5 14,3
penelitian ini berjenis kelamin laki-laki 2 Insomnia Sedang 16 45,7

(61,5%) dan perempuan 38,5%. 3 Insomnia Berat 14 40


Total 35 100 pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Sejahtera Banjarbaru saat pemberian

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa kuesioner menunjukkan bahwa dari 35

hasil kuesioner di Panti Sosial Tresna orang responden pada Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru di

dapatkan hasil analisis insomnia dengan


tingkat derajat insomnia terbanyak
Activity of Daily Living (ADL) yaitu
yaitu berada pada kategori Insomnia
paling banyak adalah dengan kategori
Sedang sebanyak 16 responden
insomnia sedang dengan tingkat
(45,7%).
ketergantungan ringan yaitu sebesar
Tabel 5. Distribusi Activity of Daily Living
(ADL) 76.5% atau sebanyak 13 responden.
No ADL f %
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Hubungan
1 Ketergantungan 2 5,7 Tingkat Derajat Insomnia dengan ADL
Variabel Correlation Kekuatan
2 Sangat 2 5,7 Spearman (p- Korelasi
Ketergantungan value) (r)
3 Ketergantungan 8 22,9 Tingkat
Berat Derajat
0,000 -0,777
Insomnia
4 Ketergantungan 17 48,6
Ringan

5 Mandiri 6 17,1
Dari hasil table 5 di atas, diperoleh
Total 35 100
nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa korelasi antara insomnia dengan ADL

hasil kuesioner di Panti Sosial Tresna adalah bermakna. Nilai Korelasi

Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Spearman sebesar-0,777 yang

tingkat Activity of Daily Living (ADL) menunjukan bahwa semakin ringan gejala

terbanyak yaitu berada pada kategori insomnia yang dialami maka akan lebih

Ketergantungan Ringan sebanyak 17 mandiri lansia tersebut dalam beraktifitas

responden (48,6%). Pembahasan

Tabulasi Silang Hubungan Insomnia 1. Activity of Daily Living (ADL) di Panti Sosial

dengan Activity of Daily Living (ADL) Trensa Werdha Banjarbaru


Hasil penelitian didapatkan bahwa posisi kelima yaitu sangat ketergantungan

Activity of Daily Living (ADL) adalah dilihat dan ketergantungan yaitu sebanyak 2

dari tabel 4.5 yang menunjukan bahwa responden atau sebesar 5,7% adalah

responden terbanyak adalah dengan kategori responden lansia yang mengalami stroke

ketergantungan ringan yaitu sebanyak 17 tetapi masih mampu berkomunikasi.

responden atau sebesar 48,6%, rata-rata Menurut Brunner & Suddarth (2002)

lansia yang mengalami ketergantungan mengemukakan ADL atau Activity Daily

ringan adalah lansia yang memerlukan Living adalah aktivitas perawatan diri yang

bantuan untuk naik turun tangga serta harus pasien lakukan setiap hari untuk

berjalan pada permukaan datar, lansia yang memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup

mengalami ketergantungan ringan pada sehari-hari. ADL adalah aktivitas yang

aktifitas sehari-hari cenderung memerlukan biasanya dilakukan dalam sepanjang hari

bantuan untuk naik turun tangga dan tidak normal; aktivitas tersebut mencakup,

bisa untuk terlalu lama berjalan kaki ambulasi, makan, berpakaian, mandi,

dipermukaan datar. posisi kedua menyikat gigi dan berhias dengan tujuan

ketergantungan berat yaitu sebanyak 8 untuk memenuhi/berhubungan dengan

responden atau sebesar 22,9%, dari data perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan

tersebut didapatkan hasil bahwa rata-rata masyarakat. Kondisi yang mengakibatkan

lansia yang mengalami ketergantungan berat kebutuhan untuk bantuan dalam ADL dapat

adalah lansia yang memiliki riwayat penyakit bersifat akut, kronis, temporer, permanen

rematik atau post stroke, pada atau rehabilitative (Potter dan Perry, 2005).

ketergantungan berat lansia rata-rata hampir ADL digunakan sebagai tolak ukur agar

semua aktifitas memerlukan bantuan oleh memudahkan untuk mengolongkan lansia

tenaga kesehatan atau petugas panti. posisi sebagai individu yang mandiri atau

ketiga mandiri yaitu sebanyak 6 responden memerlukan bantuan pada aktifitas sehari-

atau sebesar 17,1%, lansia yang berada harinya.

dikategori mandiri mampu melaksanakan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

aktifitas sehari-harinya tanpa memerlukan dapat disimpulkan bahwa rata-rata lansia di

bantuan. Sedangkan posisi keempat dan PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru mengalami
ketergantungan ringan pada aktifitas sehari- Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat

harinya. Lansia yang mengalami insomnia adalah dilihat dari tabel 4.4 yang

ketergantungan ringan rata-rata bermasalah menunjukan bahwa responden terbanyak

pada aktifitas fisik yang memerlukan sedikit yaitu dengan tingkat insomnia sedang yaitu

lebih banyak tenaga seperti naik turun sebanyak 16 responden atau sebesar 45,7%.

tangga, dan berjalan pada permukaan datar. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian

Sedangkan untuk lansia yang mengalami lansia yang menjadi responden penelitian

ketergantungan paling berat adalah lansia mengalami gangguan tidur insomnia pada

yang memiliki riyawat penyakit stroke tahap sedang, banyak faktor yang

sehingga menghambat aktifitas sehari-hari. mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah

Menurut penelitian yang dilakukan Prihati rata-rata responden yang mengalami

(2017) yang berjudul hubungan tingkat insomnia sedang adalah lansia yang kurang

kemandirian Activity Daily Living (ADL) dari 2 tahun tinggal di Panti tersebut, lansia

dengan kualitas hidup lansia di Kelurahan yang tergolong masih penghuni baru belum

Karang Asem Kecamatan Laweyan Surakata. terbiasa menyesuaikan dengan lingkungan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Panti, hal ini menyebabkan terganggunya

terdapat hubungan kemandirian Activity pola istirahat dan tidur pada lansia. Posisi

Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup kedua yaitu insomnia berat yaitu sebanyak 14

lansia di Kelurahan Karang Asem Kecamatan responden atau sebesar 40,0%. Dari hasil

Laweyan Surakata yaitu semakin baik penelitian lansia yang mengalami insomnia

kemandirian ADL maka kualitas hidup lansia tahap berat memiliki masalah yang kompleks

semakin tinggi. Dari hasil penelitian dibanding lansia yang mengalami insomnia

didapatkan bahwa terdapat hubungan sedang, selain karena faktor lingkungan, rata-

kemandirian Activity Daily Living (ADL) rata lansia dengan insomnia berat memiliki

dengan kualitas hidup lansia yaitu semakin riwayat penyakit yang mengganggu pola

baik kemandirian ADL maka kualitas hidup istirahat dan tidur, seperti stroke, TBC, dan

lansia semakin tinggi. asma. Sedangkan pada insomnia ringan yaitu

2. Insomnia sebanyak 5 responden atau sebesar 14,3%.


Dari hasil penelitian tersebut diketahui adalah 6 jam sehari dan kemungkinan besar

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi Gangguan tidur yang paling sering dialami

terganggunya pola tidur responden. Rata-rata oleh lansia adalah insomnia.

disebabkan oleh riwayat penyakit yang Insomnia sendiri didefinisikan sebagai

dialami responden, serta faktor lingkungan kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk tetap

seperti lingkungan wisma tempat lansia tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur yang

tinggal terlalu berisik dan lansia yang masih tidak nyenyak walaupun waktu dan

beradaptasi dengan lingkungan panti. Hal ini kesempatannya cukup (Atkins, 2017).

sesuai dengan yang diungkapkan menurut Berdasarkan hasil penelitian mengenai

Susilo dan Wulandari (2013), bahwa masalah insomnia yang telah dilakukan di

insomnia disebabkan oleh beberapa faktor PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru dapat

beberapa diantaranya yaitu sakit fisik dan disimpulkan bahwa rata-rata lansia yang

kondisi lingkungan. mengalami insomnia disebabkan oleh

Gangguan tidur yang paling banyak berbagai macam faktor. Pertama adalah

dirasakan oleh responden tergambar pada faktor lingkungan, diantaranya adalah lansia

pertanyaan kuesioner nomor 3 tentang yang belum beradaptasi dengan lingkungan

kualitas tidur. Rata-rata para responden panti, kemudian kondisi wisma kamar yang

menjawab tidur tidak nyenyak dan mudah ditinggali panti terlalu berisik bagi lansia.

terbangun, artinya banyak lansia yang Untuk itu sebagai perawat dan tenaga

kualitas tidur nya buruk karena merasa tidur kesehatan lainnya di Panti diperlukan upaya

tidak nyenyak dan mudah terbangun pada perlakuan dan penanganan khusus bagi lansia

malam hari karena berbagai macam faktor. yang terganggu pola istirahat dan tidurnya

Semakin bertambah umur manusia dengan cara berbagai macam terapi yang

semakin berkurang total waktu kebutuhan dapat membantu merilekskan pikiran agar

tidur. Pada lansia sudah mulai terjadi insomnia yang dialami oleh lansia berkurang.

degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi Diantara berbagai macam terapi yang dapat

fungsi dan mekanisme tidur. Menurut dilakukan seperti relaksasi pernafasan,

(Aspiani, 2014) pada usia dewasa tua (60 pengaturan jadwal tidur siang yang tidak

tahun keatas) jumlah kebutuhan tidurnya berlebihan, dan penggunaan aromaterapi


dalam ruangan tempat lansia tinggal. 3. Hubungan Insomnia dengan Activity of Daily

Kemudian yang kedua penyebab insomnia Living (ADL) di Panti Sosial Tresna Werdha

yang paling banyak dirasakan oleh responden Budi Sejahtera Banjarbaru.

lansia di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru Hasil penelitian ini didapatkan bahwa

adalah sakit fisik, sebagai perawat dan insomnia yang paling dominan adalah

petugas kesehatan lainnya di Panti wajib insomnia sedang sedangkan Activity of Daily

untuk mengawasi penggunaan obat-obatan Living (ADL) yang paling dominan adalah

sesuai indikasi penyakit yang lansia alami, ketergantungan ringan. Setelah dilakukan uji

perawat juga dapat mengajarkan teknik statistik spearman rank dengan nilai

relaksasi kepada lansia untuk mengurangi signifikan yakni 0,000 yang lebih kecil dari

sakit fisik atau nyeri yang mengganggu tidur 0.05 sebagai taraf yang telah ditentukan (p<a)

lansia pada malam hari yang menyebabkan dan dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho

insomnia. ditolak yang secara uji statistic terdapat

Menurut penelitian yang dilakukan oleh hubungan yang bermakna antara insomnia

Dewi dan Ardani, (2013) menyatakan bahwa dengan Activity of Daily Living (ADL).

semakin bertambahnya umur seseorang maka Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat

semakin sulit pula untuk mendapatkan insomnia memiliki hubungan untuk

kualitas dan kuantitas tidur yang efektif, dari mempengaruhi aktivitas lansia. Semakin

hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa ringan tingkat insomnia lansia maka akan

faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan lebih mandiri lansia dalam menjalankan

tidur pada lansia yaitu berdasarkan kebiasaan aktivitasnya.

tidur yang buruk, sebanyak 16.6%. Lansia yang mengalami insomnia derajat

Berdasarkan penyakit yang mendasari sedang dalam penelitian ini umumnya pada

sebanyak 66,6%. Berdasarkan adanya aktifitas sehari-hari mengalami

penyakit gangguan jiwa seperti depresi ketergantungan ringan. Responden cenderung

mayor atau pun kecemasan sekitar 50%. merasa mengantuk yang berlebihan pada

siang hari, serta tidak berenergi dan

kekurangan semangat dalam melakukan

aktifitas. Sedangkan pada saat malam


responden cenderung sulit untuk memulai Hal ini menyebabkan terganggunya

tidur, mudah terbangun serta sulit untuk pemenuhan aktifitas sehari-hari atau Activity

mendapatkan tidur yang nyenyak. Daily Living (ADL) pada lansia karena

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh kurangnya istirahat dan tidur pada malam

Rachmawati Pangulu (2015) meneliti tentang harinya. Menurut Sunaryo (2016) insomnia

“Hubungan Tingkat Activity Of Daily Living memiliki berbagai macam dampak salah

(ADL) Dengan Kualitas Tidur Pada Lansia di satunya adalah stress dan depresi. Pernyataan

Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan ini sesuai dengan Hardywinoto (2014) bahwa

Surakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat stress adalah salah faktor yang

terdapat hubungan tingkat ADL lansia mempengaruhi ADL pada seseorang.

dengan kualitas tidur lansia. Semakin baik Sebuah survey yang dilakukan pada 427

ADL lansia tersebut maka semakin baik pula lansia yang tinggal dalam masyarakat,

kualitas tidurnya. sebanyak 39% melaporkan mengalami

Hal ini sesuai menurut Susilo & mengantuk yang berlebihan dan kelelahan

Wulandari (2013) bahwa gejala yang seperti kehilangan energi disiang hari, lansia

ditimbulkan oleh seseorang insomnia adalah menjadi tidak optimal dalam beraktivitas,

salah satunya kurang energi dan mudah lelah. kelelahan juga menjadikan lansia terlihat

Orang yang mengalami gejala-gejala mengantuk sepanjang hari sehingga

insomnia adalah perasaan yang tidak menurunkan minatnya untuk beraktivitas dan

menentu disiang hari. Mereka selalu merasa menurunkan ketahanan seorang lansia

lemas, mudah mengantuk dan tidak mood. (Darmojo, 2011).

Akibatnya, mereka tidak dapat bekerja secara Kesimpulan

normal Insomnia dapat juga didefinisikan 1. Responden dalam penelitian ini memiliki

sebagai suatu persepsi seseorang yang terus tingkat derajat insomnia ringan adalah 14,3%,

merasa tidak cukup atau merasakan kualitas tingkat derajat insomnia sedang 45,7%,

tidur yang buruk. Walaupun orang tersebut sedangkan insomnia berat adalah 40%.

sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang 2. Responden yang memiliki tingkat ADL

cukup. Ini akan mengakibatkan perasaan ketergantungan adalah 5,7%, tingkat ADL

yang tidak bugar setelah terbangun dari tidur. sangat ketergantungan 5,7%, tingkat ADL
ketergantungan berat 22,9%, tingkat http://kalsel.bps.go.id (diakses 10 Januari

ketegantungan ringan 48,6%, dan mandiri 2019)

17,1%. Badan Pusat Statistik RI. (2017). Statistik Lansia

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Penduduk Lansia 2017 (Internet). Tersedia

insomnia dengan Activity of Daily Living dalam: http://bps.go.id (diakses 10

(ADL) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Januari 2019)

Sejahtera Banjarbaru. Hubungan kedua Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar

variabel ini menunjukkan menunjukan bahwa Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.

arah korelasi negatif dengan nilai p value Jakarta : EGC

yaitu -0,777 yang menunjukan bahwa Blackburn & Catherine. 2007. Handbook of

semakin ringan gejala insomnia yang dialami Gerontology: Evidence-based Approaches to

maka akan lebih mandiri lansia tersebut dalam Theory, Practice, and Police. United

beraktifitas. States of America

Darmojo,B. (2011). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

Daftar Pustaka Lanjut ). Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.

Ariani, P. (2019). Angka Kejadian Insomnia Pada Dewi, P.A & Ardani, G.A.I. (2014). e-Jurnal

Lansia Di Panti Tresna Werdha Wana Seraya Medika Udayana. Angka Kejadian serta

Denpasar, Bali Tahun 2015. E-JURNAL Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

MEDIKA, VOL. 8 NO.1 Januari, 2019. Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia di

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya

Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA Denpasar Bali. Vol 8. No 1. Hal 27-32.

NIC dan NOC. Jilid 2. Jakarta : Trans Fakihan, A. (2016). Hubungan Aktivitas Fisik

Info Media. Dengan Kualitas Tidur Pada Lanjut

Atkins, S. (2017). Langkah Pertama Melalui Usia. Deskriptif Korelatif. Universitas

Insomnia. Jakarta : Libri. Muhammadiyah Surakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Hardywinoto, S. (2014). Panduan Gerontologi.

Selatan. (2019). Jumlah Penduduk Kabupaten Jakarta: Pustaka Utama.

Banjar Menurut Kelompok Umur 2010- Kamilla, A. (2017). Hubungan Tingkat Activity

2017 (Internet). Tersedia dalam: Of Daily Living (Adl) Dengan Kualitas


Tidur Pada Lansia Di Kelurahan Setiati, Siti. 2015. Pedoman Praktis Perawatan

Karang Asem Kecamatan Laweyan Kesehatan untuk Mengasuh Orang Usia

Surakarta. Deskriptif Korelatif. Universitas Lanjut. Jakarta: PKUI.

Muhammadiyah Surakarta. Sujarweni, V.W. (2014). Metodologi Penelitian

Maryam, R. Siti, dkk. ( 2013). Mengenal Usia Keperawtan. Yogyakarta : Gava Media.

Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Supardi, S. dkk. (2013). Buku Ajar Metodelogi

Medika. Riset Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik Media.

dan Geriatrik. Jakarta: EGC. Sunaryo, dkk. (2016) Asuhan Keperawatan

Rachmawati, P. (2015). Hubungan tingkat ADL Gerontik. Yoygakarta : Andi Offset.

dengan Kualitas Tidur Pada Lansia di Suastari M, Bayu Tirtayasa PN, Suka Aryana GP.

Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan (2014). Hubungan Antara Sleep Hygiene

Surakarta. Universitas Aisisyah Yogyakarta. Dengan Derajat Insomnia Pada Lansia Di

Raharja. (2013). Hubungan Antara Tingkat Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah,

Depresi Dengan Kejadian Insomnia Pada Denpasar, Februari.

Lanjut Usia di Karang Werdha Semeru Susilo & Wulandari. (2013). Cara Jitu

Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Menghadapi Insomnia. Yogyakarta : Andi.

Jember. Universitas Jember. United Nations: Departement of Economic

Rosdianti, Y. dkk. (2018). Jurnal Online and Social Affairs (2015). The World

Mahasiswa Program S1 Keperawatan Population Prospects: 2015 Revision

Universitas Riau. Hubungan Activity Of (Internet).Tersedia dalam;

Daily Living (Adl) Dengan Kualitas https://www.un.org/en/development/desa/pub

Tidur Pada Lansia Di PSTW Khusnul lications/world-population-prospects-2015-

Khotimah Pekanbaru. Vol 5. No 2. Hal 660- revision.html.

666. Potter, P.A, Perry A.G. (2005). Buku Ajar

Saputra, L. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Fundumental Keperawatan : Konsep, Proses,

Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara. Dan Praktik. Edisi 4. Vol 1. Alih

Setiadi. (2015) Konsep dan Penulisan Riset Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta :

Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. EGC.


Prihati, P.A. (2017). Hubungan Tingkat Pusat Data dan Informasi KEMENKES RI.

Kemandirian Activiy Daily Living (Adl) (2017). Analisis Data Lansia Tahun 2017

Dengan Kualitas Hidup Lansia (Internet). Tersedia dalam:

Dikelurahan Karangasem Kecamatan http://depkes.go.id (diakses 10 Januari 2019)

Laweyan Surakarta. Deskriptif Korelatif. Yerly. (2015). Hubungan Stress Dengan Kejadian

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Insomnia Pada Lansia

Anda mungkin juga menyukai