*
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
1
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
2
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
*Correspondence author: Telepon: 085249505665, E-mail: bukanyosra@gmail.com;
lucianaanggraini29@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Pada lansia sudah mulai terjadi penurunan degenarasi sel yang menyebabkan berbagai
macam gangguan salah satunya gangguan pola istirahat dan tidur. Salah satu gangguan tidur yang paling
banyak dialami terutama oleh lansia adalah insomnia. Insomnia adalah kesulitan untuk tidur, kesulitan
untuk tetap tidur atau tidur tidak nyenyak. Insomnia memiliki berbagai macam dampak yang dapat
menyebabkan kekurangan energi dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Penilaian tingkat derajat
insomnia dan pemenuhan aktifitas sehari-hari pada lansia diharapkan dapat mempermudah untuk
melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat derajat insomnia dengan
pemenuhan kebutuhan activity of daily living pada lansia di panti sosial tresna werdha budi sejahtera
Banjarbaru
Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, sampel adalah
lansia yang mengalami gangguan tidur yaitu insomnia di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru, yang
diambil dengan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Spearman Rank.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan tingkat derajat insomnia lansia adalah ringan (14,3%), sedang
(45,7%), berat (40%). Responden yang mengalami ketergantungan (5,7%), sangat ketergantungan
(5,7%), ketergantungan berat (22,9%), ketergantungan ringan (17%), dan mandiri (17,1%). Terdapat
korelasi yang bermakna antara tingkat derajat insomnia dengan activiy of daily living dan kekuatan
hubungan kuat.
ABSTRACT
Background: The population of the elderly in the world is increasing year by year. As people age, the
total time of sleep needs decrease. In the elderly have begun to decrease cell degeneration which
causes various kinds of disorders, one of which is a disturbance of rest and sleep patterns. One of the
most common sleep disorders experienced by the elderly is insomnia. Insomnia is difficulty sleeping,
difficulty staying asleep or sleeping badly. Insomnia has a variety of effects that can cause a lack of
energy in carrying out daily activities, especially in the elderly.
Objective: to knowing the correlation of degree of insomnia levels with activity of daily living for the
eldery at pstw budi sejahtera institution
Method: The research method used analytical research design with cross sectional approach, the
sample was elderly who experience sleep disorders, especially insomnia at the PSTW Budi Sejahtera
Banjarbaru, with total of 35 people. The sample is taken by purposive sampling method. Data were
analyzed using the Spearman-Rank test.
Result: The results showed that the degree of insomnia of the elderly was mild (14.3%), moderate
(45.7%), severe (40%). Respondents were dependent (5.7%), very dependent (5.7%), heavy dependence
(22.9%), mild dependence (17%), and independent (17.1%). There is a significant correlation between
the degree of insomnia and activiy of daily living and the strength of strong correlations.
Keywords: Activity of Daily Living, Insomnia, The Eldery.
Pendahuluan atau lebih diproyeksikan akan tumbuh
Proses menua adalah proses terus sekitar 56 persen, dari 901 juta menjadi
menerus secara ilmiah, yang dimulai sejak 1.4 milyar, dan pada tahun 2050 populasi
lahir dan umumnya dialami oleh semua lansia diproyeksikan lebih dari 2 kalo
makhluk hidup. Menua adalah suatu lipat di tahun 2015, yaitu mencapai 2.1
atau mengganti diri dan mempertahankan dengan populasi lansia terbesar, dimana
struktur dan fungsi normal sehingga tidak pada tahun 2015 berjumlah 508 juta
bahwa ada berbagai penyakit yang sering Dilansir dari Badan Pusat
terjadi pada kaum lansia (Nugroho, 2010). Statistik (2017) terdapat 8,97% (23,4 juta)
Populasi lansia di dunia dari gangguan tidur. Istirahat dan tidur mutlak
tahun ke tahun semakin meningkat. Data dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat
World Population Prospects the 2015 menjaga status kesehatan pada tingkat
Revision, pada tahun 2015 ada yang optimal. Orang yang kelelahan juga
901.000.000 orang berusia 60 tahun atau membutuhkan istirahat dan tidur untuk
lebih, yang terdiri dari atas 12 persen dari memulihkan kondisi tubuh. Istirahat
jumlah populasi global. Pada tahun 2015 merupakan keadaan rileks dan tenang
dan 2030, jumlah orang berusia 30 tahun tanpa ada tekanan emosional seperti
berjalan-jalan di taman, membaca buku Di dunia, angka prevalensi
atau melakukan kegemaran lain dapat insomnia pada lansia diperkirakan sebesar
juga disebut sebagai beristirahat (Saputra, 13-47% dengan proporsi sekitar 50-70%
2013). Pemenuhan kebutuhan terpenuhi terjadi pada usia diatas 65 tahun. Sebuah
terpenuhi dengan baik. Ada pula yang bahwa sebesar 42% dari 9.000 lansia yang
beberapa faktor, salah satunya adalah usia insomnia pada lansia sekitar 67%. Namun
terutama pada lansia. (Aspiani, 2014). sayangnya hanya satu dari delapan
dilakukan oleh Dewi dan Ardani, (2013) mencari pengobatan kedokter. (Suasari,et.
semakin sulit pula untuk mendapatkan sebagai kesulitan untuk tidur, kesulitan
kualitas dan kuantitas tidur yang efektif. untuk tetap tidur, bangun terlalu pagi, atau
manusia semakin berkurang total waktu dan kesempatannya cukup (Atkins, 2017).
kebutuhan tidur. Pada lansia sudah mulai Hal ini menyebabkan terganggunya
terjadi degenerasi sel dan organ yang pemenuhan aktifitas sehari-hari atau
mempengaruhi fungsi dan mekanisme Activity Daily Living (ADL) pada lansia
tidur. Menurut (Aspiani, 2014) pada usia karena kurangnya istirahat dan tidur pada
dan kemungkinan besar mengalami dilakukan oleh Dewi & Ardani, (2013)
insomnia dam sering terbangun sewaktu dengan judul angka kejadian serta faktor-
tidur malam hari. Gangguan tidur yang faktor yang mempengaruhi gangguan
paling sering dialami oleh lansia adalah tidur (insomnia) pada lansia di Panti
pada lansia adalah sebagai berikut, disiang hari, lansia menjadi tidak optimal
jiwa seperti depresi mayor atau pun menurunkan ketahanan seorang lansia
(2002) mengemukakan ADL atau Activity peneliti tertarik untuk meniliti masalah
Daily Living adalah aktivitas perawatan hubungan tingkat derajat insomnia dengan
diri yang harus pasien lakukan setiap hari pemenuhan kebutuhan Activity of Daily
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan Living pada lansia di Panti Sosial Tresna
menyikat gigi dan berhias dengan tujuan sectional dengan populasi seluruh lansia
perannya sebagai pribadi dalam keluarga Banjarbaru sebanyak 112 orang, sampel
dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, sampling. Penelitiaan ini dilakukan di
pada 427 lansia yang tinggal dalam menggunakan lembar kuesioner Insomnia
Rating Scale dari KSPBJ (Kelompok Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Total 35 100
mengukur Activity of Daily Living
Pada tabel 2, diketahui bahwa
Analisis data yang digunakan dalam
sebagian besar responden yang dijadikan
penelitian ini adalah analisis univariat dan
sebagai sampel penelitian ini berjenis
bivariat dengan uji Spearman-Rank.
kelamin laki-laki 37,1% dan perempuan
Hasil
62,9%.
Adapun hasil analisa univariat dalam
Tabel 3. Distribusi Lama Tinggal Responden
penelitian ini disajikan berdasarkan di PSTW Budi Sejahtera
No Lama Tinggal f %
masing-masing variabel sebagai berikut.
1 > 1 tahun 2 5,7
Tabel 1. Distribusi Umur Responden
2 1-3 tahun 17 48,5
No Umur f %
3 < 3 tahun 16 45,8
1 60-65 tahun 14 40
Total 35 100
2 66-70 tahun 4 11,4
hasil kuesioner di Panti Sosial Tresna orang responden pada Panti Sosial Tresna
5 Mandiri 6 17,1
Dari hasil table 5 di atas, diperoleh
Total 35 100
nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa
tingkat Activity of Daily Living (ADL) menunjukan bahwa semakin ringan gejala
terbanyak yaitu berada pada kategori insomnia yang dialami maka akan lebih
Tabulasi Silang Hubungan Insomnia 1. Activity of Daily Living (ADL) di Panti Sosial
Activity of Daily Living (ADL) adalah dilihat dan ketergantungan yaitu sebanyak 2
dari tabel 4.5 yang menunjukan bahwa responden atau sebesar 5,7% adalah
responden terbanyak adalah dengan kategori responden lansia yang mengalami stroke
responden atau sebesar 48,6%, rata-rata Menurut Brunner & Suddarth (2002)
ringan adalah lansia yang memerlukan Living adalah aktivitas perawatan diri yang
bantuan untuk naik turun tangga serta harus pasien lakukan setiap hari untuk
berjalan pada permukaan datar, lansia yang memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup
bantuan untuk naik turun tangga dan tidak normal; aktivitas tersebut mencakup,
bisa untuk terlalu lama berjalan kaki ambulasi, makan, berpakaian, mandi,
dipermukaan datar. posisi kedua menyikat gigi dan berhias dengan tujuan
responden atau sebesar 22,9%, dari data perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan
lansia yang mengalami ketergantungan berat kebutuhan untuk bantuan dalam ADL dapat
adalah lansia yang memiliki riwayat penyakit bersifat akut, kronis, temporer, permanen
rematik atau post stroke, pada atau rehabilitative (Potter dan Perry, 2005).
ketergantungan berat lansia rata-rata hampir ADL digunakan sebagai tolak ukur agar
tenaga kesehatan atau petugas panti. posisi sebagai individu yang mandiri atau
ketiga mandiri yaitu sebanyak 6 responden memerlukan bantuan pada aktifitas sehari-
dikategori mandiri mampu melaksanakan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
bantuan. Sedangkan posisi keempat dan PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru mengalami
ketergantungan ringan pada aktifitas sehari- Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat
harinya. Lansia yang mengalami insomnia adalah dilihat dari tabel 4.4 yang
pada aktifitas fisik yang memerlukan sedikit yaitu dengan tingkat insomnia sedang yaitu
lebih banyak tenaga seperti naik turun sebanyak 16 responden atau sebesar 45,7%.
tangga, dan berjalan pada permukaan datar. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian
Sedangkan untuk lansia yang mengalami lansia yang menjadi responden penelitian
ketergantungan paling berat adalah lansia mengalami gangguan tidur insomnia pada
yang memiliki riyawat penyakit stroke tahap sedang, banyak faktor yang
sehingga menghambat aktifitas sehari-hari. mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah
(2017) yang berjudul hubungan tingkat insomnia sedang adalah lansia yang kurang
kemandirian Activity Daily Living (ADL) dari 2 tahun tinggal di Panti tersebut, lansia
dengan kualitas hidup lansia di Kelurahan yang tergolong masih penghuni baru belum
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Panti, hal ini menyebabkan terganggunya
terdapat hubungan kemandirian Activity pola istirahat dan tidur pada lansia. Posisi
Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup kedua yaitu insomnia berat yaitu sebanyak 14
lansia di Kelurahan Karang Asem Kecamatan responden atau sebesar 40,0%. Dari hasil
Laweyan Surakata yaitu semakin baik penelitian lansia yang mengalami insomnia
kemandirian ADL maka kualitas hidup lansia tahap berat memiliki masalah yang kompleks
semakin tinggi. Dari hasil penelitian dibanding lansia yang mengalami insomnia
didapatkan bahwa terdapat hubungan sedang, selain karena faktor lingkungan, rata-
kemandirian Activity Daily Living (ADL) rata lansia dengan insomnia berat memiliki
dengan kualitas hidup lansia yaitu semakin riwayat penyakit yang mengganggu pola
baik kemandirian ADL maka kualitas hidup istirahat dan tidur, seperti stroke, TBC, dan
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi Gangguan tidur yang paling sering dialami
dialami responden, serta faktor lingkungan kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk tetap
seperti lingkungan wisma tempat lansia tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur yang
tinggal terlalu berisik dan lansia yang masih tidak nyenyak walaupun waktu dan
beradaptasi dengan lingkungan panti. Hal ini kesempatannya cukup (Atkins, 2017).
Susilo dan Wulandari (2013), bahwa masalah insomnia yang telah dilakukan di
insomnia disebabkan oleh beberapa faktor PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru dapat
beberapa diantaranya yaitu sakit fisik dan disimpulkan bahwa rata-rata lansia yang
Gangguan tidur yang paling banyak berbagai macam faktor. Pertama adalah
dirasakan oleh responden tergambar pada faktor lingkungan, diantaranya adalah lansia
kualitas tidur. Rata-rata para responden panti, kemudian kondisi wisma kamar yang
menjawab tidur tidak nyenyak dan mudah ditinggali panti terlalu berisik bagi lansia.
terbangun, artinya banyak lansia yang Untuk itu sebagai perawat dan tenaga
kualitas tidur nya buruk karena merasa tidur kesehatan lainnya di Panti diperlukan upaya
tidak nyenyak dan mudah terbangun pada perlakuan dan penanganan khusus bagi lansia
malam hari karena berbagai macam faktor. yang terganggu pola istirahat dan tidurnya
Semakin bertambah umur manusia dengan cara berbagai macam terapi yang
semakin berkurang total waktu kebutuhan dapat membantu merilekskan pikiran agar
tidur. Pada lansia sudah mulai terjadi insomnia yang dialami oleh lansia berkurang.
degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi Diantara berbagai macam terapi yang dapat
(Aspiani, 2014) pada usia dewasa tua (60 pengaturan jadwal tidur siang yang tidak
Kemudian yang kedua penyebab insomnia Living (ADL) di Panti Sosial Tresna Werdha
lansia di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
adalah sakit fisik, sebagai perawat dan insomnia yang paling dominan adalah
petugas kesehatan lainnya di Panti wajib insomnia sedang sedangkan Activity of Daily
untuk mengawasi penggunaan obat-obatan Living (ADL) yang paling dominan adalah
sesuai indikasi penyakit yang lansia alami, ketergantungan ringan. Setelah dilakukan uji
perawat juga dapat mengajarkan teknik statistik spearman rank dengan nilai
relaksasi kepada lansia untuk mengurangi signifikan yakni 0,000 yang lebih kecil dari
sakit fisik atau nyeri yang mengganggu tidur 0.05 sebagai taraf yang telah ditentukan (p<a)
lansia pada malam hari yang menyebabkan dan dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho
Menurut penelitian yang dilakukan oleh hubungan yang bermakna antara insomnia
Dewi dan Ardani, (2013) menyatakan bahwa dengan Activity of Daily Living (ADL).
semakin bertambahnya umur seseorang maka Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
kualitas dan kuantitas tidur yang efektif, dari mempengaruhi aktivitas lansia. Semakin
hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa ringan tingkat insomnia lansia maka akan
tidur yang buruk, sebanyak 16.6%. Lansia yang mengalami insomnia derajat
Berdasarkan penyakit yang mendasari sedang dalam penelitian ini umumnya pada
mayor atau pun kecemasan sekitar 50%. merasa mengantuk yang berlebihan pada
tidur, mudah terbangun serta sulit untuk pemenuhan aktifitas sehari-hari atau Activity
mendapatkan tidur yang nyenyak. Daily Living (ADL) pada lansia karena
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh kurangnya istirahat dan tidur pada malam
Rachmawati Pangulu (2015) meneliti tentang harinya. Menurut Sunaryo (2016) insomnia
“Hubungan Tingkat Activity Of Daily Living memiliki berbagai macam dampak salah
(ADL) Dengan Kualitas Tidur Pada Lansia di satunya adalah stress dan depresi. Pernyataan
Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan ini sesuai dengan Hardywinoto (2014) bahwa
Surakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat stress adalah salah faktor yang
dengan kualitas tidur lansia. Semakin baik Sebuah survey yang dilakukan pada 427
ADL lansia tersebut maka semakin baik pula lansia yang tinggal dalam masyarakat,
Hal ini sesuai menurut Susilo & mengantuk yang berlebihan dan kelelahan
Wulandari (2013) bahwa gejala yang seperti kehilangan energi disiang hari, lansia
ditimbulkan oleh seseorang insomnia adalah menjadi tidak optimal dalam beraktivitas,
salah satunya kurang energi dan mudah lelah. kelelahan juga menjadikan lansia terlihat
insomnia adalah perasaan yang tidak menurunkan minatnya untuk beraktivitas dan
menentu disiang hari. Mereka selalu merasa menurunkan ketahanan seorang lansia
normal Insomnia dapat juga didefinisikan 1. Responden dalam penelitian ini memiliki
sebagai suatu persepsi seseorang yang terus tingkat derajat insomnia ringan adalah 14,3%,
merasa tidak cukup atau merasakan kualitas tingkat derajat insomnia sedang 45,7%,
tidur yang buruk. Walaupun orang tersebut sedangkan insomnia berat adalah 40%.
sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang 2. Responden yang memiliki tingkat ADL
cukup. Ini akan mengakibatkan perasaan ketergantungan adalah 5,7%, tingkat ADL
yang tidak bugar setelah terbangun dari tidur. sangat ketergantungan 5,7%, tingkat ADL
ketergantungan berat 22,9%, tingkat http://kalsel.bps.go.id (diakses 10 Januari
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Penduduk Lansia 2017 (Internet). Tersedia
Sejahtera Banjarbaru. Hubungan kedua Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar
variabel ini menunjukkan menunjukan bahwa Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.
yaitu -0,777 yang menunjukan bahwa Blackburn & Catherine. 2007. Handbook of
maka akan lebih mandiri lansia tersebut dalam Theory, Practice, and Police. United
Ariani, P. (2019). Angka Kejadian Insomnia Pada Dewi, P.A & Ardani, G.A.I. (2014). e-Jurnal
Lansia Di Panti Tresna Werdha Wana Seraya Medika Udayana. Angka Kejadian serta
MEDIKA, VOL. 8 NO.1 Januari, 2019. Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia di
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya
NIC dan NOC. Jilid 2. Jakarta : Trans Fakihan, A. (2016). Hubungan Aktivitas Fisik
Banjar Menurut Kelompok Umur 2010- Kamilla, A. (2017). Hubungan Tingkat Activity
Maryam, R. Siti, dkk. ( 2013). Mengenal Usia Keperawtan. Yogyakarta : Gava Media.
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Supardi, S. dkk. (2013). Buku Ajar Metodelogi
dengan Kualitas Tidur Pada Lansia di Suastari M, Bayu Tirtayasa PN, Suka Aryana GP.
Lanjut Usia di Karang Werdha Semeru Susilo & Wulandari. (2013). Cara Jitu
Rosdianti, Y. dkk. (2018). Jurnal Online and Social Affairs (2015). The World
Setiadi. (2015) Konsep dan Penulisan Riset Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta :
Kemandirian Activiy Daily Living (Adl) (2017). Analisis Data Lansia Tahun 2017
Laweyan Surakarta. Deskriptif Korelatif. Yerly. (2015). Hubungan Stress Dengan Kejadian