Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830

Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019


https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 29 Juli 2019 :: Accepted: 29 Juli 2019:: Published: 31 Oktober 2019

ANALISIS KADAR VITAMIN D PADA MAHASISWA INSTITUT


KESEHATAN MEDISTRA DAN MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Miftahul Zannah1 , Yahwardiah Siregar2, Ariyati Yosi3

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK, FAKULTAS KEDOKTERAN,


1,2,3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e-mail : mfthlzannah@gmail.com

DOI : https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.181

Abstract
Vitamin D levels influenced by many factors like formation, nutritions,
malabsorption, and degradation of 25(OH)D. Formation factors are one of
important for metabolism vitamin D. Vitamin D is the primary hormone
regulating calcium phosphate homeostasis and mineral bone metabolism. Loss
of muscle mass and frailty are prevalent in many chronic diseases. The study
group consisted of 31 samples from Institut Kesehatan Medistra (n=12) and
Fakultas Kedokteran Gigi USU (n=19). Vitamin D levels were measured with
ELISA (Diagnostic Biochem Canada). Most age for student Institut Kesehatan
Medistra is 21 years old, and student Fakultas Kedokteran Gigi USU is 22 years
old. Frequency of Vitamin D level student Institut Kesehatan Medistra is 91,7%
(deficiency) and student Fakultas Kedokteran Gigi USU 84,2%(deficiency).
There was a significant difference in vitamin D levels between two groups with
significant (p=0,018).

Keywords: vitamin D level, students.

1. PENDAHULUAN menjaga kesehatan gigi, kekebalan


tubuh, otak dan sistem saraf, mengatur
Indonesia merupakan negara
kadar insulin dan mempengaruhi
dengan pajanan sinar matahari
ekspresi gen (Prietl, 2013).
sepanjang tahun dengan perkiraan
Kadar 25(OH)D yang rendah
jumlah pengidap penyakit akibat kadar
merupakan masalah yang serius
vitamin D yang rendah pada anak-anak
sehubungan dengan penyakit autoimun
hingga lanjut usia. Prevalensi terjadinya
(Rotondi & Chiovato, 2013). Kadar
defisiensi vitamin D pada 74 orang
vitamin D dipengaruhi oleh beberapa
lansia di Jakarta yaitu 35% (Setiati et al,
faktor yaitu proses pembentukan,
2007).
asupan nutrisi, cadangan makanan,
Studi pada 240 subjek usia diatas
malabsorbsi dan peningkatan degradasi
50 tahun terdapat hubungan yang
25(OH)D dan faktor pembentukan
bermakna antara diabetes melitus, skor
vitamin D merupakan faktor yang paling
proteksi matahari, kelemahan otot
mempengaruhi terjadinya kadar
ekstremitas bawah dengan defisiensi
vitamin D (Kulie et al, 2009).
vitamin D (Vera et al, 2015).
Tubuh memerlukan vitamin D
untuk menyerap kalsium dan
meningkatkan pertumbuhan tulang,

1
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 29 Juli 2019 :: Accepted: 29 Juli 2019:: Published: 31 Oktober 2019

2. METODE Analisis Bivariat


Tabel 2: Uji normalitas dan analisis
Penelitian ini merupakan perbedaan kadar vitamin D mahasiswa
penelitian observasi analitik yang telah Institut Kesehatan Medistra dan
mendapat persetujuan dari Komisi Etik mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
USU
Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Shapiro- Mann-
Kelom- Mean
dengan nomor 364/TGL/KEPK FK USU- pok ± SD
WILK Whitney
(sig.) (sig.)
RSUP HAM/2019. Pengambilan sampel
Mhs 15,0±
0,131a
dilakukan dengan metode simple Medistra 9,02
random sampling pada mahasiswa di Mhs FKG 0,181c
9,57±
USU 0,025b
Institut Kesehatan Medistra Lubuk 6,06

Pakam dan Fakultas Kedokteran Gigi a. Data tidak terdistribusi normal


b. Data terdistribusi normal
Universitas Sumatera Utara. Penelitian c. P>0,05
ini menggunakan 31 sampel plasma
Berdasarkan uji normalitas pada
darah yang sudah tersedia di
tabel 2, didapatkan data tidak distribusi
laboratorium Terpadu Fakultas normal sehingga dilakukan uji beda
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. dengan menggunakan Mann-Whitney.
Sampel plasma diukur kadar vitamin D Dari hasil analisis uji beda tersebut
plasma darah dengan menggunakan kit didapat taraf signifikan (p=0,181) yang
Enzyme Linked Immunosorbent berarti bahwa tidak ada perbedaan yang
Assay/ELISA (Diagnostic Biochem signifikan pada kadar vitamin D antara
dua kelompok mahasiswa Institut
Canada).
Kesehatan Medistra dan mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi USU.
3. HASIL
4. PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Tabel 1: Distribusi frekuensi jenis Vitamin D dapat diperoleh dari
kelamin, usia dan kadar vitamin D
paparan sinar matahari, diet dan
plasma darah
suplemen. Terpaparnya kulit oleh sinar
Mhs Med Mhs FKG matahari merupakan proses katalisis
Med Med
Variabel
n (%) (Min- n (%) (Min- pertama biosintesis vitamin D (Vera et
Maks) Maks)
Usia al, 2015).
18 1 (8,3)
20 - 1 (5,3) Paparan sinar UV dari sinar
21 22
21 7 (58,3) 6 (31,6)
22 4 (33,3)
(18-
8 (42,1)
(20- matahari merupakan sumber vitamin D
22) 25)
23 - 1 (5,3)
24 - 1 (5,3) yang lebih efisien daripada nutrisi untuk
25
Jenis
- 2 (10,5)
meningkatkan level mikronutrisi dalam
Kelamin
Laki-laki 1 (8,3)
-
6 (84,2)
- plasma (Mattozi, 2015). Sinar UV-B
Perempuan 11 (91,7) 3 (15,8) sebagai sumber vitamin D menjadi
Kadar
Vitamin D 10,3 7,47 vitamin D3 dikulit sekitar 80%-90% dan
Defisiensi 11 (91,7) (6,49- 16 (84,2) (3,7-
Insufisiensi - 31,8) 3 (15,8) 23,7) 10%-20% didapat dari sumber nutrisi
Sufisiensi 1 (8,3) -
(Hamilton, 2010). Sinar UV-B yang
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa efektif mengandung vitamin D dengan
jumlah wanita lebih banyak (91,7% & panjang spektrum 255-330 nm dengan
84,2%) daripada laki-laki pada usia spektrum maksimum 295 nm berwarna
paling banyak 21 tahun dan 22 tahun merah jambu yang bisa disintesis kulit
dengan kejadian defisiensi vitamin D dan menghasilkan hingga 250g vitamin
paling banyak (91,7% & 84,2%).
D (Mostafa, 2015).

2
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 29 Juli 2019 :: Accepted: 29 Juli 2019:: Published: 31 Oktober 2019

Setelah mengikat provitamin D3 keadaan normal 100-200nmol/L kondisi


ditransfer ke hati yang dihidroksilasi defisiensi adalah <50 nmol/L dan
pada posisi C25 sehingga menghasilkan kondisi insufisiensi adalah 25-75 nmol/L
25- hidroksivitamin D3 (25OHD3). (Gisondi, 2012).
Vitamin D3 yang terbentuk dalam Kadar vitamin D yang rendah atau
sirkulasi darah akan berikatan dengan defisiensi dapat mengakibatkan
vitamin D binding protein (DBP) dan beberapa gangguan patologis seperti
dibawa ke hati (Rucevic, 2009). Di hati, artritis, gagal jantung,
vitamin D3 diubah menjadi 25- hipoparatiroidisme, gangguan hati
hidroksivitamin D atau 25(OH)D oleh berat, miopati, skeloris multipel, gagal
enzim CYP27A1 dan CYP2R1 yang ginjal stadium lanjut (berkurangnya
berperan pada aktivitas katalis pada aktivitas 1-alfa-hidroksilase), osteopati,
kondisi fisiologis (Ohyama & Yamasaki, psoriasis, riketsia, reumatik, diabetes
2004). tipe 2, tuberkulosis (Pusparini, 2014).
Pada tubulus ginjal proksimal, Beberapa temuan baru
25(OH)D diubah menjadi bentuk mendapatkan vitamin D dapat
aktifnya yaitu 1,25-dihidroksivitamin D memberikan efek ekstraskeletal, salah
atau 1,25(OH)2D oleh enzim 25(OH)D satunya terhadap proliferasi dan
1 hidroksilase atau CYP27B1 yang diferensiasi sel imun sehingga
terdiri atas sitokrom P450, ferredoxin, mempertahankan toleransi dan bersifat
dan ferredoxin reductase. Ginjal juga protektif. Selain itu, pada beberapa
mempunyai 25 hidroksivitamin D3 24 penelitian menunjukkan bahwa kadar
hidroksilase (CYP24) yang dapat serum 25(OH)D yang rendah
menghidroksilasi baik 25(OH)D maupun berhubungan dengan perkembangan
1,25(OH)2D menjadi bentuk inaktifnya, penyakit autoimun (Gisondi et al, 2012).
yaitu 24,25 dihidroksivitamin D3 (24,25 Pada imunitas adaptif, vitamin D
(OH)2D) atau 1,24,25(OH)3D sehingga dapat menghambat proliferasi sel B dan
menghasilkan asam kalsitroat yang larut menghambat diferensiasi dan sekresi
air dan dikeluarkan melalui empedu immunoglobulin oleh sel B. Vitamin D
(Lehmann, 2004). juga dapat menekan proliferasi sel T
25(OH)D dibawa oleh vitamin D sehingga terjadi pergeseran dari fenotip
binding protein ke ginjal dan berikatan sel Th1 menjadi Th2 untuk mencegah
dengan megalin, yang berperan sebagai diferensiasi menjadi Th17, dan
reseptor dari DBP dan menyebabkan mendorong sel Treg untuk mencegah
internalisasi endositik 25(OH)D pada sel respon imunologi pada kutaneus
epitel tubulus ginjal. Setelah (Mattozi et al. 2015).
terhidroksilasi menjadi hormon kalsitriol Vitamin D juga dapat
aktif (1,25-dihydroxyvitamin D3), menghambat monosit untuk
kemudian diangkut oleh protein memproduksi sitokin inflamasi seperti
IL-1, IL-6, IL-17, dan TNF-. Kemudian,
pengikat vitamin D ke reseptor vitamin
menghambat diferensiasi dan maturasi
D (RVD) sebagai kode genetik. Vitamin dari sel dendritik sehingga menurunkan
D yang paling penting adalah vitamin D3 ekspresi molekul MHC kelas II dan IL-
(kolekalsiferol), 25-hidroksivitamin D3 12. Presentasi antigen oleh sel dendritik
(kalsidol), dan 1,25-dihidroksivitamin yang sudah matang akan menyebabkan
D3 (kalsitriol) yang merupakan bentuk respon imun terhadap antigen
aktif secara metabolik yang paling sedangkan presentasi antigen oleh sel
dendritik yang belum matang
penting (Rucevic, 2009).
menyebabkan toleransi terhadap
Status vitamin D dalam serum 25- antigen (Luan et al. 2016).
Hidroksivitamin-D3 (kalsidol) dalam

3
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 29 Juli 2019 :: Accepted: 29 Juli 2019:: Published: 31 Oktober 2019

Penelitian ini dilakukan dengan DAFTAR PUSTAKA


menganalisa kadar vitamin D Elmoaty, Zaher HA, El komy MH,
mahasiswa yang tidak mengukur Hegazy RA, Mohamed El Kashab
kecukupan vitamin D baik dari HA, Ahmed HH. Asessment of
suplemen vitamin D dan paparan sinar interleukin-17 and vitamin D
UVB. Sehingga banyak faktor yang serum levels in psoriatic patients.
membuat kadar vitamin D pada J Am Acad Dermatol. Volume 69,
mahasiswa mengalami defisiensi. pp. 840-842.
Menurut The Endocrine Society, anak-
anak dan dewasa muda berusia 1-18 Gisondi, P., 2012. Vitamin D status in
tahun harus mendapatkan 600-1000 patients with chronic plaque
IU/hari dan dewasa diatas 18 tahun psoriasis. British journal of
mendapatkan 1500-2000 IU/hari untuk dermatology, Volume 166, pp.
505-510.
mencegah defisiensi vitamin D (Wacker,
2013). Hamilton, B. 2010. Vitamin D and
Subjek pada penelitian ini Human Skeletal Muscle,
merupakan mahasiswa yang memiliki Scandinavian journal of medicine
kegiatan didalam ruangan setiap and science in sport, volume 20,
pp. 182-190.
harinya baik pada mahasiswa Institut
Kesehatan Medistra dan mahasiswa Kulie, T, Groff A, Redmer J, Hounshell J,
Fakultas Kedokteran Gigi USU. Faktor Schrager S. 2009. Vitamin D: An
tersebut merupakan salah satu Evidence-based review: J Am
kemungkinan terjadinya defisiensi Board Fam Med. Vol.22:2698-
antara dua kelompok mahasiswa. 2706.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Lehmann, B., 2004. Vitamin D and skin:
Rimahardika (2017), didapatkan bahwa new apects for dermatology.
tidak terdapat perbedaan yang Experimental dermatology, 13(4),
signifikan (p=0,79) antara total durasi pp. 11-15.
subjek yang bekerja diruangan dan di
luar ruangan terhadap kadar vitamin D. Mostafa, wedad Z., Hegazy, Rehab A.
2015. Vitamin D and the skin:
Focus on a complex relationship: A
5. KESIMPULAN Review. Journal Anvanced
Hasil analisa data deskiptif Research. Vol.6, pp. 793-804.
mahasiswa ditemukan bahwa prevalensi
defisiensi paling banyak terjadi pada Ohyama, Y. & Yamasaki, T., 2004. Eight
mahasiswa Institut Kesehatan Medistra cytochrome p450S catalyze
(91,7%) dan mahasiswa Fakultas vitamin D Metabolism. Frontiers in
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Bioscience, Volume 9, pp. 3007-
Utara (84,2%). Analisis uji beda kadar
3018.
vitamin D antara dua kelompok
mahasiswa Institut Kesehatan Medistra Prietl, B., Treiber, G., Pieber, T. R. &
dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Amrein, K., 2013. Vitamin D and
Gigi USU tersebut didapat taraf Immune Function. Nutrients,
signifikan (p=0,181) yang berarti bahwa Volume 5, pp. 2502-2521.
tidak ada perbedaan yang signifikan
pada kadar vitamin D antara dua Pusparini, 2014. Defisiensi vitamin D
kelompok mahasiswa Institut Kesehatan terhadap penyakit. Indonesian
Medistra dan mahasiswa Fakultas journal of clinical pathology and
Kedokteran Gigi USU.
medical laboratory, 21(1), pp. 90-
95.

4
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 29 Juli 2019 :: Accepted: 29 Juli 2019:: Published: 31 Oktober 2019

Ricceri F, Pescitelli L, Tripo L, Prignano


F. Deficiency of serum
concentration of 25-
hydroxyvitamin D correlates with
severity of disease in chronic
plaque psoriasis. J Am Acad
Dermatol 2013; 68: 511– 512.
Rimahardika, Rosita., Hertanto, wahyu
subagio., Hartanti sandi wijayanti.
2017. Asupan vitamin D dan
paparan sinar matahari pada
orang yang bekerja di dalam
ruangan dan diluar ruangan.
Journal of Nutrition College.
Vol.6;333-342.
Rucevic, I., 2009. Vitamin D Endocrine
system and psoriasis vulgaris-
review of the literature. Acta
Dermatovenerol Croat, 17(3), pp.
187-192.
Rotondi, M. Chiovato, L. 2013. Vitamin
D deficiency in patients with
Graves’ disease: probably
something more than a casual
association. Endocrine. Vol 43:3-
5.
Setiati S, Oemardi M, Sutrisna B,
Supartondo. 2007. The role of
ultraviolet-B from sun exposure
on vitamin D3 and parathyroid
hormone level in elderly women in
Indonesia. Asian J Gerontol
Geriatr. Vol.2;126-132.
Vera, S. S. A. G., 2015. Determinan
diagnostik klinis defisiensi vitamin
D pada wanita berusia lebih dari 50
tahun. Jurnal penyakit dalam
Indonesia, 2(1), pp. 38-48.
Wacker M, Holick MF. 2013. Vitamin D
effects on non skeletal and
extraskeletal healt and the need for
suplementation. Nutrients.
Vol.5;111-148.

Anda mungkin juga menyukai