Oleh :
FERAWATI : 70200115022
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga
dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan orang-orang yang berjuang
di jalan-Nya.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat yaitu dosen serta teman-teman.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dalam laporan penelitian ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisan. Oleh
sebab itu segala kritik, saran dan evaluasi sangat kami harapkan. Selanjutnya,
semoga proposal penelitian ini bermanfaat, bagi kami khususnya dan bagi
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Defenisi Operasional
D. Kajian Pustaka
B. Obesitas
D. Asupan Makanan
D. Instrumen Penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
B. Hasil
C. Pembahasan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi dan kesehatan dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan gizi. Jika
anak mengonsumsi makanan rendah zat gizi dalam jangka waktu yang cukup lama
maka akan berdampak pada pertumbuhan fisik yang terganggu yang berakibat
tubuh menjadi lebih kecil. Selain berdapak pada tubuh juga berdampak pada
perkembangan kecerdasan dan fungsi otak anak yang tidak maksimal akibat
Anak usia 6-12 tahun adalah usia masa sekolah dasar dimana pada masa ini
anak sebagai konsumen aktif sudah bisa memilih makanan kesukaan sendiri
utamanya makanan jajanan. Pada usia ini merupakan masa pertumbuhan dan
Makanan ringan atau sering disebut makanan jajanan merupakan jenis pangan
yang beredar dipasaran. Ada berbagai jenis makanan jajanan seperti siomay,
pempek, cilok, cimol, bakso, aneka es dan masih banyak jajanan lainnya yang
dan sedang memakan jajanan di sekitaran penjual jajanan pada waktu istirahat
ataupun pada jam pulang sekolah sembari menunggu jembutan (Semito, 2014).
serat, sehingga membuat cepat kenyang, selain itu kebersihan dari jajanan itu
sangat diragukan. Kandungan gizi yang tidak seimbang pada makanan bila sudah
menjadi pola makan, maka akan berdampak negatif pada status gizi anak.
1
Kebiasaan mengkonsusmsi makanan jajanan yang berlebihan dapat menimbulkan
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan merupakan salah satu bentuk
perilaku selain itu perilaku juga meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik
(Yulia, 2018).
Secara global, menurut WHO tahun 2013 prevalensi status gizi lebih pada
dewasa mengalami peningkatan sebesar 27,5% antara tahun 1980 dan 2013,
negara maju, prevalensi obesitas anak sebesar 23,8% pada laki-laki dan 22,6%
pada perempuan dan di negara berkembang sebesar 12,9% pada laki-laki serta
13,4% pada perempuan. Namun, secara jumlah absolut, lebih banyak anak
Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia, dari 120 responden,
dan sebagian siswa (35.84%) tidak sarapan, dari data tersebut diketahui siswa
dengan kelebihan berat badan sebesar 13.33%, siswa obesitas 12.5%, dan siswa
Status gizi lebih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO
obesitas sudah merupakan salah satu masalah status gizi yang harus segera
3
ditangani. Menurut WHO status gizi lebih pada anak merupakan salah satu faktor
risiko non communicable disease (NCDs) yang perlu mendapat perhatian serius
Anak usia sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan
mengalami masalah gizi, sering dijumpai pada anak sekolah yaitu overweight dan
2007 sebesar 7.9% dan meningkat 1.3% pada tahun 2010 menjadi 9.2%. Menurut
Riskesdas Tahun 2013, diketahui prevalensi obesitas pada anak usia 5-12 tahun
secara nasional adalah sebesar 18.8%, yang terdiri dari gemuk 10.8% dan sangat
secara nasional (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11.2%,
terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus (Lani, 2017).
70 siswa 25.7% siswa mengalami gizi kurang dan 24.3% mengalami gizi lebih,
hal ini dikaitkan dengan konsumsi makanan yang tidak berimbang dan tidak
masalah gizi pada anak usia 6-18 tahun tidak jauh berbeda dari angka nasional
pendek, sebanyak 9,8% tergolong sangat kurus, sebanyak 29,1% tergolong kurus
dan sebanyak 7,3% tergolong gemuk (Rowa, Fanny, Manjilala, & Sukmawati,
2015).
energi harian anak. Kebutuhan energi harian anak jika dipenuhi secara berlebih
4
2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan yaitu
faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi, pendapatan orang tua merupakan
salah satu komponen penting, semakin tinggi pendapatan orang tua, maka
pemberian uang saku pada anak semakin tinggi. Uang saku tersebut digunakan
Kurangnya nasihat dan arahan dari orang tua tentang pemanfaatan uang saku
pemberian uang saku juga dapat mempengaruhi kebiasaan jajan pada anak usia
sekolah. Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi makanan apa
B. Rumusan Masalah
ini adalah :
lemak
Bontosunggu
5
5. Bagaimana aktifitas fisik siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres
Bontosunggu
8. Apakah ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan kejadian obesitas
10. Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan kejadian obesitas
11. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
12. Apakah ada hubungan antara asupan makanan dengan kejadian obesitas
1. Variabel independen
a. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua adalah jenjang ataupun tahapan pendidikan formal yang
ditempuh orang tua melalui proses pengubahan cara berfikir atau tata laku secara
Kriteria Objektif
6
b. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua adalah hasil yang diperoleh orang tua yang dinilai
dengan uang yang diperoleh dengan cara melakukan usaha tau kegiatan ekonomi
Kriteria Objektif
1) >1.500.000
2) <=1.500.000
Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan orang tua dengan
Kriteria Objektif
Uang saku adalah sejumlah uang yang diberikan oleh orang tua atau
Kriteria Objektif
1) < Rp 5.000
2) ≥ Rp 5.000
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot rangka
Kriteria Objektif
7
f. Sarapan
Kriteria Objektif
g. Asupan makanan
Kriteria Objektif
2. Variabel dependen
a. Obesitas
Kriteria Objektif:
8
D. KAJIAN PUSTAKA
Karakteristik Penelitian
No Nama Peneliti Judul peneliti Variable Peneliti Jenis Penelitian Sampel Hasil
1. Indah Suci Status Gizi Berdasarkan Status Gizi, Pola bersifat 124 anak Ada perbedaan status gizi anak
Anzarkusuma, Pola Makan Anak Makan, Anak kuantitatif berdasarkan frekuensi makan (p<0,05),
Erry Yudhya Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar dengan tidak ada perbedaan status gizi anak
2
dan pembinaan UKS tentang pentingnya
2. Marhamah, Perilaku Konsumsi Dan Perilaku konsumsi, cross sectional 50 orang kebiasaan sarapan sebelum berangkat ke
Abzeni, dan Status Gizi Anak Sekolah siswa SD, status design sekolah berkorelasi positif sangat nyata
Juwita Dasar Di Kota Serang gizi terhadap status gizi siswa, dengan r
3
berimbang.
3. APRIL LANI Hubungan Frekuensi frekuensi sarapan, desain cross 67 orang terdapat hubungan frekuensi sarapan,
Sarapan Dan Kebiasaan konsumsi sectional konsumsi jajan, aktivitas fisik, dan
Jajan Dengan Status Gizi jajan, siswa dengan asupan energi dengan z-score IMT/U
asupan energi.
4. Sekar Sari Perbedaan Asupan Energi Economic Status, pendekatan 50 1. Ada perbedaan antara asupan
Murni, Makanan Jajanan Dan Obesity, Snacks cross siswa energy makanan jajanan siswa
Agustin Status Obesitas Energy Intake sectional pada keluarga status ekonomi
4
Mufnaetty Ekonomi Keluarga Pada rendah.
rendah
5 Zia Rosyidah, Jumlah Uang Saku Dan gizi lebih, sarapan, observasional 52 responden jumlah uang saku dan kebiasaan
Dini Ririn Kebiasaan Melewatkan uang saku analitik dengan melewatkan sarapan berkontribusi pada
Andrias Sarapan Berhubungan desain cross terjadinya status gizi lebih anak sekolah
Dengan Status Gizi Lebih sectional dasar. Orang tua bertanggung jawab
5
3.215,06
6 Farah Husna Faktor-Faktor Yang Eating Behavior, penelitian 73 1. Sebanyak 72,8% anak gizi lebih
Fadhilah, Berhubungan Dengan Excess Nutrition, kuantitatif responden memiliki perilaku makan yang
6
ketersediaan sarana prasarana di
(p=0,003)
(p=0,286).
7 Nuranisa Hubungan Pendapatan Obesitas, desain cross 65 responden ada hubungan pendapatan orang tua
Orang Tua, Aktivitas Pendapatan Orang sectional dengan obesitas pada anak nilai p value
Jajanan Dengan Obesitas Konsumsi Makanan hubungan aktivitas fisik dengan obesitas
7
Pada Anak Sekolah Dasar Jajanan pada anak nilai p value = 0,001, nilai PR
0,009.
8
fisik dan olahraga secara teratur setiap
menyebabkan obesitas.
8 Angky Hubungan Pola Konsumsi Pola Konsumsi survei analitik 143 orang tidak ada hubungan Jenis makan jajanan
Anggraeni Makanan Jajanan Dengan Makan Jajanan, dengan desain dengan status gizi. Nilai p = 0,876 lebih
Status Gizi Dan Kadar Status Gizi, penelitian besar dari ɑ = 0,05 artinya Ha ditolak
Kolesterol Pada Anak Kolesterol kuantitatif dan dan Ho diterima. tidak ada hubungan
9
Sekolah Dasar Negeri menggunakan Frekuensi makan jajanan dengan status
Ikip I Makassar Tahun rancangan Cross gizi. Nilai p = 0,755 lebih besar dari ɑ =
10
kecil dari ɑ = 0,05 artinya Ha diterima
dan Ho ditolak.
9 Sopiani Hubungan Antara Makanan jajanan, Desain Cross 41 anak tidak ada kolerasi antara kontribusi
Widiastuti Kontribusi Makanan energi, status gizi Sectional makanan jajanan dan status gizi (r = -
11
10 Ratu Ayu Faktor Risiko Obesitas children (5-15 potong lintang 170.699 anak Faktor risiko yang paling berhubungan
Dewi Sartika Pada Anak 5-15 Tahun Di years old), obesity, (cross dengan obesitas pada anak usia 5-15
12
membudayakan aktivitas fisik.
10 Sitti Saharia Pola Makan Dan Status Status gizi, pola penelitian 31 orang Jumlah uang saku melebihi Rp
13
3.215,06, dan dapat
di sekolah.
14
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Inpres Bontosunggu
(IMT/U).
Inpres Bontosunggu.
Bontosunggu.
Bontosunggu.
Bontosunggu.
2
8. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan orang tua dengan
Bontosunggu.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
b. Kegunaan praktis
Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi para guru untuk memberikan
informasi dalam memilih dan mengonsumsi makanan jajanan yang aman, sehat
dan bergizi sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi dan kesehatannya
selalu terjaga serta diharapkan dapat memberi informasi tentang makanan jajanan
anak sekolah yang tidak sehat, serta pentingnya sarapan pagi untuk memenuhi