Anda di halaman 1dari 14

UNTAD

Gambaran Faktor Determinan Status Vitamin D Pada

Mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako

NASKAH PUBLIKASI

DINDA KEMALA SAKINA

N 101 17 046

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

JANUARI 2021
Lembar Pengesahan

Gambaran Faktor Determinan Status Vitamin D Pada

Mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako

Yang Diajukan Oleh:

Dinda Kemala Sakina

N 101 17 046

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing Tanggal : 22 Januari 2021

dr Sumarni M. Kes Sp .GK

NIP 19760501 200801 02 023


Gambaran Faktor Determinan Status Vitamin D Pada
Mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako
Dinda Kemala Sakina*, Sumarni **
* Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
**Dosen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

ABSTRAK
Latar belakang : Vitamin D memiliki banyak peran dalam tubuh manusia
salah satu diantaranya adalah untuk imunitas. Vitamin D dapat diperoleh
melalui makanan dan paparan sinar matahari. Namun defisiensi vitamin D
masih banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Indonesia meskipun letak
geografis dan iklim yang memungkinkan untuk mendapatkan paparan sinar
matahari..
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor
determinan status vitamin D pada mahasiswa kedokteran Universitas
Tadulako.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian survey yang menggunakan
pendekatan observasional deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah pada oktober 2020 pada mahasiswa Kedokteran
Universitas Tadulako dengan jumlah responden 56 mahasiswa. Data asupan
vitamin D diperoleh melalui Food recall 24 hours selama 3 hari yang akan
dianalisis menggunakan nutrisurvey dan data paparan sinar matahari diperoleh
dari formulir recall paparan sinar matahari 24 jam selama 3 hari.
Hasil : Dari 56 responden hanya 4 (7,14%) yang memiliki asupan vitamin D
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), sedangkan 52 orang (92,86%)
responden memiliki asupan vitamin D kurang dari Angka Kecukupan
Gizi(AKG). Dari 56 responden terdapat 21 orang (37,5%) memiliki Indeks
Masa Tubuh (IMT) normal, 12 orang (21,42%) kategori underweight, 10 orang
(17,86) kategori overweight, 10 orang (17,86%) kategori obesitas I dan 3
orang (5,36%) kategori obesitas II. Total responden dengan kategori IMT
overweight hingga obesitas adalah 23 orang (44%). Pada paparan sinar
matahari didapatkan paparan rendah (pukul 07.00) sebanyak 2 orang (6%),
paparan meningkat (pukul >07.00-11.00) sebanyak 21 orang (37%), paparan
stabil (pukul >11.00-14.00) sebanyak 5 orang (8%), paparan menurun (pukul
>14.00-16.00) sebanyak 20 orang (35%) dan yang tidak terpapar sinar
matahari sebanyak 8 orang (14%).
Kesimpulan : Faktor determinan status vitamin D mahasiswa Kedokteran
Universitas Tadulako, asupan vitamin D sebagian besar tidak memenuhi AKG,
IMT sebagian besar di atas normal dan paparan sinar matahari sebagian besar
mendapatkan intensitas sinar matahari yang meningkat.
Kata kunci : Asupan Vitamin D, IMT, Mahasiswa
A DESCRIPTION OF THE DETERMINANT FACTORS OF VITAMIN D
STATUS OF MEDICAL STUDENTS OF TADULAKO UNIVERSITY
 
Dinda Kemala Sakina * Sumarni **
* A Student at the Medical Faculty of Tadulako University
** A Lecturer at the Nutrition Department, Medical Faculty of Tadulako
University

ABSTRACT

Background: Vitamin D plays many roles in the human body, one of which is for
immunity. Vitamin D can be obtained through food and sun exposure. However,
vitamin D deficiency is still widely found in Southeast Asia, including Indonesia,
despite the geographical location and climate that allows sun exposure.

Purpose: This research aims to describe the determinant factors of vitamin D


status on medical students of Tadulako University.

Methods: This research was survey research using a descriptive observational


approach conducted in Palu City, Central Sulawesi Province in October 2020 on
Medical students of Tadulako University with 56 respondents. Data on vitamin D
intake were obtained through a 24-hour food recall for three days, which was
analyzed through survey, and data 24-hour sun exposure recall form for three
days.

Results:  Result 4 (7.14%) people of the 56 respondents have vitamin D that


fulfilled the Recommended Dietary Allowances (RDA), 52 (92.86%) have a
vitamin D less than the  Recommended Dietary Allowances (RDA). 21 (37.5%)
people of the 56 respondents, have an average Body Mass Index (BMI), 12
(21.42%) are underweight, 10 (17.86) are overweight, 10 (17.86%) are the first
obesity category, and 3 (5.36%) are the second obesity category. The total
number of respondents with the overweight to obese BMI category is 23 (44%)
people. 2 (6%) people have low exposure (at 07.00), 21 (37%) people increased
exposure (> 07.00-11.00), 5 (8%) people stable exposure (> 11.00-14.00) %),
decreased exposure (> 14.00-16.00) as many as 20 people (35%) and those who
are not exposed to sunlight are 8 (14%) people.

Conclusion: The determinant factors of vitamin D status on medical students of


Tadulako University mostly do not fulfill the RDA, BMI mainly is above normal,
and sun exposure mostly gets increased sunshine intensity.

Keywords: Vitamin D intake, BMI, Students


PENDAHULUAN

Vitamin memiliki peran spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat
menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh[1]. Vitamin D adalah vitamin
yang larut dalam lemak, artinya vitamin D dapat disimpan dan diambil kembali
dari lemak tubuh kita Fungsi utama dari vitamin D adalah berperan penting dalam
mempertahankan kalsium serum dan fosfor serum dalam kondisi yang stabil, juga
Bersama-sama berfungsi dalam mengeraskan tulang dan gigi[2] .

Vitamin D juga dapat mengurangi resiko kanker, diabetes, dan serangan


jantung. Sumber vitamin D terdapat pada susu, roti, gandum, beras merah, taoge,
kacang Panjang, kacang hijau, kacang merah. Tetapi sumber vitamin D yang
paling terbaik adalah sinar matahari[3]. Untuk Anak atau orang dewasa di
Indonesia, cukup terpapar sinar matahari pagi dan sore selama 5 sampai 15 menit
sebanyak 3 kali dalam seminggu. Pengaktifan vitamin D dapat terjadi dengan
bantuan sinar matahari. Paparan sinar matahari pagi sejak terbit sampai jam 09.00
dan sore jam 15.00 sampai matahari terbenam selama 10 hingga 15 menit[4] .

Di wilayah Asia Tenggara, kasus defisiensi vitamin D banyak ditemukan


meskipun letak geografis dan iklim yang memungkinkan untuk penduduknya
memperoleh sinar matahari yang cukup. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan gaya hidup yang justru berakibat pada berkurangnya paparan sinar
matahari ke tubuh, misalnya lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan atau
selalu menggunakan kendaraan tertutup saat beraktivitas di luar ruangan. Selain
itu, kurangnya konsumsi bahan makanan sumber vitamin D juga menjadi alasan
kuat munculnya masalah defisiensi vitamin D[5] .

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang menggunakan pendekatan


observasional deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kota Palu Provinsi Sulawesi
Tengah pada oktober 2020 pada mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako
dengan jumlah responden 56 mahasiswa. Data asupan vitamin D diperoleh
melalui Food recall 24 hours selama 3 hari yang akan dianalisis menggunakan
nutrisurvey dan data paparan sinar matahari diperoleh dari formulir recall paparan
sinar matahari 24 jam selama 3 hari.

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik umum subjek


Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa fakultas kedokteran
universitas Tadulako angkatan 2019 yang berjumlah berjumlah 149 Orang .
Tetapi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi hanya 56 orang sampel.
Karakteristik subjek yang mengikuti penelitian dapat dilihat secara lengkap
pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 distribusi berdasarkan karakteristik responden


Karakteristik frekuensi Presentase
Jenis Laki-laki 28 50%
Perempuan 28 50%
kelamin
Total 56 100%
Umur 18-20 tahun 54 96,43%
21-23 tahun 2 3,57%
Total 56 100%
Sumber : data primer, 2020
Berdasarkan tabel 4.1 dari 56 subjek yang mengikuti penelitian ini
terdapat 28 subjek (50%) berjenis kelamin laki-laki dan 28 subjek (50%)
berjenis kelamin perempuan. Sedangkan berdasarkan umur, pada usia 18-20
tahun yaitu berjumlah 54 orang (96,43%) dan usia 21-23 tahun berjumlah 2
orang (3,5%)
2. Asupan Vitamin D
Tabel 4.2 distribusi frekuensi jumlah asupan vitamin D
Karakteristi Asupan vitamin Frekuensi presentasi
k D
Jenis kelamin
Laki-laki Cukup : 1 1,79%
memenuhi AKG
Vitamin D

Kurang : tidak 27 48,21%


memenuhi AKG
Vitamin D

Perempuan Cukup : 3 5,36%


memenuhi AKG
Vitamin D

Kurang : tidak 25 44,64%


memenuhi AKG
Vitamin D

Total 56 100%
Sumber : data primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 diperolah data bahwa dari 56 subjek, laki-laki yang
memiliki asupan vitamin D yang cukup yaitu 15 mcg berdasarkan AKG
berjumlah 1 orang (1,79%) dan laki- laki yang memiliki asupan vitamin D yang
kurang yaitu < 15 mcg tidak memenuhi AKG vitamin D berjumlah 27 orang
(48,21%), Sedangkan pada Perempuan yang memiliki asupan vitamin D yang
cukup yaitu 15 mcg berdasarkan AKG vitamin D berjumlah 3 orang (5,36%) dan
perempuan yang memiliki asupan vitamin D yang kurang yaitu <15 mcg tidak
memenuhi AKG vitamin D berjumlah 25 orang (46,43%).
3. Paparan Sinar Matahari
Tabel 4.3 Berdasarkan waktu paparan sinar matahari

Waktu Frekuensi interpretasi Presentasi


07.00 2 rendah 6%
>07.00-11.00 21 meningkat 37%
>11.00-14.00 5 stabil 8%
>14.00-16.00 20 Menurun 35%
8 Tidak 14%
terpapar

Total 56 100%
Sumber : data primer, 2020
Berdasarkan tabel di atas di peroleh data dari 56 subjek terdapat interpretasi
rendah pada pukul 07.00 sebanyak 2 orang (6%), meningkat pada pukul >07.00-
11.00 sebanyak 21 orang (37%), stabil pada pukul >11.00-14.00 sebanyak 5 orang
(8%), menurun pada pukul >14.00-16.00 sebanyak 20 orang (35%) dan yang
tidak terpapar sebanyak 8 orang (14%).

4. Indeks Massa Tubuh


Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Indeks Massa Tubuh
IMT Asupan Frekuensi presentasi
vitamin D
Underweight Cukup : 2 12 21,42%
Kurang : 10
Normal Cukup : 2 21 37,5%
Kurang : 20
Overweight Cukup : - 10 17,86% Sumber :
Kurang :10 data primer,
Obesitas I Cukup : - 10 17,86%
2020
Kurang :10
Obesitas II Cukup : - 3 5,36%
Kurang : 3
Total 56 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh data dari 56 subjek, IMT paling banyak
yaitu kategori normal berkisar 18,5-22,9 kg/m2 sebanyak 21 subjek (37,5%)
dengan asupan vitamin D yang cukup berjumlah 2 orang dan yang kurang
berjumlah 20 orang, IMT kategori underweight berkisar < 18,5 kg/m 2 sebanyak
12 subjek (21,42%) dengan asupan vitamin D yang cukup berjumlah 2 orang dan
yang kurang berjumlah 10, kategori overweight berkisar 23-24,9 kg/m2 sebanyak
10 subjek (17,86) dengan asupan vitamin D kurang, kategori obesitas I berkisar
25-29,9 kg/m2 sebanyak 10 subjek (17,86%) dengan asupan vitamin D kurang
dan kategori obesitas II berkisar ≥ 30 kg/m2 sebanyak 3 subjek (5,36%) dengan
asupan vitamin D yang kurang.

PEMBAHASAN

1. Gambaran umum Mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako


Angkatan 2019
Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako Angkatan 2019, bertujuan untuk mengetahui gambaran
faktor determinan status vitamin D pada mahasiswa kedokteran Universitas
Tadulako Angkatan 2019. Penelitian ini diikuti oleh 56 responden dan didapatkan
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 28 orang. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan formulir food recall 24 hours dan formulir paparan sinar matahari
kepada responden selama 3 hari untuk mengambil data asupan vitamin D dan
paparan sinar matahri, yang kemudian hasil dari asupan vitamin D dikategorikan
cukup memenuhi angka kecakupan gizi atau tidak, sesuai dengan PERMENKES
No. 75 (2013) yaitu angka kecakupan vitamin D pada pria usia 19-29 tahun
sebesar 15 mcg dan pada wanita sebesar 15mcg. Untuk hasil dari paparan sinar
matahari dapat dikategorikan berdasarkan intensitas mataharinya Rendah pada
pukul 07.00 pagi, kemudian Meninggkat pada pukul >07.00-11.00, lalu Stabil
pada pukul >11.00-14.00 dan Menurun pada pukul >14.00 – 16.00.

2. Gambaran asupan vitamin D Mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako


Angkatan 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 mahasiswa kedokteran
Universitas Tadulako Angkatan 2019, diperolah data bahwa dari 56 subjek, laki-
laki yang memiliki asupan vitamin D yang cukup yaitu 15 mcg berdasarkan AKG
berjumlah 1 orang (1,79%) dan laki- laki yang memiliki asupan vitamin D yang
kurang yaitu < 15 mcg tidak memenuhi AKG vitamin D berjumlah 27 orang
(48,21%), sedangkan pada perempuan yang memiliki asupan vitamin D yang
cukup yaitu 15 mcg berdasarkan AKG vitamin D berjumlah 3 orang (5,36%) dan
perempuan yang memiliki asupan vitamin D yang kurang yaitu <15 mcg tidak
memenuhi AKG vitamin D berjumlah 25 orang (46,43%).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desrida (2017)
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu mendapatkan asupan terendah
0,4 mcg dan asupan tertinggi 9,1 mcg. Semua responden mempunyai asupan
vitamin D yang kurang dari angka kecakupan gizi yang dianjurkan yaitu kurang
dari 15 mcg. Hal ini di sebabkan karena kurangnya mengkonsumsi asupan
vitamin D. sumber vitamin D yang cukup bisa didapatkan dari makanan berupa
susu, sereal dan margarin dan asupan vitamin D yang paling besar diantaranya
ikan, kerang, udang dan telur. Selain itu vitamin D juga dapat diperoleh dari
paparan sinar matahari[6]. Penelitian yang lain juga dilakukan pada remaja yang
dilakukan oleh Saptarini (2019) menunjukkan nilai rerata asupan vitamin D yang
ditemukan pada penelitian ini kurang, yaitu 36,52% AKG, di karenakan hanya
sekitar 10% sumber vitamin D itu berasal dari bahan makanan [7]. Pada penelitian
ini asupan vitamin D mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako masih
tergolong rendah, dikarenakan sumber asupan vitamin D pada setiap mahasiswa
yang berasal dari makanan sedikit terbatas, hanya didapatkan dari olahan bahan
pangan yang mengandung susu dan telur.

3. Gambar Paparan Sinar Matahari Mahasiswa Kedokteran Universitas


Tadulako
Data paparan sinar matahari didapatkan melalui pengisian formulir recall
paparan sinar matahari selama 3 hari untuk melihat waktu dan aktivitas
terpaparnya sinar matahari. Waktu paparan sinar matahari dibagi menjadi 4
kategori waktu berdasarkan minimal erythemal dose (MED) yaitu pukul 07.00,
>07.00-11.00, >11.00-14.00, dan >14.00-16.00. Berdasarkan hasil penelitian ini
pada pukul 07.00 terdapat 2 mahasiswa (6%) yang terpapar intensitas sinar
matahari yang rendah, kemudian pada pukul >07.00-11.00 terdapat 21 mahasiswa
(37%) yang terpapar intensitas sinar matahari yang meningkat, lalu pada pukul
>11.00-14.00 terdapat 5 mahasiswa (8%) yang terpapar intensitas sinar matahari
yang stabil, dan pada pukul >14.00-16.00 terdapat 20 mahasiswa (35%) yang
terpapar intensitas sinar matahari menurun. Dan 8 mahasiswa (14%) tidak
terpapar sinar matahari. Pada penelitian ini dilakukan responden dalam masa
pandemi, yang beraktivitas hanya didalam rumah, sehingga sebagian besar pada
saat intensitas matahari tinggi mahasiswa berada dalam ruang tertutup.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadika (2017) yang
sebagian besar subjeknya memiliki aktivitas di luar ruangan, dengan intensitas
sinar matahari yang optimal yaitu pada pukul 11.00 sampai 13.59 dengan durasi
60 menit sebanyak 3 sampai 4 kali dalam seminggu. Dari pola ini orang yang
bekerja di luar ruangan mempunyai paparan sinar matahari yang cukup,
dikarenakan paparannya pada jam 11.00-13.59 sudah mencapai 1-2 MED/Jam.
Yang di mana 1 MED menghasilkan sintesis kulit yang setara dengan 10.000-
25.000 lU oral vitamin D. Atau setara dengan 250-500 ug oral vitamin D. Dalam
penelitian ini juga didapatkan kurangnya kecukupan vitamin D disebabkan pada
orang yang bekerja didalam ruangan, orang yang bekerja di dalam ruangan
mempunyai karakteristik waktu sering terpapar sinar matahari dengan intensitas
sinar matahari relatif lebih rendah, yaitu pada pukul 07.00-08.59, dengan durasi
69 menit. Frekuesi terpapar sinar mataharinya 4 kali dalam sehari[8]. Di Indonesia
cukup terpapar sinar matahari sejak terbit sampai jam 09.00 dalam waktu selama
5 sampai 15 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu[4].

4. Gambaran Indeks Masa Tubuh Mahasiswa Kedokteran Universitas


Tadulako
Dalam penelitian ini, indeks masa tubuh (IMT) yang lebih mendominasi di
dapatkan adalah IMT normal berkisar 18,5-22,9 kg/m2 sebanyak 21 subjek
(37,5%) dengan asupan vitamin D yang cukup berjumlah 2 orang dan yang
kurang berjumlah 20 orang, IMT kategori underweight berkisar < 18,5 kg/m 2
sebanyak 12 subjek (21,42%) dengan asupan vitamin D yang cukup berjumlah 2
orang dan yang kurang berjumlah 10, kategori overweight berkisar 23-24,9 kg/m2
sebanyak 10 subjek (17,86) dengan asupan vitamin D kurang, kategori obesitas I
berkisar 25-29,9 kg/m2 sebanyak 10 subjek (17,86%) dengan asupan vitamin D
kurang dan kategori obesitas II berkisar ≥ 30 kg/m2 sebanyak 3 subjek (5,36%)
dengan asupan vitamin D yang kurang. Berdasarkan hasil penelitian Oktavia
(2019) menyatakan bahwa, vitamin D dan kejadian obesitas mempunyai
hubungan timbal balik, selain kekurangan vitamin D berhubungan dengan
kejadian obesitas, keadaan obesitas pun dapat memicu terjadinya kekurangan
vitamin D dalam tubuh. Hal ini di sebabkan karena ketidak seimbangan antara
aktivitas fisik dan tingginya asupan energi, serta penambahan gula dan lemak
yang berlebihan dalam makanan, merupakan faktor dominan yang memicu
[9]
kekurangan vitamin .
Pada penelitian ini hanya menilai faktor-faktor determinan kekurangan
vitamin D pada mahasiswa fakultas kedokteran berdasarkan asupan vitamin D,
papararan matahari dan indeks masa tubuh dan tidak mengukur kadar vitamin D
dalam tubuh. Di harapkan pada penelitian berikutnya, selain menilai faktor
determinan kekurangan vitamin D juga menilai kadar vitamin D dalam tubuh
mahasiswa sehingga dapat diketahui hubungan kedua variabel.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa Kedokteran


Universitas Tadulako Angkatan 2019, dapat disimpulkan :
1. Asupan vitamin D mahasiswa Kedokteran Universitas Tadulako dari 56
subjek, asupan vitamin D yang cukup memenuhi AKG berjumlah 4 orang
(7,14%) yang terdiri dari 3 perempuan dan 1 laki-laki. Asupan vitamin D
yang kurang tidak memenuhi AKG berjumlah 52 orang (92,86%) yang terdiri
dari 27 laki-laki dan 25 perempuan.
2. Mahasiswa dengan Indeks Masa Tubuh yang paling banyak yaitu kategori
normal 21 subjek (37,5%) dengan 2 subjek memiliki asupan vitamin D yang
cukup. IMT kategori underweight 12 subjek (21,42%) dengan 2 subjek
memiliki asupan vitamin D yang cukup. Pada kategori overweight 10 subjek
(17,86), kategori obesitas I 10 subjek (17,86%) dan kategori obesitas II 3
subjek (5,36%), ketiga kategori ini tidak memiliki asupan vitamin D yang
cukup
3. Gambaran paparan sinar matahari pada mahasiswa kedokteran Universitas
Tadulako yang interpretasi rendah pada pukul 07.00 sebanyak 2 orang (6%),
meningkat pada pukul >07.00-11.00 sebanyak 21 orang (37%), stabil pada
pukul >11.00-14.00 sebanyak 5 orang (8%), menurun pada pukul >14.00-
16.00 sebanyak 20 orang (35%) dan yang tidak terpapar sinar matahari
sebanyak 8 orang (14%)

SARAN
1. Perlu edukasi efektif untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa agar
meningkatkan asupan vitamin D baik dari makanan, suplemen vitamin D dan
paparan sinar matahari yang optimal.
2. Perlu meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pola makan gizi
seimbang dan aktivitas fisik yang tepat agar mendapatkan status gizi yang
optimal.
3. Perlu peningkatan edeukasi gizi masyarakat terutama tentang manfaat
Vitamin D pada sistem imunitas terutama pada masa pandemi Covid19

DAFTAR PUSTAKA

1. Cahyono, D. Gizi Olahraga. Jawa Tengah : pena persada. 2020.

2. Hermawan, D. Sehat Selalu dengan Vitamin D. Ed 1. Yogyakarta :


ANDI. 2016.

3. Gondosari, A.H. 2010. The Secret Of 5 Elements Terapi Sehat Bahagia


yang Murah dan Praktis. Jakarta : anggota IKAPI

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2018.


5. Helmyati, S. 2018. Fortifikasi Pangan Berbasis Sumber Daya Nusantara:
Upaya Mengatasi Masalah Defisiensi Zat Gizi Mkro di Indonesia.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

6. Desrida., Afriwardi., Kadri, H. 2017. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik,


Jumlah Asupan Vitamin D dan Kalsium Terhadap Tingkat Densitas
Tulang Remaja Putri di SMA Negeri Kecamatan Tilatang Kamang
Kabupaten Agam. Vol 6(3).

7. Saptarini, D. 2019. Status Vitamin D pada Remaja Sehat Usia 15-18


Tahun di Kota Depok. Journal of The Indonesia Medical Association . Vol
69(2).

8. Rimahardika, R., Subagio, H.W., Wijayanti, H.S. 2017. Asupan Vitamin


D dan Paparan Sinar Matahari pada Orang yang Bekerja di Dalam

Ruangan dan di Luar Ruangan. Journal of Nutrition College. vol 6(4).

9. Oktavia, S.N. 2019. Hubungan Kadar Vitamin D Dalam Darah Dengan


Kejadian Obesitas Pada Siswa SMA Pembagunan Padang. Jurnal
Akademika Baiturrahim. Vol 8 (1).

Anda mungkin juga menyukai