Anda di halaman 1dari 16

TUGAS GIZI & DIIT

(GIZI PADA ANAK SEKOLAH)

DOSEN PENGAMPU :
DARYONO, S.Pd, M.Kes

DISUSUN OLEH:

SANTIA

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan khadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktuny. Adapun tema dari makalah ini adalah ’’GIZI
PADA ANAK SEKOLAH’’

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya juga ini mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena iu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa saya harapan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
Latar belakang...................................................................................................
Tujuan masalah.................................................................................................
Manfaat penelitian.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
Karakteristik Anak Sekolah...................................................................................................
Masalah Gizi Anak Sekolah...................................................................................................

Penentuan Status Gizi Anak Sekolah...................................................................................

Kebutuhan Gizi Pada Anak Sekolah.....................................................................................

Program Gizi Untuk Anak Sekolah........................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

Kesimpulan.............................................................................................................................

Saran.......................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Pembangunan nasional suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah terciptanya
pembangunan kesehatan yang adil dan merata, yang mengupayakan agar masyarakat berada
dalam keadaan sehat secara optimal, baik fisik, mental, dan social serta mampu menjadi
generasi yang produktif. Pencapaian pembangunan kesehatan dinilai dengan derajat
kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan digambarkan dengan situasi mortalitas, morbiditas,
dan status gizi masyarakat. Ketidakseimbangan gizi dapat menurunkan kualitas SDM. Gizi
yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik
yang tangguh serta produktif.
Perbaikan gizi diperlukan mulai dari masa kehamilan, bayi dan anak balita, prasekolah, anak
usia sekolah dasar, remaja dan dewasa, sampai usia lanjut. Anak sekolah dasar merupakan
sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat karena pada masa anak fungsi organ otak
mulai terbentuk mantap sehingga perkembangan kecerdasan cukup pesat. Anak Sekolah
Dasar (SD) adalah anak usia 6-12 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
membutuhkan gizi yang cukup agar tidak terjadi penyimpangan pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Gizi yang kurang juga akan membuat sistem imun pada anak lemah. Aktifitas yang cukup
tinggi dan kebiasaan makan yang tidak teratur pada anak sering mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan dan kecukupan gizi. Ketidakseimbangan antara asupan
dan kecukupan gizi akan menimbulkan masalah gizi, baik itu masalah gizi lebih maupun
gizi kurang. Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah gizi kurang yaitu
Kurang Energi Protein (KEP), anemia besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), dan kekurangan vitamin A.

Disamping itu juga terdapat masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink yang sampai
saat ini belum terungkap karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi.
Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan penyakit infeksi yang menjadi penyebab
kematian. Menurut data Riskesdas tahun 2007, pada anak usia 6-14 tahun, prevalensi anak
gizi kurang menggunakan nilai rerata IMT, umur, dan jenis kelamin paling tinggi di Nusa
Tenggara Timur (laki-laki 23,1% dan perempuan 19,1%), dan prevalensi paling rendah di
Bali (laki-laki 8,3% dan perempuan 6,9%) 4. Sedangkan prevalensi anak kurang gizi di
Sumatera Selatan, yaitu laki-laki 14,9% dan perempuan 13,8%. Dari data Riskesdas 2010,
prevalensi anak pendek masih tinggi pada anak usia 6-12 tahun adalah 35,8%, dan untuk
anak kurus pada usia 6-12 tahun adalah 11% 5. Tidak hanya masalah gizi kurang, masalah
gizi lebih juga harus diperhatikan karena prevalensi gizi lebih meningkat dengan
bertambahnya usia. Data Riskesdas 2007 menyatakan bahwa prevalensi paling tinggi anak
laki-laki usia 6-14 tahun dengan berat badan lebih di Sumatera Selatan (16,0%) dan anak
perempuan di Nanggroe Aceh Darussalam (12,0%). Sedangkan prevalensi berat badan lebih
paling rendah di Nusa Tenggara Timur, laki-laki (4,6%) dan perempuan (3,2%).

Secara garis besar ada tiga faktor utama yang dapat menyebabkan masalah gizi, yaitu
faktor penjamu, agens, dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi: faktor genetik, umur, jenis
kelamin, kelompok etnik, keadaan fisiologis, keadaan imunologis, kebutuhan zat gizi, dan
kebiasaan seseorang. Faktor agens meliputi: faktor gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam,
fisiologi, genetik, psikis, kekuatan fisik, dan Fiologis/parasit. Sedangkan faktor lingkungan
meliputi: lingkungan fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Masalah gizi dapat
dilihat dari ketidakseimbangan anatara faktor penjamu, agens, dan lingkungan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapt disimpulkan bahwa gizi pada masa pertumbuh
kembangan anak sekolah sangat penting karena pada usia anak sekolah perkembangan
kecerdasan sangat pesat. Maka, dalam hal ini kami akan membahas mengenai Gizi pada Anak
Sekolah.

1.2Tujuan masalah

 Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah yang kami buat adalah agar pembaca mampu mengetahui,
mengerti dan paham mengenai Gizi pada Usia Sekolah

 Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik anak sekolah
2) Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik anak sekolah
3) Mahasiswa dapat menjelaskan masalah gizi pada anak sekolah
4) Mahasiswa dapat menjelaskan penentu status gizi anak sekolah
5) Mahasiswa dapat menjelaskan kebutuhan gizi anak sekolah
6) Mahasiswa dapat melaksanakan program gizi anak sekolah

1.3 Manfaat penulisan

 Manfaat penulisan makalah bagi penulis:


1. Diharapkan bisa menulis karya yang lebih baik lagi kedepannya.
2. Dapat menambah pengetahuan mengenai Gizi pada usia sekolah
3. Manfaat penulisan makalah bagi pembaca:
4. Sebagai pedoman bagi pembaca
5. Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca yang belum mengerti mengenai gizi pada anak
usia sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Karakteristik Anak Sekolah

Pada usia sekolah ini, anak banyak mengikuti aktivitas, fisik maupun mental, seperti
bermain, belajar, berolah raga. Zat gizi akan membantu meningkatkan kesehatan tubuh anak,
sehingga sistem pertahanan tubuhnya pun baik dan tidak mudah terserang penyakit. Umumnya
orangtua kurang memperhatikan kegiatan makan anaknya lagi. Mereka beranggapan bahwa anak
seusia ini sudah tahu kapan ia harus makan.

Di samping itu, anak mulai banyak melakukan kegiatan di luar rumah, sehingga agak sulit
mengawasi jenis makanan apa saja yang mereka makan. Anak usia sekolah membutuhkan lebih
banyak energi dan zat gizi dibanding anak balita. Diperlukan tambahan energi, protein, kalsium,
fluor, zat besi, sebab pertumbuhan sedang pesat dan aktivitas kian bertambah. Untuk memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia ini membutuhkan 5 kali waktu makan, yaitu makan
pagi (sarapan), makan siang, makan malam, dan 2 kali makan selingan. Perlu ditekankan
pentingnya sarapan supaya dapat berpikir dengan baik dan menghindari hipoglikemi. Bila jajan
harus diperhatikan kebersihan makanan supaya tidak tertular penyakit tifoid, disentri, dll. Anak
remaja putri sudah mulai haid, sehingga diperlukan tambahan zat besi.

Faktor yang perlu diperhatikan mengenai gizi anak usia sekolah.

1. Usia Sekolah adalah usia puncak pertumbuhan


2. Selalu Aktif
3. Perubahan Sikap Terhadap MakanaN
4. Tidak suka makanan-makanan yang bergizi

Perkembangan mental anak dapat dilihat dari kemampuannya mengatakan tidak pada
makanan yang ditawarkan. Penolakan itu tentu saja tidak boleh dijadikan alasan oleh orang tua
untuk memulai “perang di meja makan” karena ketegangan justru akan memicu dan memacu
sikap yang lebih defensif. Ada baiknya diadakan kompromi, anak diberi pilihan satu atau dua
macam pilihan. Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya
mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu. Orang tua tidak perlu gusar, asal
makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara itu, orang tua atau pengasuh
anak tidak boleh jera menawarkan kembali jenis makanan lain setiap kali makan.

2.1 Masalah Gizi Anak Sekolah

Masalah gizi pada anak umumnya merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran zat gizi ( nutritional imbalance ) yaitu asupan yang melebihi keluaran atau
sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Dari gangguan
ini dapat menimbulkan anemia defisiensi besi, berat badan lebih, berat badan kurang, penyakit
kronis, pica, karies dentis dan alergi.

 Anemia Defisiensi Besi

Keadaan ini terjadi pada anak dengan asupan zat gizi besi yang sedikit atau tidak mencukupi,
terutama pada anak dengan konsumsi susu yang berlebih yang dapat menyebabkan keinginan
makan menurun. Selain itu gangguan penyerapan besi terjadi pada anak yang mempunyai
kebiasaan minum teh setelah makan, karena kandungan tanin dalam teh mengganggu penyerapan
zat besi sampai 80%. Untuk mengatasi hal ini, selain diberikan suplementasi besi anak juga harus
dibiasakan memakan makanan yang banyak mengandung zat besi, minum teh dianjurkan paling
tidak 2 jam sesudah atau sebelum makan. Sementara, sebagai pengganti susu bisa diberikan air
putih atau air jeruk. Meski tidak mengandung zat besi, air jeruk kaya akan vitamin C sehingga
dapat membantu proses penyerapan besi.

 Berat Badan Berlebih ( Overweight/Obesitas )

Jika tidak teratasi, anak dengan BB berlebih bahkan obesitas akan berkelanjutan hingga
remaja dan dewasa. Anak dengan BB overweight memiliki resiko 4 kali lebih besar terkena
obesitas daripada anak dengan BB normal. Sama seperti pada umumnya, BB berlebih pada
anak disebabkan karena ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar, terlalu banyak
makan, sedikit olahraga, dan lainnya. Berbeda dengan orang dewasa, kelebihan BB pada anak
tidak boleh diturunkan karena akan menyebabkan pengurangan zat gizi yang diperlukan untu
pertumbuhan. Laju pertambahan BB pada anak dapat dihentikan atau diperlambat dengan cara
mengurangi makan dan memperbanyak olahraga.

 Berat Badan Kurang ( Underweight )


Kekurangan BB yang terjadi pada anak yang sedang tumbuh merupakan salah satu masalah
serius. Seperti masalah BB berlebih, langkah penanganan didasarkan pada penyebab serta
pemecahan masalah. Di Indonesia, persoalan gizi buruk menyebabkan 4 dari 100 bayi yang
lahir setiap tahun tidak dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun yang umumnya merupakan
korban dari penyakit serta kondisi yang diperparah oleh persoalan gizi tersebut, 1 dari 3 anak
balita mengalami gangguan pertumbuhan (bayi pendek untuk rata-rata usianya/stunted) dan
hampir seperlima jumlah balita mengalami berat badan kurang, di bawah standar rata-rata
(underweight).
 Penyakit Kronis
Penyakit yang tidak menguras cadangan energi sekalipun. Jika berlangsung lama dapat
menganggu pertumbuhan karena kehilangan nafsu makan anak. Disamping itu ada pula jenis
penyakit yang menguras cadangan zat gizi misalnya campak yang menghabiskan cadangan
vitamin A.
 Pica
Pica adalah gangguan di mana anak sering mengkonsumsi barang-barang non-makanan.
Contoh makanan non-makanan seperti pasir, perca, debu, pasir, cat, pensil, tanah, es dan
lainnya. Perilaku ini tidak membahayakan hidup anak sejauh dia tidak menyantap zat toksik
tetapi dapat menyebabkan masalah pencernaan dan keterlambatan perkembangan.
Komplikasi yang sering terjadi diantaranya yaitu infeksi, masalah pencernaan, keracunan dan
malnutrisi.

Penyakit Pica tidak ada tanda maupun gejalanya. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya
adalah dengan melakukan tes darah guna mengetahui kandungan besi dan seng. Meskipun
anak-anak memang sering memasukkan semua benda ke dalam mulutnya, tapi orang tua harus
waspada dan curiga jika hal itu menjadi kebiasaan. Untuk menyembuhkan penderita Pica,
dibutuhkan penanganan secara keseluruhan, meliputi pendidikan perilaku yang benar,
lingkungan yang mendukung dan pendekatan keluarga.
 Alergi
Secara literal, alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap makanan yang
orang biasa dapat menoleransinya. Alergi makanan tidak jarang terlihat pada anak (5-8%)
dan dewasa (1-2%) terutama mereka yang memiliki riwayat pada keluarganya yang penderita
alergi. Alergi ini akan terus meningkat sama seperti alergi lain seperti asma dan atopik.

2.3 Penentuan Status Gizi Anak Sekolah

Pada prinsipnya, penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lain.
Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang
bertalian dengan kejadian penyakit tertentu. Kurang kalori protein, misalkan lazim menjangkiti
anak. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap tanda dan gejala ke arah sana termasuk pula
kelainan lain yang meyertainya perlu dipertajam.

1. Penilaian Antropometri
2. Antropometri dapat berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Bentuk aplikasi penilaian status gizi
dengan antropometri antara lain dengan penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT)
atau Body Mass Index (BMI).Pada penilaian ini yang penting dilakukan ialah
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, lingkar lengan dan lipatan kulit
triseps. Pemeriksaan ini penting terutama pada anak prasekolah yang berkelas ekonomi
dan sosial rendah. Pengamatan pada anak usia sekolah dipusatkan terutama pada
percepatan tumbuh.
3. Penilaian Biokimiawi
4. Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan melakukan pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, seperti
darah, urine, tinja, jaringan otot, hati. Pada uji ini yang penting adalah kadar Hb serta
pemeriksaan asupan darah untuk malaria. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan
occult blood dan telur cacing saja.
5. Penggunaan metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
6. Penilaian Klinis
7. Pemeriksaan secara klinis penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini
didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Pada uji ini diarahkan untuk mencari
kemungkinan adanya bintik bitot, xerosis konjungtiva, anemia, pembesaran kelenjar
parotis, fluorosis, karies, gondok, hepato dan splenomegali.

2.4 Kebutuhan Gizi Pada Anak Sekolah

Kebutuhan gizi pada anak kecil tinggi, berhubungan dengan ukuran tubuh mereka. Banyak anak-
anak memiliki nafsu makan yang kurang, terlalu memilih-milih makanan, dan makan
berdasarkan “mood”. Untuk alasan ini, kualitas makanan yang tinggi dibutuhkan untuk mencapai
angka kecukupan asupan gizinya, terutama untuk kalsium dan zat besi.Rekomendasi asupan
makanan pada anak sekolah berdasar pada Department of Health Dietary References Value
(DRVs) (1991). Acuan ini sebaiknya tidak digunakan sebagai rekomendasi secara individu.
Karena laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan yang berbeda.

Nilai asupan untuk pati, gula, dan lemak diberikan dalam bentuk total energy intake. Tidak
dituliskan untuk non-starch polysaccharide (NSP) atau serat untuk anak kecil, hal ini
dikarenakan anak kecil dianggap membutuhkan proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan
kebutuhan orang dewasa. Tidak ada nilai untuk Vitamin D karena kebanyakan orang memenuhi
kebutuhan vitamin D paling banyak dari sinar matahari.

1. Kebutuhan Energi
a. Kebutuhan energi pada anak usia 10-12 tahun lebih besar dibanding kan anak usia
7-9 tahun, karena pertumbuhannya lebihcepat, terutama penambahan tinggi
badan. Mulai usia 10-12 tahun kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan
perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga
membutuhkan energi lebih banyak sedangkan perempuan biasanya sudah mulai
haid sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak.
2. Protein
a. Protein didefinisikan sebagai senyawa dalam pangan yang mengandung nitrogen.
Protein berfungsi sebagai sumber energy juga sebagai zat pembangun. Kebutuhan
protein pada anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelamin dan umur. Pada
umumnya kebutuhan protein pria sedikit lebih tinggi dibanding wanita. Angka
kebutuhan protein tergantung pula pada mutu protein. Semakin baik mutu protein,
semakin rendah angka kebutuhan protein. Protein hewani mempunyai mutu
protein yang kebih baik dibanding protein nabati, karena susunan asam aminonya
lebih lengkap.
b. Sumber protein hewani antara lain daging, hati, pancreas, jeroan, dll. Susu dan
telur termasuk juga dalam sumber protein hewani berkualitas tinggi. Selain itu,
ikan, kerang, dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik
karena mengandung sedikit lemak. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai
dan kacang-kacangan.
3. Karbohidrat
a. Karbohidrat merupakan unsur gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar
untuk menghasilkan energi atau tenaga. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber
energy utama bagi otak dan susunan syaraf terutama glukosa. Satu gram
karbohidrat menghasilkan 4 Kal. Sumber utama karbohidrat berasal dari tumbuh
tumbuhan dan hanya sedikit yang berasal dari hewani.
4. Lemak
a. Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak. Kebutuhan lemak yang
dianjurkan 15-20% jumlah energi total berasal dari lemak. Bayi dan anak
dianjurkan 1-2% dari kebutuhan energi total berasal dari asam lemak esensial
(asam linoleat). Asam lemak esensial dibutuhkan untuk pertumbuhan dan untuk
memelihara kesehatan kulit.Menurut sumbernya kita membedakan lemak nabati
dan lemak hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan
lemak hewani berasal dari hewan, termasuk ikan, telur dan susu. Lemak dalam
tubuh berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang
ditimbun ditempat-tempat tertentu.
5. Vitamin
a. Vitamin didefinisikan sebagai bahan-bahan organik, yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah sangat sedikit, yang melakukan paling sedikit satu fungsi metabolik
spesifik dan harus diberikan dalam makanan. Terdapat dua golongan vitamin,
yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air.Vitamin yang larut lemak adalah
vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut air adalah vitamin B
kompleks (tiamin, riboflavin, niasin, asamfolat, dan vitamin B12) dan C.
b. Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan,
dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian
dari enzim.
6. Mineral
a. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari
100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim.
7. E.Program Gizi Untuk Anak Sekolah
8. Bekal Sekolah
9. Apabila anak-anak diberi bekal, maka hendaklah diperhatikan bahwa bekal makanan
yang diberikan kepadanya dapat memberikan unsur-unsur gizi yang kurang terdapat
10. dalam makanannya waktu makan pagi, siang dan malam. Dua unsur yang diutamakan
dalam bekal makananya itu energi dan protein. Kekurangan akan zat gizi lain dapat
diberikan melalui makanan mereka di rumah. Memang bekal makanan yang paling ideal
adalah makanan yang dapat memberikan zat gizi yang diperlukan. Tetapi dalam praktik,
membuat bekal yang memenuhi syarat demikian itu agak sulit.
11. Bekal makanan untuk anak-anak memberikan keuntungan, antara lain :
12. Anak-anak dapat dihindarkan dari gangguan rasa lapar
13. Pemberian bekal dapat menghindarkan anak itu dari kekurangan energi
14. Pemberian bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan jajan sehingga
menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan yang tidak higienis.
15. Makanan di Sekolah (School-Feeding)
a. School-feeding merupakan tindakan umum yang bisa dilaksanakan untuk
memperbaiki keadaan gizi anak sekolah.Untuk masing-masing negara baik bentuk
maupun cara penyelenggaraan makanan di sekolah ini berbeda-beda. Nilai kalori
dalam suatu susunan hidangan sekolah seyogyanya sebesar 900 kalori bagi anak-
anak di atas umur 11 tahun, 700 kalori di antara 6 dan 11 tahun, serta 600 kalori
bagi umur di bawah 6 tahun.
16. Edukasi Gizi
a. Edukasi tentang gizi biasanya diajarkan pada ekonomi rumahan (home
economic), tetapi hal yang diajarkan disana bukanlah hal yg mendasar. Edukasi
gizi dapat tergabung dalam ilmu science dan juga teknologi. Edukasi tentang
kesehatan merupakan hal yang penting dari kurikulum pendidikan, makanan dan
gizi dapat disisipkan dalam edukasi tentang kesehatan. Penjagaan makanan dan
gizi dalam sekolah dibutuhkan, makan dibutuhkan pula pengetahuan tentangnya
di kelas kelas, yang didukung oleh makanan yang disediakan pada kantin sekolah.
BAB IIl

PENUTUP
3.1 kesimpulan
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia ini membutuhkan 5 kali waktu
makan, yaitu makan pagi (sarapan), makan siang, makan malam, dan 2 kali makan selingan.
Perlu ditekankan pentingnya sarapan supaya dapat berpikir dengan baik dan menghindari
hipoglikemi. Bila jajan harus diperhatikan kebersihan makanan supaya tidak tertular penyakit
tifoid, disentri, dll. Faktor yang perlu diperhatikan mengenai gizi anak usia sekolah, Usia
Sekolah adalah usia puncak pertumbuhan, Selalu Aktif, Perubahan Sikap Terhadap Makanan,
dan Tidak suka makanan-makanan yang bergizi.Masalah gizi anak sekolah yaitu, Anemia
Defisiensi Besi, Berat Badan Berlebih (Overweight/Obesitas), Berat Badan Kurang
( Underweight ), Penyakit Kronis, Pica, dan Alergi. Adapun penentu status gizi anak sekolah
seperti, Penilaian Antropometri, Penilaian Biokimiawi, dan Penilaian Klinis.Nilai asupan untuk
pati, gula, dan lemak diberikan dalam bentuk total energy intake. Tidak dituliskan untuk non-
starch polysaccharide (NSP) atau serat untuk anak kecil, hal ini dikarenakan anak kecil dianggap
membutuhkan proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa. Tidak
ada nilai untuk Vitamin D karena kebanyakan orang memenuhi kebutuhan vitamin D paling
banyak dari sinar matahari.

Maka, Untuk orang tua lebih baik untuk membuat program gizi anak sekolah seperti, Bekal
Sekolah, Makanan di Sekolah (School-Feeding), dan Edukasi Gizi.

3.2 Saran

Saran dari saya untuk para orang tua untuk mengajarkan anak untuk makan sehat empat sehat
lima sempurna. karena pada usia anak sekolah otaknya sedang berkembang hingga
kecerdasannya akan berkembang pesat jika diberikan gizi yang baik dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D (2013) Tumbuh kembang & terapi bermain anak. Jakarta : Salemba medika

Desmita (2010). Psikologi perkembangan. Bandung : PT Remaja ROSdakarya.

Arikunto, S (2006). Prosedurpenelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai