Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

ILMU KESEHATAN ANAK

“PERAN VITAMIN DAN MIKRONUTRISI PADA ANAK”

PEMBIMBING :

dr. Fadjar Aribowo, Sp.A

OLEH :

Shofia Marisaningrum S. A. (20170420338)

Ratih Kumala Sari (20190420030)

Saraswati Taufani (20190420173)

Sekar Ayu Wulandari (20190420174)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RSPAL DR RAMELAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2020
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT

PERAN VITAMIN DAN MIKRONUTRISI


PADA ANAK

Judul tinjauan pustaka “Peran Vitamin dan Mikronutrisi pada Anak” telah
diperiksa, dipresentasikan, dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSPAL dr. Ramelan, Surabaya.

Surabaya, Juni 2020

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Fadjar Aribowo, Sp.A

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, serta petunjuk-Nya sehingga saya
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan referat ini yang berjudul “Peran
Vitamin dan Mikronutrisi pada Anak”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat kepaniteraan klinik dokter muda di bagian Ilmu Kesehatan Anak di
Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.

Penyusun telah banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak, sehingga


dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Fadjar
Aribowo, Sp.A selaku dokter pembimbing tugas referat ini dan semua pihak lain
yang telah memberikan bantuan sehingga tugas ini terselesaikan.

Saya menyadari bahwa tugas referat ini jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saya harapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas referat ini.

Saya berharap tugas referat ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.

Surabaya, Juni 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Vitamin dan Mikronutrisi.........................................................................2
2.1.1 Deskripsi.......................................................................................2
2.1.2 Epidemiologi Defisiensi Mikronutrisi..........................................2
2.1.3 Penyebab Defisiensi Mikronutrisi.................................................2
2.1.4 Permasalahan Akibat Defisiensi Mikronutrisi..............................3
2.1.5 Macam-macam Mikronutrisi.........................................................5
2.1.5.1 Besi (Fe)........................................................................................5
2.1.5.2 Yodium..........................................................................................6
2.1.5.3 Zinc...............................................................................................7
2.1.5.4 Folat..............................................................................................7
2.1.5.5 Selenium........................................................................................8
2.1.5.6 Vitamin A......................................................................................8
2.1.5.7 Vitamin D......................................................................................9
2.1.5.8 Vitamin E......................................................................................9
2.1.6 Pencegahan Defisiensi Malnutrisi...............................................11
2.1.7 ...........Upaya UNICEF dalam Mensukseskan Strategi Pencegahan
Defisiensi Mikronutrien..............................................................12
BAB III KESIMPULAN........................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Masa depan seorang anak dalam suatu masyarakat bergantung pada


keoptimalan dalam proses tumbuh kembang yang dapat dicapai. Terdapat 4 faktor
resiko dalam perkembangan anak, yakni Kemiskinan (berkaitan dengan
pemenuhan nutrisi dalam meningkatkan perkembangan anak), Stunting, defisiensi
iodine, Anemia defisiensi besi, serta Ibu yang kurang gizi selama masa kehamilan.
Sehingga, penting untuk mengatasi factor resiko tersebut untuk mendukun
perkembangan yang optimal pada anak sedini mungkin.1,2

Kurangnya nutrisi pada Ibu maupun Anak dapat mempengaruhi


perkembangan otak anak. Perkembangan otak anak sangat diperuhi dengan
kecukupan gizi dari masa prakonsepsi hingga masa awal kehamilan yakni
terbentuknya sel saraf hingga selubung saraf yang membutuhkan waktu selama
21-28 hari setelah pembuahan. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan otak
sangat pesat di trimester akhir kehamilan dan di usia 2 tahun pertama kehidupan.
Sehingga dibutuhkan diet dengan memberikan nutrisi yang cukup.

Kurangnya gizi pada Ibu selama masa kehamilan dapat menyebabkan


lahirnya bayi BBLR maupun bayi KMK. Bayi BBLR dan prematur memiliki
resiko besar untuk seorang anak memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata,
masalh perilaku saat usia sekolah baik disertai maupun tidak disertai adanya
deficit neurologis yang jelas. Oleh karena itu, intervensi dalam pemenuhan nutrisi
ditargetkan pada masa peri-konsepsional dan selama masa kehamilan.1,3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin dan Mikronutrisi


2.1.1 Deskripsi

Mikronutrien dalam makanan sering disebut sebagai vitamin dan mineral.


Kedua zat ini meskipun diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil namun
sangat penting untuk pencegahan perkembangan penyakit. Mikronutrien tidak
dihasilkan oleh tubuh melainkan diperoleh melalui diet.4

2.1.2 Epidemiologi Defisiensi Mikronutrisi

Kekurangan mikronutrien, misalnya zat besi, yodium, vitamin A, asam


folat dan zink, dapat dapat memberikan dampak besar dalam proses tumbuh
kembang anak.

Setidaknya setengah dari anak di seluruh dunia, yang berkisar


2.000.000.000 anak dari usia 6 bulan hingga 5 tahun mengalami defisiensi satu
atau lebih mikronutrien 4

2.1.3 Penyebab Defisiensi Mikronutrisi

Defisiensi mikronutrien merupakan salah satu bentuk undernutrition


(kurang gizi). Bentuk lain dari kurang gizi lebih mudah terlihat, sehingga
defisiensi mikronutrien sering disebut sebagai hidden hunger. Pada tingkat
dasar, defisiensi nutrien terjadi karena intake yang tidak mencukupi atau intake
yang mencukupi dikombinasikan dengan gangguan absorbs karena infeksi,
penyakit, atau inflamasi.

Pada bayi, defisiensi mikronutrien dapat terjadi akibat defisiensi


mikronutrien pada maternal. Penyebab langsung dari kurang gizi merupakan
hal yang kompleks seperti diketahui dari UNICEF Conceptual Framework for
the Determinants of Undernutrition, 2013. Penyebab yang mendasari yang

2
berkontribusi terhadap penyebab langsung yaitu kerawanan pangan, perawatan
atau feeding yang tidak adekuat, serta lingkungan tidak sehat dengan akses ke
pelayanan kesehatan yang tidak adekuat.

Status nutrisi sangat dipengaruhi oleh infeksi. Infeksi menjadi penyebab


utama darimortalitas anak, seperti Infeksi respiratorik akut dan diare yang
merupakan penyebab tersering mortalitas anak. Selain itu, defisiensi
mikronutrien berkontribusi besar terhadap respon imun. Kurang gizi
merupakan penyebab utama immunodefisiensi di dunia.

Akar penyebab sebagian besar kasus kurang gizi adalah kemiskinan.


Sehingga, kasus defisiensi mikronutrien banyak terjadi di negara-negara
berpendapatan rendah-menengah. Namun, defisiensi mikronutrien juga dapat
terjadi di negara-negara berpendapatan tinggi.

Selain karena kemiskinan, defisiensi mikronutrien dan kurang gizi sering


terjadi sebagai bagian dari siklus intergenerasi. Selama kehamilan dan laktasi,
terdapat peningkatan kebutuhan makro dan mikronutrien. Ibu hamil tanpa
intake nutrisi yang optimal dapat memiliki anak-anak dengan status nutrisi
yang suboptimal, termasuk adanya gangguan perkembangan fisik dan mental,
stunting, peningkatan resiko infeksi, dan developmental delays. Pada akhirnya,
anak-anak tersebut akan memasuki masa-masa reproduktif dalam kondisi
nutrisi buruk dan siklus tersebut berlanjut hingga dewasa. Orang dewasa
dengan kondisi nutrisi yang buruk kemungkinan akan memiliki kapasitas kerja
yang lebih rendah karena adanya keterlambatan perkembangan (developmental
delays) yang dapat disertai rendahnya tingkat pendidikan. Maka dari itu, baik
malnutrisi dan kemiskinan sering berjalan dengan sinergis.5

2.1.4 Permasalahan Akibat Defisiensi Mikronutrisi

Defisiensi mikronutrien disebabkan oleh faktor-faktor langsung, seperti


intake makanan bernutrisi yang inadekuat dan penyakit infeksius, serta faktor-
faktor yang mendasari, seperti kemiskinan dan lingkungan tidak sehat.

3
Gambar 2.1.

Updated UNICEF Conceptual Framework for the Determinants of


Undernutrition

Peningkatan intake diet makanan bernutrisi dapat menjadi masalah


tersendiri, karena makanan yang kaya akan mikronutrien biasanya mahal dan
sering tidak tersedia atau sulit didapat. Sebagai contoh, defisiensi zat besi
adalah masalah nutrisi yang paling sering terjadi di dunia, namun proses untuk
mengeliminasi masalah tersebut terbatas, salah satu penyebabnya adalah
makanan yang kaya akan zat besi (seperti hati, daging merah, telur, ikan, roti
gandum, dan kacang polong) tidak tersedia secara luas atau tidak terjangkau
untuk beberapa kalangan.

Penyakit infeksi dan defisiensi mikronutrien saling mempengaruhi satu


sama lain. Infeksi dapat menurunkan jumlah mikronutrien, sehingga sistem
imun akan semakin lemah dan tidak dapat melawan infeksi.

4
Faktor-faktor yang mendasari, seperti perawatan yang inadekuat dan
lingkungan rumah tidak sehat, seperti sanitasi yang buruk dan air minum yang
tidak bersih, juga mengganggu intake makanan dan meningkatkan infeksi.

Populasi yang paling rawan adalah wanita dan anak-anak, terutama dalam
masa-masa kritis 1000 hari periode perkembangan dari kehamilan hingga usia
2 tahun.6

Gambar 2.2

The conceptual framework for the cycle of micronutrient inadequacies across the
life span.

2.1.5 Macam-macam Mikronutrisi

2.1.5.1 Besi (Fe)


 Besi merupakan mineral penting yang dibutujkan dalam
perkembangan kognitif dan motorik. Anak dan Ibu Hamil sangat
rentan terhadap defisiensi zat besi
 Rendahnya kadar haemoglobin (anemia) mempengaruhi hampir 43%
anak-anak usia 5 tahun dan 38% Ibu Hamil.

5
 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 25% dari
populasi (1,62 miliar orang; CI 1,50-1,74 miliar menderita anemia).
Anak prasekolah (47,4%) dan wanita hamil (41,8%) memiliki
prevalensi tertinggi secara keseluruhan. Afrika (67,6 dan 57,1%) dan
Asia Tenggara (65,5 dan 48,2%).
 Anemia selama masa kehamilan dapat meningkatkan resiko kematian
Ibu dan perinatal, serta melahirkan bayi BBLR.
 Anak-anak yang lahir dari ibu yang kurang zat besi lebih cenderung
memiliki cadangan besi yang rendah, menderita gangguan
perkembangan fisik dan kognitif, dan memiliki sistem kekebalan tubuh
yang kurang optimal
 Pemberian suplemen besi dan asam folat direkomendasikan pada ibu
hamil untuk mengurangi anemia serta pada wanita masa reproduksi
untuk meningkatkan status zat besi
 Fortifikasi tepung dengan zat besi dan asam folat diakui sebagai salah
satu intervensi yang paling efektif dan murah
 Pemberian zat besi mampu mencegah anak mengalami defisiensi besi
sehingga mampu membantu meningkatkan kempuan belajar dan
perkembangan kognitif. 2,4

2.1.5.2 Yodium
 Merupakan mineral paling penting yang dibutuhkan janin dalam
perkembangan otak dan kognitif.
 Sekitar 60% dari total tubuh yodium disimpan di kelenjar tiroid.
Hormon tiroid diperlukan untuk pengaturan manusia pertumbuhan dan
perkembangan. Hormon tiroid sangat penting untuk dan pertumbuhan
optimal janin dan perkembangan sistem saraf pusat postnatal.
 Hipotiroidisme dapat terjadi pada individu ketika asupan makanan
lebih rendah dari 10-20 μg setiap hari, dan sering disertai dengan
gondok.
 Defisiensi yodium ibu, terutama terjadi selama awal kehamilan, dapat
menyebabkan komplikasi neurologis ireversibel dan keterbelakangan

6
mental pada keturunan yang dimaksud sebagai gangguan defisiensi
yodium (IDD).
 IDD termasuk goiter, gangguan fungsi mental, dan hipo- atau
hipertiroidisme. Pada bentuk yang paling parah, defisiensi iodium
dalam uterus menyebabkan kretinisme
 Sekitar 18.000.000 bayi yang lahir dengan gangguan mental dapat
disebabkan karena ibu saat masa kehamilan mengalami defisiensi
yodium. Sedangkan sekitar 38.000.000 bayi lahir dengan resiko
defisiensi yodium
 WHO mendefinisikan kekurangan yodium pada anak-anak dan orang
dewasa sebagai median konsentrasi yodium urin <100 μg / l.
 Fortifikasi garam dengan yodium merupakan intervensi gizi yang
paling berhasil sampai saat ini 71% rumah tangga telah menggunakan
garam beryodium
 Iodisasi garam mampu meningkatkan nilai IQ anak, hal terjadi
sebaliknya pada anak dengan defisiensi yodium.2,7

2.1.5.3 Zinc
 Berpengaruh terhadap kekebalan, resistensi terhadap infeksi,
pertumbuhan, serta perkembangan system syaraf.
 17.3% penduduk di dunia beresiko mengalami defisiensi zink karena
ketidakcukupan nutrisi dalam makanan , dengan perkiraan tertinggi di
Afrika (23,9%) dan Asia (19,4%).
 Wanita hamil dan anak-anak mereka adalah kelompok yang paling
berisiko terkena defisensi Zinc
 Pemberian suplemen zinc mampu mengurangi insidensi kelahiran
premature, sebagai salah satu pilar dalam tatalaksana diare, dan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan, serta berpengaruh
dalam kenaikan BB bayi dan anak.
 Saat ini, WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian suplemen
seng selama 10-14 hari dengan terapi rehidrasi oral untuk diare akut;
namun, tidak ada rekomendasi suplemen rutin 2,3,4

7
2.1.5.4 Folat
 Mikronutrisi yang penting pada awal pertumbuhan dan perkembangan
otak, sumsum tulang belakang, dan skull bayi
 Kekurangan folat menyebabkan anemia megaloblastik atau makrositik
dan meningkatkan kemungkinan kehamilan dengan neural tube
defect. Kekurangan folat dalam kehamilan juga dikaitkan dengan berat
lahir rendah, kelahiran prematur, dan retardasi pertumbuhan janin.
 Fortifikasi makanan dengan folat seperti pada tepung terigu
merupakan intervensi efektif yang mampu mengurangi kecacatan bayi
saat lahir, morbiditas, maupun mortalitas pada newborn. 2,3,8

2.1.5.5 Selenium
 Mineral yang penting meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang kecil
 Selenium kemudian Bersama protein akan menghasilkan
selenoprotein yang penting dalam enzim glutathione peroksidase yang
berguna dalam perlindungan terhadap jaringan.3

2.1.5.6 Vitamin A
 Diperlukan dalam memelihara kesehatan mata serta kekebalan tubuh
anak.
 Defisiensi vitamin A pada anak dapat meningkatkan resiko kebutaan
serta infeksi seperti campak maupun diare, dan merupakan penyebab
utama penyebab morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang
dunia, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara..
 Defisiensi Vitamin A (VAD) menyebabkan xerophthalmia,
serangkaian manifestasi okuler seperti rabun senja, bintik-bintik Bitot,
dan ulserasi atau lesi kornea.
 1 dari 3 anak usia pra-sekolah serta 1 dari 6 Ibu hamil mengalami
defisiensi vitamin A karena asupan vitamin A yang kurang.
 WHO memperkirakan 250-500 juta anak-anak buta karena VAD, dan
setengah dari anak-anak ini akan mengalami kehilangan penglihatan.
VAD juga umum terjadi pada kehamilan di negara dengan
berpenghasilan rendah perkiraan mulai dari 10- 20%.

8
 Pemberian vitamin A pada anak usia 6 – 59 bulan terbukti efektif
dalam menurunkan resiko defisiensi vitamin A. 2,3,4

2.1.5.7 Vitamin D
 Vitamin yang juga berperan peran penting dalam perkembangan dan
fungsi otak dan jika kekurangan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan potensi pengembangan bayi dan anak-anak.
 Meta-analisis suplementasi vitamin D selama kehamilan secara
signifikan menyebabkan mengurangi risiko BBLR
 Berdasarkan penelitian Cochrane, 20xx tentang suplementasi vitamin
D pada kehamilan melaporkan berat bayi lahir yang Ibu saat hamil
diberikan suplemen, lebih besar dibandingkan dengan kelompok
nonsupplemented
 Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan peningkatan resiko
terjadinya Osteomalacia dan penyakit rikets.

2.1.5.8 Vitamin E
 Bentuk aktif vitamin E yakni α-tocopherol, bersama dengan vitamin A
serta asam askorbat berfungsi sebagai anti-oksidan
 Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E yakni minyak
nabati, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, serta sereal.
 Defisiensi vitamin E biasanya banyak terdapat pada bayi BBLR dan
prematur. Selain itu defisiensi vitamin E dapat meningkatkan seorang
bayi terkena Necrotizing Enterocolitis biasanya terjadi pada bayi
BBLR dimana adanya peradangan pada dinding intestinal. 2,3

9
Mikronutrien Peran terhadap Fungsi Otak Efek Defisiensi terhadap Kemampuan
Kognitif
Vitamin B Menyebarkan impuls saraf Depresi
Thiamin,  Mempertahankan potensial Memori episodik dan kemampuan
folate, vitamin membran saraf berbahasa
B-12  Membantu konduksi saraf
 Mempertahankan integritas
selubung myelin
Iron  Perkembangan  Gangguan memori dan pembelajaran
oligodendrosit (sel otak  Berkurangnya nilai kognitif dan
yang memproduksi myelin) perkembangan motorik
 Kofaktor untuk beberapa  Perubahan perkembangan emosional
enzim yang mensintesis sosial
neurotransmitter  Gangguan perkembangan kognitif
Iodine Proliferasi neuroseluler,  Nilai IQ yang rendah
pembentukan sinaps dan  Kemampuan kognitif, pengetahuan
dendrit verbal, penalaran abstrak verbal dan
non-verbal, persepsi visual-spasial,
dan fungsi eksekutif yang buruk
 Gangguan koordinasi dan
pendengaran
Zinc  Berperan dalam sistem Defisit dalam perhatian, pembelajaran,
saraf pusat memori, dan perilaku neuropsikologi
 Zinc-dependent
neurotransmitter berperan
dalam kemampuan memori
Tabel 2.1

Peran Mikronutrien terhadap Fungsi Otak dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan


Kognitif 8

10
2.1.6 Pencegahan Defisiensi Malnutrisi

UNICEF menerapkan beberapa strategi dalam pencegahan dan


penanganan terhadap defisiensi mikronutrisi baik pada anak maupun wanita,
diantaranya:

 Diversifikasi Diet

Langkah diatas dapat membantu masyarakat termasuk didalamnya


yakni keluarga untuk mengakses makanan yang kaya akan nutrisi.
Diantaranya termasuk edukasi mengenai pelatihan yang tepat bagi Ibu yang
menyusui bayi dan anaknya serta memperbaiki kualitas makanan-makanan
yang sudah tersedia.

 Suplementasi
Program suplementasi menyediakan beberapa mikronutrien tertentu
yang tidak tersedia dalam menu diet sehari-hari. Suplementasi sangat
penting khusunya saat tubuh membutuhkan intake mikronutrisi yang tinggi
misalnya pada masa kehamilan, diberikan suplemen besi dan asam folat,
yang diharapkan dapat menurunkan resiko bayi BBLR, Anemia maternal,
dan anemia defisiensi besi.
 Fortifikasi Masal
Merupakan proses menambahkan mikronutrisi kedalam makanan atau
kondimen yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari, yakni berupa
tepur, gula, garam, dan minyak goreng. Program ini benar-benar sangat
efektif dalam mencegah terjadinya defisiensi mikronutrien yang dapat
dijangkau dengan biaya yang murah. Program Iodisasi garam dan fortifikasi
tepung (dengan zat besi) yang digunakan secara universal telah sukses di
banyak negara.
 Home Fortification
Bentuk dari program diatas yakni menyediakan mikronutrien dalam
bentuk bubuk yang dapat ditaburkan pada makanan tambahan yang
dikonsumsi oleh anak-anak saat di rumah. Secara signifikan hal tersebut
mampu memperbaiki kualitas diet dari makanan yang dikonsumsi oleh

11
anak-anak dari usia 6 bulan – 2 tahun atau lebih, tanpa membutuhkan
perubahan besar dalam menu diet sehari-hari.9

2.1.7 Upaya UNICEF dalam Mensukseskan Strategi Pencegahan Defisiensi


Mikronutrien

Memperbaiki Diversitas Diet


UNICEF melakukan berbagai pendektatan dengan komunitas-
komunitas dalam mempromosikan program menyusui ASI, serta perbaikan
kualitas MP-ASI.
Menyediakan Suplementasi
Untuk menurunkan angka mortalitas pada anak-anak, WHO
menggalakkan program suplementasi Vitamin A, untuk anak-anak usia 6-
59 bulan khususnya pada negara-negara yang memiliki angka mortalitas
anak-anak 5x lebih besar maupun di negara-negara dimana defisiensi
mikronutrien menjadi masalah kesehatan terbesar. Suplementasi diberikan
bersamaan dengan “Child Helath Days’ ” yakni vaksinasi dan program
bebas cacing. Diharapkan program yang rutin dilakukan tersebut dapat
mencapai komunitas / lingkungan yang sebelumnya sulit dicapai maupun
keadaan lingkungan sekitar yang memiliki sistem kesehatan yang buruk.
UNICEF menganjurkan pentingnya suplementasi besi dan asam folat
selama masa kehamilan. Selain itu, UNICEF juga berkerja sama dengan
banyak pihak untuk mengembangkan formulasi lainnya dari berbagai
mikronutrien sehingga dapat menurunkan angka anemia dan memperbaiki
outcomes selama masa kehamilan.
Mendukung Iodisasi Garam secara Universal
UNICEF menganjurkan dan membimbing pemerintah dan perodusen
garam di sektor swasta dalam pelaksanaan iodisasi garam universal.
Sehingga, sebagai bagian dari Iodine Global Network, UNICEF turut serta
dalam mengatur dan menstadarisasi dalam nutrisi yodium.
Mempromosikan fortifikasi masal bentuk lain
UNICEF juga bekerja sama dengan pemerintah dalam
mengembangkan fortifkasi makanan untuk program vit A, Besi, dan Asam

12
folat. Serta memastikan, fortifikasi makanan tersebut mampu mencapai
khalayak luas.
Sebagai bagian dari Food Fortification Initiatove Executive
Management Team, UNICEF ikut serta dalam strategi global dari industry
fortifikasi meliputi, tepung, gandum, tepung maizena, dan nasi
Mendukung program Home Fortification
UNICEF Bersama-sama mengetuai Home Fortification Technical
Advisory Group, yakni jaringan global yang ditugaskan dalam penyediaan
dan pelaksanaan program Home Fortification yang efektif. 9

13
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Hampir setengah dari anak di seluruh dunia, yang berkisar 2.000.000.000


anak dari usia 6 bulan hingga 5 tahun mengalami defisiensi satu atau lebih
mikronutrien. Penyebab dari defisiensi mikronutrein yang dialami anak-anak
meliputi kemiskinan, kerawanan pangan, perawatan atau feeding yang tidak
adekuat, serta lingkungan tidak sehat dengan akses ke pelayanan kesehatan
yang tidak adekuat.

Berbagai permasalahan yang dapat diakibatkan pada anak-anak yang


mengalami defisiensi multivitamin maupun mikronutrien meliputi adanya
gangguan perkembangan fisik dan mental, stunting, peningkatan resiko infeksi,
dan developmental delay. Sehingga, jika defisiensi tersebut terus berlanjut
hingga masa dewasa dapat menimbulkan permasalahan berupa kapasitas kerja
yang rendah hingga buruk yang diakibatkan adanya keterlambatan
perkembangan saat dewasa.

Beberapa vitamin maupun mikronutrien yang rawan terjadinya defisiensi


pada anak-anak yakni Besi, Yodium, Folat, Vitamin A, dan Vitamin D. Oleh
karena itu, WHO dan UNICEF bekerja sama dengan berbagai pihak guna
menekan hingga mencegah peningkatan angka defisiensi vitamin dan
mikronutrien pada anak-anak d berbagai dunia. Upaya-upaya yang dilakukan
meliputi Diversifikasi diet, fortifikasi massal, home fortification, serta
suplementasi. Diharapkan angka defisiensi vitamin dan mikronutrien pada
anak-anak menurun serta dapat memperbaiki outcome jangka panjang
khusunya pada saat anak-anak tersebut bertumbuh menjadi dewasa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agwu, A. E. (2014). The role of micronutrients in child health : A review of the


literature, (November). https://doi.org/10.5897/AJB08.388

Bailey, L. (2015). The Epidemiology of Global Micronutrient Deficiencies The


Epidemiology of Global Micronutrient, 66(suppl 2), 22–33.
https://doi.org/10.1159/000371618

Bailey, R. L., West Jr., K. P., & Black, R. E. (2015). Like poverty, undernutrition
and micronutrient deficiencies often occur as part of an intergenerational
cycle: The Epidemiology of Global Micronutrient Deficiencies. National
Institutes of Health (NIH)., 66(suppl 2), 22–33.
https://doi.org/10.1159/000371618

Deficiencies, M., Faisal, A., & Zulfiqar, S. (2015). 3.2 Micronutrient Deficiencies
in Children, 113, 147–151. https://doi.org/10.1159/000375276

Division of Nutrition, Physical Activity, and Obesity, N. C. for C. D. P. and H. P.


C. (2019). Micronutrient Facts. CDC.

Khor, G. L., & Misra, S. (2012). Micronutrient interventions on cognitive


performance of children aged 5-15 years in developing countries,
21(February), 476–486.

UNICEF. (2018). Micronutrients. UNICEF.

15

Anda mungkin juga menyukai