Proposal
Oleh:
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah........................................................................ 5
C. Hipotesis ........................................................................................ 5
F. Kajian Pustaka.............................................................................. 8
BAB II
B. Imunisasi..................................................................................... 21
D. Kerangka Konsep........................................................................ 30
BAB III
METODOLODI PENELITIAN............................................................. 32
iv
1. Populasi.................................................................................... 32
2. Sampel ..................................................................................... 32
1. Kuesioner ................................................................................. 33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
RI, 2009).
bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan
untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan
pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.
sasarannya.
sering menderita kekurangan gizi dan gizi buruk. Balita yang tidak mendapatkan
sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi.
Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu
sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi berupa penurunan
. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa kehidupannya merupakan hal
yang paling penting. Kekurangan gizi dapat memberikan akibat buruk yang tak
pada tahun 2018 di Indonesia adalah 17, 7%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan
13,8% gizi kurang.Peresentase dari angka gizi buruk tersebut sudah cukup
menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2013 (19,6 %)
status gizi buruk dan status gizi kurang pada balita di provinsi Sulawesi Selatan
tumbuh kembang bayi menuju dewasa dan sekaligus untuk menekan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
maka perlu diberikan imunisasi. Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi
merupakan hubungan timbal balik, yaitu keadaan gizi yang tidak baik dapat
pada pertumbuhan bayi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara
lain, diare, tuberkolusis, campak dan batuk rejan. Dengan imunisasi seorang anak
tidak mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat dengan
tubuh sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi terserap dengan
baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh balita dimanfaatkan untuk pertumbuhannya
masalah kompleks. Masalah gizi bukan hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi
keluarga yang tidak seimbang, pola asuh balita yang tidak memadai, imunisasi
pada balita, dan sanitasi dan air bersih yang tidak memadai, sedangkan status gizi
balita secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi pangan balita dan penyakit
Status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks
dan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
langsung seperti konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak
aktivitas ibu, jumlah anggota keluarga dan budaya pantangan makanan, jarak
(imunisasi), dan stabilitas rumah tangga (Fakhrurijal, Ss, & Basuki, 2012)
terhadap serangan penyakit infeksi, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan
menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi
kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak. (Vindriana et
al., 2012)
pada tahun 2018 di Indonesia adalah 17, 7%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 13,8
% gizi kurang.Peresentase dari angka gizi buruk tersebut sudah cukup menurun
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2013 (19,6 %) status gizi
5
buruk dan status gizi kurang pada balita di provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
Kesehatan pada 2017, status gizi buruk balita umur 0-59 bulan diperoleh data,
sekitar 4,9 persen balita gizi buruk dan 17,9 persen balita gizi kurang.
Manggala memiliki jumlah gizi buruk 95 balita atau 1,59% dan jumlah status gizi
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis
Antang.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rumusan
C. Hipotesis
D. Defenisi Operasional
Kriteria
Variabel Definisi Cara Ukur Skala
Objektif
Independent :
kehidupan yang
berdasarkan ulang
saat penelitian
menunjukkan an semua
tentang kelengkapan rangkaian
Dasar)
Kuesioner - Tidak
Lengkap (
tidak
melaksanaka
n semua
rangkaian
Imunisasi
7
Dasar)
Dependen : - Baik,Z-
< -2,0
- Buruk,Z-
- Lebih, Z-
score> 2,0
F. Kajian Pustaka
NO JUDUL PENULIS VARIABEL METODE HASIL
1.
Hubungan Karakteristik Distia Variabel Independent : Jenis penelitian ini Faktor yang dapat
Ibu, Pola Asuh Dan Hayyudini, Karakteristik Ibu termasuk penelitian mempengaruhi status
Pemberian Imunisasi Dasar Suyatno, Yudhy Variabel Dependen : Status explanotory study gizi ini diantaranya
Terhadap Status Gizi Anak Dharmawan Gizi Anak dengan rancangan cross adalah ibu yang
Puskesmas
Kedungmundu. Analisis
bivariat dengan
Korelasi Parsial (p
0,05).
2.
Hubungan Pengetahuan Ibu Wuri Rekawati Variabel Independent : Penelitian ini Tidak terdapat
Dan Status Imunisasi Susiloningrum Pengetahuan dan Status dilaksanakan di wilayah hubungan bermakna
Dengan Status Gizi Balita Imunisasi kerja Puskesmas Klego antara pengetahuan
2-3 Tahun 2017. Variabel Dependent : Status 1 Boyolali. Penelitian ibu (p=0,006) dan
sectional. Sampel
proportional random
sampling yang
memenuhi kriteria
sampel sebanyak 43
responden. Kriteria
penelitian
3.
Hubungan Pengetahuan Maulana Variabel Independent : Penelitian ini bersifat Pengetahuan gizi ibu
Gizi Ibu Dan Status Wijaya Pengetahuan dan Status deskriptif korelasi baik (65,3%) dan
Imunisasi Dasar Balita Imunisasi dengan desain cross pengetahuan gizi ibu
Dengan Status Gizi Balita Variabel Dependen : Status sectional. Data kurang (34,7%),
hubungan
hubungan status
imunisasi dasar
balita.
4. Hasil analisis bivariat
Pengaruh Imunisasi Siti Maysaroh Variabel Independent : Jenis penelitian adalah
Morbiditas Dan Status Variabel Dependen : Tingkat observational dengan adanya pengaruh
Gizi (Imt/U) Pada Balita Modiritas dan Status Gizi rancangan cross yang signifikan
Di Wilayah Kerja sectional. Jumlah antara imunisasi
Puskesmas Polokarto sampel adalah 34 batita
terhadap lama diare
Sukoharjo Tahun 2016. dengan pengambilan
(p=0,062), imunisasi
sampel menggunakan
terhadap lama ISPA
simple random
imunisasi terhadap
tingkat morbiditas
Pemberian Imunisasi Dasar Worang Pemberian Imunisasi Dasar menggunakan teknik pengetahuan,
dikumpulkan dari
responden
menggunakan kuesioner
16
G. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umun
2. Tujuan Khusus
Dasar dengan Status Gizi Balita (Baik, Kurang, Buruk atau Lebih) di Wilayah
H. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Instansi
tentang Kelengkapan Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Balita (Baik, Kurang,
Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Balita (Baik, Kurang, Buruk atau Lebih).
20
BAB II
TINJAUAN USTAKA
A. Status Gizi
tubuh.
Menurut Yohanes Status gizi adalah bagian penting dari status kesehatan
seseorang. Status gizi dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik dan
lebih. Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang
tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat irreversible (tidak
c. BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.
1) Sangat Kurus ( < -3,0 SD )
2) Kurus ( -3,0 SD s/d < -2,0 SD )
3) Normal ( -2,0 SD s/d 2,0 SD )
4) Gemuk ( > 2,0 SD )
memiliki presisi 0,1 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan alat ukur
tinggi badan dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak balita disajikan
dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Untuk
menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap
B. Imunisasi
3. Sejarah Imunisasi
Sejak saat itu upaya untuk menemukan varian vaksin baru semakin marak
di lakukan dalam kegiatan pencacaran.Istilah imunisasi pada saat itu lebih dikenal
dengan istilah pencacaran yang sebenarnya istilah imunisasi yang kita kenal saat
ini lebih ditujukan kepada jenis-jenis upaya pengebalan tubuh lainnya (Ryadi,
2016).
pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan
22
imunisasi (PD3I), yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta
hepatitis B.
pemberian antigen yang ditujukan kepada bayi baru lahir,dengan empat jenis
vaksin,yaitu Basil Calmette Guerin (BCG), Dipteri Pertutis Tetanus (DPT), Polio
dituliskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan
Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013. (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,
2013)
dasar lengkap apabila telah mendapatkan satu kali imunisasi HB-0, satu kali
polio atau tiga kali imunisasi IPV, dan satu kali imunisasi campak (Kementerian
Kesehatan, 2017).
4. Program Imunisasi
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat
terpajang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
prakteknya dapat dilakukan melalui upaya preventif agar tidak terkena penyakit
dan berobat manakala sakit agar diperoleh kesehatan kembali, yaitu dengan
ََل
ا ُوا
ا و لق ُا
ُ ۡ
ۡت م َۡيد
ِيك َِلى ب
ِأ إ
َِا
ة ُه
لك َّۡ
ٱلت
Terjemahnya
Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak akan
kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 juta
dilemahkan yang berasal dari vaksin yang telah dimasukkan ke dalam tubuh.
populasi bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil yang dianggap
yang terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar
5. Tujuan Imunisasi
a. Imunisasi BCG
sering di sebut TB. Dosis yang diberikan adalah 0,05 sebanyak 1 kali dan
imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin
membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2 sampai 4 bulan, kemudian
sembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10 mm.
Ketika bisul kecil tersebut mengeluarkan cairan maka perlu dikompres dengan
25
cairan antiseptic, jika cairan bertambah banyak maka segera membawa bayi ke
b. Imunisasi DPT-HB-HIB
tipe b secara simultas. Dosis dari imunisasi ini untuk satu anak adalah 0,5 ml yang
Efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi ini adalah reaksi local
demam dapat timbul dalam sejumlah anak. Kadang-kadang reaksi berat, seperti
demam tinggi, rewel, dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah pemberian. Penanganan ketika itu terjadi, Ibu bisa memberikan ASI atau
sari buah lebih banyak, , kompres bekas suntikan dengan air dingin, ketika bayi
demam kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap
3-4 jam atau jika reaksi menetap bawa bayi ke dokter.(Republik Indonesia, 2015)
c. Imunisasi Hepatitis B
buah HB PID dan disuntikan pada anterolateral paha, pemberian sebanyak 3 dosis
( dosis pertama usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu).
d. Imunisasi Polio
26
Imunisasi Polio adalah vaksin Polio Trivanlent yang terdiri dari suspense
virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 yang sudah dilemahkan,seperti jenis vaksinnya
diberikan melalui mulut dengan 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali dosis
pemberian, dengan jangka waktu 4 minggu per dosis. Efek samping dari imunisasi
e. Imunisasi Campak
imunisasi ini merupakan vaksin virus hidup yang telah dilemahkan. Cara
pemberian dengan disuntikan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha dengan
selama hari yang dapat terjadi 8 sampai 12 hari setelah pemberian. Orang tua
disarankan memberikan ASI lebih banyak dan bekas suntikan dikompren dengan
air dingin, jika bayi mengalami demam kenakan pakaian yang tipis dan berikan
ditentukan atas kajian ahli dan analisa epidemiologi atas penyakit yang banyak
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B pada umur 0 – 7 hari
, 1 dosis BCG pada umur 1 bulan, 3 dosis DPT-HB-HIB pada umur 2,3,4 bulan, 4
dosis Polio dan 1 dosis campak pada umur 9 bualn.(I. KemenKes, 2016)
27
Status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks
dan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
langsung seperti konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak
aktivitas ibu, jumlah anggota keluarga dan budaya pantangan makanan, jarak
(imunisasi), dan stabilitas rumah tangga (Fakhrurijal, Ss, & Basuki, 2012)
terhadap serangan penyakit infeksi, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan
menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi
kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak. (Vindriana et
al., 2012)
. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa kehidupannya merupakan hal
yang paling penting. Kekurangan gizi dapat memberikan akibat buruk yang tak
pada tahun 2018 di Indonesia adalah 17, 7%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 13,8
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2013 (19,6 %) status gizi
buruk dan status gizi kurang pada balita di provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
tumbuh kembang bayi menuju dewasa dan sekaligus untuk menekan angka
28
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
maka perlu diberikan imunisasi. Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi
merupakan hubungan timbal balik, yaitu keadaan gizi yang tidak baik dapat
pada pertumbuhan bayi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara
lain, diare, tuberkolusis, campak dan batuk rejan. Dengan imunisasi seorang anak
tidak mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat dengan
tubuh sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi terserap dengan
baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh balita dimanfaatkan untuk pertumbuhannya
masalah kompleks. Masalah gizi bukan hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi
keluarga yang tidak seimbang, pola asuh balita yang tidak memadai, imunisasi
pada balita, dan sanitasi dan air bersih yang tidak memadai, sedangkan status gizi
balita secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi pangan balita dan penyakit
D. Kerangka Teori
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Kepercayaan Hereditas
d. Nilai
e. Sikap
f. Keyakinan
g. Kapasitas
Faktor pemungkin :
a. Ketersediaan
pelayanan kesehatan Perilaku
b. Keterjangkauan
fasilitas kesehatan individu atau Kesehatan
c. Peraturan
pemerintah/masyarak masyarakat
at prioritas dan
komitmen terhadap
kesehatan
Faktor penguat :
a. Keluarga
b. Teman sebaya
c. Guru
d. Pemimpin
e. Petugas Kesehatan Lingkungan
f. Tokoh Masyarakat
g. Pembuat Keputusan
E. Kerangka Konsep
Umur
Status
Status Gizi
Kelengkapan
Imunisasi Dasar
Keterangan :
Variabel Independent
Variabel Dependent
32
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel satu dengan
variabel lainnya. Pada penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi atau
1. Populasi
terdisi atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
(Putri, 2016). Populasi pada penelitian ini adalah balita berusia 1-5 tahun di
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Pada penelitian ini teknik penelitian yang digunakan adalah purposive
karakteristik bayi telah melewati semua tahap imunisasi dasar lengkap, dengar
Selatan.
33
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Kesehatan Kota Makassar,Puskesmas Antang Perumnas dan dari buku KMS anak.
E. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden,yang
dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden
F. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
pengecekan atau coding, dengan merubah semua data berbentuk huruf menjadi
3. Tabulating
4. Entry
5. Cleaning
Semua data yang telah dimasukkan, harus dicek kembali karena adanya
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat
peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat
lengkap.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariate adalah analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini
biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel, seperti umur, pendidikan,
imunisasi dasar lengkap pada balita. Analisis bivariate terdiri atas metode-metode
H. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel
kolom yang dimana isi dari tabel didapatkan dari hasil wawancara dan kuesioner
Tanggal/Bulan/Tahun :
1. Nama Anak :
2. Umur : bulan
3. Tanggal Lahir :
5. Berat Badan : kg
a. Ya
b. Tidak
7. Jika Ya, sudah mendapatkan imunisasi apa saja? (sesuaikan dengan KMS)
vi
DAFTAR PUSTAKA
Erlita, C., Putri, E., Kebidanan, A., Bhakti, P., Survey, H., Kesehatan, D., & Esa,
Fakhrurijal, D., Ss, D., & Basuki, R. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang
Kemenkesn RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017, 140.
https://doi.org/10.3870/tzzz.2010.07.001
Desember 2013
vi
Mandagi, F. S., Umboh, J. M., & Wantania, J. (2018). FAKTOR – FAKTOR
SELATAN, 51–58.
Sukoharjo.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2013). Data dan Informasi Kesehatan
vii
BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN
MAGETAN.
Tanjung, I. C. D., Rohmawati, L., & Sofyani, S. (2017). Cakupan Imunisasi Dasar
Vindriana, V., Kadir, A., Askar, M., Vindriana, V., Kelengkapan, H., Gizi, S., …
Fakhrurijal, D., Ss, D., & Basuki, R. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita di Posyandu Mawar RW 05
Kelurahan Wonodri, 6–10.
Kemenkesn RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017, 140.
https://doi.org/10.3870/tzzz.2010.07.001
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan
Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1
Desember 2013
Maysaroh, S. (2016). Pengaruh Imunisasi Terhadap Tingkat Mordbilitas Dan
Status Gizi (IMT/U) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto
Sukoharjo.
Menteri Kesehatan RI. (2009). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2013). Data dan Informasi Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2016). InfoDatin
Imunisasi.
viii
Ryadi, A. L. S. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Vindriana, V., Kadir, A., Askar, M., Vindriana, V., Kelengkapan, H., Gizi, S., …
Askar, M. (2012). Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Status Gizi
Pada Balita Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Kabupaten Muna, 1, 1–8.
ix