Anda di halaman 1dari 18

Makalah Seminar Journal Reading Pedodonsia

Topik: Caries and Preventive Dentistry

Judul:
“Perbandingan Tingkat Vitamin D pada Anak-Anak dengan Early Childhood Caries yang
Parah dan Anak tanpa Karies”

Disusun oleh:
Amatul Firdaustia Pratiwi 160112210049

Pembimbing:

drg. Eka Chemiawan, M.Kes., AIFO


drg. Syarifah Muthia Ulfa

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2022
DAFTAR IS

i
I

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................................2
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
BAB II Bahan dan Metode............................................................................................................................7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................................9
BAB IV SIMPULAN......................................................................................................................................17

1
DAFTAR GAMBAR

Grafik 1 Jumlah anak pada kelompok kasus dan kontrol terhadap rentang tingkat serum vitamin D........11
Grafik 2 Rata-rata tingkat vitamin D pada kelompok kasus dan kelompok kontrol...................................12
Grafik 3 Tingkat vitamin D pada kelompok kontrol..................................................................................13
Grafik 4 Tingkat vitamin D pada kelompok kasus menunjukkan hubungan antara tingkat vitamin D dan
nilai deft.....................................................................................................................................................13

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan data demografi kelompok kasus dan kelompok kontrol...........................................9


Tabel 2 Status deft dan tingkat vitamin D pada kelompok kasus...............................................................10
Tabel 3 Status dan tingkat vitamin D pada kelompok kontrol...................................................................11
Tabel 4 Perbandingan nilai rata-rata tingkat vitamin D antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.....12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Abstrak

Tujuan : Untuk membandingkan tingkat vitamin D pada anak dengan Severe Early
Childhood Caries (SECC) dan anak tanpa karies serta untuk menentukan hubungan antara
kekurangan vitamin D dan SECC.

Bahan dan Metode : Total sebanyak 30 anak pada masing-masing kelompok kasus
(dengan karies) dan kelompok kontrol (tanpa karies) dengan rentan usia 3-6 tahun dipilih dari
Department Pedodontik dan Preventif Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu Kedokteran Gigi,
Universitas SGT, Gurugram. Status karies anak dihitung dengan indeks deft. Sampel darah untuk
serum 25(OH) vitamin D diambil dari masing-masing anak. Semua data yang didapatkan
kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk tujuan analisis statistik.

Hasil : Kelompok kasus memiliki nilai rata-rata nilai serum vitamin D sebesar 12,19
ng/ml [Standar deviasi 4,37, ), 95% rentang interval kepercayaan 10,5-13,8] dan kelompok
kontrol memiliki rata-rata serum 25(OH) vitamin D sebesar 20,11 ng/mL [standar deviasi 4,12,
95% rentang interval kepercayaan 18,56-21,65]. Ketika rata-rata nilai serum 25(OH) vitamin D
dibandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol, terdapat perbedaan yang signifikan
(p-value 0,0001). Regresi simple linear pada kelompok kasus menunjukan korelasi terbalik yang
signifikan antara tingkat vitamin D dan SECC (p-value <0,0001).

Kesimpulan : Hasil kami menunjukan bahwa kekurangan vitamin D merupakan faktor


resiko baik untuk insiden karies gigi maupun keparahan karies pada anak.

Signifikansi klinis : kekurangan vitamin D merupakan faktor resiko yang dapat diubah
dari karies gigi pada anak. Untuk itu, dengan melengkapi kebutuhan vitamin D pada anak dan
mencegah kekurangan vitamin D, karies gigi dapat dicegah.

Kata kunci : penelitan kasus-kontrol, severe early childhood caries, kekurangan vitamin
D.

4
B. Pendahuluan

Early childhood caries didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih gigi berlubang (baik
lesi yang berkavitas atau tidak), kehilangan gigi (akibat karies), atau permukaan gigi sulung yang
ditambal pada anak usia ≤ 71 bulan.

Early childhood caries adalah masalah kesahatan masyarakat. Di daerah pedesaan India,
80% anak dan 60% orang dewasa mengalami karies gigi. Karies adalah penyakit infeksi kronis
dengan prevalensi paling umum pada anak, dan sulit untuk dikontrol dan dapat dimulai saat gigi
sulung mulai erupsi. Banyak faktor yang berperan pada perkembangan karies gigi, diantaranya
mikroorganisme, diet, kebersihan rongga mulut, kondisi medis, dan kekurangan nutrisi penting,
seperti vitamin D. Di dunia, 1 juta orang mengalami resiko kekurangann vitamin D dan vitamin
D memimiliki peran yang penting dalam penyerapan kalsium dan fosfat.

Interaksi 1,25-dihidroksi vitamin D dengan reseptor vitamin D meningkatkan efisiensi


penyerapan kalsium intestinal sebanyak 40% dan fosfat sebanyak 80%. Kekurangan vitamin D
didefinisikan dengan kondisi tingkat 25-hidroksivitamin D (25[OH] D) kurang dari 20 ng/mL.
Terdapat berbagai penyebab kekurangan vitamin D diantaranya penyakit bawaan seperti
obesitas, kulit gelap dan penyakit dapatan seperti sedikitnya cahaya matahari, obat-obatan, dan
malabsorbsi. Tingginya tingkat serum 25-hidroksi vitamin D [25(OH)D] di atas 30 nm//mL
berhubungan dengan meningkatnya kesehatan rongga mulut. Vitamin D juga menunjukkan peran
terkait imun, dalam menimbulkan formasi peptida antimikroba seperti cathelicidin dan defensins.

Konsentrasi peptida antimikroba dari saliva menunjukan perbedaan yang besar antar
individu, dengan perbedaan tingkat yang signifikan dari defensins saliva pada anak tanpa karies.
Tingkat sekresi dan kualitas saliva penting pada perkembangan karies dan proses remineralisasi.
Saliva adalah faktor utama untuk menjaga integritas gigi dan jaringan lunak pada rongga mulut.
Walaupun fakta bahwa kekurangan vitamin D dan SECC adalah kondisi yang umum terjadi di
dunia, sangat sedikit penelitian yang membuktikan hubungan antara kekurangan vitamin D
dengan SECC. Meskipun dengan pencarian literatur yang luas, tidak ditemukan penelitain di
India yang menentukan hubungan antara kekurangan vitamin D dengan SECC.

Untuk itu, terdapat kebutuhkan penelitian di India. Dengan latar belakang tersebut,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan tingkat vitamin D pada anak

5
dengan SECC dan anak tanpa karies dan menentukan hubungan kekurangan vitamin D dan
SECC.

6
BAB II
Bahan dan Metode

Penelitian case-control ini diadakan di Department Pedodontik dan Preventif Kedokteran


Gigi, berkolaborasi dengan Departemen Pediatrik, Universitas SGT, Budhera, Gurugram,
Harayana, India. Terdapat dua kelompok dengan masing-masing terdiri dari 30 anak pada
penelitian ini, kemudian diklasifikasikan di menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol;
distribusi kelompok anak tersebut adalah sebagai berikut.

Kelompok kasus: kelompok ini terdiri dari 30 anak dengan rentan usia antara 3-6 tahun
dengan gigi berlubang yang multiple yang dipilih dari pasien rawat jalan Department Pedodontik
dan Preventif Kedokteran Gigi, Sekolah Kedokteran Gigi SGT, Budhera, Gurugram, Harayana,
India. Kelompok kontrol: kelompok kontrol terdiri dari 30 anak dengan rentan usia antara 3-6
tahun tanpa gigi berlubang yang dipilih dari pasien rawat jalan Departemen Pediatrik, Rumah
Sakit SGT, Budhera, Gurugram, Harayana, India.

Kriteria inklusi untuk kelompok kasus: 1. Anak yang sehat berusia antara 3-6 tahun tanpa
adanya penyakit medis kronis. 2. Terdapat patologi SECC

Kriteria inklusi untuk kelompok kontrol: 1. Anak yang sehat berusia 3-6 tahun tanpa
penyakit medis kronis. 2. Pasien yang tidak menunjukkan adanya lesi kavitas pada saat
pemeriksaan visual (deft 0). Karena semua pasien dipilih dadri Universitas SGT, pasien memiliki
status sosio-ekonomi yang sama. Untuk masing-masing kasus pada kelompok kasus dan kontrol,
dikumpulkan data-data berikut.

Berkaitan dengan status gigi berlubang: pemeriksaan rongga mulut pada masing-masing
anak dilakukan untuk mencatat jumlah total deft. Pemeriksaan semua anak pada kedua grup
dilakukan oleh investigator dengan cahaya yang sesuai dan dengan bantuan probe atau eksplorer
dan kaca mulut setelah mengeringkan gigi. Status karies anak dicatat dengan indeks deft.

Status karies gigi untuk kedua grup tercatat dalam proforma terlampir. Sebuah kuisioner
disiapkan untuk menentukan Riwayat medis anak, kesehatan rongga mulut, kebiasaan makan,
kesehatan rongga mulut orang tua, dan status sosio-ekonomi, dan diisi oleh orangtua anak dari
kedua kelompok baik kelompok kasus maupun kontrol. Sampel darah vena (sekitar 2,5 mL)
diperoleh setelah meminta persetujuan orangtua, oleh teknisi dari laboratorium patologi klinis

7
untuk estimasi dari serum 25(OH) vitamin D. semua data yang didapatkan kemudian
dikumpulkan dan digunakan untuk analisis statistic dengan rata-rata, t-test berpasangan, dan
regresi linear simple, dan himpunan hasil selesai.

8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Sebanyak 60 anak mengikuti penelitian ini dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30
anak dengan SECC (kelompok kasus) dan 30 anak tanpa karies (kelompok kontrol).
Perbandingan profil demografi dari kelompok kasus dan kontrol telah dilakukan. Kedua grup
menunjukan tidak ada perbedaan pada usia dan rasio laki-laki/perempuan (Tabel 1). Usia, jenis
kelamin, nilai deft, dan tingkat serum 25(OH) vitamin D pada kelompok kasus dikumpulkan.

Tabel 1 Perbandingan data demografi kelompok kasus dan kelompok kontrol

Pada kelompok kasus, 29 anak memiliki nilai serum yang berada pada rentan kekurangan
(<20 ng/mL), dan hanya satu yang berada pada rentan cukup (>20 ng/mL) (Tabel 2).

9
Tabel 2 Status deft dan tingkat vitamin D pada kelompok kasus

Usia, jenis kelamin, nilai deft, dan tingkat serum 25(OH) vitamin D pada kelompok
kontrol dikumpulkan. Pada kelompok kontrol, 13 anak memiliki nilai serum 25(OH) vitamin D
pada rentan kekurangan (<20 ng/mL), sedangkan 17 anak memiliki nilai yang berada pada rentan
cukup (>20 ng/mL) (Tabel 3 dan Grafik1).

10
Tabel 3 Status dan tingkat vitamin D pada kelompok kontrol

Grafik 1 Jumlah anak pada kelompok kasus dan kontrol terhadap rentang tingkat serum
vitamin D

Perbandingan tingkat vitamin D antara kelompok kasus dan kontrol sudah dilakukan.
Perbandingan rata-rata tingkat vitamin D antara kelompok kasus dan kelompok kontrol juga
sudah dilakukan. Kelompok kasus memiliki nilai rata-rata serum 25(OH) vitamin D sebesar
12,19 ng/mL (Standar deviasi 4,37, ), 95% rentang interval kepercayaan 10,5-13,8) dan

11
kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata serum 25(OH) vitamin Dm sebesar 20,11 ng/mL
(standar deviasi 4,12, 95% rentang interval kepercayaan 18,56-21,65) (Tabel 4).

Tabel 4 Perbandingan nilai rata-rata tingkat vitamin D antara kelompok kasus dan
kelompok kontrol

Grafik 2 Rata-rata tingkat vitamin D pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Nilai rata-rata serum 25(OH) vitamin D kemudian dibandingkan antara kelompok kasus
dan kelompok kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan secara statistic dengan p-value
<0,0001 (t-value 7,2005) (Grafik 2). Hubungan antara kekurangan vitamin D dan SECC juga
dilakukan. Tidak ada kecendurungan tertentu dari tingkat vitamin D pada anak-anak tanpa karies.

Hal ini terlihat sebagai suatu sifat dan garis kecendurungan hampir sejajar kadar vitamin
D yang diplot dengan nilai deft 0 pada setiap anak di kelompok kontrol (Grafik 3). Hubungan
antara tingkat vitamin D dan nilai deft dianalisis dengan regresi linear simple. Hasilnya
menunjukkan hubungan terbalik yang signifikan secara statistik antara tingkat vitamin D dan
SECC (p-value < 0,0001) (Grafik 4).

12
Grafik 3 Tingkat vitamin D pada kelompok kontrol

Grafik 4 Tingkat vitamin D pada kelompok kasus menunjukkan hubungan antara tingkat
vitamin D dan nilai deft

B. Pembahasan

Vitamin D memiliki peran yang penting untuk kesehatan rongga mulut dengan berbagai
mekanisme. Mellanby dan Pattison merupakan yang investigator pertama yang menemukan
hubungan antara vitamin D dan karies gigi. vitamin D membantu penyerapan kalsium dan fosfat
dalam usus dan baik kalsium maupun fosfat membantu mineralisasi gigi. kekurangan vitamin D
intra uterin ditemukan memiliki hubungan dengan enamel hipoplasia karena metabolik yang
merusak ameloblast. Enamel hipoplasia dihasilkan dari amelogenesis defektif dan secara klinis
didiagnosis dengan hilangnya enamel dengan adanya lubang, alur atau enamel yang ireguler.

13
Defek ini meningkatkan resiko kolonisasi awal dari bakteri kariogenik, dan menghasilkan
karies. Vitamin D juga memiiliki fungsi imunologik. Vitamin D dapat menimbulkan ekspresi
protein antimikroba seperti cathelicidin dan defensins. Defensins dan cathelicidin memiliki
banyak aktivitas antimikroba terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif dan Candida
albicans dan secara in vitro melawan mikroorganisme rongga mulut seperti Streptococcus
mutans, Porphyromonas gingivalis dan Actinobacilus actinomycetemcomitans. Vitamin D
mencegah infeksi dengan meregulasi proliferasi sel B dan produksi immunoglobulin. Vitamin D
penting untuk pemeliharaan dan pemanfaatan kumpulan kalsium tertentu yang dibutuhkan cairan
normal dan elektrolit saliva dari kelenjar parotid. Rendahnya tingkat aliran saliva dan tingginya
viskositas berhubungan dengan tingginya resiko karies gigi. berbagai faktor perlindungan karies,
seperti kalsium, fosfat inorganic, zat peningkat pH, dan agen antimikroba berada pada saliva.
Untuk itu, kekurangan vitamin D merupakan faktor lingkungan yang penting dalam predesposisi
karies gigi.

Kekurangan vitamin D didefinisikan dengan tingkat serum dari 25(OH)D kurang dari 20
ng/dL dan disebut sebagai kekurangan nutrisi yang paling umum. Meskipun mayoritas populasi
di India tinggal di area yang menerima sinar matahari yang adekuat sepanjang tahun, namun
kekurangan vitamin D memiliki prevelensi yang tinggi pada semua kelompok usia dan pada
kedua gender di seluruh negara. Prevalensi kekurangan vitamin D sebesar 50-90% di anak benua
India dan diakibatkan karena rendahnya konsumsi kalsium disertai warna kulit yang gelap dan
kebiasaan hidup di dalam ruangan. Kekurangan vitamin D diakibatkan oleh beberapa alasan
seperti rendahnya asupan makanan, penurunan sintesis kulit (karena praktik sosial-agama di
Burkha, perubahan musim, ketakutan akan kanker akibat sinar matahari, menjaga anak tetap di
dalam ruangan, pigmentasi yang gelap pada kulit), tingkat pemberian ASI eksklusif yang tinggi,
kekurangan vitamin D pada ibu. Pada penelitian ini, kami menemukan perbedaan yang signifikan
secara statistik rata-rata tingkat vitamin D pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Pada seluruh sampel baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol, 70% anak
mengalami kekurangan vitamin D dan prevalensi kekurangan vitamin D (tingkat<20 ng/mL)
pada anak dengan SECC ditemukan sebesar 97%. Brown et al juga menetapkan prevalensi
kekurangan vitamin D pada anak dengan karies gigi dan mengkonfirmasi tingginya proporsi
anak di bawah 5 tahun, menunjukan adanya karies gigi, mengalami kekurangan vitamin D.

14
Pada penelitian kami, prevalensi yang ditemukan lebih besar, tetapi tingginya prevalensi
ini dapat dikarenakan fakta bahwa penelitain sebelumnya yang sudah dilakukan pada populasi
Kaukasoid dengan kulit yang putih dan lebih banyak konversi kolesterol menjadi vitamin D pada
kulit dibandingkan dengan kulit hitam (di India) dimana penurunan konversi terjadi. Schroth et al
melakukan percobaan yang membandingkan perbedaan tingkat vitamin D pada anak dengan
SECC dan tanpa SECC.

Angka prevalensi total kekurangan vitamin D ditemukan sebesar 84%. Perbedaan ini
ditemukan signifikan secara statistic. Anak dengan SECC memiliki konsentrasi yang lebih
rendah dari 25(OH)D (52.9 ± 15.1 vs 64.4 ± 21.3 nmol/L, p = 0.032) dan memiliki peluang dua
kali lipat untuk memiliki tingkat yang tidak memadai (<75 nmil/L). Penelitian kami
menunjukkan nilai masing-masing pada kelompok anak dengan SECC sebesar 12,19 ng/mL dan
20,11 ng/mL pada kempok kontrol tanpa karies.

Analisis regresi multiple Schroth et al menunjukkan SECC, rendahnya konsumsi susu,


dan musim dingin memiliki hubungan yang signifikan dengan rendahnya konsentrasi 25(OH)D.
pada penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat vitamin D dan SECC (p-
value 0,0001) juga ditemukan. Hal ini menandakan anak dengan tingkat serum vitamin D yang
rendah memiliki karies gigi yang parah yang dinilai dengan nilai deft.

Untuk itu, vitamin D berhubungan secara negative dengan karies gigi. pencarian literatur
menunjukkan terdapat penelitian yang menunjukkan hubungan yang ku at dari rendahnya
vitamin D dan keparahan karies gigi, dan beberapa penelitian tidak menunjukkan adanya
hubungan. Meningkatnya tingkat serum vitamin D berhubungan dengan parameter kesehatan
gigi yang lebh baik. Schroth et al menganalisis hubungan antara status vitamin D dan karies gigi
dan menemukan terdapat hubungan antara karies dengan rendahnya serum vitamin D.

Zhan et al mengenai hubungan antara konsentrasi serum vitamin D dan insidensi


kehilangan gigi dan status karies menunjukkan tingkat serum vitamin D berbanding terbalik
dengan insidensi kehilangan gigi. Dudding et al menemukan tidak ada bukti adanya efek
penyebab terbalik dari vitamin D pada karies gigi, tetapi mereka menemukan hubungan
rendahnya vitamin D dan timbulnya karies dini.

15
Herzong et al menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat vitamin D
dan pengalaman karies. Pada penelitian ini, terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik
antara rata-rata tingkat vitamin D pada anak dengan SECC dan anak tanpa karies. Hubungan
yang signifikan antara tingkat vitamin D dan SECC juga ditemukan. Bagaimana pun, penelitian
ini memiliki keterbatasan.

Penelitian ini merupaka penelitain single-center dengan sampel yang kecil. Untuk itu,
dibutuhkan penelitian multicenter dengan sampel yang besar. Tetapi penelitian kami, yang
merupakan penelitain pertama di India mengenai topik ini. Keterbatasan lainnya adalah
penelitian kami merupakan penelitian cross sectional dan karena itu, penelitian prospektif
dibutuhkan untuk melihat efek manfaat dari suplemen vitamin D untuk menurunkan insidensi
dan keparahan karies gigi pada anak.

16
BAB IV
SIMPULAN

Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang penting pada anak yang mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan kualitas hidup. Terdapat faktor resiko baru yang sedang
diidentifikasi seperti kekurangan vitamin D yang yang mempengaruhi gigi karies dengan
beberapa mekanisme. Terdapat penelitian case-control untuk menentukan hhubungan antara
tingkat vitamin D dan karies gigi pada anak, tetapi belum ada yang dilakukan di India, meskipun
kekurangan vitamin D memiliki prevalensi yang tinggi pada populasi India.

Hasil penelitian kami menunjukkan kekurangan vitamin D adalah faktor resiko yang
penting baik untuk insidensi karies gigi maupun keparahannya pada anak. Di India yang
meskipun mendapat sinar matahari yang cukup, kekurangan vitamin D memiliki prevalensi yang
tinggi, vitamin D merupakan faktor resiko yang penting dan dapat diubah. Untuk itu, dengan
memberikan vitamin D tambahan pada anak dan mencegah kekurangan vitamin D, karies gigi
dapat dicegah.

Hal ini dapat menurunkan angka karies gigi dan membantu pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak di India.

17

Anda mungkin juga menyukai