Anda di halaman 1dari 2

Self Reflection- Diah Gemala Ibrahim-C025201001

REFLEKSI DIRI
Subdivisi IIM

IIM merupakan bagian keempat stase saya di Department Ilmu Kesehatan Mata,
melakukan rotasi di RS Unhas selama 2 bulan dan Wahidin Sudirohusodo selama 1 bulan,
juga berkunjung ke poliklinik JEC Orbita untuk melihat beberapa kasus dan melakukan
beberapa tindakan disana, alhamdulillah dengan adanya RS jejaring seperti Orbita ini kami
dapat melihat beberapa kasus kompetensi 4 yang agak sulit kami temukan di RS Pendidikan
baik RSWS maupun RSP. Di subdivisi ini saya belajar banyak mengenai pentingnya
menegakkan diagnosa dengan melihat hallmark dari masing-masing penyakit, mencari
causanya dan melakukan tahapan alur diagnosis yang sangat penting dalam terapi pasien
mengingat luasnya ilmu yang ada di divisi infeksi immunologi ini. Membedakan yang proses
infeksi dan inflamasi pada pasien dan treatment dari kedua kondisi tersebut, dimana sekilas
memiliki manifestasi yang hampir sama dengan penanganan yang berbeda.

Pertama kali masuk ke subdivisi ini ada perasaan cemas mengingat luasnya ilmu dan
beragam penyakit yang harus dipelajari serta beragamnya tipe dari satu jenis penyakit seperti
uveitis, keratitis, corneal ulcer, dan dry eye. Awalnya saya sangat sulit untuk membedakan
tampilan klinis penyakit tersebut berdasarkan causanya apakah bakteri, virus, alergi, jamur,
ataupun autoimun. Apakah uveitis anterior, intermediate, ataukah posterior. Juga sulit
membedakan apakah ini sudah proses infeksi ataukah inflamasi, sehingga seringkali masih
memberikan steroid pada proses infeksi dan sebalikanya memberikan antibiotik pada proses
inflamasi. Seiring waktu dengan bimbingan supervisor dan AAO reading yang rutin
dilakukan saya mulai mempelajari step by step alur diagnosis guna menegakkan diagnosis
dan memberikan treatment sesuai diagnosa yang ada.

Awalnya saya hanya mengetahui 1 jenis tindakan flap yakni Gunderson flap berbekal
ilmu yang diberikan oleh senior wajib saya saat semester 1. Namun, supervisor meminta saya
untuk melakukan single pedicle flap. Bekat aarahan Beliau saya dapat mampu melakukannya
dan setelah membaca teori dan berdiskusi dengan supervisor akhirnya mengetahui jenis flap
konjungtiva lainnya seperti bipedicle dan advancement flap. Awalnya saya juga masih sangat
bingung kapan dilakukan flap, kapan kita memakai AMT dan mengapa AMT dapat dliakukan
pada pasien ulcer dan trauma kimia. Juga ternyata untuk meletakkan AMT pun tidak se-
Self Reflection- Diah Gemala Ibrahim-C025201001

simple yang saya pikirkan hanya melebarkan diatas luka saja. Ternyata setelah membaca dan
berdiskusi saya baru memahami bahwa teknik dari AMT pun beragam tergantung dari
diagnosa pasien dan defek kornea yang ada. Ada kalanya inlay, onlay, maupun teknik
sandwich. Begitu pula tentang fungsi AMT ternyata memiliki efek anti-inflammatory, anti-
scarring dan promote wound healing, dan efek penurunan nyeri. Selain tindakan diawal saya
pun keliru mendiagnosa pasien (Porto no.18). Pasien pertama saya diagnosa OD corneal
edema+ Keratitis punctuate, OS Panuveitis. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan oleh
supervisor pada mata kanan juga didapatkan keratic precipitate yang sangat halus dan juga
vitreous haze. Dari sini saya belajar untuk memperhatikan dengan detail dan lebih hati-hati
untuk mengindentifikasi setiap lapis dari kornea untuk mencari lesi yang memungkinkan.
Masih banyak kekurangan dan kebingungan saat diawal termasuk saat pertami kali
melakukan ekstraksi corpus saya masih sangat takut apakah ekstraksi yang saya lakukan tidak
terlalu dalam, belum tau membedakan papil dan folikel, dan masih tidak teraur dalam
persiapan scrapping dan dalam penentuan kapan ulcus discrapping kapan tidak. Setelah 3
bulan didivisi saya lebih percaya diri menangani penyakit infeksi, inflamasi dan autoimun
terutama untuk penyakit mata merah mulai dari anamnesis suatu penyakit, dan keterampilan
dalam melakukan pemeriksaan secara komperensif, sampai mengassesment suatu penyakit.

åDi divisi ini saya mendapat beberapa tindakan operasi dan skill lainnya. Dapat
melakukan 6 kali tindakan AMT, 5 kali pterygium (jumlah keseluruhan dari semester 2), 2
kali tindakan flap konjungtiva, 1 kali graft konjungtiva pada pasien dengan skleritis
nekrotikanas, 1 kali graft dan release symblepharon, 3 kali pemasangan protesa, 3 kali
ekstraksi corpus alienum, 2 kali epilasi, dan 4 kali lepas jahitan kornea. Untuk tindakan AMT
sendiri sempat juga 1 kali AMT saya lepas dikarenakan jahitan yang longgar dan lepasnya
BSCL sehingga terdapat gesekan saat pasien membuka mata.

Di 3 bulan subdivisi IIM ini banyak pengalaman berharga saya mulai dari anamnesis,
pemeriksaan hingga tindakan terhadap pasien. Sebagai kesimpulan pencapaian pembelajaran
sudah cukup baik hanya saja perlu manajemen waktu yang baik, banyak membaca dan
mengulang-ulang lagi pelajarannya agar tidak lupa kemudian untuk tindakan yang kurang
seperti eviscerasi harus saya kejar lagi kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai