Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan

Volume 13, Nomor 2, Tahun 2022


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) sebagai
Penentu Diabetes Mellitus Tipe 2

Body Mass Index (BMI) and Upper Arm Circumference (LiLA) as


Determinants of Type 2 DM

Irma1*, Suhadi2, Nani Yuniar3 , Harleli4 , Kamrin5


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo Kendari, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT/ ABSTRAK

Article history The Type 2 Diabetes Mellitus is a chronic disease that occurs either when the pancreas
does not produce enough insulin or when the body cannot effectively use the insulin it
Received date produces. The incidence of Type 2 Diabetes is often associated with as measure Body
11 May 2022 Mass Index (BMI) and Upper Arm Circumference. This study used a case-control study
design. The population in this study were all patients who checked themselves and
Revised date received treatment at the Wawotobi Public Health Center, Konawe Regency in the period
14 Jun 2022 January to August 2020. The sample in this study consisted of 120 samples consisting of
60 cases and 60 controls taken by simple random sampling technique. The results of
Accepted date statistical tests to see the effect of BMI and LiLA on the incidence of Type 2 DM
29 Jun 2022 obtained results for BMI (p-value=0.001, OR=3.923 with 95% CI 1.806-8.524) and
Upper Arm Circumference (p-value=0.001, OR=3.923 with 95% CI 1.806-8.524). The
conclusion from the results of this study is that BMI and LiLA variables are determinant
Keywords: variables for the incidence of Type 2 DM.

BMI;
Type 2 DM;
Upper arm circumference.

Kata kunci: Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
IMT; insulin yang dihasilkannya. Kejadian DM Tipe 2 sering dikaitkan dengan ukuran
DM Tipe 2; antropometri dari seseorang seperti Indeks Masa Tubuh (IMT), Lingkar Lengan (LILA)
LiLA. dan Lingkar Perut (LP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT dan
Lingkar Lengan Atas terhadap Kejadian DM Tipe 2. Penelitian ini menggunakan
rancangan case control study. Populasi adalah seluruh pasien yang memeriksakan diri
dan berobat di Poli Umum Puskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe pada Januari
sampai dengan Agustus 2020. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 sampel yang
terdiri dari 60 kasus dan 60 kontrol yang diambil dengan teknik simple random sampling.
Hasil uji statistik untuk melihat pengaruh IMT dan LiLA terhadap kejadian DM Tipe 2
diperoleh hasil untuk IMT (p-value=0,001, OR=3,923 dengan CI 95% 1,806-8,524) dan
Lingkar Lengan Atas (p-value=0,001, OR=3,923 dengan CI 95% 1,806-8,524).
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah variabel IMT dan LiLA merupakan variabel
penentu terhadap kejadian DM Tipe 2.

Corresponding Author:

Irma
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo Kendari, Indonesia
Email: irmankedtrop15@uho.ac.id

PENDAHULUAN Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF)


pada tahun 2011, jumlah pasien dengan DMT2
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan secara global mencapai 366 juta orang,
penyakit yang terjadi sebagai akibat dari diantaranya 80% berada di negara berkembang.
gangguan metabolisme insulin yaitu resistensi Diperkirakan akan meningkat sekitar 552 juta
insulin dan gangguan fungsi sel beta pankreas.

225
226 Jurnal Kesehatan, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2022, hlm 225-232

penderita DM Tipe 2 di seluruh dunia pada tahun tahun 2019. Kasus DM pada bulan Januari
2030 (Zhou, et al., 2020). sampai Agustus 2020 sebanyak 354 kasus. Data
Estimasi penderita diabetes (umur 20-79 rekam medik Puskesmas Wawotobi Kabupaten
tahun) di Indonesia tahun 2017 adalah 6,2% dan Konawe Tahun 2020 bulan Januari sampai
diperkirakan akan meningkat menjadi 7,4% di Agustus menunjukkan penyakit DM tipe 2
tahun 2045. Sedangkan jumlah kematian karena sebesar 117 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa
diabetes per 1000 penduduk pada tahun 2017 Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas
adalah 114,1 sedangkan proporsi kematian karena Wawotobi Kabupaten Konawe terus mengalami
diabetes pada manusia di bawah umur 60 tahun peningkatan dari waktu ke waktu (Rekam Medis
adalah 55,8% (International Diabetes Federation, Puskesmas Wawotobi, 2020). Penyakit Diabetes
2017). Hasil riset kesehatan dasar menunjukkan Mellitus sangat memengaruhi kualitas hidup dan
prevalensi DM pada usia ≥15 tahun di Indonesia produktivitas seseorang. Fenomena ini merupakan
sebesar 6,9% pada tahun 2013 dan meningkat pada hal yang memerlukan perhatian penuh yang bisa
tahun 2018 menjadi 8,5%. Jenis kelamin diawali dengan penelitian untuk menganalisis
perempuan memiliki prevalensi cenderung lebih bagaimana korelasi IMT dan LiLA kaitannya
tinggi dari pada laki-laki (Kementerian Kesehatan dengan kejadian DM Tipe 2 pada masyarakat yang
Republik Indonesia, 2018). berobat di Puskesmas Wawotobi Kabupaten
Gambaran prevalensi DM secara nasional Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini
menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta bertujuan untuk mengetahui faktor penentu DM
sebagai provinsi dengan prevalensi DM tertinggi tipe 2 pada penderita yang ada di wilayah kerja
yaitu 3,4% dan Provinsi Nusa Tenggara Timur puskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe,
sebagai provinsi terendah yaitu (0,9%), sehingga dapat dilakukan program pengendalian
sedangkan prevalensi DM untuk Provinsi terhadap penyakit ini.
Sulawesi Tenggara sebesar 1,3% (Khairani,
2019). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017 menunjukkan bahwa METODE
penyakit Diabetes Mellitus berada pada urutan
ke-5 dari 10 penyakit tertinggi di Sulawesi Jenis penelitian ini adalah penelitian survei
Tenggara Tahun 2017 setelah ISPA Bukan analitik dengan desain case control. Penelitian ini
Pneumonia (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi
Tenggara, 2017). Kabupaten Konawe pada bulan Mei, September
Banyak faktor yang memengaruhi kejadian sampai dengan Oktober 2020. Adapun populasi
Diabetes Mellitus tersebut baik dari segi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang
lingkungan berupa pola makan, stres, sosial memeriksakan diri di Poli Umum Puskesmas
ekonomi, budaya, wilayah tempat tinggal, Wawotobi Kabupaten Konawe. Poulasi dalam
perilaku seperti status gizi baik obesitas (IMT) penelitian ini sebesar 809 kasus. Penentuan kasus
maupun obesitas sentral, aktivitas olahraga, DM diliat berdasarkan diagnosis medis yang
Lingkar lengan atas, minum minuman yang dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil
beralkohol, kualitas tidur, genetik seperti riwayat pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
keluarga, umur, jenis kelamin ataupun pelayanan >200mg/dL dan gula darah puasa >126mg/dL.
kesehatannya seperti pemeriksaan kadar gula Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan
darah (Kusumawati, 2016). menggunakan rumus untuk hipotesis Odd Rasio
Indeks Massa Tubuh (IMT) dikatakan (OR) yaitu Slovin adalah sebanyak 60 orang.
sebagai faktor resiko utama berkembangnya Perbandingan antara kasus dan kontrol dalam
resistensi insulin pada penderita DM tipe 2. penelitian ini adalah 1:1, sehingga diperoleh sampel
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kasus dan kontrol sebanyak 120 orang.
orang dengan indeks massa tubuh (IMT) berlebih Pengambilan sampel menggunakan teknik
memiliki resiko DM lebih besar dibandingkan non probability sampling yaitu dengan teknik
resiko penyakit lain (Riset Kesehatan Dasar, purposive sampling yaitu metode pengambilan
2018). Pengukuran LiLA juga banyak digunakan sampel yang berdasarkan atas suatu
untuk menilai status gizi seseorang. Pengukuran pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi
LILA memiliki akurasi tinggi untuk ataupun ciri-ciri yang sudah ditentukan
mengidentifikasi obesitas (Zhu, et al., 2020) sebelumnya (Rahmadona, et al., 2014). Adapun
Berdasarkan survei awal yang dilakukan, kriteria sampel yang akan dipilih antara lain :
Prevalensi kasus DM di wilayah kerja Puskesmas untuk sampel kasus yaitu (a) Penderita Diabetes
Wawotobi Kabupaten Konawe tercatat sebanyak Mellitus tipe 2 berdasarkan hasil diagnosa medis
906 kasus dari bulan Januari hingga Desember di Poli Umum Puskesmas Wawotobi Kabupaten
Irma, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) sebagai Penentu Diabetes … 227

Konawe tahun 2020; (b) Pasien Usia ≥30 tahun; dihitung berdasarkan berat badan dalam satuan
(c) Bersedia menjadi responden dengan mengisi kg dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam
lembar informed consent dan kriteria sampel satuan meter, dengan kriteria objektif (a) normal:
kontrol yaitu (a) Pasien di Poli Umum Puskesmas 18,5-25,0kg/m2 dan (b) Gemuk : ≥25,1kg/m2.
Wawotobi Kabupaten Konawe tahun 2020 yang Sedangkan pengukuran pada lengan atas
tidak didiagnosis sebagai DM; (b) Pasien Usia dilakukan pada titik tengah antara siku dan bahu
≥30 tahun; (c) Bersedia berpartisipasi dalam menggunakan meteran atau pita LiLA dengan
penelitian. ketelitian 0,1cm. Kategori pengukuran LiLA pada
Adapun proses mengumpulkan data dalam laki-laki dengan kriterian objektif (a) normal:
penelitian ini, peneliti meminta persetujuan dari <26,3cm dan obesitas ≥26,3cm sedangkan ketegori
responden melalui lembar informed consent, jika pengukuran LiLA pada perempuan normal:
responden setuju maka dilakukan sedikit <20,9cm dan Obesitas: ≥20,9cm.
melakukan wawancara terkait perihal penelitian Penelitian ini telah mendapatkan kelaikan
seperti pola makan dan dilanjutkan dengan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
lenagan atas (LiLA). Tahap pengukuran ini Masyarakat Universitas Halu Oleo dengan
dilakukan di Ruang Poli Umum Puskesmas Nomor: 1005c/UN29.20.1.2/PG/2020.
Wawotobi Kabupaten Konawe. Penentuan IMT

HASIL

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden


Kasus Kontrol Total
Karakteristik Responden
n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 25 41,7 22 36,7 47 39,2
Perempuan 35 58,3 38 63,3 73 60,8
Kelompok Umur
31-40 Tahun 6 10,0 4 6,7 10 8,3
41-50 Tahun 10 16,7 21 35,0 31 25,8
51-60 Tahun 23 38,3 17 28,3 40 33,3
>61 Tahun 21 35,0 18 30,0 39 32,5
Pendidikan Terakhir
Tamat SD 15 25,0 13 21,7 28 23,3
Tamat SMP 2 3,3 0 0 2 1,7
Tamat SMA 19 31,7 18 30,0 37 30,8
Tamat Perguruan Tinggi 24 40,0 29 48,3 53 44,2
Jenis Pekerjaan
PNS 21 35,0 16 26,7 37 30,8
Wiraswasta 4 6,7 2 3,3 6 5,0
Petani 1 1,7 1 1,7 2 1,7
Ibu Rumah Tangga 20 33,3 23 38,3 43 35,8
Lainnya 14 23,3 18 30,0 32 26,7

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas 51-60 tahun (33,3%), pendidikan tinggi (44,2%),
responden adalah perempuan (60,8%), berusia serta ibu rumah tangga (35,8%).

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Pengaruh IMT dan LiLA Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Puskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe Tahun 2020
Ukuran Indeks Masa Tubuh Kejadian DM Tipe 2 p-value
Total
(IMT) dan Lingkar Lengan Atas Kasus Kontrol OR
(LiLA) n % n % n % 95% CI
Indeks Massa Tubuh 0,003
Gemuk 36 60,0 19 31,7 55 45,8 3,237
Normal 24 40,0 41 68,3 65 54,2 1,529-6,853
Lingkar Lengan Atas 0,001
Obesitas 45 75,0 26 43,3 71 59,2 3,923
Normal 15 25,0 34 56,7 49 40,8 1,806-8,524
228 Jurnal Kesehatan, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2022, hlm 225-232

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa berbagai macam faktor risiko. Secara umum
pada kelompok kasus, dari 60 responden, determinan Diabetes Mellitus dapat dibagi
sebagian besar responden memiliki indeks massa menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat
tubuh dengan kategori gemuk yakni sebanyak 36 dirubah dan faktor yang tidak dapat dirubah.
responden (60,0%), sedangkan responden yang Faktor yang tidak dapat dirubah antara lain : (a)
memiliki indeks massa tubuh yang normal yakni Faktor usia ≥40 tahun; (b) Mempunyai riwayat
sebanyak 24 responden (40,0%). Dan pada keluarga menderita DM; (c) Kehamilan dengan
kelompok kontrol, dari 60 responden (100%), gula darah tinggi; (d) Ibu dengan riwayat
sebagian besar responden memiliki indeks massa melahirkan bayi dengan (Berat Badan Lahir)
tubuh yang normal yakni sebanyak 41 responden >4kg; dan (e) Bayi yang memiliki Berat Badan
(68,3%), sedangkan responden yang memiliki Lahir (BBL) <2,5kg. Sedangkan faktor risiko
indeks massa tubuh yang gemuk yakni sebanyak yang dapat dirubah antara lain : (a) Kegemukan
19 responden (31,7%). Hasil analisis dengan uji (Berat badan lebih/IMT >23 kg/m2) dan Lingkar
chi square terkait faktor risiko indeks massa Perut (Pria >90cm dan Perempuan >80cm; (b)
tubuh terhadap kejadian penyakit Diabetes Kurang aktivitas fisik; (c) Hipertensi/Tekanan
Mellitus tipe 2 diperoleh nilai Odds Ratio (OR) darah Tinggi (>140/90mmHg); (d) Dislipidemia
yakni 3,237. Selanjutnya dari tabel 2, juga dapat (Kolesterol HDL laki-laki ≤35mg/dL dan
diketahui pada kelompok kasus, dari 60 perempuan ≤45, trigliserida ≥ 50mg/dL); (e)
responden, sebagian besar responden memiliki Riwayat penyakit jantung; (f) Diet tidak
lingkar lengan atas yang obesitas yakni sebanyak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah
45 responden (75,0%), sedangkan responden serat); dan (g) Merokok/terpapar asap rokok.
yang memiliki lingkar lengan atas yang normal Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
yakni sebanyak 15 responden (25,0%). Dan pada Index (BMI) merupakan alat atau cara yang
kelompok kontrol, dari 60 responden (100%), sederhana untuk memantau status gizi orang
sebagian besar responden memiliki lingkar dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
lengan atas yang normal yakni sebanyak 34 kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan
responden (56,7%), sedangkan responden yang kurang dapat meningkatkan risiko terhadap
memiliki lingkar lengan atas yang obesitas yakni penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
sebanyak 26 responden (43,3%). Hasil analisis meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif.
dengan uji chi square terkait faktor risiko lingkar Oleh karena itu, mempertahankan berat badan
lengan atas terhadap kejadian penyakit Diabetes normal memungkinkan seseorang dapat mencapai
Mellitus tipe 2 diperoleh nilai Odds Ratio (OR) usia harapan hidup yang lebih panjang. Penderita
yakni 3,923. Diabetes Mellitus adalah salah satu kelompok
penderita yang berisiko mengalami penurunan
indeks massa tubuh karena adanya gangguan
PEMBAHASAN metabolisme zat gizi. Indeks massa tubuh yang
tinggi merupakan salah satu faktor yang dapat
Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian meningkatkan kejadian diabetes tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 (Setyaningrum, 2017).
Menurut Gibney (2009) Indeks Massa
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu Tubuh (IMT) yang gemuk merupakan faktor
kelompok penyakit metabolik dengan risiko utama untuk terjadinya DM. Hubungannya
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena dengan DM tipe 2 sangat kompleks. Kegemukan
kelainan insulin, kerja insulin atau keduanya. dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin
Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit kronis (resisten insulin). Insulin berperan meningkatkan
yang terjadi baik ketika pankreas tidak ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh ini juga mengatur metabolisme karbohidrat,
tidak dapat secara efektif menggunakan insulin sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel,
yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon yang maka kadar gula di dalam darah juga dapat
mengatur gula darah. Hiperglikemia, atau mengalami gangguan (Roche, et al., 2005).
peningkatan gula darah, adalah efek umum dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMT
diabetes yang tidak terkontrol dan seiring waktu merupakan faktor risiko kejadian penyakit
menyebabkan kerusakan serius pada banyak Diabetes Mellitus tipe 2 pada pasien yang
sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah berkunjung di Puskesmas Wawotobi Kabupaten
(Zhu, 2020). Konawe tahun 2020. Orang yang memiliki IMT
Penyakit Diabetes Mellitus merupakan yang tergolong gemuk mempunyai risiko
salah satu penyakit tidak menular yang memiliki menderita DM tipe 2 yaitu 3,237 kali lebih besar
Irma, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) sebagai Penentu Diabetes … 229

dibandingkan dengan orang yang memiliki IMT dibandingkan dengan kelompok IMT normal
yang normal. Hasil penelitian juga menunjukkan (Trisnawati, 2013). Pada seorang dengan IMT
dari 60 kasus terdapat 36 responden (60,0%) normal tetapi memiliki kelainan metabolisme
yang memiliki indeks massa tubuh yang gemuk insulin yang diturunkan dari orangtua
dan menderita DM tipe 2. Hal ini menunjukkan kecenderungan pasti menderita DM, oleh sebab
bahwa orang yang gemuk terbukti merupakan itu seseorang perlu rutin untuk mengukur IMT.
salah satu penyebab atau merupakan faktor Pada kelompok kontrol (bukan penderita DM tipe
risiko terjadinya DM tipe 2. Berdasarkan hasil 2), hasil penelitian menunjukkan dari 60
wawancara dengan responden, responden masih responden terdapat 19 responden (31,7%) yang
mengandalkan sebagian besar dari konsumsi memiliki indeks massa tubuh gemuk.
makanan pada makanan pokok. Makanan pokok Berdasarkan hasil wawancara, responden
yang digunakan adalah beras, jagung, umbi juga masih mengandalkan sebagian besar dari
umbian (terutama singkong dan ubi jalar), dan konsumsi makanan pada makanan pokok dan
sagu. Dan pola makan yang tidak sehat seperti responden juga masih suka makan dimalam hari
kebiasaan responden yang masih suka makan khususnya makan makanan yang memiliki
dimalam hari khususnya makan makanan yang karbohidrat yang tinggi. Tapi dapat diketahui
memiliki karbohidrat yang tinggi seperti nasi seperti kondisi metabolisme insulin dari seseorang
putih menjadi salah satu faktor yang yang baik, walaupun kondisi tubuh berat badannya
menyebabkan responden mengalami kegemukan. termasuk gemuk tetapi karena metabolisme
Responden tidak dapat mengontrol asupan insulinnya baik, maka orang tersebut tidak akan
makanannya dengan cenderung mengonsumsi menderita DM. Hal ini terjadi karena walaupun
makanan yang tinggi kalori maupun tinggi lemak seseorang berada pada kategori kegemukan, tapi
disertai kurangnya aktifitas fisik sehingga secara metabolik sel-sel tubuh masih sensitif
berdampak pada peningkatan berat badan. dan terhadap insulin, maka orang tersebut tidak akan
sebagian besar responden selalu merasa bahwa mengalami DM (Kariadi, 2009).
dirinya sehat-sehat saja serta tidak merasa bahwa Pada kelompok kontrol (bukan penderita
mereka mengalami kegemukan. DM tipe 2), hasil penelitian menunjukkan dari 60
Kategori DM ini dilihat berdasarkan hasil responden terdapat 41 responden (68,3%) yang
pemeriksaan kadar gula dalam darah. Kadar gula memiliki indeks massa tubuh normal. Hal ini
sewaktu dikatakan DM jika >200mg/dL dan menunjukkan kecenderungan bahwa seseorang
kadar gula puasa dikatan DM jika >126mg/dL dengan IMT normal tidak menderita DM dengan
(Simatupang, 2020). Selanjutnya, hasil penelitian jumlah lebih banyak dibandingkan yang
pada responden menunjukkan dari 60 kasus menderita DM, ini menunjukkan bahwa dengan
terdapat 24 responden (40,0%) yang memiliki hasil pengukuran IMT kategori normal, sehingga
indeks massa tubuh yang normal dan menderita dapat dinyatakan memiliki berat badan yang
DM tipe 2. Hal ini terjadi karena tidak hanya ideal, dengan kondisi tersebut seseorang
kegemukan yang dapat menyebabkan terjadinya memiliki fungsi tubuh yang cenderung baik salah
penyakit DM, karena adanya penyebab lain yang satunya metabolisme insulin yang baik sehingga
dapat memengaruhi kejadian DM seperti pola berdampak tidak menderita DM. Dan fungsi
hidup dan faktor lainnya seperti riwayat keluarga. insulin ini bekerja menyerap kadar gula dalam
Hasil perhitungan OR menunjukan sel-sel tubuh sehingga DM tidak terjadi.
seseorang yang hasil IMT yang masuk kategori Penelitian ini sejalan dengan penelitian
obesitas perlu diwaspadai. Obesitas merupakan yang dilakukan oleh Haisa et al, (2019)
faktor risiko yang berperan penting terhadap menunjukkan ada hubungan indeks massa tubuh
penyakit Diabetes Mellitus. Orang dengan dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2.
obesitas memiliki masukan kalori yang berlebih. Proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 2,969 kali
Sel beta kelenjar pankreas akan mengalami lebih banyak pada mereka yang memiliki indeks
kelelahan dan tidak mampu untuk memproduksi massa tubuh gemuk dibandingkan dengan yang
insulin yang cukup untuk mengimbangi indeks massa tubuhnya normal.
kelebihan masukan kalori. Akibatnya kadar Hasil penelitian yang pernah dilakukan
glukosa darah akan tinggi yang akhirnya akan membuktikan bahwa ukuran antropometri yaitu
menjadi DM (Kaban, 2007). Indeks massa tubuh Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah merupakan
secara bersama-sama dengan variabel lainnya determinan terjadinya DM Tipe 2. Temuan
mempunyai hubungan obesitas mempunyai risiko penelitian ini dan beberapa penelitian
untuk menderita diabetes. Kelompok dengan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini
risiko diabetes terbesar adalah kelompok juga diperkuat oleh teori yang mengatakan bahwa
obesitas, dengan odds 7,14 kali lebih besar seseorang dengan IMT yang tergolong gemuk
230 Jurnal Kesehatan, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2022, hlm 225-232

atau obesitas dalam tubuhnya memiliki kadar lingkar lengan atas yang obesitas dan menderita
lemak atau kolesterol yang tinggi. Kondisi DM tipe 2. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar
obesitas atau kegemukan ini dapat meningkatkan lengan atas yang obesitas terbukti sebagai
asam lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam determinan terjadinya DM tipe 2. Hal ini
sel dan akan menyebabkan terjadinya retensi berkaitan dengan komposisi pada lingkar lengan
insulin sehingga berujung pada kejadian DM atas yang terdiri dari otot, lemak dan tulang,
Tipe 2. Peningkatan indeks masa tubuh sehingga memiliki lingkar lengan atas yang lebih
dipengaruhi oleh faktor gaya hidup seperti besar akan memiliki komposisi lemak yang lebih
kelebihan berat badan atau tidak berolahraga banyak yang dapat memengaruhi komposisi
sangat terkait dengan perkembangan diabetes tipe tubuh dan mengakibatkan obesitas. Keadaan ini
dua dan adanya pengaruh indeks massa tubuh didukung oleh karakteristik responden terkait
terhadap Diabetes Mellitus ini bisa disebabkan dengan usia responden rata-rata 50 keatas karena
oleh kurangnya aktifitas fisik serta tingginya pada usia ini terjadi penurunan metabolisme yang
konsumsi protein, karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh proses perubahan yang terjadi
merupakan faktor risiko dari obesitas. Kondisi seiring bertambahnya usia (Rantung, et al.,
tersebut dapat menyebabkan meningkatnya asam 2015). Hal ini sejalan dengan teori yang
lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. menjelaskan bahwa semakin bertambahnya usia
Peningkatan FFA ini akan menyebabkan maka metabolisme yang terjadi di dalam tubuh
menurunnya pengambilan glukosa kedalam mengalami penurunan kemudian akan terjadi
membran plasma, dan akan menyebabkan perubahan secara biologis yaitu menurunnya
terjadinya resistensi insulin pada jaringan otot fungsi dari otot-otot dan meningkatnya kadar
dan adipose. Terjadinya resistensi insulin lagi- lemak. Hal ini disebabkan persentase lemak
lagi akan berakhir dengan peningkatan kadar gula tubuh umumnya akan selalu meningkat seiring
dalam darah yang akan berakhir pada terjadinya dengan bertambahnya umur, terutama karena
Diabetes Mellitus, terutama Diabetes Mellitus berkurangnya aktivitas fisik.
Tipe 2 (de Graaf, et al., 2016). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
pada kelompok kontrol (bukan penderita DM tipe
Lingkar Lengan Atas (LilA) dan Kejadian 2), dari 60 responden terdapat 26 responden
Diabetes Mellitus Tipe 2 (43,3%) yang memiliki lingkar lengan atas yang
obesitas. Hal ini disebabkan karena pola hidup
Lingkar Lengan Atas (LiLA) merupakan dan kurangnya aktivitas fisik. Penurunan
salah satu indikator yang dapat digunakan untuk aktivitas fisik inilah yang menyebabkan massa
melihat status gizi. Pengukuran lingkar lengan lemak bertambah karena energi dari makanan
atas (LILA) menunjukkan tumbuh kembang disimpan sebagai lemak cadangan. Pada
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh kelompok kontrol (bukan penderita DM tipe 2),
banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan hasil penelitian menunjukkan dari 60 responden
dengan berat badan. Lingkar lengan atas terdapat 34 responden (56,7%) yang memiliki
merupakan gambaran keadaan jaringan otot dan lingkar lengan atas normal.
lapisan lemak subkutan (Candra, 2020). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Diketahui pada DM tipe 2 dengan hiperglikemia yang dilakukan oleh Devang (2016) yang
kronis dan defisiensi insulin akan terjadi mendapatkan hasil hubungan positif signifikan
peningkatan degradasi protein otot, terutama otot dengan kekuatan sedang (p-value>0,05 dan
rangka melalui dua jalur utama yaitu, jalur r=0,360) antara LiLA dengan kadar HbA1c pada
ubiquitin-proteasome pathway dan jalur orang dewasa. Hasil tersebut dapat
autophagy-lysosome (Wiyono, 2017). menyimpulkan bahwa LiLA pada orang dewasa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan obesitas dapat digunakan sebagai
lingkar lengan atas merupakan faktor risiko prediktor kadar HbA1c pada orang dewasa.
kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada Terlebih lagi LiLA berhubungan secara
pasien rawat jalan di Puskesmas Wawotobi signifikan dengan IMT dan lingkar perut,
Kabupaten Konawe tahun 2020. Orang yang menandakan bahwa LiLA dapat menjadi indeks
memiliki lingkar lengan atas yang tergolong alternatif untuk penanda obesitas dan
obesitas mempunyai risiko menderita Diabetes diasosiasikan dengan penyakit sindroma
Mellitus tipe 2 yaitu 3,923 kali lebih besar metabolik dan lemak visceral. Dan kondisi
dibandingkan dengan orang yang memiliki obesitas sekalipun berdasarkan ukuran
lingkar lengan atas yang normal. Hasil penelitian antropometri LilA juga menunjukkan indikasi
pada responden menunjukkan dari 60 kasus banyaknya kandungan lemak atau kolesterol
terdapat 45 responden (75,0%) yang memiliki dalam tubuh seseorang yang dapat menyebabkan
Irma, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) sebagai Penentu Diabetes … 231

gangguan pada sistem metabolisme seperti SIMPULAN


menurunnya pengambilan glukosa kedalam
membran plasma, dan akan menyebabkan Ukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
terjadinya resistensi insulin pada jaringan otot Lingkar Lengan Atas (LiLA) merupakan faktor
dan adipose. Terjadinya resistensi insulin lagi- penentu Diabetes Mellitus (DM) Tipe2 pada
lagi akan berakhir dengan peningkatan kadar gula masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
dalam darah yang akan berakhir pada terjadinya Wawotobi Kabupaten Konawe.
Diabetes Mellitus, terutama Diabetes Mellitus
Tipe 2.

DAFTAR PUSTAKA

Candra, A. (2020). Pemeriksaan Status Gizi. Keluarganya, dan Profesional Medis.


Semarang: Universitas Diponegoro. Bandung: Qanita.
http://eprints.undip.ac.id/80671/1/BUKU_ Khairani. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun
PEMERIKSAAN_STATUS_GIZI_KOMP 2018. Pusat Data Dan Informasi
LIT.pdf Kementrian Kesehatan RI.
de Graaf, C., Donnelly, D., Wootten, D., Lau, J., Kusumawati, D. S. (2016). Diabetes melitus (tipe
Sexton, P. M., Miller, L. J., Ahn, J. M., 2) pada usia produktif dan faktor-faktor
Liao, J., Fletcher, M. M., Yang, D., resiko yang mempengaruhinya (studi kasus
Brown, A. J. H., Zhou, C., Deng, J., & di RSUD dr. Soeroto Kabupaten
Wang, M. W. (2016). Glucagon-like Ngawi). Warta bhakti husada mulia:
peptide-1 and its class B G protein-coupled Jurnal Kesehatan, 3(1).
receptors: A long march to therapeutic http://jurnal.bhmm.ac.id/index.php/jurkes/
successes. Pharmacological Reviews, article/view/8
68(4), 954-1013. Rantung, J., Yetti, K., & Herawati, T. (2015).
https://doi.org/10.1124/pr.115.011395 Hubungan Self-Care Dengan Kualitas
Devang. (2016). Mid Arm Circumference: An Hidup Pasien Diabetes Mellitus (Dm) Di
Alternate Anthropometric Index of Obesity Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia)
in Type 2 Diabetes and Metabolic Cabang Cimahi. Jurnal Skolastik
Syndrome. Br J Med Med Res, 12(1), 1-8. Keperawatan, 1(01), 38-51.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. https://doi.org/10.35974/jsk.v1i01.17
(2017). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Rekam Medis Puskesmas Wawotobi. (2020).
Tahun 2018. Kementrian Kesehatan Laporan 10 Besar Penyakit dan Data
Republik Indonesia, 9(8), 76-88. Rekam Medis Puskesmas Wawtobi
Gibney, M. J. (2009). Gizi kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe.
masyarakat. Jakarta: EGC. Riset Kesehatan Dasar. (2018). Hasil Utama
Haisa, N., Buton, L. D., & Dode, H. (2019). Riset Kesehatan Dasar. Kementerian
Faktor Risiko Kejadian Penyakit Diabetes Kesehatan Republik Indonesia.
Mellitus Tipe Ii Di Puskesmas Benu- Roche, H. M., Phillips, C., & Gibney, M. J.
Benua Kecamatan Kendari Barat Kota (2005). The metabolic syndrome: the
Kendari. Miracle Journal of Public Health, crossroads of diet and genetics.
2(1), 77-90. https://journal.fikes- Proceedings of the Nutrition Society,
umw.ac.id/index.php/mjph/article/view/19 64(3), 371-377.
International Diabetes Federation. (2017). IDF https://doi.org/10.1079/pns2005445
Diabetes Atlas Eight Edition. International Setyaningrum, D. (2017). Hubungan Indeks
Diabetes Federation. Massa Tubuh (IMT) dengan Gula Darah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sewaktu (GDS) pada Penderita Diabetes
(2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Mellitus Tipe 2 di RSI Sultan Agung.
Dasar. Kementerian Kesehatan RI. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu
Kaban, S. (2007). Kaban, S., & Sarumpaet, S. M. Keperawatan, Universitas Islam Sultan
(2007). Diabetes Tipe 2 di Kota Sibolga Agung Semarang.
Tahun 2005. Majalah Kedokteran Simatupang, R. (2020). Pedoman Diet Penderita
Nusantara, 40(2), 119-128. Diabetes Melitus. Banten: Yayasan
Kariadi, S. (2009). Diabetes? Siapa Takut!! Pendidikan dan Sosial
Panduan Lengkap untuk Diabetisi, Trisnawati. (2013). Faktor risiko diabetes
232 Jurnal Kesehatan, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2022, hlm 225-232

mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di with a decision tree model. Diabetology
Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar and Metabolic Syndrome, 12(1), 1-13.
Selatan. Public Health and Preventive https://doi.org/10.1186/s13098-020-0517-8
Medicine Archive, 1(1), 69. Zhu, Y., Lin, Q., Zhang, Y., Deng, H., Hu, X.,
https://doi.org/10.15562/phpma.v1i1.164 Yang, X., & Yao, B. (2020). Mid-upper arm
Wiyono, S. (2017). Penilaian Status Gizi. circumference as a simple tool for
Kementerian Kesehatan RI. identifying central obesity and insulin
Zhou, Y. Y., Qiu, H. M., Yang, Y., & Han, Y. Y. resistance in type 2 diabetes. PLoS ONE,
(2020). Analysis of risk factors for carotid 15(5), 1-13.
intima-media thickness in patients with https://doi.org/10.1371/journal.pone.02313
type 2 diabetes mellitus in Western China 08
assessed by logistic regression combined

Anda mungkin juga menyukai