SKENARIO 3
BLOK MATA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XVI
2. Terapi pendahuluan :
3. Conjungtiva forniks :
Langkah II : Merumuskan Permasalahan
2. Apa saja penyebab dan mekanisme mata merah, gatal, dan nyeri ?
Mata merah dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain
karena kelelahan, terpapar debu, infeksi, alergi dan mata kering. Mata
merah dapat terjadi karena melebarnya atau pecahnya pembuluh darah,
iritasi / peradangan.
Rasa gatal pada mata dapat disebabkan karena adanya reaksi alergi
berupa reaksi antibody dengan overproduksi IgG.
Rasa nyeri pada mata dapat dirasakan ketika ketika ada pembuluh
darah yang pecah atau mata yang terlalu kering, selain itu peradangan pada
mata juga dapat menyebabkan nyeri
Definisi
Mata merah tanpa Mekanisme
Penurunan visus
Macam-macam
tipe
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis utama
Medikamentosa
Komplikasi
Prognosis
Langkah V : Menyusun Tujuan Pembelajaran
Injeksi Konjungtival
Injeksi Siliar
FAKTOR RESIKO
Anamnesis :
- Sacred Seven
o Lokasi
o Onset
o Kualitas
o kuantitas
o Faktor memperberat
o Faktor memperingan
o Keluhan penyerta
demam
- Fundamental four
o Riwayat Penyakit Sekarang
o Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah sakit serupa
Riwayat penyakit rematik
o Riwayat penyakit keluarga
o Riwayat sosial
Kebersihan
Pekerjaan.
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan visus
- Pemeriksaan mata kering
o Flourescein
digunakan utnuk mendemostrasikan dengan lebih jelas waktu break
up dari film ( kornea ) yang rusak, dimana bagian yang rusak akan
muncul lebih terang dibanding yang tidak
o Schirmer’s test
dengan menggunakan kertas filter whatman No 7 dengan lebar
5mm dan dilipat diujungnya. Ujung yang dilipat ini kemudian
disentuhkan pada kelopak mata bagian bawah di perhubungan
antara tepi kelopak bagian tengah dan ketiga. Kertas ini diletakkan
selama 5 menit dan panjang kertas yang terbasahi yang dihitung.
o Lysozyme estimation
Digunakan apabila terdapat keperluan penelitian (Crick, RP, 2003)
Konjungtivitis
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit
ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini bervariasi mulai dari
hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan
banyak sekret purulen kental
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi
pada mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
oat-obatan topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya
jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi
organ dan menjalani terapi imunosupresif
Konjuntivitis viral
Konjungtivitis Bakteri
A. Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang
disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang
dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata (James,
2005).
B. Etiologi dan faktor risiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu
hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut
biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N
meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang
paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H
influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering
terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi
duktus nasolakrimalis
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian
mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke
orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering
kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi
C. Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal
seperti streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium.
Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah
koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi
eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah
satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta
resistensi terhadap antibiotik
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan
epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan
sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan
konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air
mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya
gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva
D. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya
dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh.
Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen
daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering
dijumpai edema pada kelopak mata
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya
sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih
normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling
melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
E. Komplikasi
Komplikasi Blefaritis marginal kronik sering menyertai
konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang sangat muda yang
bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi dan
dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan
duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen
akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga
komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut
juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan
trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea
dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea
F. Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal
spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk
menghilangkan sekret konjungtiva.
EPISKLERITIS
Episkleritis adalah kondisi terjadinya inflamasi pada jaringan pembuluh
darah episklera sehingga menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan infiltrasi
perivascular.
Ada 2 jenis:
1. Diffuse episcleritis (70%)
SKLERITIS
Patofisiologinya berkaitan dengan degradasi enzim dari serat kolagen
yang menyebabkan invasi sel radang yaitu sel T dan makrofag sehingga terjadi
iskemia dan lama-kelamaan menimbulkan nekrosis serta penipisan hingga
perforasi bola mata.
Salah satu penyebabnya yaitu obat-obatan.
1. Biphosphonate
Terapi non small cell cancer, pancreatic cancer yang tipenya inhibitor
reversible tirosin kinase.
3. Procainamide (anti arrhythmic agent)
KESIMPULAN
Pada skenario 2 ini pasien mengalami mata merah dengan pemeriksaan
fisik berupa tidak ada penurunan visus dan hiperemi konjungtiva bulbi. Mata
merah merupakan tanda adanya peradangan pada daerah mata, dalam kasus ini
terdapat hiperemi pada konjungtiva bulbi sehingga keluhan pasien mengarah ke
konjungtivitis dengan diagnosis banding episkleritis, skleritis, subkonjungtival
hemorage, dan sindroma mata kering.
SARAN
Dari hasil diskusi kami pada tutorial ini, kami membuat beberapa saran
demi memaksimalkan pelaksanaan dan hasil dari diskusi tutorial selanjutnya.
Tutor sudah berkerja secara baik sesuai dengan fungsinya. Semoga tutor
dapat mempertahankan dalam mengawasi dan memberi arahan agar topik diskusi
tidak menyimpang.
Saran untuk kelompok tutorial B6, untuk diskusi tutorial selanjutnya perlu
tetap diperhatikan pencarian informasi melalui sumber – sumber yang ilmiah.
Perlu adanya penambahan informasi melalui jurnal selain dari pada buku ajar dan
website ilmiah dari internet. Keaktifan anggota kelompok sudah bagus namun
perlu kembali ditingkatkan pada tutorial selanjutnya. Dengan saran – saran ini
semoga kelompok B6 bisa melaksanakan diskusi dengan lebih baik pada tutorial
selanjutnya.
Saran untuk apa yang terjadi dalam kasus di skenario ini, perlu adanya
tindak lanjut terhadap pasien kasus tersebut sehingga pasien dapat segera dirujuk
dan mendapatkan penanganan yang cepat, tepat, dan baik untuk keselamatan
pasien serta mengurangi risiko komplikasi bila tidak tertangani dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Crick, RP. 2003. Textbook of clinical Ophtalmology 3rd Edition.
Publisher:Country
Cronau, H., Kankanala, R.R., Mauger, T., 2010. Diagnosis and Management of Red Eye
in Primary Care. Am Fam Physician 81, 137–144
D. Vaughan, T.Asbury. 1983.General Opthalmology. Singapore:Maruzen
Asian..p.63. Table 7-1
Ilyas S. dan Yulianti S.R. 2017. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
World Health Organization. (2007). Health Information Worldwide. WHO.