Anda di halaman 1dari 25

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR


INPRES BONTOSUNGGU TAHUN 2018

Oleh :

SHOFIA FATMA : 70200115075

HURUL AINI : 70200115003

FERAWATI : 70200115022

TITI ANGGRIATI : 70200115014

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan Laporan penelitian ini yang berjudul “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah ” dapat terselesaikan

dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan orang-orang yang berjuang

di jalan-Nya.

Dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dari

berbagai pihak sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik. Untuk itu kami

ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat yaitu dosen serta teman-teman.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari dalam laporan penelitian ini masih

banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisan. Oleh

sebab itu segala kritik, saran dan evaluasi sangat kami harapkan. Selanjutnya,

semoga proposal penelitian ini bermanfaat, bagi kami khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Samata, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Defenisi Operasional

D. Kajian Pustaka

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Status Gizi

B. Obesitas

C. Anak Sekolah Dasar

D. Asupan Makanan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

B. Populasi Dan Sampel

C. Metode Pengumpulan Data

D. Instrumen Penelitian

E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

B. Hasil

C. Pembahasan
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi dan kesehatan dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan gizi. Jika

anak mengonsumsi makanan rendah zat gizi dalam jangka waktu yang cukup lama

maka akan berdampak pada pertumbuhan fisik yang terganggu yang berakibat

tubuh menjadi lebih kecil. Selain berdapak pada tubuh juga berdampak pada

perkembangan kecerdasan dan fungsi otak anak yang tidak maksimal akibat

perubahan metabolisme otak (Muliawati, 2018).

Anak usia 6-12 tahun adalah usia masa sekolah dasar dimana pada masa ini

anak sebagai konsumen aktif sudah bisa memilih makanan kesukaan sendiri

utamanya makanan jajanan. Pada usia ini merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga makanan yang dikonsumsi akan berpengaruh

terhadap tumbuh kembang organ anak seperti otak (Muliawati, 2018).

Makanan ringan atau sering disebut makanan jajanan merupakan jenis pangan

yang beredar dipasaran. Ada berbagai jenis makanan jajanan seperti siomay,

pempek, cilok, cimol, bakso, aneka es dan masih banyak jajanan lainnya yang

sangat sering kali anak-anak konsumsi. Banyak anak-anak akan berkerumunan

dan sedang memakan jajanan di sekitaran penjual jajanan pada waktu istirahat

ataupun pada jam pulang sekolah sembari menunggu jembutan (Semito, 2014).

Selain itu mengkonsumsi makanan jajanan akan mempengaruhi status gizi

karena makanan jajanan tersebut kebanyakan mengandung karbohidrat dan sedikit

serat, sehingga membuat cepat kenyang, selain itu kebersihan dari jajanan itu

sangat diragukan. Kandungan gizi yang tidak seimbang pada makanan bila sudah

menjadi pola makan, maka akan berdampak negatif pada status gizi anak.

1
Kebiasaan mengkonsusmsi makanan jajanan yang berlebihan dapat menimbulkan

masalah obesitas (Anggraeni, 2014).

Perubahan perilaku dan aktivitas sehari-hari dapat menimbulkan terjadinya

kegemukan yang dapat memicu terjadinya obesitas. Respons seseorang terhadap

makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan merupakan salah satu bentuk

perilaku selain itu perilaku juga meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik

seseorang terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalam

makanan, pengolahan makanan yang berhubungan dengan kebutuhan tubuh

(Yulia, 2018).

Secara global, menurut WHO tahun 2013 prevalensi status gizi lebih pada

dewasa mengalami peningkatan sebesar 27,5% antara tahun 1980 dan 2013,

sedangkan pada anak-anak, peningkatannya jauh lebih besar yaitu 47,1%. Di

negara maju, prevalensi obesitas anak sebesar 23,8% pada laki-laki dan 22,6%

pada perempuan dan di negara berkembang sebesar 12,9% pada laki-laki serta

13,4% pada perempuan. Namun, secara jumlah absolut, lebih banyak anak

obesitas yang tinggal di negara berpendapatan rendah dan menengah, dibanding di

negara berpendapatan tinggi (Rosyidah & Andrias, 2016).

Status gizi lebih sering dikaitkan dengan kebiasaan melewatkan sarapan.

Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia, dari 120 responden,

siswa yang kadang-kadang sarapan (sekali dalam seminggu) sebanyak 23.33%

dan sebagian siswa (35.84%) tidak sarapan, dari data tersebut diketahui siswa

dengan kelebihan berat badan sebesar 13.33%, siswa obesitas 12.5%, dan siswa

dibawah berat badan normal sebanyak 7.5%.4 (Lani, 2017).

Status gizi lebih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO

menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemic global, sehingga

obesitas sudah merupakan salah satu masalah status gizi yang harus segera

3
ditangani. Menurut WHO status gizi lebih pada anak merupakan salah satu faktor

risiko non communicable disease (NCDs) yang perlu mendapat perhatian serius

karena berhubungan dengan berbagai komplikasi masalah kesehatan, termasuk

diabetes dan penyakit jantung (Rosyidah & Andrias, 2016).

Anak usia sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan

mengalami masalah gizi, sering dijumpai pada anak sekolah yaitu overweight dan

underweight. Prevalensi obesitas di Indonesia secara nasional menurut Riskesdas

2007 sebesar 7.9% dan meningkat 1.3% pada tahun 2010 menjadi 9.2%. Menurut

Riskesdas Tahun 2013, diketahui prevalensi obesitas pada anak usia 5-12 tahun

secara nasional adalah sebesar 18.8%, yang terdiri dari gemuk 10.8% dan sangat

gemuk (obesitas) sebesar 8.0%, sedangkan prevalensi gizi kurang/anak kurus

secara nasional (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11.2%,

terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus (Lani, 2017).

Studi yang dilakukan di Indonesia, di salah satu SD Kabupaten Gianyar, dari

70 siswa 25.7% siswa mengalami gizi kurang dan 24.3% mengalami gizi lebih,

hal ini dikaitkan dengan konsumsi makanan yang tidak berimbang dan tidak

sarapan (Lani, 2017).

Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memilki

masalah gizi pada anak usia 6-18 tahun tidak jauh berbeda dari angka nasional

yaitu sebanyak 33,1% tergolong sangat pendek, sebanyak 81,5% tergolong

pendek, sebanyak 9,8% tergolong sangat kurus, sebanyak 29,1% tergolong kurus

dan sebanyak 7,3% tergolong gemuk (Rowa, Fanny, Manjilala, & Sukmawati,

2015).

Jajanan sekolah berkontribusi signifikan mencapai 20% – 31,1% kebutuhan

energi harian anak. Kebutuhan energi harian anak jika dipenuhi secara berlebih

akan mengakibatkan kelebihan berat badan (Agustiningsasi, Ririanty, & Hartanto,

4
2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan yaitu

faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi, pendapatan orang tua merupakan

salah satu komponen penting, semakin tinggi pendapatan orang tua, maka

pemberian uang saku pada anak semakin tinggi. Uang saku tersebut digunakan

untuk memenuhi berbagai kebutuhan anak, salah satunya digunakan untuk

membeli jajanan (Murni, Syamsianah, & Mufnaetty, n.d.)

Kurangnya nasihat dan arahan dari orang tua tentang pemanfaatan uang saku

akan mendorong anak untuk memanfaatkannya secara bebas. Disisi lain,

pemberian uang saku juga dapat mempengaruhi kebiasaan jajan pada anak usia

sekolah. Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi makanan apa

yang dimakan dan frekuensinya. Rata-rata siswa SD mengalokasikan uang

sakunya untuk keperluan membeli makanan jajanan (Anzarkusuma, Mulyani, Jus

’at, & Angkasa, 2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam panelitian

ini adalah :

1. Bagaimana status gizi siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

dilihat berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

2. Bagaimana asupan makanan siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu dilihat berdasarkan asupan energi, karbohidrat, protein dan

lemak

3. Bagaimana kebiasaan jajan siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu dilihat berdasarkan total uang jajan setiap harinya

4. Bagaimana kebiasaan sarapan siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu

5
5. Bagaimana aktifitas fisik siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu

6. Apakah ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan kejadian

obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

7. Apakah ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan kejadian

obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

8. Apakah ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan kejadian obesitas

pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

9. Apakah ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kejadian obesitas

pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

10. Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan kejadian obesitas

pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

11. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada

siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

12. Apakah ada hubungan antara asupan makanan dengan kejadian obesitas

pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu dilihat dari

asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak.

C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Variabel independen
a. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua adalah jenjang ataupun tahapan pendidikan formal yang

ditempuh orang tua melalui proses pengubahan cara berfikir atau tata laku secara

intelektual dan emosional.

Kriteria Objektif

1) Tinggi, jika pendidikan SMA/sederajat, Diploma dan Sarjana


2) Rendah, jika pendidikan SMP/sederajat, SD dan tidak sekolah

6
b. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua adalah hasil yang diperoleh orang tua yang dinilai

dengan uang yang diperoleh dengan cara melakukan usaha tau kegiatan ekonomi

dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Kriteria Objektif

1) >1.500.000

2) <=1.500.000

c. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan orang tua dengan

maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

Kriteria Objektif

1) Pegawai, jika pekerja terikat pada instansi tertentu

2) Non pegawai, jika pekerja tidak terikat pada instansi tertentu

d. Uang saku/uang jajan

Uang saku adalah sejumlah uang yang diberikan oleh orang tua atau

pengasuh kepada anaknya.

Kriteria Objektif

1) < Rp 5.000

2) ≥ Rp 5.000

e. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot rangka

yang membutuhkan kalori.

Kriteria Objektif

1) Aktif, jika menggerakkan otot secara terus menerus

2) Tidak Aktif, jika tidak menggerakkan otot terus menerus

7
f. Sarapan

Sarapan merupakan aktivitas mengonsumsi makanan di pagi hari sebelum

kegiatan belajar berlangsung.

Kriteria Objektif

1) Sering jika sarapan 4 – 7 kali per minggu

2) Jarang jika siswa hanya sarapan 0 – 3 kali per minggu.

g. Asupan makanan

Asupan makanan adalah segala jenis makanan dan minuman yang

dikonsumsi tubuh setiap hari.

Kriteria Objektif

1) Cukup, jika asupan makanan ≥ 80% AKG

2) Kurang, jika asupan makanan ≤ 80% AKG

2. Variabel dependen

a. Obesitas

Kriteria Objektif:

1. Kurus : jika nilai Z Score < -2 SD

2. Normal : jika nilai Z score -2 sampai dengan +2 SD

3. Obesitas : jika nilai Z score > +2 SD

8
D. KAJIAN PUSTAKA

Karakteristik Penelitian

No Nama Peneliti Judul peneliti Variable Peneliti Jenis Penelitian Sampel Hasil

1. Indah Suci Status Gizi Berdasarkan Status Gizi, Pola bersifat 124 anak Ada perbedaan status gizi anak

Anzarkusuma, Pola Makan Anak Makan, Anak kuantitatif berdasarkan frekuensi makan (p<0,05),

Erry Yudhya Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar dengan tidak ada perbedaan status gizi anak

Mulyani, Idrus Kecamatan Rajeg pendekatan berdasarkan jenis kelamin, umur,

Jus’at, Tangerang cross-sectional nominal uang saku, kebiasaan sarapan

Dudung pagi dan kebiasaan membawa bekal

Angkasa makanan (p≥0.05). Perlu

dilakukanprogram pembinaan gizi dan

pengetahuan kesehatan seperti

diadakannya penyuluhan untuk siswa

2
dan pembinaan UKS tentang pentingnya

sarapan dan membawa bekal makanan,

sanitasi dan makanan jajanan yang sehat

2. Marhamah, Perilaku Konsumsi Dan Perilaku konsumsi, cross sectional 50 orang kebiasaan sarapan sebelum berangkat ke

Abzeni, dan Status Gizi Anak Sekolah siswa SD, status design sekolah berkorelasi positif sangat nyata

Juwita Dasar Di Kota Serang gizi terhadap status gizi siswa, dengan r

=0,263**. Hasil penelitian ini

merekomendasikan agar siswa sekolah

dasar membiasakan diri sarapan setiap

pagi serta harus memperhatikan jumlah

dan jenis makanan dan minuman jajanan

untuk menghindari risiko kelebihan

berat badan karena mengonsumsi

makanan yang kandungan gizinya tidak

3
berimbang.

3. APRIL LANI Hubungan Frekuensi frekuensi sarapan, desain cross 67 orang terdapat hubungan frekuensi sarapan,

Sarapan Dan Kebiasaan konsumsi sectional konsumsi jajan, aktivitas fisik, dan

Jajan Dengan Status Gizi jajan, siswa dengan asupan energi dengan z-score IMT/U

Pada Siswa Sekolah rentang usia 9-12 pada

Dasar tahun, dan status anak sekolah dasar. Variabel z-score

gizi IMT/U digambarkan sebesar 57,3% oleh

konsumsi jajan, aktivitas fisik, dan

asupan energi.

4. Sekar Sari Perbedaan Asupan Energi Economic Status, pendekatan 50 1. Ada perbedaan antara asupan

Murni, Makanan Jajanan Dan Obesity, Snacks cross siswa energy makanan jajanan siswa

Agustin Status Obesitas Energy Intake sectional pada keluarga status ekonomi

Syamsianah, Berdasarkan Status tinggi dan status ekonomi

4
Mufnaetty Ekonomi Keluarga Pada rendah.

Siswa Sd N Sambiroto 01 2. Ada perbedaan prevalensi

Kota Semarang obesitas siswa dari keluarga

status ekonomi tinggi dansiswa

dari keluarga status ekonomi

rendah

5 Zia Rosyidah, Jumlah Uang Saku Dan gizi lebih, sarapan, observasional 52 responden jumlah uang saku dan kebiasaan

Dini Ririn Kebiasaan Melewatkan uang saku analitik dengan melewatkan sarapan berkontribusi pada

Andrias Sarapan Berhubungan desain cross terjadinya status gizi lebih anak sekolah

Dengan Status Gizi Lebih sectional dasar. Orang tua bertanggung jawab

Anak Sekolah Dasar menyediakan makanan yang memenuhi

gizi anak, membiasakan anak untuk

sarapan di rumah, dan memberi uang

saku anak tidak lebih dari Rp 5.894,23 ±

5
3.215,06

6 Farah Husna Faktor-Faktor Yang Eating Behavior, penelitian 73 1. Sebanyak 72,8% anak gizi lebih

Fadhilah, Berhubungan Dengan Excess Nutrition, kuantitatif responden memiliki perilaku makan yang

Bagoes Perilaku Makan Pada Children dengan buruk.

Widjanarko, Anak Gizi Lebih Di rancangan cross 2. Mayoritas karakteristik responden

Zahroh Sekolah Menengah sectional. rata-rata berada pada usia 12-14

Shaluhiyah Pertama Wilayah Kerja tahun, berjenis kelamin perempuan,

Puskesmas Poncol dan dengan indeks massa tubuh

Kota Semarang obesitas.

3. Variabel yang berhubungan adalah

pengetahuan tentang perilaku

makan (p=0,021), sikap responden

terhadap perilaku makan(p=0,002),

6
ketersediaan sarana prasarana di

rumah (p=0,000), peran orang tua

(p=0,000), dan peran teman

(p=0,003)

4. Variabel yang tidak berhubungan

adalah umur (p=0,144), jenis

kelamin (p=0,767), indeks massa

tubuh (p=0,286), dan peran guru

(p=0,286).

7 Nuranisa Hubungan Pendapatan Obesitas, desain cross 65 responden ada hubungan pendapatan orang tua

Orang Tua, Aktivitas Pendapatan Orang sectional dengan obesitas pada anak nilai p value

Fisik Dan Frekuensi Tua, Aktivitas = 0,022, diperoleh nilai PR = 1,461

Konsumsi Makanan Fisik, Frekuensi dengan 95% CI 1,087-1,963. Ada

Jajanan Dengan Obesitas Konsumsi Makanan hubungan aktivitas fisik dengan obesitas

7
Pada Anak Sekolah Dasar Jajanan pada anak nilai p value = 0,001, nilai PR

N 1 Bengkalis Tahun = 1,710 dengan 95% CI 1,291-2,265.

2017 Ada hubungan frekuensi konsumsi

makanan jajanan dengan obesitas pada

anak nilai p value =0,034, nilai PR =

1,441 dengan 95% CI 1,091-1,903.

Analisa multivariat paling berpengaruh

adalah aktivitas fisik nilai p value =

0,009.

Disarankan kepada orang tua yang

pendapatan tinggi siswa untuk

memperhatikan pemberian uang saku

kepada anak sesuai kebutuhan anak di

sekolah. Siswa untuk sering beraktivitas

8
fisik dan olahraga secara teratur setiap

hari minimal 30 menit dan 1 minggu 3-

5x/minggu. kepada siswa yang sering

jajan di sekolah untuk memperhatikan

konsumsi makanan jajanan yang

umumnya tidak bergizi seimbang

dengan lemak dan garam yang tinggi

dan rendah nya kandungan serat

kandungan asam lemak jenuh akan

menyebabkan obesitas.

8 Angky Hubungan Pola Konsumsi Pola Konsumsi survei analitik 143 orang tidak ada hubungan Jenis makan jajanan

Anggraeni Makanan Jajanan Dengan Makan Jajanan, dengan desain dengan status gizi. Nilai p = 0,876 lebih

Status Gizi Dan Kadar Status Gizi, penelitian besar dari ɑ = 0,05 artinya Ha ditolak

Kolesterol Pada Anak Kolesterol kuantitatif dan dan Ho diterima. tidak ada hubungan

9
Sekolah Dasar Negeri menggunakan Frekuensi makan jajanan dengan status

Ikip I Makassar Tahun rancangan Cross gizi. Nilai p = 0,755 lebih besar dari ɑ =

2014 Sectional Study 0,05. Tidak ada hubungan pola

konsumsi makanan jajanan dengan

status gizi. nilai p = 0,828 lebih besar

dari ɑ = 0,05. Dan tidak ada hubungan

jenis makan jajanan dengan kadar

kolestrol. Nilai p = 0,129 lebih besar

dari ɑ = 0,05. tidak ada hubungan

Frekuensi makan jajanan dengan kadar

kolestrol. Nilai p = 0,196 lebih besar

dari ɑ = 0,05. ada hubungan pola

konsumsi makanan jajanan dengan

kadar kolestrol. Nilai p = 0,022 lebih

10
kecil dari ɑ = 0,05 artinya Ha diterima

dan Ho ditolak.

9 Sopiani Hubungan Antara Makanan jajanan, Desain Cross 41 anak tidak ada kolerasi antara kontribusi

Widiastuti Kontribusi Makanan energi, status gizi Sectional makanan jajanan dan status gizi (r = -

Jajanan, Asupan Energi 0,18pr1, p = 0,128) dan tidak ada

Makanan Sehari Dengan kolerasi antara asupan energi makanan

Status Gizi Siswa Kelas 5 sehari dan status gizi (r = -0,040, p =

Sd Negeri Guruminda 0,0401). Pada saat penelitian terlihat

Bandung bahwa makanan jajanan yang ada di

sekitar sekolah kurang terpantau oleh

guru, sehingga disarankan kepada pihak

sekolah untuk mengadakan kantin yang

lebih sehat bagi siswa.

11
10 Ratu Ayu Faktor Risiko Obesitas children (5-15 potong lintang 170.699 anak Faktor risiko yang paling berhubungan

Dewi Sartika Pada Anak 5-15 Tahun Di years old), obesity, (cross dengan obesitas pada anak usia 5-15

Indonesia risk factors sectional). tahun adalah tingkat pendidikan anak

setelah dikontrol oleh variabel jenis

kelamin, riwayat obesitas ayah,

kebiasaan olah raga dan merokok serta

asupan protein. Perlu dilakukan upaya

pencegahan dan penanggulangan faktor

risiko obesitas dengan menanamkan

pendidikan kesehatan pada anak sejak

usia dini, melalui peningkatan KIE

(komunikasi, informasi dan edukasi),

seperti gerakan anti rokok, gerakan cinta

serat (sayur dan buah) serta

12
membudayakan aktivitas fisik.

10 Sitti Saharia Pola Makan Dan Status Status gizi, pola penelitian 31 orang Jumlah uang saku melebihi Rp

Rowa, Lydia Gizi makan, anak deskriptif 5.894,23 ± 3.215,06 dan

Fanny, Pada Anak Sdn 203 sekolah kebiasaan melewatkan sarapan

Manjilala,Suk Inpres Binanga Sangkara berkontribusi pada terjadinya

mawati Di Desa Ampekale status gizi lebih anak sekolah

Kecamatan Bontoa dasar. Orang tua sebaiknya

Kabupaten Maros menyediakan serta

membiasakan anaknya untuk

sarapan pagi di rumah sebelum

anak berangkat sekolah,

memberi uang saku anak tidak

lebih dari Rp 5.894,23 ±

13
3.215,06, dan dapat

membawakan bekal sekolah

untuk mengurangi kemungkinan

anak membeli makanan jajanan

di sekolah.

14
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas pada anak sekolah Dasar

Inpres Bontosunggu

b. Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui status gizi siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu dilihat berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur

(IMT/U).

2. Untuk mengetahui asupan makanan siswa-siswi kelas V dan VI SD

Inpres Bontosunggu dilihat berdasarkan asupan energi, karbohidrat,

protein dan lemak.

3. Untuk mengetahui kebiasaan jajan siswa-siswi kelas V dan VI SD

Inpres Bontosunggu dilihat berdasarkan total uang jajan setiap harinya.

4. Untuk mengetahui kebiasaan sarapan siswa-siswi kelas V dan VI SD

Inpres Bontosunggu.

5. Untuk mengetahui aktifitas fisik siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu.

6. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan orang tua dengan

kejadian obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu.

7. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan orang tua dengan

kejadian obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu.

2
8. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan orang tua dengan

kejadian obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres

Bontosunggu.

9. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kejadian

obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu.

10. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan jajan dengan kejadian

obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu.

11. Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu.

12. Untuk mengetahui hubungan antara asupan makanan dengan kejadian

obesitas pada siswa-siswi kelas V dan VI SD Inpres Bontosunggu

dilihat dari asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah

Menambah wawasan ilmiah penulis, mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama menempuh pendidikan, merupakan pengalaman berharga bagi penulis

selama menimba ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

b. Kegunaan praktis

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi para guru untuk memberikan

informasi dalam memilih dan mengonsumsi makanan jajanan yang aman, sehat

dan bergizi sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi dan kesehatannya

selalu terjaga serta diharapkan dapat memberi informasi tentang makanan jajanan

anak sekolah yang tidak sehat, serta pentingnya sarapan pagi untuk memenuhi

kebutuhan energi anak setiap harinya.

Anda mungkin juga menyukai