Anda di halaman 1dari 11

SOAL

1 SNH, suruh interpretasi CT, penanganan kalo kejang, suruh jelasin pemeriksaan
babinski (?), sama penanganan penurunan TD
2 TTH, suruh nulis anamnesis, pemberian terapi abortif, edukasinya apa.
3 CTS, suruh sebutin pemeriksaan fisik, penunjang, sama pilihan mau pembedahan apa
engga.
4 Brain tumor, interpretasi GCS, jelasin kaku kuduk, suruh baca CT, sama terapi TIK
5 ICH. Interpretasi ct scan, tx kejang, refleks patella, tx TIK, chaddock pneurunan TD
6 Migrain. Anamnesis, step pmx VAS, terapi farmakologis, dikatakan keberhasilan tx
profilaksis apabila edukasi
7 Abses cerebri. Interpretasi GCS, interpretasi ct scan, refleks brudzinski 1, tatalaksana

JAWAB
1. Interpretasi CT SNH, BRAIN TUMOR ICH ABSES CEREBRI

TUMOR OTAK
Terdapat lesi inhomogen dengan densitas yang bervariasi, batas tidak tegas, disertai perifokal edema
di hemisfer cerebellum kanan.

ABSES CEREBRI
Pasien atas nama XY, laki, nomor rekam medis 2222, tanggal lahir 11 Juli 1950, dengan
pemeriksaan CT SCAN tanpa kontras, potongan aksial
1. Subgaleal tidak tampak hematoma/massa
2. Calvaria intak
3. Cranio cerebral space tidak tedapat lesi hiperdens
4. Tak tampak lesi hiperdens yang mengisi gyri & sulci
5. Sulci dan gyri normal
6. Terdapat lesi hipodens berkapsul dengan perifokal edem disekitarnya pada parenkim
regio frontotemporalis kanan
7. Sistem ventrikel & sisterna normal
8. Terdapat midline shifting ke arah kiri
Kesimpulan: menyokong gambaran abses cerebri

ICH: perdarahan hipertensi pada arteri cerebri dalam


Pasien atas nama XY, laki, nomor rekam medis 2222, tanggal lahir 11 Juli 1950, dengan
pemeriksaan CT SCAN tanpa kontras, potongan aksial pada tanggal pengambilan gambar, marker
ICH
• Subgaleal tidak tampak hematoma
• Calvaria intak
Craniocerebral space tidak ada lesi atau edema
• Tampak lesi hiperdens di lobus temporooccipitalis bagian kanan/kiri dengan perifocal
oedema
• Sulci dan gyri menyempit
• Tidak ada lesi pada parenkim
• Ventrikel lateralis tidak tampak
• Tampak midline shifting ke kiri
Kesimpulan: ICH di lobus temporooccipitalis bagian ???
SAH
- SAH: aneurrteri-arteri pada circulus arteriosus willisi; gambaran hiperdens à perdarahan
masuk ke celah sulci & fissure
Identitas, jenis pmx penunjang, potongan
• Subgaleal tidak tampak hematoma/massa
• Calvaria intak
• Cranio cerebral space tidak tedapat lesi hiperdens
• Tampak lesi hiperdens yang mengisi gyri & sulci pada regio frontalis/temporalis sebelah
kanan/kiri
• Sulci dan gyri normal (tidak menyempit/melebar)
• Tidak ada lesi pada parenkim
• Sistem ventrikel & sisterna normal (ventrikel melebar = hidrosefalus)
• Tidak terdapat midline shifting
• Hitung volume perdarahan: pxlxt (jumlah slice) x 0.5
Kesimpulan: SAH di region ???? bagian ???

INFARK
Subgaleal tidak tampak hematoma
 Calvaria intak
 Tampak lesi hipodens di lobus
frontotemporooccipitalis kiri ()
 Sulci dan gyri normal
 Tampak midline shifting ke arah kanan
 Ventrikel lateralis kiri menyempit
Kesimpulan :
Infark di lobus frontotemporooccipitalis kiri

VASOSPASM SAH DICEGAH DENGAN?


- Bila tekanan darah tinggi harus diturunkan untuk membuat perfusi otak adekuat serta
mencegah adanya stroke iskemik setelah stroke hemoragik
Tekanan darah diturunkan bila Tekanan darah sistol >200 atau MAP >150 mmHg
TD Sistol >180 dengan TIK meningkat atau TD Sistol >180 atau MAP >130mmHg
dengan target 160/90 atau MAP 110 mmHg, maksimal MAP diturunkan sebesar 25%
Penurunan tekanan darah bisa menggunakan nicardipin 5mg/jam IV titrasi 2,5mg/jam
tiap 5-15 menit maksimum dosis 15 mg/jam
- Hindari kontriksi cairan dan hipovolemia pada akut SAH
- Segera koreksi bila ada ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia yang bisa
memicu vasospasme
- Intake cairan minimal 3 liter per hari dengan cairan isotonis bisa ditambah koloid

2. Penanganan Kejang (di Rumah Sakit)


Tetap mengunakan prinsip ABC (Airway, Breathing, Circulation)
pastikan jalan napas aman, paten dan clear, posisi kepala yang aman
bila sudah terpasang IV line bisa dimasukkan diazepam dosis 0,2 mg/kgBB iv pada dewasa
dan bila pada anak >12 kg diberikan diazepam 10mg suppositoria bisa diulang 1 kali dalam
interval waktu 5 menit bila masih tidak membaik lanjutkan dengan pemberian fenitoin dosis
15-18 mg/kgBB kec ≤ 50mg/menit dalam 35 ml NaCl setelah itu dilanjutkan dosis
50mg/menit serta tetap monitoring ekg (awasi aritmia oleh karena fenitoin) atau fenobarbital
10mg/kgbb kec ≤ 100mg/menit kemudian pindah ke ICU

Selain itu,
Cek tanda keracunan alkohol: bila positif beri tiamine 250mg iv
Cek bila hipoglikemi beri infus D50%

Dosis maintenance
Kejang Parsial
Carbamazepin 20mg/kgbb/hari
Fenobarbital 5mg/kgbb/hari

Kejang General
Tonik klonik: carbamazepin, As. Valproat
Mioklonik: As. Valproat 60mg/kgbb/hari
Lena : As. Valproat 60mg/kgbb/hari
Absan, miklonik: kontraindikasi carbamazepine dapat memicu eksaserbasi

3. Pemeriksaan Babinski
Merupakan pemeriksaan refleks patologis caranya pasien dalam posisi berbaring rileks
dengan tungkai bawah diluruskan
Pemeriksa dikanan pasien dan memegang pergelangan kaki pasien agar posisi kaki tidak
berubah kemudian pemeriksa menggores telapak kaki pasien menggunakan ujung tumpul
palu refleks hammer secara perlahan dan usahakan tidak menimbulkan nyeri. Goresan
dilakukan sepanjang sisi lateral plantar kaki dari tumit ke ujung jari (proksimal ke distal)
melintasi metatarsal hingga ke pangkal ibu jari. Refleks Babinski positif (+) bila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari yang mungkin disertai dengan mekarnya jari-jari lainnya

4. Pemeriksaan Kaku Kuduk


Posisikan pasien berbaring terlentang dengan rileks tanpa bantal, pastikan tangan pemeriksa
bersih, menggunakan handscoen, kemudian minta izin untuk melakukan pemeriksaan.
Pemeriksa disebelah kanan pasien. Pastikan tidak ada jejas atau curiga trauma spinal
kemudian pemeriksa menggerakkan secara pasif fleksi dan rotasi kepala pasien dengan hati-
hati. Tanda kaku kuduk positif (+) bila ada kekakuan atau tahanan pada pergerakan fleksi
kepala bisa disertai nyeri dan spasme otot. (dagu tidak dapat menyentuh dada dan didapatkan
tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala)

5. Refleks Brudzinski 1
Posisikan pasien berbaring dengan rileks tanpa bantal, pastikan tangan pemeriksa bersih, bisa
menggunakan handscoen, kemudian minta izin dan menjelaskan prosedur pemeriksaan,
pemeriksa disebelah kanan pasien. Pastikan tidak ada jejas atau curiga trauma spinal.
Kemudian pemeriksa meletakkan tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas dada
kemudian lakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada pasien. Brudzinski I positif (+)
atau abnormal bila terjadi fleksi involunter pada kedua tungkai pada sendi lutut.

6. Pemeriksaan Refleks Patella


Pemeriksa menjelaskan prosedur pemeriksaan dan posisi pemeriksa di sebelah kanan pasien,
pemeriksa melakukan pemeriksaan kedua patella secara bersamaan, dengan memposisikan kedua lutut
pada tangan kiri pemeriksa atau dengan rnengganjal menggunakan bantal dan tangan kanan pemeriksa
rnelakukan pengetukan patella dengan hammer reflex. Respons normal dengan adanya ekstensi pada
tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris.

7. Pemeriksaa Chaddock
Pemeriksa menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien, pemeriksa disebelah kanan pasien.
Cara pemeriksaan chaddock yakni pemeriksa menggores dengan ujung hammer refleks pada
punggung kaki bagian malleolus lateralis dari arah proksimal ke distal. Hasil positif (+) bila
terdapat dorsofleksi ibu jari kaki diikuti perenggangan atau pemekarab pada jari lainnya.

8. Pemeriksaan Brudzinski II
Posisikan pasien berbaring dengan rileks tanpa bantal, pastikan tangan pemeriksa bersih
menggunakan handscoen, pemeriksa meminta izin dan menjelaskan prosedur pemeriksaan,
pemeriksa disebelah kanan pasien. Tungkai yang akan dirangsang diflexikan pada sendi lutut,
kemudian tungkai atas difleksikan pada sendi panggul. Hasil (+) positif bila ada gerakan
reflektorik berupa flexi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul

9. Penanganan penurunan TD
Pada iskemik akut
Bila tekanan darah sistol > 220mmHg atau tekanan darah diastol >120mmHg tekanan darah
sistolik maupun diastolik diturunkan 15% dalam 24 jam pertama setelah serangan pertama
Bila akan diberikan trombolitik maka tekanan darah diturunkan hingga tekanan darah sistolik
<180 mmHg dan tekanan darah diastolik <110mmHg harus dipantau dalam 24 jam setelah
pemberian trombolitik hingga tekanan darah sistolik <180mmHg dan tekanan darah diastolik
<105 mmHg.Untuk penurunan tekanan darah bisa digunakan obat labetalol, nitropaste,
nitroprusid, nikardipin atau diltiazem intravena

Penanganan agar tekanan darah turun pada SH


Tekanan darah sitolik > 200mmHg, MAP >150mmHg turunkan secara IV dengan nicardipine
0,5-6 mg/kgBB/menit, furosemide 10mg 1mg/kgBB monitoring tiap 5 menit

Bila disertai dengan kondisi mengancam target organ misal AKI, AMI, edema paru atau
ensefalopati hipertensi maka target penurunan tekanan darah 15-25% pada 1 jam pertama, dan
tekanan darah menjadi 160/90mmHg dalam 6 jam pertama

10. Nyeri Kepala (Anamnesis, VAS, terapi, keberhasilan profilkasis, edukasi)


TTH
Migrain
Karakteristik migrain
- nyeri kepala prakosismal
- biasanya unilateral dan berdenyut
- sifatnya familial
- serangan 4 – 72 jam
- disertai mual muntah, fotofobia/fonobia, dan didahului aura

Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Onset: Keluhan utama yang dirasakan saat ini apa? sejak kapan keluhan muncul atau
berapa lama keluhan muncul?Saat sedang melakukan apa?
2. Kronologi: Nyeri kepala dirasakan terus menerus atau hilang timbul?
3. Kuantitas: Dari angka 1-10 berapakah nilai nyeri yang dirasakan?
4. Kualitas: Saat pertama muncul bagaimana nyeri kepala yang dirasakan, apakah pada
seluruh bagian kepala?atau hanya salah satu sisi? Apakah berdenyut?apakah seperti
terikat? apakah seperti ditusuk-tusuk? Apakah seperti berputar? apakah melihat kilatan
cahaya atau kunang-kunang? apakah seperti melihat warna warna sebelum gejala
muncul?Bagaimana pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyeri
kepalanya? apakah terganggu? Apakah ada waktu khusus muncul keluhan seperti pagi
atau malam hari?
5. Faktor memperberat : Pada saat apakah merasa nyerinya muncul dan memberat? Apakah
saat perubahan posisi, apakah saat melakukan aktivitas berat, apakah saat melihat cahaya
terang, atau apakah saat bersin atau batuk?atau makanan minuman yang dapat
memperberat keluhan misalnya kafein alkohol?
6. Faktor memperingan: Apa yang biasanya meringankan rasa nyeri? apakah saat minum
obat pereda nyeri? apakah saat istirahat? apakah saat menutup mata? apakah saat duduk?
7. Keluhan penyerta lain: apakah ada keluhan lain seperti berdebar? mual? muntah? hilang
keseimbangan? pingsan?keluar air mata terus menerus? Hidung tersumbat atau berair?
Menghindari suara atau cahaya?

Riwayat Penyakit Dahulu


 Adakah keluhan serupa?
 Adakah riwayat mondok?
 Adakah riwayat hipertensi?
 Adakah riwayat stroke?
 Adakah riwayat diabetes mellitus?
 Adakah riwayat penyakit jantung?
 Adakah riwayat alergi obat dan makanan?

Riwayat penyakit keluarga


1. Adakah keluhan serupa?
2. Adakah riwayat mondok?
3. Adakah riwayat hipertensi?
4. Adakah riwayat stroke?
5. Adakah riwayat diabetes mellitus?
6. Adakah riwayat alergi obat makanan?

Riwayat Sosial Ekonomi


 Berobat menggunakan fasilitas apa?
 Pekerjaannya apa?
 Adakah Riwayat merokok?
 Dakah Riwayat alkohol?
 Bagaimana dengan olahraga yang dilakukan sehari-hari?
 Bagaimana pola makan sehari-hari?

Cara pemeriksaan pericranial tenderness pada pasien


 Pasien berbaring terlentang rileks
 Pemeriksa di kanan pasien serta menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan
 Kemudian pemeriksa melakukan palpasi manual dengan menekan secara kuat disertai
gerakan rotasi oleh jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa ( atau dengan alat
palpometer) Hasil positif (+) bila ada nyeri pada otot frontal, temporal, massester,
pterygoid, sternocledoimastoid, splenius, dan trapezius yang berarti tanda spesifik
TTH.

Terapi abortif migrain


Non Spesifik
• Paracetamol 1000mg/hari
• Ibuprofen/NSID 200mg/6 jam

Spesifik
• Ergotamin (agonis serotonin) 1 mg peroral maksimal 5mg
• Dihidroergotamin 1mg IV 2-3menit diulang 1 jam maksimal 3mg
• Sumatriptan 100mg peroral diulang perjam maksimal 300mg perhari

Terapi Profilaksis
Diberikan bila serangan 2-3 kali tiap bulan atau terdapat serangan berat
- Beta bloker: propranolol 2x40 mg/hari flunarizin 5mg
- CCB: verapamil 3-4x80mg/hari,
- SSRI: fluoxetine
- Antidepresan trisiklik: amitripilin50-75mg/hari

DIANGGAP BERHASIL PENGOBATAN FASE AKUT


Bila dengan pemberian terapi spesifik menunjukkan penurunan gejala hingga 50% dalam 3
bulan selanjutnya

Edukasi Migrain
Hindari faktor pencetusnya (stress, alkohol, keju, coklat, kafein, MSG, aspartame). Saat
serangan usahakan tetap tenang, duduk istirahat pada tempat aman dan nyaman. Bila sering
kambuh hendaknya pasien sellau membawa obat untuk menghentikan serangan
Modifikasi gaya hidup sehat (diet, pola tidur, dan tidak terlalu stress atau tegang)

TTH
Bila tidak respon pada AINS dapat memicu rebound fenomenon
Amitriptilin: 50-75mg/hari pada malam hari
Alprazolam: 0,25-0,5mg x 3/hari untuk anti cemas dan antidepresan

EDUKASI TTH
Hindari stress atau segera mencari solusi permasalahan yang dipikirkan
Tetap berusaha tenang. HIndari kecemasan karena menjadi pemicu
Modifikasi gaya hidup sehat (diet, pola tidur, dan tidak terlalu stress atau tegang)

Cluster
Oksigenasi O2 7 lpm 10-15menit
Ergotamin 2x1mg atau 2mg sebelum tidur
Dihidroergotamin 0,5-1,5mg iv
Sumatripan 6mg sc

Edukasi
Kenali serangannya, bila terjadi serangan cari ruang bebas dan hirup udara dengan dalam
serta merilekskan pikiran. Modifikasi gaya hidup sehat (diet, pola tidur, dan tidak terlalu
stress atau tegang, terapi relaksasi)

VAS
Pemeriksa membuat garis horizontal sepanjang 10cm (yang akan dibaca dengan rentang 0-
100mm, namun tidak dituliskan) kemudian pemeriksa menjelaskan kepada pasien bahwa dari
garis ujung kiri berarti tidak nyeri menuju ke ujung kanan nyeri hebat, kemudian pasien
diminta untuk menunjuk satu titik pada garis tersebut skala dari nyeri pasien. Kemudian
pemeriksa mengukur titik awal garis hingga titik yang ditandai oleh pasien.
Interpretasi
0 tidak nyeri
1-3 nyeri ringan
4-6 nyeri sedang
7-10 nyeri berat
Nilai VAS antara 0 –4 cm dianggap tingkat nyeri yang rendah dan digunakan sebagai
target untuk tatalaksana analgesik.
Nilai VAS > 4 dianggap nyeri sedang menuju berat perlu diberikan obat analgesik
tambahan

11. CTS (pemfis, penunjang, tx, bedah, edukasi)


Pemeriksaan Fisik
Look: adakah bekas luka, hematom, benjolan, perubahan warna, adakah atrofi muskulus tenar
Feel: palpasi adakah benjolan, teraba hangat, CRT.
Move: gerakan aktif apakah ada keterbatasan gerak dari jari, pergelangan tangan, siku, lengan
dan gerakan pasif apakah ada keterbatasan gerak dari jari, pergelangan tangan, siku, lengan.

Pemeriksaan spesifik
Phallen test: pasien melakukan fleksi pergelangan tangan secara maksimal dengan pasif. Hasil
positif (+) bila dalam waktu 60detik muncul keluhan.
Kontra phallen: merupakan kebalikan dari phallen tes, pasien melakukan fleksi secara
maksimal seperti posisi tangan memohon telapak tangan saling bertemu. Positif bila dalam
waktu 60detik muncul keluhan.
Tinnel tes: melakukan ketukan pada pergelangan tangan pasien (daerah carpal tunnel). Positif
bila muncul rasa kesetrum atau parestesia atau kebas menjalar pada daerah persarafan nervus
medianus yakni ibu jari, telunjuk, jari tengah
Flick test: pasien diminta untuk mengibas-kibaskan kedua tangannya, positif mendukung
diagnosis CTS bila keluhan berkurang setelah dikibaskan.
Torniquet test: Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Jika dalam waktu 1
menit ada gejala seperti CTS maka positif.

KTE:
K: nyeri pergelangan tangan kanan (sindroma nervus medianus)
T: nervus medianus
E: CTS ec mekanik, trauma, inflamasi
Ddx: radikulopati cervical c6-c7, neuropati nervus medianus, kelainan sistem saraf pusat ,
plexopati brachialis, thoracic outlet syndrome.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sebagai gold standar CTS adalah Nerve Conduction Velocity (NCV)
dan bisa juga dilakukan dengan EMG untuk memeriksa aktivitas elektrikal dari otot saat
istirahat maupun saat kontraksi
Pemeriksaan lain bisa USG, MRI, laboratorium yakni rheumatoid factor, laju endap darah,
gula darah, nilai tiroid

Terapi
Non farmakologis (edukasi)
Modifikasi gaya hidup
Mencegah gerakan berulang, menggunakan peralatan ergonomis (wrist rest, mouse pad),
istirahat, menggunakan keyboard alternatif
Melakukan bidai, fiksasi untuk mengurangi gerak sendi metakarpophalangeal 24jam sehari

Farmakologis
NSAID 8 minggu setelah itu dihentikan.
Vit B6 (piridoksin)
Injeksi steroid

Pembedahan
Pembedahan dilakukan ketika CTS tidak membaik dengan terapi > 3 bulan dengan operasi
neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan.

12. Interpretasi GCS


EVM
E
4 buka mata spontan
3 buka mata ketika dipanggil
2 dirangsang nyeri baru buka mata
1 tidak membuka mata

V
5 orientasi tempat waktu orang baik, bicara jelas
4 disorientasi/ bingung/ kalimat kacau
3 bisa membentuk kata namun tidak bisa menjadi kalimat
2 hanya suara tanpa makna misal mengerang
1 tidak berespon atau bersuara

M
6 menuruti perintah pemeriksa
5 lokalisasi rangsang nyeri
4 menolak atau menghindari rangsangan nyeri
3 fleksi abnormal salah satu tangan atau keduanya menekuk saat diberi rangsang nyeri
2 ekstensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh
saat diberi rangsang nyeri
1 tidak ada gerakan atau respons

Nilai GCS
Composmentis: 15-14
Apatis: 13-12
Delirium: 11-10
Somnolen: 9-7
Stupor: 6-5
Semicoma: 4
Coma: <3

13. Terapi TIK


Gejala peningkatan TIK (nyeri kepala, muntah proyektil, gangguan kesadaran, rhinorea keluar
lcs, gangguan penglihatan)
1) Herniasi retrocaudal/ tentorial central
- Diencephalon chusing syndrom
- Mesencephalon TD ↓, nadi ↑,midriasis, RC ↓↓, napas cepat dalam, dolls eye
phenomenon
- Pons TD ↓, nadi ↑, napas lambat dangkal, midriasis, RC ↓↓
- Medulla oblongata RC -/-, midriasis max
2) Herniasi tentorial lateral à pupil anisokor, RC (-/-), kelumpuhan gerak bola mata (parese
n III, IV, VI), babinski +/+
3) Herniasi subfalcine à gyrus cinguli herniasi ke bawah falx à asimptomatik
4) Herniasi upward à vermis cerebelli herniasi melalui incisura teritorii
5) Herniasi tonsil à tonsilar cerebelli herniasi melalui foramen magnum

• Terapi TIK
- Head up 30°
- Manitol emergensi: 1-1,5 gr/kgBB/10-15 menit
- Manitol maintenance: 0,25-0,5 gr/kgBB/ 6 jam

14. Terapi abses cerebri


Terapi empirik:
− Sefalosporin generasi III iv (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau Cefotaxime 2 g/8 jam iv)
− Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Terapi empirik diberikan hingga didapatkan antibiotik sesuai hasil kultur abses atau dari
sumber infeksi. Bila isolasi tidak ditemukan kuman penyebab, maka terapi empirik
dilanjutkan hingga 6-8 minggu.
Antiedema: dexamethason/manitol sesuai indikasi
Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter >2,5 cm

EDUKASI abses cerebri


Berkaitan dengan faktor risiko, gejala (nyeri kepala disertai kejang, mual muntah, defisit
neurologis, gangguan penglihatan), tanda bahaya abses otak, pemeriksaan serial serta
penanganan pada abses otak yang memakan waktu lama dan mungkin masih terdapat
kemungkinan sekuel pada pasien ataupun gejala defisit neurologis lain yang menetap seperti
kejang serta penting untuk mengedukasi upaya pencegahan abses cerebri melalui deteksi dini
pada hal yang memungkinkan menjadi fokus infeksi misalnya sinusitis,otitis media, dan
karies gigi sehingga bisa ditatalaksana dengan baik dan tidak menimbulkan komplikasi abses
serebri

15. Kasus NUMNESS PADA ARMS DAN KAKI Baal kesemutan


Pathogenesis Neuropati Perifer pada Neuropati diabetik
Patogenesi polineuropati berbeda sesuai penyakit mendasari. Secara umum jika terjadi
kerusakan sel saraf maka memicu degenerasi sekunder akson & selubung myelin saraf tepi.
Proses patologik bisa secara langsung mengenai sel saraf, posisi yang berdekatan antara radix
saraf dan cairan cerebrospinal, penyakit organ/jaringan sehingga timbul kerusakan pada saraf
tepi pada selubung jaringan, bisa juga oleh karena gangguan dan penyakit vaskuler arteri
lokal atau difus oleh karena radikal bebas atau stress oksidatif atau penurunan fungsi nitric
oxide pada stimulasi aktivitas Na ATPase serta menyebakan penurunan aliran darah ke saraf
perifer oleh karena hiperglikemia yang menyebabkan saraf kekurangan nutrisi dan rusak, dan
bisa juga akibat gangguan imunitas, selain itu bisa juga karena metabolik misal karena
perubahan metabolisme polyol di saraf, penurunan kadar nerve growth factor oleh karena
penyakit seperti diabetes mellitus. Pada pasien ini merasakan baal dan kesemutan diduga oleh
karena kerusakan pada serabut saraf tepi sensoris yang memicu sensibilitas menjadi
terganggu.
Pada pasien diduga terjadi neuropati perifer yakni nyeri neuropati diabetik sering terjadi pada
penyintas DM tipe 2 dibanding DM tipe 1 gejala awitan tidak jelas dan perkembangan
keluhan memberat secara bertahap dan 3 gejala khas pada nyeri neuropati diabetik yakni
disestesia, parestesia dan nyeri otot
Pada neuropati diabetik ringan, pemeriksaan fisik neurologis bisa menunjukkan penurunan
atau hilangnya reflek achiles yang kemudian diikuti oleh refleks patela. Refleks fisiologis
pada ekstremitas atas biasanya masih dalam batas normal. Selain itu, didapatkan hilangnya
modalitas serabut sensoris secara bertahap (defisit sensoris gloves and stocking). Kemudian
diikuti penurunan fungsi motorik kelemahan motorik sering diawali pada ekstensor jari kaki
kemudian diikuti fleksor jari kaki.

Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap, gula darah rutin untuk mengetahui penyebab dari
metabolik, nutrisi atau toksik.
Pemeriksaan elektrofisiologi untuk memeriksa konduksi saraf apakah ada perlambatan atau
bahkan hambatan
EMG untuk mengetahui lokasi lesi lebih tepat dan mengetahui jenis kelainan apakah ada
tanda-tada aksonal/demielinasi dari perpanjangan latensi distal, perlambatan konduksi, blok
konduksi, kurang berespons terhadap rangsang

Terapi
Obat pengontrol gula darah sehingga neuropati tidak semakin memberat
OAINS bisa dengan pemberian ibuprofen 200-800mg tiap 4-8 jam
Vitamin untuk neurotopik Vitamin B6 (piridoksin), Vitamin B12, vitamin B1, asam folat
Mekobalamin 1500mg/hari 6-10 minggu rangsang proteosintesis sel schwan
Analgesik ajuvan seperti antidepresan (amitripilin), antikonvulsan dan antiaritmia diberikan
untuk nyeri neuropatik

Edukasi
Perubahan gaya hidup (diet, pola tidur, pola olahraga, pemakaian alas kaki nyaman,
penurunan berat badan)
Edukasi mengenai gejala dan tanda nyeri neuropatik pada penyintas diabetes mellitus
Edukasi obat yang bisa meredakan nyeri neuropatik, perbedaan analgetik ajuvan dengan
analgetik lainnya, edukasi konsumsi obat teratur serta mengetahui efek samping obat.
Pasien dapat diedukasi untuk membuat catatan harian mengenai intensitas nyeri yang
dirasakan sebagai bahan evaluasi.
Pasien juga diedukasi mengenai berbagai macam upaya untuk menjaga kadar gula darahnya
dalam batas normal.
Edukasi fisioterapi mobilisasi, masase otot

Anda mungkin juga menyukai