Anda di halaman 1dari 6

1.

Selamat pagi dokter/siang, perkenalkan nama saya Daya Banyu Bening, saat ini saya berada
di semester 8 dari Pendidikan saya di Ilmu Kesehatan Mata, dan dengan ini juga saya telah
berada di tahap mandiri, yaitu jenjang tertinggi dari Pendidikan di Institusi kami. Pada tahap
ini saya telah menyelesakan beberapa tahapan akademis seperti case report, tinjauan
pustaka, jurnal presentation , dan proposal penelitian.

Untuk proposal penelitian akhir profesi saya, saya meneliti tentang : hubungan kadar HbA1C
dengan ketebalan GCIPL pada pasien NAION dengan DM Type 2

Dan dalam masa residensi ini juga, saya ikut berpartisipasi pada seminar bidang mata baik
offline maupun online, contohnya PVSM dimana saya mengirimkan poster berupa case
report.

Untuk pengalaman klinis, saya telah mampu melakukan beberapa pemeriksaan, melakukan
intepretasi klinis dari hasil pemeriksaan, melakukan diagnosis dan mampu menentukkan
terapi pada varian pasien saya baik berupa terapi medikamentosa dan tindakan operatif

Untuk tindakan operatif, saya telah melakukan operasi utamanya di bidang bedah katarak
yaitu berupa operasi ECCE, SICS, dan PE, kemudian sebagai asisten operasi.. Dan dari
operasi-operasi tersebut saya telah mendapatkan banyak pengalaman, mulai dari operasi yang
berjalan lancar maupun operasi yang mengalami komplikasi baik intra operatif ataupun post
operatif. Selain itu saya juga telah mengikuti berbagai asistensi operasi dari berbagai kasus di
bidang mata sehingga dari ilmu, kompetensi dan pengalaman yang telah saya miliki, saya
telah disiapkan dan dididik dengan baik oleh institusi saya untuk menjadi seorang general
ophthalmology yang baik dan berkompeten

Kasus Low vision


- Biasanya low vision mendapat pasien dari divisi lain
- Di institusi kami sebatas pemeriksaan low vision saja hingga pemakaian alat bantu
(teleskop), lalu memberikan resep alat bantu, untuk pemberian alat bantu
bekerjasama dengan Yayasan LAYAK
- Penggunaan teleskop: untuk melihat jarak jauh, 4x, 6x, 8x
- Hand magnifier: pembesaran 3f2x, jarak dekat, sering untuk orang tua (biasanya
kelainan retina), karena kebutuhan jarak dekat (ngaji, baca koran dll)

ROO
TED
- Penatalaksanaan: hingga injeksi steroid high dose sesuai protocol EUGOGO
o (mild: wait and see + selenium 2x100mg, artificial tears
o moderate to severe: IV MP pulse 500mg selama 6 mgg, lanjut 250mg selama
6 mgg. Max dose 8 gram
o sight treathening: 1gram MP IV selama 3 hari, diulang bila tidak ada
perbaikan dalam 1 mgg. BIla tidak ada perbaikan  urgent orbital
decompression. Ada DON, perlu MP pulse)
-

CMV Retinitis: frosted branch angiitis


Ganciclovir 5mg/kgBB 2x1 selama 2 mgg atau Voscarnet 90mg/kgBB 2x1 selama 2mgg
lanjut
Valganciclovir 2x900mg selama 3mgg tap off Valganciclovir 1x900mg hingga CD4 >50

Injeksi intravitreal
Ceftazidime 2,25mg, Amikacin 0,4mg/0,1ml. Vancomycin 1mg/0,1ml
Dilute dalam 0,1cc
REFLEKSI DIRI
Deskripsi:
Refleksi diri saya ambil dari pasien yang saya temui pada saat divisi Onkologi Orbita, pada
saat saya masih semester 2 atau tahap Muda. Pasien adalah anak2 usia 3 tahun yang dirujuk
dari RS Daerah dengan OS tumor intraokuli suspek retinoblastoma. Setelah saya melakukan
rangkaian pemeriksaan, didapatkan pasien dengan diagnosis OS Retinoblastoma intraokuli
grup D.
Setelah itu saya melakukan edukasi kepada ibu pasien mengenai diagnosis dan rencana
terapi yaitu enukleasi. Pada saat itu ibu pasien tidak dapat menerima kenyataan dan
menolak untuk dilakukan operasi. Setelah itu, pasien tidak datang kontrol dan baru kembali
1 bulan kemudian, dengan kondisi mata pasien semakin parah (sering radang), dan ibu
pasien mendesak dan memaksa untuk segera dilakukan operasi hari itu juga. Pada saat itu
adalah masa awal pandemi sehingga operasi dibatasi hanya 1x tiap minggunya. Saya
mencoba menjelaskan bahwa sudah terdapat antrian operasi dan pasien harus melengkapi
syarat2 operasi sehingga butuh waktu. Pasien marah dan mengancam akan menyebarkan
ke media sosial.
Feeling:
Di saat itu saya menjadi lebih waspada apabila pasien akan menuntut, karena apabila kasus
ini diketahui khalayak umum maka dapat mencoreng nama baik saya dan institusi. Saya
juga harus memikirkan cara menghadapi keluarga pasien yang marah, karena apapun yang
saya katakan akan dipotong oleh pasien.

Evaluasi dan Analisis


- Saat itu saya masih semester 2 dimana masih belum berpengalaman melakukan
breaking bad news pada pasien tumor  pasien kurang paham dengan keadaan
pasien sehingga pasien tidak mengerti kondisi urgent dan tidak rutin kontrol (1bulan)
- Gaya berbicara saya yang ragu, kurang PD  pasien kurang percaya
- Kurang mengatur kata2 dengan baik untuk edukasi antrian operasi ke pasien, tidak
perlu mengatakan bahwa terdapat antrian operasi lain yang lebih gawat
Conclusion dan Action Plan
- saya belajar bahwa cara komunikasi dan edukasi dengan pasien sangat penting
dalam keseharian kita sebagai klinisi, harus diingat bahwa komunikasi tidak hanya
satu arah tapi dua arah. Sifat empati juga harus diutamakan agar pasien dapat
menerima informasi dengan baik.
- Setelah itu saya berusaha mendengarkan supervisor saya saat melakukan BBN ke
pasien, berlatih BBN Bersama rekan ppds, berusaha bersikap empati pada pasien
lainnya
- Beberapa hari kemudian keluarga An. T kontrol ke poli, dalam suasana yang lebih
tenang dan saya lebih PD karena sudah berlatih, akhirnya keluarga An. T dapat
memahami kondisi dan bersabar menunggu antrian operasi.
- Semoga dengan pengalaman ini saya kelak dapat menjadi dokter mata yang dapat
berkomunikasi lebih baik dan penuh empati.

TRABEKULEKTOMI
Mengapa subtenon: biusnya lebih lama dr topical
Subconjunctiva: kemosis lebih tinggi
Retrobulbar: tekanan bola mata meningkat, kompresi n optic, retrobulbar hemorrhage

Peritomi di arah superior, limbal/fornix based. Kalo fornix guntingnya di limbus, kalo di
limbus bikin di atasnya
1. Peritomy, control perdarahan
2. Membuat grooving berbentuk trapezium/persegi dengan slit 15 derajat
3. Pembuatan tunnel flap
4. Pemberian MMC 0,02% selama 2 menit di bawah flap dengan selulose sponge,
ditutup konjungtiva. Irigasi bersih2
5. Parasinstesis di BMD dengan slit knife di arah jam 9-10
6. Membuat osteum (bisa slit knife, dibentuk kotak atau dgn Kelley Puncher  Buat
batas di kanal Schlemm).
7. Iridektomi
8. Irigasi
9. Flap ditutup, jahit flap menggunakan releasable suture nylon 10.0 di kiri dan kanan
flap
10. Suture konjungtiva
Evaluasi post trabek: BMD, Bleb, TIO

VIDEO SESSION
- Pasien laki2 usia 74 tahun, pekerjaan pensiunan, dengan ODS Katarak imatur. Pasien
mengeluh buram pada kedua mata sejak 6 bulan terakhir, makin buram sejak 3
bulan, mata kanan lebih buram dibanding mata kiri. Silau saat berkendara malam
hari.
- Pasien dengan PSC: NO3 NC3 P3, VOD 6/40
- Biometri optikal, dengan menggunakan rumus IOL Barett 2 (AXL pasien normal
24.07), dipilih IOL +20.00 dengan target slight myopia

- Pasien dilakukan OD PE + IOL


- Menggunakan alat Alcon Infinity yaitu peristaltic (ada 3 macam alat phaco:
diafragma, peristaltic, venturi)
- IOL trufold (bahan akrilik)  resiko PCO lebih kecil
Detail
- Eyedraping kurang tepat sehingga terdapat bulu mata yang mengganggu lap operasi
dan resiko infeksi. Seharusnya lapangan operasi dikeringkan dahulu, pasien diminta
membuka mata dan meliirk ke bawah sambal dipasang eyedrape. Bulu mata yg
Sudah dipotong pendek juga membuat eyedraping lebih sulit utk pemula
- Anestesi subtenon: lodicain + bupivacaine, di inferonasal. Kelebihan: dapat efek
akinesia dengan resiko minimal (tdk seperti injeksi retrobulbar), meskipun pasien
masih sering melirik2 karena gelisah. Kekurangan: resiko SCH, seperti pada pasien ini
postop nya ada SCH
- Memastikan subtenon berhasil: feel: berat saat injeksi. Look: reflex cahaya berada di
tengah kornea (akinesia)
- Insisi kornea: one plane
- Teknik soft shell (menggabungan OVD dispersive dan cohesive), dispersive dulu.
Keuntungan jadi lebih aman untuk phaco (perlindungan optimal utk kornea, endotel
terlindungi)
- CCC menggunakan ultrata, dengan sebagaian besar teknik shearing,
counterclockwise, idealnya 5-6mm, di pasien saya ccc agak besar, agar
mempermudah manuver
- Shearing: membuat ccc dengan mengontrol dari pangkal flap, sehingga robekan lebih
mudah dikontrol, gaya yg dibutuhkan utk membuat robekan jg lebih sedikit
- Ripping: merobek kapsul tanpa bantuan flap  lebih mudah escape. Biasanya untuk
melebarkan CCC kalau terlalu kecil
- Hidrodiseksi ragu2, kurang masuk, hanya di tepi IOL saja sehingga tidak efektif 
nucleus sulit rotasi dan menyulitkan saat segment removal
- Hidrodiseksi yg benar: sebelum hidrodiseksi ovd dikeluarkan sedikit, posisi kanul di
bawah kapsul, masuk ekuator, posisi tegak lurus dari pinggir lensa. Tanda
hidrodiseksi sukses: lensaa naik ke atas, pupil melebar, ada fluid wave di bawah
lensa, nucleus bisa dirotasi
- Sering manipulasi kena iris khususnya saat I/A cortex  kurang dalam dan ragu2.
Pupil mengecil karena iris termanipulasi + ada riw DM
- Saat implantasi IOL agak lama  seharusnya memutar haptic IOL di ketiak dengan
Gerakan memutar agar masuk ke bag, bukan mendorong
- Kurang mahir menggunakan kuglen
- Iris sempat melet  luka kurang kedap?
- Pasien kurang kooperatif, lansia, durasi op jadi lebih lama
Phaco time 3:42
Asp rate 27-28
Tinggi botol 70 mmHg
Vacum 400 (chop), quad removal 380
US power 50 (chop), 70 (quad removal)
Semakin tinggi AFR semakin tinggi botol -> tio semakin tinggi

Folup px katarak:
Hari ke 1,7 dan 1 bln
Hari ke 1: lihat visus, TIO peradangan, flare, cell, posisi IOL
Hari ke 7: sama, lihat apakah kearah endof
Ke 1 bln: sama, koreksi kacamata

GAT
- Ruangan diredupkan
- Mikroskop 12-16x, sinar 60 derajat
- Pakai strip fluoresin
- Pastikan px tdk ada korneal edema
- Menekan di bagian central kornea, jgn terlalu menekan
- Lihat pola ada 2 S bertemu di sisi dalam

LPI
- Sequential laser: diawali argon laser (photoablation untuk menipiskan iris) lalu yag
laser (photodisruption) untuk melubangi iris
- Argon spot size 50 mikrometer, exposure 0,02 detik, power 250 mW
- Yag 3-8 mJ (3,5mJ) cukup beberapa spot saja
- Kontraindikasi: sudut sangat dangkal (resiko melukai endotel) ACD <2,5
- Terapi post laser: anti inflamasi (steroid/nsaid)

PRP
- Syarat: severe NPDR, PDR
- 200 ms, power 200mW, spot size 200 mikrometer
-

Anda mungkin juga menyukai