PEMBIMBING :
OLEH :
RSPAL DR RAMELAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Judul tinjauan pustaka “Peran Vitamin dan Mikronutrisi pada Anak” telah
diperiksa, dipresentasikan, dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSPAL dr. Ramelan, Surabaya.
Mengetahui,
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, serta petunjuk-Nya sehingga saya
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan referat ini yang berjudul “Peran
Vitamin dan Mikronutrisi pada Anak”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat kepaniteraan klinik dokter muda di bagian Ilmu Kesehatan Anak di
Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
Saya menyadari bahwa tugas referat ini jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saya harapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas referat ini.
Saya berharap tugas referat ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Vitamin dan Mikronutrisi.........................................................................2
2.1.1 Deskripsi.......................................................................................2
2.1.2 Epidemiologi Defisiensi Mikronutrisi..........................................2
2.1.3 Penyebab Defisiensi Mikronutrisi.................................................2
2.1.4 Permasalahan Akibat Defisiensi Mikronutrisi..............................3
2.1.5 Macam-macam Mikronutrisi.........................................................5
2.1.5.1 Besi (Fe)........................................................................................5
2.1.5.2 Yodium..........................................................................................6
2.1.5.3 Zinc...............................................................................................7
2.1.5.4 Folat..............................................................................................7
2.1.5.5 Selenium........................................................................................8
2.1.5.6 Vitamin A......................................................................................8
2.1.5.7 Vitamin D......................................................................................9
2.1.5.8 Vitamin E......................................................................................9
2.1.6 Pencegahan Defisiensi Malnutrisi...............................................11
2.1.7 ...........Upaya UNICEF dalam Mensukseskan Strategi Pencegahan
Defisiensi Mikronutrien..............................................................12
BAB III KESIMPULAN........................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2
berkontribusi terhadap penyebab langsung yaitu kerawanan pangan, perawatan
atau feeding yang tidak adekuat, serta lingkungan tidak sehat dengan akses ke
pelayanan kesehatan yang tidak adekuat.
3
Gambar 2.1.
4
Faktor-faktor yang mendasari, seperti perawatan yang inadekuat dan
lingkungan rumah tidak sehat, seperti sanitasi yang buruk dan air minum yang
tidak bersih, juga mengganggu intake makanan dan meningkatkan infeksi.
Populasi yang paling rawan adalah wanita dan anak-anak, terutama dalam
masa-masa kritis 1000 hari periode perkembangan dari kehamilan hingga usia
2 tahun.6
Gambar 2.2
The conceptual framework for the cycle of micronutrient inadequacies across the
life span.
5
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 25% dari
populasi (1,62 miliar orang; CI 1,50-1,74 miliar menderita anemia).
Anak prasekolah (47,4%) dan wanita hamil (41,8%) memiliki
prevalensi tertinggi secara keseluruhan. Afrika (67,6 dan 57,1%) dan
Asia Tenggara (65,5 dan 48,2%).
Anemia selama masa kehamilan dapat meningkatkan resiko kematian
Ibu dan perinatal, serta melahirkan bayi BBLR.
Anak-anak yang lahir dari ibu yang kurang zat besi lebih cenderung
memiliki cadangan besi yang rendah, menderita gangguan
perkembangan fisik dan kognitif, dan memiliki sistem kekebalan tubuh
yang kurang optimal
Pemberian suplemen besi dan asam folat direkomendasikan pada ibu
hamil untuk mengurangi anemia serta pada wanita masa reproduksi
untuk meningkatkan status zat besi
Fortifikasi tepung dengan zat besi dan asam folat diakui sebagai salah
satu intervensi yang paling efektif dan murah
Pemberian zat besi mampu mencegah anak mengalami defisiensi besi
sehingga mampu membantu meningkatkan kempuan belajar dan
perkembangan kognitif. 2,4
2.1.5.2 Yodium
Merupakan mineral paling penting yang dibutuhkan janin dalam
perkembangan otak dan kognitif.
Sekitar 60% dari total tubuh yodium disimpan di kelenjar tiroid.
Hormon tiroid diperlukan untuk pengaturan manusia pertumbuhan dan
perkembangan. Hormon tiroid sangat penting untuk dan pertumbuhan
optimal janin dan perkembangan sistem saraf pusat postnatal.
Hipotiroidisme dapat terjadi pada individu ketika asupan makanan
lebih rendah dari 10-20 μg setiap hari, dan sering disertai dengan
gondok.
Defisiensi yodium ibu, terutama terjadi selama awal kehamilan, dapat
menyebabkan komplikasi neurologis ireversibel dan keterbelakangan
6
mental pada keturunan yang dimaksud sebagai gangguan defisiensi
yodium (IDD).
IDD termasuk goiter, gangguan fungsi mental, dan hipo- atau
hipertiroidisme. Pada bentuk yang paling parah, defisiensi iodium
dalam uterus menyebabkan kretinisme
Sekitar 18.000.000 bayi yang lahir dengan gangguan mental dapat
disebabkan karena ibu saat masa kehamilan mengalami defisiensi
yodium. Sedangkan sekitar 38.000.000 bayi lahir dengan resiko
defisiensi yodium
WHO mendefinisikan kekurangan yodium pada anak-anak dan orang
dewasa sebagai median konsentrasi yodium urin <100 μg / l.
Fortifikasi garam dengan yodium merupakan intervensi gizi yang
paling berhasil sampai saat ini 71% rumah tangga telah menggunakan
garam beryodium
Iodisasi garam mampu meningkatkan nilai IQ anak, hal terjadi
sebaliknya pada anak dengan defisiensi yodium.2,7
2.1.5.3 Zinc
Berpengaruh terhadap kekebalan, resistensi terhadap infeksi,
pertumbuhan, serta perkembangan system syaraf.
17.3% penduduk di dunia beresiko mengalami defisiensi zink karena
ketidakcukupan nutrisi dalam makanan , dengan perkiraan tertinggi di
Afrika (23,9%) dan Asia (19,4%).
Wanita hamil dan anak-anak mereka adalah kelompok yang paling
berisiko terkena defisensi Zinc
Pemberian suplemen zinc mampu mengurangi insidensi kelahiran
premature, sebagai salah satu pilar dalam tatalaksana diare, dan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan, serta berpengaruh
dalam kenaikan BB bayi dan anak.
Saat ini, WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian suplemen
seng selama 10-14 hari dengan terapi rehidrasi oral untuk diare akut;
namun, tidak ada rekomendasi suplemen rutin 2,3,4
7
2.1.5.4 Folat
Mikronutrisi yang penting pada awal pertumbuhan dan perkembangan
otak, sumsum tulang belakang, dan skull bayi
Kekurangan folat menyebabkan anemia megaloblastik atau makrositik
dan meningkatkan kemungkinan kehamilan dengan neural tube
defect. Kekurangan folat dalam kehamilan juga dikaitkan dengan berat
lahir rendah, kelahiran prematur, dan retardasi pertumbuhan janin.
Fortifikasi makanan dengan folat seperti pada tepung terigu
merupakan intervensi efektif yang mampu mengurangi kecacatan bayi
saat lahir, morbiditas, maupun mortalitas pada newborn. 2,3,8
2.1.5.5 Selenium
Mineral yang penting meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang kecil
Selenium kemudian Bersama protein akan menghasilkan
selenoprotein yang penting dalam enzim glutathione peroksidase yang
berguna dalam perlindungan terhadap jaringan.3
2.1.5.6 Vitamin A
Diperlukan dalam memelihara kesehatan mata serta kekebalan tubuh
anak.
Defisiensi vitamin A pada anak dapat meningkatkan resiko kebutaan
serta infeksi seperti campak maupun diare, dan merupakan penyebab
utama penyebab morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang
dunia, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara..
Defisiensi Vitamin A (VAD) menyebabkan xerophthalmia,
serangkaian manifestasi okuler seperti rabun senja, bintik-bintik Bitot,
dan ulserasi atau lesi kornea.
1 dari 3 anak usia pra-sekolah serta 1 dari 6 Ibu hamil mengalami
defisiensi vitamin A karena asupan vitamin A yang kurang.
WHO memperkirakan 250-500 juta anak-anak buta karena VAD, dan
setengah dari anak-anak ini akan mengalami kehilangan penglihatan.
VAD juga umum terjadi pada kehamilan di negara dengan
berpenghasilan rendah perkiraan mulai dari 10- 20%.
8
Pemberian vitamin A pada anak usia 6 – 59 bulan terbukti efektif
dalam menurunkan resiko defisiensi vitamin A. 2,3,4
2.1.5.7 Vitamin D
Vitamin yang juga berperan peran penting dalam perkembangan dan
fungsi otak dan jika kekurangan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan potensi pengembangan bayi dan anak-anak.
Meta-analisis suplementasi vitamin D selama kehamilan secara
signifikan menyebabkan mengurangi risiko BBLR
Berdasarkan penelitian Cochrane, 20xx tentang suplementasi vitamin
D pada kehamilan melaporkan berat bayi lahir yang Ibu saat hamil
diberikan suplemen, lebih besar dibandingkan dengan kelompok
nonsupplemented
Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan peningkatan resiko
terjadinya Osteomalacia dan penyakit rikets.
2.1.5.8 Vitamin E
Bentuk aktif vitamin E yakni α-tocopherol, bersama dengan vitamin A
serta asam askorbat berfungsi sebagai anti-oksidan
Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E yakni minyak
nabati, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, serta sereal.
Defisiensi vitamin E biasanya banyak terdapat pada bayi BBLR dan
prematur. Selain itu defisiensi vitamin E dapat meningkatkan seorang
bayi terkena Necrotizing Enterocolitis biasanya terjadi pada bayi
BBLR dimana adanya peradangan pada dinding intestinal. 2,3
9
Mikronutrien Peran terhadap Fungsi Otak Efek Defisiensi terhadap Kemampuan
Kognitif
Vitamin B Menyebarkan impuls saraf Depresi
Thiamin, Mempertahankan potensial Memori episodik dan kemampuan
folate, vitamin membran saraf berbahasa
B-12 Membantu konduksi saraf
Mempertahankan integritas
selubung myelin
Iron Perkembangan Gangguan memori dan pembelajaran
oligodendrosit (sel otak Berkurangnya nilai kognitif dan
yang memproduksi myelin) perkembangan motorik
Kofaktor untuk beberapa Perubahan perkembangan emosional
enzim yang mensintesis sosial
neurotransmitter Gangguan perkembangan kognitif
Iodine Proliferasi neuroseluler, Nilai IQ yang rendah
pembentukan sinaps dan Kemampuan kognitif, pengetahuan
dendrit verbal, penalaran abstrak verbal dan
non-verbal, persepsi visual-spasial,
dan fungsi eksekutif yang buruk
Gangguan koordinasi dan
pendengaran
Zinc Berperan dalam sistem Defisit dalam perhatian, pembelajaran,
saraf pusat memori, dan perilaku neuropsikologi
Zinc-dependent
neurotransmitter berperan
dalam kemampuan memori
Tabel 2.1
10
2.1.6 Pencegahan Defisiensi Malnutrisi
Diversifikasi Diet
Suplementasi
Program suplementasi menyediakan beberapa mikronutrien tertentu
yang tidak tersedia dalam menu diet sehari-hari. Suplementasi sangat
penting khusunya saat tubuh membutuhkan intake mikronutrisi yang tinggi
misalnya pada masa kehamilan, diberikan suplemen besi dan asam folat,
yang diharapkan dapat menurunkan resiko bayi BBLR, Anemia maternal,
dan anemia defisiensi besi.
Fortifikasi Masal
Merupakan proses menambahkan mikronutrisi kedalam makanan atau
kondimen yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari, yakni berupa
tepur, gula, garam, dan minyak goreng. Program ini benar-benar sangat
efektif dalam mencegah terjadinya defisiensi mikronutrien yang dapat
dijangkau dengan biaya yang murah. Program Iodisasi garam dan fortifikasi
tepung (dengan zat besi) yang digunakan secara universal telah sukses di
banyak negara.
Home Fortification
Bentuk dari program diatas yakni menyediakan mikronutrien dalam
bentuk bubuk yang dapat ditaburkan pada makanan tambahan yang
dikonsumsi oleh anak-anak saat di rumah. Secara signifikan hal tersebut
mampu memperbaiki kualitas diet dari makanan yang dikonsumsi oleh
11
anak-anak dari usia 6 bulan – 2 tahun atau lebih, tanpa membutuhkan
perubahan besar dalam menu diet sehari-hari.9
12
folat. Serta memastikan, fortifikasi makanan tersebut mampu mencapai
khalayak luas.
Sebagai bagian dari Food Fortification Initiatove Executive
Management Team, UNICEF ikut serta dalam strategi global dari industry
fortifikasi meliputi, tepung, gandum, tepung maizena, dan nasi
Mendukung program Home Fortification
UNICEF Bersama-sama mengetuai Home Fortification Technical
Advisory Group, yakni jaringan global yang ditugaskan dalam penyediaan
dan pelaksanaan program Home Fortification yang efektif. 9
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, R. L., West Jr., K. P., & Black, R. E. (2015). Like poverty, undernutrition
and micronutrient deficiencies often occur as part of an intergenerational
cycle: The Epidemiology of Global Micronutrient Deficiencies. National
Institutes of Health (NIH)., 66(suppl 2), 22–33.
https://doi.org/10.1159/000371618
Deficiencies, M., Faisal, A., & Zulfiqar, S. (2015). 3.2 Micronutrient Deficiencies
in Children, 113, 147–151. https://doi.org/10.1159/000375276
15