PROPOSAL
Sosialiasi Gizi Terkait “Edukasi Kepada Siswa Kelas 3 Terkait Jajanan Sehat
Dan Aman Di SDN 1 Tembilahan Hulu”
Dosen Pengampu :
Fitri, SP, MKM
Disusun Oleh:
Siti Khairunnisa
(P03221341035)
TK 2A Gizi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan ............................................................................................................3
1.3 Menfaat ..........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................4
2.1 PAUD dan anak balita ...................................................................................4
2.2 Gizi seimbang pada balita .......................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Hubungan pengetahuan ibu dengan gizi pada balita .....................................7
BAB 3 METODE PELAKSANAAN ......................................................................8
3.1 Metode Pendidikan gizi .................................................................................9
3.2 Sasaran kegiatan ............................................................................................9
3.3 Waktu dan tempat pelaksanaan .....................................................................9
BAB 4 ISI ..................................................................................................................9
4.1 Materi sosialisasi gizi ..................................................................................10
4.2 Evaluasi .......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................16
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada masa anak usia sekolah merupakan masa tumbuh kembang, sehingga
membutuhkan nutrisi atau makanan untuk mendukung proses pertumbuhannya. Hal inilah
yang menyebabkan adanya keinginan untuk mengkonsumsi jajanan di lingkungan sekolah
karena sebagia besar waktu mereka berada di sekolah. Namun, jajanan atau makanan yang
ada di lingkungan sekolah terkadang tidak menjamin kebersihan dan kandungan gizi yang
ada pada jajanan tersebut. Penyakit yang terjadi akibat perilaku jajan yang tidak sehat dapat
mengakibatkan gangguan-gangguan kesehatan seperti kanker, keracunan, food borne
desease serta terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada kesehatan di usia
anak sekolah. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh Nofriadi, dkk (2020)
didapatkan bahwa masih banyak siswa berprilaku jajan sehat masih rendah dan terdapat
banyak anak yang jajan tidak sehat. (Nofriadi et al., 2020). Sekarang ini kondisi yang
terjadi pada kelompok anak-anak mengalami berbagai permasalahan yang terpaut dengan
gizi, baik masalah kekurangan gizi maupun kelebihan gizi. Informasi yang diperoleh dari
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 di dapatkan prevalensi tingkatan status
gizi anakusia 6-12 tahun dengan kategori kurus 4.6%, kurus 7.6%, normal 78.6%, dan
gemuk 9.2%. kemudian tingkatan status gizi anak dengan kategori stunting (sangat pendek
15.1%, pendek 20%, dan normal 64.5%. Informasi hasil monitoring PJAS Nasional tahun
2008 menunjukkan bahwa 98.8% anak jajan disekolah dan hanya 1 % yang tidak prnah
jajan di sekolah. (BPOM, 2013).
Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan
asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah. Jajanan anak sekolah yang
kurang terjamin kesehatannya dapt berpotensi menyebabkan keracunan, gangguan
pencernaan dan jika berlangsung lama akan menyebabkan status gizi yang buruk dan
menyebabkan prestasi anak sekolah menurun (Nurbiyati & Wibowo, 2014). Jenis Jajanan
yang berada di lingkungan sekolah seperti minuman, makanan, dan cemilan biasanya
dikonsumsi pada jam istirahat atau pada saat pulang sekolah. Keamanan pada jajanan ini
masih rendah dan juga terkadang menjadi masalah, sehingga diperlukan perhatian dari
pihak sekolah dan orang tua untuk menjamin keamanan jajanan. Menurut Kepala BPOM
tahun 2016, bahwa jajanan sekolah yang ada dilingkungan sekolah pada saai ini semakin
1
beranekaragam dari mulai jajanan tradisional sampai jajanan modern yang pada akhirnya
menarik para siswa untuk mengkonsumsi jajanan tersebut dan juga memiliki efek negatif
bagi kesehatan anak sekolah. Hasil penelitian juga didapatkan bahwa terdapat 35% kasus
dengan gangguan pencernaan dan keracunan disekolah yang disebabkan makanan yang di
jajakan disekolah tidak memenuhi standar kebersihan dan kesehatan. (Nurleny et al., 2020).
Pada jajanan yang tidak sehat banyak mengandung zat-zat berbahaya, dimana zat-zat
berbahaya ini merupakan tambahan makanan yang tidak dapat diterima oleh tubuh dan
akan menimbulkan gangguan kesehatan. Zat-zat yang berbahaya berupa zat fisik seperti
tanah, karet, plastik, dan rambut. Zat kimia seperti pengawet, pemanis, dan pewarna dan
zat biologis seperti adanya kontaminasi oleh bakteri atau binatang. Berdasarkan data
pangan jajanan anak sekolah yang dilakukan oleh BPOM di seluruh Indonesia di tahun
2009 memperlihatkan bahwa 45% jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat karena
terdapat bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamine dan mengandung
Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti siklamat dan benzoate yang melebihi batas aman,
serta terdapat kontaminasi biologi. Pada tahun 2006-2010 hasil temuan BPOM
mendapatkan 48% jajanan di sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena
mengandung bahan kimia yang berbahaya dan mengandung BTP melebihi batas aman dan
juga adanya cemaran mikrobiologi.
Selain itu, berdasarkan penelitian paganan jajanan anak sekolah yang dilaksanakan
di 6 kota (Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya) ditemukan
72% positif mengandung zat berbahaya. Sebanyak 45% jajanan anak sekolah
terkontaminasi Escherichia coli pada makanan dan minuman yang ada di sekolah, sebayak
47,8% kebersihan pedagang tidak baik, sebanyak 62,5% memiliki sanitasi buruk dari segi
peralatan. Hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Semarang menunjukkan
72,7% makanan jajanan berisiko tinggi mengandung bahaya, dan terdapat 35,9% siswa
pernah sakit setelah mengonsumsi jajanan dan 42,3% siswa jarang mencuci tangan
sebelum makan. Hasil uji pada Januari-Agustus 2014 di 23.500 sekolah dasar dan
ibtidaiyah ditemukan hampir sepertiga jajanan anak sekolah terkontaminasi mikroba
berbahaya dan terdapat bahan berbahaya dan bahan tambahan pangan yang tidak
memenuhi syarat. (Manalu & Suudi, 2017). Jajanan yang tidak sehat yang menandung zat-
zat berbahaya apabila dikonsumsi secara terus-menerus akan terakumulasi pada tubuh dan
2
akan menjadi zat karsinogenik yang akan menimbulkan penyakit berbahaya dan
menganggu kesehatan secara menyeluruh. Makanan yang aman adalah faktor terpenting
dalam siklus kehidupan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Adanya zat-zat yang
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai tubuh yang
sehat. Oleh karena itu, diperlukan persediaan makanan yang baik untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas yang mendukung kehidupan. Dalam Undang-Undang RI No. 7
Tahun 1996 mengenai pangan, keamanan pangan diartikan sebagai keadaan dan usaha
yang dilakukan dalam menghindari pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia,
benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan dapat membahayakan kesehatan
(Budaraga et al., 2019).
Untuk mengatasi masalah jajanan pada anak usia sekolah, diperlukan adanya
edukasi untuk memperoleh pengetahuan tentang jajanan sehat. Salah satu metode untuk
melakukan perubahan pada sikap yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan
penyuluhan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan edukasi serta informasi
kepada siswa kelas 3 di SDN 1 Tembilahan Hulu terkait jajanan sehat
b. Tujuan khusus
1. Memberikan informasi mengenai jajanan sehat pada siswa kelas 3 SD.
2. Memberikan informasi terkait zat-zat berbahaya yang sering digunakan pada
jajanan
3. Memberikan informasi terkait pentingnya mengetahui ciri-ciri jajanan sehat
4. Memberikan informasi terkait contoh jajanan sehat yang tidak menggunakan
zat berbahaya.
1.3 Manfaat
Adapun menfaat dari kegiatan sosialisasi ini adalah untuk menambah wawasan
siswa kelas 3 di SDN 1 Tembilahan Hulu terhadap jajanan sehat
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak SD
Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6–12tahun atau biasa
disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring dengan
bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasai pun semakin beragam. Minat anak pada
periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak.
Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang akan
berguna pada proses perkembangannya kelak (Jatmika, 2005).
Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas, atau periode keserasian
bersekolah. Pada umur 6 – 7 tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki
sekolah. Periode sekolahdasar terdiri dari periode kelas rendah dan periode kelas tinggi.
Karakteristik siswa kelas rendah sekolah dasar adalah sebagai berikut: (1) adanya kolerasi
positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi
sekolah, (2) adanya kecenderungan memuji diri sendiri, (3) suka membanding-bandingkan
dirinya dengan anak lain, (4) pada masa ini (terutama pada umur 6–8tahun) anak
menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang
pantas diberi nilai baik atau tidak, (5) tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang
ada di dalam dunianya, (6) apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggap tidak penting (Notoatmodjo, 2012).
Karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar adalah sebagai berikut: (1) adanya
minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, (2) realistik, mempunyai rasa
ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal
atau mata pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umur 11 tahunanak membutuhkan guru atau orang-
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah
kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas
dan berusaha menyelesaikannya sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka
rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah, (6) anak-
anakpada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain
4
bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan
permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Supariasa (2013), karakteristik anak usia sekolahumur 6-12 tahun terbagi
menjadi empat bagian terdiri dari :
1) Fisik/Jasmani
a) Pertumbuhan lambat dan teratur.
b) Anak perempuan biasanya lebih tinggi dan lebih berat dibanding laki-laki dengan usia
yang sama.
c) Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa ini.
d) Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus.
e) Pertumbuhan tulang, tulang sangat sensitif terhadap kecelakaan.
f) Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tanggal, nafsu makan besar, senang makan dan aktif.
g) Fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa ini.
2) Emosi
a) Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan
diri sendiri, mudah cemas jika ada kemalangan di dalam keluarga.
b) Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis.
3) Sosial
a) Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam permainan yang bersaing, mulai
menunjukkan sikap kepemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diri, jujur, sering
punya kelompok teman-teman tertentu.
b) Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan wanitabermain sendiri-sendiri.
4) Intelektual
a) Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar dalam belajar dan keterampilan,
ingin coba-coba, selalu ingin tahu sesuatu.
b) Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat
5
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan terjadi
setelah melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2006
dalam Mubarak dkk., 2007). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
Konsumsi jajanan merupakan hal yang sangat melekat pada anak. Anak-anak
seringkali membeli makanan diluar dan tidak memperhatikan kebersihan serta kandungan
yang ada pada makanan tersebut. Berdasarkan survei Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), lebih dari 99% anak mengkonsumsi jajanan saat di sekolah. Tingginya persentase
anak yang mengkonsumsi jajanan memungkinkan risiko terjadinya masalah kesehatan
pada anak menjadi lebih besar.
7
kerupuk, cincau serta pewarna tekstil pada produk kerupuk. Menurut penelitian Purtianti
(2010) tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku
anak dalam memilih makanan jajanan, akan tetapi dapat ditambahkan bahwa perilaku anak
sekolah dalam mengkonsumsi jajanan juga di dukung oleh murah, menarik, dan
bervariasinya makanan tersebut.
8
3.1 Metode Pendidikan gizi
Pendidikan gizi dilakukan dengan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab
dengan media PPT dan video edukasi. Selanjutnya peserta kegiatan mendengarkan
pemaparan materi dari pembicara dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Sasaran dari kegiatan ini adalah siswa kelas 3 SDN 1 Tembilahan Hulu.
Hari : Senin
BAB 4 ISI
9
4.1 Materi sosialisasi gizi
10
c. Kebiasaan Makan Anak Sekolah
Menurut Maarisit (2014) anak anak memilki kebiasaan jajanan diluar meskipun
orang tua mereka sudah melarangnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal
tersebut , seperti:
a. Faktor lingkungan tempat tinggal yang menyediakan fasilitas tempat jajan beragam
dan menarik untuk dijadikan jajan
b. Kurangnya penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan kebiasaan jajan
c. Adanya sumber informasi visual seperti televise yang memberikan informasi
menarik, khususnya informasi tentang jajanan sebagai produk makanan dan minuman
siap saji.
Kebiasaan makan kita ditentukan oleh tradisi dan budaya. Orang zaman dahulu
selalu mencoba coba apapun yang akan dia makan, jika dirasa tidak enak atau
menyebabkan sakit, maka makanan tersebut tidak akan dikonsusmsi lagi. Hal ini
mereka ajarkan pula kepada keturunan mereka. Sebagai contoh, orang sunda terbiasa
memakan makanan yang segar bahkan mentah, berbeda dengan orang jawa yang selalu
memasak makanan sampai lembek dan berasa manis.
Pangan yang aman adalah pangan yang kita konsumsi tidak menimbulkan
gangguan kesehatan pada tubuh yang mengkonsumsinya. Sehingga, jika dikonsumsi
akan menyehatkan tubuh dan tidak menyebabkan sakit pada tubuh. Pangan yang aman
dapat dilihat dari komposisi asal bahan pangan dan adanya campuran komponen lain
yang merungikan, seperti mikroba penyebab sakit dan bahan kimia yang dapat
menyebabkan gangguan pada tubuh.
d. Kontaminasi makanan
Pada umumnya makanan mengalami proses percobaan baik pada suatu industri
maupun pengolah rumah tangga sebelum disajikan. Proses pengolahan tersebut sangat
menentukan kualitas makanan yang selanjutnya sampai pada penyajian, karena itu
perhatian mengenai sanitasi dan higienis makanan selama proses produksi hingga
makanan siap disajikan menjadi sangat penting (Marwanti, 2010). Menurut Naira
(2005) peluang terjadinya konstaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap
pengolahan makanan. Berdasarkan hal ini, hygiene sanitasi makanan yang merupakan
11
konsep dasar pengolahan makanan sudah seharusnya dilaksanakan, enak prinsip
hygiene sanitasai tersebut adalah :
1. Pemilihan bahan makanan. Bahan makanan yang dipilih harus mempertimbangkan
beberapa hal, seperti batas kadaluarsa, terdaftar pada kemenkes, dan bahantersebut
diizinkan pemakaiannya untuk makanan.
2. Penyimpanan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan bertujuan untk
mencengah bahan makanan agar tidak cepat rusak.
3. pengolahan makanan. Pengolahan makanan meliputi 3 hal yaitu peralatan, penjamah
makanan, dan tempat pengolahan.
4. penyimpanan makanan matang. Makanan matang yang disimpan sebaiknya pada
suhu yang rendah, agar pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan
dapat bertahan.
5. pengangkutan makanan. Cara pengangkutan makanan yang diinginkan adalah
dengan wadah tertutup.
6. penyajian makanan. Makanan disajikan dengna segar, jika makanan dihias maka
bahan yang digunakan merupakan bahan yang dapt dimakan. Hygiene sanitasi
makanan dan minuman yang baik perlu ditunjang oleh kondisi lingkungan dan sarana
sanitasi yang baik pula. Sarana tersebut antara lain:
a. Tersedianya air bersih yang mencukupi, baik dari segi kuantitas mauoun
kualitas.
b. Pembuangan air limbah yang tertera dengan baik agar tidak menjadi sumber
pencemar
c. Tempat pembuangan sampah yang terbuat dari bahann kedap air, mudah
dibersihkan dan mempunyai tutup.
Bahan Pangan Tambahan (BTP) juga bisa disebut dengan zat aditif makanan, food
additive, bahkan kimia makanan, atau bahan tambahan makanan. Didalam peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 722/Mankes/Per/IX/88 dijelaskan, bahwa BTP adalah bahan
yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, punya atau tidak nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan kedalam makanan untuk maksud
teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyajian, perlakuan, pengemasan,
penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan suatu komponen atau
12
mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Berdasarkan tujuan penggunanya dalam
pangan, pengelompokkan BTP yang diizinkan dalam makanan menurut peraturan
menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 sebagai berikut:
1. Pewarna
2. Pemanis Buatan
3. Pengawet
4. Antioksida
5. Antikempal
6. Penyebab rasa dan aroma
7. Pengatur kesamaan
8. Pemutih dan pematang tepung
9. Pengemulsi
10. Pengeras
11. Sekuestran
12. BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan yang tidak termasuk golongan
atas
e. Memilih Makanan Jajanan
Menurut candra seperti yang dikutip oleh anditra (2012), terdapat beberapa cara
untuk memilih jajanan yang baik, yaitu :
1. Mengamati warna makanan jajanan berwarna mencolok atau jauh berbeda dari
warna aslinya. Snack, kerupuk, mi,es krim yang berwarna terlalu mencolok ada
kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman.
2. Mencicipi rasa makanan jajanan, biasanya lidah cukup jeli untuk membedakan
mana makanan yang aman atau tidak. Makanan yang tidak aman umumnya
berasa tajam, missal sangan gurih, membuat lidah bergetar dan tenggorakan
gatal.
3. Mencium aroma makanan jajanan, bau apek atau tengik pertanda makanan
tersebut telah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
4. Mengamati komposisi makanan jajanan dengan membaca dengan teliti adakah
kandungan bahn bahan makanan tambahan yang berbahaya dan dapat merusak
kesehatan.
13
5. Memperhatikan kualitas makanan jajanan dengan membandingkan makanan
tersebut dalam keadaaan segar atau telah berjamur sehingga dapat
menyebabkan keracunan. Makanan yang telah berjamur menandakan proses
tidak berjalan dengan baik atau telah kadaluarsa.
6. Melihat apakah makanan tersebut sudah terdaftar di BPOM (Badan Obat dan
Makanan) atau belum dengan melihatnya dikemasan makanan tersebut
14
4.2 Evaluasi
15
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Soetardjo, dan Soekarti. 2016. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Aswandi. Syahril, S. dkk.(2013), Perilaku Hidup Sehat (PHBS) Pada Siswa Siswi SDK RITA Pada
Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara
Timur,Jurnal Bagian GIZI FKIK Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,187-196
Ernia, N. , Tahlil, T. (2017), Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Jajanan Dengan Status
Kesehatan Anak Sekolah, Jurnal Keperawatan Syiah Kuala, 1-6
Ernia, Ninin. Tahlil, Teuku. (2017), Hubungan Pengetahuan, sikap dan perilaku jajan dengan
status kesehatan anak sekolah, Jurnal Fakultas keperawatan Universitas Syariah Kuala
Banda Aceh, Aceh
Febriyanto, Mukhammad Aminudin. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Perilaku Konsumsi Jajanan Sehat di MI Sulaimaniyah Majoagung Jombang. (Skripsi).
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Surabaya
Lestari, Shinta Asih Witha. 2015. Pengaruh Penyuluhan Jajanan Sehat Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Gonilan Kartasura. (Skripsi). Fakultas Kedokteran,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Purtiantini.2010. Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan
perilaku anak memilih makanan di Sdit muhammadiyah al kautsar gumpang kartasura.
Skripsi. Fakultas ilmu kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakatra.
16