Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS STATUS KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR

DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA

DI PUSKESMAS ANTANG PERUMNAS

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NUR NILA SARI


70200114065

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

ii
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................................... 2

A. Latar Belakang ............................................................................. 2

B. Rumusan Masalah........................................................................ 5

C. Hipotesis ........................................................................................ 5

D. Defenisi Operasional .................................................................... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 7

F. Kajian Pustaka.............................................................................. 8

G. Tujuan Penelitian ....................................................................... 16

H. Manfaat Penelitian ..................................................................... 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 20

A. Status Gizi ................................................................................... 20

B. Imunisasi..................................................................................... 21

C. Kerangka Teori ........................................................................... 29

D. Kerangka Konsep........................................................................ 30

BAB III

METODOLODI PENELITIAN............................................................. 32
iv

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 32

B. Populasi dan Sampel .................................................................. 32

1. Populasi.................................................................................... 32

2. Sampel ..................................................................................... 32

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 33

1. Data Primer .............................................................................. 33

2. Data Sekunder .......................................................................... 33

E. Instrumen Penelitian .................................................................. 33

1. Kuesioner ................................................................................. 33

F. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 33

1. Pengolahan Data ....................... Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Data ............................................................................... 34

H. Penyajian Data ........................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... vi


2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa

kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang

harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang

dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Menteri

Kesehatan RI, 2009).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan

pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Menteri Kesehatan

RI, 2009).

Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan

bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan

untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan

pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.

Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

42 Tahun 2013(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016)

Sulawesi Selatan termasuk dalam provinsi yang mencapai renstra yaitu

sekitar 91,88% terkhusus di Makassar mencapai 26,452 bayi yang menjadi

sasarannya.

Menurut Notoatmodjo balita merupakan kelompok umur yang sangat

sering menderita kekurangan gizi dan gizi buruk. Balita yang tidak mendapatkan

imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi,


3

sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi.

Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu

sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi berupa penurunan

status gizi pada anak (Wilhendra, 2010).

. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa kehidupannya merupakan hal

yang paling penting. Kekurangan gizi dapat memberikan akibat buruk yang tak

terelakkan, dimana kemungkinan terburuk dapat menyebabkan kematian.

Riset Kesehatan Dasar (2018) menjabarkan persentase berat badan kurang

pada tahun 2018 di Indonesia adalah 17, 7%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan

13,8% gizi kurang.Peresentase dari angka gizi buruk tersebut sudah cukup

menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2013 (19,6 %)

status gizi buruk dan status gizi kurang pada balita di provinsi Sulawesi Selatan

pada tahun 2018 sebesar 23,0 %.

Upaya untuk perlindungan terhadap penyakit yang dapat menghambat

tumbuh kembang bayi menuju dewasa dan sekaligus untuk menekan angka

kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

maka perlu diberikan imunisasi. Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi

merupakan hubungan timbal balik, yaitu keadaan gizi yang tidak baik dapat

mempermudah terkena penyakit infeksi yang dapat memperburuk keadaan gizi

pada pertumbuhan bayi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara

lain, diare, tuberkolusis, campak dan batuk rejan. Dengan imunisasi seorang anak

tidak mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat dengan

tubuh sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi terserap dengan

baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh balita dimanfaatkan untuk pertumbuhannya

sehingga menghasilkan status gizi yang baik.


4

Masalah gizi merupakan masalah yang sangat serius dan tergolong

masalah kompleks. Masalah gizi bukan hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi

bermacam-macam faktor. Masalah gizi balita (baik underweight, stunting, dan

wasting) dipengaruhi secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsumsi pangan

keluarga yang tidak seimbang, pola asuh balita yang tidak memadai, imunisasi

pada balita, dan sanitasi dan air bersih yang tidak memadai, sedangkan status gizi

balita secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi pangan balita dan penyakit

infeksi pada balita.

Status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks

dan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor

langsung seperti konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak

langsung seperti polaasuh,tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga,

aktivitas ibu, jumlah anggota keluarga dan budaya pantangan makanan, jarak

kelahiran anak yang terlalu rapat, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan

(imunisasi), dan stabilitas rumah tangga (Fakhrurijal, Ss, & Basuki, 2012)

Balita yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh

terhadap serangan penyakit infeksi, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan

menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi

kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan

mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak. (Vindriana et

al., 2012)

Riset Kesehatan Dasar (2018) menjabarkan persentase berat badan kurang

pada tahun 2018 di Indonesia adalah 17, 7%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 13,8

% gizi kurang.Peresentase dari angka gizi buruk tersebut sudah cukup menurun

jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2013 (19,6 %) status gizi
5

buruk dan status gizi kurang pada balita di provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2018 sebesar 23,0 %.(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan Kementerian

Kesehatan pada 2017, status gizi buruk balita umur 0-59 bulan diperoleh data,

sekitar 4,9 persen balita gizi buruk dan 17,9 persen balita gizi kurang.

Berdasarkan data yang di dapatkan dari profil kesehatan kota Makassar

2015 mengenai status gizi balita berdasarkan kecamatan ialah kecamatan

Manggala memiliki jumlah gizi buruk 95 balita atau 1,59% dan jumlah status gizi

kurang sebesar 250 balita atau 4,18%.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis

Kelengkapan Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Perumnas

Antang.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rumusan

masalahnya adalah adakah pengaruh antara Status Kelengkapan Imunisasi Dasar

dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Perumnas Antang.

C. Hipotesis

Hipotesa pada penelitian ini melibatkan dua hipotesa di antaranya ialah :

1. Hipotesis alternative (Ha) adalah ada pengaruh antara Kelengkapan

Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Balita

2. Hipotesis nol (H0) adalah tidak ada pengaruh antara Kelengkapan

Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Balita.


6

D. Defenisi Operasional

Kriteria
Variabel Definisi Cara Ukur Skala
Objektif

Independent :

Umur Umur merupakan - Umur bayi

jumlah tahun 1-5 tahun

kehidupan yang

telah dijalani oleh Kuesioner


responden, dihitumg

berdasarkan ulang

tahun terakhir pada

saat penelitian

Status Imunisasi Keadaan atau suatu - Lengkap

pembuktian yang (melaksanak

menunjukkan an semua
tentang kelengkapan rangkaian

imunisasi dasar Imunisasi

Dasar)

Kuesioner - Tidak

Lengkap (

tidak

melaksanaka

n semua

rangkaian

Imunisasi
7

Dasar)

Dependen : - Baik,Z-

Status Gizi Kondisi kesehatan score ≥ -

yang dipengaruhi 2,0 s/d Z-

dari asupan dan score ≤ 2,0

penggunaan zat gizi - Kurang, Z-

pada tubuh. score ≥ -3,0


Kuesioner
s/d Z-score

< -2,0
- Buruk,Z-

score < -3,0

- Lebih, Z-

score> 2,0

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi semester 10 program studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin


Makassar yang bertujuan untuk menganalisis Status Kelengkapan Imunisasi Dasar

dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas.


8

F. Kajian Pustaka
NO JUDUL PENULIS VARIABEL METODE HASIL
1.
Hubungan Karakteristik Distia Variabel Independent : Jenis penelitian ini Faktor yang dapat

Ibu, Pola Asuh Dan Hayyudini, Karakteristik Ibu termasuk penelitian mempengaruhi status

Pemberian Imunisasi Dasar Suyatno, Yudhy Variabel Dependen : Status explanotory study gizi ini diantaranya

Terhadap Status Gizi Anak Dharmawan Gizi Anak dengan rancangan cross adalah ibu yang

Usia 12-24 Bulan (Studi Di sectional. Pengumpulan memiliki pendapatan

Wilayah Kerja Puskesmas data dilakukan melalui yang tinggi kurang

Kedungmundu Kota wawancara dengan efisien dalam

Semarang Tahun 2017) menggunakan membelajakan

kuesioner. Sampel makanan. Kemudian

penelitian ada juga ibu - ibu

menggunakan Simple yang membeli

RandomSampling pangan dengan

berjumlah 91 ibu yang jumlah yang sedikit

memiliki anak berusia sehingga berdampak


9

12-24 bulan yang pada kurangnya

bertempat tingal di asupan pada

wilayah kerja balitanya.

Puskesmas

Kedungmundu. Analisis

data menggunakan uji

statistik univariat dan

bivariat dengan

Korelasi Pearson dan

Korelasi Parsial (p

0,05).
2.
Hubungan Pengetahuan Ibu Wuri Rekawati Variabel Independent : Penelitian ini Tidak terdapat

Dan Status Imunisasi Susiloningrum Pengetahuan dan Status dilaksanakan di wilayah hubungan bermakna

Dengan Status Gizi Balita Imunisasi kerja Puskesmas Klego antara pengetahuan

2-3 Tahun 2017. Variabel Dependent : Status 1 Boyolali. Penelitian ibu (p=0,006) dan

Gizi ini dilaksanakan pada status imunisasi


10

bulan Agustus 2016- (p=0,000) dengan

Januari 2017. Penelitian status gizi balita 1-5

ini merupakan tahun di wilayah

penelitian kuantitatif kerja Puskesmas

dengan desain cross Klego 1 Boyolali.

sectional. Sampel

dipilih dengan cara

proportional random

sampling yang

memenuhi kriteria

inklusi dengan jumlah

sampel sebanyak 43

responden. Kriteria

inklusi pada penelitian

ini adalah Balita usia 2-

3 tahun pada saat awal


11

penelitian
3.
Hubungan Pengetahuan Maulana Variabel Independent : Penelitian ini bersifat Pengetahuan gizi ibu

Gizi Ibu Dan Status Wijaya Pengetahuan dan Status deskriptif korelasi baik (65,3%) dan

Imunisasi Dasar Balita Imunisasi dengan desain cross pengetahuan gizi ibu

Dengan Status Gizi Balita Variabel Dependen : Status sectional. Data kurang (34,7%),

Di Daerah Polokarto Gizi pengetahuan gizi ibu status imunisasi dasar

Wilayah Kerja Puskesmas menggunakan diketahui yang

Polokarto Sukoharjo Tahun wawancara langsung berstatus imunisasi

2016. dengan menggunakan dasar lengkap

lembar kuesioner dan (85,7%) dan

data imunisasi dasar berstatus imunisasi

melihat pada KIA dasar tidak lengkap

dengan jumlah (14,3%), status gizi

imunisasi lengkap 12 balita diketahui balita

kali sedangkan status dengan status gizi


gizi balita dengan baik (74,5%), status
12

pengukuran BB/U. gizi kurang (16,3%),

Analisis data yang status gizi buruk (7,1

digunakan adalah uji %) dan status gizi

Rank Spearman dan lebih (2,1%). Hasil

korelasi Fisher's Exact uji hubungan

Test. pengetahuan gizi ibu

dengan status gizi

dengan nilai p 0.385.

Hail uji hubungan

status imunisasi dasar

dengan status gizi

balita dengan nilai p

0,509. Tidak ada

hubungan

pengetahuan gizi ibu

dengan status gizi


13

balita dan tidak ada

hubungan status

imunisasi dasar

dengan status gizi

balita.
4. Hasil analisis bivariat
Pengaruh Imunisasi Siti Maysaroh Variabel Independent : Jenis penelitian adalah

Terhadap Tingkat Imunisasi penelitian descriptive menunjukkan tidak

Morbiditas Dan Status Variabel Dependen : Tingkat observational dengan adanya pengaruh

Gizi (Imt/U) Pada Balita Modiritas dan Status Gizi rancangan cross yang signifikan
Di Wilayah Kerja sectional. Jumlah antara imunisasi
Puskesmas Polokarto sampel adalah 34 batita
terhadap lama diare
Sukoharjo Tahun 2016. dengan pengambilan
(p=0,062), imunisasi
sampel menggunakan
terhadap lama ISPA
simple random

sampling. Pengumpulan (p=0,289) dan

data imunisasi dan


14

imunisasi terhadap
tingkat morbiditas

(lama diare dan lama status gizi (p= 0,305)

ISPA) dilakukan pada balita dengan

dengan wawancara imunisasi lengkap


menggunakan dan tidak lengkap.
kuesioner, data status
Kesimpulan
gizi menggunakan
penelitian adalah
pengukuran
tidak terdapat
antropometri. Analisis

statistik yang digunakan pengaruh yang

adalah uji Independent bermakna antara

t-test untuk variabel imunisasi dengan


status gizi (IMT/U) dan
tingkat morbiditas
Mann Whitney untuk
dan status gizi
variabel tingkat
(IMT/U).
morbiditas.
15

5. Analisis Faktor-Faktor Sampel pada penelitian


Sisfiani Sarimin, Variabel Independent : Hasil penelitian
Yang Berhubungan Dengan Amatus Yudi Pengetahuan,Sikap,Pendidikan ini berjumlah 33 menunjukkan ada
Perilaku Ibu Dalam Ismanto, Rianty Variabel Dependen : responden yang didapat hubungan antara

Pemberian Imunisasi Dasar Worang Pemberian Imunisasi Dasar menggunakan teknik pengetahuan,

Pada Balita Di Desa non probability pendidikan dan sikap


dengan perilaku ibu
Taraitak Satu Kecamatan sampling. Desain
dalam pemberian
Langowan Utara Wilayah penelitian yang
imunisasi dasar.
Kerja Puskesmas digunakan adalah Cross

Walantakan Tahun 2014. Sectional dan data

dikumpulkan dari

responden

menggunakan kuesioner
16

G. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Status Kelengkapan Imunisasi

Dasar dengan Status Gizi Balita

2. Tujuan Khusus

Tujuannya menjelaskan dan menganalisis Status Kelengkapan Imunisasi

Dasar dengan Status Gizi Balita (Baik, Kurang, Buruk atau Lebih) di Wilayah

Kerja Puskesmas Antang Perumnas.

H. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan,wawasan dan pengalaman tentang

kesehatan anak,terkhusus tentang petingnya Imunisasi dasar lengkap pada balita

2. Bagi Instansi

Instansi yang dimaksud ialah Puskesmas Toddopuli agar dapat mengetahui

tentang Kelengkapan Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Balita (Baik, Kurang,

Buruk atau Lebih).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman/sumber informasi dan

bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya tentang Kelengkapan

Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Balita (Baik, Kurang, Buruk atau Lebih).
20

BAB II

TINJAUAN USTAKA

A. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi penggunaan

konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh seseorang dan penggunaannya oleh

tubuh.

Menurut Yohanes Status gizi adalah bagian penting dari status kesehatan

seseorang. Status gizi dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik dan

lebih. Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang

tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan

fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat irreversible (tidak

dapat pulih) PHILIA BELTHINY

2. Kategori Status Gizi


Status gizi anak balita (bawah lima tahun) diukur berdasarkan Berat Badan
menurut Umur (BB/U),berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan
berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Kemenkesn RI, 2017).
a. BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
1) Gizi Buruk ( < -3,0 SD )
2) Gizi Kurang ( -3,0 SD s/d <-2,0 SD )
3) Gizi Baik ( -2,0 SD s/d 2,0 SD )
4) Gizi Lebih ( > 2,0 SD )
b. TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
1) Sangat Pendek ( < -3,0 SD )
2) Pendek ( -3,0 SD s/d < -2,0 SD )
3) Normal ( ≥ -2,0 SD )
21

c. BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.
1) Sangat Kurus ( < -3,0 SD )
2) Kurus ( -3,0 SD s/d < -2,0 SD )
3) Normal ( -2,0 SD s/d 2,0 SD )
4) Gemuk ( > 2,0 SD )

Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang

memiliki presisi 0,1 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan alat ukur

tinggi badan dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak balita disajikan

dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Untuk

menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap

anak balita dikonversikan dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku

antropometri anak balita WHO 2005.(Kemenkesn RI, 2017)

B. Imunisasi

3. Sejarah Imunisasi

Pada abad ke-19 imunisasi sudah mulai muncul diawali dengan

pemberantasan penyakit cacar (varicela) dikeluarkan pada tahun 1972 (Dirjen

P3M & PLP,Tahun 1989) (Ryadi, 2016)

Sejak saat itu upaya untuk menemukan varian vaksin baru semakin marak

di lakukan dalam kegiatan pencacaran.Istilah imunisasi pada saat itu lebih dikenal

dengan istilah pencacaran yang sebenarnya istilah imunisasi yang kita kenal saat

ini lebih ditujukan kepada jenis-jenis upaya pengebalan tubuh lainnya (Ryadi,

2016).

Program imunisasi dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956.

Kementerian Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI)

pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan
22

imunisasi (PD3I), yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta

hepatitis B.

Pada tahun 1982,Program imunisasi sudah mulai mengoprasionalkan

pemberian antigen yang ditujukan kepada bayi baru lahir,dengan empat jenis

vaksin,yaitu Basil Calmette Guerin (BCG), Dipteri Pertutis Tetanus (DPT), Polio

dan Campak (Ryadi, 2016).

Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 sudah

dituliskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan

ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui

imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap

bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013. (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,

2013)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang

penyelenggaraan imunisasi, seorang anak dinyatakan telah memperoleh imunisasi

dasar lengkap apabila telah mendapatkan satu kali imunisasi HB-0, satu kali

imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB/DPT-HB-HiB, empat kali imunisasi

polio atau tiga kali imunisasi IPV, dan satu kali imunisasi campak (Kementerian

Kesehatan, 2017).

4. Program Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat

terpajang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan. (Republik Indonesia, 2017)

Dalam Komisi Majelis Ulama Indonesia menjelaskan bahwa ajaran Islam

sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan, yang dalam


23

prakteknya dapat dilakukan melalui upaya preventif agar tidak terkena penyakit

dan berobat manakala sakit agar diperoleh kesehatan kembali, yaitu dengan

imunisasi,seperti dalam surah Al-Baqarah 2;195

‫ََل‬
‫ا‬ ‫ُوا‬
‫ا و‬ ‫لق‬ ‫ُا‬
ُ ۡ
ۡ‫ت‬ ‫م‬ ‫َۡيد‬
‫ِيك‬ ‫َِلى ب‬
‫ِأ‬ ‫إ‬
ِ‫َا‬
‫ة‬ ُ‫ه‬
‫لك‬ َّۡ
‫ٱلت‬
Terjemahnya

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan… QS Al-Baqarah [2]: 195

Terdapat beberapa daftar penyakit menular yang masuk daftar, Dapat

Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) yaitu TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B,

Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak akan

terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut ketika telah diberi

imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti

paling cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian

kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 juta

kematian tiap tahunnya (Tanjung, Rohmawati, & Sofyani, 2017).

Di dalam tubuh juga ada imunisasi alamiah yaitu pembentukan antibodi

untuk melawan antigen secara alamiah. Sedangkan program imunisasi merupakan

upaya menstimulasi sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam

upaya melawan penyakit tertentu dengan melumpuhkan antigen yang telah

dilemahkan yang berasal dari vaksin yang telah dimasukkan ke dalam tubuh.

Program imunisasi merupakan upaya untuk memberikan perlindungan

kepada penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada

populasi bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil yang dianggap

rentan terjangkit penyakit menular (Tanjung et al., 2017).


24

Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi

Imunisasi Program (Imunisasi rutin,tambahan dan khusus) dan Imunisasi Pilihan.

(Republik Indonesia, 2017)

Imunisasi rutin dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan

yang terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang penyelenggaraan imunisasi terdiri

atas Imunisasi terhadap penyakit, yaitu Hepatitis B, Poliomyelitis, Tuberkulosis,

Difteri, Pertusis, Tetanus, Pneumonia atau Meningitis (disebabkan oleh

Hemophilus Influenza tipe b / Hib) dan Campak. (Republik Indonesia, 2017)

5. Tujuan Imunisasi

Tujuan dari imunisasi adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan

(mortalitas dan morbilitas) serta mencegah/menghindari terjadinya akibat buruk

terhadap beberapa penyakit dengan memberikan kekebalan kepada bayi

menggunakan imunisasi (Republik Indonesia, 2015)

6. Jenis Imunisasi Dasar Lengkap

a. Imunisasi BCG

Jenis BCG ini merupakan vaksin beku kering yang mengandug

Mycrobaterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain

paris yang diindikasikan untuk mencegah terhadap penyakit tuberkolosis atau

sering di sebut TB. Dosis yang diberikan adalah 0,05 sebanyak 1 kali dan

disuntikkan di daerah lengan kanan.(Republik Indonesia, 2015)

Jenis imunisasi ini memeberikan efek samping 2 sampai 6 minggu setelah

imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin

membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2 sampai 4 bulan, kemudian

sembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10 mm.

Ketika bisul kecil tersebut mengeluarkan cairan maka perlu dikompres dengan
25

cairan antiseptic, jika cairan bertambah banyak maka segera membawa bayi ke

tenaga kesehatan.(Republik Indonesia, 2015)

b. Imunisasi DPT-HB-HIB

Imunisasi DPT-HB-HIB digunakan untuk pencegahan penyakit difteri,

tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus Influenzae

tipe b secara simultas. Dosis dari imunisasi ini untuk satu anak adalah 0,5 ml yang

disuntinkan pada anterolateral paha atas.(Republik Indonesia, 2015)

Efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi ini adalah reaksi local

sementara,seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai

demam dapat timbul dalam sejumlah anak. Kadang-kadang reaksi berat, seperti

demam tinggi, rewel, dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam

setelah pemberian. Penanganan ketika itu terjadi, Ibu bisa memberikan ASI atau

sari buah lebih banyak, , kompres bekas suntikan dengan air dingin, ketika bayi

demam kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap

3-4 jam atau jika reaksi menetap bawa bayi ke dokter.(Republik Indonesia, 2015)

c. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi jenis ini merupakan vaksin virus recombinan yang telah

diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg, yang

diperuntukan mencegah penyakit Hepatitis B. Dosis yang diberikan 0,5 ml atau 1

buah HB PID dan disuntikan pada anterolateral paha, pemberian sebanyak 3 dosis

( dosis pertama usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu).

Pasca penyuntikan akan menimbulkan reaksi local seperti rasa sakit,

kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan yang bersifat ringan

dan akan sembuh setelah 2 hari.(Republik Indonesia, 2015)

d. Imunisasi Polio
26

Imunisasi Polio adalah vaksin Polio Trivanlent yang terdiri dari suspense

virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 yang sudah dilemahkan,seperti jenis vaksinnya

imunisasi ini digunakan untuk mencegah penyakit Polio/ Poliomielitis. Vaksin

diberikan melalui mulut dengan 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali dosis

pemberian, dengan jangka waktu 4 minggu per dosis. Efek samping dari imunisasi

ini sangat jarang terjadi pada bayi.(Republik Indonesia, 2015)

e. Imunisasi Campak

Imunisasi ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak,

imunisasi ini merupakan vaksin virus hidup yang telah dilemahkan. Cara

pemberian dengan disuntikan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha dengan

dosis 0,5 ml, pada bayi usia 9 sampai 11 bulan.

Sebanyak 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama hari yang dapat terjadi 8 sampai 12 hari setelah pemberian. Orang tua

disarankan memberikan ASI lebih banyak dan bekas suntikan dikompren dengan

air dingin, jika bayi mengalami demam kenakan pakaian yang tipis dan berikan

paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam,jika reaksi menetap bawa bayi ke

dokter.(Republik Indonesia, 2015)

7. Jadwal Pemberian Imunisasi

Setiap Negara memiliki program imunisasi yang tidak sama, tergantung

prioritas dan keadaan kesehatan masing-masing Negara. Penentuan jenis penyakit

ditentukan atas kajian ahli dan analisa epidemiologi atas penyakit yang banyak

terjadi. Di Indonesia, mewajibkan setiap bayi (usia 0-11 bulan) memperoleh

imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B pada umur 0 – 7 hari

, 1 dosis BCG pada umur 1 bulan, 3 dosis DPT-HB-HIB pada umur 2,3,4 bulan, 4

dosis Polio dan 1 dosis campak pada umur 9 bualn.(I. KemenKes, 2016)
27

C. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks

dan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor

langsung seperti konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak

langsung seperti polaasuh,tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga,

aktivitas ibu, jumlah anggota keluarga dan budaya pantangan makanan, jarak

kelahiran anak yang terlalu rapat, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan

(imunisasi), dan stabilitas rumah tangga (Fakhrurijal, Ss, & Basuki, 2012)

Balita yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh

terhadap serangan penyakit infeksi, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan

menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi

kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan

mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak. (Vindriana et

al., 2012)

. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa kehidupannya merupakan hal

yang paling penting. Kekurangan gizi dapat memberikan akibat buruk yang tak

terelakkan, dimana kemungkinan terburuk dapat menyebabkan kematian.

(Vindriana et al., 2012)

Riset Kesehatan Dasar (2018) menjabarkan persentase berat badan kurang

pada tahun 2018 di Indonesia adalah 17, 7%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 13,8

% gizi kurang.Peresentase dari angka gizi buruk tersebutbsudah cukup menurun

jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2013 (19,6 %) status gizi

buruk dan status gizi kurang pada balita di provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2018 sebesar 23,0 %.(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

Upaya untuk perlindungan terhadap penyakit yang dapat menghambat

tumbuh kembang bayi menuju dewasa dan sekaligus untuk menekan angka
28

kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

maka perlu diberikan imunisasi. Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi

merupakan hubungan timbal balik, yaitu keadaan gizi yang tidak baik dapat

mempermudah terkena penyakit infeksi yang dapat memperburuk keadaan gizi

pada pertumbuhan bayi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara

lain, diare, tuberkolusis, campak dan batuk rejan. Dengan imunisasi seorang anak

tidak mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat dengan

tubuh sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi terserap dengan

baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh balita dimanfaatkan untuk pertumbuhannya

sehingga menghasilkan status gizi yang baik. (Maysaroh, 2016)

Masalah gizi merupakan masalah yang sangat serius dan tergolong

masalah kompleks. Masalah gizi bukan hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi

bermacam-macam faktor. Masalah gizi balita (baik underweight, stunting, dan

wasting) dipengaruhi secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsumsi pangan

keluarga yang tidak seimbang, pola asuh balita yang tidak memadai, imunisasi

pada balita, dan sanitasi dan air bersih yang tidak memadai, sedangkan status gizi

balita secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi pangan balita dan penyakit

infeksi pada balita.(Maysaroh, 2016)


29

D. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi :

a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Kepercayaan Hereditas
d. Nilai
e. Sikap
f. Keyakinan
g. Kapasitas

Faktor pemungkin :

a. Ketersediaan
pelayanan kesehatan Perilaku
b. Keterjangkauan
fasilitas kesehatan individu atau Kesehatan
c. Peraturan
pemerintah/masyarak masyarakat
at prioritas dan
komitmen terhadap
kesehatan

Faktor penguat :

a. Keluarga
b. Teman sebaya
c. Guru
d. Pemimpin
e. Petugas Kesehatan Lingkungan
f. Tokoh Masyarakat
g. Pembuat Keputusan

Sumber : Lawrence W. Green and M.W.Kreuter, Health Program Planning An Education

and ecological Approarch, fourth edition, 2005, p 149.


30

E. Kerangka Konsep

Umur

Status
Status Gizi
Kelengkapan
Imunisasi Dasar

Keterangan :

Variabel Independent

Variabel Dependent
32

BAB III

METODOLODI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

rancangan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel satu dengan

variabel lainnya. Pada penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi atau

pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono 2012, populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdisi atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Putri, 2016). Populasi pada penelitian ini adalah balita berusia 1-5 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas dengan jumlah 30 responden

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Pada penelitian ini teknik penelitian yang digunakan adalah purposive

sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 responden dengan

karakteristik bayi telah melewati semua tahap imunisasi dasar lengkap, dengar

umur 1-5 tahun.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2019 di wilayah kerja

Puskesmas Antang Perumnas yang berada di daerah perkotaan Makassar Sulawesi

Selatan.
33

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Penenelitian ini menggunakan wawancara kepada responden dengan

menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari laporan Dinas

Kesehatan Kota Makassar,Puskesmas Antang Perumnas dan dari buku KMS anak.

E. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis

tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden,yang

dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden

F. Pengolahan Data

Proses pengolahan data penelian ini melalui tahap-tahap sebagi berikut :

1. Editing

Editing merupakan melakukan pengecekan lalu melakukan perbaikan isian

kuesioner dengan memeriksa kelengkapan, kejelasan jawaban, relevansi dan

kokonsistenan antara jawaban dan pertanyaan (Nurhidayati, 2016).

2. Coding

Setelah semua kuesioner telah di editing, selanjutnya dilakukan

pengecekan atau coding, dengan merubah semua data berbentuk huruf menjadi

kode angka (Nurhidayati, 2016).

3. Tabulating

Tahap tabulasi merupakan penyusunan data hasil penelitian dimasukkan

ke dalam tabel distribusi frekunsi sesuai kriteria (Nurhidayati, 2016).


34

4. Entry

Hasil penelitian yang telah ditabulasi selanjutnya dimasukkan ke dalam

program atau software computer (Nurhidayati, 2016).

5. Cleaning

Semua data yang telah dimasukkan, harus dicek kembali karena adanya

kemungkinan terjadi kesalahan kode, ketida lengkapan, dan yang lainnya,

sehingga dapat dilakukan koreksi (Nurhidayati, 2016).

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini,melalui beberapa tahap berikut ini :

1. Analisis Univariat

Penelitian analisis univariate adalah analisa yang dilakukan menganalisis

tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat

berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa

sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.

peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat

dilakukan masing–masing variabel yang diteliti.

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel independen dan dependen dalam penelitian yang meliputi : umur,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan pemberian imunisasi dasar

lengkap.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariate adalah analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini

biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel, seperti umur, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan adalah terkait dengan variabel lain, munkin pemberian

imunisasi dasar lengkap pada balita. Analisis bivariate terdiri atas metode-metode

statistik inferensial yang digunakan untuk menganalisis data dua variabel


35

penelitian. Penelitian terhadap dua variabel biasanya mempunyai tujuan untuk

mendiskripsikan distribusi data, meguji perbedaan dan mengukur hubungan antara

dua variabel yang diteliti (Kuntjojo, 2009)

H. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel

kolom yang dimana isi dari tabel didapatkan dari hasil wawancara dan kuesioner

yang telah di bagikan kepada responden.


KUESIONER

Tanggal/Bulan/Tahun :

1. Nama Anak :

2. Umur : bulan

3. Tanggal Lahir :

4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

5. Berat Badan : kg

6. Apakah balita mendapat imunisasi?

a. Ya

b. Tidak

7. Jika Ya, sudah mendapatkan imunisasi apa saja? (sesuaikan dengan KMS)

a. BCG ….. kali

b. Polio ….. kali

c. DPT ….. kali

d. Campak ….. kali

e. Hepatitis B ….. kali

vi
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, C., Putri, E., Kebidanan, A., Bhakti, P., Survey, H., Kesehatan, D., & Esa,

M. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DALAM

PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA IBU YANG

MEMILIKI BAYI 0-9 BULAN, 6, 125–133.

Fakhrurijal, D., Ss, D., & Basuki, R. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita di Posyandu Mawar RW 05

Kelurahan Wonodri, 6–10.

Hafid, W., Martini, S., & Devy, S. R. (2016). FAKTOR DETERMINAN

STATUS IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI DI

PUSKESMAS KONANG DAN GEGER DETERMINANT FACTOR

STATUS IN INFANTS ARE FULLY IMMUNIZED IN THE KONANG

AND GEGER CLINIC, 38–45.

KemenKes, I. (2016). SITUASI IMUNISASI DI INDONESIA.

KemenKes, P. data dan I. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2016.

Kemenkesn RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017, 140.

https://doi.org/10.3870/tzzz.2010.07.001

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan

Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1

Desember 2013

Kuntjojo. (2009). METODE PENELITIAN.

Maimunah. (2017). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN

PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA KARANG

SARI HUTA 3 KECAMATAN GUNUNG MALIGAS KABUPATEN

SIMALUNGUN, 15(29), 31–37.

vi
Mandagi, F. S., Umboh, J. M., & Wantania, J. (2018). FAKTOR – FAKTOR

YANG BERHUBUNGAN DENGAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

PADA BAYI DI PUSKESMAS SULUUN KABUPATEN MINAHASA

SELATAN, 51–58.

Maysaroh, S. (2016). Pengaruh Imunisasi Terhadap Tingkat Mordbilitas Dan

Status Gizi (IMT/U) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto

Sukoharjo.

Nurhidayati. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

IMUNISASI DASAR TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI

DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2016.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2013). Data dan Informasi Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan.

Putri, R. S. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA

BALITA DI DUKUH PILANGBANGAU DESA SEPAT MASARAN

SRAGEN TAHUN 2016.

Republik Indonesia, M. K. (2009). UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.

Republik Indonesia, M. K. (2013). RISET KESEHATAN DASAR.

Republik Indonesia, M. K. (2015). BUKU AJAR IMUNISASI.

Republik Indonesia, M. K. (2016). PROFIL KESEHATAN INDONESIA.

Republik Indonesia, M. K. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

Sari, D. N. I. (2015). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR

vii
BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN

MAGETAN.

Slamet, A. L. (2016). ILMU KESEHATAN MASYARAKAT.

Soekidjo, N. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Sulawesi Selatan, D. K. (2016). PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI

SELATAN TAHUN 2016.

Tanjung, I. C. D., Rohmawati, L., & Sofyani, S. (2017). Cakupan Imunisasi Dasar

Lengkap dan Faktor yang Memengaruhi, 19(2), 86–90.

Triana, V. (2016). Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi tahun 2015, 123–135.

Vindriana, V., Kadir, A., Askar, M., Vindriana, V., Kelengkapan, H., Gizi, S., …

Askar, M. (2012). Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Status Gizi

Pada Balita Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja

Puskesmas Katobu Kabupaten Muna, 1, 1–8.

Fakhrurijal, D., Ss, D., & Basuki, R. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita di Posyandu Mawar RW 05
Kelurahan Wonodri, 6–10.
Kemenkesn RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017, 140.
https://doi.org/10.3870/tzzz.2010.07.001
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan
Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1
Desember 2013
Maysaroh, S. (2016). Pengaruh Imunisasi Terhadap Tingkat Mordbilitas Dan
Status Gizi (IMT/U) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto
Sukoharjo.
Menteri Kesehatan RI. (2009). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2013). Data dan Informasi Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2016). InfoDatin
Imunisasi.

viii
Ryadi, A. L. S. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Vindriana, V., Kadir, A., Askar, M., Vindriana, V., Kelengkapan, H., Gizi, S., …
Askar, M. (2012). Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Status Gizi
Pada Balita Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Kabupaten Muna, 1, 1–8.

ix

Anda mungkin juga menyukai