Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP KUALITAS

TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA


YAYASAN AL-KAUTSAR

JURNAL

MISNAWATI
2013 01 061

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP KUALITAS TIDUR
LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA
YAYASAN AL-KAUTSAR

The Effect Of Laugh Therapy On The Quality Of Sleeping In Tresna Werda's Social Panti
Al-Kautsar Foundation

Misnawati1, Hasnidar2, Afrina Januarista3


*e-mail : misnawatimuchtar95@gmail.com
1. Program Studi Ners STIKes Widya Nusantara Palu
2. STIKes Widya Nusantara Palu
3. STIKes Widya Nusantara Palu

ABSTRAK
Gangguan tidur pada lansia merupakan sebuah hal yang sering dialami oleh kelompok
usia lanjut usia ini. Gangguan tidur pada lansia ini disebabkan oleh banyak factor
penyebab, baik itu factor fisik, psikologis maupun mental. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis pengaruh terapi tertawa terhadap kualitas tidur lansia di Panti Tresna
Werda Yayasan Al-Kautsar Palu. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 Februari 2017
di Panti Sosial Tresna Werda Yayasan Al-Kausar Palu sebanyak 80 orang didapatkan 15
lansia mengatakan sulit tidur di malam hari hari, bangun terlalu awal, dan sering tidur
pada siang hari. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental dengan rancangan
one group pretest-posttest design. Tekhnik pengambilan sampel adalah puposive
sampling yang melibatkan 15 responden. Hasil menunjukan terdapat perbedaan yang
signifikan dari kualitas tidur lansia sebelum dan setelah terapi tertawa (p value=0,001).
Kesimpulannya terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap kualitas tidur lansia di Panti
Sosial Tresna Werda Yayasan Al-Kausar Palu. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
menambah waktu terapi. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat lebih mengontrol
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seperti lingkungan, gaya hidup,
stres, obat-obatan dan diet.

Kata Kunci : Terapi Tertawa, Kualitas Tidur, Lansia.

ABSTRACT
Sleeping disorder toward elderly is common problems during this age. It due to many
factors such as physical, psychologic and mental factors even. The aims of research to
analys the effect of laughing therapy toward sleeping quality of elderly in Werda Of Al-
Kautsar Foundation, Palu. The result of previous research at February, 20 2021 in
Werda Of Al-Kautsar Foundation, Palu mentioned that about 15 elderly among of 80
have sleeping disorder during the night, earlier insomnia, and narculeption experiences.
This research used pre experimental with one group pretest-posttest design. Sampling
taken by puposive sampling technique for 15 respondents. The result shown that have
significant differences of sleeping quality of elderly before and after laughing therapy (p
value=0,001). Conclusion mentioned that have effect of laughing therapy toward
sleeping quality of elderly in Werda Of Al-Kautsar Foundation, Palu. Suggestion for
other researcher could extend the therapy time and controlling of influences factors of
sleeping quality such as enviorenment, life style, stress, medicines and diet type.

Keywords: Laughing Therapy, Sleeping Quality, Elderly.


PENDAHULUAN pendengaran, demensia, osteoporosis
Kumpulan populasi dengan usia serta insomnia3.
60 tahun ke atau keatasnya disebut Terganggunya tidur yang dialami
dengan lanjut usia (lansia)1. Untuk lanjut usia adalah sesuatu hal yang
perhitungan global kuota jumlah biasanya diderita oleh golongan lanjut
kumpulan masyarakat dengan usia 60 usia ini. Masalah tidur yang dialami
tahun ke atas sebesar 12% dari jumlah lansia ini diakibatkan dari beberapa
populasi dunia pada tahun 20142. sebab, entah itu segi fisik, psikologis
Sebanyak 19.142.805 orang yaitu ataupun mental. Terganggunya tidur
populasi lansia dengan umur 60 tahun pada lansia dapat berbentuk
ke atas yang tercatat diindonesia pada terganggunya atau kesusahan saat tidur
tahun 2014 dan pada tahun 2015 terjadi maupun masalah menjaga masa tidur
penambahan jumlah yakni sebanyak yang nyenyak6.
21.685.326 orang3. Untuk di provinsi Jamaknya, lansia banyak
Sulawesi tengah sendiri terjadi hal yang mengalami gangguan dalam pemenuhan
sama yakni sebanyak 196.962 orang di kebutuhan tidur baik kualitas maupun
tahun 2014 dan meningkat di tahun kuantitas. Lansia terkadang
4
2015 sebanyak 200.121 orang . menyebutkan bahwa saat mulai tidur
Sedangkan untuk kota Palu sendiri total mengalami kesusahan, kadang
lansia sebesar 18.176 orang di tahun terlindungi semasa tidur dan tak bisa
5
2014 dan 18.133 orang di tahun 2015 . tidur kembali, menyelesaikan masa
Berkurangnya perkembangan sel- dalam proses mengantuk juga begitu
sel tubuh pada lansia menjadi awal minim sekali untuk proses bermimpi.
penyebab adanya problema kesehatan, Kualitas tidur lansia pada malam hari
berakibat pada terganggunya fungsi dan mengalami penurunan sekitar 70-80%.
sistem imun serta aspek resiko penyebab Kelompok usia 70 tahun dijumpai 22%
tingginya terjadinya penyakit. kasus mengeluh mengenai masalah tidur
Ketidakseimbangan nutrisi, masalah dan 30% terbangun dimalam hari. Tidur
keseimbangan, bingung yang tiba-tiba yang tidak terpenuhi dapat
serta hal lainnya yang sejenis menimbulkan beberapa dampak negatif
merupakan gangguan kesehatan yang seperti berubahnya sifat pribadi serta
lazim diderita oleh lanjut usia. tingkat laku contohnya : bekurangnya
Selanjutnya, kumpulan penyakit yang koordinasi juga saat bicara, agresif,
lazim timbul oleh lansia yakni depresi, menarik diri, bertambahnya
hipertensi, masalah penglihatan dan perasaan lelah, terganggunya persepsi,

2
halusinasi pada penglihatan dan kejadian insomnia pada lansia terbilang
pendengaran, kebingungan serta lumayan banyak yakni kira-kira 67%8.
orientasi yang gagal pada waktu dan Hasil penelitian Fitriani (2014) di
lokasi, gampang tersindir dan tak rileks. Jomegatan Ngestiharjo Kasihan Bantul
Dampak gangguan tidur dapat menunjukan bahwa terapi tertawa
memperberta status kesehatan lansia berefek pada turunnya derajat insomnia
yang secara fisiologis telah mengalami pada lansia yang bisa membagikan
penurunan oleh karena itu diperlukan perasaan santai dan rileks menyebabkan
suatu upaya untuk lansia bisa tidur lebih nikmat9. Hasil
mencegahnya.Kebutuhan tidur lansia serupa pun dikemukakan oleh penelitian
adalah 7 sampai 8 jam/hari6. Hae-jin & Chang ho (2011) yakni terapi
Insomnia merupakan satu diantara tertawa bisa dipakai sebagai intervensi
masalah tidur yang acap kali diderita pada lansia guna mengurangi derajat
lansia. Insomnia yaitu sebuah kondisi insomnia serta kendala tidur yang lain.
tak mampu untuk tercapainya tidur yang Terapi ini hendak memicu terlepasnya
efektif, entah kualitas ataupun kuantitas, hormon endorphin, sebutannya juga
serta kondisi tidur yang tidak lama untuk morfin pada tubuh, guna
ataupun sulit untuk tidur. Kendala serta mempercepat peredaran darah kemudian
susahnya tidur acap kali meneror, entah menjadikan tubuh berubah lebih tenang
saat mengawali langkah awal tidur dan santai. Problematika kesehatan yang
mapunpun saat tidur terjadi. Kendala ini ada kaitnnya dengan kualitas tidur,
sering berlangsung akibat munculnya contohnya stres, cemas, berkurangnya
problem psikis ataupun fisik, yang bisa kognitif, serta lainnya, juga bisa
9
memicu sulitnya orang untuk diturunkan dengan terapi tertawa .
menempuh kondisi hening akibat Berdasarkan hasil studi
gelisah yang tinggi sehingga pendahuluan pada tanggal 20 Februari
mengakibatkan otot-otot tak dapat 2017 di Panti Sosial Tresna Werda
relaks serta pikiran tak terkontrol7. Yayasan Al-Kausar Palu sebanyak 80
Di Indonesia insomnia menerjang orang didapatkan 15 lansia mengatakan
kira-kira 50% jiwa dengan umur 65 sulit tidur di malam hari hari, bangun
tahun, tiap tahunnya mengancam kira- terlalu awal, dan sering tidur pada siang
kira 20%-50% lanjut usia mengabarkan hari. Lansia tersebut mengatakan
munculnya insomnia dan kira-kira 17% mengalami sulit tidur karena
menderita insomnia yang parah. Angka memikirkan keluarga yang jarang atau
kadang tidak pernah mengunjungi

3
mereka.Lansia tersebut juga mengatakan terapi tertawa. Terapi tertawa ini
terkadang ada masalah dengan teman dilakukan dalam keadaan duduk dikursi
satu kamar sehingga menjadi kepikiran dengan kondisi ruangan yang kondusif
dan sulit tidur. dan efektif. Responden akan melakukan
teknik ini dengan di dampingi oleh
METODE PENELITIAN peneliti. Teknik ini dilakukan selama
Metode penelitian ini
satu minggu jadi total terapi yang
menggunakan metode penelitian
dilakukan adalah 7 kali. Dan yang
kuantitatif yang menggunakan desain
terakhir Post test, pada tahap ini peneliti
pre-eksperimen (Pre Experimental
akan mengukur kembali kualitas tidur di
Design) yaitu rancangan pre-test dan
hari ke-8 setelah terapi tertawa ini
post-test dalam satu kelompok (One
dilakukan selama satu minggu.
Group Pre-Test Post-Test Design).
Penelitan ini bertempat di Panti Sosial HASIL
Tresna Werda Yayasan Al-Kautsar Palu, 1. Karakteristik Responden
Jl.Puebongo, Kelurahan Donggala Kodi, Karakterisitik responden adalah
Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, gambaran umum yang berkaitan
Sulawesi Tengah penelitian ini dengan individu sebagai objek
dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2017 penelitian. Karakterisitik dapat dibagi
sampai dengan 12 Oktober 2017, berdasarkan usia, jenis kelamin.
Populasi dalam penelitian ini adalah Dapat dilihat pada tabel 1.
seluruh lansia yang ada dip anti sosial Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Tresna Werda Yayasan Al-Kautsar Palu Responden
Karakteristik f %
yaitu sebanyak 80 orang, besar sampel Usia
berjumlah 15 responden dengan tekhnik 51 – 60 3 20,0
61 – 70 5 33,3
pengambilan sampel menggunakan 71 – 75 7 46,7
teknik Purposive sampling dengan Total 15 100
kriteria inklusi lansia yang mengalami Jenis Kelamin
Laki – laki 9 60,0
gangguan tidur Perempuan 6 40,0
Proses penelitian ini terdiri dari Total 15 100
Sumber : Data Primer 2020
Pretest, pada tahap ini peneliti akan
Pada tabel 1 dapat diketahui
mengukur kualitas tidur pada lansia,
bahwa sebagian besar responden
pengukuran ini dilakukan sebelum
memiliki usia 71 – 75 tahun
diberikan perlakuan. Selanjutnya
berjumlah 7 orang (46,7 %).
perlakuan dimana Pada tahap ini peneliti
Mayoritas responden berjenis
akan mengajarkan kepada responden

4
kelamin laki-laki yaitu berjumlah 9 3. Analisis Bivariat
orang (60,0 %). Analisis bivariat yaitu
2. Analisis Univariat analisis untuk mengetahui hubungan
Analisis univariat adalah atau korelasi terhadap dua variabel
analisis yang memiliki tujuan untuk yaitu variabel independen dan
menjelaskan, mendeskripsikan variabel dependen dengan
karakteristik setiap variabel.Dapat menggunakan uji statistik.Dapat
dilihat pada tabel 2 dan 3. dilihat pada tabel 4.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tabel 4. Pengaruh Pemberian Terapi
Kualitas Tidur Sebelum Tertawa Terhadap Kualitas
Terapi Tertawa Pada Tidur Pada Lansia
n Mea (Min- ρ
Lansia
n Max) value
Kualitas tidur
Pretest 15 11,80 (9-14)
sebelum diberikan f % 0,001
Posttest 15 3,13 (2-4)
terapi tertawa
Sumber : Uji statistik Wilcoxon
Baik 0 0,0
Buruk 15 100,0 Pada tabel 4 diatas menunjukan
Total 15 100
perbedaan angka rata-rata kualitas
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 2 diatas tidur sebelum dilakukan terapi

menunjukkan bahwa seluruh tertawa dengan setelah dilakukan

responden mengalami kualitas tidur terapi tertawa. Hasil uji test statistik

yang buruk yaitu berjumlah 15 orang Wilcoxon signed rank menunjukkan

(100,0 %). bahwa nilai ρ value 0,001.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan kriteria penerimaan


Kualitas Tidur Setelah hipotesis dengan nlai ρ value ≤ 0,05
Diberikan Terapi Tertawa maka H0 ditolak yang artinya terdapat
Pada Lansia
Kualitas tidur setelah pengaruh pemberian terapi tertawa
diberikan terapi f % terhadap kualitas tidur pada lansia di
tertawa
Baik 15 100,0 Panti Sosial Tresna Werda Yayasan
Buruk 0 0,0
Al-Kautsar Palu.
Total 15 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 3 diatas PEMBAHASAN
1. Kualitas Tidur Lansia Sebelum
menunjukkan bahwa seluruh
Diberikan Terapi Tertawa
responden memiliki kualitas tidur
Dari hasil penelitian pada
yang baik yaitu berjumlah 15 orang
tabel 2 menunjukan frekuensi
(100,0 %).
dengan kualitas tidur buruk
sebanyak 15 responden atau seluruh

5
responden. Hasil penelitian terkait tentang kualitas tidur makin
kualitas tidur lansia sebelum bertambah. Untuk golongan umur
diberikan terapi tertawa menunjukan 60 tahun diperoleh 7 % melaporkan
seluruh lansia yang menjadi gangguan tidur yakni hanya bisa
responden penelitian memiliki tidur > 5 jam perhari. Golongan
kualitas tidur buruk. Kualitas tidur lanjut usia 70 tahun didapatkan 22
disebutkan baik jika klien tak % melaporkan tersadar lebih dini
memperlihatkan tanda kurangnya serta 30 % melaporkan banyak yang
tidur dan tak menderita gangguan tersadar waktu dimalam hari6.
tidur. Indikasi kurangnya tidur bisa Aspek yang memberikan pengaruh
dikelompokkan berupa gejala fisik terhadap masalah tidur ialah aspek
dan gejala psikologis. Gejala fisik ekstrinsik dan aspek intrinsik.
kurangnya tidur yakni nampak Aspek ekstrinsik diantaranya
adanya daerah gelap disekiling kawasan sekitar ketenangan yang
mata, konjungtiva berwarna kurang, sementara itu aspek intrinsik
kemerahan, adanya bengkak di kelompokkan jadi dua yakni organik
kelopak mata serta mata yang dan psikogenik. Rasa nyeri, gatal,
cekung, rasa kantuk yang melibihi kram pada betis, sindrom tungkai
batas normal diindikasikan dengan bergerak, dan sakit gigi adalah
acapkali menguap, tak sanggup aspek organik. Aspek psikogenik
dalam berkosentrasi, dan terdapat yakni depresi, cemas, stress,
indikasi kelelahan misal kaburnya kemarahan yang tak terkontribusi,
penglihatan, adanya mual, serta serta iritabilitas6. Tahapan penuaan
pusing. Gejala psikologis akibat membuat lansia lebih mudah
kurangnya tidur yang terdiri dari mengalami gangguan tidur, selain
adanya sifat apatis serta mengakibatkan perubahan normal
berkurangnya respon, menarik diri, pada pola tidur dan istrahat lansia11.
menurnnya daya ingat, Kondisi sakit berakibat
kebingungan, berhalusinasi, ilusi nyeri bisa memunculkan masalah
pada penglihatan atau pendengaran tidur. individu yang dalam kondisi
serta kesanggupan menyatakan sakit memerlukan periode tidur
rekomendasi ataupun ketetapan jadi lebih panjang dari pada kondisi
berkurang10. biasanya. Individu yang sakit
Bersamaan dengan hendak merasakan berubahnya pola
meningkatnya umur keluh kesah tidur sebab adanya penyakit misal

6
rasa nyeri yang bisa diakibatkan insomnia, anti depresan hendak
oleh luka, tumor atau kanker pada menginhibisi REM. Sesorang yang
tingkat lanjut12. Kondisi sekitar bisa mengonsumsi alkohol dalam jumlah
membantu ataupun memperlambat banyak acapkali mederita masalah
tidur. Sirkulasi udara di ruangan, pada tidurnya12. Alkohol yang
temperatur ruangan, pencahayaan dikolaborasikan bersama obat
ruangan, serta keadaan yang ribut hipnotik menyebabkan sulitnya
sangat mempengarhui pada tidur tidur. Dampak menjadi rileks
individu12. Potter dan Perry dengan meminum alkohol bisa
menyatakan, suara yang bising bisa memelankan metabolism tubuh
mengakibatkan terlambatnya tidur efeknyanya yakni timbulnya
14
dan bisa juga membuat seseorang kesukaran untuk tidur . Diet L-
tebangun dari tidurnya13. trotophan yang ada terkandung
Keletihan hendak dalam keju dan susu hendak
mempengaruhi pola tidur mempercepat seseorang untuk tidur.
seseorang. Makin letih seseorang Peristiwa ini dapat mendeskripsikan
lalu menjadikan tidur REM nya jadi kenapa individu yang sebelumnya
makin pendek tidur. Keadaan letih tidur mengonsumsi susu hangat,
bisa memngakibatkan klien muncul sebab dapat mendukung orang untuk
perasaan seperti terbangun ketika jatuh tidur12.
tidur dan tak memperoleh tidur. Perokok seringkali memiliki
Klien yang dikelilingi dengan keseringan sulit untuk dapat tidur
problem bisa jadi tak dapat tenang dibanding dengan yang bukan
untuk dapat tidur. Rasa cemas juga perokok. Peristiwa ini diakibatkan
dapat membuat kadar sebab nikotin dalam rokok
norepinephrine di darah yang mempunyai efek menstimulasi
hendak memicu sistem saraf tubuh tubuh. Menahan untuk tidak
simpatek jadi meningkat. merokok setelah makan malam
Transformasi ini mengekibatkan dapat membantu tidur lebih baik.
menurunnya proses IV NREM dan Pola tidur akan menjadi lebih baik
12
tidur REM . ketika mereka berhenti merokok12.
Beberapa obat-obatan dapat Kafein juga menyebabkan gangguan
mempengaruhi kualitas tidur tidur.Kafein tidak hanya ditemukan
sesorang. Obat-obatan dengan dalam kopi, tetapi dalam makanan
kandungan diuretik mengakibatkan lain, minuman dan obat-obatan,

7
seperti coklat, soda, steroid, konjungtiva kemerahan, fokus
analgesic, bronkodilator, beberapa terbagi, munculnya sakit kepala
anti-hipertensi, dekongestan dan serta selalu menguap ataupun
10
penekan nafsu makan. Kafein dan mengantuk .
stimulant lainnya seperti nikotin Kualitas tidur juga dapat
telah terbukti meningkatkan latensi dibilang baik jika klien
tidur dan fragmentasi tidur, dan memperlihatkan indikasi minimnya
untuk menurunkan total waktu tidur dan tak menderita gangguan
tidur14. tidur. indikasi kurangnya tidur bisa
2. Kualitas Tidur Lansia Setelah dikelompokkan yakni gejala fisik
Diberikan Terapi Tertawa dan gejala psikologis. Gejala fisik
Berdasarakan tabel 3 kurangnya tidur yakni nampak area
menunjukan bahwa seluruh gelap di sekeliling mata,
responden sesudah dilaksanakan konjungtiva terlihat kemerahan,
terapi tertawa sepanjang tujuh hari adanya bengkak di kelopak mata
secara terus-menerus, didapatkan dan mata jadi cekung, rasa kantuk
frekuensi dengan kategori baik. yang berlebih diindikasikan pada
Kualitas tidur ialah kondisi selalu menguap, tak sanggup untuk
tidur yang dilalui oleh individu yang bisa fokus, serta terdapat indikasi
ketika tersadar hendak merasa jadi kelelahan yakni kaburnya
lebih segar dan bugar. Kualitas tidur penglihatan, muncul rasa mual, serta
meliputi faktor kuantitatif dari tidur, adanya rasa pusing. Indikasi
misal jangka waktu tidur, latensi psikologis dari kurangnya tidur
tidur dan faktor subjektif dari tidur. terdiri dari munculnya sifat acuh tak
Kualitas tidur yaitu kesanggupan acuh serta berkurangnya respon,
tiap individu guna menjaga kondisi menarik diri, menurunnya daya
tidur serta guna memperoleh proses ingat, kebingungan, berhalusinasi,
tidur REM dan NREM yang layak 12. ilusi pada penglihatan atau
Kualitas tidur merupakan pendengaran serta kesanggupan
kenyamanan terhadap tidur, hingga menyampaikan tanggapan atau
10
individu tersebut tak menunjukkan ketetapan jadi berkurang .
rasa letih, adanya kehitaman Kamel dan Gammack
disekeliling mata, gampang terpicu menyatakan bahwa penanganan
dan tidak tenang, lesu serta acuh tak masalah tidur pada lansia
acuh, kelopak mata bengkak, dikelompokkan jadi dua yakni

8
dengan cara pendekataan darah yang kemudian muncul
farmakologi serta nonfarmakologi. depresi, rasa cemas, serta sifat
Pendekatan nonfarmakologi marah18.
menurut National Center for 3. Perbedaan Kualitas Tidur Lansia
Complementary and Integrative Sebelum Dan Sesudah
Health (NCCIH) terapi modalitas Dilakukannya Terapi Tertawa Di
CAM (Complementary Alternative Panti Sosial Tresna Werda
Medicine) yaitu salah satunya Yayasan Al-Kautsar Palu.
adalah Mind-body medicine yang Setelah dilakukan uji
salah satu terapinya adalah terapi Wilcoxon pada 15 responden
tertawa15. sebelum dan sesudah intervensi
Tertawa merupakan terapi tertawa, diperoleh hasil bahwa
kesanggupan yang cuma dipunyai nilai p- value sebesar 0,001. Karena
manusia yang dimana penjabaran nilai p-value < 0,05, maka dapat
dari bentuk ekspresi kesenangan diketahui bahwa terdapat pengaruh
serta bisa dibuat tidak ada syaratnya pemberian terapi tertawa terhdadap
dan persis manfaatnya dengan kualitas tidur pada lansia di Panti
meditasi hingga biasa dikatakan Sosial Tresna Werda Yayasan Al-
yoga tawa. Terapi tertawa atau yoga Kautsar Palu.
tawa yakni terapi yang dipercaya Tertawa dengan jangka waktu
sanggup menambah semangat 5-10 menit bisa memicu keluarnya
hidup, walaupun dalam keadaan hormone endorphine dan serotonin,
16
stres . Tertawa ialah raut emosional yakni satu jenis morfin alamiah
atau jiwa yang dinampakkan melalui tubuh dan juga melatonin. Tiga zat
ekspresi muka dan suara-suara ini adalah zat yang baik bagi otak
tertentu. Kalau secara fisiologis menyebabkan dapat muncul
tertawa dikelompokkan jadi dua perasaan gembira. Selain itu faedah
yakni satu pengaturan gerakan dan paling urgen yang terdapat didalam
kedua produk suara17. Tertawa tertawa yakni bahwa tertawa dapat
merupakan aktifitas yang mengontrol kesehatan mental
18
menyehatkan serta memberikan individu .
bonus oksigen untuk sel serta Terapi tertawa (Laughter
jaringan. Jiwa dan tingkah laku yang therapy) bisa melepaskan
sedu bisa mengakibatkan hipotalamus yang hendak
berkurangnya oksigen didalam menghalangi keluarnya

9
Corticotropin Releasing Hormone alur neuropsikologis, diantaranya
(CRH) yang nntinya dapat membuat perasaan hati, ingatan, respon stress,
pengeluaran ACTH serta jumlah modulasi nyeri, serta diaturnya daur
kortisol didalam darah menjadi tidur20. Pada proses tidur, serotonin
turun. Dengan turunnya ACTH bekerja dalam keadaan terpelihara
maka selanjutnya muncullah guna menstabilkan kondisi yang
rangsangan sehingga pengeluaran terjaga (wakefulness), serta
serotonin dan endorphin otak diaturnya proses tidur melewati
menjadi meningkat yang metabolitnya yakni melatonin,
menyebabkan timbul perasaan yang akibatnya dalam keadaan jumlah
tentram dan tenang, yang serotonin yang rendah selanjutnya
selanjutnya menjadikan seseorang terjadilah sintesis melatonin yang
gampang saat mengawali tidur16. menurun sehingga membuat klien
Terapi tertawa ialah terapi susah saat mengawali tidur20.
dengan penggunaan tawa. Terapi Sebuah penelitian meta analisis
tertawa bisa mendukung sesoerang ditahun 2011 juga menyatakan
guna mengatasi gangguan fisik terdapat jumlah serotonin dan
ataupun mental. Pemakaian tawa di melatonin serum yang menurun
terapi ini hendak memproduksi yang kemudian berefek pada
penurun stress serta rasa sakit. munculnya irama sirkadian yang
Penelitian memperlihatkan terganggu, gangguan tidur di waktu
kesenangan tak hanya dari segi malam hari, disiang hari mengalami
pikiran, namun terdapat juga kelelahan, serta bertambanhnya
didalam otot-otot ataupun hormon. sensitifitas terhadap nyeri20.
Teknik mengekspresikan otot-otot Terapi tertawa bisa
muka menajdi sebuah raut yang mengaktifkan hipotalamus yang
berhubungan dengan keadaan suka kemudian menghalang keluarnya
cita bisa menghasilkan dampak baik (Coticotropin Releasing Hormone
yang berefek nantinya di sistem (CRH) yang hendak membuat
saraf pusat19. pengeluaran ACTH serta jumlah
Serotonin adalah sebuah kortisol didalam darah menjadi
neurotransmitter yang turun. Pengeluaran ACTH yang
memodulasikan aktifnya neural serta berkurang menyebabkan rangsangan
mempunyai kinerja yang sekresi serotonin serta endorphin
berpengaruh ke beragam tahapan diotak menjadi meningkat yang

10
kemudian berakibat timbulnya jiwa akan berefek pada produksi
yang tenteram dan tenang, serta neurotransmitter yaitu hormon
bahagia16. Ketika tertawa serotonin, endofrin serta melatonin
berlangsung timbul rangsangan yang sehingga menjadikan tubuh jadi
efektif di separuh lebih otot mulut. tenang dan nayaman serta kualitas
Ketika mulut membuka dan tidur klien dapat meningkat21.
menutup ini, adanya sebuah kondisi
yang mendorong dalam menghisap SIMPULAN DAN SARAN
udara sehingga tercukupi, yng 1. Simpulan
seanjutnya bisa memperoleh oksigen Berdasarkan hasil penelitian
yang lebih. Oksigen kemudian dan pembahasan mengenai pengaruh
disalurkan kesemua tubuh dengan terapi tertawa terhadap kualitas tidur
kadar yang lebih banyak. Kadar lansia di Panti Sosial Tresna Werda
oksigen yang banyak tercukupi pada Yayasan Al-Kausar Palu dapat
sistem aliran darah akan disimpulkan sebagai berikut :
berpengaruh terhadap produksi a. Kualitas tidur responden
neurotransmitter yaitu hormone sebelum diberikan terapi tertawa
serotonin, endofrin serta melatonin yaitu seluruh responden
dimana hormone ini merupakan mengalami kualitas tidur yang
pembawa kondisi emosi serta buruk yaitu berjumlah 15
perasaan kesemua wilayah tubuh21. responden (100,0 %).
Efek dari terapi tertawa b. Kualitas tidur responden setelah
terhadap kualitas tidur berlangsung diberikan terapi tertawa terjadi
lewat pemicu afektif yang peningkatan kualitas tidur dari
berlangsung di otot mulut ketika kualitas tidur buruk menjadi
mulut membuka serta menutup ini, kualitas tidur baik yaitu seluruh
terdapat sebuah keinginan tinggi responden atau berjumlah 15
dalam menghisap udara yang responden (100,0%).
lumayan, hingga bisa memperleh c. Terdapat pengaruh pemberian
oksigen yang lebih lagi. Oksigen terapi tertawa terhadap kualitas
tersebut selanjutnya hendak tidur lansia.
disalurkan ke semua bagian tubuh 2. Saran
dengan kadar yang lebih banyak. a. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kadar oksigen yang banyak Hasil penelitian ini dapat
tercukupi pada sistem aliran darah menambah wawasan dan

11
pengetahuan serta keterampilan mengatasi masalah gangguan
mengenai terapi tidur.
nonfarmakologis trehadap lansia
yang mengalami gangguan REFERENSI
1. World Health Organization. World
tidur.Bagi peneliti selanjutnya
Report On Ageing And Health,
disarankan untuk menambah
Luxemborg: WHO Library
waktu terapi. Penelitian
Cataloguing-In-Publication Data.
selanjutnya juga diharapkan
2015
dapat lebih mengontrol factor-
2. United Nations Population Division.
faktor yang dapat
World Population Prospects. The
mempengaruhi kualitas tidur
2015 Revision . New York: United
seperti lingkungan, gaya hidup,
Nations.2015
stress, obat-oabatan, dan diet.
3. Kemenkes RI. Rencana Strategis
b. Bagi Institusi Pendidikan
Kementrian Kesehatan Tahun 2015-
Institusi pendidikan
2019. Jakarta: Kementrian
sebagaibwadah untuk
Kesehatan RI. 2015
pengembangan keilmuan
4. Badan Pusat Statistika. Proyeksi
keperawatan hendaknya turut
Penduduk Indonesia 2010-2035.
serta dalam pengembangan
Provinsi Sulawesi Tengah. 2015
keilmuan untuk penanganan
5. Badan Pusat Statistika. Proyeksi
permasalahan kesehatan baik
Penduduk Indonesia 2010-2035.
bagi yang berada di klinik
Kota Palu. 2015
maupun di komunitas. Hasil
6. Nugroho. Keperawatan Gerontik.
penelitian ini dapat digunakan
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
untuk menambah pengetahuan
2010
dan wawasan serta dapat
7. Syamsudin. Buku Ajar
digunakan untuk meneliti
Farmakoterapi Kardiovaskuler Dan
kembali efisiensi terapi tertawa
Renal. Jakarta: Salemba Medika.
pada berbagai kasus.
2011
c. Bagi Panti Sosial Tresna Werda
8. Maryam, R. S. Ekasari, M. F.,
Yayasan Al-Kautsar Palu
Rosidawati., Jubaeda, A., dan
Terapi tertawa diharapkan
Batubara, I. Mengenal Usia Lanjut
dapat dijadikan satu pilihan
dan Perawatannya.(Serial Online).
terapi nonfarmakologis untuk
https://books.google.co.id/books (29
membantu lansia dalam
Maret 2019).

12
9. Fitriani, Dewi Caesaria. Pengaruh American Journal Of Medicine:
Terapi Tertawa Terhadap Derajat 119:463-469. 2016
Insomnia Pada Lansia Di Dusun 16. Kataria, M. Laugh For No Reason
Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, (Terapi Tawa). Jakarta: PT.
Bantul. Diakses tanggal 4 Februari Gramedia Pustaka Utama. 2014
2016 di unduh dari 17. Ardiansyah, Muhammad. Medical
thesis.umy.ac.id/datapublik/t34163. Bedah Untuk Mahasiswa.Jogjakarta:
pdf. Diva Ekspres. 2012
10. Hidayat, Aziz Alimul. Metode 18. Plutchik, R. Emotions And Life
Penelitian Keperawatan dan Teknik Perspective From Psychology,
Analisis Data. Jakarta: Salemba Biology And Evolution. Washington
Medika. 2013 DC: American Psychological
11. Maas, L. Meridean. Asuhan Assosiation. 2012
Keperawatan Geriatrik. Jakarta: 19. Dumber, S. Laughter Therapy.
EGC. 2011 Journal of Pharmacaeutical and
12. Kozier, B., Erb, Berman, Synder. Scientific Inovation. (Serial Online).
Buku Ajar Fundamental http://jpsionline.com/admin/php/upl
Keperawatan Konsep, Proses, dan oads/73_pdf (8 april 2016)
Praktik. (Pemilihan, E,K, Devi, Y., 20. Berger, P., & Luckmann, T. The
Yuyun, Y Ana, L & Wilda, E., Social Construction of
Penerjemah) Ed.7 Vol.1. Jakarta: Reality:Treatise in the Sociology of
EGC. 2013 Knowledge. New York: Double Day
13. Potter, P.A & Perry, A.G. Buku Ajar & Company. 2010
Fundamental Keperawatan: 21. Ruspawan, I.D.M, dan
Konsep, Proses & Praktik. Edisi 4 Nimade.D.W. Pengaruh Pemberian
Volume 3. Jakarta: EGC. 2010 Terapi Tertawa Terhadap Tingkat
14. Martin, E. A and John, G.K. The Kecemasan Pada Lanjut Usia di
Influence of Positive Mood on PSTW Wana Seraya Denpasar.
Different Aspects of Cognitive Jurnal Skala Husada. 2011
Control. Journal of Cognition and
Emotion. University of Missouri.
2010
15. Kamel, N.S., Gammack, J.K.
Insomnia in the Elderly: Cause,
Approach, and Treatment, The

13

Anda mungkin juga menyukai